Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL KEGIATAN

PENGABDIANKEPADA MASYARAKAT

PENYULUHAN TENTANG PERGAULAN BEBAS PADA


REMAJA DI BANJAR TEGAL, DESA SELAT KECAMATAN
ABIANSEMAL, KABUPATEN BADUNG

Oleh:

Ketua : I Komang Gede Bandesa Maha Putra, S.Kep C1221018


C1221042
Anggota : Ketut Ratna Kemala Dewi, S.Kep C1221047
Ni Nengah Agustini, S.Kep C1221005
Ni Putu Putri Widani, S.Kep C1221072
Dewa Ayu Desie Puspita, S.Kep C1221081
I Wayan Gelgel Wira Diana, S.Kep C1221065
Ni Komang Ayu Mirah Prasasti, S.Kep C1221061
I Dewa G. A. Mahendra Putra, S.Kep C1221056
Ni Luh Indri Astuti, S.Kep C1221051
Ni Komang Novi Wahyuni, S.Kep C1221013
Ni Wayan Atik Sukma Ariati, S.Kep C1221059
Gede Angga Artha Dinata, S.Kep C1221049
I Gusti Ngurah Agung Arisuta, S.Kep C1221021
I Komang Natih Pradnyana, S.Kep C1221071
Ni Putu Putri Dewi, S.Kep C1221038
Ni Made Murdaningsih, S.Kep C1221058
Ni Komang Rosiona, S.Kep C1221063
Ni Putu Maya Kartini Putri, S,Kep C1221074
Ni Made Sri Utari, S.Kep C1221084
Ni Putu Gita Widiantari, S.Kep C1221078
Ni Kadek Dwi Astuti, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI


NERSSTIKES BINA USADA
BALI TAHUN 2022
i
Judul : Pengabdian Masyarakat Penyuluhan Tentang
Pergaulan Bebas Pada Remaja di Banjar Tegal,
Desa Selat Kecamatan Abiansemal, Kabupaten
Badung

Ketua Panitia Pengabdian


a. Nama Lengkap : I Komang Gede Bendesa Maha Putra, S.Kep
b. NIM : C1221018
c. Program Studi : Profesi Ners
d. Nomor HP : 088219332363
e. Alanat surel (email) : gedekomang847@gmail.com

Personalia
a. Jumlah Anggota : 20 Orang
b. Jumlah Personalia : 21 Orang
Jangka Waktu Kegiatan : 45 Menit
Bentuk Kegiatan : Penyuluhan Kesehatan
Tempat Kegiatan : Wantilan Desa Selat
Biaya yang diperlukan : Rp. 1.200.000

ii
ABSTRAK

Masa remaja adalah masa dengan rentang usia berkisar 10 sampai 24 tahun
merupakan suatu fase peralihan dari masa kanak-kanak (dependent) menuju masa
dewasa (independent) dan normal terjadi pada kehidupan manusia. Dalam periode
tersebut seorang remaja akan banyak sekali mengalami perkembangan dan
pertumbuhan guna mencari identitas dan jati dirinya. Berbagai perubahan akan
muncul baik dari sisi psikologis, fisik (pubertas) dan sosial lingkungan. Berbagai
risiko kesehatan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berhubungan,
misalnya tuntutan kawin muda dan berhubungan seksual, kurangnya akses terhadap
pendidikan dan pekerjaan, ketimpangan gender, kekerasan seksual, pengaruh
negatif media masa dan kemajuan teknologi, maupun gaya hidup modern yang
bebas
Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran kami untuk bertindak lebih cepat
dalam mengimplementasikan ilmu yang telah kami dapatkan, sehingga dapat
terwujudnya Penyuluhan Tentang Pergaulan Bebas Pada Remaja yang optimal di
salah satu wilayah di Kabupaten Badung, yakni Desa Selat dengan jumlah
masyarakat sebanyak 681 Kepala Keluarga dengan 4 Banjar Dinas. Oleh karena itu,
sebagai perwujudan nyata keperdulian kami sebagai mahasiswa STIKES Bina
Usada Bali, kami akan menyelenggarakan kegiatan “penyuluhan kesehatan jiwa
pada remaja di Desa Selat Kecamatan Abiansemal”. Kami berharap kegiatan
tersebut mampu memberikan Penyuluhan Tentang Pergaulan Bebas Pada Remaja
di desa selat.

