Anda di halaman 1dari 34

Manajemen

operasional produksi

Di susun oleh kelompok 4 :


Khafif al kharis (111911005) Indah padilah (111910806)

Wahyu hidayat (111910941) Dwiqi septia rizqi (111910830)

Moch.DikaSunarya(111911385) Livia risti kunadi (111910846)


Jihan Indah Pramella(111911072) Angelica heaveninf (111910900)

NurSaviraFaudiah(111910999) jesika febrianti sianturi


(111910933)
Noer RahmaDestiyanti(111910961)
Manfaat just in time

1. Persediaan barang
2. Perbaikan kualitas
3. Pengurangan biaya
4. Pengurangan ruang yang dibutuhkan
5. Pengurangan leadtime
6. Peningkatan produktivitas
7. Fleksibilitas lebih besar
8. Hubungan dengan pemasok menjadi lebih baik
9. Kegiatan penjadwalan-pengendalian lebih sederhana
10. Peningkatan kapasitas
11. Pemberdayaan SDN semakin baik
12. Variasi produksi lebih banyak
1. Persediaan barang
Dalam bisnis, Persediaan Barang Dagang (Merchandise
Inventory) adalah produk-produk yang dibeli oleh pemilik usaha
dengan tujuan untuk menghasilkan keuntungan. Caranya
adalah dengan menjual lagi produk tersebut kepada pelanggan
tanpa mengubah bentuk fisiknya. Karena bisa memberikan
manfaat bagi perusahaan Apa yang termasuk ke dalam
Merchandise Inventory? Jawabannya adalah produk-produk yang
termasuk di dalam Aset Lancar sebagai tujuan bisnis, yakni
menghasilkan keuntungan .
Just In Time didasarkan pada konsep arus produksi yang berkelanjutan dan
mensyaratkan setiap bagian proses produksi bekerja sama dengan
komponen-komponen lainnya. Tenaga kerja langsung dalam lingkungan
Just In Time dipertangguh dengan perluasan tanggung jawab yang
berkontribusi pada pemangkasan pemborosan biaya tenaga kerja, ruang
dan waktu produksi. Perusahaan-perusahaan pabrikasi yang menyimpan
tiga jenis persediaan: bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi.
2. Perbaikan kualitas

Proses perbaikan kualitas pada dasarnya adalah bagaimana mengatasi berbagai permasalahan
yang timbul dan akan timbul untuk mencapai kualitas yang diharapkan. Peningkatan kualitas
merupakakan aktivitas untuk mengukur kinerja, benckmarking dengan standar dan segala
usaha sistematis untuk meningkatkan kinerja agar tercapai standar yang diharapkan.Dalam
proses perbaikan kualitas yang terpenting adalah  bagaimana kita mampu menemukan gap
(masalah) dan bagaimana mengatasi gap tersebut agar tercapai standar yang diharapkan. Untuk
dapat menganalisa gap perlu dipahami prinsip dasar dalam perbaikan kualitas yaitu:
1. Mengenali siapa konsumen dan apa keinginan konsumen kita
2. Fokus pada proses
3. Gunakan data untuk mengambil keputusan
4. Memahamai variasi dalam proses
5. Menggunakan teamwork untuk memecahkan masalah
6. Lakukan peningkatan kualitas secara berkesinambungan
Adanya komitmen dari manajemen
Kinerja yang lebih baik adalah tujuan dari proses perbaikan kualitas.
Beberapa  kriteria Proses perbaikan kualitas yang baik adalah:
 
1. Memenuhi harapan pelanggan (service, time, cost and quality)
2. Meningkatkan pengendalian proses
3. Mengurangi limbah
4. Mengurangi biaya
5. Menambah  segmen pasar
6. Melibatkan karyawan
7. Meningkatkan moral
 
