Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Baku


Bahan baku yang digunakan adalah Vinyl acetate monomer (VAM). Vinil
asetat pertama kali dikenal di Jerman dengan nomor hak paten 271.381 atas nama Dr.
F. Klate dari Grisheim-Electron Chemical Works pada bulan Juni 1912. VAM
merupakan bahan tak berwarna, cair, berbau dan mudah terbakar, viskositas 0,4 cP
dengan suhu 200C, larut dalam air sekitar 2% pada suhu 250C, titik didih 72,70C
VAM diproduksi dengan mereaksikan asetilen dan asam asetat dengan katalis yang
cocok. Teknik sebelumnya dilaksanakan dalam fase cair, tetapi metode ini kemudian
diganti dengan fase gas pada tahun 1930 dengan tujuan efisiensi dengan
menggunakan suhu tinggi (Hanif & Rozalina, 2020).
HC ≡ CH + CH3COOH → H2C = CHOOCCH3
Asetilen asam asetat vinil asetat
Vinil asetat monomer merupakan monomer yang sering digunakan untuk
memproduksi polivinil asetat, kopolimer asetat, polivinil asetat phthalate, dan
polivinil alkohol. Vinil asetat memiliki kelarutan yang signifikan di air, sehingga
mempengaruhi karakteristik dari polimerisasi vinil asetat itu sendiri (Yildirim Erbil,
2000). Bahan baku berupa vinil asetat monomer (VAM) tidak diproduksi di Indonesia
oleh sebab itu untuk VAM diimpor dari PT. Dow Chemicals , China.

2.2 Produk
Polivinil asetat (PVAc) adalah perekat termoplastik tidak berwarna, biasanya
tidak beracun, yang dibuat dengan polimerisasi vinil asetat. PVAc ditemukan pada
tahun 1912 oleh Dr. Fritz Klatte di Jerman. PVAc adalah perekat terdispersi air yang
paling banyak digunakan. PVAc biasa disebut sebagai lem kayu, lem putih, atau lem
PVAc. (Kaboorani & Riedl, 2015).
Polivinil asetat diproduksi dalam skala industri mulai sekitar tahun 1935 di
jerman dan masih terus berlanjut hingga sekarang dengan perkembangan yang

9
10

signifikan. Pada umumnya, emulsi polivinil asetat merupakan cairan berwarna putih
susu yang mengandung 40-55% padatan polimer (Erbil, 2010).  

Gambar Polimerisasi pembentukan polivinil asetat (Amalya, 2014)

2.3 Spesifikasi bahan baku dan produk


2.3.1 Spesifikasi Bahan Baku
a. Vinil Asetat Monomer (MSDS Vinyl Acetate Monomer, 2022).
Rumus Molekul : C4H6O2
Berat Molekul : 86,09 gram/mol
Bentuk : cairan tidak berwarna
Specific Gravity : 0,9317
Viskositas : 0,404 cP (Pada suhu 25oC)
Titik Didih, 1 atm : 72,2oC
Titik Nyala : -7,8oC
Tekanan Uap, 20oC : 83 mmHg
UFL : 13,4%
LFL : 2,6%
LD50 : 1.613 mg/kg (tikus)
Komposisi (w/w)
C4H6O2 : 99,90%
H2O : 0,10%

b. Polivinil Alkohol (MSDS Polyvinyl Alcohol, 2022)


Rumus Molekul : (C2H4O)n
Berat Molekul : (44,05)n gram/mol
Bentuk : serbuk berwarna putih
11

Specific Gravity : 1,19


Titik Leleh : 228oC
Titik Nyala : 79oC
LD50 : 14.700 mg/kg

c.Air
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02 gram/mol
Bentuk : cairan bening
Specific Gravity :1
Titik Didih, 1 atm : 100oC
Tekanan Uap, 20oC : 2,3 kPa

2.3.2 Spesifikasi Bahan Pendukung


a. Potassium Persulfate (MSDS Potassium Persulfate, 2022).
Rumus Molekul : K2S2O8
Berat Molekul : 270,33 gram/mol
Bentuk : serbuk tidak berwarna
Specific Gravity : 2,477
Titik Leleh : 100oC

b. Sodium Dodecyl Sulfate (MSDS Sodium Dedocyl Sulfate, 2022).


