PENGABDIANKEPADA MASYARAKAT
Oleh:
Personalia
a. Jumlah Anggota : 20 Orang
b. Jumlah Personalia : 21 Orang
Jangka Waktu Kegiatan : 45 Menit
Bentuk Kegiatan : Penyuluhan Kesehatan
Tempat Kegiatan : Wantilan Desa Selat
Biaya yang diperlukan : Rp. 1.200.000
ii
ABSTRAK
Masa remaja adalah masa dengan rentang usia berkisar 10 sampai 24 tahun
merupakan suatu fase peralihan dari masa kanak-kanak (dependent) menuju masa
dewasa (independent) dan normal terjadi pada kehidupan manusia. Dalam periode
tersebut seorang remaja akan banyak sekali mengalami perkembangan dan
pertumbuhan guna mencari identitas dan jati dirinya. Berbagai perubahan akan
muncul baik dari sisi psikologis, fisik (pubertas) dan sosial lingkungan. Berbagai
risiko kesehatan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berhubungan,
misalnya tuntutan kawin muda dan berhubungan seksual, kurangnya akses terhadap
pendidikan dan pekerjaan, ketimpangan gender, kekerasan seksual, pengaruh
negatif media masa dan kemajuan teknologi, maupun gaya hidup modern yang
bebas
Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran kami untuk bertindak lebih cepat
dalam mengimplementasikan ilmu yang telah kami dapatkan, sehingga dapat
terwujudnya Penyuluhan Tentang Pergaulan Bebas Pada Remaja yang optimal di
salah satu wilayah di Kabupaten Badung, yakni Desa Selat dengan jumlah
masyarakat sebanyak 681 Kepala Keluarga dengan 4 Banjar Dinas. Oleh karena itu,
sebagai perwujudan nyata keperdulian kami sebagai mahasiswa STIKES Bina
Usada Bali, kami akan menyelenggarakan kegiatan “penyuluhan kesehatan jiwa
pada remaja di Desa Selat Kecamatan Abiansemal”. Kami berharap kegiatan
tersebut mampu memberikan Penyuluhan Tentang Pergaulan Bebas Pada Remaja
di desa selat.
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
iv
A. ANALISIS SITUASI
Hasil analisis situasi di Desa Selat, Kecamatan Abiansemal, terdapat 4
Banjar Dinas yang terdiri dari 681 kepala keluarga, dengan sebaran 230 kepala
keluarga di Banjar Selat Anyar, 167 kepala keluarga di Banjar Selat, 164 kepala
keluarga di Banjar Tegal, 120 kepala keluarga di Banjar Mekarsari. Hasil
wawancara di Desa Selat, sudah terbentuk STT di masing-masing banjar dan akan
dilakukan Penyuluhan Tentang Pergaulan Bebas Pada Remaja.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan, ditemukan beberapa
permasalahansebagai berikut:
1. Apakah remaja mengetahui pentingnya Penyuluhan Tentang Pergaulan Bebas
Pada Remaja ?
2. Apakah remaja mengetahui manfaat dan keuntungan dari Penyuluhan
Tentang Pergaulan Bebas Pada Remaja ?
C. TUJUAN KEGIATAN
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan Penyuluhan Tentang Pergaulan Bebas Pada Remaja
diharapkan remaja mampu mengerti tentang pergaulan bebas.
b. Tujuan Khusus
1. Agar para remaja sadar bahwa pentingnya melakukan Penyuluhan Tentang
Pergaulan Bebas Pada Remaja.
2. Agar para remaja mengetahui manfaat dan keuntungan dari
Penyuluhan Tentang Pergaulan Bebas Pada Remaja.
