Anda di halaman 1dari 14

PROGRAM STUDI PASCASARJANA, DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN

FT-SPK INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER


Tanggal: 30/3/2022
TEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH B3
(RE 185203) Halaman: 1 of 14

Tugas: Teknologi Pengelolaan Limbah B3

Nilai:
Savira Safrilia (6014211012)
Nama (NRP) Dewa Indra Luqmana (6014211015)
R Mohammad Alghaf Dienullah (6014212009)

TUGAS MATA KULIAH


TEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH B3

APLIKASI TEKNIK
STABILISASI/SOLIDIFIKASI EX-SITU
TANAH TERCEMAR KONTAMINAN
LOGAM BERAT DI JIANGSU, CHINA
DENGAN MEMAKAI ZAT PENGIKAT

1
PROGRAM STUDI PASCASARJANA, DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FT-SPK INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Tanggal: 30/3/2022
TEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH B3
(RE 185203) Halaman: 2 of 14

Tugas: Teknologi Pengelolaan Limbah B3

1. PENDAHULUAN
Proses industri selalu disertai dengan adanya limbah yang menjadi permasalahan yang menyita
perhatian berbagai pihak meliputi pemerintah maupun masyarakat. Beberapa limbah terkadang
masuk kedalam kategori limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) (Utomo dan Laksono, 2007).
Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau
beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, secara langsung maupun
tidak langsung dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk lain (PP
85 Tahun 1999).
Limbah B3 memerlukan penanganan yang tepat untuk menghindari adanya potensi bahaya
untuk kesehatan manusia dan lingkungan, seperti potensi akumulasi limbah di lingkungan dan
keracunan (Utomo and Laksono, 2007). Beberapa tahun terakhir ditemukan inovasi solutif untuk
menghilangkan kontaminan B3, salah satunya yaitu dengan stabilisasi/solidifikasi (S/S) (Anrozzi,
2017). S/S adalah pembuatan material padat yang memiliki permeabilitas rendah, luas permukaan
penyebaran lindi dan migrasi kontaminan yang kecil melalui proses enkapsulasi limbah (Anisa, 2016).
S/S biasanya dilakukan sebelum proses landfill. Pada penerapannya, S/S dapat dilakukan secara in
situ atau ex situ. Secara ex situ, pengolahan digunakan untuk menghilangkan material yang tidak
diinginkan. Metode tersebut memudahkan identifikasi segala pengolahan yang tidak memadai
secara cepat dengan biaya yang minimum (Bates dan Hills, 2015).
Proses S/S menggunakan reaksi kimia yang diformulasikan dengan air dan komponen lain
dalam sludge atau limbah B3 berair lainnya untuk membuat padatan yang stabil (Malviya and
Chaudhary, 2006). Komponen yang digunakan sebagai campuran limbah yaitu berupa zat pengikat
(binding agent) anorganik, salah satunya yaitu pozzolan (Anisa, 2016). Pozzolan merupakan bahan
yang berasal dari alam atau buatan yang kandungan kimianya memiliki unsur alumina, silika ataupun
keduanya (Paat et al, 2014). Pada pazzolan buatan atau artifisial, pazzolan dapat berupa fly ash dari
proses pembakaran, abu sekam padi, debu bata, kaolin kapur, dan beberapa slug metalurgis lainnya
(Anrozzi, 2017). Ditemukannya pazzolan buatan dan banyaknya pencemaran tanah membuat
peneliti berhasil memakai teknik S/S untuk meremediasi tanah tercemar (Anrozzi, 2017). Menurut
Feng et al (2020), S/S tanah yang terkontaminasi logam berat dengan memakai zat pengikat dari
produk samping industri yang mengandung fosfat dan ground granulated blast furnace slag (GGBS)
bisa digunakan untuk menstabilkan tanah. Zat pengikat yang berbasis fosfat dinamakan KMP untuk
singkatan dari campuran bahan baku monopotassium phosphate (KH2PO4), magnesium oxide (MgO),
dan kekuatan batuan fosfat teraktivasi asam oksalat. Sedangkan zat pengikat GGBS dinamakan GM
untuk singkatan dari campuran bahan baku GGBS dan magnesium oxide (MgO).
Tanah terkontaminasi logam berat yang distabilkan dengan KMP memiliki keunggulan
dibandingkan dengan memakai semen Portland, seperti efisiensi imobilisasi yang lebih tinggi untuk
Zn, kekuatan yang lebih tinggi, dan pH tanah stabil yang relatif lebih rendah dan pembekuan-
pencairan superior, serangan sulfat, dan karbonasi resistensi. Sampai saat ini, masih belum ada
penelitian mengenai evaluasi zat pengikat GM dan KMP untuk skala lapangan (secara ex situ) dengan

2
PROGRAM STUDI PASCASARJANA, DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FT-SPK INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Tanggal: 30/3/2022
TEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH B3
(RE 185203) Halaman: 3 of 14

