Anda di halaman 1dari 12

PENYISIHAN LOGAM BERAT DALAM PENGOLAHAN

LINDI MENGGUNAKAN METODE ADSORPSI DENGAN


MENGGUNAKAN PASIR BESI
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Diajukan Oleh:

AMRIZQA BAHTERA

NIM. 160702033

Mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan

Fakultas Sains dan Teknologi UIN Ar – Raniry Banda Aceh

Pembimbing

Dr. Abdullah Mujahid Hamdan M.Sc

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR – RANIRY

BANDA ACEH
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tingginya volume sampah yang dihasilkan baik oleh industri maupun masyarakat
merupakan permasalahan umum yang dijumpai di hampir semua kota, terutama di
kota-kota besar seperti Jakarta. Disamping dipengaruhi oleh daya beli masyarakat,
permasalahan tingginya volume sampah juga dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan
penduduk (Surjandari dkk., 2009). Tempat pembuangan sampah (TPA) pada
umumnya menggunakan metoda penimbunan terbuka (open dumping), sampah yang
ditimbun dan dibiarkan terbuka atau tidak ditutup secara harian dengan tanah, dan
pengumpulan serta pengolahan lindi yang tidak optimal dapat menyebabkan
terganggunya kualitas air tanah di sekitanya (Yatim dan Mukhlis, 2013). Sampah
yang ditimbun pada TPA akan mengalami proses dekomposisi yang mengakibatkan
terjadinya perubahan fisik, kimia, dan biologis. Salah satu hasil dari proses
dekomposisi tersebut adalah air lindi (Larasati dkk., 2016)
Lindi merupakan cairan yang terbentuk pada timbunan sampah yang melarutkan
banyak sekali senyawa yang ada sehingga memiliki kandungan pencemar yang sangat
tinggi (Pinem dkk., 2014). Komposisi limbah lindi dari setiap TPA berbeda-beda
bergantung pada musim, jenis limbah, dan umur TPA (Rezagama dkk., 2016).
Kuantitas lindi yang dihasilkan dari TPA tergantung pada jumlah masuknya air dari
luar, terutama air hujan dan juga dipengaruhi oleh aspek operasional yang diterapkan
seperti aplikasi tanah penutup, kemiringan permukaan, kondisi iklim, dan sebagainya
sehingga kuantitas air lindi bervariasi pada setiap TPA (Rezagama, 2013). Lindi
dapat meresap ke dalam tanah dan dapat menyebabkan pencemaran tanah dan air
tanah secara langsung dikarenakan lindi terdapat berbagai senyawa organik dan
anorganik serta sejumlah pathogen (Sari, 2017). Air lindi apabila tidak diolah dengan
baik dapat meresap kedalam tanah dan menjadi pecemar bagi lingkungan, selain itu
diketahui bahwa air lindi mengandung bahan organik, anorganik, mikrooerganisme,
serta logam berat yang cukup tinggi (Larasati dkk., 2016). Jadi lindi sangat
berpotensi menyebabkan pencemaran air, baik air permukaan, air tanah maupun air
bawah tanah, sehingga perlu dikelola dengan baik (Adam dkk., 2019).
Logam berat yang terdapat pada sampah akan terdekomposisi dan kemudian
larut bersama terbentuknya lindi, logam berat yang sering ditemukan dalam air lindi
adalah arsen, besi, kadnium, kronium, merkuri, nikel, seng, tembaga dan timbal
(Fatmawinir dkk., 2015). Berdasarkan penelitian Irhamni dkk (2017), Air lindi TPA
Kota Banda Aceh tepatnya di Gampong Jawa Keudah menunjukan tingginya
kosentrasi logam berat pada air lindi terutama logam berat besi (Fe) sebesar 10,9191
ppm, dan berdasarkan baku mutu air limbah menurut peraturan mentri lingkungan
hidup nomor 5 tahun 2014 kosentrasi logam berat untuk besi (Fe) sebesar 5 mg/l .
Muhsanati, (2020) logam berat besi ( Fe) pada air lindi TPA Regional Blang Bintang
melebihi standar baku mutu dengan nilai sebesar 1,77 mg/L, berdasarkan permenkes
No. 32 Tahun 2017 standar baku mutu logam b erat besi (Fe) pada air lindi adalah 1