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i


HALAMANPENGESAHAN ........................................................................... ii
ABSTRAK......................................................................................................... iii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iv
A. Analisis Situasi ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 1
C. Tujuan.................................................................................................... 1
D. Manfaat Kegiatan.................................................................................. 1
E. Pemecahan Masalah............................................................................... 1
F. Khalayak Sasaran Strategi...................................................................... 2
G. Metode Kegiatan .................................................................................. 2
H. Kegiatan dan Jadwal ............................................................................. 2
I. Rencana Evaluasi.......................................................................................3
J. Organisasi Pelaksana .............................................................................. 3
K. Rencana Biaya ...................................................................................... 4

DAFTAR PUSTAKA

iv
A. ANALISIS SITUASI
Hasil analisis situasi di Desa Selat, Kecamatan Abiansemal, terdapat 4
Banjar Dinas yang terdiri dari 681 kepala keluarga, dengan sebaran 230 kepala
keluarga di Banjar Selat Anyar, 167 kepala keluarga di Banjar Selat, 164 kepala
keluarga di Banjar Tegal, 120 kepala keluarga di Banjar Mekarsari. Hasil
wawancara di Desa Selat, sudah terbentuk STT di masing-masing banjar dan akan
dilakukan Penyuluhan Tentang Pergaulan Bebas Pada Remaja.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan, ditemukan beberapa
permasalahansebagai berikut:
1. Apakah remaja mengetahui pentingnya Penyuluhan Tentang Pergaulan Bebas
Pada Remaja ?
2. Apakah remaja mengetahui manfaat dan keuntungan dari Penyuluhan
Tentang Pergaulan Bebas Pada Remaja ?
C. TUJUAN KEGIATAN
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan Penyuluhan Tentang Pergaulan Bebas Pada Remaja
diharapkan remaja mampu mengerti tentang pergaulan bebas.

b. Tujuan Khusus
1. Agar para remaja sadar bahwa pentingnya melakukan Penyuluhan Tentang
Pergaulan Bebas Pada Remaja.
2. Agar para remaja mengetahui manfaat dan keuntungan dari
Penyuluhan Tentang Pergaulan Bebas Pada Remaja.

D. MANFAAT
Adapun manfaat dari melakukan Penyuluhan Tentang Pergaulan Bebas Pada Remaja
adalah :
1. Untuk menyadarkan bahwa pentingnya melakukan Penyuluhan Tentang
Pergaulan Bebas Pada Remaja
2. Untuk menyadarkan remaja mengetahui manfaat dan keuntungan
dari Penyuluhan Tentang Pergaulan Bebas Pada Remaja

E. PEMECAHAN MASALAH
Tahap pemecahan masalah dilakukan dengan beberapa tahap yaitu :
1. Mengidentifikasi masalah
Permasalahan yang muncul bisa diidentifikasi dengan banyak hal salah
satunya itu melihat data primer dan sekunder. Data primer dari hasil
wawancara mahasiswa ners Stikes Bina Usada Bali yang menyebarkan

1
kuesioner didapatkan bahwa terdapat remaja yang belum sepenuhnya
memahami Tentang Pergaulan Bebas Pada Remaja
2. Membuat alternatif tindakan
Tahap ini berisi pengidentifikasian berbagai alternatif tindakan yang
memungkinkan pengambilan keputusan yang ada. Selama alternatif itu ada
hubungannya, walaupun sedikit tetap harus dipertimbangkan. Berbagai
alternatif dikembangkan yaitu :
a. Diadakan Penyuluhan Tentang Pergaulan Bebas Pada Remaja
b. Mengusulkan adanya Penyuluhan Tentang Pergaulan Bebas Pada Remaja.
3. Memilih alternatif
Pemilihan alternatif dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai aspek
terutama keefektifan untuk memecahkan masalah dan kemampuan untuk
melaksanakannya. Atas pertimbangan tersebut alternatif yang dipilih yaitu
penyuluhan Tentang Pergaulan Bebas Pada Remaja.
4. Menetapkan keputusan
Mengadakan penyuluhan Tentang Pergaulan Bebas Pada Remaja.

F. KHALAYAK SASARAN STRATEGIS


Sasaran pada kegiatan dengan tema “ Penyuluhan Tentang Pergaulan Bebas
Pada Remaja.” ini pada para remaja di desa selat.

G. METODE KEGIATAN
Adapun metode pelaksanaan kegiatan pelatihan ini adalah :
1. Penyuluhan Tentang Pergaulan Bebas Pada Remaja.Diskusi
2. Ceramah

H. KEGIATAN DAN JADWAL


1. Tahap Perencanaan
Sebelum pelaksanaan kegiatan, dilakukan koordinasi dan perijinan dengan
KepalaDesa dan Kelian Banjar Tegal yang terdapat di Desa Selat.
2. Tahap pelaksanaan
Penyuluhan tentang kesehatan jiwa dilaksanakan pada tanggal 12 maret 2022
dan diikutioleh remaja yang berada di Banjar Selat, Desa Selat.

