Anda di halaman 1dari 78

Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong

BAB I. Pendahuluan

1. ORGANISASI
CV. Wana Hijau Consultan yang berkedudukan di Manado telah
berdiri berdasarkan akte pendirian No. 53 tahun 1992 yang bergerak
dibidang jasa konsultan di bawah keanggotaan Ikatan Nasional
Konsultan Indonesia (INKINDO). Dari perjalanan dan keberadaan
kegiatan perusahaan ini telah mengalami perubahan persero dan
persero pengurus yang dinyatakan dengan Akte perubahan dari
Notaris.
Guna mendukung oprasional pelaksanaannya, maka senantiasa
melengkapi/memperbaharui segala persyaratan administrasi sesuai
dengan persyaratan dan perundangan yang berlaku seperti Sertifikat
Badan Usaha (SBU) INKINDO, Kartu Tanda Anggota (KTA) INKINDO,
Surat Izin Tempat Usaha (SITU), Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi
(SIUJK), Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dan sebagainya. Disamping
hal tersebut, selalu memenuhi kewajiban pembayaran pajak dan
melaporkan kewajiban pajak tahunan dan bulanan, sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Dalam melaksanakan kegiatan didukung pula oleh tenaga-tenaga
ahli dan tenaga teknis sesuai dengan latar belakang pendidikan dan
kursus-kursus keahlian yang dibutuhkan dalam bidang pekerjaan
yang dilaksanakan untuk menunjang pembangunan berkelanjutan
Sulawesi Utara.

2. PENGALAMAN
Selama 15 (lima belas) tahun perusahaan ini beroprasi, telah
banyak kegiatan yang dikerjakan dibidang Tata Lingkungan,
Arsitektur dan Sipil. Sejak didirikan telah membina staf tetap
yang terdiri dari tenaga ahli Arsitek, Sipil, Mesin, Listrik,
Ekonomi, Amdal dan Sosial Politik. Selain pengetahuan dibidangnya
masing-masing, personil utama telah mendapatkan pengalaman penting
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong

dalam perencanaan awal, perencanaan teknik dan konstruksi, serta


aspek-aspek pengawasan yang ada dalam suatu proyek.
Untuk menjamin efisiensi proyek dan kualitas dari produk yang
dihasilkan , maka staf pendukung dari CV. Wana Hijau Consultan
yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu yang diperlukan juga
dilengkapi dengan fasilitas modern termasuk perangkat keras dan
perangkat lunak.

JENIS PELAYANAN / BIDANG JASA KONSULTANSI


Jenis pelayanan yang ditawarkan oleh konsultan antara lain :
a. Survey dan investigasi
b. Amdal.
c. Planing & desain.
d. Engineering & Detail Engineering
e. Project Management & Supervisi.
f. Pemetaan
g. Project Management & Supervisi

CV. Wana Hijau Consultan didirikan dengan tujuan untuk memenuhi


keinginan dari beberapa instansi yang memerlukan jasa baik
perencanaan maupun pengawasan. Penawaran ini disusun dengan tujuan
memberikan gambaran umum tentang perusahaan. Adapun lingkup jasa
konsultansi yang menjadi bidang kami adalah :
 Sipil / Transportasi
 Analisa Dampak Lingkungan
 Planning & Desain
 Engineering & Detail Engineering
 Manajemen Teknik & Supervisi Teknik
 Survey & Investigasi
 Pemetaan/Foto Udara

LINGKUP LAYANAN
Dengan fasilitas dan tenaga ahli yang ada maka banyak jenis
layanan jasa konsultant teknik yang dapat diberikan oleh CV. Wana
Hijau Consultan, meliputi:
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong

SURVEY
 Foto Udara
 Topografi
 Geologi
 Hodrologi
 Tanah Pertanian

STUDI MAKRO
 Regional Planning
 Masterplan Pengembangan Kota dan wilayah

STUDI RINCI
 Studi Kelayakan
 Studi Kelembagaan
 AMDAL
 Studi Teknik

DESAIN RINCI
 Desain Teknis Bangunan dan Jaringan
 Mekanika Tanah dan Pondasi
 Quantity dan Estimasi Biaya

PROYEK
 Inspektor dan Supervisi Konstruksi
 Asistensi dan Konsultasi teknis

OPERASI dan PEMELIHARAAN


 Rehabilitasi Bangunan/Konstruksi
 Peningkatan (Upgrading) sarana phisik
 Peningkatan kelembagaan (capacity building)
- Training dan Pemantapan
- Kursus dan lokakarya
- Pelatihan
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong

Dalam perkembangannya CV. Wana Hijau Consultan banyak


mendapat kepercayaan dari Pemerintah maupun swasta. Tenaga ahli
yang berpengalaman serta tenaga teknis muda yang penuh semangat
dan kreatif serta dedikasi yang tinggi merupakan pekerja yang
dipercayakan, menghasilkan produk yang mengutamakan kualitas dan
performa yang konsisten, itu semua dimungkinkan berkat dukungan
sarana dan prasarana yang memadai.
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong

BAB II
DAFTAR PENGALAMAN PERUSAHAAN

Daftar Pengalaman Perusahaan Kurun Waktu


7 tahun Terakhir CV. Wana Hijau Consultan:

Tabel 1.

PENGGUNA NILAI
LINGKUP ORANG MITRA
N0 JASA/SUMBER NAMA PEKERJAAN PERIODE KONTRAK
LAYANAN BULAN KERJA
DANA (Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8

Dinas PU Kab. Perencanaan Peningkatan Jalan 29 Nopember


1 Sipil 1 99.100.000,-
Minahasa Tenggara Ratatotok-Moreah-Tonsawang 2011

Dinas PU Kab. Perencanaan Master Plan Drainase


2 Sipil 18 Juli 2011 1 99.715.000,-
Minahasa Tenggara IKK Belang

Perencanaan Pembangunan Gedung


Departemen Agama Agustus –
3 RKB Sekolah Menengah Teologia Arsitektur 3 25.800.000,-
Kanwil Prop. Sulut Oktober 2008
Kristen Prop. Sulut

Pemerintah Kab.
Balaang Mongondow Pengawasan Pemabangunan Gedung Inspeksi Juli – September
4 4 38.000.000,-
Badan Pengelola Rawat Inap Kls III (APBN) Teknis 2008
Rumah Sakit
Departemen Pekerjaan
Umum Dirjen Cipta Penyusunan Indikasi Program dan
Arsitektur – Juli – Oktober
5 Karya Satker DED TA. 2009 Kawasan Pulau Kecil 7 99.450.000,-
Tata Ligkungan 2008
Pengembangan Terpencil
Kawasan Permukiman

Pemerintah Kab.
Pengawasan Pembangunan Kawasan
Minahasa Selatan Inspeksi Juli – Oktober
6 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 4 68.000.000,-
Dinas Kelautan dan Teknis 2008
Amurang
Perikanan

Pemerintah Kabupaten
Perencanaan Konstruksi Jalan Pada
7 Minahasa Utara Sipil Juni – Juli 2008 4 71.820.000,-
Kantor DPRD Minahasa Utara
Sekretariat DPRD
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong

Pengawasan Departemen Hukum


Departemen Hukum dan HAM :
 Pembangunan Aula Kanwil Inspeksi Juni – Oktober
8 dan HAM RI Kanwil 3 30.000.000,-
 Renovasi Kantor Kanwil Teknis 2008
Sulut
 Renovasi Pagar Kantor Bagian
Belakang dan Samping

Pemerintah Daerah
Provinsi Sulawesi Pengawasan Renovasi Atap Aula Inspeksi Juni – Agustus
9 4 26.030.000,-
Utara Skretariat Gubernuran Bumi Beringin Teknis 2008
Daerah

Departemen Pekerjaan
Umum Dirjen Cipta
Karya Satker Supervisi Peningkatan Kinerja TPA Inspeksi Mei – Oktober
10 7 98.000.000,-
Pengembangan Kota Tondano dan Amurang Teknis 2008
Kinerja Pengelolaan
Penyehatan
Departemen PU Dirjen
Cipta Karya Satker Pendampingan Pemeriksaan Arsitektur –
April – Oktober
11 NVT Penataan Keandalan Fisik Bangunan Mekanikal / 8 196.570.000,-
2008
Bangunan dan Gedung Kota Manado Elektrikal
Lingkungan Sulut

Pemerintah Kab.
Balaang Mongondow Pengawasan Pemabangunan Gedung Inspeksi
12 Maret – Juli 2008 3 36.717.000,-
Badan Pengelola Rawat Inap Kls III (DAK) Teknis
Rumah Sakit

Pemerintah Daerah
Kab. Bolaang Survey Identifikasi Kawasan
Tata
13 Mongondow Utara Agropolitan Kabupaten Bolaang Maret – Juni 2008 5 74.520.000,-
Lingkungan
Dinas Pekerjaan Mongondow Utara
Umum
Tata
Departemen Pekerjaan Lingkungan -
Umum Dirjen Cipta Penyusunan DED Kawasan Arsitektur
14 Maret – Juli 2008 8 99.870.000,-
Karya Satker P2S Agropolitan Tahun Anggaran 2009 Arsitektur /
AGRO Sulut
Bangunan
Pemerintah Kab.
Minahasa Tenggara Pengawasan Peningkatan Jalan,
Inspeksi Febbruari – Juli
15 Dinas Pekerjaan Pembangunan Jembatan, Rehabilitasi 5 49.000.000,-
Teknis 2008
Umum dan Sumber Irigasi dan Rehabilitasi Air Bersih
Daya Air
Departemen
PekerjaanUmum Supervisi / Pengawasan Prasarana
Inspeksi Maret – Agustus
16 Dirjen Cipta Karya dan Sarana Agropolitan Sulut 7 99.800.000,-
Teknis 2007
Satker P2S AGRO
Sulut

Monitoring dan Mitigasi Lingkungan Agustus –


Dinas Kelautan dan Tata
17 Pesisir di Hilir DAS Talawaan dan Desember 2007 8 90.000.000,-
Perikanan Sulut Lingkungan
Teluk Rinondoran
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong

Tata
Dinas Pertambangan UKL/UPL Pembangkit Listrik Tenaga Lingkungan – September –
18 7 48.400.000,-
Sulut Diesel Tanggari Mekanikal / November 2007
Elektrikal

Kanwil Sulawesi
Bagian Utara, Tengah, Pengawasan Rehabilitsai Kantor Inspeksi Februari – Juli
19 Gorontalo dan Maluku 7 30.600.000,-
Pelayanan Pajak (KPP) Manado Teknis 2007
Utara Kantor
Pelayanan Pajak
Depkeu RI Dirjen
Pengawasan Rehabilitsi kantor Inspeksi Februari – Juni
20 Pajak Kanwil Sulawesi 7 30.600.000,-
pelayanan pajak manado Teknis 2006
Bagian
Utara,Tengah,Gorontal
Direktorat Jenderal
Perencanaan Penggantian Atap
Pajak, Kantor Oktober-
21 Gedung Kantor Pelayanan Pajak Arsitektur 7 18.550.000,-
Pelayanan Pajak Nopember 2006
Manado
Manado / APBN

