Anda di halaman 1dari 2

Skenario Etik Medis

Seorang wanita berusia 17 tahun datang ke poli obsgyn diantar oleh kedua orang
tuanya yang berniat untuk melakukan tindakan abortus. Wanita tersebut
merupakan seorang tunasusila yang menderita B20.

Dokter : Selamat pagi mba, perkenalkan saya dokter Vania yang sedang bertugas
di poli obsgyn pada siang hari ini. Ada yang bisa saya bantu?

Wanita : Ini dokter saya diantar oleh orang tua saya untuk periksa kehamilan

Dokter : Oiya mba. Kalau boleh tahu namanya siapa mba?

Wanita : Nama saya Cici dokter

Dokter : Oiya mba cici, usianya berapa ya mba kalau boleh tau?

Wanita : Usia saya 17 tahun dokter

Dokter : Nggih baik mba. Kalau boleh tau usia kehamilannya sudah berapa minggu
ya mba?

Wanita : hmm (terdiam)

Ibu : Gini dok, jadi saya antar anak saya kesini mau melakukan aborsi dokter

Dokter : Loh aborsi bu?? Kenapa mau di aborsi bu, apakah ada keluhan selama
kehamilan yang membahayakan kondisi mbanya yang hamil seperti kram atau
nyeri perut yang hebat, terjadi pendarahan?

Ibu : Ga ada si dok, cuman ini anak saya kan punya penyakit HIV, takutnya nanti
anaknya juga kena HIV dok. Selain itu anak saya ini belum menikah, hamil diluar
nikah, punya HIV. Jujur saja saya dan keluarga juga malu dengan keadaan anak
saya yang seperti ini dok.

Dokter : Baik saya mengerti keadaanya nggih bu. Tapi sebelumnya apakah dari
mbanya juga sudah menyetujui untuk dilakukan aborsi? Karena yang menjalani
proses kehamilan kan anak ibu nggih bu. Dan saya jelaskan juga nggih bu, kalau
aborsi itu hanya dapat dilakukan jika adanya kedaruratan medis. Selain itu juga
aborsi di usia mbanya yang masih muda ini juga sangat berbahaya nggih bu.

Ibu : La terus gimana dok? Apakah ada solusi lain untuk masalah ini?

Wanita : Tapi saya ingin mempertahankan kehamilan saya dok


Bapak : Kamu jangan bikin malu bapak ya nduk !! kamu itu masih muda nduk… kalau
kamu mau mempertahankan kehamilanmu, apa kamu sanggup menjadi ibu tunggal
dan merawat anakmu sampai besar?!

Wanita : (terdiam sambil menangis sesengggukan)

Ibu : Udah to nduk jangan ngeyel sama omongan orang tua !!

Dokter : Nggih baik bapak ibu mohon tenang, saya paham yang dirasakan bapak
ibu sekalian. Jadi sebelumnya saya jelaskan mengenai tindakan aborsi dan
indikasi secara medisnya. Jadi pak bu, abrosi yang diperbolehkan itu ada 2
indikasi, yang pertama ada kedaruratan medis yang mengancam nyawa ibu dan
anak, kemudian yang kedua karena pemerkosaan. Dan selain itu menggugurkan
janin secara hukum agama tidak diperbolehkan, sesuai dalam QS surah an nisa
ayat 93 “barangsiapa membunuh seorang yang beriman dengan sengaja, maka
balasannya ialah neraka Jahanam, dia kekal di dalamnya. Allah murka kepadanya,
dan melaknatnya serta menyediakan azab yang besar baginya “.

Ibu : Oo gitu ya dok, yaudah deh kalau gabisa (menjawab dengan kecewa)

Dokter : Nggih bu, gabisa kalau secara medis menggugurkan tanpa alasan yang
sudah saya sebutkan tadi nggih bu. Mungkin sebelumnya ada yang mau ditanyakan
lagi.

Bapak : Sepertinya sudah cukup dok. Yaudah dok kalau begitu, sebelumnya
terimakasih atas penjelasannya nggih dok.

Dokter : Nggih baik pak bu sama- sama. Nggih monggo hati-hati dijalan nggih
mba.

Wanita : Nggih dokter terimakasih banyak

Dokter : Nggih-nggih sama- sama mba.

Lalu wanita tersebut, serta orang tuanya pulang kerumah.

Sesampainya dirumah. Ibu pasien bertemu dengan dukun yang dipercaya menjual
ramuan jamu yang dapat menggugurkan janin. Lalu membeli ramuan tersebut dan
meminumkan ke anaknya yang sedang hamil. Keesokan harinya, anaknya mengalami
perdarahan sampai pingsan dan masuk RS.

Anda mungkin juga menyukai