180209210814LKj Ditjen PPKL 2017
180209210814LKj Ditjen PPKL 2017
REPUBLIK INDONESIA
Kata Pengantar
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga Laporan Kinerja (LKj) Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan Tahun 2017 selesai disusun. Laporan Kinerja adalah bentuk
akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap
instansi pemerintah atas penggunaan anggaran.
M.R. Karliansyah
Ringkasan Eksekutif
Laporan Kinerja (LKj) disusun sebagai salah lahan. Sasaran Program Direktorat Jenderal
satu bentuk pertanggungjawaban Direktorat Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan
Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Lingkungan juga mendukung Sasaran Strategis
Kerusakan Lingkungan terhadap pelaksanaan untuk pelestarian keseimbangan ekosistem
program dan anggaran. Pelaporan kinerja adalah dan keanekaragaman hayati serta keberadaan
rangkaian dari sistem akuntabilitas kinerja sumberdaya alam sebagai sistem penyangga
instansi pemerintah (SAKIP) sesuai dengan kehidupan untuk mendukung pembangunan
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2014. berkelanjutan.
Laporan kinerja disusun berdasarkan perjanjian
kinerja Direktorat Jenderal Pengendalian Sasaran Program Direktorat Jenderal
Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan. Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan
Lingkungan memiliki Indikator Kinerja Program
Perjanjian kinerja Direktorat Jenderal sebagai Indikator Kinerja Utama dan target yang
Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan harus dicapai, yaitu:
Lingkungan terdiri dari 3 (tiga) Sasaran Program
yang harus dicapai pada tahun 2017, yaitu: 1. Indeks Kualitas Udara Meningkat, 82,00
2. Indeks Kualitas Air Meningkat, 53,00
1. Meningkatnya kualitas udara 3. Indeks Kualitas Tutupan Lahan Meningkat,
2. Meningkatnya kualitas air 60,00
3. Meningkatnya kualitas tutupan lahan 4. SAKIP Direktorat Jenderal Pengendalian
Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
Selain itu kegiatan lain yang termasuk dalam dengan nilai minimal 78 (A) di tahun 2019.
program Pengendalian Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan adalah pengendalian Anggaran DIPA Direktorat Jenderal
pencemaran dan kerusakan pesisir dan laut serta Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan
pengendalian kerusakan lahan gambut. Terkait Lingkungan tahun 2017 sebesar
dengan sistem tatakelola pemerintahan yang Rp. 110.732.685.000,- (seratus sepuluh milyar
baik, memiliki Sasaran Program terwujudnya tujuh ratus tiga puluh dua juta enam ratus delapan
reformasi tata kelola kepemerintahan yang baik puluh lima ribu rupiah) setelah dilakukan revisi
di lingkungan Direktorat Jenderal Pengendalian anggaran menjadi Rp. 114.979.785.000,-
Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan. (seratus empat belas milyar sembilan ratus
tujuh puluh sembilan juta tujuh ratus delapan
Sasaran Program Direktorat Jenderal puluh lima ribu rupiah) dengan realisasi
Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan sebesar Rp. 110.304.001.897,- (seratus sepuluh
Lingkungan mendukung Sasaran Strategis milyar tiga ratus empat juta seribu delapan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ratus sembilan puluh rupiah). Capaian kinerja
dalam meningkatnya kualitas lingkungan hidup Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran
yang tercermin dalam Indeks Kualitas Lingkungan dan Kerusakan Lingkungan pada tahun 2017
Hidup (IKLH) sebesar 66,5- 68,5 pada tahun 2019. mencapai 102,34%. Capaian penyerapan
Sasaran Strategis ini juga merupakan Indikator anggaran sebesar 95,93% dan efisiensi sebesar
Kinerja Utama (IKU1) Kementerian Lingkungan 1,06 serta efektivitas sebesar 1,04. Analisis
Hidup dan Kehutanan. Dalam meningkatkan atas capaian kinerja sasaran program dikaitkan
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup, Direktorat dengan indikator kinerjanya dapat diuraikan
Jenderal Pengendalian Pencemaran dan sebagai berikut:
Kerusakan Lingkungan mempunyai peran dalam
meningkatkan kualitas udara, air, dan tutupan
Daftar Isi
KATA PENGANTAR I
RINGKASAN EKSEKUTIF II
DAFTAR ISI IV
DAFTAR TABEL V
DAFTAR GAMBAR VI
LAMPIRAN VII
BAB I. PENDAHULUAN 01
Latar Belakang 02
Tugas dan Fungsi 03
Struktur Organisasi 06
Sumber Daya Manusia 07
Keuangan 08
SASARAN 1
Meningkatkan Kualitas Udara 24
SASARAN 2
Meningkatnya Kualitas Air 39
SASARAN 3
Meningkatnya Kualitas Tutupan Lahan 60
SASARAN 4
Menurunnya Beban Pencemaran dan Tingkat Kerusakan Wilayah Pesisir dan Laut 70
SASARAN 5
Meningkatnya Kualitas Pengelolaan Lahan Gambut 84
SASARAN 6
Terwujudnya Reformasi Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik di Lingkungan Direktorat Jenderal 90
Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
A. Kesimpulan 114
B. Kendala 114
C. Tindak Lanjut 115
Lampiran
Lampiran 1 117
Lampiran 2 118
Lampiran 3 120
Daftar Tabel
Tabel 1 Sumber Daya Manusia Ditjen PPKL KLHK Berdasarkan Jenjang Pendidikan per 07
Januari 2018
Tabel 2 Rincian Alokasi Anggaran DIPA Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan 08
Kerusakan Lingkungan Tahun 2017
Tabel 3 Penjabaran Muatan Intensi Kementerian dalam Intensi Strategis Direktorat 13
Jenderal Pengedalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
Tabel 4 Indikator Kinerja Program/Indikator Kinerja Utama Ditjen PPKL Tahun 2017 18
Tabel 5 Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan 19
Lingkungan Tahun 2017
Tabel 6 Capaian Kinerja Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan 23
Lingkungan Tahun 2017
Tabel 7 Capaian Kinerja Sasaran Program Meningkatnya Kualitas Udara 25
Tabel 8 Capaian Kinerja Pengendalian Pencemaran Udara per-Sektor periode 2015 - 2016 29
dan 2016 – 2017
Tabel 9 Agenda Bersama Pelaksanaan Penerapan GT 31
Tabel 10 Agenda Bersama Penerapan Rencana Aksi GT Kota Makassar 33
Tabel 11 Agenda Bersama Penerapan Rencana Aksi GT Kota Menado 34
Tabel 12 Efisiensi Bahan Bakar Menggunakan Moda Eco Driving 36
Tabel 13 Capaian Kinerja Sasaran Program Meningkatnya Kualitas Air Tahun 2017 40
Tabel 14 Sumber Pencemar dan Beban Pencemar BOD Kabupaten Kampar 44
Tabel 15 Sumber Pencemar dan beban pencemar BOD Kota Pekanbaru 45
Tabel 16 Sumber Pencemar dan beban pencemar BOD Kabupaten Siak 45
Tabel 17 DTBP parameter BOD Sungai Siak bersadarkan Segmen 46
Tabel 18 Rekapitulasi Aokasi Beban Pencemaran Sungai Siak 46
Tabel 19 Status Mutu Sungai Asahan dengan Baku Mutu Kelas 1 47
Tabel 20 Rekomendasi Penetapan Kelas Air Sungai Asahan 47
Tabel 21 Sumber Beban Pencemar Per Sektor 48
Tabel 22 Daya Tampung Beban Pencemar di DAS Asahan 49
Tabel 23 Beban pencemar pada masing masing Sub DAS Way Sekampung 50
Tabel 24 Perhitungan Daya Tampung dan Alokasi Beban Pencemaran BOD di DAS Way 51
Sekampung
Tabel 25 Capaian penurunan parameter BOD dan Emisi GRK CO2 melalui pembangunan 52
IPAL Komunal
Tabel 26 Estimasi sumber pencemar dan jumlah IPAL yang dibutuhkan 52
Tabel 27 Pembangunan IPAL USK Tahun 2015 - 2017 54
Tabel 28 Penurunan Beban Pencemar BOD dan Manfaat Ekonomi dari Pembangunan IPAL 54
USK
Tabel 29 Kualitas air sungai Ciliwung yang melewati kegiatan Restorasi 57
Tabel 30 Kualitas Air Limbah berdasrkan Kinerja IPAL di Sungai Ciliwung 57
Tabel 31 Persentase Tingkat Penaatan Industri Terhadap Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah 58
Tabel 32 Persentase Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah Berdasarkan Jenis Industri 59
Tabel 33 Capaian Kinerja Sasaran Program Meningkatnya Kualitas Tutupan Lahan Tahun 61
2017
Tabel 34 Perkembangan Tutupan Hutan Tahun 2015 – 2016 62
Tabel 35 Perhitungan penurunan beban pencemaran di Teluk Jakarta 74
Tabel 36 Hasil Pemantauan Kualitas Air Laut Tahun 2017 75
Tabel 37 Pelaksanaan Pemantauan Sampah Pesisir dan Laut Tahun 2017 76
Tabel 38 Pemulihan Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2015-2017 79
Tabel 39 Realisasi Pembangunan Sekat Kanal Tahun 2017 85
Tabel 40 Program Kemandirian Masyarakat Tahun 2017 86
Tabel 41 Kesepakatan PROPER Tahun 2017 87
Tabel 42 Capaian Kinerja Kegiatan Dukungan Manajemen Pelaksanaan Tugas Teknis 91
Lainnya Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
Hidup
Tabel 43 Sumber Resiko Kegiatan Ditjen PPKL 2017 98
Tabel 44 Daftar Peraturan Menteri Tahun 2017 102
Tabel 45 Daftar Keputusan Menteri Tahun 2017 102
Tabel 46 Perizinan Pembuangan Limbah Cair ke Laut Tahun 2017 yang Sudah Terbit 103
Tabel 47 Klasifikasi Jenis Industri Permohonan IPLC dan Izin Injeksi Tahun 2017 106
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Gambar 1 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan 06
Lingkungan
Gambar 2 Grafik Indeks Kualitas Udara per Provinsi Tahun 2017 26
Gambar 3 Peta Indeks Kualitas Udara Tahun 2017 27
Gambar 4 Grafik Indeks Kualitas Udara Tahun 2012 - 2017 27
Gambar 5 Grafik Prosentase Peningkatan Ketaatan Industri terhadap BME tiap Provinsi 29
Gambar 6 Prinsip Transportasi Berkelanjutan 31
Gambar 7 Grafik Hasil Road Side Monitoring Kota Pelaksana EKUP Mandiri 2016 dan 2017 35
Gambar 8 Pembangunan AQMS di Kota Pontianak, Pekanbaru, Banjarmasin dan Padang 37
Gambar 9 Data ISPU 2017 38
Gambar 10 Grafik Indeks Kualitas Air Tahun 2017 40
Gambar 11 Grafik Indeks Kualitas Air Tahun 2011 – 2017 41
Gambar 12 Pembangunan Onlimo di 6 lokasi 43
Gambar 13 Persentase Beban Pencemaran BOD (Kg/Hr) Kabupaten Kampar 44
Gambar 14 Persentase Beban Pencemaran BOD (Kg/Hr) Kota Pekanbaru 45
Gambar 15 Persentase Beban Pencemaran BOD (Kg/Hr) Kabupaten Siak 45
Gambar 16 Hasil perhitungan Konsentrasi BOD 46
Gambar 17 Persentase Sektor yang berpotensi terhadap Sumbangan Beban Pencemar BOD di 49
DAS Asahan
Gambar 18 Persentase Beban Pencemar BOD 50
Gambar 19 Pembangunan IPAL dan Biodigester USK 55
Gambar 20 Penurunan Beban Pencemar BOD melalui Pilot Project Pembangunan IPAL Komunal 56
Gambar 21 IPAL Sukagalih, Kabupaten Bogor 56
Gambar 22 IPAL Sukamanah, Kabupaten Bogor 56
Gambar 23 Foto Hasil Restorasi Sungai Ciliwung, Citarum dan Danau Toba (Samosir) 58
Gambar 24 Indeks Kualitas Tutupan Lahan Tahun 2017 61
Gambar 25 Grafik Indeks Kualitas Tutupan Lahan (IKTL) Tahun 2012 - 2017 61
Gambar 26 Perbandingan Indeks Kualitas Tutupan Lahan yang mengalami penurunan Tahun 63
2017
Gambar 27 Grafik Distribusi Penurunan Tutupan Hutan 2015-2016 63
Gambar 28 Grafik Distribusi Perubahan Belukar dan Belukar Rawa 2015 – 2016 64
Gambar 29 Area pemulihan lahan bekas tambang timah menjadi kebun buah naga 65
Gambar 30 Area pemulihan lahan bekas tambang timah menjadi area konservasi 66
Gambar 31 Area pemulihan lahan bekas tambang timah menjadi kebun buah lada 66
Gambar 32 Grafik Rekapitulasi Luasan Lahan Terganggu dengan Luas Reklamasi selama 5 tahun 68
terakhir
Gambar 33 Grafik rekapitulasi persentase lahan terganggu dan reklamasi dalam 5 tahun terakhir 69
Gambar 34 IPAL di perkampungan nelayan Desa Surodadi, Kecamatan Sayung, Kabupaten 71
Demak, Provinsi Jawa Tengah
Gambar 35 Pelatihan dan Pendampingan Pengolahan Limbah Ikan Menjadi Pellet 71
Gambar 36 Pengangkutan Tumpahan Minyak Menggunakan Drum 72
Gambar 37 Tangki Timbun Minyak No 14 yang bocor 73
Gambar 38 Penanggulangan tumpahan minyak menggunakan oil boom 73
Daftar Gambar
Gambar 39 Perbandingan Beban Pencemaran di Teluk Jakarta Tahun 2015 dan 2017 74
Gambar 40 Peta Lokasi Kegiatan Sampling Sampah Laut Tahun 2017 77
Gambar 41 Survei di Pantai Batu Belig, Desa Canggu, Badung, Bali 77
Gambar 42 Survei di Pantai Gorontalo, Labuan Bajo, NTT 77
Gambar 43 Survei di Pantai Pulau Opak Besar, Kepulauan Seribu 77
Gambar 44 Pembuatan transek di Pantai Pulau Angin Bira 77
Gambar 45 Gerakan Bersih Pantai di Karimun Jawa 78
Gambar 46 Gerakan Bersih Pantai di Kota Ambon 78
Gambar 47 Gerakan Bersih Pantai di Kota Padang 78
Gambar 48 Lokasi peletakan transplantasi karang di Pulau Pahawang 80
Gambar 49 Karang branching yang ditransplan di Perairan Pulau Pahawang 81
Gambar 50 Karang foliose yang ditransplan di Perairan Pulau Pahawang 81
Gambar 51 Kondisi meja substrat sebelum dan setelah ditempeli transplan koloni karang 81
Gambar 52 Kegiatan Transplantasi Karang di Teluk Palu 83
Gambar 53 Contoh lokasi pembangunan sekat kanal 88
Gambar 54 Rapat Kerja Teknis Ditjen PPKL Tahun 2017 di Mataram 91
Gambar 55 Rapat Kerja Teknis Ditjen PPKL Tahun 2017 di Surabaya 91
Gambar 56 Website Dirjen PPKL yang menyajikan fitur onlimo dan update data Web GIS 92
Gambar 57 Diagram Prosedur Operasional Baku Pengumpulan Data Kinerja 93
Menggunakan Aplikasi E-Monev Ditjen PPKL
Gambar 58 Penerapan Monev berdasarkan Rencana Aksi pada Aplikasi E-Monev Ditjen 94
PPKL
Gambar 59 Talkshow Penghargaan PROPER Tahun 2017 95
Gambar 60 Penyerahan Penghargaan Anugerah PROPER Tahun 2017 oleh Wakil Presiden 95
RI Bapak Yusuf Kalla, 18 Desember 2017, Istana Wakil Presiden
Gambar 61 Advetorial di Majalah Ekonomi Hijau edisi Desember 2017 96
Gambar 62 Advetorial di Media Indonesia edisi Senin, 18 Desember 2017 96
Gambar 63 Halaman depan Website Ditjen PPKL : www.ppkl.menlhk.go.id 97
Gambar 64 Buku Statistik Kualitas Air, Udara dan Tutupan Lahan 2016 97
Gambar 65 Aplikasi SIMPEL 2017 100
Gambar 66 Grafik Peringkat PROPER Tahun 2017 109
Gambar 67 Grafik Peringkat PROPER Tahun 2017 109
Lampiran
Lampiran 1 Perjanjian Kinerja Tahun 2017 117
Lampiran 2 Matriks Indikator terkait mandat Direktorat Jenderal Pengendalian 118
Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
Lampiran 3 Program Prioritas Nasional Direktorat Jenderal Pengendalian 120
Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
Bab I
Pendahuluan
Latar Belakang
Pelaporan kinerja merupakan salah satu bentuk Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran
pertanggungjawaban setiap instansi pemerintah dan Kerusakan Lingkungan (Ditjen PPKL)
terhadap pelaksanaan program dan anggaran. mempunyai kewajiban untuk menyusun laporan
Pelaporan kinerja adalah rangkaian dari sistem kinerja berdasarkan penetapan kinerja tahun
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah 2017. Penetapan kinerja tahun 2017 mengacu
(SAKIP) sesuai dengan Peraturan Pemerintah pada Perjanjian Kinerja dan Rencana Strategis
Nomor 29 Tahun 2014 (PP No. 29 Tahun 2014). Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran
SAKIP di dalam peraturan tersebut mempunyai dan Kerusakan Lingkungan. Berdasarkan amanat
arti rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, tersebut maka dilakukan penyusunan Laporan
alat dan prosedur yang dirancang untuk tujuan Kinerja Direktorat Jenderal Pengendalian
penetapan dan pengukuran, pengumpulan data, Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan tahun
pengklasifikasian, pengiktisaran dan pelaporan 2017.
kinerja pada instansi pemerintah, dalam
rangka pertanggungjawaban dan peningkatan Sasaran Program pada Perjanjian Kinerja
kinerja instansi pemerintah. Pada pasal 5 Ditjen PPKL pada tahun 2017 ini menjadi
peraturan tersebut menyebutkan bahwa SAKIP 3 (tiga) indikator kinerja yang ditetapkan
meliputi rencana strategis, perjanjian kinerja, sebagai Indikator Kinerja Utama (IKU) Ditjen
pengukuran, kinerja, pengelolaan data kinerja, PPKL. Indikator Kinerja Utama ditetapkan
pelaporan kinerja, reviu dan evaluasi kinerja. menggunakan Surat Keputusan Dirjen PPKL
Nomor SK.11/PPKL/SET/REN.0/3/2017
Untuk menindaklanjuti dikeluarkannya PP tentang Penetapan IKU Ditjen PPKL, yang terdiri
Nomor 29 Tahun 2014, Menteri Pendayagunaan dari 4 (empat) indikator. Target masing-masing
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN- indikator meningkat sebesar 0,5 poin, kecuali
RB) mengeluarkan Peraturan Menteri PAN- target nilai SAKIP meningkat sebesar 2 poin (75
RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk poin) dari target tahun 2016 (73 poin).
Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja
dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah. Peraturan tersebut
menjelaskan bahwa laporan kinerja merupakan
bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas
dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap
instansi pemerintah atas penggunaan anggaran.
Laporan kinerja bertujuan untuk memberikan
informasi kinerja yang terukur kepada pemberi
mandat atas kinerja yang telah dan seharusnya
dicapai, sekaligus sebagai upaya perbaikan
berkesinambungan bagi instansi pemerintah
untuk meningkatkan kinerjanya. Laporan
kinerja disusun berdasarkan perjanjian kinerja,
pengukuran kinerja dan evaluasi kinerja.
Struktur Organisasi
Secara lengkap struktur organisasi Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan
Lingkungan, dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini.