Dinas Kesehatan Prop. Pengawasan Pembangunan Gedung Inspeksi Oktober-


22 7 27.825.000,-
Sulut / APBN Gudang Farmasi Teknis Desember 2006

Penyusunan Studi Usaha Kelolah & Tata


Departemen Pekerjaan September-
23 Pemantauan Lingkungan (UKL/UPL) Lingkungan / 13 145.021.000,-
Umum Sulut / APBN Desember 2005
Jln. Lingkar Tomohon Sipil
Tata
Penyusunan AMDAL Steam Power
PT. Tenaga Listrik Lingkungan – Oktober 2005 –
24 Plan 8 275.000.000,-
Amurang Mekanikal / Januari 2006
2 X 55 MW
Elektrikal
Dinas Kesejahteraan
Pengawasan Bantuan Sarana Fisik Inspeksi September-
25 Sosial Prop. Sulut / 7 8.200.000,-
Anak Terlantar Teknis Nopember 2005
APBN

Dinas Pendidikan
Pengawasan Unit Sekolah Baru di Inspeksi Agustus-
26 Nasional Prop. Sulut / 7 26.750.000,-
Modayak Kab. Bolaang Mongondow Teknis Desember 2005
APBN

Arsitektur -
Departemen Pekerjaan Pendampingan Fasilitas Perbankan di Mei-September
27 Tata 7 99.881.000,-
Umum Sulut / APBN Kec. Wori, Kab Minut 2005
Lingkungan

Departemen
Pendampingan Kawasan kumuh dan Arsitektur -
Permukiman dan
28 nelayan Kumuh lainnya di Kab. Tata April – Juli 2004 7 35.965.000,-
Prasarana Wilayuah
Kepulauan Talaud Lingkungan
Sulut / APBN
Departemen
Analisis Dampak Sosial (ANDAS) Tata
Permukiman dan
29 Trans Kema-Rumbia lokasi Kab. Lingkungan - Mei – Juli 2004 11 134.530.000,-
Prasarana Wilayah
Minahasa dan Minahasa Utara Sipil
Sulut / APBN

Dinas Kesehatan Prop. Perencanaan Rehabilitasi Gedung Juli – Agustus


30 Arsitektur 7 139.380.000,-
Sulut / ADB Puskesmas 6 (enam) unit 2004
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong

Dinas Kesejahteraan Pengawasan Pembangunan Gedung


Inspeksi Juni – Oktober
31 sosial Prop. Sulut / dan Lapangan Dinas Kesejahteraan 7 14.900.000,-
Teknis 2004
APBN Sosial

Departemen
Tata
Permukiman dan Analisis Dampak Lingkungan Agustus –
32 Lingkungan - 8 86.418.000,-
Prasarana Wilayah (AMDAL) Manado By Pass Tahap II Oktober 2004
Sipil
Sulut / APBN
Departemen
Tata
Permukiman dan Revisi Analisis Dampak Lingkungan
33 Lingkungan - Agustus – 8
Prasarana Wilayah (AMDAL) Manado By Pass Tahap I 86.418.000,-
Sipil Oktober 2004
Sulut / APBN

Dinas Kesehatan Prop. Pengawasan Rehabilitasi Puskesmas Inspeksi Oktober-


34 7 21.300.000,-
Sulut / ADB 4 unit, Puskesmas Perawatan 2 unit Teknis Desember 2004

Perencanaan Pembangunan Rumah


Disnakertrans Prop. Ibadah Pembuatan Jalan Poros Oktober-
35 Arsitektur 7 25.000.000,-
Sulut / APBN Pembutan Jalan Desa Pembutan Desember 2004
Gorong-Gorong.
Departemen Arsitektur -
Permukiman dan Pekerjaan Penyusunan Tata Juni – Nopember
36 8 148.500.000,-
Prasarana Wilayah Pengembangan KTP2D Kab. Sangihe Lingkungan - 2003
Sulut / APBN sipil

Departemen
Tata
Permukiman dan Juli – Oktober
37 Kajian UKL/UPL Manado-Airport Lingkungan - 8 143.702.000,-
Prasarana Wilayah 2003
Sipil
Sulut / APBN

AMDAL RKL/RPL Balai Budidaya Ikan


Dinas Perikanan & Tata Juli – Oktober
Pantai (BBIP) Likupang Kab. 7 119.600.000,-
Kelautan Sulut / APBN Lingkungan 2003
Minahasa

Pengawasan Rumah Sakit Kema –


Dinas PU Dati I Sulut / Belang-Molobog, Bandara-Kolongan- Inspeksi Agustus –
7 29.600.000,-
APBN Tatelu, Matungkas-Asabri, Volume Teknis Desember 2000
5,00 Km
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong

BAB III
PEMAHAMAN TERHADAP KAK

Kerangka Acuan Kerja (KAK) dimana memuat spesifikasi kegiatan yang harus
dilakukan, meliputi penjelasan latar belakang dan penjelasan umum mengenai layanan
konsultan yang dibutuhkan, rincian lingkup pekerjaan dari layanan keahlian yang
dibutuhkan, sampai dengan penjelasan produk yang harus diserahkan berupa laporan.

Karena itu sebagai langkah awal untuk memahami spesifikasi kegiatan yang harus
dilakukan, Konsultan akan mengkaji isi dari Kerangka Acuan Kerja (KAK) tersebut.

Setelah mengkaji secara mendalam maka Konsultan telah memahami sepenuhnya isi dan
Ruang Lingkup Pekerjaan yang terkandung dalam KAK untuk kegiatan “ Perencanaan
Pembangunan Turap/Talud/Bronjong“.

Konsultan memahami pula sepenuhnya perubahan-perubahan atas KAK tersebut dimana


dilakukan setelah adanya Aanwijzing di Kantor.
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong

BAB - 4
Tanggapan Terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK)

4.1 TANGGAPAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

Kami beranggapan bahwa apa yang telah disajikan pada


Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan dalam penjelasan Anwijzing dan
yang telah dituangkan dalam Berita Acara Penjelasan / Risalah
cukup jelas yaitu maksud dan tujuan yang hendak dicapai dalam
pekerjaan Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong, namun
ada beberapa hal yang perlu kami tanggapi yaitu :

1. Dalam materi Lingkup Pekerjaan telah dijelaskan pekerjaan


ini meliputi pekerjaan Perencanaan Paket Pembangunan
Turap/Talud/Bronjong dalam Risalah Aanwijzing telah
disebutkan nama jembatan yang akan direncanakan, namun
belum menyebutkan total panjang jembatan yang
ditingkatkan/dibangun yang merupakan satu kesatuan dalam
pekerjaan ini.

2. Pada kerangka Acuan Kerja (KAK) tidak dijelaskan Man


Month Penugasan personil Konsultan, setelah penjelasan
Aanwijzing telah dimasukkan dalam Berita Acara/risalah
Aanwijzing tentang Man Mounth Penugasan personil Konsultan
yaitu selama 30 (tiga puluh) hari kalender atau selama 1
(satu) bulan.

3. Dalam penjelasan Aanwijzing untuk Daftar Riwayat hidup


(CV) Sub Profesional Staff harus dimasukkan/dilampirkan
dalam Usulan Teknis.

4. Untuk Biaya Perjalanan Dinas Site Engineer, Quality


Engineer dan Quantity Engineer tidak
diperhitungkan/dianggarkan dalam perhitungan usulan Biaya,
sebaiknya Biaya Perjalanan Dinas untuk Tenaga Ahli tersebut
harus diperhitungkan/dianggarkan, karena dengan
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong

memperhatikan perencanaan pekerjaan pada ruas jalan yang


tersebar.

Dari hal tersebut di atas yang kami tanggapi, diharapkan akan


terciptanya suatu kerjasama yang baik antara Penguna Jasa
dengan Penyedia Jasa/Konsultan, dengan dilakukannya koordinasi
secara rutin dan bertukar pikiran yang disikapi secara positif
sangat diperlukan dalam penangan pekerjaan ini.
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong

BAB V
URAIAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI

V.1. PEMAHAMAN ATAS JASA LAYANAN PEKERJAAN

Konsultan berpendapat bahwa secara umum, materi Kerangka


Acuan Kerja (KAK) yang berfungsi sebagai pedoman bagi
konsultan untuk melaksanakan seluruh proses pelaksanaan
pekerjaan ini, cukup ringkas namun jelas. Penjelasan cakupan
pekerjaan dan substansi pekerjaan cukup memadai. Spesifikasi
teknis pekerjaan cukup jelas dan dapat diikuti. Beberapa hal
yang belum tercakup dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) telah
dijelaskan pada saat Rapat Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing)
sehingga Konsultan dapat lebih memahami permasalahan.
Kualifikasi dan bidang keahlian personil (Tenaga Ahli dan
Tenaga Pendukung), serta jumlah personil dan jumlah Orang-
Bulan yang diperlukan semua sudah ditetapkan dalam Kerangka
Acuan Kerja, sehingga dalam hal ini Konsultan tidak perlu
lagi menghitung jumlah Orang-Bulan/Man-Month personil.
Dengan dasar itu, Konsultan telah mencoba menjabarkan
kerangka acuan kerja ini kedalam bentuk rencana dan program
kerja. Pemahaman terhadap sasaran pekerjaan telah dicoba
dituangkan dalam bentuk konsepsi pendekatan penanganan
pekerjaan. Diharapkan hal-hal tersebut akan dapat
memperlancar proses pekerjaan yang akan dilaksanakan nanti.
Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja tersebut, konsultan juga
diharapkan dapat lebih mudah memahami serta memberikan
tanggapannya. baik yang terkait dengan penyusunan bab-bab
selanjutnya, maupun merupakan masukan untuk lebih
mengoptimalkan penugasan konsultan sesuai dengan yang
diharapkan.
Berikut adalah beberapa tanggapan terhadap Kerangka Acuan
Kerja yang akan ditindaklanjuti pada bab/bagian lain dari
proposal teknis ini serta dalam penyusunan proposal biaya,
yaitu:
1.Materi Kerangka Acuan Kerja beserta lampiran-lampirannya
yang diberikan sudah memberikan uraian yang cukup jelas
dan bisa dimengerti serta diikuti.
2.Kualifikasi dan bidang keahlian personil (Tenaga Ahli dan
Tenaga Pendukung) serta jumlah personil dan jumlah Orang-
Bulan yang ditetapkan kerangka acuan kerja sudah memadai
untuk menghasilkan keluaran pekerjaan yang matang,
terencana dan efisien.
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong

3.Di dalam Kerangka Acuan Kerja beserta Berita Acara


Penjelasan/Aanwijzing, telah dilampirkan daftar
item/komponen pekerjaan lengkap dengan kuantitasnya,
sehingga memudahkan bagi konsultan dalam menyusun proposal
biaya
4.Sesuai dengan poin 2 dan 3, konsultan akan menyusun
penawaran biaya dengan cermat, realistis dan dapat
dipertanggung jawabkan sehingga biaya yang ditawarkan
konsultan untuk melaksanakan kegiatan ini tidak melampaui
Pagu Dana.

