Anda di halaman 1dari 12

journal of managementReview

ISSN-P : 2580-4138 ISSN-E 2579-812X http://jurnal.unigal.ac.id/index.php/managementreview


Volume 2 Number 1 Page (161-171)
Publiser
Graduate Program Universitas Galuh
Master of Manajemen Studies Program
©2018

KOORDINASI KELEMBAGAAN DALAM MENINGKATKAN EFEKTIVITAS


BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH
Deasy Ariyanto

Alumni Program Studi Magister Manajement, Program Pascasarjana, Universitas Galuh


aryodhes@gmail.com

Article History : Abstract - Tujuan penelitian yang ingin diperoleh yaitu untuk
mengetahui koordinasi kelembagaan dalam meningkatkan
Recieved 12 Desember 2017 efektivitas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD);
Recieved in revished form Faktor-faktor yang dapat meningkatkan efektivitas BPBD; dan
26 Desember 2017 hambatan-hambatan dan upaya untuk mengatasi hambatan
Acepted 30 Desember 2017 dalam koordinasi kelembagaan guna meningkatkan BPBD.
Available offline 28 Januari 2018
Available online 29 Januari 2018
Metode penelitian yang digunakan adalah metode pendekatan
kualitatif. Sumber data terdiri dari data primer dan data
sekunder. Alat pengumpulan data melalui observasi,
wawancara dan studi dokumentasi. Teknis analisis data dalam
penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sebagai teknik
untuk mengecek keabsahan data. Koordinasi kelembagaan
dalam penanggulangan bencana yang dilakukan oleh BPBD
dengan dinas/instansi lainnya (Dinas Kesehatan, Dinas Sosial
dan Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang dan
Language Transcript : Pertanahan), sudah dilaksanakan dengan cukup baik. Begitu
Indonesia pula hasil observasi menunjukkan bahwa sebagian indikator
dari koordinasi telah dilaksanakan dengan baik, namun
sebagian lagi masih kurang bahkan ada yang belum
dilaksanakan seperti pembinaan, konsultasi dan pengarahan
melalui pertemuan resmi dan rutin. Faktor-faktor yang
mempengaruhi koordinasi dalam meningkatkan efektivitas
BPBD adalah: perbedaan cara, sikap kerja, tupoksi, komitmen,
prosedur, pembiayaan, persediaan prasarana dan sarana
Key Words : penunjang, serta kemampuan/skill. Hambatan yang ditemui
koordinasi, dalam koordinasi untuk meningkatkan efektivitas BPBD adalah
kelembagaan, kurangnya komunikasi dan intensitas pertemuan, masih adanya
efektivitas, sikap egosektoral dan kemampuan pelaksana dalam manajemen
penanggulangan bencana penanggulangan bencana.

1. PENDAHULUAN 3) Menjamin terselenggaranya


penanggulangan bencana secara
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
terencana, terpadu, terkoordinasi dan
tentang Penanggulangan Bencana
menyeluruh;
mengamanatkan bahwa tujuan
penanggulangan bencana adalah: 4) Mengahargai budaya lokal;