mg/L. logam berat sangat berbahaya terutama bagi kesehatan penduduk yang berada
di sekitar TPA yang menggunkan tanah dan air tanah sebagai lahan pertanian maupun
sumber air minum, dikarenakan logam-logam berat dapat mengumpul didalam tubuh
suatu organisme dan tetap tinggal di dalam tubuh untuk jangka waktu lama sebagai
racun yang terakumulasi (Fatni Mufit dan Mahrizal, 2014).
Adsorpsi merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi
kandungan logam berat dalam limbah cair (Larasati dkk., 2016).adsorpsi adalah
penyerapan suatu zat (molekul atau ion) pada permukaan adsorben, mekanisme
penyerapan ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu, penyerapan secara fisika dan
penyerapan secara kimia (Syauqiah dkk., 2011). Metode adsorpsi dipilih dikarenkan
metode ini memmiliki beberapa kelebihan diantaranya relatif sederhana,efektif, dan
dapat menggunkan adsorben bahan alami dari sisa-sisa biomasa yang tidak terpakai
lagi serta tidak memberikan efek samping berupa zat beracun (Widayatno dkk.,
2017). Proses adsorpsi dapat terjadi dikarenakan adanya gaya tarik atom atau molekul
pada permukaan padatan yang tidak seimbang, dikarenakan adanya gaya ini, padatan
cenderung menarik molekul-molekul yang lain yang bersentuhan dengan permukaan
padatan, baik fasa gas atau fasa larutan ke dalam permukaanya. Akibatnya, kosentrasi
molekul pada permukaan menjadi lebih besar dari pada dalm fasa gas atau zat terlarut
dalam larutan ( Tandy dkk., 2012). Adsorpsi dilakukan dengan berbagai macam
adsorben seperti biosorben bakteri dan ragi, ganggang, dan bomassa alga hijau.
Namun biosorben tersebut memiliki banyak kelemahan sperti ukurannya yang kecil,
berat jenis yang rendah, strukturnya yang mudah rusak, oleh karena itu alternatif
adsorben yang digunakan adalah material magnetik seperti magnetit yang dapat
digunakan untuk mengadsorpsi ion-ion logam berat seperti pasir besi alam yang lebih
efektif, efisien dan aman bagi lingkungan (Prasdiantika, 2016).
Pasir besi adalah bahan tambang logam yang terbentuk karena proses
transportasi dan sedimentasi material berukuran pasir yang mengandung unsur besi,
umumnya dijumpai sebagai endapan pantai dengan kadar bervariasi, serta tersusun
oleh mineral magnetik dan bukan magnetik ( Ansori, 2013). Pasir besi merupakan
material besi oksida alami yang umumnya memiliki jenis mineral magnetite (Fe3O4),
maghemite (γ-Fe2O3) dan hematite (α-Fe2O3) ( Saputra dkk., 2020). Pasir besi
mengandung minera-mineral magnetik dikarenakan pasir besi berasal dari
pegunungan vilkanik, dan senyawa magnetik (Fe3O4) adalah suatu mineral magnetik
yang biasanya terdapat di daerah pantai dan sungai (Sunaryo,2010). Pasir besi
merupakan bahan yang mudah digunakan sebagai metode adsorpsi dikarenakan bahan
ini mudah termagnetisasi sehingga dapat menarik logam-logam yang masuk ke dalam
sistem penyaring dan sekaligus dapat mengurangi warna dan bau pada perairan yang
telah tercemar ( Eso dkk,. 2020).
1.1. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana efektivitas pasir besi dengan metode adsorpsi dalam menurunkan
kadar logam berat pada air lindi ?
2. Bagaimana variasi waktu kontak sampel terhadap pasir besi dalam menurunkan
kadar logam berat ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian dalam rumusan masalah diatas adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui efektivitas pasir besi dengan metode adsorpsi dalam
menurunkan kadar logam berat pada air lindi
2. Untuk mengetahui variasi waktu kontak sampel terhadap pasir besi untuk
menurunkan kadar logam berat