V.2. PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI

V.2.1.Umum
Secara umum yang dimaksud dengan perencanaan
turap/talud/bronjong meliputi kegiatan-kegiatan antara
lain : penentuan lokasi, alignment vertical dan horizontal
terkait dengan trase jalan, perhitungan dimensi dan bentuk,
metode konstruksi serta perhitungan biaya. Disiplin ilmu
yang terlibat antara lain struktur, hidrologi, geoteknik,
geodesi serta quantity surveyor. Agar perencanaan
menghasilkan struktur yang efisien dan ekonomis, ada
beberapa survey mendasar yang harus dilakukan, diantaranya :
1. Survey Topografi
2. Survey Hidrologi
3. Survey Penyelidikan Tanah dan Geologi

Pemilihan dan tingkat ketelitian survey yang dilakukan


sangat tergantung dari kondisi lahan serta besar kecilnya
proyek.

5.2.2.Diagram Alir
Di dalam melaksanakan pekerjaan ini agar menghasilkan hasil
perencanaan yang efisien, ekonomis dan selesai tepat waktu
sesuai dengan kontrak, maka kami menyusun alur pelaksanaan
pekerjaan seperti yang terlihat pada gambar di lembar
berikut ini :
Kami membagi menjadi 5 (lima) tahapan kegiatan dimana hasil
masing-masing tahapan akan merupakan acuan atau titik tolak
untuk tahapan berikutnya

Skema tahapan adalah sebagai berikut :


Diagram V1
Skema Tahapan Pekerjaaan
TAHPENDAHULUAN TAHAP PENGUMPULAN DATA TAHAP PRA-RANCANGAN TAHAP RENCANA DETAIL (DED) TAHAP AKHIR

SPMK Rencana
Analisa struktur
Geometrik
gravitasi dan dinamis
Jembatan

Survey Lapangan
- Administrasi Finalisasi - Topografi
bentang Perencanaan dimensi
Proyek - Hidrologi Laporan
- Mobilisasi jembatan Hasil dan pembesian struktur
- Geoteknik / Geologi
Personil Survey atas dan bawah
- Lalu Lintas Diskusi
- Penyusunan dengan
Finalisasi
Rencana Kerja Rencanaan detail Metode
material BPKS
- Persiapan Diskusi Diskusi
konstruksi
Penyusunan
Fasilitas struktur atas
dengan
laporan akhir dengan
BPKS dan Kompilasi
perencanaan BPKS
Perencanaan detail dan Analisa
Instansi / bangunan
fasilitas
Prakiraan Data
terkait
pelengkap
dimensi struktur Perbaikan
Tidak Tidak
atas jembatan
Survey Penyusunan spesifikasi
Penyusunan
khusus Diskusi dengan
Pendahuluan dokumen
Diskusi
Perhitungan BPKS
tender Perbaikan
dengan
pondasi BPKS
jembatan
- Rincian volume
dan Instansi
- Rincian RAB
terkait
Alternatif Design
Estimasi biaya - Bentang jembatan
Laporan Pembuatan gambar kerja - Altarnatif struktur
Survey dan detail-detail khusus atas Review
Pendahuluan - Altarnatif struktur Alternatif
bawah Design
Penyusunan
-Pemilihan material
spesifikasi - Alternatif Metode
umum ya
konstruksi
ya

USULAN TEKNIS
IV - 14
V.2.3. Perencanaan Teknis Turap/Talud/Bronjong

Pada pelaksanaan Perencanaan Teknis Jembatan pekerjaan yang


dilaksanakan adalah:
1. Pengumpulan dan Analisa Data Lapangan
a.Survey pendahuluan;
Survey pendahuluan atau reconnaissance survey meliputi
kegiatan pengumpulan data sekunder untuk dipergunakan
dalam pelaksanaan detail survey dan pengumpulan data
lainnya untuk melengkapi data survey detail dan
kebutuhan disain.
Survey Pendahuluan meliputi kegiatan-kegiatan antara
lain :
1. Melaksanakan konfirmasi dan koordinasi dengan
instansi terkait di daerah sehubungan dengan akan
dilaksanakan survey.
2. Mengumpulkan peta dasar berupa peta topografi skalan
1 : 250.000 s/d 1 : 25.000 peta pemanfaatan lahan
dengan skala yang ada, photo udara (jika memang
diperlukan) dan dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan gambar yang akan direncanakan.
3. Mengumpulkan informasi tentang :
 Harga satuan upah/bahan dasar dari Dinas PU Bina
Marga setempat.
 Harga satuan upah/bahan dasar dari proyek yang
sedang berjalan di sekitar lokasi pekerjaan.
 Posisi utilitas yang ada maupun rencana disekitar
lokasi.
 Data / curah hujan dan peil banjir.
 Bahan-bahan konstruksi yang tersedia dan lokasi
sumber material yang kemungkinan dapat dipakai
untuk konstruksi.
4. Menentukan titik-titik dan memasang patok-patok yang
diperlukan sebagai titik referensi pengukuran detail
topografi/geometrik dan penyelidikan tanah.
5. Mencatat lokasi-lokasi struktur yang memerlukan
penanganan lebih lanjut.
6. Menentukan lokasi yang untuk keperluan test-test
yang lebih detail.
7. Mempelajari lokasi jembatan dan daerah-daerah
sekitarnya serta membuat sketsa daerah rencana
jembatan dan disekitarnya.
8. Membuat Foto dokumentasi lapangan, yang meliputi :
 Kondisi jalan dari kedua arah yang berlawanan.
 Foto lokasi-lokasi tertentu yang dapat
menggambarkan kondisi lokasi jembatan.
 Lokasi Quarry.
9. Mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk
kemungkinan diperlukan pemasangan-pemasangan gorong-
gorong dan bangunan pelengkap lainnya.
10.Inventarisasi stasionstasion pengamat curah hujan
pada daerah rencana jembatan melalui stasion-stasion
pengamat yang telah ada ataupun pada jawatan
meteorologi setempat.
11.Menganalisa secara visual keadaan tanah dasar pada
lokasi jembatan.
12.Menyusun laporan survey pendahuluan yang antara lain
berisikan pekerjaan tahapan, rekomendasi dan arahan-
arahan untuk selanjutnya.

Diagram V-2
Rencana Kerja Survey Pendahuluan

Meninjau Rencana
Lokasi Jembatan

- Diskusi dengan Pimpro


- Menyiapkan kelengkapan Laporan Survey
administrasi untuk Pendahuluan
keperluan survey
Diskusi dan
mengumpulkan
informasi dari
instansi-instansi
terkait

Presentasi / Diskusi ke
Kesimpulan sebagai
PPK Jasa Konsultan SatKer
arahan pekerjaan
PKPBPBS
selanjutnya

b.Survey Topografi
A.Tujuan
Tujuan pengukuran topografi dalam pekerjaan ini adalah
mengumpulkan data koordinat dan ketinggian permukaan
tanah sepanjang rencana jembatan di dalam koridor yang
ditetapkan untuk penyiapan peta topografi dengan skala
1 : 1000 yang akan digunakan untuk perencanaan
geometrik jalan, serta 1 : 500 untuk perencanaan
jembatan dan penanggulangan longsoran.

B.Lingkup Pekerjaan
a. Pemasangan patok-patok
Patok-patok BM harus dibuat dari beton dengan ukuran
10 x 10 x 75 cm atau pipa pralon ukuran 4 inci yang
di isi dengan adukan beton dan di atasnya dipasang
neut dari baut, ditempatkan pada tempat yang aman,
mudah terlihat. Patok BM dipasang setiap 1 (satu) km
dan pada setiap lokasi rencana jembatan dipasang
minimal 3, masing-masing 1 (satu) pasang, di setiap
sisi sungai/alur dan 1 (buah) disekitar sungai yang
posisinya aman dari gerusan air sungai.
Patok BM dipasang/ditanam dengan kuat, bagian yang
tampak di atas tanah setinggi 20 cm, dicat warna
kuning, diberi lambang Prasarana Wilayah, notasi dan
nomor BM dengan warna hitam.
Patok BM yang sudah terpasang, kemudian di photo
sebagai dokumentasi yang dilengkapi dengan nilai
koordinat serta elevasi.
Untuk setiap titik poligon dan sifat datar harus
digunakan patok kayu yang cukup keras, lurus, dengan
diameter sekitar 5 cm, panjang sekurang-kurangnya 50
cm, bagian bawahnya diruncingkan, bagian atas
diratakan diben' paku, ditanam dengan kuat, bagian
yang masih nampak diberi nomor dan dicat wama
kuning. Dalam keadaan khusus, perlu ditambalikan
patok bantu. Untuk memudahkan pencarian patok,
sebaiknya pada daerah sekitar patok diberi tanda-
tanda khusus.
Pada lokasi-lokasi khusus dimana tidak mungkin
dipasang patok, misalnya di atas permukaan jalan
beraspal atau di atas permukaan batu, maka titik-
titik poligon dan sifat datar ditandai dengan paku
seng dilingkari cat kuning dan diberi nomor.
b. Pengukuran titik kontrol horizontal (apabila
menggunakan alat konvensional).
 Pengukuran titik kontrol horizontal dilakukan
dengan sistem poligon, dari semua titik ikat (BM)
harus dijadikan sebagai titik poligon.
 Sisi poligon atau jarak antar titik poligon
maksimum 100 meter, diukur dengan meteran atau
dengan alat ukur secara optis ataupun elektronis.
 Sudut-sudut poligon diukur dengan alat ukur
theodolit dengan ketelitian baca dalam detik.
Disarankan untuk menggunakan theodolit jenis T2
atau yang setingkat.
 Pengamatan matahari dilakukan pada titik awal dan
titik akhlr pengukuran dan untuk setiap interval 
5 km di sepanjang trase yang diukur. Apabila
pengamatan matahari tidak bisa dilakukan,
disarankan menggunakan alat GPS Portable (Global
Positioning System). Setiap pengamatan matahari
harus dilakukan dalam 2 seri (4 biasa dan 4 luar
biasa)
c. Pengukuran titik kontrol vertikal (apabila
menggunakan alat konvensional)
 Pengukuran ketinggian dilakukan dengan cara 2 kali
berdiri/pembacaan pergi-pulang.
 Pengukuran sifat datar harus mencakup semua titik
pengukuran (poligon, sifat datar, dan potongan
melintang) dan titik BM.
 Rambu-rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan
baik, berskala benar, jelas dan sama.
 Pada setiap pengukuran sifat datar harus dilakukan
pembacaan ketiga benangnya, yaitu Benang Atas
(BA), Benang Tengah (BT), dan Benang Bawah (BB),
dalam satuan milimeter. Pada setiap pembacaan
harus dipenuhi : 2 BT = BA + BB.
 Dalam satu seksi (satu hari pengukuran) harus
dalam jumlah slag (pengamatan) yang, genap
d. Pengukuran situasi (apabila menggunakan alat
konvensional)
 Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem
tachimetri, yang mencakup semua obyek yang
dibentuk oleh alam maupun manusia yang ada
disepanjang jalur pengukuran, seperti alur,
sungai, bukit, jenbatan, rumah, gedung dan
sebagainya.
 Dalam pengambilan data agar diperhatikan
keseragaman penyebaran dan kerapatan titik yang
cukup sehingga dihasilkan gambar situasi yang
benar. Pada lokasi-lokasi khusus (misalnya :
sungai, persimpangan dengan jalan yang sudah ada)
pengukuran harus dilakukan dengan tingkat
kerapatan yang lebih tinggi.
 Untuk pengukuran situasi harus digunakan alat
theodolit.
e. Pengukuran Penampang Melintang
Pengukuran penampang melintang harus dilakukan
dengan persyaratan sebagai berikut :
Interval Interval (m)
Lebar (m) Jembatan /
Kondisi
Koridor (m) Jalan Longsoran
baru
- Datar, landai, dan 75 + 75 50 25
lurus
- Pegunungan 75 + 75 25 25
Interval Interval (m)
Lebar (m) Jembatan /
Kondisi
Koridor (m) Jalan Longsoran
baru
- Tikungan 50 (luar) + 25 25
100 (dalam)
Untuk pengukuran penampang melintang harus digunakan alat
theodolit (apabila menggunakan alat konvensional).

f. Pengukuran pada perpotongan rencana trase jembatan


dengan sungai atau jalan :
 Koridor pengukuran ke arah hulu dan hilir masing-
masing minimum 200 m dari perkiraan garis
perpotongan atau daerah sekitar sungai
(hulu/hilir) yang masih berpengaruh terhadap
keamanan jembatan dengan interval pengukuran
penampang melintang sungai sebesar 25 meter.
 Koridor pengukuran searah rencana trase jembatan
masing-masing minimum 100 in dari garis tepi
sungai/jalan atau sampai pada garis pertemuan
antara oprit jembatan dengan jalan dengan interval
pengukuran penampang melintang rencana trase jalan
sebesar 25 meter.
 Pada posisi lokasi jembatan interval pengukuran
penampang melintang dan memanjang baik terhadap
sungai mauqun jalan sebesar 10 m, 15 m, dan 25 m.
Pengukuran situasi lengkap menampilkan segala obyek
yang dibentuk alam maupun manusia disekitar
persilangan tersebut.

