Ustek Turap Wana Hijau Konsultan 2 PDF Free
Ustek Turap Wana Hijau Konsultan 2 PDF Free
BAB I. Pendahuluan
1. ORGANISASI
CV. Wana Hijau Consultan yang berkedudukan di Manado telah
berdiri berdasarkan akte pendirian No. 53 tahun 1992 yang bergerak
dibidang jasa konsultan di bawah keanggotaan Ikatan Nasional
Konsultan Indonesia (INKINDO). Dari perjalanan dan keberadaan
kegiatan perusahaan ini telah mengalami perubahan persero dan
persero pengurus yang dinyatakan dengan Akte perubahan dari
Notaris.
Guna mendukung oprasional pelaksanaannya, maka senantiasa
melengkapi/memperbaharui segala persyaratan administrasi sesuai
dengan persyaratan dan perundangan yang berlaku seperti Sertifikat
Badan Usaha (SBU) INKINDO, Kartu Tanda Anggota (KTA) INKINDO,
Surat Izin Tempat Usaha (SITU), Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi
(SIUJK), Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dan sebagainya. Disamping
hal tersebut, selalu memenuhi kewajiban pembayaran pajak dan
melaporkan kewajiban pajak tahunan dan bulanan, sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Dalam melaksanakan kegiatan didukung pula oleh tenaga-tenaga
ahli dan tenaga teknis sesuai dengan latar belakang pendidikan dan
kursus-kursus keahlian yang dibutuhkan dalam bidang pekerjaan
yang dilaksanakan untuk menunjang pembangunan berkelanjutan
Sulawesi Utara.
2. PENGALAMAN
Selama 15 (lima belas) tahun perusahaan ini beroprasi, telah
banyak kegiatan yang dikerjakan dibidang Tata Lingkungan,
Arsitektur dan Sipil. Sejak didirikan telah membina staf tetap
yang terdiri dari tenaga ahli Arsitek, Sipil, Mesin, Listrik,
Ekonomi, Amdal dan Sosial Politik. Selain pengetahuan dibidangnya
masing-masing, personil utama telah mendapatkan pengalaman penting
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong
LINGKUP LAYANAN
Dengan fasilitas dan tenaga ahli yang ada maka banyak jenis
layanan jasa konsultant teknik yang dapat diberikan oleh CV. Wana
Hijau Consultan, meliputi:
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong
SURVEY
Foto Udara
Topografi
Geologi
Hodrologi
Tanah Pertanian
STUDI MAKRO
Regional Planning
Masterplan Pengembangan Kota dan wilayah
STUDI RINCI
Studi Kelayakan
Studi Kelembagaan
AMDAL
Studi Teknik
DESAIN RINCI
Desain Teknis Bangunan dan Jaringan
Mekanika Tanah dan Pondasi
Quantity dan Estimasi Biaya
PROYEK
Inspektor dan Supervisi Konstruksi
Asistensi dan Konsultasi teknis
BAB II
DAFTAR PENGALAMAN PERUSAHAAN
Tabel 1.
PENGGUNA NILAI
LINGKUP ORANG MITRA
N0 JASA/SUMBER NAMA PEKERJAAN PERIODE KONTRAK
LAYANAN BULAN KERJA
DANA (Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8
Pemerintah Kab.
Balaang Mongondow Pengawasan Pemabangunan Gedung Inspeksi Juli – September
4 4 38.000.000,-
Badan Pengelola Rawat Inap Kls III (APBN) Teknis 2008
Rumah Sakit
Departemen Pekerjaan
Umum Dirjen Cipta Penyusunan Indikasi Program dan
Arsitektur – Juli – Oktober
5 Karya Satker DED TA. 2009 Kawasan Pulau Kecil 7 99.450.000,-
Tata Ligkungan 2008
Pengembangan Terpencil
Kawasan Permukiman
Pemerintah Kab.
Pengawasan Pembangunan Kawasan
Minahasa Selatan Inspeksi Juli – Oktober
6 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 4 68.000.000,-
Dinas Kelautan dan Teknis 2008
Amurang
Perikanan
Pemerintah Kabupaten
Perencanaan Konstruksi Jalan Pada
7 Minahasa Utara Sipil Juni – Juli 2008 4 71.820.000,-
Kantor DPRD Minahasa Utara
Sekretariat DPRD
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong
Pemerintah Daerah
Provinsi Sulawesi Pengawasan Renovasi Atap Aula Inspeksi Juni – Agustus
9 4 26.030.000,-
Utara Skretariat Gubernuran Bumi Beringin Teknis 2008
Daerah
Departemen Pekerjaan
Umum Dirjen Cipta
Karya Satker Supervisi Peningkatan Kinerja TPA Inspeksi Mei – Oktober
10 7 98.000.000,-
Pengembangan Kota Tondano dan Amurang Teknis 2008
Kinerja Pengelolaan
Penyehatan
Departemen PU Dirjen
Cipta Karya Satker Pendampingan Pemeriksaan Arsitektur –
April – Oktober
11 NVT Penataan Keandalan Fisik Bangunan Mekanikal / 8 196.570.000,-
2008
Bangunan dan Gedung Kota Manado Elektrikal
Lingkungan Sulut
Pemerintah Kab.
Balaang Mongondow Pengawasan Pemabangunan Gedung Inspeksi
12 Maret – Juli 2008 3 36.717.000,-
Badan Pengelola Rawat Inap Kls III (DAK) Teknis
Rumah Sakit
Pemerintah Daerah
Kab. Bolaang Survey Identifikasi Kawasan
Tata
13 Mongondow Utara Agropolitan Kabupaten Bolaang Maret – Juni 2008 5 74.520.000,-
Lingkungan
Dinas Pekerjaan Mongondow Utara
Umum
Tata
Departemen Pekerjaan Lingkungan -
Umum Dirjen Cipta Penyusunan DED Kawasan Arsitektur
14 Maret – Juli 2008 8 99.870.000,-
Karya Satker P2S Agropolitan Tahun Anggaran 2009 Arsitektur /
AGRO Sulut
Bangunan
Pemerintah Kab.