D. MANFAAT
Adapun manfaat dari melakukan Penyuluhan Tentang Pergaulan Bebas Pada Remaja
adalah :
1. Untuk menyadarkan bahwa pentingnya melakukan Penyuluhan Tentang
Pergaulan Bebas Pada Remaja
2. Untuk menyadarkan remaja mengetahui manfaat dan keuntungan
dari Penyuluhan Tentang Pergaulan Bebas Pada Remaja
E. PEMECAHAN MASALAH
Tahap pemecahan masalah dilakukan dengan beberapa tahap yaitu :
1. Mengidentifikasi masalah
Permasalahan yang muncul bisa diidentifikasi dengan banyak hal salah
satunya itu melihat data primer dan sekunder. Data primer dari hasil
wawancara mahasiswa ners Stikes Bina Usada Bali yang menyebarkan
1
kuesioner didapatkan bahwa terdapat remaja yang belum sepenuhnya
memahami Tentang Pergaulan Bebas Pada Remaja
2. Membuat alternatif tindakan
Tahap ini berisi pengidentifikasian berbagai alternatif tindakan yang
memungkinkan pengambilan keputusan yang ada. Selama alternatif itu ada
hubungannya, walaupun sedikit tetap harus dipertimbangkan. Berbagai
alternatif dikembangkan yaitu :
a. Diadakan Penyuluhan Tentang Pergaulan Bebas Pada Remaja
b. Mengusulkan adanya Penyuluhan Tentang Pergaulan Bebas Pada Remaja.
3. Memilih alternatif
Pemilihan alternatif dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai aspek
terutama keefektifan untuk memecahkan masalah dan kemampuan untuk
melaksanakannya. Atas pertimbangan tersebut alternatif yang dipilih yaitu
penyuluhan Tentang Pergaulan Bebas Pada Remaja.
4. Menetapkan keputusan
Mengadakan penyuluhan Tentang Pergaulan Bebas Pada Remaja.
G. METODE KEGIATAN
Adapun metode pelaksanaan kegiatan pelatihan ini adalah :
1. Penyuluhan Tentang Pergaulan Bebas Pada Remaja.Diskusi
2. Ceramah
2
No Materi Jam Pelaksana
Tahap Persiapan
1. Persiapan alat-alat yang 08.00-12.00 Tim Pengabdian
dibutuhkan untuk
melakukan penyuluhan
tentang Pergaulan Bebas
Pada Remaja.
2. Persiapan lokasi 08.00-12.00 Tim Pengabdian
penyuluhan Tentang
Pergaulan Bebas Pada
Remaja.
Tahap Pelaksanaan
1. Penyuluhan Tentang 09.00-11.00 Tim Pengabdian
Pergaulan Bebas Pada
Remaja.
2. Pembagian snack nutrisi 11.00-12.00 Tim Pengabdian
tambahan untuk remaja
I. RENCANA EVALUASI
Evaluasi dilakukan pada akhir pemeriksaan berupa pemahaman remaja
tentang pentingnya Tentang Pergaulan Bebas Pada Remaja yang dilakukan secara
berkala dan konsisten dengan atau tanpa keluhan bagi remaja . Evaluasi juga di
lakukan secara berkala dengan mencatat jumlah kunjungan remaja yang datang
untuk menghadiri penyuluhan.
J. ORGANISASI PELAKSANA
Pembimbing Akademik : Ns. Ni Putu Dita Wulandari ,S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.J.
3
Ni Komang Novi Wahyuni, S.Kep
Gede Angga Artha Dinata, S.Kep
I Gusti Ngurah Agung Arisuta, S.Kep
I Komang Natih Pradnyana, S.Kep
Ni Putu Putri Dewi, S.Kep
Ni Made Murdaningsih, S.Kep
Ni Komang Rosiona, S.Kep
Ni Putu Maya Kartini Putri, S,Kep
Ni Made Sri Utari, S.Kep
Ni Putu Gita Widiantari, S.Kep
Ni Kadek Dwi Astuti, S.Kep
K. RENCANA BIAYA
4
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA
Oleh:
5
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
A. Analisis Intruksional
Masyarakat Desa Selat yang menjadi peserta penyuluhan akan mengetahui
tentang Pengertian Pendidikan Seks Bebas, Tujuan Pendidikan Seks Bebas,
Pentingnya Pendidikan Seks Bebas Bagi remaja, Metode Pendidikan Seks Bebas,
Menghindari Seks Bebas dan Dampak Seks Bebas.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah diberikan materi penyuluhan mengenai Pendidikan Seks bebas, diharapkan :
1. Diharapkan masyarakat Desa Selat dapat memahami, mengerti dan
mengaplikasikan Pendidikan Seks Bebas pada seluruh anggota keluarga
dengan baik sehingga masyarakat terjauhi dari penyakit.
b. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan masyarakat Desa Selat dapat:
1. Mengetahui pengertian pendidikan seks bebas
2. Mengetahui tujuan pendidikan seks bebas
3. Mengetahui pentingnya pendidikan seks bebas bagi remaja
4. Mengetahui metode pendidikan seks bebas
5. Mengetahui menghindari seks bebas
6. Mengetahui dampak seks bebas
C. Pokok Bahasan
a. Materi Penyuluhan:
1. Pengertian Pendidikan Seks Bebas
2. Tujuan Pendidikan Seks Bebas
3. Pentingnya Pendidikan Seks Bebas Bagi remaja
4. Metode Pendidikan Seks Bebas
5. Menghindari Seks Bebas
6. Dampak Seks Bebas
b. Kegiatan Penyuluh:
1. Menjelaskan pengertian pendidikan seks bebas
2. Menjelaskan tujuan pendidikan seks bebas
6
3. Menjelaskan pentingnya pendidikan seks bebas bagi remaja
4. Menjelaskan metode pendidikan seks bebas
5. Menjelaskan menghindari seks bebas
6. Menjelaskan dampak seks bebas
E. Metode
Ceramah dan diskusi
F. Media
Media yang digunakan adalah leaflet
Kegiatan :
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA
1. Pre Interaksi (5 Mempersiapkan materi, alat,
menit) tempat, kontrak waktu dengan
peserta
2. Tahap Orientasi
Pembukaan:
(5 menit) a. Moderator a. Menjawab salam
mengucapkan salam b. Doa bersama
b. Doa bersama c. Mendengarkan
c. Memperkenalkan diri d. Memperhatikan
d. Menyampaikan
maksud dan tujuan
3. Tahap Kerja Pelaksanaan
(10 : Peserta mendengarkan
menit) a. Menjelaskan penjelasan penyaji dengan
seksama
pengertian pendidikan
seks bebas
b. Menjelaskan tujuan
pendidikan seks bebas
c. Menjelaskan
pentingnya pendidikan
seks bebas bagi remaja
d. Menjelaskan metode
pendidikan seks bebas
e. Menjelaskan
menghindari seks bebas
f. Menjelaskan dampak
seks bebas
4. Terminasi Kegiatan menutup penyuluhan: a. Peserta menjawab
(10 menit) a. Mengajukan pertanyaan pertanyaan yang diberikan
sebagai evaluasi
7
b. Member reward pada b. Peserta yang aktif
peserta yang aktif mendapatkan reward
bertanya dan menjawab c. Penserta
c. Menyimpulkan materi mendengarkan penjelasan
yang telah disampaikan d. Peserta menjawab
d. Mengucapkan salam salam
penutup
Keterangan:
: Penyaji
: Fasilitator
: Peserta
: Observer
: Moderator
H. Evaluasi
1. Evaluasi Standar
a. Kesiapan materi.
b. Kesiapan SAP.
c. Kesiapan media : Leaflet
d. Peserta hadir di tempat penyuluhan.
e. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan diadakan H-7.
f. Jumlah hadir dalam penyuluhan minimal 10 orang.
2. Evaluasi Proses
a. Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan.
b. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan.
c. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.
d. Suasana penyuluhan tertib.
8
e. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan.
3. Evaluasi Hasil
Peserta penyuluhan mampu :
a. Menjelaskan pengertian pendidikan seks bebas
b. Menjelaskan tujuan pendidikan seks bebas
c. Menjelaskan pentingnya pendidikan seks bebas bagi remaja
d. Menjelaskan metode pendidikan seks bebas
e. Menjelaskan menghindari seks bebas
I. Job Description
1. Moderator
Uraian tugas :
a. Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri dan tim kepada peserta.
b. Mengatur proses dan lama penyuluhan.
c. Memotivasi peserta untuk bertanya.
d. Memimpin jalannya diskusi dan evaluasi.
e. Menutup acara penyuluhan.