C.Persyaratan
1. Pemeriksaan dan koreksi alat ukur (apabila
menggunakan alat Konvensional)
Sebelum melakukan pengukaran, setiap alat ukur
yang akan digunakan harus diperiksa dan dikoreksi
sebagai berikut :
a. Pemeriksaaan theodolit
 Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak
dan nivo tabung.
 Sumbu 11 tegak lurus sumbu 1.
 Garis bidik tegak lurus sumbu II
 Kesalahan kolimasi horizontal = 0.
 Kesalalian indeks vertikal = 0.
b. Pemeriksaan alat sifat datar :
 Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak
dan nivo tabung.
 Garis bidik harus sejajar dengan garis arah
nivo.
Hasil pemeriksaan dan koreksi alat ukur
harus dicatat dan dilampirkan dalam laporan.
2. Ketelitian dalam Pengukuran (apabila menggunakan
alat konvensional)
Ketelitian untuk pengukuran poligon adalah sebagai
berikut :
a. Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah 10
n ; (n adalah jumlah titik poligon dari
pengamatan matahari pertama ke pengamatan
matahari selanjutnya atau dari pengukuran GPS
pertama ke pengukuran GPS berikutnya).
b. Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih dan'
5".
3. Perhitungan (apabila menggunakan alat
konvensional)
 Pengamatan Matahari
Dasar perhitungan pengamatan matahari harus
mengacu pada tabel almanak matahari yang
diterbitkan oleh Direktorat Topografi TNT-AD
untuk tahun yang sedang berjalan dan harus
dilakukan di lokasi pekerjaan
 Pengamatan Koordinat
Perhitungan koordinat poligon dibuat setiap
seksi, antara pengamatan matahari yang satu
dengan pengamatan berikutnya. Koreksi sudut
tidak boleh diberikan atas dasar nilai rata-
rata, tapi harus diberikan berdasarkan panjang
kaki sudut (kaki sudut yang lebih pendek
mendapatkan koreksi yang lebih besar), dan
harus dilakukan di lokasi pekejaan.
 Perhitungan Sifat Datar
Perhitungan sifat datar harus dilakukan hingga
4 desimal (ketelitian 0,5 mm), dan harus
dilakukan kontrol perhitungan pada setiap
lembar perhitungan dengan menjumlahkan beda
tingginya.
 Perhitungan Ketinggian Detail
Ketinggian detail dihitung berdasarkan
ketinggian patok ukur yang dipakai sebagai
titik pengukuran detail dan dihitung secara
tachimetris.
 Seluruh perhitungan sebaiknya menggunakan
sistem komputerisasi
4. Penggambaran
 Penggambaran poligon harus dibuat dengan skala
I : 1.000 untuk jalan dan 1:500 untuk jembatan.
 Garis-garis grid dibuat setiap 10 cm.
 Koordinat grid terluar (dari gambar) harus
dicantumkan harga absis (x) dan ordinat (y)-
nya.
 Pada setiap lembar gambar dari/atau setiap 1
meter panjang gambar harus dicantumkan petunjuk
arah Utara.
 Penggambaran titik poligon harus berdasarkan
hasil perhitungan dan tidak boleh dilakukan
secara grafis.
 Setiap titik ikat (BM) agar dicantumkan nilai
X,Y,Z-nya dan diberi tanda khusus.
Semua hasil perhitungan titik pengukuran detail,
situasi, dan penampang melintang harus
digambarkan pada gambar polygon, sehingga
membentuk gambar situasi dengan interval garis
ketinggian (contour) untuk yang tebing aman
sedangkan untuk daerah datar 0,25 meter. Semua
gambar topographi harus disajikan dengan
menggunakan software komputer.

c. Survey Geologi dan Geoteknik

A. Tujuan
Tujuan penyelidikan geologi dan geoteknik dalam
pekerjaan ini adalah untuk melakukan pemetaan
penyebaran tanah/batuan dasar termasuk kisaran tebal
tanah pelapukan, memberikan informasi mengenai
stabilitas tanah, menentukan jenis dan karakteristik
tanah untuk keperluan bahan jalan dan struktur, serta
mengidentifikasi lokasi sumber bahan termasuk
perkiraan kuantitasnya. Sangat disarankan untuk
menggunakan Geoguide bilamana terdapat suatu kondisi
tanah dasar yang lunak (Soft Soil)

B. Lingkup Pekerjaan
1. Penyelidikan Geologi
Penyelidikan meliputi pemetaan geologi permukaan
detail dengan peta dasar topografi skala 1:250.000 s/d
skala 1:100.000. Pencatatan kondisi geoteknik
disepanjang rencana trase jalan untuk setiap jarak 500
- 1000 meter dan pada lokasi jembatan.
a. Penyelidikan lapangan
Meliputi pemeriksaan sifat tanah (konsistensi,
Jenis tanah, warna, perkiraan prosentase butiran
kasar/halus) sesuai dengan Metoda USCS.

b. Pemetaan
Jenis batuan yang ada disepanjang trase jalan
dipetakan, batas-batasnya ditetapkan dengan jelas
sesuai dengan data pengukuran untuk selanjutnya
diplot dalam gambar rencana dengan skala 1:2000
ukuran A3. Pemetaan mencakup jenis struktur
geologi yang ada antara lain : sesar/patahan,
kekar, perlapisan batuan, dan perlipatan.
Lapukan batuan dianalisis berdasarkan pemeriksaan
sifat fisik/kimia, kemudian hasilnya diplot di atas
peta geologi teknik termasuk didalamnya pengamatan
tentang : gerakan tanah, tebal pelapukan tanan
dasar, kondisi drainase alami, pola aliran air
permukaan dan tinggi muka air tanah, tata guna
lahan, kedalaman (apabila rencana trase jalan
tersebut harus melewati (daerah rawa).

2. Penyelidikan Geoteknik
Kegiatan penyelidikan geoteknik meliputi :
a. Pengambilan contoh tanah dari sumuran uji
Pengambilan contoh tanah dari sumuran uji 25 - 40
kg untuk setiap contoh tanah. Setiap contoh tanah
harus diberi identitas yang jelas (nomor sumur
uji, lokasi, kedalaman). Penggalian sumuran uji
dilakukan pada setiap jenis satuan tanah yang
berbeda atau maksimum 5 km bila jenis tanah sama,
dengan kedalaman 1-2 m. Setiap sumuran uji yang
digali dan contoh tanah yang diambil harus
difoto. Dalam foto harus terlihat jelas identitas
nomor sumur uji, dan lokasi. Ukuran test pit
panjang 1,5 m (Utara-Selatan) lebar 1,0 m, Log
sumuran uji digambarkan dalam 4 bidang, dengan
diskripsi yang lengkap dan 1 kolom untuk unit
satuan batuan.
b. Pengambilan contoh tanah tak terganggu
Pengambilan contoh tanah tak terganggu dilakukan
dengan cara bor tangan menggunakan tabung contoh
tanah ("split tube" untuk tanah keras atau
"piston tube" untuk tanah lunak). Setiap contoh
tanah harus diberi identitas yang jelas (nomor
bor tangan, lokasi, kedalaman). Pemboran tangan
dilakukan pada setiap lokasi yang diperkirakan
akan ditimbun (untuk perhitungan penurunan)
dengan ketinggian timbunan lebih dari 4 meter dan
pada setiap lokasi yang diperkirakan akan digali
(untuk perhitungan stabilitas lereng) dengan
kedalaman galian lebih dari 6 meter; dengan
interval sekurang - kurangnya 100 meter dan/atau
setiap perubahan jenis tanah dengan kedalaman
sekurang-kurangnya 4 meter. Setiap pemboran
tangan dan contoh tanah yang diambil harus
difoto. Dalam foto harus terlihat jelas
identitas nomor bor tangan, dan lokasi. Semua
contoh tanah harus diamankan baik selama
penyimpanan di lapangan maupun dalam pengangkutan
ke laboratorium.
c. Pemboran Mesin (dilakukan untuk perencanaan pondasi
jembatan).
Pemboran mesin dilaksanakan dengan ketentuan-
ketentuan berikut
1. Pada dasarnya mengacu pada ASTM D 2113-94
2. Pendalaman dilakukan dengan menggunakan sistem
putar (rotary drilling) dengan diameter mata
bor minimum 75 mm.
3. Putaran bor untuk tanah lunak dilakukan dengan
kecepatan maksimum 1 putaran per detik.
4. Kecepatan penetrasi dilakukan maksimum 30 mm
per detik
5. Kestabilan galian atau lubang bor pada daerah
deposit yang lunak dilakukan dengan menggunakan
bentonite (drilling mud) atau casing dengan
diameter minimum 100 mm
6. Apabila drilling mud digunakan pelaksana harus
menjamin bahwa tidak terjadi tekanan yang
berlebih pada tanah
7. Apabila casing digunakan, casing dipasang
setelah mencapai 2 m atau lebih. Posisi dasar
casing minimal berjarak 50 cm dari posisi
pengambilan sampel berikutnya
8. Untuk jembatan bentang tunggal minimal setiap
titik abutment sedang untuk bentang jamak
minimal 2 pien satu titik bor
d. Pemboran Tangan (perencanaan jalan baru atau
pelebaran jalan  1 lajur). Pemboran tangan
dilakukan dengan mengacu pada ASTM D 4719, untuk
jalan baru atau pelebaran jalan lebih dari satu
lajur maka dilakukan pengeboran setiap interval 1
Km.
e. Pengujian Kompaksi Batu Gamping
Suatu studi untuk menilal kelayakan batu gamping
sebagai bahan timbunan dilakukan dengan
memperhatikan :
 Perilaku pemadatan laboratorium.
 Persyaratan material untuk timbunan termasuk
yang berkaitan dengan kekuatan dan konsistensi
material.
 Sifat kimia yang berkaitan dengan pengaruh
lingkungan dan air terhadap durabilitas kinerja
timbunan.
f. Sondir (Pneutrometer Static)
Sondir dilakukan untuk mengetahui kedalaman
lapisan tanah keras, menentukan lapisan-lapisan
tanah berdasarkan tahanan ujung konus dan daya
lekat tanah setiap kedalaman yang diselidiki,
alat ini hanya dapat digunakan pada tanah
berbutir halus, tidak boleh digunakan pada daerah
aluvium yang mengandung komponen berangkal dan
kerakal serta batu gamping yang berongga, karena
hasilnya akan memberikan indikasi lapisan tanah
keras yang salah.
Ada dua macam alat sondir yang digunakan
1. Sondir ringan dengan kapasitas 2,5 ton
2. Sondir berat dengan kapasitas 10 ton
Pembacaan dilakukan pada setiap penekanan pipa
sedalam 20 cm, pekerjaan sondir dihentikan
apabila pembacaan pada manometer berturut-turut
menunjukan harga >150 kg/cm 2, alat sondir
terangkat keatas, apabila pembacaan manometer
belum menunjukan angka yang maksimum, maka alat
sondir perlu diberi pemberat yang diletakkan pada
baja kanal jangkar.
Hasil yang diperoleh adalah nilai sondir (qc)
atau perlawanan penetrasi konus dan jumlah
hambatan pelekat (JHP). Grafik yang dibuat adalah
perlawanan penetrasi konus (qc) pada tiap
kedalaman dan jumlah hambatan pelekat (JHP)
secarakumulatif.
Untuk jembatan bentang tunggal minimal setiap
titik abutment sedang untuk bentang jamak minimal
2 pien satu titik bor