Direktorat Jenderal
Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan
Lingkungan
Sekretariat Ditjen
Subdirektorat Subdirektorat
Subdirektorat Pengendalian
Pengendalian Pencemaran Pengendalian Pencemaran
Pencemaran Limbah
dan Kerusakan Wilayah II Udara Sumber Tidak
Domestik
Bergerak
Subdirektorat
Subdirektorat Pengendalian
Pemantauan Kualitas
Pencemaran Limbah Usaha
Udara dan Pengendalian
Kecil dan Non Institusi
Pencemaran Non Institusi
Sumber daya manusia di Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
berjumlah total sebanyak 235 pegawai, yang mencakup berbagai disiplin ilmu. Secara rinci sumber
daya manusia yang ada seperti yang terlihat pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Sumber Daya Manusia Ditjen PPKL KLHK Berdasarkan Jenjang Pendidikan
per Januari 2018
SLTA
D3 Sed-
No Unit Kerja S3 S2 S1 Seder- SLTP SD Jml Ket
erajat
ajat
1 Dirjen PPKL - 1 - - - - - 1
2 Sekretariat - 5 29 9 20 3 4 70
Direktorat
Jenderal PPKL
3 Direktorat - 8 14 - 1 1 - 24
Pengendalian
Kerusakan
Gambut
4 Direktorat 1 8 16 1 7 - 1 34
Pengendalian
Pencemaran
dan Kerusakan
Pesisir dan
Laut
5 Direktorat 1 7 27 2 6 1 - 44
Pengendalian
Pencemaran
Air
6 Direktorat - 14 17 2 3 - - 36
Pengendalian
Pencemaran
Udara
7 Direktorat - 6 16 1 2 - - 25
Pemulihan
Kerusakan
Lahan Akses
Terbuka
8 Dipekerjakan - 1 - - - - - 1
Jumlah 2 45 116 16 41 4 5 235
Sumber : Setditjen PPKL, Ditjen PPKL
Keuangan
Anggaran awal DIPA Ditjen PPKL Tahun Rp.114.979.785.000,- (seratus empat belas
2017 sebesar Rp.110.732.685.000,- (seratus milyar sembilan ratus tujuh puluh sembilan
sepuluh milyar tujuh ratus tiga puluh dua juta juta tujuh ratus delapan puluh lima ribu rupiah)
enam ratus delapan puluh lima ribu rupiah). dengan rincian alokasi anggaran tiap direktorat
Dalam pelaksanaan Anggaran Ditjen PPKL sebagaimana dicantumkan pada Tabel 2 berikut
mendapatkan penambahan anggaran menjadi ini.
Bab II
Perencanaan
Kinerja
Tujuan
Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
Tahun 2015 – 2019
Indikator Tujuan
Sasaran Program
Sasaran Kegiatan
Meningkatnya penerapan
green transportation
Gambut
Meningkatnya proporsi jumlah perusahaan
konsesi di ekosistem gambut yang
meningkat kinerja tata pengelolaan airnya
Gambut
Meningkatnya proporsi jumlah perusahaan
konsesi di ekosistem gambut yang
meningkat kinerja tata pengelolaan airnya
Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran Pada tahun 2016, Menteri Lingkungan Hidup
dan Kerusakan Lingkungan yang menjadi dan Kehutanan telah menetapkan 7 (tujuh)
penanggung jawab program pengendalian Indikator Kinerja Utama (IKU) melalui Peraturan
pencemaran dan kerusakan lingkungan, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 78/Menlhk/Setjen/Set.1/9/2016
mempunyai tugas yang perlu diimplementasikan tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama
dalam 5 tahun ke depan dan mendukung (IKU). Dalam penetapan IKU tersebut, tugas
terhadap sasaran strategis 1 Kementerian dalam dan fungsi Ditjen PPKL lebih utama mendukung
meningkatnya kualitas lingkungan hidup yang tercapainya Indikator Kinerja Utama nomor 1
tercermin dalam Indeks Kualitas Lingkungan yaitu Indeks Kualitas Lingkungan Hidup pada
Hidup (IKLH) sebesar 66,5- 68,5 pada tahun Tahun 2019 berada pada rentang 66,5-68,6.
2019 yang didukung oleh sistem data informasi Pada tahun 2017 ini target IKLH berada pada
lingkungan hidup dan neraca sumberdaya rentang 64,00-65,00. Target ini lebih rendah
alam dan lingkungan hidup yang handal. Dalam dibanding target RKP 2017 yaitu sebesar 65,00-
meningkatkan Indeks Kualitas Lingkungan 65,50. Target untuk Indikator Kinerja Utama
Hidup, Ditjen PPKL mempunyai peran dalam nomor 1 dapat dicapai dengan pelaksanaan
meningkatkan kualitas udara, air, dan tutupan kegiatan yang menjadi Indikator Kinerja Program
lahan. Program Ditjen PPKL juga mendukung atau Indikator Kinerja Utama Ditjen PPKL tahun
sasaran strategis 3 untuk pelestarian 2017, dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.
keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman
hayati serta keberadaan sumberdaya alam
sebagai sistem penyangga kehidupan untuk
mendukung pembangunan berkelanjutan.
PENGENDALIAN
PENCEMARAN DAN
KERUSAKAN LINGKUNGAN
Meningkatnya
Kualitas Udara
82,00
Meningkatnya
Kualitas Air
53,00
Meningkatnya Kualitas
Tutupan Lahan
60,00
75 poin
Sumber : Setditjen PPKL, Ditjen PPKL
Perjanjian Kinerja
Perjanjian Kinerja adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang
lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang
disertai dengan indikator kinerja (lampiran 1). Perjanjian kinerja disusun berdasarkan Peraturan
Menteri PAN dan RB Nomor 53 Tahun 2014. Indikator Kinerja yang ditetapkan dalam dokumen
Perjanjian Kinerja 2017 sebanyak 3 (tiga) indikator yaitu IKU meningkat, IKA meningkat dan ITL/
IKTL meningkat. Tahun 2017 Perjanjian Kinerja Ditjen PPKL dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini.
Tabel 5. Perjanjian Kinerja Ditjen PPKL Tahun 2017
Bab III
Akuntabilitas
Kinerja
A. Metode Pengukuran
Pengukuran Kinerja
01
Pengukuran kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan
kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program yang ditetapkan dalam mewujudkan tujuan
instansi pemerintah. Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan antara realisasi kinerja
dengan target penetapan kinerja. Semakin tinggi realisasi kinerja, semakin baik pencapaian indikator
kinerja.
Perhitungan efektifitas kinerja dilakukan dengan membandingkan antara capaian kinerja tahun
ini dengan capaian kinerja tahun sebelumnya. Apabila hasil perbandingan tersebut lebih dari satu
maka capaian kinerja tahun ini lebih efektif dibandingkan dengan capaian kinerja tahun lalu. Tetapi
apabila hasil perbandingan tersebut kurang dari satu maka capaian kinerja tahun ini kurang efektif
dibandingkan dengan capaian kinerja tahun lalu.
Efisiensi kinerja dihitung dengan membandingkan antara capaian kinerja dengan capaian penyerapan
anggaran. Apabila hasil perbandingan tersebut lebih dari satu maka pelaksanaan kegiatan dapat
dikatakan efisien, sedangkan bila hasil perbandingan tersebut kurang dari satu maka pelaksanaan
kegiatan tidak efisien.
Analisis atas capaian kinerja sasaran dikaitkan dengan indikator kinerjanya dapat diuraikan
sebagai berikut:
Sasaran 1
Meningkatnya Kualitas Udara
Capaian indikator kinerja utama untuk sasaran Adapun perhitungan indeksnya adalah
program meningkatnya kualitas udara pada tahun membandingkan nilai rata-rata tahunan
2017 adalah tercapainya target Indeks Kualitas terhadap standar EU Directives, apabila
Udara (IKU) Nasional sebesar 82 poin. Indeks angkanya melebihi 1 berarti melebihi standar
Kualitas Udara (IKU) merupakan gambaran atau EU, begitu pula sebaliknya apabila sama dan
nilai hasil transformasi parameter-parameter dibawah 1 artinya memenuhi standar dan lebih
(indikator) individual pencemar udara yang baik. Perhitungan IKU provinsi dilakukan melalui
berhubungan menjadi suatu nilai sehingga mudah beberapa tahapan sebagai berikut:
dimengerti oleh masyarakat umum. IKU nasional 1. Menghitung rerata parameter NO2 dan SO2
dihitung dari IKU masing- masing provinsi di dari tiap periode pemantauan untuk masing-
Indonesia setelah data konsentrasi rata-rata masing lokasi (titik) sehingga didapat data
tahunan parameter pencemar udara berupa SO2 rerata untuk area transportasi (A), Industri
dan NO2 dari hasil pengukuran kualitas udara (B), area komersial (C), dan area pemukiman/
ambien kabupaten/kota. Pengukuran kualitas perumahan (D).
udara ambien di kab/kota dilakukan pada 4 2. Menghitung rerata parameter NO2, dan SO2
(empat) lokasi yang mewakili wilayah industri, untuk masing-masing kota atau kabupaten
pemukiman, transportasi, dan perkantoran yang merupakan perhitungan rerata dari ke
dengan metode manual passive sampler dengan empat titik pemantauan.
persyaratan dan kriteria yang telah ditetapkan. 3. Menghitung rerata parameter NO2 dan SO2
Pengumpulan data tersebut dilakukan melalui untuk provinsi yang merupakan perhitungan
2 (dua) mekanisme yaitu a). pengukuran kualitas rerata dari kota atau kabupaten.
udara ambien dengan metode passive sampler 4. Angka rerata NO2 dan SO2 provinsi
yang dilakukan dengan APBN melalui mekanisme dibandingkan dengan Referensi EU akan
dekonsentrasi kepada provinsi; b). pengukuran didapatkan Index Udara model EU (IEU) atau
kualitas udara ambien yang dilakukan oleh indeks antara sebelum dinormalisasikan pada
daerah dengan menggunakan APBD. indeks IKLH.
5. Indeks Udara model EU dikonversikan
Metodologi perhitungan IKU mengadopsi menjadi indeks IKLH melalui persamaan
Program European Union melalui European sebagai berikut:
Regional Development Fund pada Regional
Initiative Project, yaitu “Common Information to Indeks Udara IKLH = 100 -
50
x (Ieu - 0,1)
European Air” (Citeair II) dengan Judul CAQI Air 0,9
Quality Index : Comparing Urban Air Quality accros
Borders-2012. Common Air Quality Index (CAQI)
ini digunakan melalui www.airqualitynow.eu
sejak 2006. Indeks ini dikalkulasi untuk data
rata-rata perjam, harian dan tahunan.
Secara konsepsi, perhitungan indeks termasuk Untuk mendapatkan angka nasional tersebut
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) maka masing-masing provinsi memberikan
memiliki sifat komparatif yang berarti nilai proporsi kontribusi berdasarkan jumlah
satu provinsi relatif terhadap provinsi lainnya. penduduk dan luas wilayahnya terhadap total
Dalam persepektif IKLH, angka indeks ini bukan jumlah penduduk dan luas wilayah Indonesia.
semata-mata peringkat, namun lebih kepada
suatu dorongan upaya perbaikan kualitas Hasil penghitungan IKU nasional tahun 2017
lingkungan hidup. adalah 87,03, sedangkan target tahun 2017
ditetapkan sebesar 82,00, sehingga capaian
Dalam konteks ini para pihak di tingkat provinsi kinerjanya mencapai 106,13%. Berdasarkan
terutama pemerintah provinsi dapat menjadikan klasifikasi penjelasan kualitatif terhadap rentang
IKLH sebagai titik referensi untuk menuju angka nilai IKLH yang disusun oleh KLHK pada tahun
ideal yaitu 100. Semakin jauh dengan angka 100, 2014 (sumber: IKLH Indonesia 2014) bahwa
mengindikasikan harus semakin besar upaya nilai IKU 87,03 mengandung arti bahwa kualitas
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup udara nasional berada dalam kategori sangat
yang dilakukan. baik (82 < X ≤ 90).Capaian Perjanjian Kinerja
untuk sasaran program meningkatnya kualitas
Selain komparatif terhadap provinsi lainnya, udara pada tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel
angka indeks nasional dapat menjadi acuan, 7 berikut ini.
apabila angka indeks provinsi berada di bawahnya
(lebih kecil) artinya ada dalam ketegori upaya
yang harus terakselerasi sedangkan apabila di
atasnya (lebih besar) artinya ada dalam kategori
pemeliharaan.
Lingkup kegiatan perhitungan IKU pada tahun 2017 antara lain adalah pengumpulan data dan
informasi, verifikasi dan validasi data, entry data, pengolahan data dan perhitungan untuk
menghasilkan IKU provinsi dan IKU nasional tahun 2017. Hasil pengolahan data dan hasil perhitungan
IKU provinsi dan IKU nasional tahun 2017 dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3 berikut ini.
84,96
Hasil perhitungan nilai IKU tahun 2017 sebesar Pencapaian nilai IKU dipengaruhi oleh berbagai
87,03 bila dibandingkan dengan nilai IKU tahun faktor seperti kebijakan sektor terkait dalam
2016 sebesar 81,78, meningkat 5,25 poin. Indeks mendukung pengendalian pencemaran udara,
Kualitas Udara tahun 2015 - 2017 berfluktuatif dukungan pihak lain seperti Pemerintah Daerah,
dari tahun ke tahun, hal ini disebabkan oleh instansi terkait, masyarakat dan pelaku usaha,
beberapa hal, antara lain: ketersediaan pendanaan baik dari sisi pemerintah
1. Jumlah data turut mempengaruhi hasil maupun pelaku usaha, serta faktor alam yaitu
perhitungan IKU provinsi dan IKU nasional. meteorologi maupun bencana seperti kebakaran
Jumlah kabupaten/kota yang dilakukan lahan dan meletusnya gunung berapi. Upaya
pengukuran udara ambien untuk perhitungan peningkatan kualitas udara dilakukan melalui
IKU bertambah dari tahun 2015 sampai tahun berbagai intervensi seperti kebijakan terkait
2017. Pada tahun 2015 jumlah kabupaten/ pengendalian pencemaran udara, insentif dan
kota yang diukur kualitas udaranya sebanyak disinsentif, pemantauan, teknologi, membangun
150 kabupaten/kota pada 28 provinsi, tahun komitmen dengan pemangku kepentingan lain,
2016 sebanyak 259 kabupaten/kota pada serta penghargaan dan sanksi.
34 provinsi dan tahun 2017 sebanyak 400
kabupaten/kota pada 34 provinsi. Indeks kualitas udara dapat menjadi indikator
keberhasilan dalam mencapai tujuan
2. Kualitas udara ambien masing-masing menurunkan beban emisi pencemaran udara
kabupaten/kota dipengaruhi oleh beberapa melalui pengendalian pencemaran udara dari
hal, antara lain keadaan iklim, arah angin, sumbernya. Keberhasilan mencapai target
topografi dan sumber pencemar udara, sampai 106,13% diperoleh melalui upaya
yang terdiri dari Sumber Alami / biogenic pengendalian pencemaran udara dari sumber
(letusan gunung berapi, dekomposisi biotik) tidak bergerak, sumber bergerak, dan pendukung
dan Antropogenik. Data yang mendukung kegiatan lainnya. Kegiatan untuk mendukung
berkurangnya emisi yang dihasilkan dari capaian IKU pada tahun 2017 disampaikan
sumber tidak tentu adalah berkurangnya berikut ini.
pencemaran udara dari sumber kebakaran
hutan dan lahan. Luas kebakaran hutan
dan lahan di tahun 2017 menurun drastis.
Berdasarkan data citrasatelit LANDSAT 8 HS
Terra Aqua menunjukkan bahwa pada tahun
2017 luas kebakaran hutan dan lahan seluas
124.743 Ha, pada tahun 2016 seluas 438.363
Ha, dan pada tahun 2015 seluas 2.611.411 Ha.
Selain dari berkurangnya kejadian kebakaran
hutan, pendukung lainnya adalah curah hujan
pada tahun 2017 yang secara umum lebih
tinggi dan lebih lama dibanding tahun 2016.
a. Jumlah industri yang memenuhi baku mutu emisi 75% dari 2000 industri.
- Evaluasi kinerja pengendalian pencemaran udara dari sektor industri dilakukan pada industri
Pertambangan, Energi dan Migas (PEM), Agroindustri (AGRO) serta industri Manufaktur,
Prasarana dan Jasa (MPJ). Jumlah industri yang dievaluasi pada tahun 2017 sebanyak 1.764
industri. Sebanyak 188 industri dilakukan pembinaan lebih intensif melalui pengawasan
langsung sedangkan selebihnya pengawasan tidak langsung (1.576). Status penaatan periode
penilaian Proper 2016 - 2017 dibandingkan dengan status penaatan industri pada periode
sebelumnya dapat dilihat pada perbandingan capaian kinerja pengendalian pencemaran udara
pada Tabel 8.
Tabel 8 Capaian Kinerja Pengendalian Pencemaran Udara per-Sektor
periode 2015 - 2016 dan 2016 - 2017
Sektor Industri Jumlah Industri Jumlah Industri Jumlah Ketaatan Jumlah Ketaatan Efektifitas (%)
2015-2016 2016-2017 2015-2016 2016-2017
PEM 433 422 416 412 99%
MPJ 836 521 726 487 67%
AGRO 886 821 795 793 99%
Jumlah 2.155 1.764 1.937 1.692 87%
% ketaatan 89,88% 97,75%
Sumber : Direktorat PPU, Ditjen PPKL
120,00
100,00
80,00
60,00
40,00
20,00
0,00
Gambar 5 Grafik Prosentase Peningkatan Ketaatan Industri terhadap BME tiap Provinsi
Gambar 5 memperlihatkan grafik adanya Pada tahun 2017 upaya peningkatan kualitas
kecenderungan meningkatnya persentase udara melalui intervensi kebijakan ini
industri yang taat terhadap baku mutu emisi dikembangkan dengan menyusun rancangan
pada periode evaluasi Juli 2016 – Juni 2017. Hal peraturan pemerintah dan penyusunan baku
ini dapat menjadi indikator adanya peningkatan mutu sebagai berikut :
kualitas udara yang dipengaruhi dari upaya
pemenuhan baku mutu emisi oleh industri. Harmonisasi dan sinkronisasi
01 Rancangan Peraturan Pemerintah
- Dukungan teknis verifikasi pengaduan tentang Pengelolaan Kualitas Udara
masyarakat terkait pencemaran udara Penyusunan rancangan peraturan
Disamping evaluasi terhadap kinerja 02 menteri tentang Baku Mutu Emisi
industri, juga dilakukan verifikasi pengaduan Industri Pembangkit
masyarakat terkait dugaan terjadinya
pencemaran lingkungan yang berkaitan Penyusunan rancangan peraturan
dengan aspek pencemaran udara. Verifikasi 03 menteri tentang Baku Tingkat
tersebut dimaksudkan sebagai dukungan Kebisingan
teknis dari aspek pengendalian pencemaran
udara melalui pengumpulan data dan
informasi serta pembinaan teknis kepada b. Jumlah kota yang menerapkan green
industri. transportation meningkat dari tahun ke
tahun
Pada tahun 2016 sebanyak 10 industri
mendapat dukungan teknis dalam penanganan Berdasarkan hasil inventarisasi emisi dan
pengaduan pencemaran udara, dan pada perhitungan beban pencemaran udara
tahun 2017 ada peningkatan sebanyak 13 kabupaten/kota menunjukkan bahwa
industri yang mendapatkan dukungan teknis umumnya kontribusi beban pencemaran
dalam penanganan pengaduan masyarakat udara didominasi dari sumber bergerak
terkait pencemaran udara. Meningkatnya yaitu kendaraan bermotor. Oleh sebab
kesadaran masyarakat terhadap kualitas itu, dikembangkan program Green
lingkungan diperkirakan menjadi pemicu Transportation yang bertujuan untuk
meningkatnya jumlah pengaduan, hal meningkatkan penggunaan transportasi
tersebut perlu disikapi dengan lebih baik dan massal, mengurangi penggunaan kendaraan
bijaksana pada tahun yang akan datang. pribadi, penciptaan infrastruktur jalan yang
mendukung perkembangan transportasi
- Penyusunan kebijakan, peraturan dan massal, mengurangi emisi kendaraan, serta
pedoman pengendalian pencemaran udara menciptakan ruang jalan yang ramah bagi
Meningkatnya kualitas udara pada tahun pejalan kaki dan pengguna sepeda. Prinsip
2017 dapat dipengaruhi oleh intervensi transportasi berkelanjutan dapat dilihat pada
kebijakan yang dikeluarkan pada tahun 2016 gambar berikut.
dan mulai diterapkan pada tahun 2017,
antara lain :
a. Penerapan Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Nomor: P-70/
Menlhk/ Setjen/ Kum.1/8/2016 tentang
Baku Mutu Emisi Udaha dan/atau Kegiatan
Pengolahan Sampah secara Thermal
b. Penerapan Peraturan Menteri LIngkugan
Hidup dan Kehutanan Nomor P.19/
Menlhk/Setjen/Kum.1/2/2017 tentang
Baku Mutu Emisi Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Industri Semen.
