Nilai:
Savira Safrilia (6014211012)
Nama (NRP) Dewa Indra Luqmana (6014211015)
R Mohammad Alghaf Dienullah (6014212009)
APLIKASI TEKNIK
STABILISASI/SOLIDIFIKASI EX-SITU
TANAH TERCEMAR KONTAMINAN
LOGAM BERAT DI JIANGSU, CHINA
DENGAN MEMAKAI ZAT PENGIKAT
1
PROGRAM STUDI PASCASARJANA, DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FT-SPK INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Tanggal: 30/3/2022
TEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH B3
(RE 185203) Halaman: 2 of 14
1. PENDAHULUAN
Proses industri selalu disertai dengan adanya limbah yang menjadi permasalahan yang menyita
perhatian berbagai pihak meliputi pemerintah maupun masyarakat. Beberapa limbah terkadang
masuk kedalam kategori limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) (Utomo dan Laksono, 2007).
Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau
beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, secara langsung maupun
tidak langsung dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk lain (PP
85 Tahun 1999).
Limbah B3 memerlukan penanganan yang tepat untuk menghindari adanya potensi bahaya
untuk kesehatan manusia dan lingkungan, seperti potensi akumulasi limbah di lingkungan dan
keracunan (Utomo and Laksono, 2007). Beberapa tahun terakhir ditemukan inovasi solutif untuk
menghilangkan kontaminan B3, salah satunya yaitu dengan stabilisasi/solidifikasi (S/S) (Anrozzi,
2017). S/S adalah pembuatan material padat yang memiliki permeabilitas rendah, luas permukaan
penyebaran lindi dan migrasi kontaminan yang kecil melalui proses enkapsulasi limbah (Anisa, 2016).
S/S biasanya dilakukan sebelum proses landfill. Pada penerapannya, S/S dapat dilakukan secara in
situ atau ex situ. Secara ex situ, pengolahan digunakan untuk menghilangkan material yang tidak
diinginkan. Metode tersebut memudahkan identifikasi segala pengolahan yang tidak memadai
secara cepat dengan biaya yang minimum (Bates dan Hills, 2015).
Proses S/S menggunakan reaksi kimia yang diformulasikan dengan air dan komponen lain
dalam sludge atau limbah B3 berair lainnya untuk membuat padatan yang stabil (Malviya and
Chaudhary, 2006). Komponen yang digunakan sebagai campuran limbah yaitu berupa zat pengikat
(binding agent) anorganik, salah satunya yaitu pozzolan (Anisa, 2016). Pozzolan merupakan bahan
yang berasal dari alam atau buatan yang kandungan kimianya memiliki unsur alumina, silika ataupun
keduanya (Paat et al, 2014). Pada pazzolan buatan atau artifisial, pazzolan dapat berupa fly ash dari
proses pembakaran, abu sekam padi, debu bata, kaolin kapur, dan beberapa slug metalurgis lainnya
(Anrozzi, 2017). Ditemukannya pazzolan buatan dan banyaknya pencemaran tanah membuat
peneliti berhasil memakai teknik S/S untuk meremediasi tanah tercemar (Anrozzi, 2017). Menurut
Feng et al (2020), S/S tanah yang terkontaminasi logam berat dengan memakai zat pengikat dari
produk samping industri yang mengandung fosfat dan ground granulated blast furnace slag (GGBS)
bisa digunakan untuk menstabilkan tanah. Zat pengikat yang berbasis fosfat dinamakan KMP untuk
singkatan dari campuran bahan baku monopotassium phosphate (KH2PO4), magnesium oxide (MgO),
dan kekuatan batuan fosfat teraktivasi asam oksalat. Sedangkan zat pengikat GGBS dinamakan GM
untuk singkatan dari campuran bahan baku GGBS dan magnesium oxide (MgO).
Tanah terkontaminasi logam berat yang distabilkan dengan KMP memiliki keunggulan
dibandingkan dengan memakai semen Portland, seperti efisiensi imobilisasi yang lebih tinggi untuk
Zn, kekuatan yang lebih tinggi, dan pH tanah stabil yang relatif lebih rendah dan pembekuan-
pencairan superior, serangan sulfat, dan karbonasi resistensi. Sampai saat ini, masih belum ada
penelitian mengenai evaluasi zat pengikat GM dan KMP untuk skala lapangan (secara ex situ) dengan
2
PROGRAM STUDI PASCASARJANA, DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FT-SPK INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Tanggal: 30/3/2022
TEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH B3
(RE 185203) Halaman: 3 of 14
kadar logam berat yang tinggi (Feng et al, 2020). Sehingga diperlukan uji lapangan skala pilot untuk
mengetahui kinerja dan karakteristik produk S/S yang dihasilkan dengan memakai zat pengikat GM
dan KMP.