Minahasa Tenggara Pengawasan Peningkatan Jalan,
Inspeksi Febbruari – Juli
15 Dinas Pekerjaan Pembangunan Jembatan, Rehabilitasi 5 49.000.000,-
Teknis 2008
Umum dan Sumber Irigasi dan Rehabilitasi Air Bersih
Daya Air
Departemen
PekerjaanUmum Supervisi / Pengawasan Prasarana
Inspeksi Maret – Agustus
16 Dirjen Cipta Karya dan Sarana Agropolitan Sulut 7 99.800.000,-
Teknis 2007
Satker P2S AGRO
Sulut
Tata
Dinas Pertambangan UKL/UPL Pembangkit Listrik Tenaga Lingkungan – September –
18 7 48.400.000,-
Sulut Diesel Tanggari Mekanikal / November 2007
Elektrikal
Kanwil Sulawesi
Bagian Utara, Tengah, Pengawasan Rehabilitsai Kantor Inspeksi Februari – Juli
19 Gorontalo dan Maluku 7 30.600.000,-
Pelayanan Pajak (KPP) Manado Teknis 2007
Utara Kantor
Pelayanan Pajak
Depkeu RI Dirjen
Pengawasan Rehabilitsi kantor Inspeksi Februari – Juni
20 Pajak Kanwil Sulawesi 7 30.600.000,-
pelayanan pajak manado Teknis 2006
Bagian
Utara,Tengah,Gorontal
Direktorat Jenderal
Perencanaan Penggantian Atap
Pajak, Kantor Oktober-
21 Gedung Kantor Pelayanan Pajak Arsitektur 7 18.550.000,-
Pelayanan Pajak Nopember 2006
Manado
Manado / APBN
Dinas Pendidikan
Pengawasan Unit Sekolah Baru di Inspeksi Agustus-
26 Nasional Prop. Sulut / 7 26.750.000,-
Modayak Kab. Bolaang Mongondow Teknis Desember 2005
APBN
Arsitektur -
Departemen Pekerjaan Pendampingan Fasilitas Perbankan di Mei-September
27 Tata 7 99.881.000,-
Umum Sulut / APBN Kec. Wori, Kab Minut 2005
Lingkungan
Departemen
Pendampingan Kawasan kumuh dan Arsitektur -
Permukiman dan
28 nelayan Kumuh lainnya di Kab. Tata April – Juli 2004 7 35.965.000,-
Prasarana Wilayuah
Kepulauan Talaud Lingkungan
Sulut / APBN
Departemen
Analisis Dampak Sosial (ANDAS) Tata
Permukiman dan
29 Trans Kema-Rumbia lokasi Kab. Lingkungan - Mei – Juli 2004 11 134.530.000,-
Prasarana Wilayah
Minahasa dan Minahasa Utara Sipil
Sulut / APBN
Departemen
Tata
Permukiman dan Analisis Dampak Lingkungan Agustus –
32 Lingkungan - 8 86.418.000,-
Prasarana Wilayah (AMDAL) Manado By Pass Tahap II Oktober 2004
Sipil
Sulut / APBN
Departemen
Tata
Permukiman dan Revisi Analisis Dampak Lingkungan
33 Lingkungan - Agustus – 8
Prasarana Wilayah (AMDAL) Manado By Pass Tahap I 86.418.000,-
Sipil Oktober 2004
Sulut / APBN
Departemen
Tata
Permukiman dan Juli – Oktober
37 Kajian UKL/UPL Manado-Airport Lingkungan - 8 143.702.000,-
Prasarana Wilayah 2003
Sipil
Sulut / APBN
BAB III
PEMAHAMAN TERHADAP KAK
Kerangka Acuan Kerja (KAK) dimana memuat spesifikasi kegiatan yang harus
dilakukan, meliputi penjelasan latar belakang dan penjelasan umum mengenai layanan
konsultan yang dibutuhkan, rincian lingkup pekerjaan dari layanan keahlian yang
dibutuhkan, sampai dengan penjelasan produk yang harus diserahkan berupa laporan.
Karena itu sebagai langkah awal untuk memahami spesifikasi kegiatan yang harus
dilakukan, Konsultan akan mengkaji isi dari Kerangka Acuan Kerja (KAK) tersebut.
Setelah mengkaji secara mendalam maka Konsultan telah memahami sepenuhnya isi dan
Ruang Lingkup Pekerjaan yang terkandung dalam KAK untuk kegiatan “ Perencanaan
Pembangunan Turap/Talud/Bronjong“.
BAB - 4
Tanggapan Terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK)
BAB V
URAIAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI
V.2.1.Umum
Secara umum yang dimaksud dengan perencanaan
turap/talud/bronjong meliputi kegiatan-kegiatan antara
lain : penentuan lokasi, alignment vertical dan horizontal
terkait dengan trase jalan, perhitungan dimensi dan bentuk,
metode konstruksi serta perhitungan biaya. Disiplin ilmu
yang terlibat antara lain struktur, hidrologi, geoteknik,
geodesi serta quantity surveyor. Agar perencanaan
menghasilkan struktur yang efisien dan ekonomis, ada
beberapa survey mendasar yang harus dilakukan, diantaranya :
1. Survey Topografi
2. Survey Hidrologi
3. Survey Penyelidikan Tanah dan Geologi
5.2.2.Diagram Alir
Di dalam melaksanakan pekerjaan ini agar menghasilkan hasil
perencanaan yang efisien, ekonomis dan selesai tepat waktu
sesuai dengan kontrak, maka kami menyusun alur pelaksanaan
pekerjaan seperti yang terlihat pada gambar di lembar
berikut ini :
Kami membagi menjadi 5 (lima) tahapan kegiatan dimana hasil
masing-masing tahapan akan merupakan acuan atau titik tolak
untuk tahapan berikutnya
SPMK Rencana
Analisa struktur
Geometrik
gravitasi dan dinamis
Jembatan
Survey Lapangan
- Administrasi Finalisasi - Topografi
bentang Perencanaan dimensi
Proyek - Hidrologi Laporan
- Mobilisasi jembatan Hasil dan pembesian struktur
- Geoteknik / Geologi
Personil Survey atas dan bawah
- Lalu Lintas Diskusi
- Penyusunan dengan
Finalisasi
Rencana Kerja Rencanaan detail Metode
material BPKS
- Persiapan Diskusi Diskusi
konstruksi
Penyusunan
Fasilitas struktur atas
dengan
laporan akhir dengan
BPKS dan Kompilasi
perencanaan BPKS
Perencanaan detail dan Analisa
Instansi / bangunan
fasilitas
Prakiraan Data
terkait
pelengkap
dimensi struktur Perbaikan
Tidak Tidak
atas jembatan
Survey Penyusunan spesifikasi
Penyusunan
khusus Diskusi dengan
Pendahuluan dokumen
Diskusi
Perhitungan BPKS
tender Perbaikan
dengan
pondasi BPKS
jembatan
- Rincian volume
dan Instansi
- Rincian RAB
terkait
Alternatif Design
Estimasi biaya - Bentang jembatan
Laporan Pembuatan gambar kerja - Altarnatif struktur
Survey dan detail-detail khusus atas Review
Pendahuluan - Altarnatif struktur Alternatif
bawah Design
Penyusunan
-Pemilihan material
spesifikasi - Alternatif Metode
umum ya
konstruksi
ya
USULAN TEKNIS
IV - 14
V.2.3. Perencanaan Teknis Turap/Talud/Bronjong
Diagram V-2
Rencana Kerja Survey Pendahuluan
Meninjau Rencana
Lokasi Jembatan
Presentasi / Diskusi ke
Kesimpulan sebagai
PPK Jasa Konsultan SatKer
arahan pekerjaan
PKPBPBS
selanjutnya
b.Survey Topografi
A.Tujuan
Tujuan pengukuran topografi dalam pekerjaan ini adalah
mengumpulkan data koordinat dan ketinggian permukaan
tanah sepanjang rencana jembatan di dalam koridor yang
ditetapkan untuk penyiapan peta topografi dengan skala
1 : 1000 yang akan digunakan untuk perencanaan
geometrik jalan, serta 1 : 500 untuk perencanaan
jembatan dan penanggulangan longsoran.