1) Memberikan perlindungan kepada 5) Membangun partisipasi dan kemitraan


masyarakat dari ancaman bencana; publik serta swasta;
2) Menyelaraskan peraturan perundang- 6) Mendorong semangat gotong royong,
undangan yang sudah ada; kesetiakawanan, dan kedermawanan;
dan
161
Publisher Graduate Program Universitas Galuh
Master Manajemen Studies Program
© 2018, January
journal of managementReview
ISSN-P : 2580-4138 ISSN-E 2579-812X http://jurnal.unigal.ac.id/index.php/managementreview
Volume 2 Number 1 Page (161-171)
7) Menciptakan perdamaian dalam kecamatan Cijeungjing sebesar
kehidupan bermasyarakat, berbangsa Rp.737.910.000,-, selanjutnya jumlah
dan bernegara. kecamatan yang tertimpa bencana tanah
longsor sebanyak 23 Kecamatan, dengan
Selanjutnya yang bertanggungjawab dalam
dengan taksiran kerugian tertinggi adalah
penyelenggaraan penanggulangan bencana
kecamatan Rancah sebesar
adalah Pemerintah daerah dan juga menjadi
Rp.822.150.000,-
penjaminan pemenuhan hak masyarakat
dan pengungsi yang terkena bencana sesuai Selain data kerugian, berikut ini
dengan standar pelayanan minimum, adalah potensi ancaman bencana tinggi
perlindungan masyarakat dari dampak menurut per Kecamatan di Wilayah
bencana, pengurangan risiko bencana dan Kabupaten Ciamis Tahun 2011-2012, yaitu:
pemaduan pengurangan risiko bencana
Tabel 1. Potensi Ancaman Bencana
dengan program pembangunan, dan Tinggi di Kabupaten Ciamis Per-
pengalokasian dana penanggulangan Kecamatan Tahun 2011-2012
bencana dalam Anggaran Pendapatan dan No Keterangan Bencana
Jumlah
Kecamatan
Belanja Daerah (APBD) yang memadai
1. Gempa Bumi 17
dengan didukung pula oleh pendanaan yang 2. Longsor 4
berasal dari APBD Provinsi dan Anggaran 3. Banjir 6
4. Angin kencang 12
Pendapatan Belanja Negara (APBN). 5. Kekeringan 8
6. Kebakaran 17
Mengacu pada kajian UNISDR (United 7. Wabah penyakit 6
Nations-International Strategy for Disaster 8. Tsunami 6
Reduction), Kabupaten Ciamis dapat Sumber data: RPBD Kabupaten Ciamis Tahun
2012-2016 (data diolah).
dikatakan wilayah yang mempunyai
kerentanan ancaman bencana yang cukup Berdasarkan potensi per-ancaman dihitung
tinggi. Hal tersebut disebabkan karena berdasarkan indikator pendukung terjadinya
kondisi alam seperti kondisi geografis, ancaman berdasarkan kategori ancaman
kondisi geologi, kondisi morfologis dan tinggi, sedang dan rendah menurut per-
iklim di Kabupaten Ciamis yang terdiri dari Kecamatan di Kabupaten Ciamis. Untuk
perbukitan dan daratan yang menindaklanjuti upaya Pemerintah di
memungkinkan berbagai jenis ancaman. tingkat pusat, Pemerintah Kabupaten
Seperti kawasan yang rawan banjir, Ciamis menyusun turunan Rencana Aksi
meliputi: Kecamatan Cisaga, Cijeungjing, Nasional Pengurangan Risiko Bencana
Pamarican dan Banjarsari. Selain itu, (RAN–PRB) dalam bentuk Rencana Aksi
kawasan rawan gerakan tanah longsor Daerah Pengurangan Risiko Bencana
hampir di semua kecamatan. Untuk itu, (RAD-PRB), yang didasarkan pada prinsip:
perlu adanya penanggulangan bencana a) Penyusunan RAD-PRB melibatkan para
secara terencana, terpadu, terkoordinasi dan pemangku kepentingan terkait atau
menyeluruh. publik keluas-luasnya melalui konsultasi
Kabupaten Ciamis sebagai daerah yang publik maupun penjaringan aspirasi dan
mempunyai potensi ancaman bencana proses perumusan dilaksanakan secara
sangat tinggi. Selama kurun waktu 2007- demokratis.
2010, akibat bencana telah menimbulkan b) Penanggulangan bencana bukan lagi
kerugian yang besar sebesar Rp. menjadi tanggungjawab pemerintah
8.849.887.550,-. Jumlah kecamatan yang semata tetapi menjadi kewajiban
tertimpa banjir sebanyak 14 kecamatan, bersama dengan masyarakat;
dengan taksiran kerugian tertinggi adalah

162
Publisher Graduate Program Universitas Galuh
Master Manajemen Studies Program
© 2018, January
journal of managementReview
ISSN-P : 2580-4138 ISSN-E 2579-812X http://jurnal.unigal.ac.id/index.php/managementreview
Volume 2 Number 1 Page (161-171)
c) Masyarakat sebagai obyek dan subyek penanganan pengungsi dengan bertindak
bagi pelaksanaan penanggulangan cepat dan tepat, efektif dan efisien;
bencana termasuk di dalamnya
b) Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan
pengurangan risiko bencana mempunyai
penanggulangan bencana secara
hak yang sama dalam menyampaikan
terencana, terpadu dan menyeluruh.
usulan dan gagasan yang akan
dimasukan di dalam prioritas program Mengacu pada uraian di atas maka
yang disusun pemerintah daerah; diketahui bahwa kenyataan di lapangan
terkait dengan fungsi koordinasi
d) Pemerintah daerah menyediakan ruang
kelembagaan antara BPBD dengan instansi
dan akses yang mudah, agar semua
lainnya dalam penanggulangan bencana di
pihak bisa memberikan gagasan atas
Kabupaten Ciamis ternyata belum
upaya penanggulangan bencana
menunjukkan hasil yang efektif.
termasuk di dalamnya pengurangan
Berdasarkan penjajagan awal, diketahui
risiko bencana;
adanya indikasi-indikasi permasalahan
e) Semua pihak mempunyai sebagai berikut:
persepsi/pemahaman yang sama dan
a) Pada pra bencana, masing-masing SKPD
mempunyai komitmen yang kuat untuk
kurang proaktif dalam kegiatan-kegiatan
melaksanakan upaya dan rencana aksi
sosialisasi atau simulasi. Hal itu terlihat
yang telah dirumuskan, agar dalam
pada waktu simulasi tanggap bencana
pelaksanaannya tidak terjadi benturan
banyak yang tidak hadir.
dan berjalan sesuai tujuan yang
diharapkan. b) Alur pengambilan keputusan dan peran
masing-masing SKPD masih bersifat
Selain itu, berdasarkan analisis terhadap
parsial. Hal ini tercermin dari belum
ancaman, kerentanan dan kapasitas,
adanya kesamaan pandangan dan action
Kabupaten Ciamis menetapkan kebijakan
di lapangan terutama pada saat tanggap
dan strategi yang salah satunya adalah
darurat.
penguatan kelembagaan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah. Adapun c) Capaian kerja BPBD yang belum
program prioritas dari pengembangan dan maksimal, hal itu terlihat dari kondisi
peningkatan kelembagaan tersebut antara kerja pada awal RAD PRB dan target
lain: Penguatan manajemen bencana pada capaian setiap tahun yang belum
institusi penanggulangan bencana, mencapai angka capaian 100%. Dapat
pengembangan sistem kesiapsiagaan diketahui bahwa kondisi kinerja pada
terhadap bencana dan mengkoordinasikan awal periode adalah 100% namun target
para pemangku kepentingan. capaian yang diperoleh sangat
bervariasi, penurunan yang signifikan
Hal tersebut sejalan dengan apa yang
terjadi pada tahun 2014 untuk indikator
ditegaskan dalam Pasal 5 Peraturan daerah
pengurangan resiko bencana sebagai
Kabupaten Ciamis Nomor 3 Tahun 2010
prioritas nasional dan daerah serta
Tentang Badan Penanggulangan Bencana
penguatan kelembagaan sebesar 98%
Daerah Kabupaten Ciamis bahwa dalam
dari tahun sebelumnya, selanjutnya
menyelenggarakan tugasnya, BPBD
kenaikan yang signifikan terjadi pada
menyelenggarakan fungsi:
tahun 2014 mengenai indikator
a) Perumusan dan penetapan kebijakan pemanfaatan pengetahuan, inovasi dan
penanggulangan bencana dan pendidikan untuk membangun budaya