.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tahapan Penelitian


Tahapan umum pada penelitian ini digambarkan pada Gambar 3.1, dengan
langkah-langkah sebagai berikut: (1) Tahapan studi pendahuluan. Studi pendahuluan
dilakukan dengan studi literatur berupa jurnal, skripsi, dan tesis. (2) Identifikasi
masalah dilakukan dengan uji pendahuluan. Hasil dari identifikasi masalah ini
dijadikan acuan. (3) Penentuan lokasi pengambilan sampel . (4) Tahap pengumpulan
data dilakukan preparasi sampel dan hasil pengukuran sampel pada laboratorium. (5)
Tahap analisis data dilakukan untuk proses pengolahan data dan statistik. (6) Tahap
penarikan kesimpulan.

Mulai Studi Literatur

Identifikasi Maslah

Pengambilan sampel

Persiapan Pasir Besi

Eksperimen

Analisis Data

Hasil Penelitian

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir.


3.2 Lokasi Pengambilan Lindi
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah air lindi yang diambil dari
tempat pembuangan sampah (TPA) Regional Aceh Besar, Provinsi aceh.

Gambar 3.2 Lokasi pengambilan sampel lindi di TPA Regional Aceh Besar.
3.3 Lokasi Pengambilan Pasir Besi
Pasir besi yang digunakan pada penelitian ini diambil di pantai Syiah Kuala,
Gampong Dayah, Raya kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh

Gambar 3.3 Lokasi pengambilan pasir besi


3.4 Pengambilan dan Karakteristik Lindi
3.4.1. Teknik Pengambilan Lindi
Berdasarkan penelitian Muhshanati, (2020) Pengambilan sampel dilakukan
dengan pengambilan sesaat atau grab sampling dengan langkah-langkah sebagai
berikut :1. Sampel lindi diambil pada kolam reed bed TPA Regional Blang Bintang.
2. Sampel diambil menggunkan ember plastik kemudian dimasukkan ke dalam wadah
pelastik. 3. Selanjutnya wadah plastik yang telah diisi sampel diberikan label.
3.4.2. Pengukuran Lindi
Pengukuran konsentrasi jenis logam berat menggunakan metode ICP-MS
(Inductively Coupled Plasma Mass Spectroscopy). Metode ini mempunyai kepekaan
memindai kandungan logam berat lebih tinggi dibanding dengan metode lain dan
mampu menganalisis unsur dengan kisaran luas dan jangka waktu yang pendek
dengan tingkat akurasi tinggi (Indriana dkk., 2011).
2.5 Preparasi Pasir Besi
Bahan magnetik pasir besi alam yang digunakan berasal dari pesisir pantai Syiah
Kuala, Kota Banda aceh. Berdasarkan penelitian Prasdiantika, (2016) preparasi pasir
besi dilakukan dengan langkah sebagai berikut : 1. Pasir besi dipisahkan dari pasir
kuarsa dengan menggunakan magnet eksternal untuk memisahkan material magnetik
dari pengotor-pengotornya yang tidak dapat tertarik oleh magnet. 2. Material
magnetik dicuci dengan H2O untuk menghilangkan pengotor-pengotor yang dapat
larut dengan H2O.
3.6 Eksperimen Adsorpsi
3.6.1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah : Spektrofotometer serapan
atom (AAS), digunakan untuk pengukuran kadar logam, 1 (satu) jiringen berukuran
20 L, botol sampel 600 ml, dan alat-alat laboratorium dan alat bantu, untuk
pembuatan (reaktor) dan untuk uji laboratorium
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah : air lindi dari TPA Regional
Balang Bintang Aceh Besar dan pasir besi dari pantai Syiah Kuala
3.6.2 Prosedur Eksperimen
Berdasarkan penelitian Larasati dkk., (2016) Pengolahan secara adsorpsi tersebut
menggunakan akuarium dengan dimensi 30x30x30 cm. Dalam pengolahan secara
adsorpsi nantinya media adsorben yang digunakan setinggi 10 cm dari dasar
akuarium, dan adsorben tersebut terendam dalam air lindi dengan ketinggian 12 cm
dari dasar akuarium selama variasi waktu kontak yaitu 10, 20, 30, 40 dan 50 menit
dengan suhu kamar. Setelah pengolahan selesai dilakukan pengambilan sampel
sebanyak 330 mL untuk dilakukan pengujian kandungan akhir logam berat.

