Anda di halaman 1dari 11

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.1 (2021.2)

Nama Mahasiswa : Putri Ramadhona Sri Utami

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 031152585

Tanggal Lahir : 31 Desember 1999

Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU4337/ Usaha - usaha Milik Negara & Daerah

Kode/Nama Program Studi : 50/ Ilmu Administrasi Negara

Kode/Nama UPBJJ : 21/ UPBJJ UT Jakarta

Hari/Tanggal UAS THE : Rabu, 29 Desember 2021

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Putri Ramadhona Sri Utami


NIM : 031152585
Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU4337/ Usaha - usaha Milik Negara & Daerah
Fakultas : Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
UPBJJ-UT : UT Jakarta

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Bogor, 29 Desember 2021

Yang Membuat Pernyataan

Putri Ramadhona Sri Utami


1. Peran Negara terhadap ekonomi sangat penting hal itu terlihat dari UUD 1945 yang menjadi
dasar peraturan yang ada di Indonesia. Salah satu cara Negara mengatur perekonomian dengan
menjalankan uni-unit usaha milik negara. Silahkan anda analisis bagaimana unit-unit usaha milik
negara dapat membantu perekonomian negara? Berikan juga pendapat anda kinerja perusahaan
negara saat ini.

Jawaban :
Dalam sistem perekonomian nasional, BUMN ikut berperan menghasilkan barang dan/ atau jasa yang
diperlukan dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat. Peran BUMN dirasakan
semakin penting sebagai pelopor dan/ atau perintis dalam sektor-sektor usaha yang belum diminati usaha
swasta. Di samping itu, BUMN juga mempunyai peran strategis sebagai pelaksana pelayanan publik,
penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta besar, dan turut membantu pengembangan usaha kecil/ koperasi.
BUMN juga merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang signifikan dalam bentuk berbagai jenis
pajak, dividen dan hasil privatisasi.

Pelaksanaan peran BUMN tersebut diwujudkan dalam kegiatan usaha pada hampir seluruh sektor
perekonomian, seperti sektor pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan, manufaktur, pertambangan,
keuangan, pos dan telekomunikasi, transportasi, listrik, industri dan perdagangan, serta konstruksi.

Dalam kenyataannya, walaupun BUMN telah mencapai tujuan awal sebagai agen pembangunan dan
pendorong terciptanya korporasi, namun tujuan tersebut dicapai dengan biaya yang relatif tinggi. Kinerja
perusahaan dinilai belum memadai, seperti tampak pada rendahnya laba yang diperoleh dibandingkan dengan
modal yang ditanamkan. Dikarenakan berbagai kendala, BUMN belum sepenuhnya dapat menyediakan
barang dan/ atau jasa yang bermutu tinggi bagi masyarakat dengan harga yang terjangkau serta belum mampu
berkompetisi dalam persaingan bisnis secara global. Selain itu, karena keterbatasan sumber daya, fungsi
BUMN baik sebagai pelopor/ perintis maupun sebagai penyeimbang kekuatan swasta besar, juga belum
sepenuhnya dapat dilaksanakan.

Di lain pihak, perkembangan ekonomi dunia berlangsung sangat dinamis, terutama berkaitan dengan
liberalisasi dan globalisasi perdagangan yang telah disepakati oleh dunia internasional seperti kesepakatan
mengenai World Trade Organization (WTO), ASEAN Free Trade Area (AFTA), ASEAN Framework
Agreement on Service, dan kerjasama ekonomi regional Asia Pacific (Asia Pacific Economic Cooperation/
APEC).
 
Untuk dapat mengoptimalkan perannya dan mampu mempertahankan keberadaannya dalam perkembangan
ekonomi dunia yang semakin terbuka dan kompetitif, BUMN perlu menumbuhkan budaya korporasi dan
profesionalisme antara lain melalui pembenahan pengurusan dan pengawasannya. Pengurusan dan
pengawasan BUMN harus dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip tata-kelola perusahaan yang baik (good
corporate governance).