 
3. Pengurangan biaya
Just-in-time bertujuan untuk mendapatkan kualitas, menekan biaya, dan mencapai waktu
penyerahan seefisien mungkin. Perusahaan menghapus seluruh pemborosan selama proses
produksi. Sehingga, mereka mampu menyerahkan produknya tepat waktu sesuai dengan
permintaan.
Untuk melakukannya, perusahaan memproduksi hanya sebanyak jumlah yang diminta
konsumen dan pada saat dibutuhkan. Mereka meminimalkan persediaan bahan mentah,
pekerjaan dalam proses dan barang jadi. Dengan begitu, mereka dapat mengurangi biaya
pemeliharaan maupun kerusakan akibat penimbunan barang.
perusahaan mengurangi biaya persediaan. Mereka menghemat ruang penyimpanan sehingga
mengurangi biaya sewa dan asuransi pergudangan.
Perusahaan menyesuaikan persediaan gudang dengan permintaan. Dengan bantuan komputer,
mereka memastikan bahan baku tersedia sebelum digunakan, tanpa terlalu banyak atau terlalu
sedikit persediaan. Itu memberi mereka kelonggaran untuk mencapai kualitas, kecepatan,
ketergantungan, dan fleksibilitas sambil menurunkan biaya. sistem just-in-time mengurangi
biaya produksi. Struktur biaya yang rendah mendukung keunggulan kompetitif dan profitabilitas
yang tinggi. Penerapan produksi Just In Time (JIT)  dapat mempunyai pengaruh pada sistem
akuntansi biaya dan manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:
Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan.
Mengeliminasi atau mengurangi kelompok biaya (cost pools) untuk aktivitas tidak langsung
Mengeliminasi atau mengurangi kelompok biaya (cost
pools) untuk aktivitas tidak langsung.
Mengurangi frekuensi perhitungan dan pelaporan
informasi selisih biaya tenaga kerja dan overhead
pabrik secara individual.
Mengurangi keterincian informasi yang dicatat
dalam “work tickets”
4. Pengurangan ruang yang dibutuhkan