Tugas: Teknologi Pengelolaan Limbah B3

kadar logam berat yang tinggi (Feng et al, 2020). Sehingga diperlukan uji lapangan skala pilot untuk
mengetahui kinerja dan karakteristik produk S/S yang dihasilkan dengan memakai zat pengikat GM
dan KMP.
2. DASAR TEORI DAN PROSEDUR OPERASI
2.1 DASAR TEORI
2.1.1 Stabilisasi dan Solidifikasi
Proses pengolahan limbah B3 secara kimia atau fisik yang umum dilakukan adalah S/S
(stabilisasi/solidifikasi). S/S pada prinsipnya yaitu mengubah bentuk fisik dan atau senyawa
kimia limbah B3 dengan cara menambahkan bahan pengikat atau zat pereaksi tertentu untuk
memperkecil atau membatasi kelarutan, pergerakan, atau penyebaran daya racun limbah
sebelum dibuang (Anrozzi, 2017). Dalam penerapannya, seringkali stabilisasi dan solidifikasi
digabung dalam pengolahan B3 (Trihadiningrum, 2016).
Stabilisasi secara umum dapat didefinisikan sebagai proses penambahan bahan reagen
atau aditif dengan tujuan untuk mengurangi sifat beracun limbah, dengan mengubah limbah
dan komponen berbahayanya ke bentuk yang dapat mengurangi laju perpindahan kontaminan
ke lingkungan (Anrozzi, 2017). Stabilisasi dilakukan dengan menambahan bahan campuran
yang memiliki sifat:
1. Mengurangi sifat beracun kontaminan
2. Mempermudah penanganan dengan mengubah karakteristik fisik limbah
3. Mengurangi kandungan kelarutan dalam limbah
4. Mengurangi luas permukaan limbah
(Trihadiningrum, 2016).
Sedangkan solidifikasi merupakan proses pemadatan suatu bahan berbahaya dengan
penambahan zat aditif (Anrozzi, 2017). Pemadatan bertujuan agar terbentuk massa limbah
yang padat. Kepadatan massa dilakukan dengan menambahkan bahan tambahan yang dapat
menaikkan kompresibilitas, permeabilitas, atau kekuatan fisik dari limbah (Trihadiningrum,
2016).
Penggunaan S/S bertujuan untuk mengkonversi limbah beracun menjadi massa yang
secara fisik inert, memiliki daya leaching rendah serta memiliki kekuatan mekanik yang cukup
agar aman untuk dibuang ke landfill limbah B3 (Megawati et al., 2014). Karakteristik produk
stabilisasi diharapkan memiliki karakteristik yang stabil, toleran dengan kondisi kering dan
basah yang bergantian, mampu menahan beban dan memiliki permeabilitas rendah
(Trihadiningrum, 2016). S/S hanya digunakan untuk limbah anorganik. S/S kurang sesuai
digunakan untuk limbah organik karena komponen organik dapat menghalangi hidrasi bahan
pengikat (Megawati et al., 2014).

2.1.2 Stabilisasi/Solidifikasi Ex situ


Stabilisasi/solidifikasi ex situ adalah variasi dari satu teknologi untuk mengolah limbah
B3 baik padatan ataupun cairan yang khusunya untuk limbah anorganik. Limbah yang

3
PROGRAM STUDI PASCASARJANA, DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FT-SPK INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Tanggal: 30/3/2022
TEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH B3
(RE 185203) Halaman: 4 of 14

Tugas: Teknologi Pengelolaan Limbah B3

terkontaminasi logam berat umumnya dilakukan remediasi dengan menggunakan


stabilisasi/solidifikasi ex-situ, karena potensi pelindiannya (Anrozzi, 2017).
Proses S/S ex situ dapat memberikan kontrol yang lebih baik terhadap reagen,
pencampuran, dan pengambilan sampel. Pengolahan ini cocok diterapkan pada tanah dangkal
atau wilayah yang sulit akses untuk mesin besar.

2.1.3 Stabilisasi/Solidifikasi Berbasis Semen


S/S berbasis semen merupakan teknologi S/S secara kimia. Semen sangat cocok
digunakan sebagai bahan pengikat S/S pada remediasi tanah tercemar limbah B3 anorganik
seperti logam berat. Hal ini disebabkan karena semen memiliki komposisi yang konsisten,
memberikan hasil yang baik dalam proses setting, pengeran serta fiksasi logam, selain itu
semen juga dapat meniru banyak reaksi proses pozzolanik. Tetapi S/S berbasis semen tidak
cocok untuk meremediasi tanah tercemar limbah yang mengandung senyawa sulfat karena
dapat menyebabkan keretakan dan menghambat proses setting.
Mekanisme pengikatan dengan menggunakan semen yaitu logam bereaksi dengan cara
yang berbeda dalam proses sementasi menghasilkan bermacam-macam ikatan, senyawa dan
kompleks. Keberhasilan proses S/S harus didasarkan pada pemahaman akan sifat dan
mekanisme ikatan logam – semen. Agar tercipta produk yang stabil, kuat dan tahan lama,
maka logam harus diikat secara benar atau terkorporasi dalam bentuk limbah. Mekanisme
utama dalam pengikatan logam oleh semen diperkirakan melalui proses pengendapan dan
beberapa reaksi permukaan lain, termasuk adsorpsi, absorpsi dan pembentukan kompleks
(Utomo and Laksono, 2007).