Peningkatan efisiensi dan produktivitas BUMN harus dilakukan melalui langkah-langkah restrukturisasi dan
privatisasi. Restrukturisasi sektoral dilakukan untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif sehingga
tercapai efisiensi dan pelayanan yang optimal. Sedangkan restrukturisasi perusahaan yang meliputi penataan
kembali bentuk badan usaha, kegiatan usaha, organisasi, manajemen, dan keuangan. Privatisasi bukan
semata-mata dimaknai sebagai penjualan perusahaan, melainkan menjadi alat dan cara pembenahan BUMN
untuk mencapai beberapa sasaran sekaligus, termasuk didalamnya adalah peningkatan kinerja dan nilai
tambah perusahaan, perbaikan struktur keuangan dan manajemen, penciptaan struktur industri yang sehat dan
kompetitif, pemberdayaan BUMN yang mampu bersaing dan berorientasi global, penyebaran kepemilikan
oleh publik serta pengembangan pasar modal domestik. Dengan dilakukannya privatisasi BUMN, bukan
berarti kendali atau kedaulatan negara atas BUMN yang bersangkutan menjadi berkurang atau hilang karena
sebagaimana dinyatakan di atas, negara tetap menjalankan fungsi penguasaan melalui regulasi sektoral
dimana BUMN yang diprivatisasi melaksanakan kegiatan usahanya.

Pendapat saya tentang kinerja perusahaan negara saat ini.

Kinerja perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membaik pada semester I/ 2021 dibandingkan
periode yang sama tahun lalu. Ini terlihat dari kenaikan laba bersih korporasi plat merah yang tumbuh 356 %
sepanjang semester I/ 2021 dibandingkan periode sama tahun lalu. Laba bersih BUMN tercatat sebesar Rp 5,
77 triliun pada semester I/ 2020. Sedangkan pada periode sama tahun ini, angka itu meningkat menjadi Rp
26, 35 triliun.

Ekonom Piter Abdullah menilai salah satu yang mendorong kinerja perusahaan BUMN makin baik didukung
beberapa faktor antara lain perbaikan harga komoditas, penanganan pandemi yang semakin baik, juga
peningkatan di sektor kesehatan, telekomunikasi, yang berujung pada kenaikan kinerja. Misal, BUMN sektor
tambang memiliki kinerja karena didorong kenaikan harga komoditas.

Dia menilai kenaikan kinerja selain karena faktor perbaikan pengelolaan, juga didorong sektor komoditas
yang membaik di masa pandemi. Menurutnya, dengan perbaikan maka BUMN akan mempertahankan
kinerja, meskipun masih ada beberapa BUMN yang perlu diperbaiki.

Sementara itu, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan peningkatan kinerja
BUMN juga terlihat dari sisi top line, tercatat total pendapatan BUMN sebesar Rp 96, 5 triliun pada semester
I/ 2021. Pendapatan itu bersumber dari berbagai sektor, mulai energi, keuangan, pertambangan, hingga
logistik.

Secara rinci sumbangan positif selama semester pertama tahun ini, antara lain disumbang BUMN sektor
energi mencatatkan pendapatan sebesar Rp 60 triliun atau naik 13 % (yoy), pendapatan BUMN jasa keuangan
sebesar Rp 13, 7 triliun atau naik 7 % (yoy). Sektor pertambangan membukukan pendapatan sebesar Rp 9, 94
triliun atau meningkat 34 % (yoy).

Kemudian, sektor kesehatan meraih pendapatan Rp 9, 48 triliun atau naik 163 % (yoy), sektor manufaktur
sebesar Rp 7, 97 triliun atau naik 55 % (yoy), sektor perkebunan dan kehutanan Rp 6, 28 triliun atau naik 37
% (yoy). Pendapatan BUMN di sektor asuransi sebesar Rp 2, 84 triliun atau naik 13 % (yoy), sektor
telekomunikasi Rp 2, 62 triliun atau naik 4 % (yoy), pupuk Rp 1, 02 triliun atau naik 2 % (yoy). Kemudian,
sektor logistik Rp 643 miliar atau naik 2 % (yoy) dan klaster pengelolaan aset atau National Management
Asset Company (Namco) Rp 507 miliar atau naik 12 % (yoy).