2. Penyaji
Uraian tugas :
a. Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa yang mudah
dipahami oleh peserta.
b. Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses penyuluhan.
c. Menjawab pertanyaan peserta.
3. Fasilitator
Uraian tugas :
a. Ikut bergabung dan duduk bersama di antara peserta.
b. Mengevaluasi peserta tentang kejelasan materi penyuluhan.
c. Memotivasi peserta untuk bertanya materi yang belum jelas.
d. Menginterupsi penyuluh tentang istilah/hal-hal yang dirasa kurang jelas bagi
peserta.
e. Membagikan leaflet dan lembar evaluasi kepada peserta.
4. Observer
Uraian tugas :
1) Mencatat nama, alamat dan jumlah peserta, serta menempatkan diri sehingga
memungkinkan dapat mengamankan jalannya proses penyuluhan.
2) Mencatat pertanyaan yang diajukan peserta.
3) Mengamati perilaku verbal dan non verbal peserta selama proses penyuluhan.
4) Mengevaluasi hasil penyuluhan dengan rencana penyuluhan.
5) Menyampaikan evaluasi langsung kepada penyuluh yang dirasa tidak sesuai
dengan rencana penyuluhan.
9
Lampiran
MATERI
1. Pengertian Pendidikan Seks Bebas
Pendidikan seks dapat diartikan sebagai penerangan tentang anatomi fisiologi seks
manusia,bahaya penyakit kelamin dan sebagainya (Abdurahman, 2016). Pendidikan seks
bisa juga diartikan sebagai sex play yang hanya perludiberikan kepada orang dewasa.
Pendidikan seks bukan hanya mengenai penerangan seks dalam arti heterosexual, dan bukan
semata-mata menyangkut masalah biologis atau fisiologis, melainkan juga meliputi
psikologis, sosio-kultural, agama, dan kesehatan. Dalam pendidikan sek dapat dibedakan
antara sex instruction yaitu penerangan mengenai anatomi, mengenai biologi dari
reproduksi, pembinaan keluarga dan metode kontrasepsi serta education in
sexuality meliputi bidang-bidang etika, moral, fisikologi, ekonomi, dan pengetahuan
lainnya. Sex instruction tanpa education in sexuality dapat menyebabkan promiscuity
(pergaulan dengan siapa saja) sertahubungan-hubungan seks yang menyimpang. Secara
umum pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia
yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai
kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan
kemasyarakatan. Masalah pendidikan seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan
norma-norma yang berlaku dimasyarakat, apa yang dilarang, apa yang dilazimkan dan
bagaimana melakukannya tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku dimasyarakat.
Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikanyang dapat menolong muda-
mudi untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada dorongan seksual
(Abdurahman, 2016).
Dengan demikian pendidikan seksual ini bermaksud untuk menerangkan segala hal
yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar. Penyampaian
materi pendidikan seksual ini seharusnya diberikan sejak dini ketika anak sudah mulai
bertanya tentang perbedaan kelamin antara dirinya dan orang lain, berkesinambungan dan
bertahap, disesuaikan dengan kebutuhan danumur anak serta daya tangkap anak. Dalam hal
ini pendidikan seksual idealnya diberikan pertama kali oleh orangtua di rumah, mengingat
yang paling tahu keadaan anak adalah orang tuanya sendiri. Tetapi sayangnya di Indonesia
tidak semua orangtua mau terbuka terhadap anak di dalam membicarakan permasalahan
seksual. Selain itu tingkat sosial ekonomi maupun tingkat pendidikan yang heterogen di
Indonesia menyebabkan ada orang tua yang mau dan mampu memberikan penerangan
tentang seks tetapi lebih banyak yang tidak mampu dan tidak memahami permasalahan
tersebut (Wahyuni, 2015).
a. Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental dan proses
kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada remaja.