 Definisi pengurangan ruang yg dibutuhkan berikut ini


reduksi banyak-satu adalah pengurangan yang mengubah contoh dari satu masalah
keputusan menjadi contoh masalah keputusan kedua. Dengan demikian reduksi dapat
digunakan untuk mengukur kesulitan komputasi relatif dari dua masalah.
salah satu Contoh pengurangan ruang yg dibutuhkan
 Indonesia merupakan negara dengan tingkat kerawanan bencana alam tinggi. Letaknya
yang berada pada pertemuan lempeng aktif dunia dapat menyebabkan bencana geologi.
Selain itu, secara astronomis Indonesia berada pada zona garis khatulistiwa yang beriklim
tropis dengan risiko bencana hidrometeorologi. Hal ini menjadi sebuah indikasi bahwa
dalam rencana pengembangan wilayah, pemerintah seharusnya tidak berdasar pada
kebutuhan pembangunan saja, tetapi juga perlu mempertimbangkan aspek bahaya
bencana yang dapat menghambat pembangunan berkelanjutan di negara ini (Taslim, Koto,
dan Tisen, 2017). Untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan di Indonesia, sesuai
yang diamanatkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui dokumen Transforming Our
World: The 2030 Agenda for Sustainable Development, Pemerintah Indonesia telah
mengadopsi tujuh belas tujuan pembangunan berkelanjutan dengan 169 sasaran (United
Nations, 2015b).
 Hal ini juga telah diatur melalui Peraturan Presiden (Perpres) No. 2 Tahun 2015
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-
2019,dan pada pelaksanaannya dijabarkan melalui Perpres No. 59 Tahun 2017
tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2016-2030.
Dalam kebijakan tersebut telah diuraikan sektor/instansi pemerintah yang
bertanggung jawab terhadap pelaksanaannya.Konsep pembangunan yang
berkelanjutan sebenarnya sudah diatur dalam Undang-Undang Republik
Indonesia (UU) No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Hal ini tentu harus
disertai dengan pengetahuan, selain data dan informasi mengenai kebencanaan
oleh masyarakat dan pemerintah sebagai pemegang kebijakan dalam
penyelenggaraan pembangunan. Pemerintah dan masyarakat yang merupakan
satu bagian dari sebuah komunitas, tentu harus saling terkait, berkoordinasi dan
bekerja sama dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. UU No. 24
Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana memberikan mandat kepada
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) sebagai koordinator, komando dan pelaksana dalam
penanggulangan bencana.ada wilayah rawan banjir, koordinasi antarpihak dalam
kegiatan pengurangan risiko bencana sangat penting dilaksanakan
dikarenakan bencana secara langsung akan berdampak pada gangguan kehidupa
n dan
penghidupan masyarakat, juga menghambat proses pembangunan berkelanjutan.
Penelitian ini bertujuan untuk menyusun skema koordinasi publik untuk kegiatan
pengurangan risiko bencana (PRB) banjir berbasis sumber daya publik yang tersedia di
Kabupaten Gorontalo. Sumber daya publik berasal dari instansi pemerintah dan potensi
masyarakat yang tersedia di Kabupaten Gorontalo dengan tugas masing-masing pada
tahap sebelum, saat dan setelah bencana. Koordinasi publik diharapkan dapat
mendukung pelaksanaan pembangunan berkelanjutan yang berbasis PRB di Kabupaten
Gorontalo. Penyusunan skema koordinasi publik didahului penilaian bahaya banjir
secara geospasial berdasarkan karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS) Limboto
menggunakan perangkat Sistem Informasi Geografis (SIG). Hasil penilaian tersebut
menjadi dasar pelaksanaan penyusunan koordinasi publik untuk PRB. Kabupaten
Gorontalo didominasi oleh satuan lahan pesisir yang berbatasan dengan Teluk Tomini,
dataran hingga pegunungan. Curah hujan tinggi, tata guna lahan yang kritis serta
permukiman yang berada di dataran rendah menyebabkan daerah penelitian termasuk
pada zona risiko tinggi hingga sangat tinggi mengalami banjir. Pembangunan
berkelanjutan dapat berjalan efektif apabila pelaksanaannya berbasiskan kebijakan PRB
dengan koordinasi publik. Koordinasi publik dilakukan di antara instansi pemerintah
dan masyarakat, yang bekerja sama sesuai peran dan tugas masing-masing pada tahap
sebelum, saat hingga setelah bencana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dibutuhkan
keterlibatan sektor yang lebih banyak pada tahap sebelum dan saat bencana. Hal ini
mengindikasikan bahwa koordinasi publik sebelum terjadinya bencana merupakan
kegiatan pencegahan dan pengurangan risiko yang harusnya lebih diutamakan dalam
pelaksanaan pembangunan sebelum menghambat keberlanjutan pembangunan
5. Pengurangan leadtime
Pengertian Leadtime
Lead time adalah jumlah waktu yang dibutuhkan
dari saat pelanggan melakukan pemesanan sampai
produk keluar untuk pengiriman, termasuk waktu
yang dibutuhkan untuk memproduksi bahan untuk
produk tersebut atau waktu yang diperlukan untuk
menerima bahan. Di sisi pelanggan, Lead Time
dapat diartikan sebagai waktu yang diperlukan
untuk memproses pesanan hingga menerima
pengiriman produk yang dipesan. Misalnya kita
melakukan pemesanan hari ini dan menerima
kiriman dalam waktu 4 hari kemudian, berarti
waktu tunggu atau Lead Time untuk pesanan
tersebut adalah 4 hari.
Elemen atau Variabel utama Leadtime
Lead Time pada sebuah perusahaan manufaktur pada dasarnya dibentuk
dari beberapa elemen atau variabel, diantaranya adalah :
Waktu pra-proses (Pre-processing Time) : Waktu yang diperlukan untuk
menerima Permintaan, memahami permintaan dan membuat pesanan
Pembelian.
Waktu Proses (Processing Time) : Waktu yang diperlukan untuk
memproduksi atau membeli barang.
Waktu Tunggu (Waiting Time) : Jumlah waktu yang diperlukan dalam
antrian menunggu produksi.
Waktu Transportasi (Transportation Time) : Waktu barang dalam
perjalanan untuk mencapai pelanggan.
Waktu inspeksi (Inspection Time) : Waktu yang diperlukan untuk
memeriksa produk jika ada ketidaksesuaian.
Waktu penyimpanan (Storage Time) : Waktu barang menunggu di
gudang atau pabrik.
Pengaruh Leadtime terhadap keputusan
pemesanan
Lead Time sangat berpengaruh terhadap keputusan
pemesanan bahan dalam setiap proses produksi.
Pemesanan bahan yang diperuntukan produksi akan
bermasalah apabila tidak memperhitungkan Lead
Time. Pemesanan yang tidak sesuai Lead Time akan
mengakibatkan tingginya persediaan yang
merugikan perusahaan ataupun kekurangan bahan
yang dapat digunakan sehingga mengakibatkan
berhentinya proses produksi. Oleh karena itu, kita
perlu memperhitungkan dengan baik agar jumlah
pemesanan sesuai dengan Lead Time-nya.
6. Peningkatan produktivitas