2.1.4 Bahan pengikat


Bahan pengikat (binder) adalah resin yang digunakan untuk mengikat partikel secara
bersama-sama. Pengikat berfungsi untuk menstabilkan limbah. Bahan pengikat yang
umumnya digunakan adalah semen, kapur dan tanah liat. Penambahan air atau bahan aditif
lain sangat dimungkinkan. Bahan aditif adalah material yang ditambahkan ke dalam binder
yang berfungsi meningkatkan keberhasilan proses S/S. Bahan aditif biasanya hanya
ditambahkan dalam jumlah yang sedikit. Bahan pencampur yang biasa digunakan adalah
gipsum, pasir, lempung, dan abu terbang, polietilen, fosfat, beton sulfat termodifikasi
(susilowati, 2016). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses S/S seperti jenis
pencemar, jenis binder dan bahan aditif, serta komposisi optimum bahan pengikat
(Trihadiningrum, 2016).
S/S berbasis pozzolan merupakan teknologi S/S secara kimia. Pozzolan merupakan
bahan alam atau buatan yang sebagian besar kandungannya terdiri dari unsur silika, alumina
atau keduanya. S/S berbasis pozzolan efektif digunakan untuk remediasi tanah tercemar
limbah B3 dengan pH rendah karena mampu menetralisir asam. Contoh jenis pozzolan adalah
fly ash, abu sekam padi, bentonit (lempung), tanah tras, fosfat, dll.

4
PROGRAM STUDI PASCASARJANA, DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FT-SPK INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Tanggal: 30/3/2022
TEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH B3
(RE 185203) Halaman: 5 of 14

Tugas: Teknologi Pengelolaan Limbah B3

Pengikat berbasis fosfat dikembangkan oleh Du et al (2015) Pengikat berbasis fosfat ini
diberi nama GM dan KMP. Pengikat yang berbasis fosfat terdiri dari monopotassium fosfat
(KH2PO4), magnesium oxide (MgO), dan kekuatan batuan fosfat teraktivasi asam oksalat dalam
proporsi 1:2:1 berdasarkan berat kering. Pengikat ini diberi nama KMP, yang merupak
singkatan dari bahan baku. KMP memiliki keunggulan dibandingkan tanah yang distabilkan
semen portland, seperti efisiensi imobilisasi yang lebih tinggi untuk Zn, kekuatan yang lebih
tinggi, dan pH tanah yang distabilkan yang relatif lebih rendah dan pembekuan-pencairan
yang unggul, serangan sulfat, dan ketahanan karbonasi. Sedangkan GM merupakan produk
sampingan industri yang mengandung fosfat. Produk ini terdiri dari GGBS (terak tanur tinggi)
dan magnesium oxide (MgO) dalam proposi 9:1 berdasrkan berat kering. GM dapat dijadikan
pengikat yang menjajikan, karena dapat menstabilkan berat tanah yang terkontaminasi logam
berat.

2.1.5 Uji produk S/S


Uji yang dilakukan dalam proses S/S, yaitu uji TCLP, uji kuat tekan, dan paint filter test.
Limbah B3 yang telah memenuhi syarat tersebut maka dapat dilakukan penimbunan pada
landfill.
a) Uji TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Procedure) adalah uji yang paling penting untuk
memastikan produk yang telah melalui proses S/S tidak mencemari apabila dibuang ke
lingkungan. Nilai uji TCLP dapat menentukan kategori limbah menurut PP No.22/2012
tentang pengelolaan limbah B3.
b) Uji kuat tekan
Menurut susilowati (2016) uji kuat tekan bertujuan untuk mengetahui besaran kuat tekan
yang dapat diterima benda uji. Berdasarkan Keputusan Kepala BAPEDAL No.3 tahun 1995
tentang persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, nilai kuat
tekan tidak boleh dibawah 10 ton/m2.
c) Paint filter test
Metode ini digunkan untuk menentukan ada atau tidaknya cairan bebas dari setiap sampel
limbah.