PU dan Pemerintah
NO KRITERIA KLHK Perhubungan Kesehatan ESDM GAIKINDO
Pera Kota/Kab
1 Kendaraan
- Rendah Emisi
Teknologi kendaraan
√
rendah emisi
Bahan bakar ramah
√
lingkungan
Konsumsi bahan
√ √
bakar per kapita
2 - Kebijakan dan
Peraturan
Penyediaan
√
transportasi publik
Parkir √
Uji Emisi √ √
Baku mutu emisi gas
buang kendaraan √
bermotor
Zona taat emisi √
Pemantauan tepi
√ √
jalan raya
3 - Infrastruktur Jalan
Pedestrian √ √
Koridor hijau dan
√ √
RTH
Jalur sepeda √
4 - Peran serta
masyarakat
Pelatihan Eco Driving √ √
Car free day √
Sumber : Direktorat PPU, Ditjen PPKL
Pada periode tahun 2015 - 2019 penanganan Pada tahun 2016 kegiatan green transportation
permasalahan transportasi di perkotaan dilakukan di 3 (tiga) kota yaitu Palembang,
didorong dengan mengadopsi konsep green Surakarta dan Bandung terus berlanjut,
transportation untuk diterapkan secara tahapan yang dilakukan di 3 kota tersebut
bertahap pada 45 kota di Indonesia. Penerapan adalah membuat rencana aksi, koordinasi dan
green transportation dilakukan melalui upaya sinkronisasi pelaksanaan kebijakan pengendalian
strategis pengendalian pencemaran udara dari pencemaran udara sumber bergerak. Tahun 2017
sumber bergerak dengan pendekatan dari hulu penerapan green transportation dilaksanakan di
sampai hilir yaitu: 1) Penyusunan kebijakan Kota Makasar dan Manado, rencana aksi kedua
dan peraturan, 2) Mendorong Pemda dalam kota tersebut disampaikan dalam tabel berikut.
penerapan Green Transportation, 3) Koordinasi
dan kerjasama dengan instansi terkait dan 4)
Evaluasi Kualitas Udara Perkotaan
Agenda bersama penerapan GT di kota Makassar dan Kota Menado dengan melihat kondisi terkini di
ke-2 kota tersebut. Kondisi aktual yang dilihat adalah :
Sebagai salah satu upaya untuk mendukung Evaluasi Kualitas Udara Perkotaan (EKUP) yang
penerapan Green Transportation, KLHK telah dilakukan pada tahun 2017 hanya dilakukanpada
menerbitkan Peraturan Menteri LHK Nomor 15 kota yang menggunakan anggaran APBD.
P.20/Menlhk/Setjend/Kum.1/3/2017 tentang EKUP diambil dari 3 kegiatan yaitu uji emisi,
Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan roadside monitoring dan traffic counting. Dari 15
Bermotor Tipe Baru Kateri M, Kategori N dan kota yang melaksanakan EKUP pada tahun 2017,
Kategori O dan mencabut PerMen LH Nomor 11 kota yang melakukan roadside monitoring.
4 Tahun 2009 tentang Ambang Batas Emisi Gas
Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru. Jika dilihat dari data kualitas udara roadside
monitoring, kota-kota yang melakukan roadside
Peraturan Menlhk P.20 Tahun 2017 monitoring 2016 dan 2017 digambarkan adanya
mencantumkan baku mutu emisi yang lebih ketat penurunan kadar parameter kunci. Berikut
dibanding Peraturan Menlh No. 4 Tahun 2009. adalah grafik pemantauan kualitas udara roadside
Pengetatan ini berakibat pada penggunaan monitoring pada tahun 2016 dan 2017.
teknologi kendaraan bermotor yang lebih baik
(teknologi Euro 4) dan kualitas bahan bakar yang
lebih bagus (bahan bakar setara Euro 4). Dengan
terbitnya peraturan ini, sumber pencemaran
udara dari sumber bergerak akan semakin
berkurang dan kualitas udara di perkotaan
menjadi lebih baik.
0 0
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6
2016 2017 BM 2016 2017 BM
Gambar 7 Grafik Hasil Road Side Monitoring Kota Pelaksana EKUP Mandiri 2016 dan 2017
Secara umum untuk kadar parameter PM10, SO2, Berdasarkan hasil studi, 70% pencemaran udara
NO2, CO menunjukkan penurunan. Penurunan terjadi di perkotaan dan 23% emisi Gas Rumah
kadar parameter yang dihasilkan dari sumber Kaca (GRK) dari bahan bakar yang bersumber
menjadikan sumbangan kadar pencemar ke dari sektor transportasi (KLH, 2012), dan 90%
udara semakin menurun atau dengan kata lain dari emisi transportasi, berasal dari transportasi
kualitas udara membaik. darat. Hal ini tidaklah mengherankan mengingat
pertumbuhan kendaraan bermotor per tahun
Kegiatan lainnya yang dilakukan untuk sebanyak 9 juta unit/tahun, termasuk sepeda
mendukung penerapan Green Transportation, motor 7,8 juta unit/tahun (Gaikindo dan AISI,
dengan menyelenggarakan rally dan workshop 2014).
eco-driving. Manfaat dari Eco-Driving ini antara
lain : Dampak pencemaran udara tersebut sangat
a. Keselamatan: Meningkatkan keselamatan mempengaruhi kesehatan manusia, antara lain
jalan dan keterampilan mengemudi. fungsi organ otak, perut, mata, tenggorokan,
b. Lingkungan: Mengurangi emisi gas rumah paru-paru, jantung, bahkan sistem reproduksi.
kaca (CO2), sedikit polusi udara lokal dan Maka guna mendukung upaya mengatasi
pengurangan kebisingan. pencemaran udara, Ditjen PPKL mengadakan
c. Finansial: Menghemat bahan bakar (5-15% kampanye publik terkait teknik mengemudi yang
dalam jangka panjang), biaya pemeliharaan aman, nyaman, efisien dan ramah lingkungan
kendaraan yang lebih rendah dan mengurangi (Eco Driving), dalam bentuk Eco Driving Fun Rally
biaya kecelakaan. (EDFR). Mengendarai kendaraan bermotor
d. Sosial: Lebih bertanggung jawab dalam dengan moda eco driving mampu menghemat
mengemudi, kurang stres pada saat bahan bakar hingga 10%. Hitungan efisiensi
mengemudi dan kenyamanan yang lebih bahan bakar sengan menggunakan moda eco
tinggi bagi pengemudi dan penumpang. driving digambarkan pada Tabel 12 berikut.
Jika dilihat dari rata-rata penghematan dan efisiensi bahan bakar tidak lepas dari nilai rupiah yang
dihemat dan pengurangan emisi yang dihasilkan. Jika dalam cara berkendara dari semua kalangan
menggunakan moda eco driving tentunya selain melakukan efisiensi anggaran juga akan mengurangi
sumbangan pencemaran di udara dari sumber kendaraan bermotor.
Untuk kota Jambi, Palangkaraya dan Palembang peralatan AQMS beroperasi mulai bulan Januari
tahun 2017. Sedangkan kota Padang, Pekanbaru, Pontianak dan Banjarmasin mulai beroperasi bulan
Juli tahun 2017. Adapun kompilasi data hasil pemantauan seluruh kota dapat dilihat pada grafik
Gambar 9 berikut ini.
Kegiatan yang dilakukan untuk mendukung terlaksananya pemantauan kualitas udara dengan
jaringan pemantauan AQMS adalah penyusunan pedoman pengendalian pencemaran udara di
area pemukiman dan menjalin kerjasama dengan pemerintah daerah untuk mengintegrasikan
pemantauan kualitas udara yang dilakukan oleh kabupaten/kota (DKI Jakarta, Kalimantan Utara,
Surabaya, Bandung, Karawang) dan BMKG serta kesepakatan kerjasama, dan pembangunan aplikasi
pemantauan kualitas udara berbasis WEB (http://iku.menlhk.go.id).
Sasaran 2
Meningkatnya Kualitas Air
Kebutuhan air yang layak untuk dimanfaatkan Langkah-langkah perhitungan IKA adalah
semakin meningkat seiring dengan jumlah sebagai berikut:
manusia yang semakin banyak. Meningkatnya - Langkah 1 : masing-masing titik pemantauan
kegiatan manusia akan memberikan kontribusi diasumsikan sebagai 1 (satu) data dan akan
yang besar terhadap makin berkurangnya air memiliki status mutu air.
yang layak untuk dimanfaatkan oleh manusia.
Pembuangan limbah yang ditimbulkan - Langkah 2 : konsentrasi parameter
dari kegiatan manusia tersebut akan dapat dibandingkan dengan baku mutu. Apabila
menyebabkan pencemaran air sehingga tidak nilai (Ci/Lij) hasil pengukuran lebih besar dari
dapat dimanfaatkan kembali tanpa pengolahan 1,0, maka digunakan nilai (Ci/Lij) baru.
lebih lanjut. Isu pencemaran, kelangkaan air
bersih, banjir merupakan keseharian yang - Langkah 3 : setelah didapat angka rata-rata
sering kita dengarkan hampir disetiap wilayah dan maksimalnya dari suatu titik, kemudian
di Indonesia. Upaya yang telah dilakukan oleh diberikan status mutu air, sehingga setiap
Pemerintah dan Pemerintah Daerah sampai saat titik akan memiliki Indeks Pencemaran Air.
ini masih belum optimal untuk mengatasi hal
tersebut. - Langkah 4 : Indeks Pencemaran Air tersebut
kemudian ditetapkan status mutu air
Untuk mengukur kualitas air digunakan suatu berdasarkan kriteria berikut:
nilai yang disebut Indeks Kualitas Air (IKA). o Memenuhi baku mutu atau kondisi baik
Indeks Kulitas Air merupakan indikator yang jika 0 < Plj < 1,0
menunjukkan tingkat kualitas air di suatu wilayah, o Tercemar ringan jika 1,0 < Plj < 5,0
sehingga mudah dimengerti oleh masyarakat. o Tercemar sedang jika 5,0 < Plj < 10,0
Indeks Kulitas Air dihitung berdasarkan o Tercemar berat jika Plj > 10,0
penghitungan status mutu air dengan metode
indeks pencemaran sesuai Peraturan Menteri - Langkah 5 : Langkah 1 dan 2 dirangkum
Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 dalam satu tabel untuk setiap provinsi
tentang Status Mutu Air. Baku mutu air yang
digunakan untuk penghitungan ini adalah baku - Langkah 6 : Jumlah titik sampel yang
mutu air kelas 2 sesuai dengan Lampiran Kriteria memenuhi baku mutu air dijumlahkan
Mutu Air Peraturan Pemerintah Nomor 82 dan dibuat dalam persentase dengan
Tahun 2001 tentang Pengendalian Pencemaran membaginya terhadap seluruh jumlah
Air dan Pengelolaan Kualitas Air dengan 7 (tujuh) sampel.
parameter yang dihitung yaitu BOD, COD, TSS,
DO, fosfat, fecal coli, dan total coliform. - Langkah 7 : Masing-masing persentase
pemenuhan mutu air kemudian dikalikan
bobot indeks, yaitu untuk 70 untuk
memenuhi, 50 untuk ringan, 30 untuk
sedang, dan 10 untuk berat, akan didapat
masing-masing nilai indeks per mutu air
dan kemudian dijumlahkan menjadi indeks
air untuk IKA provinsi. Adapun rumus
penghitungan indeks kualitas air sebagai
berikut:
Indeks kualitas air nasional dihitung dari Nilai IKA tahun 2017 sebesar 53,20 meningkat
indeks kualitas air masing masing provinsi dari 3,00 poin dari IKA tahun 2016 (50,20). Capaian
hasil pemantauan kualitas air kabupaten/kota kinerja sasaran meningkatnya kualitas air tahun
yang mewakili wilayah industri, pemukiman, 2017, dapat dilihat pada Tabel 13 berikut ini.
transportasi, dan komersial. Hasil perhitungan
IKA tahun 2017 di 34 Provinsi sebesar 53,20
sehingga capaian kinerja untuk sasaran
meningkatnya kualitas air sebesar 100,38%.
Tabel 13. Capaian Kinerja Sasaran Program Meningkatnya Kualitas Air Tahun 2017
Capaian
Indikator Realisasi Realisasi Realisasi Target Capaian
Kinerja Target Realisasi
Kinerja 2014 2015 2016 RPJM 2017 Kinerja (%)
2016 (%)
Sasaran : Meningkatnya kualitas air
Indeks
Kualitas Air 52,19 53,10 50,20 95,62 53,00 53,00 53,20 100,38
Minimal 55
54,58
Tahun 2017 merupakan tahun 54,18
ketiga dalam upaya memenuhi 53,10 53,20
pencapaian target RPJMN 2015-
52,19
2019, yaitu sebesar 55 pada tahun
2019. Capaian indikator kinerja
IKA tahun 2017 sebesar 53,20
atau 100,38% dari target sebesar
51,82
53 poin. Grafik nilai IKA dari
tahun ke tahun dapat dilihat pada
50,20
Gambar 11 Berikut ini.
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Nilai IKA dipengaruhi oleh berbagai variable 3. Pelaksanaan pengendalian pencemaran air
antara lain: (a) penurunan beban pencemaran dari sumber domestik dan USK diperkuat
serta upaya pemulihan (restorasi) pada beberapa dengan kegiatan koordinasi, pembinaan dan
sumber air; (b) ketersedian dan fluktuasi debit kemitraan yang lebih efektif
air yang dipengaruhi oleh perubahan fungsi 4. Peningkatan kinerja pengendalian
lahan serta faktor cuaca lokal, iklim regional dan pencemaran air dari kegiatan industri
global; (c) penggunaan air; dan (d) serta tingkat melalui kegiatan PROPER, pengawasan dan
erosi dan sedimentasi. Sehingga dalam rangka penegakan hukum yang berhasil menurunkan
meningkatkan Indeks Kualitas Air juga harus beban pencemaran air serta konservasi air
bersinergi dengan program dan kegiatan unit dalam jumlah yang signifikan
internal KLHK yang terkait, Kementerian terkait 5. Perbaikan kualitas air juga diperoleh dengan
lainnya dan Pemerintah Daerah serta pelaku kegiatan restorasi sungai di berbagai
usaha. daerah yang dilakukan melalui kolaborasi
pemerintah pusat, daerah, BUMN, swasta
Peningkatan nilai indeks kualitas air (IKA) dan masyarakat
Nasional dari 50,30 di Tahun 2016 menjadi 6. Peningkatan kualitas dan kuantitas
53,20 di Tahun 2017 merupakan indikasi pemantauan kualitas air secara manual dan
terjadinya perbaikan kualitas air selama setahun. otomatis dan online telah meningkatkan
Faktor utama membaiknya kualitas air adalah upaya pemerintah, swasta dan masyarakat
berhasilnya pelaksanaan strategi, program dan dalam pengendalian pencemaran air
kegiatan penurunan beban pencemaran dari 7. Pembinaan teknis kepada pemerintah daerah
berbagai sumber pencemar seperti berikut ini: dan pelaku usaha baik skala besar, menengah,
1. Peningkatan kinerja pengendalian dan kecil.
pencemaran air limbah domestik melalui
pembangunan, dan pengoperasian IPAL Pencapaian target sasaran meningkatnya
domestik, baik yang dilakukan oleh kualitas air ini didukung dengan capaian kinerja
pemerintah pusat (KLHK dan Kemen PUPR) 6 (enam) output kegiatan, dengan penjelasan
2. Peningkatan kinerja pengendalian capaian kinerja setiap kegiatan pada tahun 2017
pencemaran air limbah USK melalui adalah sebagai berikut:
pembangunan dan pengoperasian IPAL
biodigester dan penerapan perubahan
proses produksi baik yang dilakukan oleh
pemerintah pusat (KLHK , Kemen Pertanian,
Kemen ESDM), daerah, LSM dan peternak.
1. Jumlah sistem yang dibangun untuk mendukung hal tersebut, pada tahun 2015
memantau kualitas air secara kontinyu pada dibangun alat monitoring kualitas air secara
3 sungai di 3 DAS Prioritas kontinyu di 3 (tiga) lokasi yaitu dua titik di
sungai Ciliwung (Istiqal, Kota Jakarta Pusat
Sasaran kegiatan ini adalah untuk dan pintu air manggarai Kota Jakarta Selatan)
menyediakan informasi data kualitas dan satu titik di sungai Citarum (Majalaya
air sungai secara kontinyu. Upaya untuk Kabupaten Bandung). Selanjutnya tahun
mengendalikan pencemaran air salah satunya 2016 dibangun di 7 (tujuh) lokasi yaitu satu
adalah pemantauan kualitas air baik yang akan titik di sungai Ciliwung (Kota Jakarta Selatan),
masuk ke sungai atau di lokasi aliran sungai. dua titik di Sungai Cisadane (Kota Tangerang
Pemantauan ini perlu dilakukan secara terus dan Kota Bogor), dua titik di Sungai Serayu
menerus dengan cara menganalisis kualitas (Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten
air yang masuk atau yang berada pada aliran Banyumas), serta dua titik di sungai Bengawan
sungai secara periodik. Bila ada polutan yang Solo (Kabupaten Lamongan dan Kabupaten
masuk ke sungai atau kondisi sungai tercemar Sukoharjo). Tahun 2017, pembangunan
ekstrim dalam suatu waktu tertentu, Onlimo dilaksanakan di 6 (enam) titik lokasi
pemerintah atau pihak yang berwenang dapat yaitu satu titik di sungai Citarum (Dayeuh
melakukan tindakan tanggap pencemaran Kolot Kabupaten Bandung), dua titik di Way
untuk pengendalian pencemaran lingkungan. Sekampung (Bendung Jabung Kabupaten
Lampung Timur dan Bendung Agroguruh
Data yang diperoleh sebagai dasar untuk Kabupaten Pesawaran), dua titik di Danau
menghitung adanya penurunan beban Toba (Ajibata dan Marom, Kabupaten Toba
pencemaran adalah hal yang paling utama Samosir) dan satu titik di Bendung Siruar
dibutuhkan. Data pemantauan dapat (Intake PLTA Inalum Kabupaten Toba
diperoleh dengan cara pemantauan manual Samosir). Lokasi pembangunan Onlimo dapat
maupun dengan cara kontinyu. Untuk dilihat pada Gambar 12.