Pengertian produktivitas sangat berbeda dengan produksi. Akan Tetapi


produksi merupakan salah satu komponen dari usaha produktivitas,
selain kualitas dan hasil keluarannya. Produksi adalah suatu kegiatan
yang berhubungan dengan hasil keluaran dan umumnya dinyatakan
dengan volume produksi, sedangkan produktivitas berhubungan
dengan efisiensi penggunaan sumber daya.
Produktivitas dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan suatu
industri atau UKM dalam menghasilkan barang atau jasa. Sehingga
semakin tinggi perbandingannya, berarti semakin tinggi produk yang
dihasilkan. Ukuran-ukuran produktivitas bisa bervariasi, tergantung
pada aspek-aspek output atau input yang digunakan sebagai agregat
dasar, misalnya: indeks produktivitas buruh, produktivitas biaya
langsung, produktivitas biaya total, produktivitas energi, produktivitas
bahan mentah, dan lain-lain.
Peningkatan Produktivitas
Produktivitas dapat ditingkatkan dengan cara sebagai berikut:
Secara Ektensif : yaitu untuk meningkatkan jumlah produksi
dengan cara menambah jumlah faktor produksinya.
Secara intensif : yaitu upaya untuk meningkatkan jumlah
produksi dengan cara meningkatkan produktivitasnya setiap
faktor produksi.
Resionalisasi : yaitu upaya untuk meningkatkan jumlah
produksi dengan cara mengeluarkan kebijaksanaan yang
rasional yang mengarah pada efisiensi produksi agar
produktivitas optimal.
Produktivitas dapat dikatakan meningkat
apabila:
Produktivitas dapat dikatakan meningkat apabila
Produktivitas (P) naik apabila Input (I) turun, Output (O) tetap
Produktivitas (P) naik apabila Input (I) turun, Output (O) naik
Produktivitas (P) naik apabila Input (I) tetap, Output (O) naik
Produktivitas (P) naik apabila Input (I) naik, Output (O) naik
tetapi jumlah kenaikan Output lebih besar daripada kenaikan
Input.
Produktivitas (P) naik apabila Input (I) turun, Output
(O) turun tetapi jumlah penurunan Input lebih kecil daripada
turunnya Output.
7. Fleksibilitas lebih besar

fleksibel adalah suatu sifat di mana berkaitan dengan posisi

terhadap suatu keadaan. Jadi, secara sederhana, strategi


fleksibilitas harga merupakan strategi harga yang dapat
memposisikan dalam suatu keadaan. Strategi fleksibilitas
harga dapat digunakan untuk menetapkan harga suatu
barang atau produk yang berbeda pada pasar dan berlainan
atas dasar geografis, waktu pengiriman, dan kompleksitas
produk.
Fleksibilitas dalam lingkungan kerja berarti memberi

karyawan kesempatan untuk membuat pilihan sendiri


mengenai kapan, di mana, dan bagaimana mereka
terlibat dalam proyek atau tugas terkait pekerjaan.
Istilah fleksibilitas di tempat kerja sering kali
dilontarkan bersamaan dengan independensi, work-life
balance, friendly culture, dan lingkungan yang santai.
Adapun tujuan dari strategi ini adalah untuk
memaksimalkan laba jangka panjang dan memberikan
fleksibilitas dengan cara memungkinkan adanya
penyesuaian, baik kenaikan maupun penurunan
harga. Penyesuaian harga tersebut juga bergantung
dari tingkat persaingan yang dihadapi, hubungan
antara
8. Hubungan dengan pemasok menjadi lebih baik