3. Lokasi Quarry
 Penentuan lokasi quarry baik untuk perkerasan
jalan, struktur jembatan, maupun untuk bahan
timbunan (borrow pit) diutamakan yang ada
disekitar lokasi pekerjaan. Bila tidak dijumpai,
maka harus menginformasikan lokasi quarry lain
yang dapat dimanfaatkan.
 Penjelasan mengenal quarry meliputi jenis dan
karakteristik bahan, perkiraan kuantitas, jarak
ke lokasi pekerjaan, serta kesulitan-kesulitan
yang mungkin timbul dalam proses penambangannya,
dilengkapi dengan foto-foto.

C. Persyaratan
a. Pengujian Lapangan
Metoda pekerjaan lapangan lainnya harus sesuai
dengan persyaratan seperti yang dijelaskan pada
Tabel 1 pengujian lapangan pada berikut :

No. Pengujian Acuan Keterangan


1. Resistivyti ASTM G57 – 78
2. Standard ASTM D1586 – Pada daerah
Penetration Test 94 rencana
termasuk Split jembatan,
Spoon Sampling harus mencapai
kedalaman
lapisan keras
3. Stand Pipe AASHTO T252 –
84

b. Pekerjaan Laboratorium
Pekerjaan Laboratorium dilaksanakan sesuai
ketentuan yang tercantum pada Tabel 2 berikut :

Tabel 2 Spesifikasi Pengujian Tanah di Laboratorium


No Pengujian Acuan Keterangan
.
SIFAT INDEKS
1. Kadar air ASTM D 2216 – 92
2. Batas susut ASTM D 427 – 93
3. Batas plastik ASTM D 4318 – 93 - Fresh Condition
4. Batas cair SK-SNI M–07–1989– - oven dried 1000C
F
5. Analisa SNI–03–3423– 1994
saringan
6. Berat jenis ASTM D 854 – 92 Gunakan Wet method
7. Berat isi SNI–1742–1989
8. SIFAT KUAT
GESER TANAH
9. Direct Shear SNI–03–2813– 1992 - Fresh sample dengan
No Pengujian Acuan Keterangan
.
penjenuhan
ASTM D 3080 – 90 - Fresh sample tanpa
penjenuhan
- Fresh sample dioven
700C selama
satu hari
SIFAT
PEMAMPATAN
TANAH
10 Swelling ASTM D 4546 – 90 - Fresh Condition
. - Dioven 400C dan 700C
selama satu
hari
KEPADATAN
11 Pemadatan
.
SIFAT
KELULUSAN
12 Permeabilitas K.H. Head, Vol. Manual of Soil
. 2, 1984 Laboratory Testing.
Gunakan metode Falling
Head

d.Survey Lalu Lintas

A. Tujuan
Survey lalu lintas bertujuan untuk mengetahui kondisi
lalu lintas, kecepatan kendaraan rata-rata, serta
menginventarisasi jumlah setiap jenis kendaraan yang
melewati ruas jalan tertentu dalam satuan waktu, sehingga
dapat dihitung lalu lintas harian rata-rata sebagai dasar
perencanaan selanjutnya.
Untuk proyek ini survey lalu lintas hanya berdasarkan
data data sekunder saja.

e.Survey Perkerasan Jalan

A. Tujuan
Survey Perkerasan Jalan ini bertujuan untuk mengetahui
data struktural perkerasan yang ada, dengan meliputi
lendutan suatu konstruksi jalan, kekasaran jalan, daya
dukung tanah dasar dan susunan/lapisan perkerasan.
Untuk proyek ini survey perkerasan jalan hanya
berdasarkan data data sekunder saja.
f.Inventarisasi Jalan dan Jembatan

A. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan data
secara umum mengenai kondisi perkerasan maupun kondisi
jembatan yang terdapat pada ruas jalan yang ditinjau.

B. Lingkup Pekerjaan
a. Inventarisasi Jalan
Pemeriksaan dilakukan dengan mencatat kondisi rata-rata
setiap 200 m yang tercatat selama berkendaraan. Untuk
kondisi tertentu yang memerlukan data yang lebih rapat,
interval jarak dapat diperpendek .
Data yang harus diperoleh dari pemeriksaan ini adalah:
1. Lebar perkerasan yang ada dalam meter.
2. Jenis bahan perkerasan yang ada, misalnya AC, HRS,
Lasbutag, Penetrasi Macadam dan lain - lain.
3. Kondisi daerah samping jalan serta sarana utilitas
yang ada seperti saluran samping, gorong-gorong,
bahu, berm, kondisi drainase samping, jarak
pagar/bangunan pendukung/tebing kepinggir perkerasan.
4. Lokasi awal dan akhir pemeriksaan harus jelas dan
sesuai dengan lokasi yang ditentukan untuk jenis
pemeriksaan lainnya.
b. Inventarisasi Jembatan
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan
informasi mengenai existing jembatan yang terdapat pada
ruas jalan yang ditinjau.
Informasi yang harus diperoleh dari pemeriksaan ini
adalah sebagai berikut
1. Nama, lokasi, tipe dan kondisi jembatan.
2. Dimensi jembatan yang meliputi bentang, lebar ruang
bebas dan jenis lantai.
3. Perkiraan volume pekerjaan bila diperlukan pekerjaan
perbaikan atau pemeliharaan.
4. Data yang diperoleh dicatat dalam satu format yang
standar.
5. Foto dokumentasi minimum 2 (dua) lembar untuk setiap
jembatan yang diambil dari arah memanjang dan
melintang. Foto ditempel pada format yang standar.
2. Perencanaan Geometri dan Alinyemen Jembatan
a. Kendala alinyemen horisontal dan vertical;
b. Kendala geoteknik;
c. Profil topografi;
d. Kendala di bawah lintasan atau sungai/laut;
e. Kebutuhan tinggi bebas vertikal.
3. Penentuan Bentang dan Lebar Jembatan
a. Profil topografi;
b. Teknolgi konstruksi (kemudahan dalam pelaksanaan);
c. Faktor ekonomis;
d. Kebutuhan lalu lintas berdasarkan hasil survai lalu
lintas;
e. Prediksi lalu lintas masa depan;
f. Kemungkinan dan kemudahan pelebaran jembatan pada masa
akan datang.
4. Pemilihan Bentuk Struktur Jembatan
a. Kendala geometri;
b. Kendala material dan ketersediaannya;
c. Kecepatan pelaksanaan;
d. Kesulitan perencanaan dan pelaksanaan;
e. Pemeliharaan jembatan;
f. Biaya konstruksi.
5. Perencanaan Struktur Bawah Jembatan
Struktur bangunan bawah harus direncanakan secara benar
terhadap aspek kekuatan dukung dan stabilitas, sebagai
akibat beban struktur atas dan tekanan tanah vertikal
ataupun horisontal dan harus mengikuti aturan-aturan yang
ditentukan dalam Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge
Design Code) BMS ’92, faktor-faktor yang perlu
diperhatikan adalah:
a. Struktur bawah jembatan harus direncanakan untuk
menanggung beban struktur atas melalui komponen
tumpuan, yang sudah merupakan kombinasi terbesar dari
semua beban struktur atas, beserta beban-beban yang
bekerja pada struktur bawah yaitu: tekanan tanah
lateral, gaya-gaya akibat aliran air, tekanan air,
gerusan, tumbukan serta beban-beban sementara lainnya
yang dapat bekerja pada komponen struktur bawah.
b. Kekuatan struktur bawah harus ditentukan berdasarkan
analisis struktur dan cara perencanaan kekuatan yang
ditetapkan di dalam peraturan yang berhubungan dengan
material yang digunakan.
c. Perletakan jembatan harus direncanakan berdasarkan
asumsi yang diambil didalam modelisasi struktur dengan
memperhatikan kekuatan dan kemampuan deformasi komponen
perletakan seperti karet elastomer yang mengacu kepada
SNI 03-4816-1998 “Spesifikasi bantalan karet untuk
perletakan jembatan”.
d. Deformasi yang potensial terjadi khususnya penurunan
harus diperhatikan didalam perencanaan struktur bawah.
Penurunan harus diantisipasi dan dihitung dengan cara
analisis yang benar berdasarkan data geoteknik yang
akurat, dimana pengaruh dari potensial penurunan
diferensial dari struktur bawah, bila ada harus
diperhitungkan dalam perencanaan struktur atas.
e. Jika gerusan dapat mengakibatkan terkikisnya sebagian
tanah timbunan di atas atau di samping suatu bagian
struktur bawah jembatan maka pengaruh stabilitas dari
massa tanah harus diperhitungkan secara teliti.
f. Umur layan rencana struktur bawah harus direncanakan
berdasarkan perilaku jangka panjang material dan
kondisi lingkungan khususnya bila berada dibawah air
yang diaplikasikan pada rancangan komponen struktur
bawah khususnya selimut beton, permeabiitas beton atau
tebal elemen baja terhadap resiko korosi ataupun
potensi degradasi material.
Bangunan bawah jembatan terdiri dari :
 Kepala jembatan (Abutment)
 Pilar (Pier)
 Pondasi

1. Abutments
Abutment jembatan terletak pada ujung dari jembatan.
Fungsi abutment adalah :
1. Mentransfer beban dari struktur atas ke pondasi.
2. Sebagai dinding penahan tanah.
3. Menahan gerusan (scouring) jika jembatan terletak
pada sungai.