2
No Materi Jam Pelaksana
Tahap Persiapan
1. Persiapan alat-alat yang 08.00-12.00 Tim Pengabdian
dibutuhkan untuk
melakukan penyuluhan
tentang Pergaulan Bebas
Pada Remaja.
2. Persiapan lokasi 08.00-12.00 Tim Pengabdian
penyuluhan Tentang
Pergaulan Bebas Pada
Remaja.
Tahap Pelaksanaan
1. Penyuluhan Tentang 09.00-11.00 Tim Pengabdian
Pergaulan Bebas Pada
Remaja.
2. Pembagian snack nutrisi 11.00-12.00 Tim Pengabdian
tambahan untuk remaja

I. RENCANA EVALUASI
Evaluasi dilakukan pada akhir pemeriksaan berupa pemahaman remaja
tentang pentingnya Tentang Pergaulan Bebas Pada Remaja yang dilakukan secara
berkala dan konsisten dengan atau tanpa keluhan bagi remaja . Evaluasi juga di
lakukan secara berkala dengan mencatat jumlah kunjungan remaja yang datang
untuk menghadiri penyuluhan.

J. ORGANISASI PELAKSANA
Pembimbing Akademik : Ns. Ni Putu Dita Wulandari ,S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.J.

Pembimbing Klinik : IDA Bagus Putu Manuaba


Ketua Pelaksana : I Komang Gede Bandesa Maha Putra, S.Kep
Moderator : Ni Nengah Agustini, S.Kep

Penyaji : Forum GenRe Provinsi Bali


Notulen : Ni Wayan Atik Sukma Ariati, S.Kep
Observer : Ketut Ratna Kemala Dewi, S.Kep
Fasilitator : Ni Putu Putri Widani, S.Kep
Dewa Ayu Desie Puspita, S.Kep
I Wayan Gelgel Wira Diana, S.Kep
Ni Komang Ayu Mirah Prasasti, S.Kep
I Dewa G. A. Mahendra Putra, S.Kep
Ni Luh Indri Astuti, S.Kep

3
Ni Komang Novi Wahyuni, S.Kep
Gede Angga Artha Dinata, S.Kep
I Gusti Ngurah Agung Arisuta, S.Kep
I Komang Natih Pradnyana, S.Kep
Ni Putu Putri Dewi, S.Kep
Ni Made Murdaningsih, S.Kep
Ni Komang Rosiona, S.Kep
Ni Putu Maya Kartini Putri, S,Kep
Ni Made Sri Utari, S.Kep
Ni Putu Gita Widiantari, S.Kep
Ni Kadek Dwi Astuti, S.Kep

K. RENCANA BIAYA

NO NAMA ALAT HARGA TOTAL

1 Penjilidan 4 x Rp. 20.000 Rp. 100.000


proposal

2 Konsumsi 100 x Rp. 1000 Rp. 100.000

3 Instruktur 5 x Rp. 200 Rp. 1,.0000

Total Keseluruhan Rp. 1.200.000

4
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA

Oleh:

: I Km. Gd. Bandesa Maha Putra, S.Kep C1221018


: Ketut Ratna Kemala Dewi, S.Kep C1221042
Ni Nengah Agustini, S.Kep C1221047
Ni Putu Putri Widani, S.Kep C1221005
Dewa Ayu Desie Puspita, S.Kep C1221072
I Wayan Gelgel Wira Diana, S.Kep C1221081
Ni Komang Ayu Mirah Prasasti, S.Kep C1221065
I Dewa G. A. Mahendra Putra, S.Kep C1221061
Ni Luh Indri Astuti, S.Kep C1221056
Ni Komang Novi Wahyuni, S.Kep C1221051
Ni Wayan Atik Sukma Ariati, S.Kep C1221013
Gede Angga Artha Dinata, S.Kep C1221059
I Gusti Ngurah Agung Arisuta, S.Kep C1221049
I Komang Natih Pradnyana, S.Kep C1221021
Ni Putu Putri Dewi, S.Kep C1221071
Ni Made Murdaningsih, S.Kep C1221038
Ni Komang Rosiona, S.Kep C1221058
Ni Putu Maya Kartini Putri, S,Kep C1221063
Ni Made Sri Utari, S.Kep C1221074
Ni Putu Gita Widiantari, S.Kep C1221084
Ni Kadek Dwi Astuti, S.Kep C1221078

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2022

5
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Pokok Bahasan : Seks Bebas


Sub Pokok Bahasan : Pengertian Pendidikan Seks Bebas, Tujuan Pendidikan Seks
Bebas, Pentingnya Pendidikan Seks Bebas Bagi remaja, Metode
Pendidikan Seks Bebas, Menghindari Seks Bebas dan Dampak
Seks Bebas
Sasaran : Seluruh Masyarakat yang ada di Desa Selat
Waktu Pelaksanaan :
Tempat : Balai Desa Selat
Penyuluh : Profesi Ners STIKES Bina Usada Bali