Sistem Produksi Just In Time disebut dengan Sistem


Produksi Tepat Waktu. Tepat Waktu disini berarti semua
persedian bahan baku yang akan diolah menjadi barang
jadi harus tiba tepat waktunya dengan jumlah yang tepat
juga. Semua barang jadi juga harus siap diproduksi
sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan oleh pelanggan
pada waktu yang tepat pula.  Dengan demikian Stock
Level atau tingkat persedian bahan baku, bahan
pendukung, komponen, bahan semi jadi (WIP atau
Work In Progress) dan juga barang jadi akan dijaga pada
tingkat atau jumlah yang paling minimum.
Dengan begitu akan banyak aktifitas yang dilakukan
dengan pemasok. Jadi Kita harus menjalin hubungan
yang baik dengan pemasok. tanpa peran mereka, usaha
tentu tidak akan berjalan lancar. Komunikasikan segala
sesuatu yang terjadi dengan mereka. Termasuk jika ada
permasalahan dalam pembayaran yang kita lakukan.
Dengan komunikasi baik yang dijalin, pemasok akan
merasa dibutuhkan dan begitu senang menjalin kerja
sama dengan kita. Dan dengan adanya sistem Just In
Time ini hubungan dengan pemasok akan menjadi lebih
baik.
9. Kegiatan penjadwalan-pengendalian lebih
sederhana
Penjadwalan produk dan jam kerja karyawan akan lebih konsisten.
Konsistensi yang lebih baik dari penjadwalan dan konsistensi dari jam
kerja karyawan yang mungkin dalam hal ini dapat menghemat uang
perusahaan dengan tidak harus membayar pekerja untuk pekerjaan
tidak selesai karena sudah ditentukan PPLH yaitu target produksi yang
harus dicapai setiap karyawan dalam satu jam.
Menghasilkan produk sesuai dengan jadwal yang didasarkan pada
permintaan pelanggan. Sistem JIT biasanya menghasilkan produksi
sesuai dengan pesanan pelanggan dengan sistem produksi tarik (pull
system) yang dibantu dengan menggunakan kartu kanban. Tujuan
utama dari sistem produksi JIT adalah untuk dapat
memproduksi produk dengan Kualitas (quality) terbaik, Ongkos
(cost) termurah, dan Pengiriman (delivery) pada saat yang tepat, dan
disingkat QCD. Tujuan utama ini bisa dicapai jika ketiga unsur berikut
dapat dilaksanakan secara terpadu, yaitu Melakukan pengendalian
kuantitas dengan baik.
Untuk dapat menentukan kuantitas yang tepat maka diperlukan
sistem informasi yang baik. Sistem informasi untuk memproses produk
tersebut di Jepang dikenal dengan istilah Kanban (kartu berjalan).
Pelaksanakan pengendalian kuantitas akan berjalan dengan baik jika
didukung oleh suplier dan consumer yang pasti dan tepat waktu. Jika
hal ini dapat dilakukan maka kita akan dapat mengeliminir waste dalam
material sehingga konsep Zerro Inventory dapat dilaksanakan.
Melakukan pengendalian kualitas dengan baik. Dalam melakukan
pengendalian kualitas di Jepang dikenal dengan istilah TQC (Total
Quality Control). Tujuannya adalah untuk dapat memenuhi konsep
Zero Defect. Didalam sistem produksi di jepang tidak ada departemen
pengendalian kualitas, tetapi yang ada adalah Quality Assurance
(jaminan kualitas).
Konsep zero defect tersebut akan dapat berjalan dengan baik jika
para pekerja diberi kewenangan (otonomi), agar tidak memberikan
hasil produk yang tidak baik ke rekan kerja berikutnya sehingga
tidak menyusahkan pekerja lainnya.
10. Peningkatan kapasitas