B.Lingkup Pekerjaan
a. Pemasangan patok-patok
Patok-patok BM harus dibuat dari beton dengan ukuran
10 x 10 x 75 cm atau pipa pralon ukuran 4 inci yang
di isi dengan adukan beton dan di atasnya dipasang
neut dari baut, ditempatkan pada tempat yang aman,
mudah terlihat. Patok BM dipasang setiap 1 (satu) km
dan pada setiap lokasi rencana jembatan dipasang
minimal 3, masing-masing 1 (satu) pasang, di setiap
sisi sungai/alur dan 1 (buah) disekitar sungai yang
posisinya aman dari gerusan air sungai.
Patok BM dipasang/ditanam dengan kuat, bagian yang
tampak di atas tanah setinggi 20 cm, dicat warna
kuning, diberi lambang Prasarana Wilayah, notasi dan
nomor BM dengan warna hitam.
Patok BM yang sudah terpasang, kemudian di photo
sebagai dokumentasi yang dilengkapi dengan nilai
koordinat serta elevasi.
Untuk setiap titik poligon dan sifat datar harus
digunakan patok kayu yang cukup keras, lurus, dengan
diameter sekitar 5 cm, panjang sekurang-kurangnya 50
cm, bagian bawahnya diruncingkan, bagian atas
diratakan diben' paku, ditanam dengan kuat, bagian
yang masih nampak diberi nomor dan dicat wama
kuning. Dalam keadaan khusus, perlu ditambalikan
patok bantu. Untuk memudahkan pencarian patok,
sebaiknya pada daerah sekitar patok diberi tanda-
tanda khusus.
Pada lokasi-lokasi khusus dimana tidak mungkin
dipasang patok, misalnya di atas permukaan jalan
beraspal atau di atas permukaan batu, maka titik-
titik poligon dan sifat datar ditandai dengan paku
seng dilingkari cat kuning dan diberi nomor.
b. Pengukuran titik kontrol horizontal (apabila
menggunakan alat konvensional).
Pengukuran titik kontrol horizontal dilakukan
dengan sistem poligon, dari semua titik ikat (BM)
harus dijadikan sebagai titik poligon.
Sisi poligon atau jarak antar titik poligon
maksimum 100 meter, diukur dengan meteran atau
dengan alat ukur secara optis ataupun elektronis.
Sudut-sudut poligon diukur dengan alat ukur
theodolit dengan ketelitian baca dalam detik.
Disarankan untuk menggunakan theodolit jenis T2
atau yang setingkat.
Pengamatan matahari dilakukan pada titik awal dan
titik akhlr pengukuran dan untuk setiap interval
5 km di sepanjang trase yang diukur. Apabila
pengamatan matahari tidak bisa dilakukan,
disarankan menggunakan alat GPS Portable (Global
Positioning System). Setiap pengamatan matahari
harus dilakukan dalam 2 seri (4 biasa dan 4 luar
biasa)
c. Pengukuran titik kontrol vertikal (apabila
menggunakan alat konvensional)
Pengukuran ketinggian dilakukan dengan cara 2 kali
berdiri/pembacaan pergi-pulang.
Pengukuran sifat datar harus mencakup semua titik
pengukuran (poligon, sifat datar, dan potongan
melintang) dan titik BM.
Rambu-rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan
baik, berskala benar, jelas dan sama.
Pada setiap pengukuran sifat datar harus dilakukan
pembacaan ketiga benangnya, yaitu Benang Atas
(BA), Benang Tengah (BT), dan Benang Bawah (BB),
dalam satuan milimeter. Pada setiap pembacaan
harus dipenuhi : 2 BT = BA + BB.
Dalam satu seksi (satu hari pengukuran) harus
dalam jumlah slag (pengamatan) yang, genap
d. Pengukuran situasi (apabila menggunakan alat
konvensional)
Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem
tachimetri, yang mencakup semua obyek yang
dibentuk oleh alam maupun manusia yang ada
disepanjang jalur pengukuran, seperti alur,
sungai, bukit, jenbatan, rumah, gedung dan
sebagainya.
Dalam pengambilan data agar diperhatikan
keseragaman penyebaran dan kerapatan titik yang
cukup sehingga dihasilkan gambar situasi yang
benar. Pada lokasi-lokasi khusus (misalnya :
sungai, persimpangan dengan jalan yang sudah ada)
pengukuran harus dilakukan dengan tingkat
kerapatan yang lebih tinggi.
Untuk pengukuran situasi harus digunakan alat
theodolit.
e. Pengukuran Penampang Melintang
Pengukuran penampang melintang harus dilakukan
dengan persyaratan sebagai berikut :
Interval Interval (m)
Lebar (m) Jembatan /
Kondisi
Koridor (m) Jalan Longsoran
baru
- Datar, landai, dan 75 + 75 50 25
lurus
- Pegunungan 75 + 75 25 25
Interval Interval (m)
Lebar (m) Jembatan /
Kondisi
Koridor (m) Jalan Longsoran
baru
- Tikungan 50 (luar) + 25 25
100 (dalam)
Untuk pengukuran penampang melintang harus digunakan alat
theodolit (apabila menggunakan alat konvensional).