Bagian – bagian dari abutment adalah sebagai berikut :


BACK/PARAPET WALL
BEARING PAD

WING TIMBUNAN
WALL

DINDING
ABUTMENT

FOOTINGS

2. Pier
Dimasa lampau, pemilihan bentuk pier yang dilakukan ahli
struktur jembatan lebih cenderung dengan pertimbangan
fungsional, estetika bentuk pier dilakukan hanya
berdasarkan intuisi. Namun dewasa ini, estetika dari
sebuah jembatan seharusnya melibatkan tenaga ahli yang
berkompeten, misalnya arsitektur. Pemilihan bentuk,
warna, pencahayaan dan proporsional.
Secara keseluruhan akan membentuk struktur jembatan yang
indah dan selaras dengan lingkungan.
Untuk acuan awal dimensi dari bentuk-bentuk pier dapat dilihat
pada lembar berikut ini :
8-10 M
1M

SLOPE
1:6
0.75 M

8-10 M
1M

SLOPE 0.75 M
1:6
0.75 M
PIER BENTUK HAMMER
H
0.3H 0.4H 0.3H

0.7 M
0.15H

SLOPE V
1:12

H
Untuk ratio  2,25 Single Hammer
V
H
0.2H 0.1H 0.4H 0.1H 0.2H

0.7 M 0.1H

H
Untuk 2,25   3 max H = 12 m
V
6. Perencanaan Pondasi Jembatan
Struktur bangunan bawah harus direncanakan secara benar
terhadap aspek
kekuatan dukung dan stabilitas, sebagai akibat beban
struktur atas dan beban
struktur atas dan harus mengikuti aturan-aturan yang
ditentukan dalam Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge
Design Code) BMS ’92, faktor-faktor yang perlu
diperhatikan adalah:
a. Analisis dapat dilakukan terpisah atau terintegrasi
dengan analisis struktur jembatan. Penggunaan paket
software komersil, harus dilakukan validasi terlebih
dahulu dengan menggunakan contoh dari text book dan
dicek secara manual untuk mendapatkan keyakinan.
b. Pondasi jembatan pada umumnya dapat dipilih dari jenis:
1) Pondasi dangkal/pondasi telapak
2) Pondasi caisson
3) Pondasi tiang pancang (jenis end bearing atau
friction)
4) Pondasi Tiang Bor
5) Pondasi jenis lain yang dianggap sesuai
c. Penentuan jenis dan kedalaman pondasi dilakukan
berdasarkan kondisi lapisan tanah dan kebutuhan daya
dukung untuk struktur bawah serta batasan penurunan
pondasi. Secara umum kondisi dan kendala lapangan yang
harus dipertimbangkan adalah:
1. Pembebanan dari struktur jembatan
2. Daya dukung pondasi yang dibutuhkan
3. Daya dukung dan sifat kompresibilitas tanah atau
batuan
4. Penurunan yang diijinkan dari struktur atas/bawah
jembatan
5. Tersedianya alat berat dan material pondasi
6. Stabilitas tanah yang mendukung pondasi
7. Kedalaman permukaan air tanah
8. Perilaku aliran air tanah
9. Perilaku aliran air sungai serta potensi gerusan dan
sedimentasi
10. Potensi penggalian atau pengerukan di kemudian
hari yang berdekatan dengan pondasi
d. Khususnya untuk penggunaan pondasi tiang, penentuan
jenis dan panjang tiang harus dilakukan berdasarkan
kondisi lapangan di lokasi rencana jembatan, khususnya
kondisi planimetri serta berdasarkan atas evaluasi yang
cermat dari berbagai informasi karakteristik tanah yang
tersedia, perhitungan kapasitas statik vertikal dan
lateral, dan/atau berdasarkan riiwayat/pengalaman
sebelumnya.

Hasil dari analisis mendalam dengan pertimbangan di atas


akan menghasilkan tipe pondasi yang stabil, tidak
membahayakan bangunan sekitar dan ekonomis.
Dewasa ini material pondasi terbatas pada beton atau
baja, sementara tipe pondasi sangat bervariasi terutama
pada pondasi dalam.

Diagram V-3
Tipe-tipe pondasi yang lazim dilaksanakan.
Pondasi Telapak
Pondasi Dangkal
Pondasi Lajur Tiang Pra-cetak/
Tiang Pancang
Pondasi Tiang

Tiang Bor
Pondasi Dalam

Open Caisson
Pondasi Caisson
Pneumatic Caisson

Jenis pondasi sangat tergantung dari kedalaman layer


tanah yang akan di pilih sebagai bearing layer. Di bawah
ini adalah diagram kedalaman tanah pendukung dengan jenis
pondasi yang dapat dilaksanakan.

Kedalaman Bearing
Layer (m) 50 > 60
10 20 30 40
Pondasi Dangkal
Pipa baja
Pondas Profil H
i Baja
Tiang Precast
Bore
Caisso Open
Pneumatic
n
Pondas
i

Fungsi utama dari pondasi adalah mentransfer beban-beban


dari struktur atas ke layer tanah pendukung. Sehingga
struktur pondasi harus mempunyai kekakuan dan kekuatan
yang memadai.
Hal-hal yang harus di kontrol untuk berbagai pondasi
adalah sebagai berikut :
Jenis Item Daya Dukung Guling Geser
Pondasi
Defleksi
Vertika Horisonta
Horisonta
l l
l
Pondasi Dangkal     
Pondasi Caisson     
Pondasi Tiang     
Defleksi horizontal dibatasi 1% dari lebar pondasi,
tetapi tidak boleh lebih dari 5 cm. Khusus untuk pondasi
tiang, defleksi horizontal dibatasi tidak lebih dari 1,5
cm. Pembatasan defleksi horizontal dimaksudkan agar
defleksi yang terjadi pada pondasi masih berada di dalam
batas elastik, sehingga stabilitas pondasi tetap terjaga.

Diagram IV-4
Alir Pemilihan Jenis Pondasi

Survey Detail - Reaksi struktur atas


(*) - Konisi struktur atas

Penentuan layer tanah pendukung


(Bearing Layer)

Jenis pondasi Tidak


tidak perlu B
aplicable
dipelajari
Aplicable
Jenis pondasi yang
perlu dipelajari

Tidak Aplicable
C G
aplicable

Tidak
Aplicable
Tidak aplicable Aplicable
D G
aplicable
Tidak
aplicable
Aplicable
Tidak Aplicable
E G
aplicable
Tidak
aplicable
Aplicable Aplicable
Tidak
F G
aplicable
Tidak
aplicable

Jenis pondasi yang perlu didesain untuk


Pondasi tersebut tidak
bahan-bahan perbandingan
perlu di desain alternatif

Preliminary Desain

Altenatif tidak Tidak dilakukan


H terbaik detail desain
Altenatif terbaik

Detail Desain

) Keterangan Notasi Pada Diagram Alir Pemilihan Jenis


Pondasi
* : Terdiri dari survey penyelidikan tanah,
topografi, hidrologi, dan sebagainya yang dapat
mempengaruhi pemilihan pondasi.
A : Analisa data tanah
B : Pemilihan jenis pondasi yang sesuai dengan
kondisi layer tanah yang dipilih sebagai
bearing layer.
C,D,E, : Analisis berbagai pertimbangan seperti : metode
F pelaksanaan kondisi lingkungan, akses ke site
dan sebagainya.
G : Kemungkinan adanya perbaikan-perbaikan dan
perubahan-perubahan dan sebagainya.
H : Membuat matriks untuk mendapatkan alternative
terbaik.

7. Perencanaan Struktur Atas Jembatan


Perencanaan struktur atas jembatan harus direncanakan
sesuai dengan aturanaturan yang ditentukan dalam Peraturan
Perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS ’92 atau
peraturan lain yang relevan yang disetujui oleh pemberi
tugas.
Bangunan atas terdiri dari :
 Lantai kendaraan
 Sistem yang menopang lantai tersebut, misal : Girder,
Rangka, Kabel, dan sebagainya.
Elemen-elemen bangunan atas antara lain terdiri :
1. Elemen yang mentransfer beben lalu lintas ke bangunan
bawah, umumnya paralel / sejajar dengan sumbu
longitudinal jembatan. Elemen ini disebut struktur
utama jembatan.
2. Elemen yang mentransfer tekanan / gaya dari beban lalu
lintas ke elemen struktur utama jembatan. Elemen ini
terletak tegak lurus terhadap sumbu jembatan dan
menghubungkan struktur utama jembatan dalam arah
transversal.
3. Elemen yang mentransfer beban-beban horizontal akibat
gaya angin dan gaya centrifugal. Elemen ini terletak
pada bidang horizontal, biasanya pada bidang sayap dari
struktur utama jembatan. Elemen ini disebut ikatan
angin
Prinsip-prinsip dasar untuk perencanaan struktur jembatan
adalah Limit States atau Rencana Keadaan Batas, dengan
memperhatikan beberapa faktor berikut ini:
a. Pembebanan pada struktur atas jembatan harus dihitung
berdasarkan kombinasi dari semua jenis beban yang
secara fisik akan bekerja pada komponen struktur
jembatan.
b. Kekuatan struktur atas jembatan harus direncanakan
berdasarkan analisis struktur dan cara perhitungan
gaya-gaya dalam yang ditetapkan di dalam standar/
peraturan yang disebut diatas dan khususnya berhubungan
dengan material yang dipilih.
c. Deformability, lawan lendut dan lendutan dari struktur
atas jembatan harus dihitung dengan cermat, baik untuk
jangka pendek maupun jangka panjang agar tidak
melampaui nilai batas yang diijinkan oleh
standar/peraturan yang digunakan.
d. Umur layan jembatan harus direncanakan berdasakan
perilaku jangka panjang material dan kondisi lingkungan
di lokasi jembatan yang diaplikasikan pada rencana
komponen struktur jembatan khususnya selimut beton,
permeabilitas beton, atau tebal elemen baja, terhadap
resiko korosi ataupun potensi degradasi meterial.

Pada dasarnya jenis bangunan atas dapat diklasifikasikan


menjadi jenis-jenis sebagai berikut :
1. Slab
2. Girder : balok atau box
3. Arch
4. Cable Stayed
5. Suspension
Masing-masing jenis jembatan diatas mempunyai varian-
varian tersendiri, sesuai dengan material (baja, beton,
composit), metode erection dan lain sebagainya.