Adapun, Erick mengakui jika adanya pembatasan sosial di paruh kedua 2021 bakal berdampak kepada
kinerja keseluruhan BUMN sepanjang tahun ini. Walau demikian, dia memastikan pihaknya akan terus
mendorong kinerja BUMN yang telah baik hingga semester I-2021.

2. Dari uraian di atas ditemukan bahwa BUMN sudah ada sejak zaman VOC dan merupakan bagian
dari perkembangan ekonomi Eropa Barat. Silahkan anda membuat resume perjalanan BUMN/D
milik negara sampai saat ini. Dan berikan analisis apakah proses perkembangan BUMN/D di
Indonesia sudah baik!

Jawaban :
Perkembangan BUMN.
Perkembangan empiris BUMN yang berlangsung pada tingkat universal dan global serta pengalaman historis
selama 56 tahun mengelola kehidupan sosial politik ekonomi Nation State Indonesia. Secara garis besar
perkembangan BUMN dapat dibagi dalam periode, yaitu sebelum kemerdekaan, tahun 1945 s/d 1960,
tahun 1960 s/d 1969, tahun 1969 sampai sekarang.

a. Periode sebelum kemerdekaan.


Dalam periode sebelum kemerdekaan BUMN diatur oleh ketentuan IBW dan ICW. Pada periode ini terdapat
sekitar 20 BUMN yang tunduk kepada IBW yang bergerak dalam berbagai bidang ekonomi meliputi bidang
listrik, batubara, timah, pelabuhan, pegadaian, garam, perkebunan, PIT, kereta api dan topografi.

b. Periode tahun 1945.


Disamping BUMN tersebut diatas dalam periode tahun 1945-1960 telah berdiri beberapa BUMN lainnya
yaitu bank industri negara, Sera dan Vaksin, PT. Natour Ltd. Mengingat pentingnya keberadaan BUMN
dalam pembangunan dan dalam rangka pembebasan Irian Barat dan penjajah Belanda, maka berdasarkan
peraturan pemerintah nomor 23 tahun 1958 telah dilakukan nasionalisme perusahaan swasta eks milik negara
Belanda di Indonesia.

c. Periode tahun 1960 s/d 1969.


Sebagai akibat dari nasionalisasi terebut maka dalam periode tahun 1960 s/d 1969 BUMN seluruhnya
berjumlah 822 perusahaan. Jumlah ini telah ditata kembali dalam periode tersebut sehingga pada tahun 1989
turun menjadi sekitar 200 perusahaan.

Dalam perkembangan selanjutnya berbagai bentuk badan usaha dalam periode tersebut telah diseragamkan
berdasarkan uu nomor 19 tahun 1960 menjadi satu bentuk yaitu perusahaan negara (PN). Walaupun demikian
masih terdapat kekaburan dalam organisasi. Perusahaan-perusahaan negara sehubungan adanya Badan
Pimpinan Umum (BPU) yang juga menyelenggarakan kepengurusan perusahaan-persahaan negara tertentu.
Oleh karena itu untuk lebih menertibkan pengelolaan, pembinaan dan pengawasan BUMN maka berdasarkan
Impres no. 17 tahun 1967 dan uu nomor 9 tahun 1969 telah ditetapkan tiga bentuk badan usaha negara, yaitu
perusahaan jawatan (perjan), perusahaan umum (perum), perusahaan perseroan (persero).

d. Periode tahun 1969 sampai sekarang.


Dalam periode setelah tahun 1969 peranan BUMN dalam menunjang pembangunan nasional semakin
meningkat sejalan dengan pelaksanaan pembangunan pelita I s/d IV dan kini memasuki pelita V yang
merupakan kelanjutan dan peningkatan dari hasil pelita sebelumnya. Dalam perkembangannya selain bank
milik pemerintah yang berstatus khusus, maka berdasarkan uu nomor 8 tahun 1971 telah ditetapkan pendoro
pertamina. Dengan demikian diluar bank Indonesia jumlah BUMN yang berstatus khusus yang ditetapkan
berdasarkan uu tersendiri adalah 8 status khusus, serta 4 perusahaan negara dan 2 pt lama. Dari uraian diatas
maka dapat dikaitkan bahwa selain pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah,
perkembangan BUMN lebih ditentukan oleh peranan pengelola I pimpinan dalam melaksanakan kegiatan
operasi perusahaan. Sikap, dedikasi dan kemampuan pimpinan dalam mendaya gunakan sumber daya yang
ada didalam 1 perusahaan, baik manusia, modal, peralatan, manajerial serta kelincahan memanfaatkan situasi
pasar, merupakan faktor yang menentukan kemajuan atau kemunduran perusahaan.

e. Periode tahun 1983 s/d 1988.