C.Persyaratan
1. Pemeriksaan dan koreksi alat ukur (apabila
menggunakan alat Konvensional)
Sebelum melakukan pengukaran, setiap alat ukur
yang akan digunakan harus diperiksa dan dikoreksi
sebagai berikut :
a. Pemeriksaaan theodolit
Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak
dan nivo tabung.
Sumbu 11 tegak lurus sumbu 1.
Garis bidik tegak lurus sumbu II
Kesalahan kolimasi horizontal = 0.
Kesalalian indeks vertikal = 0.
b. Pemeriksaan alat sifat datar :
Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak
dan nivo tabung.
Garis bidik harus sejajar dengan garis arah
nivo.
Hasil pemeriksaan dan koreksi alat ukur
harus dicatat dan dilampirkan dalam laporan.
2. Ketelitian dalam Pengukuran (apabila menggunakan
alat konvensional)
Ketelitian untuk pengukuran poligon adalah sebagai
berikut :
a. Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah 10
n ; (n adalah jumlah titik poligon dari
pengamatan matahari pertama ke pengamatan
matahari selanjutnya atau dari pengukuran GPS
pertama ke pengukuran GPS berikutnya).
b. Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih dan'
5".
3. Perhitungan (apabila menggunakan alat
konvensional)
Pengamatan Matahari
Dasar perhitungan pengamatan matahari harus
mengacu pada tabel almanak matahari yang
diterbitkan oleh Direktorat Topografi TNT-AD
untuk tahun yang sedang berjalan dan harus
dilakukan di lokasi pekerjaan
Pengamatan Koordinat
Perhitungan koordinat poligon dibuat setiap
seksi, antara pengamatan matahari yang satu
dengan pengamatan berikutnya. Koreksi sudut
tidak boleh diberikan atas dasar nilai rata-
rata, tapi harus diberikan berdasarkan panjang
kaki sudut (kaki sudut yang lebih pendek
mendapatkan koreksi yang lebih besar), dan
harus dilakukan di lokasi pekejaan.
Perhitungan Sifat Datar
Perhitungan sifat datar harus dilakukan hingga
4 desimal (ketelitian 0,5 mm), dan harus
dilakukan kontrol perhitungan pada setiap
lembar perhitungan dengan menjumlahkan beda
tingginya.
Perhitungan Ketinggian Detail
Ketinggian detail dihitung berdasarkan
ketinggian patok ukur yang dipakai sebagai
titik pengukuran detail dan dihitung secara
tachimetris.
Seluruh perhitungan sebaiknya menggunakan
sistem komputerisasi
4. Penggambaran
Penggambaran poligon harus dibuat dengan skala
I : 1.000 untuk jalan dan 1:500 untuk jembatan.
Garis-garis grid dibuat setiap 10 cm.
Koordinat grid terluar (dari gambar) harus
dicantumkan harga absis (x) dan ordinat (y)-
nya.
Pada setiap lembar gambar dari/atau setiap 1
meter panjang gambar harus dicantumkan petunjuk
arah Utara.
Penggambaran titik poligon harus berdasarkan
hasil perhitungan dan tidak boleh dilakukan
secara grafis.
Setiap titik ikat (BM) agar dicantumkan nilai
X,Y,Z-nya dan diberi tanda khusus.
Semua hasil perhitungan titik pengukuran detail,
situasi, dan penampang melintang harus
digambarkan pada gambar polygon, sehingga
membentuk gambar situasi dengan interval garis
ketinggian (contour) untuk yang tebing aman
sedangkan untuk daerah datar 0,25 meter. Semua
gambar topographi harus disajikan dengan
menggunakan software komputer.
A. Tujuan
Tujuan penyelidikan geologi dan geoteknik dalam
pekerjaan ini adalah untuk melakukan pemetaan
penyebaran tanah/batuan dasar termasuk kisaran tebal
tanah pelapukan, memberikan informasi mengenai
stabilitas tanah, menentukan jenis dan karakteristik
tanah untuk keperluan bahan jalan dan struktur, serta
mengidentifikasi lokasi sumber bahan termasuk
perkiraan kuantitasnya. Sangat disarankan untuk
menggunakan Geoguide bilamana terdapat suatu kondisi
tanah dasar yang lunak (Soft Soil)
B. Lingkup Pekerjaan
1. Penyelidikan Geologi
Penyelidikan meliputi pemetaan geologi permukaan
detail dengan peta dasar topografi skala 1:250.000 s/d
skala 1:100.000. Pencatatan kondisi geoteknik
disepanjang rencana trase jalan untuk setiap jarak 500
- 1000 meter dan pada lokasi jembatan.
a. Penyelidikan lapangan
Meliputi pemeriksaan sifat tanah (konsistensi,
Jenis tanah, warna, perkiraan prosentase butiran
kasar/halus) sesuai dengan Metoda USCS.
b. Pemetaan
Jenis batuan yang ada disepanjang trase jalan
dipetakan, batas-batasnya ditetapkan dengan jelas
sesuai dengan data pengukuran untuk selanjutnya
diplot dalam gambar rencana dengan skala 1:2000
ukuran A3. Pemetaan mencakup jenis struktur
geologi yang ada antara lain : sesar/patahan,
kekar, perlapisan batuan, dan perlipatan.
Lapukan batuan dianalisis berdasarkan pemeriksaan
sifat fisik/kimia, kemudian hasilnya diplot di atas
peta geologi teknik termasuk didalamnya pengamatan
tentang : gerakan tanah, tebal pelapukan tanan
dasar, kondisi drainase alami, pola aliran air
permukaan dan tinggi muka air tanah, tata guna
lahan, kedalaman (apabila rencana trase jalan
tersebut harus melewati (daerah rawa).