Rumus Molekul : CH3(CH2)11(OCH2CH2)nOSO3Na
Berat Molekul : 86,09 gram/mol
Bentuk : cairan tidak berwarna
Specific Gravity : 1,01
Titik Didih, 1 atm : 100oC
Tekanan Uap, 20oC : 2,3 kPa
LD50 : 6.440 mg/kg (tikus)
Komposisi (w/w)
12

CH3(CH2)11(OCH2CH2)nOSO3Na : 15-25%
H2O : 75-85%

c. Natrium Bikarbonat (MSDS Natrium Bicarbonat, 2022).


Rumus Molekul : NaHCO3
Berat Molekul : 84,01 gram/mol
Bentuk : padatan putih tidak berbau
Specific Gravity : 2,159
LD : 3.360 mg/kg

2.3.3 Spesifikasi Bahan Produk


a. Polivinil Asetat Emulsi (MSDS Polivynil Acetate, 2022)
Rumus Molekul : (C4H6O2)n
Berat Molekul : 154.962 gram/mol
Derajat Polimerisasi : 1800
Bentuk : cairan kental berwarna putih
Specific Gravity : 1,12
Viskositas : 22.000 cP
Titik Didih : 100oC
Tekanan Uap, 20oC : 17,53 mmHg
Komposisi
(C6H10O2)n : 50-55%
H2O : 38-45%
(C2H4O)n : 5-6%
Lain-lain : <0.5%

2.4 Macam-Macam Proses Pembuatan


Proses pembuatan polivinil asetat dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
1. Polimerisasi Emulsi dengan penstabil Polivinil Alkohol
2. Polimerisasi emulsi dari bahan baku sisa bahan tambang
13

2.4.1 Polimerisasi Emulsi dengan Penstabil Polivinil Alkohol


Polimerisasi vinil asetat dalam emulsi menggunakan polivinil alkohol atau
polivinil asetat terhidrolisis sebagian yang larut dalam air. Polimerisasi emulsi vinil
asetat dilakukan dalam keter berjaket 3400 L yang berlangsung secara semi kontinyu.
Bahan yang dimasukkan awal ke reaktor :
1. Air sebanyak 1090 liter.
2. Polivinil asetat yang terhidrolisis parsial yang mengandung 20% residual
polivinil asetat yang viskositasnya pada 4% aqueous solution adalah diantara
55 dan 65 centipoises sebagai emulsifier sebanyak 136 kg.
3. Antifoam D 609 sebanyak 454 gram.
4. Zinc formaldehyde sulfoxylate sebagai inisiator sebanyak 6,44 kg.
5. Santomerse S sebanyak 9,05 kg.
6. Hidrogen peroksida sebagai inisiator sebanyak 1120 ml.
7. Vinil asetat sebanyak 128 kg.
8. Dilauryl peroxide sebanyak 3,06 kg.
Semua bahan dimasukkan ke RATB pada suhu kamar. Pada penambahan
dilauryl proxide sebagai bahan terakhir suhu akan spontan naik ke 60 oC, kemudian
akan stabil disekitar suhu 70oC. Selanjutnya dilakukan penambahan beberapa bahan
selama proses yang terdiri dari:
9. a. Hidrogen peroksida sebanyak 5000 ml.
b. Air sebanyak 27,2 liter.
10. a. Natrium bikarbonat (buffer) sebanyak 2,26 kg.
b. Air sebanyak 27,2 liter
11. Vinil asetat sebanyak 1151 kg.
Vinil asetat ditambahkan sedikit demi sedikit selama proses berlangsung, dan
air pendingin dialirkan pada jaket pemanas. Setelah penambahan suhu akan stabil
pada 90oC. Penambahan larutan buffer menaikkan pH ke 4,5. Produk yang dihasilkan
lembut, stabil, dan krim emulsi bebas dari partikel pasir dengan viskositas 700 poise
pada suhu 25oC (Bouchard, 1970).
14