163
Publisher Graduate Program Universitas Galuh
Master Manajemen Studies Program
© 2018, January
journal of managementReview
ISSN-P : 2580-4138 ISSN-E 2579-812X http://jurnal.unigal.ac.id/index.php/managementreview
Volume 2 Number 1 Page (161-171)
keselamatan dan ketahanan menjadi dipertanggungjawabkan baik secara praktis
100% dari tahun sebelumnya. maupun secara keilmuan”.
d) Peran BPBD sebagai koordinator belum Data yang digunakan dalam penelitian ini
tampak, hal ini terlihat dari pelayanan bersumber dari unsur pengarah dan instansi
dan mekanisme penanganan bencana terkait dalam penanggulangan bencana di
yang melibatkan organisasi publik Kabupaten Ciamis, khususnya saat tanggap
(swasta, relawan dan lain-lain) belum darurat. Untuk lebih jelasnya penulis
terintegrasi dengan baik padahal uraikan sebagai berikut:
Kabupaten Ciamis memiliki potensi
 Ketua Pengarah (Kepala BPBD) : 1
bencana yang cukup besar. Potensi
Orang
bencana tersebut tertuang pada tabel di
bawah ini:  Kepala Dinas Kesehatan : 1
Orang
Tabel 2. Potensi Bencana di Kabupaten
Ciamis (Dilihat Dari Segi Nilai  Kepala Dinas PUPRP : 1
Probabilitas dan Dampak) Tahun 2012- Orang
2016
Keterangan
Nilai
Nilai  Kepala Dinas Sosial : 1
No Probabi
Bencana
litas
Dampak Orang
1. Gempa Bumi 4 5
Selanjutnya alat pengumpulan datanya
2. Longsor 5 3
3. Banjir 4 3
adalah sebagai berikut: a. Observasi dan b.
4. Angin kencang 4 2 Wawancara. Teknis analisis data dalam
5. Kekeringan 3 3 penelitian ini menggunakan teknik
6. Kebakaran 4 2 triangulasi sebagai teknik untuk mengecek
7. Wabah penyakit 3 2
keabsahan data. Dimana dalam
8. Tsunami 3 5
pengertiannya triangulasi adalah teknik
Sumber data: RPBD Kabupaten Ciamis pemeriksaan keabsahan data yang
Tahun 2012-2016 (data diolah). memanfaatkan sesuatu yang lain dalam
Dari data di atas diketahui bahwa longsor membandingkan hasil wawancara terhadap
memiliki nilai probabilitas tertinggi dengan objek penelitian (Moleong, 2004:330).
nilai 5, dan nilai dampak tertinggi dengan Penelitian ini berlokasi di Badan
nilai 5 untuk bencana gempa bumi. Analisis Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
risiko dalam pengurangan resiko bencana Kabupaten Ciamis. Penelitian ini di mulai
didasarkan pada ancaman tunggal, namun
dari tahap persiapan, seminar perbaikan,
juga ancaman ini dapat saling beruntun dan
mempengaruhi. pengumpulan data, pengolahan data dan
penulisan laporan.
2. METODOLOGI
Metode pendekatan yang digunakan dalam 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. 3.1. Hasil
Menurut Sugiyono (2013:29): “Pendekatan
kualitatif diharapkan mampu Koordinasi kelembagaan dalam
mengungkapkan fenomena yang dikaji meningkatkan Efektivitas Badan
secara sistematis untuk mendapatkan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
kebenaran dari permasalahan yang diteliti, di Kabupaten Ciamis sudah berjalan baik,
sehingga hasil dari penelitian ini dapat namun tidak dapat dipungkiri bahwa dalam
dipergunakan sekaligus pelaksanaannya masih terdapat beberapa
hal yang perlu diperbaiki misalnya:

164
Publisher Graduate Program Universitas Galuh
Master Manajemen Studies Program
© 2018, January
journal of managementReview
ISSN-P : 2580-4138 ISSN-E 2579-812X http://jurnal.unigal.ac.id/index.php/managementreview
Volume 2 Number 1 Page (161-171)
 Perlu diadakannya pertemuan resmi  Kurangnya pertemuan-pertemuan antar
antara unsur-unsur atau unit tekait SKPD yang terlibat baik dalam hal
dengan membahas hal-hal yang harus sosialisasi, FGD maupun rakor-rakor
dikoordinasikan dalam penanggulangan terkait kontijensi penanganan bersama
bencana secara terpadu; dan
 Membuat suatu buku pedoman yang  Ketersediaan dana yang belum memadai
berisi penjelasan tugas dari masing- (misalnya dana taktis) dikarenakan
masing unit secara lebih detail dan bisa bencana tidak masuk tanggap darurat.
dipakai oleh masing-masing pihak yang
Selanjutnya upaya untuk mengatasi
terlibat. hambatan dalam koordinasi kelembagaan
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan misalnya dengan mengadakan/mengikutkan
pegawai yang terlibat pada diklat,
efektivitas Badan Penanggulangan Bencana
pertemuan seminar yang berkaitan dengan
Daerah (BPBD) di Kabupaten Ciamis yaitu penanganan bencana sehingga pemahaman
dengan cara mengoptimalkan dan dan pengetahuan akan penanganan bersama
meningkatkan pelayanan terdapat beberapa menjadi lebih baik.
faktor pendorong sebagai potensi sumber
dengan membentuk suatu Forum
Pengurangan Resiko Bencana Kabupaten 3.2 Pembahasan
Ciamis dimana di dalamnya terdapat unsur a) Koordinasi Kelembagaan Dalam
pemerintah, dunia usaha, pelbagai Meningkatkan Efektivitas Badan
komunitas serta relawan penanggulangan Penanggulangan Bencana Daerah
bencana serta meningkatkan kerjasama dan (BPBD) di Kabupaten Ciamis
koordinasi diantara dinas, lembaga
Peran BPBD dalam penanganan bencana di
pemerintah baik secara pemaduan progran
Kabupaten Ciamis akan efektif jika
dan kegiatan masing-masing termasuk
koordinasi kelembagaan dilakukan dengan
aspek penganggaran.
menerapkan empat cara utama dalam usaha
Hambatan-hambatan dalam koordinasi memelihara koordinasi, dan mengacu pada
kelembagaan guna meningkatkan indikator-indikator koordinasi kelembagaan
efektivitas Badan Penanggulangan Bencana menurut pendapat:
Daerah (BPBD) di Kabupaten Ciamis yaitu:
1) Koordinasi Kelembagaan mengacu pada
 Kurang maksimalnya sosialisasi pendapat Manullang (2008:72-73),
penanganan/penanggulangan bencana; yaitu:
 Kurangnya pemahaman terhadap  Mengadakan pertemuan resmi antara
petunjuk-petunjuk yang tertuang pada unsur-unsur atau unit yang harus
RPBD dan RAD oleh masing-masing dikoordinasikan.
SKPD sehingga terkadang berpengaruh
 Mengangkat seseorang, suatu tim
pada mekanisme
atau panitia koordinator yang khusus
penanganan/penanggulangan bencana
bertugas melakukan kegiatan-
secara bersama-sama di lapangan;
kegiatan koordinasi..
 Peran BPBD sebagai koordinator belum
 Membuat buku pedoman yang berisi
secara maksimal terutama bila dilihat
penjelasan tugas dari masing- masing
dari upaya menindaklanjuti panduan
unit.
dalam RPBD dan RAD;