2. Penyelidikan Geoteknik
Kegiatan penyelidikan geoteknik meliputi :
a. Pengambilan contoh tanah dari sumuran uji
Pengambilan contoh tanah dari sumuran uji 25 - 40
kg untuk setiap contoh tanah. Setiap contoh tanah
harus diberi identitas yang jelas (nomor sumur
uji, lokasi, kedalaman). Penggalian sumuran uji
dilakukan pada setiap jenis satuan tanah yang
berbeda atau maksimum 5 km bila jenis tanah sama,
dengan kedalaman 1-2 m. Setiap sumuran uji yang
digali dan contoh tanah yang diambil harus
difoto. Dalam foto harus terlihat jelas identitas
nomor sumur uji, dan lokasi. Ukuran test pit
panjang 1,5 m (Utara-Selatan) lebar 1,0 m, Log
sumuran uji digambarkan dalam 4 bidang, dengan
diskripsi yang lengkap dan 1 kolom untuk unit
satuan batuan.
b. Pengambilan contoh tanah tak terganggu
Pengambilan contoh tanah tak terganggu dilakukan
dengan cara bor tangan menggunakan tabung contoh
tanah ("split tube" untuk tanah keras atau
"piston tube" untuk tanah lunak). Setiap contoh
tanah harus diberi identitas yang jelas (nomor
bor tangan, lokasi, kedalaman). Pemboran tangan
dilakukan pada setiap lokasi yang diperkirakan
akan ditimbun (untuk perhitungan penurunan)
dengan ketinggian timbunan lebih dari 4 meter dan
pada setiap lokasi yang diperkirakan akan digali
(untuk perhitungan stabilitas lereng) dengan
kedalaman galian lebih dari 6 meter; dengan
interval sekurang - kurangnya 100 meter dan/atau
setiap perubahan jenis tanah dengan kedalaman
sekurang-kurangnya 4 meter. Setiap pemboran
tangan dan contoh tanah yang diambil harus
difoto. Dalam foto harus terlihat jelas
identitas nomor bor tangan, dan lokasi. Semua
contoh tanah harus diamankan baik selama
penyimpanan di lapangan maupun dalam pengangkutan
ke laboratorium.
c. Pemboran Mesin (dilakukan untuk perencanaan pondasi
jembatan).
Pemboran mesin dilaksanakan dengan ketentuan-
ketentuan berikut
1. Pada dasarnya mengacu pada ASTM D 2113-94
2. Pendalaman dilakukan dengan menggunakan sistem
putar (rotary drilling) dengan diameter mata
bor minimum 75 mm.
3. Putaran bor untuk tanah lunak dilakukan dengan
kecepatan maksimum 1 putaran per detik.
4. Kecepatan penetrasi dilakukan maksimum 30 mm
per detik
5. Kestabilan galian atau lubang bor pada daerah
deposit yang lunak dilakukan dengan menggunakan
bentonite (drilling mud) atau casing dengan
diameter minimum 100 mm
6. Apabila drilling mud digunakan pelaksana harus
menjamin bahwa tidak terjadi tekanan yang
berlebih pada tanah
7. Apabila casing digunakan, casing dipasang
setelah mencapai 2 m atau lebih. Posisi dasar
casing minimal berjarak 50 cm dari posisi
pengambilan sampel berikutnya
8. Untuk jembatan bentang tunggal minimal setiap
titik abutment sedang untuk bentang jamak
minimal 2 pien satu titik bor
d. Pemboran Tangan (perencanaan jalan baru atau
pelebaran jalan 1 lajur). Pemboran tangan
dilakukan dengan mengacu pada ASTM D 4719, untuk
jalan baru atau pelebaran jalan lebih dari satu
lajur maka dilakukan pengeboran setiap interval 1
Km.
e. Pengujian Kompaksi Batu Gamping
Suatu studi untuk menilal kelayakan batu gamping
sebagai bahan timbunan dilakukan dengan
memperhatikan :
Perilaku pemadatan laboratorium.
Persyaratan material untuk timbunan termasuk
yang berkaitan dengan kekuatan dan konsistensi
material.
Sifat kimia yang berkaitan dengan pengaruh
lingkungan dan air terhadap durabilitas kinerja
timbunan.
f. Sondir (Pneutrometer Static)
Sondir dilakukan untuk mengetahui kedalaman
lapisan tanah keras, menentukan lapisan-lapisan
tanah berdasarkan tahanan ujung konus dan daya
lekat tanah setiap kedalaman yang diselidiki,
alat ini hanya dapat digunakan pada tanah
berbutir halus, tidak boleh digunakan pada daerah
aluvium yang mengandung komponen berangkal dan
kerakal serta batu gamping yang berongga, karena
hasilnya akan memberikan indikasi lapisan tanah
keras yang salah.
Ada dua macam alat sondir yang digunakan
1. Sondir ringan dengan kapasitas 2,5 ton
2. Sondir berat dengan kapasitas 10 ton
Pembacaan dilakukan pada setiap penekanan pipa
sedalam 20 cm, pekerjaan sondir dihentikan
apabila pembacaan pada manometer berturut-turut
menunjukan harga >150 kg/cm 2, alat sondir
terangkat keatas, apabila pembacaan manometer
belum menunjukan angka yang maksimum, maka alat
sondir perlu diberi pemberat yang diletakkan pada
baja kanal jangkar.
Hasil yang diperoleh adalah nilai sondir (qc)
atau perlawanan penetrasi konus dan jumlah
hambatan pelekat (JHP). Grafik yang dibuat adalah
perlawanan penetrasi konus (qc) pada tiap
kedalaman dan jumlah hambatan pelekat (JHP)
secarakumulatif.
Untuk jembatan bentang tunggal minimal setiap
titik abutment sedang untuk bentang jamak minimal
2 pien satu titik bor
3. Lokasi Quarry
Penentuan lokasi quarry baik untuk perkerasan
jalan, struktur jembatan, maupun untuk bahan
timbunan (borrow pit) diutamakan yang ada
disekitar lokasi pekerjaan. Bila tidak dijumpai,
maka harus menginformasikan lokasi quarry lain
yang dapat dimanfaatkan.
Penjelasan mengenal quarry meliputi jenis dan
karakteristik bahan, perkiraan kuantitas, jarak
ke lokasi pekerjaan, serta kesulitan-kesulitan
yang mungkin timbul dalam proses penambangannya,
dilengkapi dengan foto-foto.