2. DASAR TEORI DAN PROSEDUR OPERASI
2.1 DASAR TEORI
2.1.1 Stabilisasi dan Solidifikasi
Proses pengolahan limbah B3 secara kimia atau fisik yang umum dilakukan adalah S/S
(stabilisasi/solidifikasi). S/S pada prinsipnya yaitu mengubah bentuk fisik dan atau senyawa
kimia limbah B3 dengan cara menambahkan bahan pengikat atau zat pereaksi tertentu untuk
memperkecil atau membatasi kelarutan, pergerakan, atau penyebaran daya racun limbah
sebelum dibuang (Anrozzi, 2017). Dalam penerapannya, seringkali stabilisasi dan solidifikasi
digabung dalam pengolahan B3 (Trihadiningrum, 2016).
Stabilisasi secara umum dapat didefinisikan sebagai proses penambahan bahan reagen
atau aditif dengan tujuan untuk mengurangi sifat beracun limbah, dengan mengubah limbah
dan komponen berbahayanya ke bentuk yang dapat mengurangi laju perpindahan kontaminan
ke lingkungan (Anrozzi, 2017). Stabilisasi dilakukan dengan menambahan bahan campuran
yang memiliki sifat:
1. Mengurangi sifat beracun kontaminan
2. Mempermudah penanganan dengan mengubah karakteristik fisik limbah
3. Mengurangi kandungan kelarutan dalam limbah
4. Mengurangi luas permukaan limbah
(Trihadiningrum, 2016).
Sedangkan solidifikasi merupakan proses pemadatan suatu bahan berbahaya dengan
penambahan zat aditif (Anrozzi, 2017). Pemadatan bertujuan agar terbentuk massa limbah
yang padat. Kepadatan massa dilakukan dengan menambahkan bahan tambahan yang dapat
menaikkan kompresibilitas, permeabilitas, atau kekuatan fisik dari limbah (Trihadiningrum,
2016).
Penggunaan S/S bertujuan untuk mengkonversi limbah beracun menjadi massa yang
secara fisik inert, memiliki daya leaching rendah serta memiliki kekuatan mekanik yang cukup
agar aman untuk dibuang ke landfill limbah B3 (Megawati et al., 2014). Karakteristik produk
stabilisasi diharapkan memiliki karakteristik yang stabil, toleran dengan kondisi kering dan
basah yang bergantian, mampu menahan beban dan memiliki permeabilitas rendah
(Trihadiningrum, 2016). S/S hanya digunakan untuk limbah anorganik. S/S kurang sesuai
digunakan untuk limbah organik karena komponen organik dapat menghalangi hidrasi bahan
pengikat (Megawati et al., 2014).
3
PROGRAM STUDI PASCASARJANA, DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FT-SPK INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Tanggal: 30/3/2022
TEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH B3
(RE 185203) Halaman: 4 of 14
4
PROGRAM STUDI PASCASARJANA, DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FT-SPK INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Tanggal: 30/3/2022
TEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH B3
(RE 185203) Halaman: 5 of 14
Pengikat berbasis fosfat dikembangkan oleh Du et al (2015) Pengikat berbasis fosfat ini
diberi nama GM dan KMP. Pengikat yang berbasis fosfat terdiri dari monopotassium fosfat
(KH2PO4), magnesium oxide (MgO), dan kekuatan batuan fosfat teraktivasi asam oksalat dalam
proporsi 1:2:1 berdasarkan berat kering. Pengikat ini diberi nama KMP, yang merupak
singkatan dari bahan baku. KMP memiliki keunggulan dibandingkan tanah yang distabilkan
semen portland, seperti efisiensi imobilisasi yang lebih tinggi untuk Zn, kekuatan yang lebih
tinggi, dan pH tanah yang distabilkan yang relatif lebih rendah dan pembekuan-pencairan
yang unggul, serangan sulfat, dan ketahanan karbonasi. Sedangkan GM merupakan produk
sampingan industri yang mengandung fosfat. Produk ini terdiri dari GGBS (terak tanur tinggi)
dan magnesium oxide (MgO) dalam proposi 9:1 berdasrkan berat kering. GM dapat dijadikan
pengikat yang menjajikan, karena dapat menstabilkan berat tanah yang terkontaminasi logam
berat.
5
PROGRAM STUDI PASCASARJANA, DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FT-SPK INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Tanggal: 30/3/2022
TEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH B3
(RE 185203) Halaman: 6 of 14
fisik dipindahkan dari lokasinya menggunakan pompa atau peralatan konstruksi. Alat berat yang
digunakan untuk pencampuran reagen S/S dengan limbah adalah ekskavator.