165
Publisher Graduate Program Universitas Galuh
Master Manajemen Studies Program
© 2018, January
journal of managementReview
ISSN-P : 2580-4138 ISSN-E 2579-812X http://jurnal.unigal.ac.id/index.php/managementreview
Volume 2 Number 1 Page (161-171)
 Pimpinan atau atasan mengadakan Dengan adanya penyampaian informasi
pertemuan-pertemuan dengan yang jelas, pengkomunikasian yang tepat,
bawahannya dalam rangka pemberian dan pembagian pekerjaan kepada para
bimbingan, konsultasi, dan bawahan oleh manajer maka setiap individu
pengarahan. bawahan akan mengerjakannya sesuai
dengan wewenang yang diterima. Tanpa
2) Efektivitas Badan Penanggulangan
adanya koordinasi setiap pekerjaan dari
Bencana Daerah (BPBD) mengacu pada
indivudu karyawan maka tujuan organisasi
pendapat Muasaroh (2010:13) yaitu:
baik pemerintah maupun swasta/
 Aspek tugas atau fungsi, yaitu perusahaan tidak akan tercapai.
lembaga dikatakan efektivitas jika
Agar tujuan organisasi dapat tercapai secara
melaksanakan tugas atau fungsinya,
baik dan tepat sasaran maka perlu diketahui
begitu juga suatu program
sebelumnya karakteristik dari organisasi
pembelajaran akan efektif jika tugas
tersebut. Berkaitan dengan karakteristik
dan fungsinya dapat dilaksanakan
organisasi maka Solihin (2009:91),
dengan baik;
menjelaskan bahwa karateristik pertama
 Aspek rencana atau program, yang dari organisasi adalah “adanya koordinasi
dimaksud dengan rencana atau upaya dari sumber daya manusia yang
program disini adalah rencana terlibat dalam organisasi. Penggabungan
kegiatan yang terprogram, jika yang terkoordinasi dengan baik akan
seluruh rencana dapat dilaksanakan, menghasilkan sesuatu yang jauh lebih baik
maka rencana atau program dibandingkan upaya perseorangan”.
dikatakan efektif;
Dari uraian-uraian penanganan bencana di
 Aspek ketentuan dan peraturan, atas maka diperlukan adanya suatu
efektivitas suatu program juga dapat koordinasi yang matang dan terencana dari
dilihat dari berfungsi atau tidaknya pihak terkait. Koordinasi kelembagaan
aturan yang telah dibuat dalam dalam penelitian ini adalah koordinasi antar
rangka menjaga berlangsungnya lembaga yang sederajat (BPBD dengan
proses kegiatannya. Aspek ini Dinkes, Dinsos dan Dinas PUPRP
mencakup aturan-aturan baik yang Kabupaten Ciamis), dalam melaksanakan
berhubungan kegiatan atau program, program penanggulangan bencana baik pra
jika aturan ini dilaksanakan dengan bencana, saat tanggap darurat maupun
baik berarti ketentuan atau aturan pasca bencana. Terry (Hasibuan, 2006:85),
telah berlaku secara efektif; dan mengatakan bahwa “Koordinasi adalah
suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk
 Aspek tujuan atau kondisi ideal,
menyediakan jumlah dan waktu yang tepat,
suatu program kegiatan dikatakan
dan mengarahkan pelaksanaan untuk
efektif dari sudut hasil jika tujuan
menghasilkan suatu tindakan yang seragam
atau kondisi ideal program tersebut
dan harmonis pada sasaran yang telah
dapat dicapai. Penilaian aspek ini
ditentukan”.
dapat dilihat dari prestasi yang
dicapai dari kegiatan tersebut. Masih dalam buku yang sama, Awaluddin
juga berpendapat bahwa “Koordinasi
Mengacu pada uraian di atas diketahui
adalah suatu usaha kerjasama antara badan,
bahwa dalam sebuah organisasi setiap
unit dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu
pimpinan perlu untuk mengkoordinasikan
sedemikian rupa, sehingga terdapat saling
kegiatan kepada anggota organisasi yang
mengisi, saling membantu dan saling
diberikan dalam menyelesaikan tugas.
166
Publisher Graduate Program Universitas Galuh
Master Manajemen Studies Program
© 2018, January
journal of managementReview
ISSN-P : 2580-4138 ISSN-E 2579-812X http://jurnal.unigal.ac.id/index.php/managementreview
Volume 2 Number 1 Page (161-171)
melengkapi”. Selain mengacu pada tugas, kegiatan dan pekerjaan terintegrasi
indikator-indikator di atas maka penelitian kepada sasaran yang diinginkan. Maka dari
ini juga mengacu pada koordinasi itu, tujuan koordinasi adalah menghindari
horizontal, sebagaimana pendapat Kencana kekosongan dan tumpang tindih pekerjaan.
(2011:35), bahwa: “Koordinasi horizontal Adapun sifat-sifat koordinasi menurut
adalah penyelarasan kerjasama secara Hasibuan (2006:87), yaitu:
harmonis dan sinkron antar lembaga-
 Koordinasi adalah dinamis bukan statis.
lembaga yang sederajat”.
 Koordinasi menekankan pandangan
Dengan demikian mengacu pada indikator-
menyeluruh oleh seorang koordinator
indikator di atas maka Koordinasi
dalam rangka mencapai sasaran.
Kelembagaan Dalam Meningkatkan
Efektivitas Badan Penanggulangan Bencana  Koordinasi hanya meninjau suatu
Daerah (BPBD) di Kabupaten Ciamis sudah pekerjaan secara keseluruhan.
berjalan baik, namun tidak dapat dipungkiri
Namun demikian, tentu banyak faktor yang
bahwa dalam pelaksanaannya masih
mempengaruhi berhasil tidaknya suatu
terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki
koordinasi. Adapun sebab-sebab timbulnya
misalnya:
masalah koordinasi menurut
 Perlu diadakannya pertemuan resmi Handayaningrat (1994:93-94), yaitu:
antara unsur-unsur atau unit tekait
 Sejumlah dan kompleksnya fungsi dan
dengan membahas hal-hal yang harus
kegiatan yang secara khusus dilakukan
dikoordinasikan dalam penanggulangan
oleh berbagai-bagai unit atau
bencana.
perorangan.
 Membuat suatu buku pedoman yang
 Bertambahnya pengkhususan-
berisi penjelasan tugas dari masing-
pengkhususan daripada berbagai
masing unit secara lebih detail dan bisa
kegiatan sehingga memperbesar struktur
dipakai oleh masing-masing pihak yang
itu sendiri.
terlibat.
 Dengan semakin kompleksnya dan
besarnya struktur organisasi menambah
b) Faktor-Faktor yang Dapat pula masalah koordinasi. Demikian pula
Meningkatkan Efektivitas Badan asas daripada rentang pengendalian
Penanggulangan Bencana Daerah (span of control) termasuk pula dalam
(BPBD) di Kabupaten Ciamis masalah koordinasi.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana Berkaitan dengan kajian yang diteliti,
dilaksanakan berdasarkan 4 (empat) aspek jawaban informan mengenai faktor-faktor
meliputi: yang mempengaruhi koordinasi
kelembagaan dalam meningkatkan
 Sosial, ekonomi, dan budaya
efektivitas BPBD di kabupaten Ciamis
masyarakat;
sangat beraneka ragam terutama bila
 Kelestarian lingkungan hidup; dianalisis dari faktor yang mempengaruhi
 Kemanfaatan dan efektivitas; dan tingkat keberhasilan koordinasi dalam
menunjang efektivitas BPBD untuk
 Lingkup luas wilayah. penanggulangan bencana.
Koordinasi memiliki peranan yang penting Dari hasil wawancara dapat penulis
dalam organisasi, salah satunya agar semua deskripsikan bahwa banyak faktor yang