3.6 Analisis data


3.5.1. Pengukuran Fe (Besi)
Berdasarkan penelitian Muhshanati, (2020) Pengukuran Fe terdiri dari:
1. Persiapan Pengujian
a. Persiapan contoh uji besi terlarut
Siapkan contoh uji yang telah disaring dengan saringan membran berpori
0,45 µm dan diawetkan. Contoh uji siap diukur
b. Persiapan contoh uji besi total
Siapkan contoh uji untuk pengujian besi total, dengan tahapan sebagai
berikut:
a) Homogenkan contoh uji, pipet 50,0 mL contoh uji ke dalam gelas piala
100 mL atau Erlenmeyer 100 mL.
b) Tambahkan 5 mL HNO3 pekat, bila menggunakan gelas piala, tutup
dengan kaca arloji dan bila dengan Erlenmeyer gunakan corong sebagai
penutup.
c) Panaskan perlahan-lahan sampai sisa volumenya 15 mL- 20 mL
d) Jika destruksi belum sempurna (tidak jernih), maka tambahkan lagi 5 mL
HNO3 pekat, kemudian tutup gelas piala dengan kaca arloji atau tutup
Erlenmeyer dengan corong dan panaskan lagi (tidak mendidih). Lakukan
proses ini secara berulang sampai semua logam larut, yang terlihat dari
warna endapan dalam contoh uji menjadi agak putih atau contoh uji
menjadi jernih.
e) Bilas kaca arloji dan masukkan air bilasannya ke dalam gelas piala.
f) Pidahkan contoh uji masing-masing ke dalam labu ukur 50,0 mL (saring
bila perlu) dan tambahkan air bebas mineral sampai tepat tanda tera dan
homogenkan.
g) Contoh uji siap diukur serapannya.
c. Pembuatan larutan induk logam besi 100 mg Fe/L
a) Ditimbang ± 0,100 g logam besi, masukkan ke dalam labu ukur 1000,0
mL.
b) Tambahkan campuran 10 mL HCL (1+1) dan 3 mL HNO3 pekat sampai
larut (≈100 mg Fe/L).
c) Tambahkan 5 mL HNO3 pekat lalu encerkan dengan air bebas mineral
hingga tanda tera.
d) Hitung kembali kadar sesungguhnya berdasarkan hasil penimbangan.
d. Pembuatan larutan kerja logam besi 10 mg Fe/L
a) Pipet 10,0 mL larutan induk logam besi 100 mg Fe/L, masukkan ke dalam
labu ukur 100,0 mL.
b) Tepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera dan homogenkan.
e. Pembuatan larutan kerja logam besi
Buat deret larutan kerja dengan 1 (satu) blanko dan minimal 3 (tiga) kadar
yang berbeda secara proporsional dan berada pada rentang pengukuran.
1. Pembuatan kurva kalibrasi dan pengukuran contoh uji
1) Pembuatan kurva kalibrasi
Kurva kalibrasi dibuat dengan tahapan sebagai berikut:
a. Operasikan alat dan optimasikan sesuai dengan petunjuk penggunaan alat
untuk pengukuran besi.
b. Aspirasikan larutan blanko ke dalam SSA-nyala kemudian atur serapan
hingga nol.
c. Aspirasikan larutan kerja satu persatu ke dalam SSA-nyala, lalu ukur
serapannya pada panjang gelombang 248,3 nm kemudian catat.
d. Lakukan pembilasan pada selang aspirator dengan larutan pengencer.
e. Buat kurva kalibrasi dari data pada butir 1) c di atas, dan tentukan persamaan
garis lurusnya.
f. Jika koefisien korelasi regresi linier (r) < dari 0,995, periksa kondisi alat dan
ulangi langkah pada butir 1) b sampai dengan c hingga diperoleh nilai
koefisien r ≥ 0,995.
2) Pengukuran contoh uji
Uji kadar besi dengan tahapan sebagai berikut:
a. Aspirasikan contoh uji ke dalam SSA-nyala lalu ukur serapannya pada
panjang gelombang 248,3 nm.
b. Catat hasil pengukuran.
b. Perhitungan
Kadar logam besi (Fe)
Fe (mg/L) = C x fp
Keterangan:
C = adalah kadar yang didapat hasil pengukuran (mg/L)
Fp = adalah faktor pengenceran
3.5.2 Efektivitas Penyerapan Logam di dalam Air Lindi dengan Pasir Besi
Hasil yang didapat dianalisis kandungan besi dan seng menggunakan alat AAS.
Data hasil analisis dengan AAS berupa konsentrasi seng dan besi. Dari data tersebut
dapat dicari jumlah besi dan seng yang lerserap oleh adsorben atau efisiensi
penyerapan dengan rumus:

Efektivitas penyerapan (%) = [x] awal - [x] akhir x 100 %


[x] awal
Dimana:

[x] awal = Konsentrasi logam mula-mula dalam larutan umpan

[x] akhir = Konsentrasi logam pada larutan setelah proses penyerapan

Anda mungkin juga menyukai