Dengan menggunakan sistem JIT perusahaan


berharap akan mendapatkan kualitas,menekan biaya,
dan mencapai waktu penyerahan seefisien mungkin
dengan menghapus seluruh jenis pemborosan yang
terdapat dalam proses produksi sehingga perusahaan
mampu menyerahkan produknya baik barang atau
jasa sesuai keinginan konsumen dan tepat waktu.
maka salah satu manfaat dari JIT itu sendiri yaitu
meningkatkan kapasitas dalam sebuah perusahaan
maksudnya jika sebuah perusahaan memproduksi
barang dan akan langsung dijual kepada konsumen
dengan jumlah yang diminta maka sebagai seorang
supplier kita harus bisa meningkatkan kapasitas baik
dari kapasitas mesin,kapasitas,tenaga kerja,kapasitas
bahan baku,maupun kapasitas modal agar permintaan
barang dari konsumen dapat terselesaikan dengan
waktu yang telah ditentukan serta sesuai dengan
permintaan barang yang diinginkan supaya tidak
terjadinya penumpukan barang.
11. Pemberdayaan SDM semakin baik

• Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah konsep yang menggambarkan tentang bagaimana
sebuah organisasi mampu untuk mengoptimalkan sumber daya manusia sesuai
dengan kemampuan dan kapasitasnya, pemberdayaan merupakan penciptaan
dan pendidikan, sehingga semua orang dalam suatu lembaga atau organisasi
memiliki kemampuan dan kesempatan berkinerja, bermutu, berkreasi dan
berinovasi. Istilah pemberdayaan merupakan kata dari peristilahan inggris
Empowement, kata dasar istilah ini adalah verba empower, yang arti dasarnya
memberikan kemampuan atau kapasitas.
Pemberdayaan SDM baik adanya proses yang mempengaruhi upaya
dalam pelaksanaan yaitu dengan Optimalisasi pencapaian pendidikan
Pelatihan dalam observasi keterampilan.

1. Optimalisasi pencapaian pendidikan


dalam hal ini pendidikan suatu yang bermutu untuk masyarakat Untuk
mencapai hal tersebut, maka diperlukan penataan terhadap sistem pendidikan
secara menyeluruh, terutama berkaitan dengan kualitas pendidikan, serta
relevansinya dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja. Pemerintah
dalam hal ini memiliki peran penting dalam penyelenggaraan sistem
pendidikan yang efektif dan efisien, berorientasikan pada penguasaan IPTEK
serta merata di seluruh pelosok tanah air.
2. Observasi keterampilan

dengan adanya pendidikan menjadikan masyarakat untuk menjadi


sebuah manusia yang berkualitas dalam kemajuan pengembangan nah
maka dari itu memerlukan observasi keterampilan ini dalam halnya
mengembangkan bakat yang terpendam maupun yang baru berkembang
karena halnya observasi ini, dalam observasi ini adanya pelatihan yaitu
pelatihan pengembangan untuk menghasilkan keterampilan masing-
masing.
12. Variasi produksi lebih banyak
Salah satu penyebab terjadinya retail apocalypse adalah
buruknya pengelolaan inventory. Over stocking karena salah
mengantisipasi permintaan pelanggan, atau justru kehabisan stok
karena tak punya cukup persediaan, adalah beberapa contoh
dari manajemen stok yang amburadul.
Pada intinya, just in time inventory menyelaraskan pemesanan
bahan baku dari pemasok dengan jadwal produksi. Cara ini
berlawanan dengan metode just in case yang mengantisipasi
naiknya jumlah permintaan dengan menyimpan bahan baku
secukupnya di gudang. Just in time inventory hanya mengorder
bahan baku dari pemasok saat datangnya pesanan dari
pelanggan.
Dengan menerapkan JIT ini maka perusahaan dapat
meminimalisir pemborosan oprasional dan mengalihkan biayanya
untuk membuat variasi produk yang lebih banyak atau membuat
project baru. hal ini tentunya bisa menambah income atau jumlah
pendapatan. jika suatu perusahaan ingin tetap bertahan dalam
setiap kondisi maka perusahaan harus benar benar memahami
apa yang dibutuhkan oleh konsumen dengan memberikan variasi
produk yang tepat guna bagi konsumen.
Sekian dan terimakasih

Anda mungkin juga menyukai