167
Publisher Graduate Program Universitas Galuh
Master Manajemen Studies Program
© 2018, January
journal of managementReview
ISSN-P : 2580-4138 ISSN-E 2579-812X http://jurnal.unigal.ac.id/index.php/managementreview
Volume 2 Number 1 Page (161-171)
mempengaruhi tingkat keberhasilan efektivitas Badan Penanggulangan Bencana
koordinasi dalam menunjang efektivitas Daerah (BPBD) di Kabupaten Ciamis
BPBD untuk penanggulangan bencana di dengan cara mengoptimalkan dan
Kabupaten Ciamis. Selain karena Tupoksi meningkatkan pelayanan terdapat beberapa
dan prosedur pengambilan keputusan yang faktor pendorong sebagai potensi sumber
masih parsial, juga anggaran/biaya yang dengan membentuk suatu Forum
terbatas, kemudian kesadaran dan Pengurangan Resiko Bencana Kabupaten
kemampuan pelaksana serta sarana dan Ciamis dimana didalamnya terdapat unsur
prasarana penunjang yang saat ini masih pemerintah, dunia usaha, pelbagai
belum memadai. komunitas serta relawan penanggulangan
bencana serta meningkatkan kerjasama dan
Hal di atas tidak jauh berbeda dengan hasil
koordinasi diantara dinas, lembaga
observasi bahwa faktor dominan yang
pemerintah baik secara pemaduan progran
mempengaruhi tingkat koordinasi
dan kegiatan masing-masing termasuk
kelembagaan dalam penanganan bencana di
aspek penganggaran.
Kabupaten Ciamis adalah anggaran,
komitmen dan kemampuan pelaksana.
Dengan demikian dapat ditarik suatu c) Hambatan-Hambatan dan Upaya
kesimpulan bahwa yang faktor-faktor yang Untuk Mengatasi Hambatan Dalam
mempengaruhi tingkat keberhasilan Koordinasi Kelembagaan Guna
koordinasi dalam menunjang efektivitas Meningkatkan Efektivitas Badan
BPBD untuk penanggulangan bencana Penanggulangan Bencana Daerah
antara lain dipengaruhi oleh bererapa faktor (BPBD) di Kabupaten Ciamis
seperti Tupoksi dan prosedur pengambilan
Hambatan dalam koordinasi kelembagaan
keputusan yang masih parsial. Selain itu
guna meningkatkan efektivitas Badan
diketahui bahwa setiap usaha yang
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
dilakukan dalam rangka pengembangan
di Kabupaten Ciamis dikarenakan:
kelembagaan sangat dibutuhkan dukungan
pendanaan atau pembiayaan. Di mana  Kurang maksimalnya sosialisasi
aktivitas keuangan dalam kelembagaan penanganan/penanggulangan bencana;
merupakan suatu urat nadi untuk  Kurangnya pemahaman terhadap
pelaksanaan pekerjaan. Begitu pula dengan petunjuk-petunjuk yang tertuang pada
dukungan kemampuan personil/pelaksana. RPBD dan RAD oleh masing-masing
Kemampuan keterampilan dan kemahiran SKPD sehingga terkadang berpengaruh
penyelesaian pekerjaan sangat dibutuhkan pada mekanisme
sehingga seluruh aktivitas yang menjadi penanganan/penanggulangan bencana
tanggung jawab setiap orang/unit dapat secara bersama-sama di lapangan;
dilaksanakan dengan baik dan dapat
memberikan hasil yang memuaskan.  Peran BPBD sebagai koordinator belum
Sementara itu, komitmen dapat membantu secara maksimal terutama bila dilihat
mempercepat pencapaian tujuan. Karena dari upaya menindaklanjuti panduan
sikap ini kerap tercermin dari kepercayaan dalam RPBD dan RAD;
pelaksana terhadap misi dan tujuan kegiatan  Kurangnya pertemuan-pertemuan antar
serta akan terus berusaha lebih keras lagi SKPD yang terlibat baik dalam hal
untuk merealisasikannya. sosialisasi, FGD maupun rakor-rakor
Selain hal di atas dapat diketahui bahwa terkait kontijensi penanganan bersama
faktor-faktor yang dapat meningkatkan secara terpadu; dan