A. Analisis Intruksional
Masyarakat Desa Selat yang menjadi peserta penyuluhan akan mengetahui
tentang Pengertian Pendidikan Seks Bebas, Tujuan Pendidikan Seks Bebas,
Pentingnya Pendidikan Seks Bebas Bagi remaja, Metode Pendidikan Seks Bebas,
Menghindari Seks Bebas dan Dampak Seks Bebas.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah diberikan materi penyuluhan mengenai Pendidikan Seks bebas, diharapkan :
1. Diharapkan masyarakat Desa Selat dapat memahami, mengerti dan
mengaplikasikan Pendidikan Seks Bebas pada seluruh anggota keluarga
dengan baik sehingga masyarakat terjauhi dari penyakit.
b. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan masyarakat Desa Selat dapat:
1. Mengetahui pengertian pendidikan seks bebas
2. Mengetahui tujuan pendidikan seks bebas
3. Mengetahui pentingnya pendidikan seks bebas bagi remaja
4. Mengetahui metode pendidikan seks bebas
5. Mengetahui menghindari seks bebas
6. Mengetahui dampak seks bebas

C. Pokok Bahasan
a. Materi Penyuluhan:
1. Pengertian Pendidikan Seks Bebas
2. Tujuan Pendidikan Seks Bebas
3. Pentingnya Pendidikan Seks Bebas Bagi remaja
4. Metode Pendidikan Seks Bebas
5. Menghindari Seks Bebas
6. Dampak Seks Bebas
b. Kegiatan Penyuluh:
1. Menjelaskan pengertian pendidikan seks bebas
2. Menjelaskan tujuan pendidikan seks bebas

6
3. Menjelaskan pentingnya pendidikan seks bebas bagi remaja
4. Menjelaskan metode pendidikan seks bebas
5. Menjelaskan menghindari seks bebas
6. Menjelaskan dampak seks bebas

D. Sasaran dan Target


Sasaran : Seluruh Masyarakat yang ada di Desa Selat
Target : Masyarakat Desa Selat

E. Metode
Ceramah dan diskusi

F. Media
Media yang digunakan adalah leaflet

Kegiatan :
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA
1. Pre Interaksi (5 Mempersiapkan materi, alat,
menit) tempat, kontrak waktu dengan
peserta
2. Tahap Orientasi
Pembukaan:
(5 menit) a. Moderator a. Menjawab salam
mengucapkan salam b. Doa bersama
b. Doa bersama c. Mendengarkan
c. Memperkenalkan diri d. Memperhatikan
d. Menyampaikan
maksud dan tujuan
3. Tahap Kerja Pelaksanaan
(10 : Peserta mendengarkan
menit) a. Menjelaskan penjelasan penyaji dengan
seksama
pengertian pendidikan
seks bebas
b. Menjelaskan tujuan
pendidikan seks bebas
c. Menjelaskan
pentingnya pendidikan
seks bebas bagi remaja
d. Menjelaskan metode
pendidikan seks bebas
e. Menjelaskan
menghindari seks bebas
f. Menjelaskan dampak
seks bebas
4. Terminasi Kegiatan menutup penyuluhan: a. Peserta menjawab
(10 menit) a. Mengajukan pertanyaan pertanyaan yang diberikan
sebagai evaluasi

7
b. Member reward pada b. Peserta yang aktif
peserta yang aktif mendapatkan reward
bertanya dan menjawab c. Penserta
c. Menyimpulkan materi mendengarkan penjelasan
yang telah disampaikan d. Peserta menjawab
d. Mengucapkan salam salam
penutup

G. Setting Tempat Penyuluhan

Keterangan:
: Penyaji
: Fasilitator
: Peserta
: Observer
: Moderator

H. Evaluasi
1. Evaluasi Standar
a. Kesiapan materi.
b. Kesiapan SAP.
c. Kesiapan media : Leaflet
d. Peserta hadir di tempat penyuluhan.
e. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan diadakan H-7.
f. Jumlah hadir dalam penyuluhan minimal 10 orang.
2. Evaluasi Proses
a. Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan.
b. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan.
c. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.
d. Suasana penyuluhan tertib.

8
e. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan.
3. Evaluasi Hasil
Peserta penyuluhan mampu :
a. Menjelaskan pengertian pendidikan seks bebas
b. Menjelaskan tujuan pendidikan seks bebas
c. Menjelaskan pentingnya pendidikan seks bebas bagi remaja
d. Menjelaskan metode pendidikan seks bebas
e. Menjelaskan menghindari seks bebas