b. Memberikan pengertian tentang perbedaan antara pria dan wanita.
c. Memberikan pengertian tentang peranan seks dalam kehidupan manusia.
d. Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan
penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan tanggungjawab)
e. Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dalam semua manifestasi
yang bervariasi
f. Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa kepuasan
pada kedua individu dan kehidupan keluarga.
g. Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial untuk
memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan
perilaku seksual.
h. Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar individu
dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik
dan mentalnya.
i. Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional dan
eksplorasi seks yang berlebihan.
j. Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan
aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya sebagai
istri atau suami, orang tua, anggota masyarakat.
k. Mengembangkan pengertian diri sendiri dengan fungsi dan kebutuhan seks. Jadi
pendidikan seks dalam arti sempit (incontext) adalah pendidikan mengenai seksualitas
manusia.
11
l. Membantu siswa dalam memngembangkan kepribadian, sehingga mampu mengambil
keputusan yang bertanggung jawab. Jadi tujuan pendidikan seksual adalah untuk
membentuk suatu sikapemosional yang sehat terhadap masalah seksual dan
membimbing anak dan remaja ke arah hidup dewasa yang sehat dan bertanggung
jawab terhadap kehidupan seksualnya. Hal ini dimaksudkan agar mereka tidak
menganggap seks itu suatu yang menjijikan dan kotor. Tetapi lebih sebagai bawaan
manusia, yang merupakan anugrah Tuhan dan berfungsi penting untuk kelanggengan
kehidupan manusia, dan supaya anak-anak itu bisa belajar menghargai kemampuan
seksualnya dan hanya menyalurkan dorongan tersebut untuk tujuan tertentu
(yangbaik) dan pada waktu yang tertentu saja (Abdurahman, 2016).
3. Pentingnya Pendidikan Seks Bebas Bagi Remaja
Beberapa hal penting dalam memberikan pendidikan seksual, sebagai berikut:
a. Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan terlihat ragu-ragu atau
malu.
b. Isi uraian yang disampaikan harus obyektif, namun jangan menerangkan yang tidak-
tidak, seolah-olah bertujuan agar anak tidak akan bertanya lagi, boleh
mempergunakan contoh atau simbol seperti misalnya : proses pembuahan pada
tumbuh-tumbuhan, sejauh diperhatikan bahwa uraiannya tetap rasional.
c. Dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan
dengan tahap perkembangan anak. Terhadap anak umur 9 atau 10 tahun belum perlu
menerangkan secara lengkap mengenai perilaku atau tindakan dalam hubungan
kelamin, karena perkembangan dari seluruh aspek kepribadiannya memang belum
mencapai tahap kematangan untuk dapat menyerap uraian yang mendalam mengenai
masalah tersebut.
d. Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas sempitnya
pengetahuan dengan cepat lambatnya tahap-tahap perkembangan tidak sama buat
setiap anak. Dengan pendekatan pribadi maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan
dengan keadaan khusus anak.
e. Pada akhirnya perlu diperhatikan bahwa usahakan melaksanakan pendidikan seksual
perlu diulang-ulang (repetitif) selain itu juga perlu untuk mengetahui seberapa jauh
sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh anak, juga perlu untuk mengingatkan dan
memperkuat (reinforcement) apa yang telah diketahui agar benar-benar menjadi
bagian dari pengetahuannya (Abdurahman, 2016).
4. Metode Pendidikan Seks Bebas
Usaha mempersiapkan remaja di masa depan agar mampu membentuk keluarga yang
berbahagia dan bertanggung jawab tidak cukup dilakukan dengan mengemukakan contoh-
contoh ataupun menganalisis perbuatar seks. Hal ini memang merupakan aspek dan seks.
Namun, seks sendiri akan dapat dipahami dengan menghubungkan masalah penyesuaian diri
12
secara keseluruhan dalam kehidupan sosial kultural tempat ia berada. Ini berarti seksualitas
merupakan salah satu aspek, bahkan aspek terpenting, dan kehidupan manusia Dalam kaitan
ini, kita dituntut untuk mampu menciptakan kehidupan seks yang sehat, karena hal ini
merupakan integrasi dan kehidupan manusia sebagai makhluk berjenis kelamin yang
meliputi aspek kehidupan, baik fisik, psikis maupun sosial (Abdurahman, 2016).