2.2 PROSEDUR OPERASI


Proses stabilisasi/solidifikasi ex situ umumnya terdiri dari penggalian tanah yang
terkontaminasi untuk dicampur dengan bahan pengikat. Tanah galian disaring tujuannya untuk
memisahkan dan menghilangkan material yang terlalu besar. Penambahan bahan pengikat ke
dalam tanah yang terkontaminasi akan menghasilkan debu. Oleh karena itu, bahan pengikat
ditambahkan air agar membentuk nat atau pasta sebelum dicampur dengan tanah
terkontaminasi.
Pencampuran reagen S/S dengan limbah atau tanah yang terkontaminasi, diperlukan alat
berat yang memiliki kemampuan mengangkat, menyaring, dan mencampur bahan. Limbah secara

5
PROGRAM STUDI PASCASARJANA, DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FT-SPK INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Tanggal: 30/3/2022
TEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH B3
(RE 185203) Halaman: 6 of 14

Tugas: Teknologi Pengelolaan Limbah B3

fisik dipindahkan dari lokasinya menggunakan pompa atau peralatan konstruksi. Alat berat yang
digunakan untuk pencampuran reagen S/S dengan limbah adalah ekskavator.
Dalam Stabilisasi/solidifikasi secara ex situ dibutuhkan tempat pengadukan yang
memungkinkan alat berat untuk mencampur tanah yang terkontaminasi dengan reagen S/S.
terdapat beberapa jenis mixing pits yang biasa diterapkan diantaranya adalah earthen pits dan
open top tanks. Cara earthen pits yaitu media limbah dipindah ke dalam lubang menggunakan
ekskavator, lalu reagen (basah atau kering) ditambahkan ke lubang. Pencampuran limbah dan
reagen hingga produk homogen dilakukan menggunakan alat ekskavator.

Gambar 2.1 Pengadukan dengan earthen pits


(Anrozi R, 2017)
Open top tanks merupakan tangki terbuka yang terbuat dari beton atau logam dimana tanah
terkontaminasi ditempatkan untuk dicampur dengan reagen. Limbah diangkut ke tangki dapat
menggunakan alat konveyor, ekskavator atau loader. Kemudian reagen ditambahkan ke dalam
tangki.

Gambar 2.2 Penerapan mixing pits jenis open top tanks dengan menggunakan roll-off box
(Anrozzi, 2017)

Prosedur S/S secara ex situ menurut Du (2019) adalah sebagi berikut :


1. Sebelum dilakukan stabilisasi/solidifikasi, limbah B3 terlebih dahulu dianalisa
karakteristiknya guna menentukan komposisi bahan-bahan yang perlu ditambahkan.
2. Selanjutnya, permukaan tanah dilokasi pengujian diratakan dan tanah yang terkontaminasi
digali menggunakan ekskavator.
3. Tanah yang terkontaminasi lalu dibawa keluar area dan ditimbun dimana permukaan tanah
telah ditutup dengan plat baja untuk mencegah potensi kontaminasi tanah dibawahnya.

6
PROGRAM STUDI PASCASARJANA, DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FT-SPK INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Tanggal: 30/3/2022
TEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH B3
(RE 185203) Halaman: 7 of 14

Tugas: Teknologi Pengelolaan Limbah B3

4. Kemudian mencampurkan tanah yang terkontaminasi dengan air dan bahan pengikat hingga
homogen
5. Setelah semua tercampur rata tanah diangkut ke lokasi semula dan ditimbun kembali
6. Lalu meratakan dan memadatkan tanah
7. Selanjutnya dilakukan pengujian

3. APLIKASI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH B3 ATAU REMEDIASI LINGKUNGAN


3.1 Kasus Pengaplikasian Stabilisasi/Solidifikasi Remediasi Lingkungan
Pengaplikasian remediasi lingkungan dengan teknik stabilisasi/solidifikasi ex-situ berhasil
dilakukan pada bekas pabrik industri elektroplating di provinsi Jiangsu, Cina. Pabrik ini telah ditutup
karena melakukan pembuangan air limbah yang tidak sesuai, sejumlah besar garam pembawa Zn
dan klorida anorganik (garam yang mengandung klorin dan asam klorida) terakumulasi pada tanah
dengan kedalaman 2,5 m. Nilai pH pada tanah area bekas industri bersifat asam yakni 4,23 hal ini
dikarenakan terjadi kebocoran asam bekas selama pengoperasian.

Tabel 3.1 Kontaminan dan konsentrasi pada tanah tercemar lokasi bekas pabrik
Konsentrasi tanah Baku Mutu Batas
Kontaminan
tercemar (mg/kg) Konsentrasi (mg/kg)
Seng (Zn) 8555 100
Klorida (Cl-) 2050 500

Pada penelitian digunakan dua pengikat yaitu GM dan KMP. GM merupakan produk sampingan
industri yang mengandung fosfat. Produk ini terdiri dari GGBS (terak tanur tinggi) dan magnesium
oxide (MgO). Sedangkan KMP adalah zat pengikat yang berbasis fosfat dengan bahan baku
monopotassium phosphate (KH2PO4), magnesium oxide (MgO), dan kekuatan batuan fosfat
teraktivasi asam oksalat. Perbandingan yang digunakan untuk GM yaitu 9:1 dan KMP 1:2:1. Rasio ini
menghasilkan kemampuan pelindian yang relatif rendah dan kekuatan yang tinggi untuk tanah yang
stabil. Komposisi kimia dan sifat fisikokimia batuan fosfat yang diasamkan, GGBS, dan MgO
ditunjukkan pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Komposisi kimia dan sifat Kimia dari Serbuk batuan Fosfat, GGBS, dan MgO