I. Job Description
1. Moderator
Uraian tugas :
a. Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri dan tim kepada peserta.
b. Mengatur proses dan lama penyuluhan.
c. Memotivasi peserta untuk bertanya.
d. Memimpin jalannya diskusi dan evaluasi.
e. Menutup acara penyuluhan.
2. Penyaji
Uraian tugas :
a. Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa yang mudah
dipahami oleh peserta.
b. Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses penyuluhan.
c. Menjawab pertanyaan peserta.
3. Fasilitator
Uraian tugas :
a. Ikut bergabung dan duduk bersama di antara peserta.
b. Mengevaluasi peserta tentang kejelasan materi penyuluhan.
c. Memotivasi peserta untuk bertanya materi yang belum jelas.
d. Menginterupsi penyuluh tentang istilah/hal-hal yang dirasa kurang jelas bagi
peserta.
e. Membagikan leaflet dan lembar evaluasi kepada peserta.
4. Observer
Uraian tugas :
1) Mencatat nama, alamat dan jumlah peserta, serta menempatkan diri sehingga
memungkinkan dapat mengamankan jalannya proses penyuluhan.
2) Mencatat pertanyaan yang diajukan peserta.
3) Mengamati perilaku verbal dan non verbal peserta selama proses penyuluhan.
4) Mengevaluasi hasil penyuluhan dengan rencana penyuluhan.
5) Menyampaikan evaluasi langsung kepada penyuluh yang dirasa tidak sesuai
dengan rencana penyuluhan.

9
Lampiran

MATERI
1. Pengertian Pendidikan Seks Bebas
Pendidikan seks dapat diartikan sebagai penerangan tentang anatomi fisiologi seks
manusia,bahaya penyakit kelamin dan sebagainya (Abdurahman, 2016). Pendidikan seks
bisa juga diartikan sebagai sex play yang hanya perludiberikan kepada orang dewasa.
Pendidikan seks bukan hanya mengenai penerangan seks dalam arti heterosexual, dan bukan
semata-mata menyangkut masalah biologis atau fisiologis, melainkan juga meliputi
psikologis, sosio-kultural, agama, dan kesehatan. Dalam pendidikan sek dapat dibedakan
antara sex instruction yaitu penerangan mengenai anatomi, mengenai biologi dari
reproduksi, pembinaan keluarga dan metode kontrasepsi serta education in
sexuality meliputi bidang-bidang etika, moral, fisikologi, ekonomi, dan pengetahuan
lainnya. Sex instruction tanpa education in sexuality dapat menyebabkan promiscuity
(pergaulan dengan siapa saja) sertahubungan-hubungan seks yang menyimpang. Secara
umum pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia
yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai
kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan
kemasyarakatan. Masalah pendidikan seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan
norma-norma yang berlaku dimasyarakat, apa yang dilarang, apa yang dilazimkan dan
bagaimana melakukannya tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku dimasyarakat.
Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikanyang dapat menolong muda-
mudi untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada dorongan seksual
(Abdurahman, 2016).

Dengan demikian pendidikan seksual ini bermaksud untuk menerangkan segala hal
yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar. Penyampaian
materi pendidikan seksual ini seharusnya diberikan sejak dini ketika anak sudah mulai
bertanya tentang perbedaan kelamin antara dirinya dan orang lain, berkesinambungan dan
bertahap, disesuaikan dengan kebutuhan danumur anak serta daya tangkap anak. Dalam hal
ini pendidikan seksual idealnya diberikan pertama kali oleh orangtua di rumah, mengingat
yang paling tahu keadaan anak adalah orang tuanya sendiri. Tetapi sayangnya di Indonesia
tidak semua orangtua mau terbuka terhadap anak di dalam membicarakan permasalahan
seksual. Selain itu tingkat sosial ekonomi maupun tingkat pendidikan yang heterogen di
Indonesia menyebabkan ada orang tua yang mau dan mampu memberikan penerangan
tentang seks tetapi lebih banyak yang tidak mampu dan tidak memahami permasalahan
tersebut (Wahyuni, 2015).

2. Tujuan Pendidikan Seks


Pendidikan seksual selain menerangkan tentang aspek-aspek anatomisdan biologis juga
10
menerangkan tentang aspek-aspek psikologis dan moral. Pendidikan seksual yang benar
harus memasukkan unsur-unsur hak asasi manusia. Juga nilai-nilai kultur dan agama
diikutsertakan sehingga akan merupakan pendidikan akhlak dan moral juga. Pendidikan
seksual yang baik mempunyai tujuan membina keluarga dan menjadi orang tua yang
bertanggungjawab. Pendidikan seksual yang baik harus dilengkapi dengan pendidikan etika,
pendidikan tentang hubungan antar sesama manusia baik dalam hubungan keluargamaupun
di dalam masyarakat (Abdurahman, 2016). Juga dikatakan bahwa tujuan dari pendidikan
seksual adalah bukan untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan ingin mencoba hubungan
seksual antara remaja, tetapi ingin menyiapkan agar remaja tahu tentang seksualitas dan
akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama dan adat istiadat serta
kesiapan mental dan material seseorang (Wahyuni, 2015). Selain itu pendidikan seksual juga
bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan mendidik anak agar berperilaku yang baik
dalam hal seksual, sesuai norma agama, sosial dan kesusilaan dalam mengenal dunia remaja.
Penjabaran tujuan pendidikan seksual dengan lebih lengkap sebagaiberikut :

a. Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental dan proses
kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada remaja.
b. Memberikan pengertian tentang perbedaan antara pria dan wanita.
c. Memberikan pengertian tentang peranan seks dalam kehidupan manusia.
d. Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan
penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan tanggungjawab)
e. Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dalam semua manifestasi
yang bervariasi
f. Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa kepuasan
pada kedua individu dan kehidupan keluarga.
g. Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial untuk
memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan
perilaku seksual.
h. Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar individu
dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik
dan mentalnya.
i. Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional dan
eksplorasi seks yang berlebihan.
j. Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan
aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya sebagai
istri atau suami, orang tua, anggota masyarakat.
k. Mengembangkan pengertian diri sendiri dengan fungsi dan kebutuhan seks. Jadi
pendidikan seks dalam arti sempit (incontext) adalah pendidikan mengenai seksualitas
manusia.
11
l. Membantu siswa dalam memngembangkan kepribadian, sehingga mampu mengambil
keputusan yang bertanggung jawab. Jadi tujuan pendidikan seksual adalah untuk
membentuk suatu sikapemosional yang sehat terhadap masalah seksual dan
membimbing anak dan remaja ke arah hidup dewasa yang sehat dan bertanggung
jawab terhadap kehidupan seksualnya. Hal ini dimaksudkan agar mereka tidak
menganggap seks itu suatu yang menjijikan dan kotor. Tetapi lebih sebagai bawaan
manusia, yang merupakan anugrah Tuhan dan berfungsi penting untuk kelanggengan
kehidupan manusia, dan supaya anak-anak itu bisa belajar menghargai kemampuan
seksualnya dan hanya menyalurkan dorongan tersebut untuk tujuan tertentu
(yangbaik) dan pada waktu yang tertentu saja (Abdurahman, 2016).
3. Pentingnya Pendidikan Seks Bebas Bagi Remaja
Beberapa hal penting dalam memberikan pendidikan seksual, sebagai berikut:

a. Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan terlihat ragu-ragu atau
malu.
b. Isi uraian yang disampaikan harus obyektif, namun jangan menerangkan yang tidak-
tidak, seolah-olah bertujuan agar anak tidak akan bertanya lagi, boleh
mempergunakan contoh atau simbol seperti misalnya : proses pembuahan pada
tumbuh-tumbuhan, sejauh diperhatikan bahwa uraiannya tetap rasional.
c. Dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan
dengan tahap perkembangan anak. Terhadap anak umur 9 atau 10 tahun belum perlu
menerangkan secara lengkap mengenai perilaku atau tindakan dalam hubungan
kelamin, karena perkembangan dari seluruh aspek kepribadiannya memang belum
mencapai tahap kematangan untuk dapat menyerap uraian yang mendalam mengenai
masalah tersebut.
d. Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas sempitnya
pengetahuan dengan cepat lambatnya tahap-tahap perkembangan tidak sama buat
setiap anak. Dengan pendekatan pribadi maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan
dengan keadaan khusus anak.
e. Pada akhirnya perlu diperhatikan bahwa usahakan melaksanakan pendidikan seksual
perlu diulang-ulang (repetitif) selain itu juga perlu untuk mengetahui seberapa jauh
sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh anak, juga perlu untuk mengingatkan dan
memperkuat (reinforcement) apa yang telah diketahui agar benar-benar menjadi
bagian dari pengetahuannya (Abdurahman, 2016).
4. Metode Pendidikan Seks Bebas
Usaha mempersiapkan remaja di masa depan agar mampu membentuk keluarga yang
berbahagia dan bertanggung jawab tidak cukup dilakukan dengan mengemukakan contoh-
contoh ataupun menganalisis perbuatar seks. Hal ini memang merupakan aspek dan seks.
Namun, seks sendiri akan dapat dipahami dengan menghubungkan masalah penyesuaian diri
12
secara keseluruhan dalam kehidupan sosial kultural tempat ia berada. Ini berarti seksualitas
merupakan salah satu aspek, bahkan aspek terpenting, dan kehidupan manusia Dalam kaitan
ini, kita dituntut untuk mampu menciptakan kehidupan seks yang sehat, karena hal ini
merupakan integrasi dan kehidupan manusia sebagai makhluk berjenis kelamin yang
meliputi aspek kehidupan, baik fisik, psikis maupun sosial (Abdurahman, 2016).

Dengan demikian, jelaslah bahwa kehidupan seks manusia menyangkut masalah


kepribadian sehingga apabila dijumpai suatu kelainan dalam kehidupan seks, sebagian besar
disebabkan karena masalah-masalah yang bersifat psikis. Oleh karena itu penyajian
pendidikan seks memerlukan metode yang tepat, agar terarah dan mencapai sasaran,
sertatidak mengarah kepada hal-hal yang negatif. Untuk itu perlulah dikemukakan beberapa
metode pengajaran pendidikan seks yang tepat (Bagja, 2017).