Pelaksanaan pemantauan otomatis bertujuan dapat dipantau lebih mendekati pamater IKA.
untuk memberikan informasi kepada masyarakat Disamping itu, penerapan onlimo di Danau
berkaitan dengan perubahan kualitas air Toba memerlukan anggaran yang lebih besar
pada sumber air secara cepat, kontinyu dan dibandingkan dengan penerapan alat di sungai.
online serta sebagai instrument peringatan Faktor yang sangat mempengaruhi dalam
dini (early warning). Sehingga masyarakat keberhasilan pemasangan alat monitoring secara
dapat memperoleh data kualitas air real time, kontinyu adalah ketersediaan lokasi. Dengan
kecenderungan kualitas air dalam jangka demikian peran pemerintah daerah sebagai
pendek dan status mutu air dalam waktu pendek penanggung jawab wilayah harus dilibatkan agar
(per jam atau harian). Data yang diperoleh penetapan lokasi yang tepat dapat terpenuhi.
dari pemantauan secara real time dari alat ini
selanjutnya di entry dan dikelola dengan basis 2. Ditetapkannya alokasi beban pencemaran di
web site. 3 sungai di 3 DAS Prioritas
Pada saat pemasangan peralatan ONLIMO, Sasaran kegiatan ini untuk menetapkan
kendala yang dialami antara lain saat penentuan alokasi beban pencemaran di 15 sungai di 15
lokasi terutama terkait dengan status lahan dan DAS. Untuk menurunkan beban pencemaran,
keamanan. Titik pemasangan saat ini di titipkan maka harus diketahui terlebih dahulu beban
di lahan Kementerian Pekerjaam Umum dan pencemaran eksisting yang ada di sungai
Perumahan Rakyat. Target pemasangan alat tersebut, melalui inventarisasi dan identifikasi
monitoring kualitas air secara kontinyu sampai sumber pencemar.
dengan tahun 2019 sebanyak 15 sungai maka
untuk pemasangan di tahun 2017 – sampai tahun Selanjutnya harus ditetapkan Daya Tampung
2019 harus minimal 3 atau 4 sungai pertahunnya Beban Pencemaran (DTBP) apabila akan
agar target tersebut dapat dicapai. meningkatkan status atau kelas air di sungai
tersebut. Daya tampung beban pencemaran
Selain itu, anggaran yang sesuai dengan dapat digunakan untuk menghitung alokasi
kebutuhan untuk penambahan parameter beban pencemaran yang diperbolehkan
COD dan BOD, pengadaan alat dan penyediaan masuk ke sungai dari masing-masing sumber
bangunan onlimo. Jumlah stasiun onlimo yang pencemar.
dibangun tahun 2017 lebih sedikit dibandingkan
tahun 2016, hal ini disebabkan bertambahnya Alokasi beban pencemaran tersebut akan
sensor parameter COD di 3 stasiun onlimo, dijadikan dasar oleh seluruh stakeholder untuk
agar data dan informasi kualitas air yang membuat program pengendalian pencemaran
a) Sungai Siak
Sungai Siak dan Seluruh Daerah Aliran Sungai
(DAS) berada di Provinsi Riau, melewati
empat wilayah kabupaten dan satu wilayah Sampah
1%
administrasi kota yaitu Kabupaten Rokan
Perkebunan
Hulu, Kabupaten Kampar, Kota Pekanbaru, 43%
Kabupaten Siak dan Kabupaten Bengkalis.
Hasil perhitungan menunjukan bahwa di Sumber : Direktorat PPA, Ditjen PPKL
hampir seluruh segmen, konsentrasi BOD
menunjukan tidak memenuhi kelas II. Hasil Gambar 13. Persentase Beban Pencemaran
Perhitungan Beban Pencemaran di Sungai BOD (Kg/Hr) Kabupaten Kampar
Siak yang meliputi :
Tabel 15. Sumber Pencemar dan beban Tabel 16. Sumber Pencemar dan beban
pencemar BOD Pekanbaru pencemar BOD Kabupten Siak
Total 30,019.17
Sumber : Direktorat PPA, Ditjen PPKL
Rumah
USK Industri Pemukiman
Sakit
4% 5% Industri 7%
0%
Hotel 17% Peternakan
7% 12%
Sampah
Sampah Pemukiman 1%
6% 40%
Pertanian
14%
Pertanian
19%
Perkebunan
49%
Peternakan
19%
Sumber : Direktorat PPA, Ditjen PPKL Sumber : Direktorat PPA, Ditjen PPKL
Gambar 14. Persentase Beban Pencemaran Gambar 15. Persentase Beban Pencemaran
BOD (Kg/Hr) Pekanbaru BOD (Kg/Hr) Kabupaten Siak
Tabel 17. memperlihatkan rekapitulasi DTBP parameter BOD Sungai Siak berdasarkan Segmen.
DTBP Sungai Siak telah terlewati maka pengertian alokasi beban pencemaran disini adalah
penurunan beban pencemaran yang harus dilakukan secara sektoral maupun spasial. Hal ini diperoleh
dengan cara mengintegrasikan hasil inventarisasi dan identifikasi sumber pencemaran dengan hasil
perhitungan DTBP. Hasil perhitungan alokasi beban pencemaran untuk parameter BOD di Segmen
Kab.Kampar, Kota Pekanbaru dan Kab.Siak ditunjukan pada Tabel 18 berikut ini
Catatan :
*Domestik terdiri dari Air limbah rumah tangga dan Sampah
**Industri terdiri dari Industri (Skala Kecil, Menengah Besar), Hotel dan Rumah sakit
***Non Point Source (NPS) merupakan kegiatan pertanian, perkebunan dan lahan terbuka di perkotaan
b) Sungai Asahan
Daerah Aliran Sungai Asahan secara Berdasarkan curah hujannya DAS Asahan
administratif mencakup dua kabupaten, yaitu memiliki curah hujan relatif rendah dengan
Kabupaten Asahan dan Kabupaten Tapanuli tipe iklim Af.
Utara, Provinsi Sumatera Utara. Batas Status mutu Sungai Asahan 2016 dinilai
administratif DAS Asahan adalah Sebelah berdasarkan dua metode yaitu Indeks
Timur: Selat Malaka, Sebelah Selatan: Pencemaran dan Storet. Berdasarkan metode
Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Indeks Pencemaran baku mutu kelas 1 dan
Labuhan Batu, Sebelah Utara: Kabupaten 2, sungai tersebut tergolong cemar sedang
Simalungun, dan Sebelah Barat: Kabupaten dan sebagian termasuk cemar ringan. Status
Tapanuli Utara. Curah hujan di DAS Asahan mutu berdasarkan metode Storet baku
pertahunnya berkisar antara 2.112 mm/ mutu kelas 1 Sungai Asahan termasuk cemar
tahun. Pada Kabupaten Asahan, rata-rata berat, sedangkan untuk baku mutu kelas 2
curah hujan bulanan mencapai 187,17 mm/ Sungai Asahan termasuk Sedang dan Berat.
bulan dan curah hujan tahunan mencapai Perhitungan IP dari data 2017 menyatakan
2.246 mm/tahun (BPS Asahan, 2016). status mutu Sungai Asahan adalah cemar
ringan (Tabel 19).
Tabel 19. Status Mutu Sungai Asahan dengan Baku Mutu Kelas 1
Klasifikasi peruntukan eksisting di Sungai Asahan berdasarkan data kualitas air KLHK tahun 2016
sebagian besar termasuk ke dalam kelas III dan IV. Penetapan mutu air sasaran hingga tahun 2026
pada kedua sungai tersebut adalah kelas II dan kelas I (Tabel 20). Pencapaiannya mutu air sasaran
dibuat secara bertahap, pertama menuju kelas III terlebih dahulu sebelum kelas II dan I. Pertimbangan
penetapan kelas air dan mutu air sasaran mempertimbangkan kondisi eksisting dan peraturan yang
ada (PP 82/2001 dan PERMENLH No 1/2010).
Sumber pencemar memberikan beban kepada Sumber pencemar utama wilayah DAS Asahan
tubuh air melalui limpasan permukaan dari berasal dari 3 sektor, yaitu hutan 44,81 %,
penggunaan lahan (Non Point Source, NPS) dan pertanian 21,76 %, dan rumah tangga 19,13 %.
effluent dari limbah yang secara langsung masuk Penggunaan lahan hutan memiliki persentase
ke sungai (Point Source, PS). Pengolahan data yang besar di DAS asahan, yaitu meliputi 27,3 %
inventarisasi beban pencemar BOD dilakukan dari luas total penggunaan lahan di DAS. Sektor
dengan mengolah data sekunder dari Badan pertanian tinggi berasal dari gabungan antara
Pusat Statistik Kabupaten Asahan, Kabupaten sawah, perkebunan, dan ladang. Permukiman
Toba Samosir, dan Kodya Tanjungbalai, dan data menyumbang pencemar dari effluent limbah
penggunaan lahan dari Peta Rupa Bumi Indonesia domestik. Persentase peran sumber pencemar
digital skala 1: 25.000 dengan pemuktahiran berdasarkan sektor lainnya berturut-turut
dari citra resolusi tinggi google earth tahun sebagai berikut sektor peternakan 12,54%,
2016. Data penggunaan lahan digunakan untuk industri 1,41%, sampah 0,3%, rumah sakit
mengestimasi potensi beban pencemar NPS 0,03%, dan hotel 0,02%. Data sumber pencemar
yang berasal dari estimasi luasan area yang per sektor yang berpotensi terhadap beban
berupa hutan dan pertanian. pencemaran di sungai Asahan dapat dilihat pada
Tabel 21 berikut ini.
Sumber Pencemar
Industri
Hotel
1%
0,02% Sampah
0,03%
Peternakan
13%
Hutan
45%
Rumah Tangga
19%
Pertanian
22%
Gambar 17. Persentase Sektor yang berpotensi terhadap Sumbangan Beban Pencemar BOD di DAS Asahan
Jumlah beban pencemaran eksisting yang masuk ke Sungai Asahan sebesar 130.369,30 kg/hari,
sedangkan daya tampung beban pencemaran sebesar 10.232,52 kg/hari. Jadi beban yang harus
diturunkan adalah 120.136,78 kg/hari (Tabel 22).
Alokasi beban pencemar sektoral untuk Sungai Asahan yang harus diturunkan berdasarkan
persentase potensi inventarisasi beban pencemar per sektor adalah sektor peternakan 16.343,01
kg/hari, sektor pertanian 28.364,16 kg/hari, sektor hutan 58.422,14 kg/hari, sektor rumah tangga
24.933,51 kg/hari, sektor sampah 393,69 kg/hari, sektor hotel 30,27 kg/hari, sektor rumah sakit
43,41 kg/hari, sektor industri 1.839,12 kg/ hari (Tabel 21). Penurunan beban pencemaran tertinggi
terdapat di Kota Tanjung Balai, yaitu 55.862,52 kg/hari atau terdapat pada segmen 2E bagian bawah.
Persawahan
65%
Perkebunan
3%
Status Mutu/Kualitas Air Way Sekampung Berdasarkan hasil inventarisasi dan pemodelan
berdasarkan Metode STORET dari 3 titik beban pencemar yang dihitung pada tahun
pengambilan sampel, semuanya cemar berat. 2017 didapatkan nilai daya tampung beban
Berdasarkan metode Indeks Pencemaran (IP), pencemaran dan alokasi beban pencemaran
dari 21 kali pengukuran, pada titik pengambilan parameter BOD seperti yang ditampilkan pada
sampel pertama adalah 2 kali cemar sedang dan tabel 24 berikut ini.
5 kali cemar ringan, titik pengambilan sampel
kedua adalah 1 kali cemar sedang dan 6 kali
cemar ringan, titik pengambilan sampel ke tiga
adalah 1 kali cemar sedang dan 6 kali cemar
ringan.
Tabel 24. Perhitungan Daya Tampung dan Alokasi Beban Pencemaran BOD
di DAS Way Sekampung
No Sub DAS Existing BOD (Kg/Hari) DTBP BOD (Kg/Hari) Penurunan BOD (Kg/Hari)
1 Way Bulok 15.558 3.200 12.358
2 Way Semah 1.372 4.100 - 2.728
3 Tugubalak 432 3.024 - 2.592
4 Way Kandis 11.153 4.200 6.953
5 Way Ngisen 550 2500 - 1.950
6 Way Kenali 1.025 3.000 - 1.975
7 Way Galih 40 325 - 285
8 Way Bekarang 5.100 3.000 2.100
9 Way Katibung 631 3.500 - 2.869
10 Way Pisang 5.300 2.750 2.550
Total 41.161 29.599 11.562
Sumber : Direktorat PPA, Ditjen PPKL
Jumlah beban pencemaran eksisting yang masuk ke Sungai Way Sekampung sebesar 41.161 kg/
hari, sedangkan daya tampung beban pencemaran sebesar 29.599 kg/hari. Jadi beban yang harus
diturunkan adalah 11.562 kg/hari. Alokasi beban pencemar untuk Sungai Way Sekampung yang
harus diturunkan berdasarkan persentase inventarisasi beban pencemar per sub DAS adalah 11.562
kg/hari.
Berdasarkan pelaksanaan Feasibility Study (FS) dan Detail Engineering Desaign (DED) sumber
pencemar Limbah Domestik di DAS Prioritas tahun 2015 – 2017 telah dilakukan pemetaan sumber
pencemar dan kebutuhan IPAL pada DAS Ciliwung, Cisadane, Citarum, Bengawan Solo, Asahan Toba,
Brantas. Estimasi potensi sumber pencemar dan kebutuhan IPAL dapat dilihat pada Tabel 26 berikut
ini.
Tabel 26. Estimasi sumber pencemar dan jumlah IPAL yang dibutuhkan
Kebutuhan
Estimasi Sumber
IPAL Kebutuhan Biaya Potensi Penurunan Ekonomi (Rp/
DAS/Sungai Tahun Pencemar (Kg/
Kapasitas (Rp) Beban (Kg/Hari) Tahun)
Hari)
250 KK
DAS Ciliwung 2017 182.128,42 3.859 8.576.190.480 145.702,74 96.919.198.761
DAS Cisadane 2017 14.277,55 3.388 4.735.435.740.817 11.422,04 89.338.090.653
DAS Asahan Toba 2017 2.395,19 464 1.047.000.000.000 1.916,15 20.630.287.713
DAS Citarum 2017 325.184,00 7.315 16.908.655.000.000 260.147,20 206.432.859.434
DAS Brantas 2017 417.951,30 10.379 19.363.163.800.000 334.361,04 286.010.818.149
DAS Bengawan 2016 264.749,00 989 3.857.458.800.000 211.799,20 111.415.636.910
Solo Segmen Jawa
Tengah
DAS Bengawan 2016 174.557,53 1.875 3.665.600.640 139.646,02 124.163.669.396
Solo Segmen Jawa
Timur
Tabel 28. Penurunan Beban Pencemar BOD dan Manfaat Ekonomi dari Pembangunan IPAL USK
Kendala yang ditemui antara lain ketersediaan lahan sebagai lokasi dibangunnya infrastruktur fisik.
Hal ini antara lain disebabkan karena usaha kecil terutama pengrajin tahu/tempe umumnya berada
dikawasan/perkampungan padat penduduk. Untuk peternak biasanya masih tersedia lahan yang
mungkin untuk dibangun. Untuk limbah penggergajian batu alam di Kabupaten Cirebon berada di
antara perkampungan dan pertanian, untuk membangun infrastruktur IPAL, rumah produksi bata
ringan digunakan sebagian lahan pertanian. Salah satu hasil pembangunan IPAL USK dapat dilihat
pada Gambar 19 berikut ini.
4. Jumlah sarana sanitasi dasar umum dan IPAL komunal di Sungai Ciliwung
Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya sarana Sesuai dengan lahan tersedia maka IPAL yang
sanitasi dasar umum dan IPAL komunal di Sungai dibangun berkapasitas kecil, hanya mampu
Citarum, Cisadane dan Ciliwung. Kegiatan yang melayani sebanyak 30 KK sehingga dapat
dilaksanakan adalah pembangunan sarana dilaksanakan di dua lokasi. Penurunan beban
sanitasi umum berupa wetland yang berfungsi pencemar dari air limbah domestik pada tahun
mengolah air limbah domestik grey water yang 2017 sebesar 61,73 ton/tahun. Bila dibandingkan
kemudian air hasil olahan di manfaatkan kembali dengan tahun sebelumnya mengalami kenaikan
sebagai flushing. Selain itu pembangunan 2 unit dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar 16,35
IPAL di DAS Ciliwung yaitu di Desa Sukamana ton per tahun dan tahun 2016 sebesar 4,67 ton
dan Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, per tahun (Gambar 20).
Kabupaten Bogor.
61,73
0
2015 2016 2017
Sumber : Direktorat PPA, Ditjen PPKL
Gambar 20. Penurunan Beban Pencemar BOD melalui Pilot Project Pembangunan IPAL Komunal
Manfaat bagi masyarakat adalah perbaikan Pembangunan IPAL komunal sebagai salah satu
kualitas lingkungan dengan penurunan beban upaya untuk mendukung kegiatan meningkatnya
pencemar BOD sebesar 61,73 ton per tahun kualitas air sungai Ciliwung dengan menurunkan
dan mampu mereduksi GRK sebesar 777,78 beban pencemaran dari sumber limbah domestik
ton CO2 per tahun. Dengan kualitas lingkungan secara langsung Hasil Pembangunan IPAL
hidup yang lebih baik akan bermanfaat bagi Komunal tersebut dapat dilihat pada gambar
perbaikan kualitas kesehatan masyarakat di berikut ini.
lokasi pembangunan pilot project.
Gambar 21. IPAL Sukagalih, Kabupaten Bogor Gambar 22. IPAL Sukamanah, Kabupaten Bogor
5. Kualitas air pada segmen sungai sepanjang 0.5 km yang melintas di permukiman meningkat
Sasaran kegiatan ini adalah perbaikan kualitas Mustafawiyah, Kecamatan Lembah Sorik, Kab.
sungai melalui kegiatan restorasi.Kegiatan Mandailing Natal, yang bertujuan mengolah
restorasi yang dilakukan adalah penataan air limbah dari kegiatan rumah tangga sebelum
bantaran atau sempadan sungai dengan dibuang langsung ke sungai. Perbaikan kualitas
membangun fasilitas umum seperti sarana untuk air juga diperoleh dengan kegiatan restorasi
penanganan sampah melalui pengembangan bank sungai di berbagai daerah yang dilakukan
sampah dan pembuatan kompos, penanaman melalui kolaborasi pemerintah pusat, daerah,
tanaman lokal,pengembangan Urban Farming, BUMN, swasta dan masyarakat. Kualitas air
tanaman obat keluarga (TOGA) dan arboretum sungai Ciliwung yang melalui kegiatan restorasi
bambu serta pembangunan JoggingTrack, yang ditunjukkan pada hasil analisa laboratorium
bertujuan untuk menjaga dan meningkatkan (Tabel 29)
kualitas air sungai dengan mengurangi beban
pencemaran yang masuk ke sungai. Selain itu
juga dibangun 4 unit IPAL di sungai Ciliwung,
Citarum, Danau Toba (Samosir) dan Pesantren
Tabel 29. Kualitas air sungai Ciliwung yang melewati kegiatan Restorasi
COD 22 mg/L 25
E Coli 41 coli/100ml
Sumber : Direktorat PPA, Ditjen PPKL
Kinerja IPAL pengolah air limbah di Sungai Ciliwung dapat ditunjukkan dengan hasil analisa air limbah
yang ditunjukkan pada tabel 30. berikut ini.
Tabel 30. Kualitas Air Limbah berdasrkan Kinerja IPAL di Sungai Ciliwung
Kegiatan peningkatan kualitas air baru dimulai tahun 2017, upaya yang dilakukan belum signifikan
untuk meningkatkan kualitas air sungai. Kualitas air sungai yang melintasi kegiatan restorasi di
pemukiman sekitar sungai Ciliwung sepanjang 500 meter belum semua terkelola sehingga kegiatan
peningkatan kualitas air perlu lebih dikembangkan. Kegiatan restorasi di Danau Toba dan Sungai
Citarum pelaksanaan kegiatan pembangunan baru dilaksanakan pada minggu ke dua bulan Desember
2017.