Dalam Stabilisasi/solidifikasi secara ex situ dibutuhkan tempat pengadukan yang
memungkinkan alat berat untuk mencampur tanah yang terkontaminasi dengan reagen S/S.
terdapat beberapa jenis mixing pits yang biasa diterapkan diantaranya adalah earthen pits dan
open top tanks. Cara earthen pits yaitu media limbah dipindah ke dalam lubang menggunakan
ekskavator, lalu reagen (basah atau kering) ditambahkan ke lubang. Pencampuran limbah dan
reagen hingga produk homogen dilakukan menggunakan alat ekskavator.
Gambar 2.2 Penerapan mixing pits jenis open top tanks dengan menggunakan roll-off box
(Anrozzi, 2017)
6
PROGRAM STUDI PASCASARJANA, DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FT-SPK INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Tanggal: 30/3/2022
TEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH B3
(RE 185203) Halaman: 7 of 14
4. Kemudian mencampurkan tanah yang terkontaminasi dengan air dan bahan pengikat hingga
homogen
5. Setelah semua tercampur rata tanah diangkut ke lokasi semula dan ditimbun kembali
6. Lalu meratakan dan memadatkan tanah
7. Selanjutnya dilakukan pengujian
Tabel 3.1 Kontaminan dan konsentrasi pada tanah tercemar lokasi bekas pabrik
Konsentrasi tanah Baku Mutu Batas
Kontaminan
tercemar (mg/kg) Konsentrasi (mg/kg)
Seng (Zn) 8555 100
Klorida (Cl-) 2050 500
Pada penelitian digunakan dua pengikat yaitu GM dan KMP. GM merupakan produk sampingan
industri yang mengandung fosfat. Produk ini terdiri dari GGBS (terak tanur tinggi) dan magnesium
oxide (MgO). Sedangkan KMP adalah zat pengikat yang berbasis fosfat dengan bahan baku
monopotassium phosphate (KH2PO4), magnesium oxide (MgO), dan kekuatan batuan fosfat
teraktivasi asam oksalat. Perbandingan yang digunakan untuk GM yaitu 9:1 dan KMP 1:2:1. Rasio ini
menghasilkan kemampuan pelindian yang relatif rendah dan kekuatan yang tinggi untuk tanah yang
stabil. Komposisi kimia dan sifat fisikokimia batuan fosfat yang diasamkan, GGBS, dan MgO
ditunjukkan pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Komposisi kimia dan sifat Kimia dari Serbuk batuan Fosfat, GGBS, dan MgO
7
PROGRAM STUDI PASCASARJANA, DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FT-SPK INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Tanggal: 30/3/2022
TEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH B3
(RE 185203) Halaman: 8 of 14
8
PROGRAM STUDI PASCASARJANA, DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FT-SPK INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Tanggal: 30/3/2022
TEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH B3
(RE 185203) Halaman: 9 of 14
amandemen ini cukup untuk memenuhi tujuan remediasi. Berdasarkan perkiraan biaya, dosis
pengikat 6% juga dianggap berada dalam kisaran yang membuat remediasi
solidifikasi/stabilisasi menjadi ekonomis.
Gambar 3.2 Variasi dalam leached Zn dan Cl dengan konsentrasi dosis pengikat Zn dan Cl
a b
Gambar 3.3 Variasi pH tanah dengan dosis pengikat (a), Variasi dalam qu dengan kadar air (b)
3.1.3 Penimbunan dan Pemadatan Tanah
Setelah dilakukan pencampuran menyeluruh tanah dengan campuran GM diangkut ke
Lokasi A dan ditimbun kembali (Gambar 3.4f). Sedangkan tanah dengan campuran KMP
diangkut dan ditimbun ke lokasi B. Ketinggian permukaan tanah akhir dari tanah yang
dipadatkan di Lokasi A dan Lokasi B kira-kira sama rata dengan permukaan tanah asli yang
sesuai sebelum penggalian dan dengan ketebalan akhir 165mm (Gambar 3.4g). Kepadatan
kering dari kedua tanah yang dipadatkan dengan GM dan KMP ditentukan berdasarkan
pengambilan sampel di lapangan. Pengukuran menunjukkan tanah memiliki kepadatan kering
sekitar 1,31 x 103 kg/m3 atau 75% dari kepadatan kering maksimum tanah asli yang
terkontaminasi. Tanah stabil yang dipadatkan di lokasi pengujian ditutup dengan lembaran PE
(Gambar 3.4h) dan dibiarkan untuk waktu yang berbeda (1, 3, 7, dan 28 hari) dan dilakukan uji
setiap periode untuk mengevaluasi efektivitas proses S/S.