Tabel dibawah ini menunjukan range bentang dengan berbagai


jenis jembatan.
Type Material Range Bentang (m)
Slab Beton 0 – 12
Beton 12 – 210
Girder
Baja 30 – 300
Truss Baja 90 – 550
Beton 90 – 130
Arch Rib
Baja 120 – 370
Arch Truss Baja 240 – 520
Beton 90 – 450
Cable Stayed
Baja 90 – 600
Suspension Baja 300 – 1400

Pemilihan Jenis Bangunan Atas harus mempertimbangkan


faktor-faktor:
1. Bentuk serta sifat dari sungai
2. Karakteristik tanah / geologi
3. Volume lalu lintas
4. Keperluan navigasi
5. Kondisi iklim
6. Data-data hidrologi
7. Bahan konstruksi yang tersedia
8. Kemampuan sumber daya manusia
9. Akses ke site dan ruang kerja yang tersedia untuk
pelaksanaan
10. Maintenance
11. Aspek Finansial
12. Jangka waktu pelaksanaan
13. Aspek Estetika

Untung rugi masing-masing tipe jembatan terkait dengan


berbagai faktor diatas harus dianalisis secara teliti
sehingga akan menghasilkan bangunan atas yang paling tepat
untuk dilaksanakan.
Secara lebih terinci, pada lembar berikut disajikan
sketsa berbagai varian dari jenis jembatan serta tabel
yang menunjukan panjang bentang untuk masing-masing jenis
jembatan. Sketsa dan tabel yang dimaksud diatas berbagi
atas baja dan beton.
Uraian Pendekatan dan Metodologi

JENIS JEMBATAN BETON


Erection Type of Concrete Bridge Span Length ( m )
10 20 50 100 150 200 300
Method
I Beam
Simple Beam T Beam
Beam

Hollow Beam
Continuous T Beam
Beam
Precast

T Beam
Simple Beam Composite I
Beam
Continuous T Beam
Beam
Slab
Falsework Fixed

Simple Beam T Beam


Box Beam
Slab
Continuous T Beam
Beam Box Beam

Slab
Movable Continuous
T Beam
Falsework Beam
Box Beam
Incremental Continuous
Box Beam
Launching Girder
One Hinge Box Beam
Cantileverin Rigid Frame
g Continuous Box Beam
Girder
Others Arch Slab
Truss

USULAN TEKNIS IV - 39
Uraian Pendekatan dan Metodologi

Rigid Frame
Suspended Slab T Beam
Br.
Cable Stayed Box Girder
Br.
Suspension Br.

JENIS JEMBATAN BAJA


Span Length (m)
Type of Steel Bridge 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 250 500 1000
Simple Composite
Girder

Rolled H Beam
Simple Composite
Plate Girder
Simple Composite
Plate

Box Girder
Continuous Non
Composite Plate
Girder
Continuous Non
Composite Box
Girder
Continuous
Composite Plate
Girder
Steel Plate Deck
Box Girder
Rigid Frame
Simple Truss
Truss

Continuous
(Cantilever) Truss
Langer Girder
Inversed Langer
Girder

USULAN TEKNIS IV - 40
Uraian Pendekatan dan Metodologi

Lohse Girder

Type
Inversed Lohse
Girder
Longer Truss
Arch

Trussed Langer
Girder
Nielsen Type
Arch
Cable Stayed Bridge
Suspension Bdge

USULAN TEKNIS IV - 41
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong

8. Perencanaan Jalan Pendekat


Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong

No. System Struktur Prakiraan Dimensi


A. Concrete
1. Simple Span Reinforced  1 1 
H =    L
Concrete Beam  11 15 
2. Simple Span Prestressed  1 1 
Concrete Beam H =    L
 15 20 
3. Cantilever and continuous,  1 1 
h =    L
prestressed concrete beam,  40 70 
erected by the cantilever
 1 1 
method H =    L
 12 17 
4. Statically determined and  1 1 
h =    L
statically in determined  40 60 
prestressed bridges, erected
 1 1 
by cantilever method H =    L
 15 20 
5. Three hinged arches 1 1
f =    L
6 8
1
d = L
50
6. Bridge with the traffic in 1 1
the middle of arches f =    L
 4 5
1
d = L
60
7. Arches with rigid tie 1
f = L
5
1
d = L
35
8. Arch – Cantilever bridge deck 1
f = L
type 10
1
d = L
50
B. Composite Deck
1. Simple beams  1 1 
h =    L
 15 20 
2. Continuous beams two spans  1 1 
h =    L
 20 25 
3. Three and multiple spans  1 1 
h =    L
 35 50 
C. Steel Trusses
1. Simple span deck at the top 1 1 
h =    L
chord system  8 12 
2. Continuous deck system  1 1 
h =    L
 10 14 
3. Simple span, deck at the 1 1
h =    L
bottom chord 6 7
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong

No. System Struktur Prakiraan Dimensi


D. Combined Bridge System
1. Beams reinforced by arches 1 1
f =    L
3 5
 1 1 
h =    L
 50 60 
H = 5 h
2. Arch with tie beam 1
f = L
5
1
h = L
20
Note : H : Tinggi
h : Tinggi pada tengah bentang
f : Tinggi parabolic
d : Tebal arch

V.3.HASIL KERJA

V.3.1.Analisis Data
1. Perhitungan Kekuatan Struktur Jembatan
Untuk perencanaan detail struktur jembatan, harus
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
 Perencanaan struktur jembatan harus diperhitungkan
terhadap keamanan, daya tahan serta ketersediaan
material di lokasi.
 Semua perhitungan struktur harus dibuat analisanya
berdasarkan analisa struktur yang lazim digunakan
dan untuk struktur konstruksi khusus harus dilakukan
perhitungan dengan menggunakan perangkat lunak STAAD
3/ EfAB/SAP/STRUDLE, atau software yang lazim
dipakai.
 Konstruksi permanen dengan umur konstruksi minimal
25 tahun.
 Efesien biaya dengan memperhitungkan sistem
konstruksi yang paling mudah dalam pelaksanaan,
menggunakan material bangunan setempat, peralatan
dan kemampuan teknis kontraktor.
 Keamanan dalam pelaksanaan.
 Kemudahan dalam operasi dan pemeliharaan.

2. Penyusunan Kuantitas Dan Harga


Daftar Kuantitas dan Harga dipergunakan sebagai acuan
dalam tender dan nantinya setelah ditentukan
pemenangnya, maka kontrak kemudian dibuat. Adapun
kontrak yang biasanya dipakai dalam pekerjaan jembatan,
ada dua jenis.
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong

1. Kontrak Harga Satuan


Pemberi kerja mempersiapkan jadwal, perkiraan jumlah
untuk komponen pekerjaan yang berbeda, berdasarkan
gambar kontrak. Kontraktor memberikan penawaran,
dalam penawarannya untuk jenis kontrak ini, harga
satuan yang menentukan, bukan jumlah dan harga akhir
yang didapat dari perhitungan jumlah sebenarnya dari
tiap “item” pekerjaan yang dilakukan dan ditetapkan
dalam Harga Penawaran.
2. Kontrak Borongan (LumpSum)
Dengan jenis kontrak borongan, kontraktor menawarkan
satuan harga borongan untuk melaksanakan pekerjaan
sesuai Gambar Rencana.

Kontrak Harga Satuan memberi kemungkinan lebih banyak


untuk perubahan yang mungkin dirasa perlu pada waktu
pelaksanaan. Perubahan-perubahan demikian diperlukan,
karena seringkali sulit untuk mencakup semua item
secara memadai pada tahap penawaran. Dalam kontrak
borongan daftar kuantitas (Bill of Quantities)
dipergunakan sebagai dasar untuk menentukan nilai
perubahan.

Jika perubahan diperlukan dalam Kontrak Harga Satuan


atau Kontrak Borongan dan Kontraktor serta Engineer
tidak dapat menyepakati nilai perubahan sebelum
pekerjaan dilaksanakan, maka pekerjaan harus dilakukan
atas dasar pekerjaan harian, dalam hal ini, harus ada
catatan yang teliti mengenai semua pekerjaan alat dan
bahan yang dipergunakan untuk melakukan pekerjaan
tambahan.

Adalah penting untuk membuat catatan menyeluruh dari


semua perubahan dan pekerjaan yang mungkin menimbulkan
perselisihan. Ini akan memungkinkan pemberian harga
pekerjaan yang akan dilaksanakan pada tahap lain, bila
diperlukan. Catatan tersebut harus meliputi jumlah
orang yang diperkerjakan, penggolongan jenis pekerjaan,
peralatan yang dipakai dan waktu yang dipakai dalam
pekerjaan serta waktu “standby (tidak dipergunakan) dan
bahan yang dipergunakan.

3. Daftar Harga Satuan


Daftar harga satuan meliputi :
 Daftar harga satuan upah
 Daftar harga satuan bahan
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong

 Daftar harga satuan alat


Biaya untuk masing-masing item tergantung pada lokasi
proyek.

4. Analisa Harga Satuan


Setelah daftar harga satuan upah, harga satuan bahan
dan harga satuan alat diperoleh, maka sebagai tindak
lanjut dibuatlah Analisa Harga Satuan.
Analisa Harga Satuan yang dibahas meliputi :
a. Alat
b. Mobilisasi dan Demobilisasi
c. Pemeliharaan dan Pengaturan Lalu lintas
d. Urugan :
 Urugan Biasa
 Urugan Pilihan
e. Pemadatan Tanah Dasar Pada Galian
f. Agregat
 Agregat Lapis Pondasi Atas Kelas B
 Agregat Lapis Pondasi Bawah Kelas B
g. Beton
 Beton Struktural Kelas I K 300 – K 400
 Beton Struktural Kelas K 225
 Beton Struktural Kelas K 175
 Beton Tak Bertulang Kelas K 125
h. Baja Tulangan
i. Pipa Sandaran Jembatan2,5 inci
j. Perletakan Elastomer
k. Tiang Pancang
 Penyediaan Tiang Pancang Beton, Pre Cast
 Pemancangan Tiang Pancang Beton 35 x 35 cm2
l. Galian
 Galian Struktur Kedalaman 0 s/d 2 m
 Galian Struktur Kedalaman 2 s/d 4 m
m. Lapis Permukaan
 Lapis Penetrasi Macadam (5 cm) Untuk Pekerjaan
Minor
 Lapis Tipis Aspal Pasir / “Sand Sheet”
n. Rambu Jalan
o. Patok Penuntun Tipe Beton Bertulang

5.3.2.Album Gambar
Album Peta dan gambar ukuran A1 sebanyak 5 (lima)
eksemplar dan Ukuran A3 sebanyak 10 (sepuluh)
eksemplar, yang berisi gambar-gambar :
a. Peta Lokasi
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong

b. Gambar Denah dan Situasi Seluruh Kawasan


c. Gambar Desain Jembatan
d. Gambar Potongan Jembatan
e. Gambar Detail Potongan Jembatan

IV.3.1. Spesifikasi Teknis


Konsultan harus membuat perencanaan Detail Desain
dengan berpedoman ketentuan dan peraturan Pemerintah
yang berlaku dan standar yang biasa digunakan
dilingkungan Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS).
Ketentuan dan peraturan yang digunakan, antara lain:

1. Perencanaan struktur jembatan:


a. Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge Design
Code) BMS ’92
b. Manual Perencanaan Jembatan (Bridge Design
Manual) BMS ’92
c. peraturan lain yang relevan dan disetujui oleh
pemberi tugas, antara lain:
 Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Jembatan, SNI (Design Standard of Earthquake
Resistance of Bridges)
 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Jembatan Jalan Raya (SK.SNI T -14-1990 -0.3)
 Pembebanan untuk Jembatan RSNI 4
 Peraturan Struktur Beton untuk Jembatan,
RSNI
 Perencanaan Struktur Baja untuk Jembatan,
ASNJ4

2. Perencanaan jalan pendekat dan oprit harus mengacu


kepada
a. Standar perencanaan jalan pendekat jembatan (Pd
T-11-2003)
b. Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota
, No.038/T/BM/1997
c. Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur
Jalan Raya dengan Metoda Analisa Komponen SNI
1732-1989-F

3. Untuk perhitungan atau analisa harga satuan


pekerjaan mengikuti ketentuan
a. Panduan Analisa Harga Satuan, No. 028/T/Bm/1995,
Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen
Pekerjaan Umum