C. Persyaratan
a. Pengujian Lapangan
Metoda pekerjaan lapangan lainnya harus sesuai
dengan persyaratan seperti yang dijelaskan pada
Tabel 1 pengujian lapangan pada berikut :
b. Pekerjaan Laboratorium
Pekerjaan Laboratorium dilaksanakan sesuai
ketentuan yang tercantum pada Tabel 2 berikut :
A. Tujuan
Survey lalu lintas bertujuan untuk mengetahui kondisi
lalu lintas, kecepatan kendaraan rata-rata, serta
menginventarisasi jumlah setiap jenis kendaraan yang
melewati ruas jalan tertentu dalam satuan waktu, sehingga
dapat dihitung lalu lintas harian rata-rata sebagai dasar
perencanaan selanjutnya.
Untuk proyek ini survey lalu lintas hanya berdasarkan
data data sekunder saja.
A. Tujuan
Survey Perkerasan Jalan ini bertujuan untuk mengetahui
data struktural perkerasan yang ada, dengan meliputi
lendutan suatu konstruksi jalan, kekasaran jalan, daya
dukung tanah dasar dan susunan/lapisan perkerasan.
Untuk proyek ini survey perkerasan jalan hanya
berdasarkan data data sekunder saja.
f.Inventarisasi Jalan dan Jembatan
A. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan data
secara umum mengenai kondisi perkerasan maupun kondisi
jembatan yang terdapat pada ruas jalan yang ditinjau.
B. Lingkup Pekerjaan
a. Inventarisasi Jalan
Pemeriksaan dilakukan dengan mencatat kondisi rata-rata
setiap 200 m yang tercatat selama berkendaraan. Untuk
kondisi tertentu yang memerlukan data yang lebih rapat,
interval jarak dapat diperpendek .
Data yang harus diperoleh dari pemeriksaan ini adalah:
1. Lebar perkerasan yang ada dalam meter.
2. Jenis bahan perkerasan yang ada, misalnya AC, HRS,
Lasbutag, Penetrasi Macadam dan lain - lain.
3. Kondisi daerah samping jalan serta sarana utilitas
yang ada seperti saluran samping, gorong-gorong,
bahu, berm, kondisi drainase samping, jarak
pagar/bangunan pendukung/tebing kepinggir perkerasan.
4. Lokasi awal dan akhir pemeriksaan harus jelas dan
sesuai dengan lokasi yang ditentukan untuk jenis
pemeriksaan lainnya.
b. Inventarisasi Jembatan
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan
informasi mengenai existing jembatan yang terdapat pada
ruas jalan yang ditinjau.
Informasi yang harus diperoleh dari pemeriksaan ini
adalah sebagai berikut
1. Nama, lokasi, tipe dan kondisi jembatan.
2. Dimensi jembatan yang meliputi bentang, lebar ruang
bebas dan jenis lantai.
3. Perkiraan volume pekerjaan bila diperlukan pekerjaan
perbaikan atau pemeliharaan.
4. Data yang diperoleh dicatat dalam satu format yang
standar.
5. Foto dokumentasi minimum 2 (dua) lembar untuk setiap
jembatan yang diambil dari arah memanjang dan
melintang. Foto ditempel pada format yang standar.
2. Perencanaan Geometri dan Alinyemen Jembatan
a. Kendala alinyemen horisontal dan vertical;
b. Kendala geoteknik;
c. Profil topografi;
d. Kendala di bawah lintasan atau sungai/laut;
e. Kebutuhan tinggi bebas vertikal.
3. Penentuan Bentang dan Lebar Jembatan
a. Profil topografi;
b. Teknolgi konstruksi (kemudahan dalam pelaksanaan);
c. Faktor ekonomis;
d. Kebutuhan lalu lintas berdasarkan hasil survai lalu
lintas;
e. Prediksi lalu lintas masa depan;
f. Kemungkinan dan kemudahan pelebaran jembatan pada masa
akan datang.
4. Pemilihan Bentuk Struktur Jembatan
a. Kendala geometri;
b. Kendala material dan ketersediaannya;
c. Kecepatan pelaksanaan;
d. Kesulitan perencanaan dan pelaksanaan;
e. Pemeliharaan jembatan;
f. Biaya konstruksi.
5. Perencanaan Struktur Bawah Jembatan
Struktur bangunan bawah harus direncanakan secara benar
terhadap aspek kekuatan dukung dan stabilitas, sebagai
akibat beban struktur atas dan tekanan tanah vertikal
ataupun horisontal dan harus mengikuti aturan-aturan yang
ditentukan dalam Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge
Design Code) BMS ’92, faktor-faktor yang perlu
diperhatikan adalah:
a. Struktur bawah jembatan harus direncanakan untuk
menanggung beban struktur atas melalui komponen
tumpuan, yang sudah merupakan kombinasi terbesar dari
semua beban struktur atas, beserta beban-beban yang
bekerja pada struktur bawah yaitu: tekanan tanah
lateral, gaya-gaya akibat aliran air, tekanan air,
gerusan, tumbukan serta beban-beban sementara lainnya
yang dapat bekerja pada komponen struktur bawah.
b. Kekuatan struktur bawah harus ditentukan berdasarkan
analisis struktur dan cara perencanaan kekuatan yang
ditetapkan di dalam peraturan yang berhubungan dengan
material yang digunakan.
c. Perletakan jembatan harus direncanakan berdasarkan
asumsi yang diambil didalam modelisasi struktur dengan
memperhatikan kekuatan dan kemampuan deformasi komponen
perletakan seperti karet elastomer yang mengacu kepada
SNI 03-4816-1998 “Spesifikasi bantalan karet untuk
perletakan jembatan”.
d. Deformasi yang potensial terjadi khususnya penurunan
harus diperhatikan didalam perencanaan struktur bawah.
Penurunan harus diantisipasi dan dihitung dengan cara
analisis yang benar berdasarkan data geoteknik yang
akurat, dimana pengaruh dari potensial penurunan
diferensial dari struktur bawah, bila ada harus
diperhitungkan dalam perencanaan struktur atas.
e. Jika gerusan dapat mengakibatkan terkikisnya sebagian
tanah timbunan di atas atau di samping suatu bagian
struktur bawah jembatan maka pengaruh stabilitas dari
massa tanah harus diperhitungkan secara teliti.
f. Umur layan rencana struktur bawah harus direncanakan
berdasarkan perilaku jangka panjang material dan
kondisi lingkungan khususnya bila berada dibawah air
yang diaplikasikan pada rancangan komponen struktur
bawah khususnya selimut beton, permeabiitas beton atau
tebal elemen baja terhadap resiko korosi ataupun
potensi degradasi material.