9
PROGRAM STUDI PASCASARJANA, DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FT-SPK INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Tanggal: 30/3/2022
TEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH B3
(RE 185203) Halaman: 10 of 14
10
PROGRAM STUDI PASCASARJANA, DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FT-SPK INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Tanggal: 30/3/2022
TEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH B3
(RE 185203) Halaman: 11 of 14
peningkatan yang signifikan dari 7 menjadi 28 hari, sedangkan tanah yang distabilisasi KMP
menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam Rs dari 3 sampai 7 hari. Selain itu, rata-rata Rs
nilai tanah terstabilisasi GM dan KMP sangat mendekati pada hari ke 28, yaitu masing-masing
1,12 J/mm dan 1,11 J/mm. Nilai Rs pada kedalaman penetrasi yang berbeda dapat dikaitkan
dengan sedikit perbedaan dalam homogenitas tanah yang distabilkan dengan kedalaman.
Tabel 3.2 DCPI dari tanah yang di remediasi GM dan KMP pada waktu curing berbeda
DCPI (mm/blow)
Lokasi Bahan
Hari Ke-
Uji Pengikat Hari Ke-1 Hari Ke-3 Hari Ke-7
28
A GM 120 100 96 44
B KMP 72 70 48 44
11
PROGRAM STUDI PASCASARJANA, DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FT-SPK INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Tanggal: 30/3/2022
TEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH B3
(RE 185203) Halaman: 12 of 14
terkristalisasi dengan baik dan akan terbentuk di tanah yang distabilkan. Untuk tanah dengan
bahan pengikat KMP mampu mereduksi Zn dan Cl- lebih tinggi karena Zn dan Cl- mampu
bertransformasi menjadi bentuk yang lebih stabil seperti Zn3(PO4)2.4H2O, CaZn2(PO4)2.2H2O,
dan Mg2(OH)3Cl. 4H2O. Karena produk-produk ini memiliki ketahanan yang lebih kuat terhadap
serangan asam dan kelarutan yang lebih rendah.
Gambar 3.7 Variasi konsentarsi Zn dan Cl- leached dengan waktu curing: a) Zn dan b) Cl-
12
PROGRAM STUDI PASCASARJANA, DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FT-SPK INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Tanggal: 30/3/2022
TEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH B3
(RE 185203) Halaman: 13 of 14
5. KESIMPULAN
S/S secara ex situ untuk tanah tercemar logam berat dengan memakai 2 zat pengikat berbeda,
yaitu GM (GGBS + MgO) dan KMP (KH2PO4 + MgO) dapat menghasilkan tanah yang bersifat stabil.
Tanah bersifat stabil dengan memakai zat pengikat GM dan KMP tersebut dibuktikan dengan hasil uji
efektivitas S/S seperti pH akhir mendekati pH normal, adanya peningkatkan kerapatan tanah, kuat
tekan tanah, dan kemampuan untuk mengimobilisasi konsentrasi logam berat Zn dan Cl pada
leached selama 28 hari. Adapun zat pengikat GM sangat baik untuk imobilisasi konsentrasi Cl pada
leached, sedangkan KMP lebih baik untuk mengimobilisasi konsentrasi Zn pada leached. Hasil uji
efektivitas tersebut menunjukkan bahwa proses S/S yang dilakukan telah menghasilkan produk
bersifat inert, memiliki daya leaching yang rendah. Selain itu, diketahui setiap jenis zat pengikat yang
digunakan (GM dan KMP) memiliki efektivitas imobilisasi kandungan logam berat yang berbeda.
6. DAFTAR PUSTAKA
Anisa, E. D. K. P. (2016) ‘Stabilisasi/Solidifikasi Tanah Tercemar Merkuri Tambang Emas Rakyat Kulon
Progo Yogyakarta Menggunakan Campuran Semen Portland dan Tanah Tras’, Jurnal Teknik
ITS, 5(2). doi: 10.12962/j23373539.v5i2.17208.
Anrozi R (2017) ‘Kajian Teknologi dan Mekanisme Stabilisasi/Solidifikasi untuk Pengolahan Limbah
B3’, 6(2).
Anrozzi, R. (2017) ‘Kajian Aplikasi Teknologi Stabilisasi / Solidifikasi Untuk Remediasi Tanah Tercemar
Limbah B3’, p. 24.
Du, Y. F. Y. (2019) ‘Pilot-scale field investigation of ex situ solidification / stabilization of soils with
inorganic contaminants using two novel binders’, Acta Geotechnica. Springer Berlin
Heidelberg, 5. doi: 10.1007/s11440-019-00835-5.
Feng, Y. S. et al. (2020) ‘Pilot-scale field investigation of ex situ solidification/stabilization of soils
with inorganic contaminants using two novel binders’, Acta Geotechnica. Springer Berlin
13
PROGRAM STUDI PASCASARJANA, DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FT-SPK INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Tanggal: 30/3/2022
TEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH B3
(RE 185203) Halaman: 14 of 14
14