Sejak tahun 1983 terutama setelah tahun 1986, berbagai usaha deregulasi ekonomi telah ditempuh oleh
pemerintah dan sepanjang yang menyangkut BUMN pemerintah telah menerbitkan Inpres no. 5 tahun 1988
tentang pedoman penyehatan dan pengelolaan BUMN. Inpres ini pada dasarnya menginstruksikan kepada
berbagai mentri teknis untuk melaksanakan penyehatan BUMN yang ada di Iingkungan departemennya
dimana ditetapkan klasifikasi kesehatan BUMN berdasarkan beberapa kriteria keuangan finansial, seperti
rentabilitas, likuiditas dan solvabilitas. Inpres ini disempurnakan keputusan menteri keuangan RI no. 198/
KMK 061/ 1998 tanggal 24 Maret 1988.

f. Periode tahun 1990 s/d 1997.


Sejak tahun 1990 untuk pertama kalinya masyarakat luas dapat mengetahui status kesehatan BUMN.
Terlepas dari kelemahan yang ada tentang penilaian tersebut, paling sedikit masyarakat sudah bisa
mengetahui tentang kondisi berbagai BUMN. Dengan adanya sistem penilaian RLS tersebut kinerja BUMN
menjadi lebih baik dari sebelurnnya. Jumlah BUMN tergolong sehat atau sehat sekali bertambah setahun, dan
jumlah yang tidak sehat serta yang mengalami kerugian menjadi semakin berkurang. Misalnya pada akhir
tahun 1991 jumlah BUMN yang tidak sehat adalah sebanyak 55 buah, sedangkan pada bulan April
1993 jumlahnya berkurang menjadi 41 buah (S. Djalil : 1993 dikutip oleh A. Fauzi : 5 ; 1994).

g. Periode tahun 1997 s/d 1999.


Sebelum terjadi krisis moneter Juli 1997 lebih separuh jumlah BUMN kinerja kurang memuaskan tahun
1997, 160 BUMN persero hanya mengahasilkan keuntungan sebesar Rp. 11, 8 triliun dari Rp. 462 triliun
modal yang ditanamkan, keuntungan sebesar 2, 6 % sangat kecil jika dibandingkan terhadap biaya-biaya atas
modal.

h. Periode tahun 1999 s/d sekarang.


Berdasarkan data dari Kantor Mentri Negara (KMN), BUMN tahun 1999, 159 BUMN dapat dikelompokkan
I induk (holding) seperti lampiran 2 dan 3 (Toto Pranoto : 10 ; 2000).
Istilah BUMD baru dikenal dalam peraturan menteri dalam negeri nomor 3 tahun 1998 tentang bentuk hukum
BUMD, dan tertuang dalam undang-undang nomor 22 tahun 1999 sebagaimana telah dicabut dengan undang-
undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Hal ini disebabkan pendirian dan pengaturan
BUMD sampai saat ini masih tunduk dengan undang-undang nomor 5 tahun 1962 tentang perusahaan daerah.

Dalam perkembangannya, pemerintah melakukan peninjauan kembali beberapa produk-produk legislatif


yang berbentuk undang-undang dan peraturan pemerintah pengganti undang-undang, sebagaimana yang
ditentukan dalam ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara nomor XIX/ MPRS/ 1966
tertanggal 5 Juli 1966 tentang peninjauan kembali produk-produk legislatif negara diluar produk MPRS yang
tidak sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
nomor XXXIX/ MPRS/ 1968 tertanggal 27 Maret 1968 tentang pelaksanaan ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara nomor XIX/ MPRS/ 1966. 22 dari hasil peninjauan tersebut
direkomendasikan pencabutan beberapa peraturan perundang-undangan, termasuk di antarannya undang-
undang nomor 5 tahun 1962 tentang perusahaan daerah.