Adapun metode-metode dan alat-alat yang dipergunakan adalah ceramah, tanya


jawab, diskusi kelompok, overhead projector, film, magnetic panel, dan gambar-gambar
pada karton. Dengan mempergunakan metode-metode tersebut, diharapkan tujuan
pendidikan seks tercapai. Metode ceramah dapat memperjelas uraian tentang pertumbuhan
anak menuju dewasa, termasuk perkembangan seksualnya, proses reproduksi manusia
mulaidan bagaimana terjadinya konsepsi, dilanjutkan pula dengan pertumbuhan janin dalam
kandungan dan diakhri dengan proses kelahiran (Wahyuni, 2015).

Metode tanya jawab digunakan untuk menanyakan sampai dimana pengertian


mereka, juga agar ada kesempatan bagi siswa untuk bertanya tentang hal yang menurut
mereka perlu diketahui. Metode diskusi kelompok dapat digunakan untuk member informasi
pada masing-masing kelompok, dan kesempatan untuk mendiskusikannya lebih jauh.
Metode pendidikan seks sebaiknya diberikan oleh guru, psikolog atau orang tua. Hal-hal
yang bersifat teknis bisa diberikan oleh guru atau psikolog, sementara orang tua diharapkan
menanggapi masalah anak sehari-hari, seperti masalah emosional mereka. Kuncinya terletak
pada orang tua dengan anak (Wahyuni, 2015). Meskipun onang tua tidak bisamengajukan
masalah seks secara detail, asal saja ada keterbukaan dalam keluarga, makatidak akan terjadi
hal yang tidak wajar. Sebaliknya, meskipun anak diberikan pendidikan seks secara detail,
tetapi suasana di rumah tidak hangat dan tidak ada komunikasi diantara mereka, maka
kemunkinan anak : berperilaku “salah” akan lebih besar. Jadi, kuncinya adalah komunikasi
yang terbuka antara orang tua dan anak. Memang, orang tua berbekal pengetahuan mengenai
masalah seks agar bisa menjelaskan kepada anaknya. Atau paling tidak mereka harus tahu
siapa sebaiknya yang harus menerangkan (Bagja, 2017).

5. Menghindari Seks Bebas


Pendidik yang terbaik adalah orang tua dari anak itu sendiri. Pendidikan yang diberikan
termasuk dalam pendidikan seksual (Abdurahman, 2016). Dalam membicarakan masalah

13
seksual adalah yang sifatnya sangat pribadi dan membutuhkan suasana yang akrab, terbuka
dari hati ke hati antara orang tua dan anak. Hal ini akan lebih mudah diciptakan antara ibu
dengan anak perempuannya atau bapak dengan anak laki-lakinya, sekalipun tidak ditutup
kemungkinan dapat terwujud bila dilakukan antara ibu dengan anak laki-lakinya atau bapak
dengan anak perempuannya. Kemudian usahakan jangan sampai muncul keluhan seperti
tidak tahu harus mulai dari mana, kekakuan, kebingungan dan kehabisan bahan pembicaraan
(Bagja, 2017). Dalam memberikan pendidikan seks pada anak jangan ditunggu sampai anak
bertanya mengenai seks. Sebaiknya pendidikan seks diberikan dengan terencana, sesuai
dengan keadaan dan kebutuhan anak. Sebaiknya pada saat anak menjelang remaja dimana
proses kematangan baik fisik, maupun mentalnya mulai timbul dan berkembang kearah
kedewasaan. Beberapa hal penting dalam memberikan pendidikan seksual, adalah:

a. Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan terlihat ragu-ragu atau
malu.
b. Isi uraian yang disampaikan harus obyektif, namun jangan menerangkan yang tidak-
tidak, seolah-olah bertujuan agar anak tidak akan bertanya lagi, boleh mempergunakan
contoh atau simbol seperti misalnya : proses pembuahan pada tumbuh-tumbuhan,
sejauh diperhatikan bahwa uraiannya tetap rasional.
c. Dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan
dengan tahap perkembangan anak. Terhadap anak umur 9 atau 10 tahun belum perlu
menerangkan secara lengkap mengenai perilaku atau tindakan dalam hubungan
kelamin, karena perkembangan dari seluruh aspek kepribadiannya memang belum
mencapai tahap kematangan untuk dapat menyerap uraian yang mendalam mengenai
masalah tersebut.
d. Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas sempitnya pengetahuan
dengan cepat lambatnya tahap-tahap perkembangan tidak sama buat setiap anak.
Dengan pendekatan pribadi maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan dengan keadaan
khusus anak.
e. Pada akhirnya perlu diperhatikan bahwa usahakan melaksanakan pendidikan seksual
perlu diulang-ulang (repetitif) selain itu juga perlu untuk mengetahui seberapa jauh
sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh anak, juga perlu untuk mengingatkan dan
memperkuat (reinforcement) apa yang telah diketahui agar benar-benar menjadi bagian
dari pengetahuannya (Bagja, 2017).