7
PROGRAM STUDI PASCASARJANA, DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FT-SPK INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Tanggal: 30/3/2022
TEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH B3
(RE 185203) Halaman: 8 of 14

Tugas: Teknologi Pengelolaan Limbah B3

3.1.1 Penggalian Tanah dan Pra-Pencampuran


Setelah bahan pengikat udah siap, permukaan tanah dilokasi pengujian diratakan dan
tanah yang terkontaminasi digali (Gambar 3.4a) pada kedalaman 0-0,5 m menggunakan
ekskavator (Gambar 3.4b). Tanah yang digali setiap lokasi kira-kira sekitar 1m3 (Lokasi A dan
Lokasi B). Bucket yang dimodifikasi dengan bukaan mesh 100 mm digunakan untuk
menghilangkan puing-puing konstruksi yang tersisa di tanah setelah pembongkaran bangunan
pabrik (Gambar 3.4c). Metode ex-situ bucket mixing digunakan untuk mencampur tanah yang
terkontaminasi dengan bahan pengikat GM dan KMP. Kemudian tanah terkontaminasi ditimbun
di area pra pencampuran yang berjarak sekitar 20 m jauhnya. Area permukaan tanah
sebelumnya telah disiapkan dengan ditutup menggunakan plat baja setebal 10 mm untuk
mencegah potensi pencemaran tanah yang berada dibawahnya. Pra pencampuran tanah
terkontaminasi diselesaikan menggunakan ekskavator standar untuk mendapatkan kondisi
tanah yang relatif homogen (yaitu, konsentrasi logam berat dan kadar air). Kemudian 20 sampel
tanah dengan berat masing-masing sekitar 2,0 kg dikumpulkan dari tanah yang baru dicampur
untuk selanjutnya dilakukan uji konsentrasi Zn (mg/kg) dan kadar air untuk mengevaluasi
homogenitas tanah pra-pencampuran. Konsentrasi Zn dideteksi di tempat menggunakan
penganalisis spektrometri inframerah portabel (Thermo Scientific Niton XL2) (Gambar 3.4d).

3.1.2 Pencampuran Tanah Remediasi dengan Pengikat


Uji pendahuluan dilakukan untuk mengetahui dosis optimum dan kadar air tanah. Dari
hasil uji didapatkan dosis optimum untuk GM dan KMP sebesar 6%. Selain itu, untuk mencapai
kekuatan yang relatif tinggi dari tanah yang distabilisasi GM dan KMP 6%, spesimen tanah
dengan berbagai kandungan air disiapkan dan dilakukan uji kuat tekan bebas. Hasil pengujian
didapatkan kadar air optimum yaitu 23%. Pada kadar air lebih tinggi dari 23% kestabilan tanah
terjadi penurunan. Kadar air tanah galian terkontaminasi kurang lebih 25%, sehingga tanah
dikeringkan di udara selama 2 hari di lokasi pra pencampuran untuk menurunkan kadar air
hingga mencapai nilai target 23%. Kemudian tanah terkontaminasi yang telah dikeringkan dibagi
menjadi dua bagian dengan jumlah yang sama untuk dilakukan pencampuran dengan GM dan
KMP. Jumlah bahan pengikat yang telah ditentukan ditimbang pada skala platform mekanis
kemudian disebarkan diatas permukaan tanah yang telah didistribusikan sebelumnya
menggunakan ekskavator lalu bahan pengikat dan tanah dicampur hingga homogen. Prosedur
pencampuran yang disempurnakan ini diulang tiga kali untuk memastikan homogenitas tanah,
dengan nilai COV konsentrasi Zn dan kadar air kurang dari 5%. Pencampuran dilakukan satu
persatu apabila tanah campuran bahan pengikat 1 telah selesai dicampur dan kemudian
ditimbun sementara di sana, timbunan tersebut ditutup dengan lembaran PE setebal 0,9 mm
untuk mencegah kontaminasi saat mencampur bahan pengikat yang kedua dengan tanah.
Umumnya pencampuran masing-masing bahan pengikat dan tanah ini dapat selesai
dalam waktu 1 jam. Dalam penelitian ini, baik dosis GM dan KMP yang digunakan adalah 6%
berdasarkan hasil uji pelindian skala laboratorium sebelumnya yang menunjukkan jumlah

8
PROGRAM STUDI PASCASARJANA, DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FT-SPK INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Tanggal: 30/3/2022
TEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH B3
(RE 185203) Halaman: 9 of 14

Tugas: Teknologi Pengelolaan Limbah B3

amandemen ini cukup untuk memenuhi tujuan remediasi. Berdasarkan perkiraan biaya, dosis
pengikat 6% juga dianggap berada dalam kisaran yang membuat remediasi
solidifikasi/stabilisasi menjadi ekonomis.