BUMD merupakan salah satu wujud nyata pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang memiliki
posisi strategis bagi peningkatan kesejahteraan rakyat. Adapun payung hukum yang menaungi tata kelola
BUMD dapat dirunut sejak pemberlakuan uu no. 5/ 1962 tentang perusahaan daerah, kemudian dinyatakan
tidak berlaku dan digantikan uu no. 5/ 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah. Selanjutnya uu no.
22/ 1999 tentang pemerintahan daerah yang kemudian diubah dengan uu no. 32/ 2004 tentang pemerintahan
daerah dan terakhir uu no. 23/ 2014 tentang pemerintahan daerah.

Apakah proses perkembangan BUMN/ D di Indonesia sudah baik!


Dalam perekonomian Indonesia pasca kemerdekaan, peran dan posisi BUMN sangat strategis. Untuk
sebagian kenyataan ini karena masih lemahnya perusahaan swasta. Di awal kemerdekaan praktis hampir tidak
ada perusahaan swasta milik orang Indonesia asli yang memiliki modal yang kuat dan didukung manajemen
modern yang diperlukan untuk berkiprah secara signifikan dalam perekonomian nasional, yang ada justru
swasta besar yang dimiliki oleh Belanda, Inggris, dan Amerika; dan swasta skala menengah yang dimiliki
oleh kalangan keturunan Cina. Dalam suasana sentimen nasionalisme yang begitu kuat dikalangan para
pengambil kebijakan puncak pemerintahan di awal kemerdekaan, sementara pada tataran empiris, kekuatan
ekonomi ril nasional sebetulnya juga masih dikuasai oleh pihak asing, maka tidak mengherankan jika
kemudian BUMN dipilih sebagai pelaku ekonomi yang diharapkan dapat menandingi kekuatan ekonomi
asing tersebut. Karena itu secara politis ekonomis BUMN menjadi “benteng pribumi”.
Peran BUMN sebagai instrumen strategis kebijakan industrialisasi subtitusi impor yang berlangsung hingga
menjelang akhir paruh pertama tahun delapan puluhan telah menempatkan BUMN ini pada posisi puncak-
puncak komando ekonomi. Dengan peran BUMN yang begitu dominan ini dalam perekonomian memang
tidak dimaksudkan untuk menciptakan etatisme baru, sebagaimana terjadi pada pemerintahan sebelumnya.
Karena sebetulnya yang hendak dituju oleh kebijakan pemerintah waktu itu adalah negara, lewat BUMN
tentu saja, bisa mengendalikan secara signifikan arah perkembangan ekonomi nasional. Dengan format
semacam ini perusahaan swasta jelas diakui peranannya dalam perekonomian. Sekali pun begitu perlu dicatat
bahwa perannya ini relatif lebih sekunder karena alasan-alasan ideologis dan politis yang sudah disebutkan
dimuka.

Peran BUMN yang kuat ditunjang lagi dengan orientasi kebijakan pemerintah yang lebih kondusif terhadap
sektor swasta memang kemudian melahirkan perkembangan bisnis yang cukup unik. BUMN besar semacam
pertamina, krakatau steel, telkom, dan tidak sedikit pula yang lainnya karena harus memenuhi target-target
percepatan industrialisasi dari pemerintah, melakukan ekspansi bisnis yang luar biasa. Terutama pertamina
dengan uang minyak yang melimpah mampu melakukan diversifikasi bisnis yang bahkan keluar dari core
business yang ada, seperti masuk hingga ke bisnis hotel dan properti. Ekspansi bisnis semacam ini memang
memudahkan terbentuknya business spin off dimana perusahaan swasta bisa masuk sebagai mitra junior
BUMN, yang kerap juga melibatkan perusahaan multinasional (MNC) dalam pola kerjasamanya, dan
bertindak sebagai kontraktor dan pemasok komponen dan faktor input lain yang dibutuhkan BUMN. Pada
kasus lain perusahaan swasta berpartisipasi lewat pemilikan saham minoritas perusahaan patungan, yang
didirikan bersama BUMN. Ini terutama terjadi manakala BUMN tadi melakukan forward vertical integration.
Dengan pola hubungan semacam ini yang berlangsung kurang lebih hingga dua dekade, BUMN berhasil
menumbuh kembangkan perusahaan-perusahaan swasta yang kuat baik dari kalangan pribumi maupun
keturunan Cina ataupun campuran keduanya. Mereka yang dilahirkan dan dikembangkan oleh ekspansi
BUMN inilah yang kemudian nanti akan kita lihat pada paruh kedua delapan puluhan mengambil peran yang
lebih besar dalam perekonomian nasional akibat dari kebijakan deregulasi, liberalisasi, dan privatisasi yang
ditempuh pemerintah setelah jatuhnya harga minyak pada tahun 1983 dan kemudian 1986.