6. Dampak Seks Bebas


Untuk remaja barat hubungan pra-nikah bahkan gonta-ganti pasangan free sex merupakan
hal yang biasa. Namun, di negara timur terutama lndonesia yang masih menjunjung tinggi
norma agama, hal seperti itu, adaIah aib dan mengganggu ketentraman hidup selanjutnya
(Abdurahman, 2016). Untuk itu, sebelum terlanjur ada baiknya para remaja bisa mengenal
14
bahaya akibat hubungan pra-nikah. Bahaya seks pra-nikah dan free sex mencangkup bahaya
bagi perkembangan mental (psikis), fisik dan masa depan remaja itu sendiri.

a. Menciptakan Kenangan Buruk


Masih dikatakan “untung” jika hubungan pra nikah itu tidak ada yang mengekspos.
Si gadis atau si lelaki terlepas dan aib dan cemohan masyarakat. Namun, jika ternyata
diketahui masyarakat, tentu yang malu bukan saja dirinya melainkan juga keluarganya.
Peristiwa ini tidak akan pernah terlupakan oleh masyarakat sekitar. Hal ini tentu
menjadi beban mental yang berat. Sekalipun mungkin masyarakat tidak
mengetahuinya, mungkin tidak bisa tenang. Mentalnya terganggu kenangan buruk masa
lalu.

b. Kehamilan dan Akibatnya


Kehamilanyang terjadi akibat seks pra-nikah bukan saja mendatangkan malapetaka
bagi bayi yang dikandungnya juga menjadi beban mental yang sangat berat bagi ibunya
mengingat kandungannya tidak bisa disembunyikan. Bagaimana jika nanti keluarga dan
masyarakat mempertanyakan? Dalam keadaan kalut seperti ini biasanya terjadi depresi,
terlebih lagi jika pacar kemudian pergi dan tidak mau kembali lagi.

c. Pengguguran
Bayi dan pengguguran kandungan dan pembunuhan bayi. Banyak kasus bayi mungil
yang baru lahir dibunuh ibunya. Sebagian bayi itu dibungkus plastik hidup-hidup,
dibuang di kali, dilempar di tong sampah, dan lain-lain. Kasus pengguguran kandungan,
baik secara tradisional maupun secara modern kini semakin menjamur terutama di
kalangan pelajar dan mahasiswa. Pengguguran kandungan akan membawa dampak
yang serius, seperti kanker rahim, kemandulan dan penyakit rahim lainnya.

d. Penyebaran Penyakit
Wanita atau pria yang dulu pernah melakukan hubungan pra-nikah waktu pacaran lalu
putus, cenderung berkeinginan melakukan hubungan serupa dengan lelaki atau wanita
lain mengingat seks sifatnya adiktif atau memiliki *kadar ketergantungan, suatu waktu
Ia akan merasa lapar untuk melakukan hubungan intim dengan pasangan lain. jika hal
ml terus dilakukan, maka bukan hal mustahil akan terjangkit penyakit kelamin.Terlebih
lagi jika ternyata pasangan itu telah mengidap penyakit kelamin sebelumnya.

e. Keterlanjuran dan Timbul Rasa Kurang Hormat


Perilaku seks bebas (free sex) menimbulkan suatu keterlibatan emosi dalam diri
seorang pria dan wanita. Semakin sering hal itu dilakukan, semakin mendalam rasa
ingin mengulangi sekalipun sebelumnya ada rasa sesal. Terlebih lagi bagi wanita, setiap
ajakan sang pacar sangat sulit untuk ditolak karena takut ditinggalkan atau diputuskan.
Sementara itu bagi seorang laki-laki, melihat pasangan begitu mudah diajak, akan terus
15
berkurang rasa hormat dan rasa cintanya. Semakin sering laki-laki melakukan maka
hubungan batinnya pun akan semakin renggang. Lain lagi dengan wanita, Ia akan
merasatertekan dan tidak mau berpisah karena pada dasarnya Ia telah kotor dan tidak
ada yang mesti dibanggakan lagi, kehormatannya telah dirampas oleh lelaki tadi.
Karena itu, apa pun alasannya, seks bebas merupakan perbuatan yang tidak baik
(Abdurahman, 2016).

16
DAFTAR PUSTAKA

Makatti, Abdurahman. 2016. Pacaran Anak Muda. Jakarta: Media Dakwah.


Sultoni, Wahyu Bagja. 2017. Ilmu Sosial Dasar Dalam Memulai Sebuah Hubungan. Bogor: STKIP
Muhamadiyah
Wahyuni. 2015. Pacaran Sehat Bagi Remaja. Jakarta: Trans Info Media

17

Anda mungkin juga menyukai