Gambar 3.2 Variasi dalam leached Zn dan Cl dengan konsentrasi dosis pengikat Zn dan Cl

a b

Gambar 3.3 Variasi pH tanah dengan dosis pengikat (a), Variasi dalam qu dengan kadar air (b)
3.1.3 Penimbunan dan Pemadatan Tanah
Setelah dilakukan pencampuran menyeluruh tanah dengan campuran GM diangkut ke
Lokasi A dan ditimbun kembali (Gambar 3.4f). Sedangkan tanah dengan campuran KMP
diangkut dan ditimbun ke lokasi B. Ketinggian permukaan tanah akhir dari tanah yang
dipadatkan di Lokasi A dan Lokasi B kira-kira sama rata dengan permukaan tanah asli yang
sesuai sebelum penggalian dan dengan ketebalan akhir 165mm (Gambar 3.4g). Kepadatan
kering dari kedua tanah yang dipadatkan dengan GM dan KMP ditentukan berdasarkan
pengambilan sampel di lapangan. Pengukuran menunjukkan tanah memiliki kepadatan kering
sekitar 1,31 x 103 kg/m3 atau 75% dari kepadatan kering maksimum tanah asli yang
terkontaminasi. Tanah stabil yang dipadatkan di lokasi pengujian ditutup dengan lembaran PE
(Gambar 3.4h) dan dibiarkan untuk waktu yang berbeda (1, 3, 7, dan 28 hari) dan dilakukan uji
setiap periode untuk mengevaluasi efektivitas proses S/S.

9
PROGRAM STUDI PASCASARJANA, DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FT-SPK INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Tanggal: 30/3/2022
TEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH B3
(RE 185203) Halaman: 10 of 14

Tugas: Teknologi Pengelolaan Limbah B3

Gambar 3.4 Gambaran umum Prosedur Stabilisasi/Solidifikasi Ex-situ Remediasi Lingkungan


3.2 Hasil Evaluasi Efektifitas S/S dengan dilakukan Pengujian pada spesimen Tanah
Selanjutnya perlu dilakukan evaluasi yang mana bertujuan untuk melihat hasil efektivitas
proses S/S yang dilakukan dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Uji program yang
dilakukan meliputi : Uji Kepadatan dan kering tanah, Uji DCP, Uji pH, Uji TCLP, dan Uji UCT yang
mana pada masing-masing pengujian tersebut menggunakan dosis yang sama yaitu 6% untuk
dilakukan pada penelitian ini sebagai berikut:
3.2.1 Hasil Uji kepadatan dan kering tanah
Kepadatan kering tanah ini ditentukan di lokasi yang berbeda kemudian sampel
ditimbang, dan kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC di laboratorium selama 24
jam untuk menentukan kadar air. Hasil Kepadatan kering secara nyata meningkat dengan waktu
curing. Dibandingkan dengan tanah yang tidak diolah (atau tanah asli), peningkatan perkiraan
10-12% diamati setelah 28 hari perawatan, dan nilai kepadatan kering tanah yang distabilkan
GM dan KMP adalah 1.45 x 103 kg/m3 dan 1.47 x 103 kg/m3. Dapat dilihat pada (Gambar 3.4)
bahwa berat jenis kering tanah yang distabilisasi KMP adalah sedikit lebih tinggi daripada tanah
yang distabilisasi GM.

Gambar 3.5. Variasi kepadatan kering tanah dengan waktu curing

3.2.2 Hasil Uji DCP


Uji DCP dilakukan untuk membuat penilaian cepat pada peningkatan kekuatan pada
tanah yang distabilisasi GM dan KMP. Pada soil resistance yang distabilisasi GM menunjukkan

10
PROGRAM STUDI PASCASARJANA, DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FT-SPK INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Tanggal: 30/3/2022
TEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH B3
(RE 185203) Halaman: 11 of 14

Tugas: Teknologi Pengelolaan Limbah B3

peningkatan yang signifikan dari 7 menjadi 28 hari, sedangkan tanah yang distabilisasi KMP
menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam Rs dari 3 sampai 7 hari. Selain itu, rata-rata Rs
nilai tanah terstabilisasi GM dan KMP sangat mendekati pada hari ke 28, yaitu masing-masing
1,12 J/mm dan 1,11 J/mm. Nilai Rs pada kedalaman penetrasi yang berbeda dapat dikaitkan
dengan sedikit perbedaan dalam homogenitas tanah yang distabilkan dengan kedalaman.
Tabel 3.2 DCPI dari tanah yang di remediasi GM dan KMP pada waktu curing berbeda
DCPI (mm/blow)
Lokasi Bahan
Hari Ke-
Uji Pengikat Hari Ke-1 Hari Ke-3 Hari Ke-7
28
A GM 120 100 96 44
B KMP 72 70 48 44

