TEKNIK LINGKUNGAN
Penilaian Kinerja perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan ( Dikenal Dengan proper,
Area Penilaian Proper Meliputi,)
Dosen: Risna S.T, M.Si
Disusun Oleh:
- Alfandi Alfamurahim (2101062)
- Fajri Akbar Ramadan (2101063)
- Mario AngeloWoti Lorenzo(2101087)
- Leo Agung Yusuf(2101059)
S1 Teknik Perminyakan
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikapapan
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan Penelitian
1. Pembuatan Laporan Penelitian ini bertujuan untuk memenuhi tugas
besar Teknik Lingkungan Prodi Teknik Perminyakan dari dosen
Risna S.T, M.Si.
2. Meneliti tentang Pngolahan Limbah B3 dan Analisis Dampak
Lingkungan beserta studi kasusnya.
B. Landasan Teori
1. Pengolahan Limbah B3
Limbah bahan berbahaya dan beracun merupakan hasil sisa dari suatu kegiatan
proses produksi yang mengandung B3, baik itu dikarenakan sifatnya, konsentrasi atau
jumlahnya yang dapat mencemari lingkungan hidup dan membahayakan kesehatan.
limbah B3 di Indonesia setiap tahun terus mengalami peningkatan dikarenakan jumlah
industri yang ada semakin banyak. Pembangunan dalam sektor industri tentu
menghasilkan dampak positif yaitu menghasilkan suatu produk yang memiliki banyak
manfaat dan dampak negatif tentu akan menghasilkan limbah (Darsono, 2013 : 245).
Limbah Bahan B3 merupakan limbah yang sangat berbahaya dikarenakan memiliki
sifat atau karakteristik merusak dan berbahaya bagi lingkungan dan makhluk hidup,
maka perlu adanya pengelolaan secara tepat untuk mengurangi serta meminimalkan
resiko yang dapat ditimbulkan kedepannya (Watts, 1997).
Berdasarkan PP No. 101 Tahun 2014 limbah B3 adalah sisa suatu kegiatan atau
aktifitas yang dilakukan dan didalamnya terkandung zat atau komponen lain yang
karena karakteristiknya dapat merusak, membahayakan kesehatan serta kelangsungan
makhluk hidup.
Pengelolaan limbah B3 harus dilakukan sesuai dengan peraturan pemerintah, hal ini
bertujuan agar mengurangi resiko yang dapat ditimbulkan pada lingkungan hidup,
kesehatan manusia serta makhluk hidup lainnya. Pengelolaan ini terdiri dari kegiatan
identifikasi limbah B3/penetapan limbah B3, pemberian simbol, pemberian label, dan
penyimpanan.
Penetapan limbah B3 dilakukan untuk mengetahui apakah limbah tersebut
benarbenar masuk dalam kategori limbah B3 atau tidak. Untuk mengetahui hal tersebut
maka dilakukan beberapa tahapan yang harus dilalui.
Penyimpanan ini hanya bersifat sementara dan harus diletakkan pada TPS limbah
B3 yang telah tersedia. Penyimpanan ini dilakukan oleh penghasil limbah B3 dengan
tujuan agar limbah tersebut tidak dibuang sembarangan atau tercecer yang meliputi
pengambilan, pengumpulan dan pengemasan.
Simbol dan label limbah B3 berfungsi untuk menunjukan klasifikasi limbah B3
yang disimpan dalam suatu kemasan baik itu berupa drum atau kotak. Pemasangan
simbol dan label juga berfungsi agar limbah tersebut tidak tercampur dan memudahkan
pada saat peletakan dikarenakan tidak semua jenis limbah B3 yang dapat digabung
menjadi satu tempat, selain itu juga berfungsi memudahkan penanggulangan bahaya
jika sewaktu-waktu terjadi kecelakaan.
Pengangkutan limbah B3 bertujuan untuk mengangkut limbah B3 ke tempat
pengelolaan limbah B3 akhir untuk dilakukan pemanfaatan kembali, pengelolaan
kembali dan penimbunan. Kerjasama dengan pihak 3 yang memiliki ijin untuk
melakukan pengangkutan limbah B3 harus mengikuti ketentuan dan persyaratan yang
terdapat pada PP no 101 tahun 2014.