Bangunan bawah jembatan terdiri dari :
Kepala jembatan (Abutment)
Pilar (Pier)
Pondasi
1. Abutments
Abutment jembatan terletak pada ujung dari jembatan.
Fungsi abutment adalah :
1. Mentransfer beban dari struktur atas ke pondasi.
2. Sebagai dinding penahan tanah.
3. Menahan gerusan (scouring) jika jembatan terletak
pada sungai.
WING TIMBUNAN
WALL
DINDING
ABUTMENT
FOOTINGS
2. Pier
Dimasa lampau, pemilihan bentuk pier yang dilakukan ahli
struktur jembatan lebih cenderung dengan pertimbangan
fungsional, estetika bentuk pier dilakukan hanya
berdasarkan intuisi. Namun dewasa ini, estetika dari
sebuah jembatan seharusnya melibatkan tenaga ahli yang
berkompeten, misalnya arsitektur. Pemilihan bentuk,
warna, pencahayaan dan proporsional.
Secara keseluruhan akan membentuk struktur jembatan yang
indah dan selaras dengan lingkungan.
Untuk acuan awal dimensi dari bentuk-bentuk pier dapat dilihat
pada lembar berikut ini :
8-10 M
1M
SLOPE
1:6
0.75 M
8-10 M
1M
SLOPE 0.75 M
1:6
0.75 M
PIER BENTUK HAMMER
H
0.3H 0.4H 0.3H
0.7 M
0.15H
SLOPE V
1:12
H
Untuk ratio 2,25 Single Hammer
V
H
0.2H 0.1H 0.4H 0.1H 0.2H
0.7 M 0.1H
H
Untuk 2,25 3 max H = 12 m
V
6. Perencanaan Pondasi Jembatan
Struktur bangunan bawah harus direncanakan secara benar
terhadap aspek
kekuatan dukung dan stabilitas, sebagai akibat beban
struktur atas dan beban
struktur atas dan harus mengikuti aturan-aturan yang
ditentukan dalam Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge
Design Code) BMS ’92, faktor-faktor yang perlu
diperhatikan adalah:
a. Analisis dapat dilakukan terpisah atau terintegrasi
dengan analisis struktur jembatan. Penggunaan paket
software komersil, harus dilakukan validasi terlebih
dahulu dengan menggunakan contoh dari text book dan
dicek secara manual untuk mendapatkan keyakinan.
b. Pondasi jembatan pada umumnya dapat dipilih dari jenis:
1) Pondasi dangkal/pondasi telapak
2) Pondasi caisson
3) Pondasi tiang pancang (jenis end bearing atau
friction)
4) Pondasi Tiang Bor
5) Pondasi jenis lain yang dianggap sesuai
c. Penentuan jenis dan kedalaman pondasi dilakukan
berdasarkan kondisi lapisan tanah dan kebutuhan daya
dukung untuk struktur bawah serta batasan penurunan
pondasi. Secara umum kondisi dan kendala lapangan yang
harus dipertimbangkan adalah:
1. Pembebanan dari struktur jembatan
2. Daya dukung pondasi yang dibutuhkan
3. Daya dukung dan sifat kompresibilitas tanah atau
batuan
4. Penurunan yang diijinkan dari struktur atas/bawah
jembatan
5. Tersedianya alat berat dan material pondasi
6. Stabilitas tanah yang mendukung pondasi
7. Kedalaman permukaan air tanah
8. Perilaku aliran air tanah
9. Perilaku aliran air sungai serta potensi gerusan dan
sedimentasi
10. Potensi penggalian atau pengerukan di kemudian
hari yang berdekatan dengan pondasi
d. Khususnya untuk penggunaan pondasi tiang, penentuan
jenis dan panjang tiang harus dilakukan berdasarkan
kondisi lapangan di lokasi rencana jembatan, khususnya
kondisi planimetri serta berdasarkan atas evaluasi yang
cermat dari berbagai informasi karakteristik tanah yang
tersedia, perhitungan kapasitas statik vertikal dan
lateral, dan/atau berdasarkan riiwayat/pengalaman
sebelumnya.
Diagram V-3
Tipe-tipe pondasi yang lazim dilaksanakan.
Pondasi Telapak
Pondasi Dangkal
Pondasi Lajur Tiang Pra-cetak/
Tiang Pancang
Pondasi Tiang
Tiang Bor
Pondasi Dalam
Open Caisson
Pondasi Caisson
Pneumatic Caisson
Kedalaman Bearing
Layer (m) 50 > 60
10 20 30 40
Pondasi Dangkal
Pipa baja
Pondas Profil H
i Baja
Tiang Precast
Bore
Caisso Open
Pneumatic
n
Pondas
i
Diagram IV-4
Alir Pemilihan Jenis Pondasi
Tidak Aplicable
C G
aplicable
Tidak
Aplicable
Tidak aplicable Aplicable
D G
aplicable
Tidak
aplicable
Aplicable
Tidak Aplicable
E G
aplicable
Tidak
aplicable
Aplicable Aplicable
Tidak
F G
aplicable
Tidak
aplicable
Preliminary Desain
Detail Desain
Hollow Beam
Continuous T Beam
Beam
Precast
T Beam
Simple Beam Composite I
Beam
Continuous T Beam
Beam
Slab
Falsework Fixed
Slab
Movable Continuous
T Beam
Falsework Beam
Box Beam
Incremental Continuous
Box Beam
Launching Girder
One Hinge Box Beam
Cantileverin Rigid Frame
g Continuous Box Beam
Girder
Others Arch Slab
Truss
USULAN TEKNIS IV - 39
Uraian Pendekatan dan Metodologi
Rigid Frame
Suspended Slab T Beam
Br.
Cable Stayed Box Girder
Br.
Suspension Br.
Rolled H Beam
Simple Composite
Plate Girder
Simple Composite
Plate
Box Girder
Continuous Non
Composite Plate
Girder
Continuous Non
Composite Box
Girder
Continuous
Composite Plate
Girder
Steel Plate Deck
Box Girder
Rigid Frame
Simple Truss
Truss
Continuous
(Cantilever) Truss
Langer Girder
Inversed Langer
Girder
USULAN TEKNIS IV - 40
Uraian Pendekatan dan Metodologi
Lohse Girder
Type
Inversed Lohse
Girder
Longer Truss
Arch
Trussed Langer
Girder
Nielsen Type
Arch
Cable Stayed Bridge
Suspension Bdge
USULAN TEKNIS IV - 41
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong
V.3.HASIL KERJA
V.3.1.Analisis Data
1. Perhitungan Kekuatan Struktur Jembatan
Untuk perencanaan detail struktur jembatan, harus
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
Perencanaan struktur jembatan harus diperhitungkan
terhadap keamanan, daya tahan serta ketersediaan
material di lokasi.