3. Silahkan saudara hitung berapa Return on Equity/ ROE. Berdasarkan rumus ROE yang telah
saudara pelajari berdasarkan data yang diketahui pada uraian diatas. Serta berikan argumen
saudara dari hasil ROE yang saudara temukan!

Jawaban :
Return On Equity (ROE) = Laba bersih setelah pajak/ ekuitas pemegang saham.
= Rp. 1.000.000.000/ Rp. 700.000.000
= Rp. 1. 4285714286

Jadi, rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh oleh pengelolaan modal yang
diinvestasikan pemilik perusahaan yaitu Rp. 1. 4285714286.

4. Kasus diatas adalah contoh dari sebuah rekayasa ulang dalam suatu perusahaan, silahkan anda
analisis dari kasus diatas mengapa perusahaan perlu melakukan rekayasa ulang ? apa yang
anda ketahui tentang rekayasa ulang ! Berikan contoh proses ini dilingkungan sekitar anda!

Jawaban :
Menurut Hammer dan Champy (1995) perusahaan melakukan rekayasa ulang proses bisnis dengan beberapa
alasan yaitu :

 Perusahaan menghadapi masalah besar, dengan karakteristik mempunyai struktur biaya yang tinggi
dan pelayanan kepada pelanggan yang buruk. Kondisi tersebut menghadapkan perusahaan perlu
meningkatkan kinerja sesegera mungkin.
 Perusahaan sehat dan memiliki visi ke depan untuk mengantisipasi perubahan yang akan mengancam
perusahaan di masa depan.
 Perusahaan berada dalam kondisi puncak dan mempunyai ambisi untuk meninggalkan pesaing dengan
menggunakan usaha rekayasa ulang proses bisnis.

Rekayasa ulang adalah proses merubah secara radikal dalam merancang proses bisnis dengan memperhatikan
sistem, prosedur dan struktur organisasi yang mendukung, untuk memperoleh perubahan yang kritikal dengan
memperhatikan biaya, kualitas pelayanan dan kecepatan.

Contoh rekayasa ulang : sebuah pabrik peralatan elektronik merekayasa ulang proses pelayanan lapangannya
dengan menggeser sebagian pekerjaan reparasinya kepada pelanggan, yang sekarang mengerjakan sendiri
perbaikan-perbaikan sederhana tanpa harus menunggu kedatangan seorang teknis dengan suku cadang yang
tepat. Beberapa suku cadang sekarang tersedia disemua lokasi pelanggan dan diatur dengan sistem
management suku cadang berkomputer. Jika timbul masalah, pelanggan menelpon hotline pelayanan
lapangan pabrik itu dan mendeskripsikan gejala-gejala kepada seorang ahli diagnosa yang dibantu komputer.
Jika masalah itu dapat diperbaiki pelanggan, ahli diagnosa memberi tahu pelanggan komponen apa yang
harus diganti dan bagaimana memasangnya. Kemudian pabrik mengambil komputer lama dan memberikan
komputer baru kepada pelanggan teknis-teknis service mengambil alih panggilan hanya jika masalah terlalu
sulit bagi pelanggan.

Anda mungkin juga menyukai