168
Publisher Graduate Program Universitas Galuh
Master Manajemen Studies Program
© 2018, January
journal of managementReview
ISSN-P : 2580-4138 ISSN-E 2579-812X http://jurnal.unigal.ac.id/index.php/managementreview
Volume 2 Number 1 Page (161-171)
 Ketersediaan dana yang belum memadai dan RAD oleh masing-masing SKPD
(misalnya dana taktis) dikarenakan sehingga terkadang berpengaruh
bencana tidak masuk tanggap darurat. positif pada mekanisme
penanganan/penanggulangan bencana
 Masih rendahnya kesadaran terhadap
secara bersama-sama di lapangan
risiko bencana dan masih rendahnya
misalnya dengan secara rutin
pemahaman terhadap kesiapsiagaan
mengadakan pertemuan-pertemuan
dalam menghadapi bencana.
antar SKPD yang terlibat baik dalam
Permasalahan ini dikarenakan: (1)
hal sosialisasi, FGD maupun rakor-
Keterbatasan jaringan informasi dan
rakor terkait kontijensi penanganan
komunikasi yang efektif dalam
bersama secara terpadu; dan
penyebaran informasi kebencanaan
kepada masyarakat; (2) Belum  Ketersediaan dana yang memadai
terintegrasinya pengurangan risiko (misalnya dana taktis) misalnya
bencana dalam perencanaan dengan menambah dana bencana dan
pembangunan secara efektif dan membuat peraturan pengaturan yang
komperhensif; (3) Keterbatasan alokasi lebih lanjut terkait bantuan keuangan
anggaran dari APBD. walaupun sebenarnya bantuan
parsial dari masing-masing SKPD
 Belum adanya koordinasi yang efektif
telah dilakukan, misalnya:
baik antar unit/institusi Pemerintah
Pusat, antara Pemerintah Provinsi Upaya di atas akan berjalan dengan efektif
dengan Pemerintah Kabupaten/Kota, apabila didukung oleh semua pihak yang
dan koordinasi antar pemangku terlibat. Bila dilihat secara luas maka
kepentingan lainnya seperti badan usaha keefektifan suatu kegiatan maupun
swasta, lembaga swadaya masyarakat organisasi tidak dipandang sebagai variabel
(LSM), perguruan tinggi, organisasi yang berdiri sendiri tetapi disebabkan oleh
kemasyarakatan, media massa dan variabel lainnya yaitu sebab-sebab
masyarakat. keefektifan.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa Selanjutnya untuk mengatasi hambatan-
hambatan dalam meningkatkan efektivitas hambatan dapat digunakan analisis terhadap
BPBD di Kabupaten Ciamis dipengaruhi permasalahan internal maupun eksternal,
oleh berbagai hal, diantaranya kurangnya dalam hal ini dengan menggunakan metode
komunikasi dan intensitas pertemuan, SWOT Analisis. Dalam analisis SWOT
masih adanya sikap egosektoral dan Lingkungan internal meliputi Strength
kemampuan pelaksana dalam manajemen (Kekuatan) dan Weaknesses (Kelemahan),
penanggulangan bencana. sedangkan Lingkungan eksternal meliputi
Oppurtunity (Peluang) dan Threaths
Selanjutnya, upaya untuk mengatasi
(Ancaman).
hambatan dalam koordinasi kelembagaan
guna meningkatkan efektivitas Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
di Kabupaten Ciamis diantaranya: 4. SIMPULAN
 Memaksimalkan sosialisasi Koordinasi kelembagaan dalam
penanganan/penanggulangan bencana; penanggulangan bencana daerah di
Kabupaten Ciamis belum sepenuhnya
 Mengupayakan untuk meningkatkan
efektif. Hal ini terlihat dari temuan
pemahaman terhadap petunjuk-
penelitian bahwa kurang adanya
petunjuk yang tertuang pada RPBD
169
Publisher Graduate Program Universitas Galuh
Master Manajemen Studies Program
© 2018, January
journal of managementReview
ISSN-P : 2580-4138 ISSN-E 2579-812X http://jurnal.unigal.ac.id/index.php/managementreview
Volume 2 Number 1 Page (161-171)
pertemuan-pertemuan rutin antar SKPD Koordinasi yang sukses di dalamnya
baik dalam hal sosialisasi, FGD maupun ditentukan oleh faktor asset keuangan,
rakor-rakor terkait kontijensi penanganan teknologi, warga, kepemimpinan, upaya
bencana secara terpadu. Meskipun terdapat ekstra, pengalaman dan pendidikan yang
buku panduan penangulangan bencana relevan, kemampuan manajerial kaitannya
yakni dalam buku RPBD dan RAD, namun dengan humas, kemampuan penelitian dan
masing-masing SKPD kurang membacanya kemampuan-kemampuan pengukuran
dan mengakibatkan mekanisme pada waktu kinerja. Tujuan koordinasi di dalam konteks
penanganan bersama masih bingung atau bencana adalah berupa efektivitas di respon
tidak memahaminya. Kelemahan- terhadap bencana dimaksud. Koordiansi
kelemahan ini merujuk kepada kurangnya yang solid sering dinyatakan terbukti
pemahaman koordinasi pada masing- mampu mengurangi kerugian-kerugian
masing pihak terkait dan BPBD belum yang ditimbulkan oleh suatu bencana dan
menjalankan perannya secara maksimal sekaligus merupakan faktor sukses utama di
sebagai koordinator. Faktor tersebut antara dalam penanganan bencana. Berkenaan
lain dipengaruhi oleh kekakuan antar SKPD dengan fase tanggap darurat, sebuah
karena kesamaan eselonering dan tanggap-darurat yang terkoordinasikan
egosektoral sehingga masih berjalan dengan baik merupakan faktor kunci di
sendiri-sendiri. Adapun bantuan parsial dari dalam efektivitas tanggap-darurat terkait.
masing-masing SKPD yang sudah Dan kurangnya koordinasi juga sekaligus
dilakukan terutama pada saat tanggap merupakan salah satu sebab diantara berapa
darurat yaitu : Dinas PUPRP (Bantuan sebab yang ada, gagalnya sebuah tanggap
karung dan paralon serta alat berat), Dinas darurat bencana. Secara garis besar, untuk
Sosial (bantuan makanan dan tenda), BPBD bisa membuat suatu sistem koordinasi yang
(Bantuan sembako, tenda, selimut dan baik, perlu memperhatikan beberapa hal,
sebagainya), serta Dinas Kesehatan yaitu:
memberikan bantuan obat-obatan.
1) Keikutsertaan dari semua pemangku
Sementara itu, hambatan yang dihadapi kepentingan yang terlibat dalam situasi
dalam mewujudkan efektivitas darurat bencana. Koordinasi dilakukan
penanggulangan bencana adalah melalui proses yang disepakati oleh
ketersediaan dana yang belum memadai. semua pemangku kepentingan.
Untuk tanggap darurat memang ada dana Seseorang atau suatu badan atau
taktis/tak terduga dalam rekening daerah, organisasi yang ditunjuk sebagai
Namun untuk bencana yang tidak masuk koordinator sudah semestinya mampu
tanggap darurat masih perlu pengaturan membangun suasana yang baik dan
lebih lanjut. Dengan demikian, pelaksanaan saling menghormati antara setiap
koordinasi dalam menangani suatu bencana pemangku kepentingan.
bukan berarti selalu berlangsung mulus dan
2) Tidak berpihak kepada sesuatu
tanpa tantangan. Tantangan-tantangan
(Imparsial). Koordinasi bertujuan untuk
tersebut bisa berupa biaya, prosedur
memberikan bantuan sesuai dengan
kelembagaan maupun jumlah organisasi
kebutuhan dan tidak berdasarkan pada
yang terlibat di dalam penanganan bencana
unsur lainnya , termasuk bukan pilihan
dengan beragam latar belakang tujuan
politis.
ataupun misi. Beberapa penelitian yang
sama juga mengindikasikan adanya faktor 3) Dilakukan secara transparan. Koordinasi
yang menentukan berhasil tidaknya sebuah membutuhkan kepercayaan dari semua
koordinasi dalam penanganan bencana. pemangku kepentingan. Setiap proses