Gambar 23. Foto Hasil Restorasi Sungai Ciliwung, Citarum dan Danau Toba (Samosir)
Sumber : Direktorat PPA, Ditjen PPKL
IPAL Wetland Sungai Ciliwung Tanaman Toga Sungai Ciliwung Saung Kompos Sungai Ciliwung
Jogging Track Sungai Ciliwung IPAL Wetland – Samosir Danau Toba IPAL Wetland Sungai Cidadap
DAS Citarum
6. Proporsi jumlah industri yang memenuhi baku mutu air limbah melalui Program PROPER sebesar
75% dari 2000 industri yang dipantau
Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya mutu air limbah sebanyak 1.524 dan yang tidak
proporsi jumlah industri yang memenuhi baku memenuhi baku mutu air limbah 131 industri.
mutu air limbah. Kegiatan ini dilaksanakan Perbandingan jumlah industri yang taat terhadap
dengan melakukan evaluasi kinerja pengendalian baku mutu air limbah dapat dilihat pada Tabel 31
pencemaran air untuk pemenuhan baku mutu berikut ini. Sedangkan persentase pemenuhan
sejumlah 600 industri. Penetapan status baku mutu air limbah berdasarkan jenis industri
penaatan perusahaan pada PROPER periode dapat dilihat pada Tabel 32.
2016-2017 bagi industri yang memenuhi baku
Tabel 31. Persentase Tingkat Penaatan Industri Terhadap Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah
Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah
Tahun Jumlah Industri di Evaluasi
Taat Tidak Taat
2015 - 2016 1.895 1.549 89
2016 - 2017 1.786 1.524 85
Sumber : Direktorat PPA, Ditjen PPKL
Tabel 32. Persentase Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah Berdasarkan Jenis Industri
Kegiatan pemantauan industri dalam upaya Pada periode PROPER 2014-2015, jumlah
Peningkatan kualitas air dilakukan melalui perusahaan yang melakukan penurunan
evaluasi kinerja industri melalui program beban pencemaran sebanyak 184 industri
pemantauan dan pembinaan industri dengan penurunan beban pencemaran sebesar
(PROPER). Ketaatan industri terhadap 533.128.233 ton. Sedangkan pada periode
peraturan perundangan di bidang pengendalian PROPER 2016-2017, jumlah perusahaan yang
pencemaran air ditunjukkan dengan pemenuhan melakukan penurunan beban pencemaran
terhadap baku mutu air yang ditetapkan. Dalam sebanyak 169 industri dengan penurunan beban
pelaksanaan evaluasi kinerja ini diperoleh data pencemaran sebesar 535.490.039 ton.
industri yang melakukan kegiatan penurunan
beban pencemaran.
Sasaran 3
Meningkatnya Kualitas
Tutupan Lahan
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Perhitungan nilai IKTL nasional dilakukan dengan
Kehutanan mengamanatkan bahwa Daerah menjumlahkan nilai IKTL masing-masing provinsi
Aliran Sungai atau pulau memiliki penutupan setelah dikalikan angka proporsi kontribusi
hutan minimal 30%. Untuk keperluan perhitungan provinsi terhadap IKLH Nasional (sumber:
Indeks Kualitas Tutupan Lahan (IKTL), tutupan IKLH 2014, KLHK 2015). Perhitungan IKTL
hutan di wilayah provinsi yang memiliki nilai 30% sebagaimana diuraikan di atas diterapkan mulai
mendapat angka 50, sedangkan tutupan hutan tahun 2013, dengan sumber data tutupan lahan
yang ideal memiliki nilai 84,3% mendapat angka dari Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan
maksimal 100. Sebagai tutupan hutan dengan dan Tata Lingkungan. Faktor-faktor yang
nilai ideal tersebut diambil dari tutupan hutan mempengaruhi nilai IKTL antara lain kegiatan
Papua pada tahun 1982 seluas 84,3%. pembukaan lahan, kejadian kebakaran hutan/
lahan, penebangan liar, kegiatan rehabilitasi
Untuk menghitung IKTL yang pertama kali hutan/lahan, rehabilitasi kawasan pesisir,
dilakukan adalah menghitung tutupan hutan kegiatan pemulihan lahan bekas tambang, dan
dengan menjumlahkan luas tutupan lahan pemulihan lahan terkontaminasi B3.
yang diklasifikasikan sebagai hutan dibagi luas
wilayah provinsi. Nilai tutupan hutan dilakukan Nilai IKTL memberikan manfaat bagi Pemerintah,
dengan perhitungan sebagai berikut: Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota
berupa informasi tentang kondisi tutupan
lahan nasional dan daerah khususnya tingkat
provinsi sebagai bahan evaluasi kebijakan
pembangunan dan evaluasi pelaksanaan tata
kelola perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup.
Hasil penghitungan nilai IKTL nasional tahun 2017 mencapai sebesar 60,31, sedangkan target yang
ditetapkan perjanjian kinerja sebesar 60,00, sehingga capaian kinerja sasaran meningkatnya kualitas
tutupan lahan sebesar100,52% (Tabel 33). Capaian kinerja tahun 2017 lebih besar dibandingkan
capaian kinerja tahun 2015 dan 2016.
Tabel 33. Capaian Kinerja Sasaran Program Meningkatnya Kualitas Tutupan Lahan Tahun 2017
Capaian
Indikator Realisasi Realisasi Realisasi Target Target PK Realisasi Capaian
Kinerja
Kinerja 2014 2015 2016 RPJM 2016 2017 2017 Kinerja (%)
2016 (%)
Sasaran : Meningkatnya Kualitas Tutupan Lahan
Indeks 59,01 58,55 58,42 98,18 60,00 60,00 60,31 100,52
Tutupan
Lahan
Meningkat
Sumber : Direktorat PKLAT, Ditjen PPKL
Indeks Kualitas Tutupan Lahan 2017 menurun pada tahun 2017 terdapat di Provinsi
menunjukkan peningkatan sebesar 1,89 Provinsi DKI Jakarta, Jawa Tengah, Nusa
dibandingkan dengan tahun 2016 sebesar 58,42 Tenggara Timur, Maluku Utara dan Provinsi
dan 1,48 dibandingkan dengan tahun 2015, Papua (Gambar 26).
sebagaimana disajikan pada Gambar 24 dan 25.
Pada tahun 2015 terjadi bencana kebakaran
hutan dan lahan seluas 2,61 juta Ha, sehingga
nilai IKTL tahun 2016 menurun. Nilai IKTL yang
60,31
59,26
59,01
58,55
59,01
58,42
100,00
90,00
80,00
70,00
60,00
50,00 2015
40,00
30,00 2016
20,00
2017
10,00
0,00
DKI Jakarta Jawa Tengah Nusa Tenggara Maluku Utara Papua
Timur
Gambar 26. Perbandingan Indeks Kualitas Tutupan Lahan yang mengalami penurunan Tahun 2017
Tutupan hutan pada tahun 2016 (yang digunakan dalam perhitungan ITH/IKTL 2017) mengalami
peningkatan, yakni seluas 382.159 Ha dari tutupan hutan tahun 2015. Peningkatan tutupan hutan
2015 - 2016 tersebut terjadi di 15 provinsi sebagaimana disajikan dalam Tabel 34.
Sumber data : Diolah dari data Penutupan Lahan Tahun 2015-2016, Ditjen. PKTL – KLHK.
Berdasarkan data tutupan lahan tahun 2015 Sedangkan perubahan dari belukar dan belukar
- 2016, dilakukan analisis perubahan tutupan rawa menjadi tutupan hutan (42,9% atau sekitar
hutan menjadi belukar dan belukar rawa, atau 1,4 juta Ha), pertanian lahan kering campur
sebaliknya dari belukar dan belukar rawa (21,2% atau 696 ribu Ha) dan perkebunan (15,2%
menjadi tutupan hutan. Perubahan tutupan atau 499 ribu Ha). Distribusi perubahan tutupan
hutan menjadi pertanian lahan kering campuran hutan, belukar dan belukar rawa disajikan pada
(38,9% atau sekitar 1 juta Ha), belukar dan Gambar 27 dan Gambar 28.
belukar rawa (29,7% atau 769 ribu Ha) dan tanah
terbuka (10,2% atau 263 ribu Ha).
Gambar 28. Grafik Distribusi Perubahan Belukar dan Belukar Rawa 2015 - 2016
Strategi untuk mencapai target 2019 sebesar 62 2. Untuk keperluan koordinasi dengan
poin antara lain: penetapan target peningkatan pemerintah daerah, terutama kabupaten/
ITH/IKTL pada masing-masing provinsi yang kota yang tidak lagi memiliki kewenangan
didukung target kabupaten/kota, peningkatan di bidang kehutanan menjadi kendala dalam
koordinasi antar Ditjen lingkup KLHK dan upaya peningkatan IKTL yang dilakukan
pemerintah daerah serta peningkatan peran melalui kegiatan penanaman.
dunia usaha untuk pelaksanaan penanaman, baik 3. Pemerintah provinsi selaku perpanjangan
dalam maupun diluar areal usahanya. dari Pemerintah belum secara intensif
mengkoordinasi upaya peningkatan IKTL.
Manfaat untuk masyarakat dan manfaat ekonomi Disamping itu, tutupan hutan dan tutupan non
antara lain: hutan yang berpotensi untuk peningkatan
1. Memberikan rambu-rambu bagi pemerintah IKTL sebagian besar berada dalam kawasan
daerah terhadap kondisi tutupan lahan di hutan.
wilayahnya dalam kerangka pelaksanaan
peningkatan ITH/IKTL melalui kegiatan Untuk mengatasi kendala tersebut, maka perlu
pemeliharaan dan penanaman; dilakukan beberapa hal sebagai berikut:
2. Menjadi instrumen monitoring dan 1. KLHK melakukan kegiatan sosialisasi dan
evaluasi pelaksanaan kebijakan dibidang supervisi guna meningkatkan pemahaman,
pengendalian kerusakan lingkungan (kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan
pembangunan yang menyebabkan terjadinya evaluasi.
pembukaan tutupan lahan dan berdampak 2. Kementerian Dalam Negeri yang telah
terhadap kerusakan lingkungan); memasukan IKTL sebagai salah satu indikator
3. Menjadi nilai tawar pemerintah daerah dalam dalam penyusunan dan pelaksanaan
menarik sumber-sumber pendanaan lainnya. pembangunan di provinsi dan kabupaten/kota,
maka dalam penetapan target peningkatan
Kendala yang dihadapi antara lain: IKTL tersebut KLHK berkoordinasi dengan
1. Pemahaman pemerintah daerah terhadap Kementerian Dalam Negeri.
tutupan hutan dan IKTL tidak sama dan masih 3. Untuk pelaksanaan koordinasi, perencanaan,
kurang, menyebabkan belum adanya rencana pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
yang terukur untuk peningkatan IKTL. oleh pemerintah provinsi diusulkan untuk
dialokasikan dana dekonsentrasi.
Gambar 30. Area pemulihan lahan bekas tambang timah menjadi area konservasi
Gambar 31. Area pemulihan lahan bekas tambang timah menjadi kebun buah lada
Manfaat untuk masyarakat dan manfaat b. Proporsi jumlah industri yang meningkat
ekonomi : ketaatannya untuk melakukan rehabilitasi
1. Meningkatkan nilai tambah dan produktifitas pasca tambang sebesar 75% dari 106 industri
lahan untuk kegiatan agroeduwisata yang dinilai
2. Menyediakan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat (sebagai petani, pramuwisata, Evaluasi kinerja industri dalam rehabilitasi paska
pedagang buah, pedagang kuliner, dan juru tambang terhadap pengendalian kerusakan
parkir) lahan telah berjalan sesuai dengan mekanisme
3. Meningkatkan pendapatan masyarakat yang yang berlaku. Evaluasi dilakukan melalui
diperoleh dari hasil panen tanaman buah mekanisme verifikasi lapangan, penilaian
antara lain buah naga diperkirakan setiap mandiri, supervisi oleh pemerintah provinsi dan
tahunnya mencapai Rp. 2,5 Milyar sanggahan. Evaluasi kinerja industri dilakukan
4. Menjadi destinasi wisata baru terhadap 68 perusahaan dengan rincian 18
industri melalui pengawasan langsung, 32
Kendala yang dihadapi antara lain: industri melalui penilaian mandiri, dan 18
1. Kriteria dan spesifikasi pelaksana kegiatan industri melalui supervisi provinsi. Penilaian
seperti yang diinginkan tidak mendapat respon yang dilakukan meliputi kriteria kesesuaian
dari para bakal calon pelaksana kegiatan, dengan perencanaan, kesinambungan tahapan,
sehingga menyebabkan pengadaan pekerjaan stabilitas geoteknik, upaya pengelolaan batuan
dilaksanakan tiga kali yang berdampak pada asam, sistem drainase, dan kebencanaan.
mundurnya waktu pelaksanaan pekerjaan
dari yang direncanakan. Berdasarkan perhitungan statistik terhadap
2. Ketidaksesuaian rencana kerja dan syarat- upaya perusahaan dalam peningkatan
syarat (RKS) yang telah ditetapkan dalam rehabilitasi dan paska tambang pada 18 industri
DED dengan kondisi lapangan pada saat pertambangan, secara kumulatif hingga akhir
pelaksanaan pekerjaan, yang bertepatan periode 2016 – 2017 didapatkan data total luas
dengan musim penghujan sehingga lahan terganggu yang dilakuan untuk kegiatan
diperlukan penyesuaian RKS. pertambangan seluas 62.492 hektar. Untuk
mengimbangi bukaan lahan tersebut, perusahaan
Untuk mengatasi kendala tersebut, maka perlu secara berkesinambungan melakukan reklamasi
dilakukan beberapa hal sebagai berikut: dan revegetasi. Hasil akumulasi reklamasi
1. Kriteria dan spesifikasi pelaksana kegiatan yang dilakukan mencapai luas sebesar 23.443
dibuat lebih sederhana, sehingga pengadaan hektar selama 5 tahun terakhir. Sehingga rasio
pekerjaan dapat dilakukan satu kali, agar rehabilitasi lahan dalam bentuk reklamasi dan
waktu pelaksanaan pekerjaan sesuai yang luas total lahan terganggu sebesar 37,51%. Data
direncanakan. luas lahan terganggu dan luas reklamasi dalam 5
2. Untuk meminimisasi terjadinya perubahan tahun terakhir disajikan dalam Grafik berikut ini
RKS akibat cuaca, maka informasi tentang (Gambar 32).
sejarah dan perkiraan cuaca suatu lokasi
perlu digali lebih dalam dan dijadikan bahan
pertimbangan dalam menyusun RKS.
Gambar 32.Grafik Rekapitulasi Luasan Lahan Terganggu dengan Luas Reklamasi selama 5 tahun terakhir
Grafik tersebut menunjukkan bahwa kisaran Selain itu, perusahaan juga harus melakukan
luasan reklamasi dalam 1 tahun periode PROPER kegiatan pembatasan bukaan lahan (progressive
memiliki rentang antara 3.561 – 4.862 hektar mining), yaitu melakukan kegiatan penambangan
atau relatif tidak berkembang (stagnan). Selain secara simultan dengan kegiatan reklamasi
itu, setiap tahun luas lahan terganggu relatif sehingga area terbuka yang digunakan untuk
menurun. Misalnya pada periode PROPER tahun kegiatan pertambangan akan segera dilakukan
2012 – 2013, luas total lahan terganggu sebesar penataan lahan(backfilling) dan reklamasi.
9.134 hektar sedangkan pada periode tahun
2016 – 2017, menurun menjadi 5.082 hektar. Peningkatan ketaatan industri dalam melakukan
rehabilitasi dan paska tambang dapat dilihat
Terdapat penuruan luas lahan terganggu sebesar melalui rasio persentase antara luas lahan
4.052 hektar. Hal ini menunjukkan bahwa, terganggu dan luas reklamasi pada masing –
perusahaan pertambangan saat ini sudah lebih masing periode evaluasi. Pada periode tahun
berhati – hati dalam melakukan pembukaan 2016 – 2017 ini, rasio tersebut menunjukkan
lahan karena semakin luas pembukaan lahan, angka 70.08% (Gambar 33). Angka tersebut
maka semakin besar pula potensi kerusakan menunjukkan peningkatan sebesar 9.13%
yang dihasilkan. dari periode tahun sebelumnya. Bahkan
jika dibandingkan dengan periode 4 tahun
Oleh karena itu, agar menjadi perusahaan sebelumnya telah mengalami peningkatan drastis
yang memiliki kinerja baik dalam pengelolaan mencapai 23.46%. Dengan upaya yang maksimal,
lingkungan khususnya aspek pengendalian selanjutnya diharapkan luas lahan terganggu dan
kerusakan lahan, perusahaan harus melakukan luas reklamasi akan sama sehingga mencapai titik
kegiatan penambangan secara kontinyu dan keseimbangan(equilibrium) sehingga potensi
menerapkan prinsip konservasi. kerusakan lahan semakin berkurang dan mudah
dikendalikan.
Gambar 33. Grafik rekapitulasi persentase lahan terganggu dan reklamasi dalam 5 tahun terakhir
Sasaran 4
Menurunnya Beban Pencemaran
dan Tingkat Kerusakan Wilayah
Pesisir dan Laut
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan Sebagai gambaran dapat disampaikan bahwa
panjang garis pantai sekitar 81.000 km (18.4%) pada saat ini kondisi ekosistem pesisir dan laut
dari garis pantai dunia. Dalam wilayah pantai dalam keadaan yang semakin memprihatinkan.
tersebut, terdapat kawasan ekosistem terumbu Indonesia memiliki potensi sumber daya
karang (coral reef) sekitar 6 juta ha, kawasan mangrove terluas di dunia yaitu sebesar 25% dari
ekosistem mangrove sekitar 3,1 juta ha dan luas mangrove dunia (18,1 juta Ha) atau sekitar
kawasan ekosistem padang lamun (seagrass bed) 3,7 juta Ha. Kondisi mangrove di Indonesia
seluas 3 juta Ha. tercatat dalam keadaan rusak seluas 1,08 juta
hektar (29%) dan dalam keadaan sedang sampai
Permasalahan kerusakan lingkungan pesisir dengan baik adalah 2,67 juta hektar (71%).
dan laut secara umum diakibatkan oleh 2 (dua) Kondisi mangrove yang dalam keadaan rusak
hal, yaitu yang terjadi secara alami dan dampak tersebut berada di dalam kawasan hutan seluas
dari kegiatan manusia (antropogenik) baik yang 324.000 hektar (30%) dan di luar kawasan hutan
dilakukan di wilayah daratan (hulu) maupun di seluas 756.800 hektar (70%).
laut (hilir). Kegiatan manusia yang dilakukan di
wilayah hulu yang tidak memperhatikan aspek Sementara untuk ekosistem padang lamun pada
kelestarian lingkungan memberikan kontribusi tahun 2000 tercatat bahwa penurunan luasan
besar terhadap degradasi lingkungan pesisir dan padang lamun sebesar 107.6 hektar (30% dari
laut, misalnya penebangan hutan, pembukaan total area). Sedangkan untuk kualitas ekosistem
lahan (land clearing), pertambangan, perikanan terumbu karang, karang masif tumbuh rata-rata
darat, alih fungsi kawasan, pembuangan 1 cm per tahun, jika suatu koloni karang masif
limbah domestik dan limbah industri dan lain- setinggi 1 m hancur, dibutuhkan waktu 100
lain. Sedangkan kegiatan manusia di laut yang tahun untuk tumbuh seperti semula.
menyebabkan turunnya kualitas lingkungan
pesisir dan laut diantaranya disebabkan oleh Pada dokumen Perjanjian Kinerja Ditjen PPKL
kegiatan transportasi, perikanan, penambangan tahun 2017, Kegiatan Pengendalian Pencemaran
lepas pantai dan sebagainya. Sumber dan Kerusakan Pesisir dan Laut merupakan
pencemaran lingkungan pesisir dan laut berasal salah satu Program Pengendalian Pencemaran
dari sumber pencemar tertentu (point source), dan Kerusakan Lingkungan. Berdasarkan
seperti industri dan tak tentu (non point source), Keputusan Ditjen PPKL Nomor SK. 11/
seperti pertanian, perkebunan, budidaya PPKL/SET/REN.0/3/2017 tentang Penetapan
perikanan, dan domestik. Indikator Kinerja Utama Ditjen PPKL, terdapat
3 (tiga) Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) yang
Penurunan kualitas lingkungan pesisir dan laut mendukung Indikator Kinerja Utama Ditjen
berdampak terhadap penurunan produktivitas PPKL untuk Indeks Kualitas Air dan 1 (satu) IKK
perairan pesisir dan laut dan memberikan tekanan yang mendukung Indeks Kualitas Tutupan Lahan.
terhadap kondisi ekosistem kawasan pesisir Namun saat ini belum dilakukan perhitungan
dan laut, seperti mangrove, padang lamun dan untuk kontribusi kegiatan dalam Indeks Kualitas
terumbu karang serta sumberdaya perikanan. Air dan Indeks Kualitas Tutupan Lahan.