AMDALdalamperaturanperundang-undangannasionaldiaturdalamUndang-
UndangRepublikIndonesiaNomor32Tahun20099tentangPerlindungandanPengelolaanL
ingkunganHidup(UUPPLH)danPeraturanPemerintahNomor27Tahun1999tentangAnali
sisMengenaiDampakLingkunganHidup(AMDAL),dimanadalampasal1AngkabahwaAn
alisiMengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) adalah kajian mengenai
dampakbesardanpentingsuatuusahadan/ataukegiatanyangdirencanakanpadalingkungan
hidup yang diperlukan bagi proeses pengambilan keputusan
tentangpenyelenggaraanusaha dan/atau kegiatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengolahan Limbah B3
BerdasarkanBadanPusatStatistik(BPS)merilis data terbaru terkait
perkembangan jumlahkendaraan bermotor sampai 2018. Totalnya,
per2018jumlahsemuajeniskendaraanbermotormencapai 146.858.759 unit. Sebanyak
120.101.047unit adalah sepeda motor yang tercatat per 2018.
(bps.go.id,2018).Jumlahtransportasiyangsemakinmeningkatdipicuolehpertumbuhan
populasi dan kendaraan sepeda motor
mendorongjumlahkegiatanusahabengkelyangmelayanijasaperawatandanperbaikank
endaraansepedamotorsemakin meningkat pula. Perkembangan
kegiatanusahabengkelbanyak terjadidikotakotabesar.
Kegiatanusahabengkelmemilikidampakpositifdandampaknegatif.Dampakpositif
nyaadalahmemberikankesejahteraan,sertamemberikan kesempatan kerja bagi
masyarakat.Sebaliknya, jika tidak di olah dengan baik
makausahatersebutdapetmenyebakankerusakanlingkungan yang di akibatkan salah
satunya limbaholi bekas yang tidak di perlakukan dengan baik.Menurut
(Bawamenewi, 2015), apabila limbah olibekas tumpah akan mempengaruhi air,
tanah danberbahayabagilingkungan.
Berartibanyaknyapenggunaankendaraansepeda motor di Indonesia berpengaruh
terhadapkerusakanlingkungansalahsatunyayaitupencemaran akibat limbah,oli bekas
.Llimbah B3yaitu Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) sebagaizat, energi, dan/atau
komponen lain yang karenasifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik
secaralangsungmaupuntidaklangsung,dapatmencemarkandan/ataumerusaklingkung
anhidup,dan/
ataumembahayakanlingkunganhidup,kesehatan,sertakelangsunganhidupmanusiada
nmakhlukhiduplain(PeraturanPemerintahNomor101tahun2014tentangPengelolaanL
imbahBahanBerbahayadanBeracun).Berdasarkankriteria limbah yang dikeluarkan
oleh KementrianLingkunganHidup,olibekastermasukkategorilimbahB3.
Sejalandenganperkembangankotadandaerah, volume oli bekas terus meningkat
seiringdengan pertambahan jumlah kendaraan bermotordan mesin-mesin bermotor.
Di daerah pedesaansekalipun, sudah bisa ditemukan bengkel-bengkelkecil, yang
salah satu limbahnya adalah oli
bekas.Dengankatalain,penyebaranolibekassudahsangatluasdarikotabesarsampaikew
ilayahpedesaandiseluruh Indonesia.
Dilainpihakketergantunganterhadapminyakbumipadawaktuyangsamaakanterus
meningkatakibatpertambahanpendudukdankegiatanindustridanpembangunan.Akiba
tdarihalini adalah harga energi yang semakin tinggi
danpasokanminyakyangmenurun.Penelitianinidilakukan untuk merubah limbah b3
yaitu oli bekasmenjadibahanbakarcairialahdenganprosesperlakuan panas. Perlakuan
panas adalah suatumetode yang digunakan untuk merubah sifat fisikbahan baku.
Maka dari itu penulis akan membuatproses pengolahan limbah b3 (oli bekas)
menjadibahan bakar cair dengan perlakuan panas yangkonstan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hasilpenelitianmenunjukkan,olibekasyangtermasuk sebagai limbah Bahan
Berbahaya danBeracun (B3) ternyata dapat diolah kembali menjadibahan bakar cair
dengan perlakuan panas yangtepat. Setelah dilakukan pengujian tingkatan
padaperancanganalatmempengaruhihasildimana,hasildariprosespengolahanpadake
ranAmenghasilkanprodukyanglebihbersih,lebihjernihdanbisaterbakardenganadany
aperantarasepertikain atau kayu dibandingkan dengan produk
yangdihasilkanpadakeranB.Kenaikantemperaturmemiliki dampak yang besar
terhadap hasil dariproses pengolahan. Setelah dilakukan perlakuanpanas yang
konstan pada variabel 250°C ,300°Cdan 350°C hasil paling baik yaitu pada suhu
350°CdimanavolumeyangdidapatpadakeranAsebanyak 1 liter dan pada keran B
sebanyak 0,2Liter.