170
Publisher Graduate Program Universitas Galuh
Master Manajemen Studies Program
© 2018, January
journal of managementReview
ISSN-P : 2580-4138 ISSN-E 2579-812X http://jurnal.unigal.ac.id/index.php/managementreview
Volume 2 Number 1 Page (161-171)
pengambilan keputusan dan pemberian
informasi mesti dilakukan secara
transparan dan jujur, termasuk jika
terjadi kegagalan tetap diinformasikan
dan tidak ditutup-tutupi untuk
kepentingan tertentu.
4) Bermanfaat bagi masyarakat yang
terkena bencana maupun pemangku
kepentingan lainnya.

5. DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan, Malayu. 2009. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT
Bumi. Aksara.
Kencana. 2011. Manajemen
Pemerintahan. Bandung: Pustaka
Reka Cipta.
Manullang. 2008. Dasar-Dasar
Manajemen, Yogyakarta: Ghalia
Indonesia.
Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Muasaroh. 2010. Aspek-Aspek
Efektivitas. Jakarta: Mega Ilmu.
Solihin, Ismail. 2009. Pengantar
Manajemen. Jakarta: Erlangga.
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian
Administrasi. Bandung: Alfabeta.
_____, Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana.
_____, Peraturan Daerah Kabupaten
Ciamis Nomor 3 Tahun 2010
Tentang Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Kabupaten
Ciamis.

171
Publisher Graduate Program Universitas Galuh
Master Manajemen Studies Program
© 2018, January
journal of managementReview
ISSN-P : 2580-4138 ISSN-E 2579-812X http://jurnal.unigal.ac.id/index.php/managementreview
Volume 2 Number 1 Page (161-171)

172
Publisher Graduate Program Universitas Galuh
Master Manajemen Studies Program
© 2018, January

Anda mungkin juga menyukai