Pencemaran dan kerusakan lingkungan pesisir
dan laut semakin mengkhawatirkan, apalagi
adanya pengaruh dampak perubahan iklim yang
saat ini semakin dapat kita rasakan.
A. Sasaran Indikator Kinerja Kegiatan yang ketiga yang telah memenuhi syarat proses
dapat mendukung Indeks Kualitas Air adalah pengadaan barang. Untuk penyelesaian IPAL
(1) Meningkatnya sarana Instalasi Pengolahan tersebut rencananya akan dilaksanakan
Air Limbah di perkampungan nelayan wilayah secara swakelola oleh Kabupaten Jeneponto
pesisir; (2) Clean up di lokasi pesisir dan laut dengan memanfaatkan dana yang berasal
yang tercemar tumpahan minyak; dan (3) dari Anggaran Pembangunan dan Belanja
Penyediaan peta, data pencemaran dan Daerah (APBD) Kabupaten Jeneponto.
sumber pencemar pada kawasan pesisir. Selain itu, untuk mendukung penurunan
Penjabaran dari masing-masing capaian beban pencemaran air laut, Ditjen PPKL
sasaran indikator kinerja kegiatan tersebut melakukan pengadaan 1 unit pemanfaatan
dijelaskan sebagai berikut: limbah padat di Kabupaten Labuan Bajo,
1. Sasaran kegiatan meningkatnya sarana Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sisa-sisa ikan
Instalasi Pengolahan Air Limbah di dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan tempat
perkampungan nelayan wilayah pesisir kuliner di pinggir pantai di Labuan Bajo pada
dilaksanakan dengan pembangunan Pilot umumnya langsung dibuang ke laut. Salah
Project IPAL di perkampungan nelayan. satu upaya untuk mencegah pencemaran
Pada Tahun 2015 jumlah IPAL yang dapat laut karena limbah ikan adalah dengan cara
dibangun sebanyak 5 unit (Kota Banda memanfaatkan limbah ikan menjadi pellet
Aceh, Kabupaten Cirebon, Kota Semarang ikan. Untuk mengolah limbah ikan menjadi
dan Kabupaten Situbondo sebanyak pellet ikan tersebut, Ditjen PPKL memberikan
2 unit), sedangkan pada tahun 2016 bantuan alat pengolah limbah, pelatihan
sebanyak 1 unit di Kabupaten Halmahera dan pendampingan selama 1 bulan kepada
Selatan. Pada Tahun 2017 jumlah IPAL yang Kelompok Masyarakat Wae Wasso (Gambar
rencananya dibangun sebanyak 2 unit dan 35). Selama pelatihan dan pendampingan,
1 unit pemanfaatan limbah padat. Namun dihasilkan produk pellet sebanyak
dalam pelaksanaannya pembangunan 225 kg. Pemberian bantuan tersebut
IPAL hanya dapat dilaksanakan sebanyak tidak hanya untuk mengurangi tingkat
1 unit di perkampungan nelayan Desa pencemaran laut tetapi juga memberikan
Surodadi Kecamatan Sayung Kabupaten manfaat pemberdayaan masyarakat dan
Demak, Provinsi Jawa Tengah. IPAL ini meningkatkan ekonomi karena pellet yang
mampu mengolah limbah untuk sekitar dihasilkan dapat dijual.
100 kepala keluarga dengan kapasitas 20
m3/hari.
3. Sasaran kegiatan penyediaan peta, data pesisir dan laut dan pengumpulan data-data
pencemaran dan sumber pencemar pada dasar sebagai bahan penyusunan program
kawasan pesisir dilaksanakan dengan dan anggaran di tahun berikutnya.
melakukan pemantauan kualitas air laut
secara rutin dan penghitungan baseline data Berdasarkan hasil kajian beban pencemaran
sampah yang dikumpulkan di pesisir pantai. point source dan non point source tahun 2015
di 3 kawasan prioritas nasional; beban
Indikator Sasaran Program menurunnya pencemaran point source yang masuk ke
beban pencemaran dan tingkat kerusakan Teluk Jakarta mencapai 8,06 ton/tahun,
wilayah pesisir dan laut adalah kualitas Teluk Semarang 2,23 ton/tahun dan Teluk
pesisir dan laut meningkat setiap tahun Benoa 0,47 ton/tahun. Penghitungan beban
sebesar 0% - 20% sampai tahun 2019. Target pencemaran tahun 2017 hanya dilakukan di
penurunan beban pencemaran tersebut kawasan Teluk Jakarta. Hasil Penghitungan
baru dapat dilaksanakan pada tahun 2016 - beban pencemaran di Teluk Jakarta dari
2019 sebanyak 5% per tahun. Sebagaimana sumber 18 industri yang membuang air
tahun 2015 dan tahun 2016, pada tahun limbahnya ke Teluk Jakarta dapat dilihat pada
2017 kegiatan lebih dikonsentrasikan dalam Tabel 35 Total penurunan beban pencemaran
penyusunan basis data kualitas lingkungan yang masuk Teluk Jakarta bersumber dari
point source sebesar 3,8%.
Tabel 35. Perhitungan penurunan beban pencemaran di Teluk Jakarta
Grafik perbandingan antara baseline perhitungan beban pencemaran 18 industri yang masuk ke Teluk
Jakarta pada tahun 2015 dengan kondisi hasil perhitungan tahun 2017, dapat dilihat pada Gambar
39 berikut ini.
Gambar 39. Perbandingan Beban Pencemaran di Teluk Jakarta Tahun 2015 dan 2017
Berdasarkan hasil perhitungan beban Kendala yang dihadapi adalah masih rendahnya
pencemaran 18 industri yang masuk ke Teluk kesadaran masyarakat, belum memadainya
Jakarta pada tahun 2015 dan 2017, parameter anggaran Pusat dan Daerah untuk pengendalian
COD meningkat 42% dan parameter NH3 pencemaran lingkungan, terutama di kawasan
meningkat 500%, sedangkan untuk parameter pesisir dan laut, serta perubahan struktur
BOD menurun sampai 16% dan parameter TSS organisasi pusat dan daerah dalam perlindungan
berkurang sebanyak 58%. Dapat disimpulkan dan pengelolaan lingkungan pesisir dan laut.
bahwa kondisi tahun 2017 memburuk untuk
parameter COD dan NH3, dan membaik untuk Pemantauan kualitas air laut secara rutin
parameter BOD dan TSS. dilakukan di 3 kawasan prioritas yaitu Teluk
Jakarta, Teluk Semarang dan Teluk Benoa.
Strategi pencapaian target penurunan beban Hasil pemantauan kualitas air laut di 3 kawasan
tahun 2019 adalah dengan mendorong tersebut pada tahun 2017 dapat dilihat pada
pemangku kepentingan di Pusat dan Daerah Tabel 36 berikut ini.
(Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Tengah,
Provinsi Bali, Kota Semarang dan Kota
Denpasar) untuk lebih meningkatkan upaya
penurunan beban pencemaran yang masuk ke
perairan laut melalui pembinaan pihak swasta
dan pembangunan sarana pengolahan limbah
cair komunal dan persampahan.
Teluk Jakarta Kecerahan, Timbal, DO, Kecerahan, TSS, TSS, DO, Sulfida, 30 Muara sungai,
DO, pH, Amonia Chromium, Nikel, Fosfat, Fosfat, Minyak pelabuhan,
Timbal, Nitrat, Amonia Bebas, Lemak perkampungan
Nitrat BOD, PCB, Surfaktan nelayan, sekitar
industri
Teluk Semarang Fosfat, Timbal 17 Muara sungai,
Nitrat, DO, pelabuhan,
Salinitas, sekitar ekosistem
Timbal mangrove, sekitar
industri
Teluk Benoa Amonia Bebas, BOD, 11 Muara sungai,
Cadmium, Minyak pelabuhan,
Lemak, Nitrat, DO, sekitar ekosistem
Senyawa Fenol Total, mangrove
Surfaktan
Sumber: Direktorat PPKPL, Ditjen PPKL
Keterangan :
• Pengambilan sampling berdasarkan kondisi yang ada di 3 Kawasan (Teluk Jakarta, Teluk Semarang dan Teluk Benoa)
• Penentuan parameter sampling disesuaikan dengan peruntukannya berdasarkan KepMenLH Nomor 51 Tahun 2004
Tabel 37. Pelaksanaan Pemantauan Sampah Pesisir dan Laut Tahun 2017
Gambar 40. Peta Lokasi Kegiatan Sampling Sampah Laut Tahun 2017
Gambar 41. Survei di Pantai Batu Belig, Gambar 42. Survei di Pantai Gorontalo,
Desa Canggu, Badung, Bali Labuan Bajo, NTT
Gambar 43. Survei di Pantai Pulau Opak Gambar 44. Pembuatan transek di
Besar, Kepulauan Seribu Pantai Pulau Angin Bira
Sumber : Direktorat PPKPL, Ditjen PPKL
Kegiatan Gerakan Bersih Pantai (Coastal Clean Up) sampah laut di lakukan sebagai bentuk kampanye
bagi masyarakat termasuk anak-anak dalam mengurangi sampah di laut dan juga sebagai aksi nyata
pelibatan instansi pemerintah, masyarakat dan dunia usaha dalam kegiatan yang berkaitan dengan
sampah laut (marine litter). Kegiatan tersebut dilakukan di 9 (Sembilan) kota yaitu Kota Surabaya
(Prov. Jawa Timur), Kecamatan Karimun Jawa (Prov. Jawa Tengah), Kabupaten Pandeglang (Prov.
Banten), Kota Padang (Prov. Sumatera Barat), Kota Balikpapan (Prov. Kalimantan Timur), Kabupaten
Banyuwangi (Prov. Jawa Timur), Kota Manado (Prov. Sulawesi Utara), Kota Ambon (Prov. Maluku)
dan Kabupaten Manokwari (Prov. Papua Barat). Pada Gambar 45-47 dapat dilihat kegiatan gerakan
bersih pantai di beberapa lokasi.
Gambar 45. Gerakan Bersih Pantai di Karimun Gambar 46. Gerakan Bersih Pantai di Kota Ambon
Jawa
Kegiatan Gerakan Bersih Pantai yang Kegiatan lain yang dilakukan untuk menurunkan
dilaksanakan di Pantai Pasie Jambak, Kelurahan beban pencemaran ke laut adalah pemantauan
Pasie Nan Tigo, Kecamatan Koto Tangah, Kota dan verifikasi izin pembuangan air limbah cair
Padang melibatkan mayoritas perempuan, ke laut (IPLC). Jumlah IPLC yang sudah selesai
mulai dari perencanaan, koordinasi sampai pada diproses selama tahun 2017 sebanyak 76 izin
pengambilan sampling sampah. Para peserta dan yang masih dalam proses sebanyak 55 draft
juga terdapat perimbangan antara keterlibatan IPLC.
laki-laki, perempuan dan anak-anak. Diharapkan
kegiatan ini menjadi contoh bagi kegiatan
responsive gender Tahun 2018 yang direncanakan
dilaksanakan di 3 (tiga) lokasi.
B. Sasaran Indikator Kinerja Kegiatan yang terumbu karang di 2 lokasi, sesuai dengan
dapat mendukung Indeks Kualitas Tutupan target yang ditetapkan, yaitu Teluk Lampung,
Lahan adalah meningkatnya ekosistem Provinsi Lampung dan Teluk Palu, Provinsi
padang lamun, terumbu karang dan vegetasi Sulawesi Tengah. Pada Tabel 38 dapat
pantai pada kawasan pesisir dan laut. Pada dilihat lokasi pemulihan kawasan yang telah
Tahun 2015, Ditjen PPKL telah melakukan dilakukan Ditjen PPKL tahun 2015-2017
pemulihan di 10 (sepuluh) kawasan dan tahun
2016 di 12 (dua belas) kawasan. Pada Tahun
2017, Ditjen PPKL melakukan pemulihan
Tabel 38. Pemulihan Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2015-2017
Luas Penanaman/
No Kab/Kota Provinsi Keterangan
transplantasi
Tahun 2015
1 Kota Sabang Aceh 7500 m2 Transplantasi Karang
2 Kabupaten Adm DKI Jakarta 7500 m2 Transplantasi Karang di Antara Pulau
Kepulauan Seribu Harapan, Pulau Kelapa dan Pulau
Pamegaran
3 Kabupaten Probolinggo Jawa Timur 100 m2 Transplantasi Karang
4 Kabupaten Situbondo Jawa Timur 100 m2 Transplantasi Karang
5 Kota Ambon Maluku 60 m2 Transplantasi Karang
6 Kabupaten Halmahera Maluku Utara 60 m2 / 40 Ha Transplantasi Karang
7 Kabupaten Bintan Kepulauan Riau 2 Ha Rehabilitasi Padang Lamun
8 Kota Ambon Maluku 5 Ha Rehabilitasi Padang Lamun
9 Kabupaten Maluku Utara 5 Ha Rehabilitasi Padang Lamun
Halmahera Selatan
10 Kota Banda Aceh Aceh 400 m2 / 2Ha Rehabilitasi Pesisir
Tahun 2016
1 Kabupaten Belitung Bangka Belitung 216 m2 Transplantasi Karang
2 Kabupaten Bangka Bangka Belitung 216 m2 Transplantasi Karang
3 Kabupaten Lombok Utara Nusa Tenggara Barat 200 m2 Transplantasi Karang
4 Kabupaten Kepulauan DKI Jakarta 200 m2 Transplantasi Karang
Seribu
5 Kota Ambon Maluku 200 m2 Transplantasi Karang
6 Kota Ternate Maluku Utara 200 m2 Transplantasi Karang
7 Kota Palu Sulawesi Tengah 200 m2 Transplantasi Karang
8 Kota Bitung Sulawesi Utara 200 m2 Transplantasi Karang
9 Kota Ambon Maluku 200 m2 Transplantasi Karang
10 Kabupaten Serang Banten 17.000 m2 Rehabilitasi Pesisir
11 Kabupaten Indramayu Jawa Barat 17.000 m2 Rehabilitasi Pesisir
12 Kota Serang Banten 17.000 m2 Rehabilitasi Pesisir
Tahun 2017
1 Lampung Lampung 100 m2 Transplantasi Karang
2 Palu Sulawesi Tengah 400 m2 Transplantasi Karang
Sumber: Direktorat PPKPL, Ditjen PPKL
Gambar berikut ini memperlihatkan kegiatan transplantasi terumbu karang di Pulau Pahawang,
Provinsi Lampung tahun 2017.
Gambar 49. Karang branching yang Gambar 50. Karang foliose yang ditransplan
ditransplan di Perairan Pulau Pahawang di Perairan Pulau Pahawang
Gambar 51 Kondisi meja substrat sebelum dan setelah ditempel transplan koloni karang
Sasaran 5
Meningkatnya Kualitas
Pengelolaan Lahan Gambut
Negara kita Indonesia memiliki lahan gambut Berdasarkan pengalaman pada tahun 2015 dan
yang sangat luas, dan merupakan negara ke- 2016 maka upaya pemulihan lahan gambut pada
empat dengan lahan gambut terbesar di dunia tahun 2016 ditindaklanjuti dengan menggunakan
setelah Kanada, Rusia dan USA. Sebagian besar metode re-wetting dengan pembuatan sekat
lahan gambut terdapat di Papua, Sumatera, kanal (tabat) dan dengan metode revegetasi.
Sulawesi dan Kalimantan, terletak di 19 Provinsi. Sehingga, pada pelaksanaan kegiatan pemulihan
Pengertian gambut adalah material organik yang pada tahun 2017, Ditjen PPKL menargetkan luas
terbentuk secara alami dari sisa-sisa tumbuhan lahan yang dapat terpulihkan sebesar 2.100 Ha
yang terdekomposisi tidak sempurna dan dan 7.000 Ha sampai tahun 2019.
terakumulasi pada rawa. Lahan gambut sendiri
adalah lahan yang memiliki lapisan tanah kaya Pemulihan lahan gambut dapat dilakukan
bahan organik dengan ketebalan 50 cm atau dengan 2 (dua) cara yaitu rehabilitasi dengan
lebih. Bahan organik penyusun tanah gambut vegetasi jenis adaptif dan metode tata kelola air
terbentuk dari sisa-sisa tanaman yang telah dengan membangun sekat kanal (tabat). Rencana
mati, baik yang sudah lapuk maupun belum, pelaksanaan pemulihan dengan cara yang
karena kondisi lingkungannya yang jenuh air. pertama tidak dapat sepenuhnya dilaksanakan
Lahan gambut sendiri banyak dijumpai di daerah karena dihadapi dengan adanya kendala kemarau
dataran banjir, rawa belakang, laguna tepi pantai, yang berkepanjangan (el nino) dan diperburuk
danau dangkal atau daerah cekungan yang lagi dengan terjadinya bencana kebakaran hutan
drainasenya buruk. terutama di lahan gambut. Dihadapi dengan
situasi dan kondisi iklim yang tidak mendukung,
Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG), adalah maka saran dan masukan dari para pakar gambut
ekosistem gambut yang letaknya di antara 2 disepakati untuk memilih pemulihan lahan
(dua) sungai, di antara sungai dan laut, dan/atau gambut dengan metode tata kelola air dengan
pada rawa.Ekosistem gambut memiliki fungsi membangun penyekatan saluran/kanal (tabat)
ekologis penting sebagai ekosistem penyangga dengan tujuan agar lahan gambut yang kering
kehidupan, pengatur hidrologi, suplai air dan dapat dibasahi kembali (re-wetting).
pengendali banjir, habitat dan sarana konservasi
keanekaragaman hayati, serta sebagai Pemulihan ekosistem Gambut dengan
pengendali iklim global melalui kemampuannya pembangunan sekat kanal dapat dilakukan
dalam menyerap dan menyimpan karbon. mencapai sebanyak 130 sekat kanal dan estimasi
pemulihannya seluas 2.139 Ha, sehingga capaian
Kegiatan Pengendalian Kerusakan Lahan kinerja pengendalian kerusakan lahan gambut
Gambut mendukung capaian Indikator Kinerja tahun 2017 sebesar 101,86%. Lokasi sekat
Utama Ditjen PPKL untuk Sasaran Program kanal yang dibangun dapat dilihat pada Tabel 39
Meningkatnya Kualitas Tutupan Lahan. Hal ini berikut ini.
dicantumkan dalam Surat Keputusan Dirjen
PPKL Nomor SK.11/PPKL/SET/REN.0/3/2017
tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama
Ditjen PPKL. Namun belum dimasukkan
dalam perhitungan Indeks Kualitas Tutupan
Lahan (IKTL). Selanjutnya rencananya akan
dikembangkan penghitungan Indeks Lahan
Basah yang akan menjadi bagian dalam
penentuan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup.