3.2.3 Hasil Uji pH Tanah


Pada (Gambar-3.5) menunjukan Hasil variasi pH pada tanah dilokasi Uji pH tanah yang
distabilisasi dengan GM dan KMP mengalami secara signifikan yaitu sekitar 2,83 atau 1,84 unit
setelah 1 hari perawatan. Nilai pH tanah masing-masing meningkat menjadi 7,68 dan 7,22 dari
pH awal tanah asli 4,23, kenaikan ini terjadi pada hari ke-7. Kemudian, pH tanah terjadi sedikit
penurunan pada hari ke 28 pH tanah masing-masing menjadi 6,75 dan 6,96.

Gambar 3.6 Variasi pH tanah dengan waktu curing

3.2.4 Konsentrasi Zn dan Cl- Leached


Uji TCLP (konsentrasi Zn dan Cl- leached) tanah yang distabilisasi dengan GM dan KMP,
konsentrasi Zn dan Cl- leached mengalami penurunan secara drastis, masing-masing berkurang
sekitar 33% dan 39% setelah proses S/S selama 1 hari. Kedua konsentrasi tersebut terus
menurun dari 3 sampai 7 hari curing dan kemudian cenderung stabil. Presentase Zn dan Cl-
pada tanah yang di stabilisasi dengan GM dan KMP menunjukkan hasil Zn dengan bahan
pengikat KMP mampu tereduksi 92% sedangkan dengan GM Zn hanya tereduksi sebesar 84%.
Bahan pengikat KMP dalam mereduksi Cl- mampu mereduksi hingga 91% dan dengan bahan
pengikat GM Cl- tereduksi sebesar 88%. Konsentrasi Zn dan Cl- leached secara bertahap
menurun seiring dengan lamanya waktu pemeraman. Hal ini disebabkan karena dengan
bertambahnya waktu pemeraman endapan yang mengandun Zn dan Cl- lebih banyak yang

11
PROGRAM STUDI PASCASARJANA, DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FT-SPK INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Tanggal: 30/3/2022
TEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH B3
(RE 185203) Halaman: 12 of 14

Tugas: Teknologi Pengelolaan Limbah B3

terkristalisasi dengan baik dan akan terbentuk di tanah yang distabilkan. Untuk tanah dengan
bahan pengikat KMP mampu mereduksi Zn dan Cl- lebih tinggi karena Zn dan Cl- mampu
bertransformasi menjadi bentuk yang lebih stabil seperti Zn3(PO4)2.4H2O, CaZn2(PO4)2.2H2O,
dan Mg2(OH)3Cl. 4H2O. Karena produk-produk ini memiliki ketahanan yang lebih kuat terhadap
serangan asam dan kelarutan yang lebih rendah.

Gambar 3.7 Variasi konsentarsi Zn dan Cl- leached dengan waktu curing: a) Zn dan b) Cl-

3.2.5 Hasil Uji Kuat Tekan


Uji kuat tekan pada uji kuat tekan untuk sampel yang merupakan tanah asli didapatkan
nilai uji kuat tekan bebas sebesar 20 kPa, maka dapat dilihat pengaruh penambahan GM dan
KMP dan waktu pemeraman terhadap nilai kuat tekan bebas antara tanah asli dengan tanah
yang distabilisasi. setelah 1 hari perawatan mengalami peningkatan sekitar 30-70 kPa. Qu
mengalami peningkatan dengan bertambahnya waktu pemeraman untuk tanah yang
distabilisasi GM dan KMP. Untuk tanah yang distabilisasi GM, peningkatan sifat ini terutama
dikaitkan dengan produk hidrasi GM termasuk C-S-H dan Ht yang terbentuk dalam matriks
tanah, karena produk ini dapat secara efektif mengisi pori-pori tanah dan akibatnya
menghasilkan struktur tanah yang lebih padat. Untuk tanah yang distabilisasi KMP, peningkatan
tersebut dikaitkan dengan pembentukan produk termasuk MgKPO4 6H2O dan Mg3(PO4)2 8H2O
yang memiliki kekuatan ikatan kimia yang sangat baik. Selain itu, produk pembawa Zn atau Cl
lainnya seperti CaZn2(OH)6 2H2O dan 3CaO Al2O3 CaCl2 10H2O terbentuk di tanah yang
distabilisasi GM, dan Zn3(PO4)2 4H2O, CaZn2(PO4)2 2H2O dan Mg2(OH)3Cl 4H2O yang terbentuk
pada tanah yang distabilisasi KMP, juga dapat secara efektif mengisi pori-pori tanah yang
distabilkan, yang mengarah ke struktur tanah yang padat dan meningkatkan sifat mekanik.