HasilujispesifikasisampelAmemilikispesifikasi yang hampir sama dengan
bahan
bakarbiosolardansolar,kecualinilaiviskositas,kadarairdantitiknyala.Dimananilaivis
kositaspadastandarbiosolar dan solar maksimal 4,5 mm 2/s sedangkanpada sampel
A yaitu sebesar 6,3242 mm2/s. Untukkadar air , kadar air yang dimiliki sampel A
sangatjauh melebihi standar biosolar dan solar dimanakadar air pada biosolar dan
solar yaitu di bawah 1%.Untuk titik nyala sampel A lebih mudah
terbakardibandingbiosolardansolarkarenasampelAmemiliki titik nyala yang lebih
rendah dari
biosolardansolaryaitusebesar34,3°Csedangkantitiknyalabiosolardansolaryaitudiata
s60°C.Dengandilakukannya pengolahan limbah oli bekas
makadapatmengatasilimbahBahanBerbahayadanBeracunkhususnyaolibekasyangs
udahtidakterpakai dan dapat di manfaatkan kempali
menjadiprodukbahanbakarcair.
Salah satu industry berat dan terbesar di Pulau Batam penghasil limbah B3 yang tak
punya pengolahan limbah adalah McDermot,” ungkap Kepala Bagian Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Kota Batam Zulfakkar di
Batam, Senin (17/3). Menurut Zulfakkar, dari 24 kawasan industri, hanya empat yang
memiliki Amdal dan hanya satu yang memiliki unit pengolahan limbah (UPL) secara
terpadu, yaitu kawasan industri Muka Kuning, Batamindo Investment Cakrwala (BIC).
Selain BIC, yang memiliki Amdal adalah PanbilIdustrial Estate, Semblong Citra Nusa,
dan Kawasan Industri Kabil. “Semua terjadi karena pembangunan di Pulau Batam yang
dikelola Otorita Batam (OB) selama 32 tahun, tak pernah mempertimbangkan aspek
lingkungan dan social kemasyarakatan. Seolah-olah, investasi dan pertumbuhan
ekonomi menjadi tujuan segalanya.
Kami paling hanya bisa mengimbau, tapi tidak ada tindakan apa pun yang bisa kami
lakukan. Terus terang, Bapedalda adalah instansi yang mandul,” kata Mohammad
Wahyudin, Kepala Sub -Bidang Amdal, Bapedalda Semarang, Kamis (1/8), di
Semarang. Wahyudin menceritakan, kawasan industri di Jalan Gatot Subroto,
Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, misalnya, sejak beroperasi dua tahun lalu hingga
saat ini belum mempunyai Amdal.
Padahal, menurut Wahyudin, salah satu syarat agar sebuah kawasan industri bisa
beroperasi ialah dipenuhinya kewajiban melaksanakan studi Amdal. “Bapedalda berkali
-kali menelpon pengelola kawasan industri tersebut, menanyakan kelengkapan dokumen
Amdal mereka. Namun, sampai sekarang, jangankan memperoleh jawaban berupa
kesiapan membuat studi Amdal, bertemu pemilik kawasan itu saja belum pernah,”
ujarnya. Wahyudin menyayangkan sikap pihak berwenang yang tetap memberikan izin
kepada suatu usaha industri atau kawasan industri untuk beroperasi walau belum
menjalankan studi Amdal.
Menurut dia, hal ini merupakan bukti bahwa bukan saja pengusaha yang tidak peduli
terhadap masalah lingkungan, melainkan juga pemerintah daerah. Sikap tidak peduli
terhadap masalah lingkungan juga ditunjukkan sejumlah pemilik usaha industri ataupun
kawasan industri dengan tidak menyampaikan laporan rutin enam bulan sekali kepada
Bapedalda. Wahyudin mengatakan, kawasan industri di Terboyo, misalnya, tidak
pernah menyampaikan laporan perkembangan usahanya, terutama yang diperkirakan
berdampak pada lingkungan, kepada Bapedalda.
DAFTAR PUSTAKA
https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/galuhjustisi/article/download/5610/4130
Siahaan,N.H.T.2008,EkologiPembangunandanHukum TataLingkungan,
Jakarta:Erlangga.
Soemarwoto,O.2001.AnalisisMengenaiDampakLingkungan.Yogyakarta:Gadj
ahMada University Press.
https://zenodo.org/record/4547878#.Yk6sByhBzIV
LingkunganDiKotaYogyakartaBerdasarkanPeraturanDaerahKotaYogyakartaNomo
r1Tahun2012TentangPengelolaanLingkunganHidup”.
JurnalFakultasHukumUniversitasAtmaJayaYogyakarta.
Danarto,Y.C.2010.“PirolisisSerbukKayuDenganKatalisatorZeolit”.Prosiding
seminarnasionalteknikkimia“kejuangan”.Yogyakarta.
NabilM.
(2010)."WasteLubricatingOilTreatmentbyAdsorptionProcessUsingDifferentAdsorb
ents".JournalWorldAcademyofScience,EngineeringandTechnology.62.