V.3.2.Laporan-Laporan
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong

Berupa Dokumen yang dilengkapi dengan keterangan yang


diperlukan, meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Laporan Pendahuluan
Laporan pendahuluan (inception report), merupakan
laporan hasil temuan awal, metodologi dan
pendekatan, rencana kerja yang akan dilaksanakan
konsultan dalam menangani pekerjaan. Laporan
pendahuluan, akan diserahkan 15 (lima belas) hari
kalender setelah diterbitkan SPMK dan diterima
setelah dilakukan konsultasi dan pembahasan dengan
Tim Teknis. Jumlah laporan yang diserahkan sebanyak
10 (sepuluh) eksemplar. Garis besar laporan
pendahuluan berisi:
a. Temuan awal dan gambaran umum lokasi
b. Jadwal dan matrik penugasan serta tanggung jawab
tenaga ahli
c. Metodologi dan pendekatan
d. Rencana kerja dan jadwal pelaksanaan kegiatan
konsultan

b. Laporan Akhir
Laporan ini merupakan laporan akhir detail
perencanaan DED Jembatan Kawasan Industri Balohan
dengan mengakomodir semua masukan - masukan hasil
diskusi dari konsep laporan akhir dan dilampirkan
foto-foto lokasi per kegiatan. Masing masing jenis
laporan dibuat rangkap 10 (sepuluh) dan diserahkan
55 (lima puluh lima) hari kalender setelah
diterbitkan SPMK. Laporan ini secara garis besar
meliputi:
a. Buku Utama Laporan Akhir
a-1. Kompilasi Data
a-2. Gambaran Umum Kawasan Perencanaan
a-3. Kriteria perencanaan untuk setiap itrm
pekerjaan yang direncanakan
a-4. Analisa Perhitungan untuk setiap item
pekerjaan yang direncanakan.
b. Dokumen Lelang Paket Pekerjaan:
b-1. Buku 1 Syarat Pelelangan
b-2. Buku 2 Spesifikasi Teknis
b-3. Buku 3 Volume Pekerjaan
b-4. Buku 4 Gambar Rencana Teknis, yang
terdiri dari
- Album Peta dan gambar ukuran A1 sebanyak 5
(lima) eksemplar
- Ukuran A3 sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar,
yang berisi gambar-gambar
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong

c. Dokumen hasil kajian kelayakan studi berdasarkan


program perencanaan (seperti : Master Plan
Kawasan Sabang, RTRW Kota Sabang) dan berdasarkan
kajian teknis. Laporan ini diserahkan oleh
Konsultan sebanyak 5 (lima) eksemplar.

d. Dokumen pengesahan UKL/PL


Laporan ini berisikan hasil kajian dan diskusi
dengan pihak terkait mengenai upaya pengelolaan
lingkungan hidup (UKL) - upaya pemantauan
lingkungan hidup(UPL) sebanyak 2 (dua) eksemplar.
Dokumen ini disahkan oleh BAPPEDALDA Sabang.

V.4.Strategi

V.4.1.Prinsip-Prinsip Umum
Prinsip-prinsip umum perencanaan dasar yang biasa
digunakan dalam penyusunan Jembatan Kawasan Industri,
yaitu:
a. Keadaaan Batas Ultimit
Adalah aksi yang diberikan pada jembatan yang
menyebab-kan sebuah jembatan menjadi tidak aman.
Keadaan Batas ultimit terdiri dari :
a. Kehilangan keseimbangan statis.
b. Kerusakan sebagian jembatan.
c. Keadaan purna-elastis atau purna-tekuk dimana satu
bagian jembatan atau lebih mencapai kondisi
runtuh.
d. Kehancuran dari bahan pondasi yang menyebabkan
pergerakan yang berlebihan atau kehancuran bagian
utama jembatan.
b. Keadaan Batas Layan
Keadaan Batas Daya Layan akan tercapai jika reaksi
jembatan sampai pada suatu nilai, sehingga:
a. Tidak layak pakai
b. Kekhawatiran umum terhadap keamanan
c. Pengurangan kekuatan
d. Pengurangan umur pelayanan
c. Umur Rencana
Umur rencana jembatan diperkirakan 50 tahun, kecuali:
a. Jembatan sementara 20 tahun
b. Jembatan khusus 100 tahun
d. Persyaratan Pilar dan Kepala Jembatan
a. Gangguan terhadap jalannya air
terbatas/seminimal mungkin
b. Menghindarkan tersangkutnya benda hanyutan
c. Memperkecil rintangan bagi pelayaran
d. Letak diusahakan sedapat mungkin sejajar dengan
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong

aliran arus banjir


e. Ruang Bebas Vertikal
Paling sedikit 1,0 m antara titik paling rendah
bangunan atas jembatan dan tinggi muka air banjir
rencana pada keadaan batas ultimit.
f. Perkiraan Banjir Rencana
a. Tinggi muka air banjir sesuai dengan debit
banjir rencana
b. Untuk perhitungan gerusan, muka air harus
merupakan banjir rencana terendah sesuai banjir
rencana
c. Untuk perhitungan arus balik, muka air harus
merupakan banjir tertinggi sesuai banjir rencana
g. Persyaratan Tahan Gempa
Pertimbangan yang harus diperhatikan dalam
perencanaan tahan gempa :
a. Resiko gerakan-gerakan
b. Reaksi tanah terhadap gempa di lapangan
c. Sifat reaksi dinamis dari seluruh struktur
h. Pokok-Pokok Perencanaan
Kriteria umum
a. Kekuatan unsur struktural dan stabilitas
keseluruhan
b. Kelayanan struktural
c. Keawetan
d. Kemudahan konstruksi
e. Ekonomis dapat diterima
f. Bentuk estetika

V.4.2.Tahapan Perencanaan

1. Tahap I
Mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk
menjelaskan fungsi jembatan, geometri dan
beban:
a. Lebar jembatan dan jumlah jalur
b. Lebar trotoir
c. Alinyemen jembatan
d. Geometri sungai
e. Karakteristik aliran sungai
f. Besaran-besaran tanah
g. Perlengkapan umum
h. Beban jembatan
i. Jarak bebas vertikal dan horizontal
j. Bangunan atas yang tersedia

2. Tahap 2
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong

Menggunakan informasi yang terkumpul dalam


tahap 1 untuk menentukan semua hambatan
geometrik pada struktur yang diusulkan
a. Alinyemen jalan yang diusulkan
b. Persyaratan aliran keadaan batas
c. Potensi gerusan
d. Lokasi bahan pondasi dan potensi
kelongsoran tebing
e. Lokasi dan lebar alur utama sungai
f. Persyaratan konstruksi dan pelaksanaan
g. Persyaratan pemeliharaan

3. Tahap 3
Dengan kreatifitas tentukan daftar rencana
alternatif terbaik. Dalam batas hambatan
geometrik yang ditentukan dalam tahap 2,
dipilih 2 atau 3 kombinasi bangunan
bawah/pondasi/bangunan atas yang memenuhi
pokok perencanaan secara baik
a. Rancangan percobaan
b. Jenis dan dimensi bangunan atas dan
bangunan bawah tipikal:
- Bangunan atas kayu
- Bangunan atas baja, komposit
- Bangunan atas beton bertulang
- Bangunan atas beton prategang
- Bangunan bawah tanah dengan pondasi
langsung, sumuran dan tiang pancang c.
Pilihan alternative

4. Tahap 4
Laksanakan analisis perencanaan sementara
untuk alternatif terbaik dari tahap 3.
Rencana- rencana sementara tersebut memberikan
dimensi yang diperlukan untuk mencapai
kekuatan dan tujuan stabilitas

5. Tahap 5
Perkirakan biaya untuk alternatif-alternatif
tersebut. Perkiraan biaya tersebut digunakan
untuk menentukan alternatif (bila ada) yang
ekonomis dapat diterima

6. Tahap 6
Selesaikan rencana sementara yang menghemat
biaya dan buatlah: gambar rencana, laporan
perencanaan dan perkiraan biaya yang baru
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong

7. Tahap 4, 5 dan 6 – Penentuan Perancangan


a. Perancangan sesuai dengan hasil data yang
dikumpulkan
b. Membuat rancangan alternatif-alternatif
c. Membuat perhitungan perkiraan biaya
berdasarkan volume
d. Pemilihan rancangan akhir
e. Dokumen lelang

V.5.FASILITAS PENDUKUNG

V.5.1.Umum

Dalam kegiatan pekerjaan konsultansi ketentuan penggunaan


fasilitas pendukung yang dijamin oleh Pemberi Tugas harus
mengacu kepada peraturan yang dikeluarkan BAPPENAS dan
fasilitas pendukung harus sesuai dengan kebutuhan dan
dipengaruhi oleh durasi pekerjaan.
Biasanya proyek-proyek dengan durasi pendek sampai dengan 6
bulan ada beberapa fasilitas yang digunakan konsultan namun
tidak ada penggantian dari Pihak proyek seperti ruang kantor
dan dengan segala jenis kelengkapan meubeler kecuali alat
kerja dan kelengkapannya.

V.5.2.Kantor dan Fasilitas

Semua pekerjaan dikerjakan dikantor pusat konsultan


yang terletak di Manado yang dilengkapi dengan No fax
dan telepon yang akan dimuat dalam kontrak dan dapat
dihubungi selama proses pekerjaan berlangsung, sebagai
tindakan monitoring bagi pemberi tugas.
Peralatan yang akan disediakan konsultan dan dapat
kompensasi penggantian biaya sewa dari Pihak Proyek
untuk operasional kantor adalah :
1. Komputer 2 unit
2. Printer 2 unit
3. Kendaraan bermotor roda-2
4. Kelengkapan peralatan operasional sesuai dengan
ketentuan dalam KAK dan Kontrak.
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong

BAB VI
Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

Personil Konsultan yang dibutuhkan dalam layanan


pekerjaan ini dan lamanya penempatan dari masing – masing
staf disesuaikan dengan jangka waktu pelaksanaan Pekerjaan
yang diperkirakan 30 (tiga puluh) hari kalender atau 1(satu)
bulan.

Untuk itu Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Perencanaan Paket


Pembangunan Jembatan Kab. Minahasa Tenggara, dibuat sesuai
dengan kebutuhan tahapan pekerjaan, jangka waktu pelaksanaan
dan metodologi yang diterapkan. Untuk jadwal pelaksanaan
pekerjaan tersebut dapat dilihat pada Lampiran
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong

BAB VII
Penutup

Dengan demikian Dokumen Usulan Teknis ini disusun yang di


Usulkan oleh CV. ROYAL DEO KONSULTAN, sehingga dapat
memberikan gambaran yang jelas kepada pihak Pokja Jasa Konsultansi
Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Minahasa Tenggara tentang rencana
kerja serta pendekatan dan Metodologi dalam Pelaksanaan Pekerjaan
Perencanaan Paket Pembangunan Jembatan.

Tanggapan dan inovasi yang kami tawarkan untuk membangun semangat


dan peningkatan kinerja secara profesional khususnya untuk Tim
Konsultan akan menjadi lebih baik sesuai dengan apa yang
diharapkan dalam Kerangka Acuan Tugas (KAK).

Selanjutnya bersama Dokumen Usulan Teknis ini Konsultan lampirkan


beberapa Dokumen Pendukung sebagai bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari Usulan Teknis ini.

Anda mungkin juga menyukai