Semua perhitungan struktur harus dibuat analisanya
berdasarkan analisa struktur yang lazim digunakan
dan untuk struktur konstruksi khusus harus dilakukan
perhitungan dengan menggunakan perangkat lunak STAAD
3/ EfAB/SAP/STRUDLE, atau software yang lazim
dipakai.
Konstruksi permanen dengan umur konstruksi minimal
25 tahun.
Efesien biaya dengan memperhitungkan sistem
konstruksi yang paling mudah dalam pelaksanaan,
menggunakan material bangunan setempat, peralatan
dan kemampuan teknis kontraktor.
Keamanan dalam pelaksanaan.
Kemudahan dalam operasi dan pemeliharaan.
5.3.2.Album Gambar
Album Peta dan gambar ukuran A1 sebanyak 5 (lima)
eksemplar dan Ukuran A3 sebanyak 10 (sepuluh)
eksemplar, yang berisi gambar-gambar :
a. Peta Lokasi
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong
V.3.2.Laporan-Laporan
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong
b. Laporan Akhir
Laporan ini merupakan laporan akhir detail
perencanaan DED Jembatan Kawasan Industri Balohan
dengan mengakomodir semua masukan - masukan hasil
diskusi dari konsep laporan akhir dan dilampirkan
foto-foto lokasi per kegiatan. Masing masing jenis
laporan dibuat rangkap 10 (sepuluh) dan diserahkan
55 (lima puluh lima) hari kalender setelah
diterbitkan SPMK. Laporan ini secara garis besar
meliputi:
a. Buku Utama Laporan Akhir
a-1. Kompilasi Data
a-2. Gambaran Umum Kawasan Perencanaan
a-3. Kriteria perencanaan untuk setiap itrm
pekerjaan yang direncanakan
a-4. Analisa Perhitungan untuk setiap item
pekerjaan yang direncanakan.
b. Dokumen Lelang Paket Pekerjaan:
b-1. Buku 1 Syarat Pelelangan
b-2. Buku 2 Spesifikasi Teknis
b-3. Buku 3 Volume Pekerjaan
b-4. Buku 4 Gambar Rencana Teknis, yang
terdiri dari
- Album Peta dan gambar ukuran A1 sebanyak 5
(lima) eksemplar
- Ukuran A3 sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar,
yang berisi gambar-gambar
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong
V.4.Strategi
V.4.1.Prinsip-Prinsip Umum
Prinsip-prinsip umum perencanaan dasar yang biasa
digunakan dalam penyusunan Jembatan Kawasan Industri,
yaitu:
a. Keadaaan Batas Ultimit
Adalah aksi yang diberikan pada jembatan yang
menyebab-kan sebuah jembatan menjadi tidak aman.
Keadaan Batas ultimit terdiri dari :
a. Kehilangan keseimbangan statis.
b. Kerusakan sebagian jembatan.
c. Keadaan purna-elastis atau purna-tekuk dimana satu
bagian jembatan atau lebih mencapai kondisi
runtuh.
d. Kehancuran dari bahan pondasi yang menyebabkan
pergerakan yang berlebihan atau kehancuran bagian
utama jembatan.
b. Keadaan Batas Layan
Keadaan Batas Daya Layan akan tercapai jika reaksi
jembatan sampai pada suatu nilai, sehingga:
a. Tidak layak pakai
b. Kekhawatiran umum terhadap keamanan
c. Pengurangan kekuatan
d. Pengurangan umur pelayanan
c. Umur Rencana
Umur rencana jembatan diperkirakan 50 tahun, kecuali:
a. Jembatan sementara 20 tahun
b. Jembatan khusus 100 tahun
d. Persyaratan Pilar dan Kepala Jembatan
a. Gangguan terhadap jalannya air
terbatas/seminimal mungkin
b. Menghindarkan tersangkutnya benda hanyutan
c. Memperkecil rintangan bagi pelayaran
d. Letak diusahakan sedapat mungkin sejajar dengan
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong
V.4.2.Tahapan Perencanaan
1. Tahap I
Mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk
menjelaskan fungsi jembatan, geometri dan
beban:
a. Lebar jembatan dan jumlah jalur
b. Lebar trotoir
c. Alinyemen jembatan
d. Geometri sungai
e. Karakteristik aliran sungai
f. Besaran-besaran tanah
g. Perlengkapan umum
h. Beban jembatan
i. Jarak bebas vertikal dan horizontal
j. Bangunan atas yang tersedia
2. Tahap 2
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong
3. Tahap 3
Dengan kreatifitas tentukan daftar rencana
alternatif terbaik. Dalam batas hambatan
geometrik yang ditentukan dalam tahap 2,
dipilih 2 atau 3 kombinasi bangunan
bawah/pondasi/bangunan atas yang memenuhi
pokok perencanaan secara baik
a. Rancangan percobaan
b. Jenis dan dimensi bangunan atas dan
bangunan bawah tipikal:
- Bangunan atas kayu
- Bangunan atas baja, komposit
- Bangunan atas beton bertulang
- Bangunan atas beton prategang
- Bangunan bawah tanah dengan pondasi
langsung, sumuran dan tiang pancang c.
Pilihan alternative
4. Tahap 4
Laksanakan analisis perencanaan sementara
untuk alternatif terbaik dari tahap 3.
Rencana- rencana sementara tersebut memberikan
dimensi yang diperlukan untuk mencapai
kekuatan dan tujuan stabilitas
5. Tahap 5
Perkirakan biaya untuk alternatif-alternatif
tersebut. Perkiraan biaya tersebut digunakan
untuk menentukan alternatif (bila ada) yang
ekonomis dapat diterima
6. Tahap 6
Selesaikan rencana sementara yang menghemat
biaya dan buatlah: gambar rencana, laporan
perencanaan dan perkiraan biaya yang baru
Perencanaan Pembangunan Turap/Talud/Bronjong
V.5.FASILITAS PENDUKUNG
V.5.1.Umum
BAB VI
Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
BAB VII
Penutup