13
seksual adalah yang sifatnya sangat pribadi dan membutuhkan suasana yang akrab, terbuka
dari hati ke hati antara orang tua dan anak. Hal ini akan lebih mudah diciptakan antara ibu
dengan anak perempuannya atau bapak dengan anak laki-lakinya, sekalipun tidak ditutup
kemungkinan dapat terwujud bila dilakukan antara ibu dengan anak laki-lakinya atau bapak
dengan anak perempuannya. Kemudian usahakan jangan sampai muncul keluhan seperti
tidak tahu harus mulai dari mana, kekakuan, kebingungan dan kehabisan bahan pembicaraan
(Bagja, 2017). Dalam memberikan pendidikan seks pada anak jangan ditunggu sampai anak
bertanya mengenai seks. Sebaiknya pendidikan seks diberikan dengan terencana, sesuai
dengan keadaan dan kebutuhan anak. Sebaiknya pada saat anak menjelang remaja dimana
proses kematangan baik fisik, maupun mentalnya mulai timbul dan berkembang kearah
kedewasaan. Beberapa hal penting dalam memberikan pendidikan seksual, adalah:
a. Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan terlihat ragu-ragu atau
malu.
b. Isi uraian yang disampaikan harus obyektif, namun jangan menerangkan yang tidak-
tidak, seolah-olah bertujuan agar anak tidak akan bertanya lagi, boleh mempergunakan
contoh atau simbol seperti misalnya : proses pembuahan pada tumbuh-tumbuhan,
sejauh diperhatikan bahwa uraiannya tetap rasional.
c. Dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan
dengan tahap perkembangan anak. Terhadap anak umur 9 atau 10 tahun belum perlu
menerangkan secara lengkap mengenai perilaku atau tindakan dalam hubungan
kelamin, karena perkembangan dari seluruh aspek kepribadiannya memang belum
mencapai tahap kematangan untuk dapat menyerap uraian yang mendalam mengenai
masalah tersebut.
d. Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas sempitnya pengetahuan
dengan cepat lambatnya tahap-tahap perkembangan tidak sama buat setiap anak.
Dengan pendekatan pribadi maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan dengan keadaan
khusus anak.
e. Pada akhirnya perlu diperhatikan bahwa usahakan melaksanakan pendidikan seksual
perlu diulang-ulang (repetitif) selain itu juga perlu untuk mengetahui seberapa jauh
sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh anak, juga perlu untuk mengingatkan dan
memperkuat (reinforcement) apa yang telah diketahui agar benar-benar menjadi bagian
dari pengetahuannya (Bagja, 2017).
c. Pengguguran
Bayi dan pengguguran kandungan dan pembunuhan bayi. Banyak kasus bayi mungil
yang baru lahir dibunuh ibunya. Sebagian bayi itu dibungkus plastik hidup-hidup,
dibuang di kali, dilempar di tong sampah, dan lain-lain. Kasus pengguguran kandungan,
baik secara tradisional maupun secara modern kini semakin menjamur terutama di
kalangan pelajar dan mahasiswa. Pengguguran kandungan akan membawa dampak
yang serius, seperti kanker rahim, kemandulan dan penyakit rahim lainnya.
d. Penyebaran Penyakit
Wanita atau pria yang dulu pernah melakukan hubungan pra-nikah waktu pacaran lalu
putus, cenderung berkeinginan melakukan hubungan serupa dengan lelaki atau wanita
lain mengingat seks sifatnya adiktif atau memiliki *kadar ketergantungan, suatu waktu
Ia akan merasa lapar untuk melakukan hubungan intim dengan pasangan lain. jika hal
ml terus dilakukan, maka bukan hal mustahil akan terjangkit penyakit kelamin.Terlebih
lagi jika ternyata pasangan itu telah mengidap penyakit kelamin sebelumnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
17