Dalam industri variasi hasil produksi harus ditekan semaksimal mungkin


dengan batasan yang sempit sesuai dengan standar yang diinginkan, sehingga didapati
kualitas yang konstan. Untuk mencapai kondisi konstan proses polimerisasi emulsi
tidak boleh mengalami variasi seperti perubahan kondisi kecil bahan baku atau
kondisi operasi. Ada dua jenis polimer emulsi VAc yang diproduksi; tingkat ukuran
partikel halus (0,1-0,2 mikron) dengan menggunakan pengemulsi anionik dan atau
nonionik dan tanpa koloid pelindung dan emulsi ukuran partikel besar (0,5-3 mikron)
yang seringkali hanya distabilkan oleh koloid pelindung seperti polivinil alkohol (88
% terhidrolisis) dan hidroksietilselulosa. Poli (vinil alkohol) berperan penting sebagai
koloid pelindung dalam polimerisasi emulsi vinil asetat. Emulsi yang distabilkan
dengan poli (vinil alkohol) memiliki banyak keunggulan, diantaranya terkait dengan
Newtonian fluidity, superior primary wet tackiness, high strength dan creep resistant
film properties.

Tabel 2.1 Bahan Baku Polimerisasi Emulsi Polivinil Asetat dengan Penstabil
Polivinil Alkohol

Bahan Baku Jumlah (% Total Massa)

Air Deionisasi 46.645

Vinil Asetat (Monomer) 47.0

Polivinil alkohol (88% terhidrolisis) 5.0


(pelindung koloid)

Kalium Persulfat (Inisiator) 0.176

Natrium Bikarbonat (Buffer) 0.132

Formladehid (Fungisida) 1.047

Air deionisasi bersama dengan polivinil alkohol dimasukkan ke dalam


reaktor. Reaktor dipanaskan sampai 90-95°C dengan bantuan uap dan ditahan selama
2 jam. Monomer vinil asetat diisikan ke dalam tangki monomer dari tangki
15

penyimpanan monomer. Pada suhu 80-82°C, ditambahkan natrium dodesil sulfat


(pengemulsi) dan natrium bikarbonat (penyangga). pH dijaga pada 7,5 - 8,2. Jika
dibutuhkan tambahkan natrium bikarbonat mengatur pH-nya. Pada suhu 78 - 80 °C
2,5% dari kalium persulfat (inisiator) yang dilarutkan dalam air deionisasi
ditambahkan ke dalam reaktor, dan proses feeding vinil asetat monomer pun
dilakukan. Laju feeding monomer adalah 3kg/jam selama 30 menit dan 6 kg/jam
selama 5-6 jam. Suhu reaktor dijaga pada 76 - 80°C dengan bantuan air dingin. Yang
diumpankan ke dalam external jacket. Bahan di dalam reaktor kemudian diproses
dengan refluks kondensor (yang dilengkapi dengan pendinginan evaporatif.
Sebanyak 1/12 bagian dari sisa inisiator yang terlarut dalam air deionisasi
ditambahkan setiap 30 menit selama masa feeding monomer. Setelah proses feeding
monomer selesai, sisa inisiator ditambahkan kembali dan didiamkan selama 1 jam
pada suhu 76 - 80°C. Proses pendinginan reaktor kemudian mulai dilakukan dan
formaldehid ditambahkan, lalu didiamkan kembali 30 menit. Butuh waktu 30 menit
untuk mengosongkan reaktor. Reaktor dibersihkan secara manual dengan membuang
deposit koagulum setelah setiap 5-6 batch (Sood, 2010).
16

Gambar 2.2 Blok Diagram Proses Polimerisasi Emulsi dengan Penstabil Polivinil
Alkohol

Keuntungan polimerisasi emulsi 

a). Pengendalian mudah : viskositas massa reaksi jauh lebih kecil daripada larutan
dengan konsentrasi yang sebanding 

b). Dengan menggunakan konsentrasi surfaktan yang tinggi dan konsentrasi monomer
yang rendah maka akan diperoleh laju polimerisasi dan panjang rantai yang tinggi
sekaligus c). Ukuran partikel produk yang kecil sehingga dapat menurunkan jumlah
residu monomer. 