JUMLAH LUASAN
NO PROVINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA KHG REALISASI REALISASI
SEKAT (Ha)
1 ACEH Gampong KHG Krueng 17 238
Sumber Bhakti Tripa - Krueng
(Seunaam IV) Seuneuam
Nagan Raya Darul Makmur Gampong Serba KHG Krueng 2 28
Jadi Tripa - Krueng
Seuneuam
Sumber KHG Krueng 5 70
Makmur Tripa - Krueng
Seuneuam
Aceh Barat Kuala Batee Blang Makmur KHG Krueng Surin 16 224
Daya - Krueng Batee
Babahrot Ie Mirah KHG Alue Getah - 11 154
Krueng le Mirah
Aceh Jaya Teunom Seuneubok KHG Krueng 5 75
Padang Pango - Krueng On
Lueng Gayo KHG Krueng 5 75
Pneunom - Krueng
Lambalik
Aceh Barat Bubon Seuneubok KHG Krueng 5 75
Trap Gubon - Krueng
Meureubo
Suak Pangkat KHG Krueng 5 75
Gubon - Krueng
Meureubo
Aceh Selatan Trumon Lhok Raya KHG Krueng 11 165
Tengah Trumon - Lae Tarap
2 SUMATERA Labuhan Batu Panai Tengah Pasar Tiga KHG Sungai 5 100
UTARA Barumun - Sungai
Kubu
Panai Hilir Sungai Lumut KHG Sungai 3 60
Barumun - Sungai
Kubu
Labuhan Batu Kualuh Hilir Sei Sentang KHG Sungai Kuo 6 120
Utara - Sungai Kualuh
Bilah
Kampung KHG Sungai Kuo 2 40
Mesjid - Sungai Kualuh
Bilah
3 KALIMANTAN Kutai Sabintulung Muara Kaman KHG Sungai 8 160
TIMUR Kartanegara Kedangyantu -
Sungai Sabintulung
Tahun 2015 pembangunan sekat kanal yang musnahnya investasi akibat terbakarnya
dilakukan sebanyak 12 unit, dengan total luas tanaman pokok berikut fasilitas penunjangnya.
Gambut yang terpulihkan sebanyak 173 Ha. Contoh lainnya adalah dampak yang diakibatkan
Sedangkan total luas lahan Gambut yang dapat oleh banjir saat musim penghujan, dapat
dipulihkan melalui pembangunan sekat kanal menyebabkan kerugian berupa rusaknya fasilitas
pada tahun 2016 sebanyak 205 unit kurang lebih dan aset-aset publik dan privat, musnahnya
seluas 2.870 Ha. Secara total luas lahan gambut tanaman pokok akibat terendam banjir dan
yang berhasil dipulihkan dari tahun 2015 - 2017 keluarnya biaya-biaya yang dibutuhkan
mencapai sekitar 5.182 Ha. untuk penanggulangan banjir. Disamping itu,
penerapan teknik-teknik pemulihan ekosistem
Pemulihan ekosistem gambut telah berhasil gambut relatif dapat menurunkan kerugian
memberikan pengaruh positif terhadap ekonomi akibat matinya tanaman pokok karena
pembasahan ekosistem gambut, sehingga kekeringan saat musim kemarau dan biaya yang
memberikan dampak berupa manfaat ekologi dikeluarkan untuk merekayasa habitat dan
atau lingkungan, yaitu saat tiba musim kemarau cuaca.
tidak terjadi kebakaran lahan dan kematian
tanaman pertanian masyarakat, sedangkan saat Selain melalui pembangunan sekat kanal, upaya
musim penghujan tidak terjadi banjir, baik di areal pemulihan gambut juga dilakukan melalui
pertanian lahan gambut maupun pemukiman. Program Kemandirian Masyarakat. Pada tahun
2017, kegiatan ini dilakukan di 3 Provinsi yaitu
Manfaat ekonomi pemulihan lahan gambut, Sumatera Utara (2 Desa), Kalimantan Timur
dapat menekan angka kerugian finansial dan (2 Desa) dan Aceh (6 Desa) dan melibatkan 28
material, maupun ancaman kesehatan bahkan orang tenaga fasilitator (Tabel 40).
jiwa yang sebelumnya pernah dialami oleh
masyarakat. Misalnya saat terjadi kebakaran
lahan, masyarakat mengeluarkan biaya untuk
pemadaman api secara mandiri, belum lagi
Lokasi Pendampingan
Provinsi Kabupaten Kecamatan Desa
Panai Tengah Pasar Tiga
Labuhan Batu
Panai Hilir Sungai Lumut
Sumatera Utara
Kualuh Hilir Sei Sentang
Labuhan Batu Utara
Kualuh Hilir Kampung Mesjid
Kutai Kartanegara Muara Muntai Perian
Kalimantan Timur
Kutai Barat Jempang Pentat
Teunom Seuneubok Padang
Aceh Jaya
Lueng Gayo
Bubon Seuneubok Trep
Aceh Aceh Barat
Suak Pangkat
Trumon Timur Pinto Rimba
Aceh Selatan
Trumon Tengah Lhok Raya
Sumber : Direktorat PKG, Ditjen PPKL
Agar upaya untuk menyelamatkan lahan Upaya lain untuk pengendalian kerusakan lahan
gambut di Indonesia dapat memberikan hasil gambut dilakukan dengan pembinaan kepada
yang lebih luas dan berdampak nyata, tentunya pelaku usaha yang berada di areal konsesi melalui
diperlukan upaya kerjasama dengan berbagai mekanisme proper. Jumlah perusahaan konsesi
pihak secara terpadu dan terkoordinasi, serta di ekosistem gambut yang meningkat kinerja
hasil kegiatannya perlu dipantau, dievaluasi dan tata pengelolaan airnya tahun 2017 adalah
dilaporkan untuk dapat dijadikan acuan dalam sebanyak 60 perusahaan dari target sebanyak
memperluas kegiatan tersebut ke berbagai 40 perusahaan. Indikator yang digunakan pada
lokasi lahan gambut di seluruh Indonesia. tahun sebelumnya adalah jumlah KHG, dengan
capaian sebanyak 4 KHG yang terpantau status
Keberhasilan pencapaian indikator kinerja kualitasnya meningkat dari target sebanyak 3
jumlah tabat/kanal untuk pemulihan lahan KHG.
gambut yang terdegradasi tercapai sebesar
101,86%, hal ini disebabkan strategi pencapaian Penerapan tata kelola air yang baik oleh pelaku
target pembangunan sekat kanal selain usaha di areal konsesi tentu saja akan menunjang
dilakukan oleh KLHK, juga mendorong pihak keberlangsungan usaha di ekosistem gambut
lain untuk melakukan upaya pelestarian dan yang berarti pula berdampak pada peningkatan
pemulihan ekosistem gambut. Strategi yang ekonomi masyarakat sekitar dan pelaku
dilakukan dengan melakukan sosialisasi tentang usaha. Hal ini juga mencerminkan pelaksanaan
pemahaman terhadap fungsi ekosistem gambut prinsip pembangunan berkelanjutan yang
kepada Pemerintah Daerah, lembaga swadaya memperhatikan keseimbangan aspek sosial,
masyarakat serta pihak perusahaan yang ekonomi dan lingkungan. Tabel 41 menampilkan
melakukan kegiatan di kawasan ekosistem jumlah titik penaatan tinggi muka air tanah
gambut, sehingga diharapkan mempunyai visi (TMAT) yang dihitung secara manual dan
yang sama bahwa pelestarian dan pemulihan otomatis (data logger) dan stasiun curah hujan
ekosistem gambut menjadi tanggung jawab hasil kesepakatan PROPER tahun 2017.
bersama.
Penerapan tata kelola air yang baik oleh pelaku usaha di areal konsesi tentu saja akan menunjang
keberlangsungan usaha di ekosistem gambut yang berdampak pada peningkatan ekonomi
masyarakat sekitar dan pelaku usaha. Hal ini juga mencerminkan pelaksanaan prinsip pembangunan
berkelanjutan yang memperhatikan keseimbangan sosial, ekonomi dan lingkungan. Pembangunan
sekat kanal di beberapa lokasi dapat dilihat pada Gambar 53 berikut.
Sekat Kanal di Kab. Aceh Barat, Provinsi Aceh Sekat Kanal di Kab. Aceh Selatan
Sekat Kanal di Kab. Aceh Barat, Provinsi Aceh Sekat Kanal di Kab. Aceh Selatan
Disamping itu dengan adanya pembangunan bagi vegetasi endemik lahan gambut seperti
sekat kanal (tabat) juga dapat memberikan pohon ramin, kempas, pulai rawa, jelutung rawa,
dampak positif kepada masyarakat sekitarnya meranti, gelam, berbagai jenis pakis, pandan dan
antara lain dapat dimanfaatkan sebagai sumber semak juga sebagai habitat satwa seperti burung,
air untuk kebutuhan sehari-hari, dan juga dapat ikan rawa dan satwa mamalia lainya. Kembalinya
dijadikan sebagai sumber cadangan air untuk fungsi ekosistem gambut juga berdampak kepada
pemadaman api bila terjadi kebakaran hutan. terjaganya iklim global, mengingat lahan gambut
Manfaat langsung yang diperoleh dengan merupakan penyimpan karbon yang besar, lahan
terpulihkannya lahan gambut yang terdegradasi gambut yang basah akan sulit terbakar sehingga
dengan metode re-wetting adalah kembalinya re-wetting sangat berperan dalam mengurangi
fungsi ekosistem gambut sebagai pengatur emisi karbon.
hidrologi yaitu gambut memiliki kemampuan
sebagai penambat (reservoir) air tawar yang Disamping itu secara tidak langsung dengan
cukup besar sehingga dapat menahan banjir adanya pembangunan sekat kanal (tabat) juga
saat musim hujan dan sebaliknya melepaskan air dapat memberikan dampak positif kepada
tersebut pada musim kemarau sehingga dapat kesejahteraan masyarakat sekitarnya antara
mencegah intrusi air laut ke darat. lain dapat dimanfaatkan sebagai sumber air
untuk kebutuhan sehari-hari terutama saat
Dengan terpulihkannya fungsi ekosistem musim kemarau dan juga dapat dijadikan sebagai
gambut diperoleh manfaat gambut sebagai sumber cadangan air untuk pemadaman api bila
sarana konservasi sumber keanekaragaman terjadi kebakaran hutan.
hayati, gambut merupakan tempat tumbuh
Sasaran 6
Terwujudnya Reformasi Tata Kelola
Kepemerintahan yang Baik di Lingkungan
Direktorat Jenderal Pengendalian
Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
Tabel 42. Capaian Kinerja Kegiatan Dukungan Manajemen Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Direktorat
Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup
Gambar 58. Penerapan Monev berdasarkan Rencana Aksi pada Aplikasi E-Monev Ditjen PPKL
• Kegiatan Publikasi
Kegiatan publikasi diperlukan untuk mendukung keterbukaan informasi, serta pencitraan
kepada masyarakat tentang program Ditjen PPKL. Penyebaran informasi dilakukan melalui
media massa untuk menciptakan komunikasi efektif agar masyarakat dapat mendukung
program Pemerintah dalam rangka pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Publikasi yang dilakukan Ditjen PPKL pada tahun 2017 adalah:
1) Publikasi Program Ditjen PPKL pada Majalah Ekonomi Hijau edisi Desember 2017 dan
Media Indonesia edisi Senin, 18 Desember 2017 (Gambar 61). Advetorial di Majalah
Ekonomi Hijau membahas mengenai Kinerja 3 Tahun Ditjen PPKL KLHK. Sedangkan
advetorial di Media Indonesia menampilkan hasil Peringkat PROPER Tahun 2017 (Gambar
62).
Gambar 63. Halaman depan Website Ditjen PPKL : Gambar 64. Buku Statistik Kualitas Air, Udara dan
www.ppkl.menlhk.go.id Tutupan Lahan 2016
10. Pengembangan Sistem Informasi Pelaporan layanan administrasi berupa fitur lupa
Elektronik Lingkungan Hidup (SIMPEL) kata kunci, data referensi (Jenis Industri,
Penerapan kebijakan pelaporan elektronik Provinsi, Kabupaten/Kota); perbaikan Tanda
lingkungan hidup melalui SIMPEL dilakukan Terima Elektronik; sistem ticketing untuk
sejak disahkan Peraturan Menteri LHK memfasilitasi tanya-jawab secara online;
Nomor P.87/Menlhk/Setjen/Kum.1/11/2016 perbaikan fitur pencarian pada daftar
tentang Sistem Pelaporan Elektronik Registrasi; integrasi fitur Registrasi pelaporan
Perizinan Bidang Lingkungan Hidup Bagi elektronik; fitur holding company; mekanisme
Usaha dan/atau Kegiatan pada akhir tahun validasi dan evaluasi. Pengembangan aplikasi
2016. Pengembangan tahun 2017 difokuskan SIMPEL tahun 2017 berada pada URL http://
simpel.menlhk.go.id/2017/ (Gambar 65).
Pengurusan Keputusan Menteri (Kepmen) tentang Izin Pembuangan Limbah Cair Ke Laut dan Izin
Injeksi.Jumlah proses pengelolaan permohonan Keputusan Menteri tentang Izin Pembuangan
Limbah Cair ke Laut dan Izin Injeksi yang diproses sebanyak 76 (tujuh puluh enam) izin dengan daftar
izin sebagaimana dapat dilihat pada tabel 46 dan klasifikasi permohonan izin yang telah dikelola
dapat dilihat pada Tabel 47 berikut.
Tabel 46. Perizinan Pembuangan Limbah Cair ke Laut Tahun 2017 yang sudah terbit.
NO NAMA PERUSAHAAN PROVINSI JENIS INDUSTRI NOMOR SURAT
1 JOB Pertamina - Petrochina Sala- Papua Barat Eksplorasi dan Produksi SK.36/Menlhk/Setjen/
wati Migas PKL.1/1/2017
2 Pertamina (Persero) Marketing Op- Maluku Terminal Bahan Bakar SK.37/Menlhk/Setjen/
eration Region VIII TBBM Dobo PKL.1/1/2017
3 Saka Indonesia Pangkah Limited Jawa Timur Eksplorasi dan Produksi SK.25/Menlhk/Setjen/
Migas PKL.1/1/2017
4 MC PET Film Indonesia Banten Industri Pembuatan Pol- SK.25/Menlhk/Setjen/
yethylene terephthalate Kum.1/1/2017
Film
5 PLN (Persero) Unit Induk Pemban- Lampung Pembangkit Listrik SK.106/Menlhk/Setjen/
gunan Kalimantan Bagian Tengah PKL.1/2/2017
- PLTU Lampung
6 Sari Dumai Sejati Riau Pengolahan CPO SK.87/Menlhk/Setjen/
PKL.1/2/2017
7 Angels Product Banten Pengolahan Ikan SK.91/Menlhk/Setjen/
PKL.1/2/2017
8 Delta Pasific Indotuna Sulawesi Utara Pengolahan Ikan SK.85/Menlhk/Setjen/
PKL.1/2/2017
9 Java Seafood Jawa Barat Pengolahan Ikan SK.83/Menlhk/Setjen/
PKL.1/2/2017
10 Musim Mas Sumatera Utara Industri Pengolahan SK.75/Menlhk/Setjen/
Sawit PKL.1/2/2017
11 Panca Usaha Palopo Plywood Sulawesi Selatan Kayu Lapis SK.88/Menlhk/Setjen/
PKL.1/2/2017
12 Pelabuhan Indonesia II (Persero) DKI Jakarta Pengelolaan Terminal SK.92/Menlhk/Setjen/
dan Fasilitas Pelabuhan PKL.1/2/2017
13 Pertamina Hulu Energi Offshore Jawa Barat Eksplorasi dan Produksi SK.84/Menlhk/Setjen/
North West Java (ONWJ) Migas PKL.1/2/2017
14 Pertamina (Persero) Marketing Op- Maluku Terminal Bahan Bakar SK.86/Menlhk/Setjen/
eration Region VIII TBBM Bula PKL.1/2/2017
15 Pertamina (Persero) Marketing Op- Maluku Utara Terminal Bahan Bakar SK.90/Menlhk/Setjen/
eration Region VIII TBBM Labuha PKL.1/2/2017
16 PLN (Persero) Pembangkitan Tan- Jawa Tengah Pembangkit Listrik SK.94/Menlhk/Setjen/
jung Jati B Unit 3 dan 4 PKL.1/2/2017
17 PLN (Persero) Unit Pembangkitan Jawa Timur Pembangkit Listrik SK.93/Menlhk/Setjen/
Jawa Bali PLTU Paiton Baru PKL.1/2/2017
18 Windu Blambangan Sejati Jawa Timur Pengolahan Hasil SK.89/Menlhk/Setjen/
Perikanan PKL.1/2/2017
19 PLN (Persero) Pembangkitan Tan- Jawa Tengah Pembangkit Listrik SK.158/Menlhk/Setjen/
jung Jati B Unit 1 dan 2 PKL.1/3/2017
20 Lotte Chemical Titan Nusantara Banten Petrokimia SK.159/Menlhk/Setjen/
PKL.1/3/2017
21 Pertamina Hulu Energi West Madu- Jawa Timur Eksplorasi dan Produksi SK.162/Menlhk/Setjen/
ra Offshore Migas PKL.1/3/2017
22 PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Sumatera Utara Pembangkit Listrik SK.160/Menlhk/Setjen/
Medan PLTU2 Sumut - Pangakalan PKL.1/3/2017
Susu
23 Kutai Timber Indonesia Jawa Timur Pengolahan Kayu SK.108/Menlhk/Setjen/
PKL.1/2/2017
24 Antam (Persero) UBP Nikel Sulawesi Tenggara Pertambangan Nikel SK.161/Menlhk/Setjen/
PKL.1/3/2017
25 Kangean Energy Jawa Timur Eksplorasi dan Produksi SK.170/Menlhk/Setjen/
Migas PKL.1/3/2017
Tabel 47. Klasifikasi Jenis Industri Permohonan IPLC dan Izin Injeksi Tahun 2017
TAHUN PENGAJUAN
JENIS INDUSTRI TOTAL
2014 2015 2016 2017
Eksplorasi dan Produksi Migas 1 7 3 11
Industri Kimia 1 2 1 4
Industri Minyak Nabati 1 1
Industri Pabrikasi 1 1
Industri Pembuatan Polyethylene terephthalate Film 1 1
Industri Pengolahan Sawit 1 1
Industri Pupuk 1 1
Jasa Perbaikan dan Perawatan Kapal 1 1
Kawasan Industri 1 1
Kayu Lapis 1 1
Keteknikan Peralatan 1 1
Minyak Goreng 1 1
Minyak Kelapa Sawit 1 1
Pembangkit Listrik 2 2 8 6 18
Pembekuan Udang 1 1
Pengelolaan Terminal dan Fasilitas Pelabuhan 1 1
Pengolahan CPO 1 1
Pengolahan Hasil Perikanan 2 2
Pengolahan Ikan 2 1 1 4
Pengolahan Kayu 1 1
Pengolahan Minyak Bumi dan Petrokimia 1 1
Pengolahan Minyak Sawit 1 1
Pertambangan Nikel 1 1
Petrokimia 1 1
Tepung Terigu 1 1
Terminal Bahan Bakar 3 4 2 9
Terminal Batu Bara 1 1
Total 7 13 34 15 69
Sumber : Setditjen PPKL,Ditjen PPKL
19
PERUSAHAAN
1,1%
150
PERUSAHAAN
8,4%
1486
PERUSAHAAN
83%
130
PERUSAHAAN
7,3%
1
PERUSAHAAN
0,1%
Gambar 65. Grafik Peringkat PROPER Tahun 2017 Gambar 66. Grafik Peringkat PROPER Tahun 2017
C. Realisasi Anggaran
Ditjen PPKL memiliki 3 (tiga) indikator kinerja sembilan ratus tujuh puluh sembilan juta tujuh
yang masuk dalam Perjanjian Kinerja 2017 dan ratus delapan puluh lima ribu rupiah), dengan
6 (enam) kegiatan yang harus dicapai pada tahun anggaran di blokir pada Direktorat Pengendalian
2017 ini. Pagu anggaran awal untuk pelaksanaan Pencemaran Air sebesar Rp. 31.590.000,- (tiga
kegiatan di Ditjen PPKL pada tahun 2017 ini puluh satu juta lima ratus sembilan puluh ribu
sebesar Rp. 110.732.685.000,- (seratus sepuluh rupiah). Penyerapan anggaran Ditjen PPKL
milyar tujuh ratus tiga puluh dua juta enam ratus setelah adanya pengembalian negara memiliki
delapan puluh lima ribu rupiah). realisasi sebesar Rp. 110.304.001.897,- (seratus
sepuluh milyar tiga ratus empat juta seribu
Dalam pelaksanaan Anggaran Direktorat delapan ratus sembilan puluh rupiah). Capaian
Jenderal Pengendalian Pencemaran dan penyerapan anggaran Ditjen PPKL sebesar
Kerusakan Lingkungan mendapatkan 95,93%. Secara rinci capaian penyerapan
penambahan anggaran menjadi Rp. anggaran untuk masing-masing sasaran program
114.979.785.000,- (seratus empat belas milyar dapat dilihat pada Tabel 52 di bawah ini.