Gambar 3.8 Variasi dalam qu dengan waktu curing

12
PROGRAM STUDI PASCASARJANA, DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FT-SPK INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Tanggal: 30/3/2022
TEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH B3
(RE 185203) Halaman: 13 of 14

Tugas: Teknologi Pengelolaan Limbah B3

4. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN TEKNOLOGI


Teknik remediasi menggunakan proses S/S Ex-situ memiliki beberapa keunggulan dan
kelemahan. Keunggulan teknik S/S Ex-situ anatar lain :
1. Mampu menghilangkan material-material tertentu yang tidak diinginkan
2. Reagen cair ataupun padat dapat digunakan mengolah media yang terkontaminasi
3. Sampel dari material yang diolah lebih muda didapatkan selama proses S/S berlangsung
4. Memiliki biaya pengolahan yang rendah
Sedangkan kekurangan pada teknik ini adalah :
1. Membutuhkan ruangan yang luas
2. Penanganan material sulit
3. Melibatkan hal-hal logistik seperti pengangkutan
4. Timbul bau berbahaya, debu, dan uap organik yang susah ditangkap
(Anrozi R, 2017)

5. KESIMPULAN
S/S secara ex situ untuk tanah tercemar logam berat dengan memakai 2 zat pengikat berbeda,
yaitu GM (GGBS + MgO) dan KMP (KH2PO4 + MgO) dapat menghasilkan tanah yang bersifat stabil.
Tanah bersifat stabil dengan memakai zat pengikat GM dan KMP tersebut dibuktikan dengan hasil uji
efektivitas S/S seperti pH akhir mendekati pH normal, adanya peningkatkan kerapatan tanah, kuat
tekan tanah, dan kemampuan untuk mengimobilisasi konsentrasi logam berat Zn dan Cl pada
leached selama 28 hari. Adapun zat pengikat GM sangat baik untuk imobilisasi konsentrasi Cl pada
leached, sedangkan KMP lebih baik untuk mengimobilisasi konsentrasi Zn pada leached. Hasil uji
efektivitas tersebut menunjukkan bahwa proses S/S yang dilakukan telah menghasilkan produk
bersifat inert, memiliki daya leaching yang rendah. Selain itu, diketahui setiap jenis zat pengikat yang
digunakan (GM dan KMP) memiliki efektivitas imobilisasi kandungan logam berat yang berbeda.

6. DAFTAR PUSTAKA
Anisa, E. D. K. P. (2016) ‘Stabilisasi/Solidifikasi Tanah Tercemar Merkuri Tambang Emas Rakyat Kulon
Progo Yogyakarta Menggunakan Campuran Semen Portland dan Tanah Tras’, Jurnal Teknik
ITS, 5(2). doi: 10.12962/j23373539.v5i2.17208.
Anrozi R (2017) ‘Kajian Teknologi dan Mekanisme Stabilisasi/Solidifikasi untuk Pengolahan Limbah
B3’, 6(2).
Anrozzi, R. (2017) ‘Kajian Aplikasi Teknologi Stabilisasi / Solidifikasi Untuk Remediasi Tanah Tercemar
Limbah B3’, p. 24.
Du, Y. F. Y. (2019) ‘Pilot-scale field investigation of ex situ solidification / stabilization of soils with
inorganic contaminants using two novel binders’, Acta Geotechnica. Springer Berlin
Heidelberg, 5. doi: 10.1007/s11440-019-00835-5.
Feng, Y. S. et al. (2020) ‘Pilot-scale field investigation of ex situ solidification/stabilization of soils
with inorganic contaminants using two novel binders’, Acta Geotechnica. Springer Berlin

13
PROGRAM STUDI PASCASARJANA, DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FT-SPK INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Tanggal: 30/3/2022
TEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH B3
(RE 185203) Halaman: 14 of 14

Tugas: Teknologi Pengelolaan Limbah B3

Heidelberg, 15(6), pp. 1467–1480. doi: 10.1007/s11440-019-00835-5.


Malviya, R. and Chaudhary, R. (2006) ‘Factors affecting hazardous waste solidification/stabilization:
A review’, Journal of Hazardous Materials, 137(1), pp. 267–276. doi:
10.1016/j.jhazmat.2006.01.065.
Megawati, R. et al. (2014) ‘Stabilisasi / Solidifikasi Limbah Mengandung Logam Berat dengan Semen
Portland dan Tanah Tras’, pp. 1–4.
susilowati (2016) ‘UNTUK REMEDIASI TIMBUNAN TAILING APPLICATION OF STABILIZATION /
SOLIDIFICATION TECHNIQUE TO REMEDIATE TAILING PILES FROM’.
Utomo, M. P. and Laksono, E. W. (2007) ‘Kajian Tentang Proses Solidifikasi Stabilisasi Logam Berat
Dalam Limbah Dengan Semen Portland’, Prosiding Seminar Nasional Penelitian, pp. 103–109.

14

Anda mungkin juga menyukai