Capaian
Sasaran Indikator Kinerja Pagu Awal (Rp.) Pagu Revisi (Rp.) Realisasi (Rp.)
Penyerapan (%)
Meningkatnya Indeks Kualitas Udara 17.500.000.000,- 17.122.600.000,- 17.062.111.952,- 99,65%
Kualitas Udara Meningkat
Meningkatnya Indeks Kualitas Air 25.581.000.000,- 26.965.000.000,- 25.608.102.769,- 94,97%
Kualitas Air Meningkat
Meningkatnya Indeks Tutupan Lahan 9.000.000.000,- 8.063.800.000,- 7.767.119.371,- 96,32%
Kualitas Tutupan Meningkat
Lahan
Menurunnya Kualitas Pesisir dan 11.000.000.000,- 12.469.700.000,- 11.377.065.588,- 91,24%
Beban Pencemaran Laut Meningkat Setiap
dan Tingkat Tahun
Kerusakan Wilayah
Pesisir dan Laut
Meningkatnya Luas Lahan Gambut 9.000.000.000,- 9.403.200.000,- 9.131.945.502,- 97,12%
Kualitas Terdegradasi yang
Pengelolaan Lahan Dipulihkan Meningkat
Gambut Setiap Tahun
Terwujudnya SAKIP Direktorat 38.651.685.000,- 40.955.485.000,- 39.357.656.715,- 96,10%
reformasi Jenderal Pengendalian
tata kelola Pencemaran dan
kepemerintahan Kerusakan Lingkungan
yang baik di Hidup dengan nilai
lingkungan minimal 78,00 (A) di
Direktorat tahun 2019
Jenderal
Pengendalian
Pencemaran dan
Kerusakan LH
TOTAL 110.732.685.000,- 114.979.785.000,- 110.304.001.897,- 95,93%
Sumber : Setditjen PPKL,Ditjen PPKL
D. Efisiensi
Efisiensi pada kegiatan untuk mencapai indikator kinerja pada Perjanjian Kinerja 2017 dengan
membandingkan antara Capaian Kinerja sebesar 102,34% dengan Capaian Penyerapan Anggaran
sebesar 95,93%, mencapai 1,06 yang menunjukkan pelaksanaan kegiatan ini efisien sesuai dengan
anggaran yang ada. Efisiensi pelaksanaan kegiatan untuk mencapai target masing-masing indikator
kinerja dapat dilihat pada Tabel 53 di bawah ini.
Pekan Lingkungan
Hidup Indonesia 2017
Bab IV
Penutup
12. Adanya keberatan dari perusahaan- menilai manfaat ekonomi bagi masyarakat
perusahaan yang areal konsesinya di atas pembangunan sekat kanal.
kawasan gambut untuk mematuhi peta 8. Perlu dilakukan bimbingan teknis di pusat
fungsi ekosistem gambut yang ada, karena maupun di daerah tentang pengelolaan
kuatir arealnya masuk dalam fungsi lindung ekosistem gambut kepada perusahaan,
gambut. pemerintah daerah dan masyarakat.
13. Masih kurangnya pemahaman masyarakat 9. Perlu dilakukan koordinasi dengan berbagai
tentang pengelolaan ekosistem gambut, instansi yang memiliki peraturan-peraturan
kondisi seperti ini hampir terjadi di setiap terkait pengelolaan ekosistem gambut
Provinsi. untuk sinkronisasi peraturan agar tidak
terjadi tumpang tindih atau perbedaan
substansi dengan Peraturan Perlindungan
C. Tindak Lanjut dan Pengelolaan Ekosistem Gambut yang
1. Perlu dilakukan reviu dalam pelaksanaan disusun oleh KLH.
rencana aksi agar tepat sesuai jadwal 10. Dalam pelaksanaan pemulihan lahan akses
2. KLHK melakukan kegiatan sosialisasi dan terbuka, untuk meminimisasi terjadinya
supervisi guna meningkatkan pemahaman, perubahan RKS akibat cuaca, maka
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan informasi tentang sejarah dan perkiraan
evaluasi cuaca suatu lokasi perlu digali lebih dalam
3. Komitmen dari seluruh pemangku dan dijadikan bahan pertimbangan dalam
kepentingan terhadap pelaksanaan menyusun RKS.
penurunan beban pencemar, Pemerintah 11. Perlu adanya kegiatan survey pratinjau: (a)
Daerah melakukan inventarisasi ke lokasi yang akan dipetakan KHG-nya; (b)
ketersediaan lahan untuk pembangunan untuk penetapan desa dalam KHG; (c) untuk
IPAL Komunal sesuai dengan prioritas, penetapan lokasi sekat kanal; dan (d) untuk
serta melakukan sosialisasi dan pembinaan menilai manfaat ekonomi bagi masyarakat
kepada pemerintah daerah dan masyarakat atas pembangunan sekat kanal.
akan pentingnya pengelolaan air limbah 12. Perlu dilakukan bimbingan teknis di pusat
domestik. maupun di daerah tentang pengelolaan
4. Kementerian Dalam Negeri yang ekosistem gambut kepada perusahaan,
telah memasukan IKTL sebagai salah pemerintah daerah dan masyarakat.
satu indikator dalam penyusunan dan 13. Perlu dilakukan koordinasi dengan berbagai
pelaksanaan pembangunan di provinsi dan instansi yang memiliki peraturan-peraturan
kabupaten/kota, maka dalam penetapan terkait pengelolaan ekosistem gambut
target peningkatan IKTL tersebut KLHK untuk sinkronisasi peraturan agar tidak
berkoordinasi dengan Kementerian Dalam terjadi tumpang tindih atau perbedaan
Negeri. substansi dengan Peraturan Perlindungan
5. Untuk pelaksanaan koordinasi, dan Pengelolaan Ekosistem Gambut yang
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan disusun oleh KLH.
evaluasi oleh pemerintah provinsi diusulkan 14. Pembangunan IPAL komunal di
untuk dialokasikan dana dekonsentrasi perkampungan nelayan Kabupaten
untuk mendukung peningkatan IKTL. Jeneponto akan diselesaikan oleh
6. Kriteria dan spesifikasi pelaksana kegiatan pemerintah daerah menggunakan APBD.
untuk pemulihan lahan akses terbuka dibuat 15. Melakukan penyesuaian target dalam
lebih sederhana, sehingga pengadaan RPJMN 2015-2019, Rencana Strategis dan
pekerjaan dapat dilakukan satu kali, agar Rencana Kerja.
waktu pelaksanaan pekerjaan sesuai yang
direncanakan.
7. Perlu adanya kegiatan survey pratinjau: (a)
ke lokasi yang akan dipetakan KHG-nya; (b)
untuk penetapan desa dalam KHG; (c) untuk
penetapan lokasi sekat kanal; dan (d) untuk
Lampiran 1
Lampiran 2
Matrik Indikator Terkait Langsung Ditjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
SASARAN STRATEGI SASARAN SASARAN KEGIATAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN
PROGRAM
(1) (2) (3) (4)
S1.P10.1 K1: Pengendalian Pencemaran Udara
Meningkatnya
S1.P10.K1.1 S1.P10.K1.1.IKK.
kualitas udara
Meningkatnya penerapan Jumlah kota yang menerapkan green
green transportation transportation meningkat dari tahun ke tahun
S1.P10.K1.2 S1.P10.K1.2.IKK.
Tersedianya status mutu jumlah kota yang memiliki sistem pemantauan
udara perkotaan kualitas udara ambien: yang beroperasi
kontinyu (AQMS), yang beroperasi mudah,
sederhana, dan menjangkau 500 kab/kota
(passive sampler)
S1.P10.K1.3 S1.P10.K1.3.IKK.
Meningkatnya proporsi Proporsi jumlah industri yang memenuhi baku
jumlah industri yang mutu emisi sebesar 75% dari 2000 industri
memenuhi baku
S1.P10.2 K2: Pengendalian Pencemaran Air
Meningkatnya
S1.P10.2.K2.1 S1.P10.2.K2.1.IKK.
kualitas air
Meningkatnya sarana Jumlah sarana sanitasi dasar umum dan IPAL
sanitasi komunal di Sungai Ciliwung
dasar umum dan IPAL
komunal di Sungai
S1: Menjaga kualitas
Citarum, Cisadane, dan
lingkungan hidup untuk
Ciliwung
meningkatkan daya dukung
lingkungan, ketahanan air, dan S1.P10.2.K2.2 S1.P10.2.K2. .2.IKK.
kesehatan masyarakat Menyediakan informasi Jumlah sistem yang dibangun untuk
data kualitas air sungai memantau kualitas air secara kontinyu pada 3
secara kontinyu sungai di 3 DAS Prioritas
S1.P10.2.K2.3 S1.P10.2.K2.3.IKK.
Menetapkan alokasi Ditetapkannya alokasi beban pencemaran di
beban pencemaran di 15 2 sungai di 2 DAS Prioritas
sungai di 15 DAS
S1.P10.2.K2.4 S1.P10.2.K2.4.IKK.
Meningkatnya kualitas Terbangunnya 6 IPAL Domestik dan 6 IPAL
air sungai dengan USK di 6 sungai pada 6 DAS
menurunkan beban
pencemaran
S1.P10.2.K2.5 S1.P10.2.K2.5.IKK.
Perbaikan kualitas sungai Kualitas air pada segmen sungai sepanjang
melalui kegiatan Restorasi 0.05 km yang melintas di permukiman
meningkat
S1.P10.2.K2.6 S1.P10.2.K2.6.IKK.
Meningkatnya proporsi Proporsi jumlah industri yang memenuhi baku
jumlah mutu air limbah melalui Program PROPER
industri yang memenuhi sebesar 75% dari 2000 industri yang dipantau
baku mutu air limbah
Matrik Indikator Terkait Langsung Ditjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
SASARAN STRATEGI SASARAN PROGRAM SASARAN KEGIATAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN
(1) (2) (3) (4)
S1.P10.3 K3: Pemulihan Kerusakan Lahan Akses Terbuka
Meningkatnya kualitas
S1.P10.3.K3.1 S1.P10.3.K3.1.IKK
tutupan lahan
Meningkatnya luasan lahan Luas lahan bekas tambang rakyat
terlantar bekas pertambangan yang dipulihkan
rakyat yang dipulihkan
S1.P10.3.K3.2 S1.P10.3.K3.2.IKK
Meningkatnya proporsi Proporsi jumlah industri yang
jumlah industri yang meningkat meningkat ketaatannya untuk
ketaatannya untuk melakukan melakukan rehabilitasi pasca
rehabilitasi pasca tambang tambang sebesar 75% dari 106
industri yang dinilai
S3: S3.P10.1 K4: Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Pesisir dan Laut
Melestarikan Menurunnya beban
S3.P10.1.K4.1 S3.P10.1.K4.1.IKK
keseimbangan pencemaran dan tingkat
Meningkatnya kualitas ekosistem Jumlah kawasan yang
ekosistem dan kerusakan wilayah
pantai lamun, terumbu karang dan dipulihkan ekosistemnya (pantai
keanekaragaman hayati pesisir
vegetasi pantai pada kawasan lamun,terumbu karang dan
serta dan laut
pesisir dan laut vegetasi pantai)
keberadaan
sumberdaya alam
sebagai sistem S3.P10.1.K4.2 S3.P10.1.K4.2.IKK
penyangga Meningkatnya sarana instalasi Jumlah Pilot Project IPAL di
kehidupan untuk pengolahan air limbah di perkampungan nelayan yang
mendukung perkampungan nelayan wilayah terbentuk
pembangunan pesisir
berkelanjutan
S3.P10.1.K4.3 S3.P10.2.K4.3.IKK
Clean up di lokasi pesisir dan laut Jumlah lokasi pesisir dan laut
yang tercemar tumpahan minyak yang dilakukan clean up akibat
tumpahan minyak
S3.P10.1.K4.4 S3.P10.2.K4.4.IKK
Penyediaan Peta, Data Pencemaran Jumlah kawasan pesisir yang
dan Sumber Pencemar pada dilakukan penentuan baseline
Kawasan Pesisir pencemar, pemantauan berkala ,
dan pemetaan sumber pencemar
S3.P10.2 K5: Pengendalian Kerusakan Gambut
Meningkatnya
S3.P10.2. K5.1 S3.P10.2. K5.1.IKK
Kualitas pengelolaan
Terbangunnya sarana untuk Jumlah sekat kanal yang dibangun
lahan gambut
pemulihan lahan gambut (sekat di lahan gambut Luas ekosistem
kanal) Terpulihkannya Ekosistem gambut yang terpulihkan
Gambut
S3.P10.2. K5.2 S3.P10.2. K5.2.IKK
Meningkatnya proporsi jumlah Proporsi jumlah perusahaan
perusahaan konsesi di ekosistem konsesi di ekosistem gambut yang
gambut yang meningkat kinerja meningkat kinerja tata pengelolaan
tata pengelolaan airnya airnya melalui Program PROPER
sebesar 50% dari 27 industri yang
dinilai
K6: Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Ditjen
Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
S1.P10.3.K6 S1.P10.3.K6.IKK.a
Tata kelola pemerintahan yang Nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja
baik di lingkungan Ditjen Instansi Pemerintah (SAKIP) A (78
Pengendalian Pencemaran dan point)
Kerusakan Lingkungan sesuai
kerangka reformasi birokrasi
untuk menjamin kinerja yang
optimal: SAKIP dengan nilai minimal
78,00 (A) di tahun 2019
Lampiran 3
TARGET RENSTRA
NO KEGIATAN K/L INDIKATOR Capaian Output
2017
PN: Kesehatan
PP: Penguatan Promotif dan Preventif “Gerakan Masyarakat Sehat”
KP: Lingkungan Sehat
1 Pengendalian Pencemaran Air Jumlah sarana sanitasi dasar 1 IPAL komunal dan 2 IPAL Komunal dan
umum dan IPAL komunal di Sungai sarana sanitasi dasar Sarana Sanitasi Dasar
Ciliwung umum Umum
2 Pengendalian Pencemaran Air Jumlah sistem yang dibangun 3 DAS 3 DAS 6 titik
untuk memantau kualitas air (Asahan –Toba,
secara kontinyu pada 3 sungai di 3 Citarum, Sekampung)
DAS Prioritas
PN: Perumahan dan Pemukiman
PP: Peningkatan Ketersediaan Air Baku
KP: Jaga Air
3 Pengendalian Pencemaran Air Ditetapkannya alokasi beban 2 DAS 3 Sungai (Siak,
pencemaran di 2 sungai di 2 DAS Sekampung, Asahan)
Prioritas
4 Terbangunnya 6 IPAL Domestik Domestik : FS/DED 5 DAS dan 6 IPAL
dan 6 IPAL USK di 6 sungai pada 6 di 3 DAS (sekampung,
DAS prioritas citarum, kapuas)
USK : FS dan DED USK
dan Non Poin di 3
sungai (sekampung,
citarum, kapuas)
5 Kualitas air pada segmen sungai 1 sungai 3 DAS (Ciliwung,
sepanjang 0.05 km yang melintas Citarum, Asahan)
di permukiman meningkat
PN: Maritim dan Kelautan
PP: Tata Ruang Laut, Konservasi dan Rehabilitasi Pesisir dan Laut serta Wisata Bahari
KP: Rehabilitasi Kawasan Pesisir dan Laut
6 Pengendalian Pencemaran dan Jumlah kawasan yang dipulihkan 2 kawasan prioritas 2 kawasan (Palu,
Kerusakan Pesisir dan Laut ekosistemnya (pantai lamun, Lampung)
terumbu karang dan vegetasi
pantai)
PN: Maritim dan Kelautan
PP: Tata Ruang Laut, Konservasi dan Rehabilitasi Pesisir dan Laut serta Wisata Bahari
KP: Rehabilitasi Kawasan Pesisir dan Laut
7 Pengendalian Pencemaran dan Jumlah Pilot Project IPAL di 2 unit 1 Unit (Demak)
Kerusakan Pesisir dan Laut perkampungan nelayan yang
terbentuk
8 Jumlah lokasi pesisir dan laut 2 lokasi 2 lokasi (Bintan,
yang dilakukan clean up akibat Padang)
tumpahan minyak
9 Jumlah kawasan pesisir yang 3 Kawasan NCICD 3 kawasan (Teluk
dilakukan penentuan baseline Jakarta, Semarang,
pencemar, pemantauan berkala , Benoa)
dan pemetaan sumber pencemar
PN: Industri dan KEK
PP: Produktivitas dan Daya Saing Industri
KP: Pengembangan Industri Hijau
TARGET RENSTRA
NO KEGIATAN K/L INDIKATOR Capaian Output
2017
10 Pengendalian Pencemaran Proporsi jumlah industri yang 188 industri 188 industri
Udara memenuhi baku mutu emisi
sebesar 75% dari 2000 industri
11 Pengendalian Pencemaran Air Proporsi jumlah industri yang 600 industri 600 industri
memenuhi baku mutu air limbah
melalui Program PROPER sebesar
75% dari 2000 industri yang
dipantau
12 Pemulihan Kerusakan Lahan Proporsi jumlah industri yang 18 industri 18 industri
Akses Terbuka meningkat ketaatannya untuk
melakukan rehabilitasi pasca
tambang sebesar 75% dari 106
industri yang dinilai
13 Pengendalian Pencemaran dan Proporsi jumlah perusahaan 40 industri 60 industri
Kerusakan Lahan Gambut konsesi di ekosistem gambut
yang meningkat kinerja tata
pengelolaan airnya melalui
Program PROPER sebesar 50%
dari 27 industri yang dinilai
PN: Desa dan Kawasan Pedesaan
PP: Pengelolaan Sumber Daya Alam Desa dan Kawasan Termasuk Kawasan Transmigrasi dan Sumber Daya Hutan
KP: Rehabilitasi Kawasan Perdesaan yang Rusak dan Tercemar Lingkungan, Terkena Dampak Bencana serta Perubahan Iklim
14 Pemulihan Kerusakan Lahan Luas lahan bekas tambang rakyat 8 ha 8 ha (Kab. Belitung)
Akses Terbuka yang dipulihkan
15 Pengendalian Pencemaran dan Luas ekosistem gambut yang 2.100 Ha 2.139 Ha
Kerusakan Lahan Gambut terpulihkan
PN: Perkotaan
PP: Mengembangkan Kota Hijau yang Berketahanan Iklim dan Bencana
KP: Green Transportation
16 Pengendalian Pencemaran Jumlah kota yang menerapkan 2 Kota 2 Kota (Makasar,
Udara green transportation meningkat Manado)
dari tahun ke tahun
PN: Perkotaan
PP: Mengembangkan Kota Hijau yang Berketahanan Iklim dan Bencana
KP: Sistem Informasi Kualitas Lingkungan Perkotaan
17 Pengendalian Pencemaran jumlah kota yang memiliki sistem AQMS: 4 kota, Passive 4 Kota; 400 Kab/Kota
Udara pemantauan kualitas udara Sampler: 400 kab/kota (Pekanbaru, Pontianak,
ambien: yang beroperasi kontinyu Padang, Banjarmasin)
(AQMS), yang beroperasi mudah,
sederhana, dan menjangkau 500
kab/kota (passive sampler)