Kekurangan Polimerisasi Emulsi : 


17

a). Sulit untuk memperoleh polimer yang murni. Permukaan partikel-partikel yang
kecil menyebabkan besarnya luasnya permukaan sehingga memudahkan zat-zat
pengotor yang teradsorpsi meliputi penarikan air oleh sisa surfaktan, yang dalam
jumlah sangat kecilpun dapat menimbulkan masalah. 

b). Diperlukan teknologi untuk mengambil produk polimer padat yang terbentuk 

c). Air dalam reaksi menurunkan jumlah produk per volume reaktor. (Harahap dan
Manurung, 2005)

2.4.2 Polimerisasi larutan dengan pelarut metanol

Polivinil asetat jenis ini menggunakan pelarut untuk melarutkan senyawa


prekursornya. Secara termodinamika, pelarut yang baik digunakan untuk sintesis
polivinil asetat adalah pelarut organik alifatik yang bersifat volatil dan merupakan
senyawa polar, seperti metanol, aseton, dan kloroform. Pelarut-pelarut tersebut
memiliki temperatur transisi gelas yang relatif rendah, sehingga tidak begitu
berpengaruh pada sifat termal dari polivinil asetat (Olayemi dan Adeyeye, 1982).

Kedalam larutan berisi 500 bagian vinil asetat dalam 125 bagian metanol pada suhu
40 di tambahkan 1,84 bagian alpha,alpha`-azobis. Polimerisasi berlangsung selama
2,5 jam pada suhu 40 - 42 C, setelah itu proses polimerisasi dihentikan dengan m-
dinitrobenzen. Hasil polimer kemudian di isolasi dengan cara memisahkan metanol
dan monomer yang tidak bereaksi melalui pemanasan pada suhu 140-150 C (T.Cline,
1952).

Keuntungan Polimerisasi Larutan :

a). Pengendalian dan pemindahan panas lebih mudah

b). Perancangan sistem reaktor akan lebih mudah karena reaksireaksi yang terjadi
mengikuti hubungan kinetika yang telah dikenal

c). Larutan polimer yang diinginkan dapat langsung diaplikasikan (Harahap, 2005)

Kekurangan Polimerisasi Larutan :


18

a). Berpotensi beracun, mudah terbakar dan pencemaran lingkungan karena pelarut

b). Produk yang dihasilkan masih mengandung pelarut yang dianggap sebagai
pengotor

c). Produk yang dihasilkan lebih rendah dari polimerisasi massa

d). Biaya produksi lebih mahal karena penggunaan pelarut (Otaigbe, 2006 dalam
Amalya, 2014).

2.5. Pemilihan Proses.


Berdasarkan kedua cara proses pembuatan polimerisasi PVAc emulsi tersebut,
perbandingan keduanya untuk beberapa parameter tertentu dapat dilihat pada Tabel
2.2 berikut ini :
Tabel 2.2 Data Perbandingan Proses

Parameter Metode
Pembanding
Emulsifier PVAc Emulsifier PVA

Bahan Baku Vinil asetat Polivinil asetat Vinil asetat Polivinil


monomer terhidrolisis monomer alkohol
parsial

Fasa Cair Padatan Cair Padatan

Harga Rata $ 0,8/kg $ 1/kg $ 0,8/kg $ 2/kg


USD/kg

Ketersediaan Impor lokal Impor Lokal

Katalis Dilauryl peroxide -

Harga Rata $ 5/kg -


USD/kg
19

Solvent Air Air

Inisiator Hidrogen peroksida Potasium persulfate

Fasa Cair Padatan

Harga Rata $ 25/kg $ 1.47/kg


USD/kg

Surfaktan Santomerse S (30% aqueous Sodium Dodecyl Sulfate


solution of decyl
benzene sodium sulfonate
surfactant)

Harga Rata $ 2/kg $ 2/kg


USD/kg

Fasa Cair Padatan

Reaktor Reaktor Jaket Reaktor Jaket

Suhu reaktor 90˚C 90˚C

Tekanan 1 atm 1 atm

Waktu Tinggal 1 jam 1 jam

Waktu Feeding Tidak disebutkan 2,5 jam

Laju Feeding Tidak disebutkan 6 -10 kg/jam

Jenis reaksi Eksotermis Eksotermis

Konversi
20

Dari tabel diatas, maka prarancangan pabrik Polivinil Asetat dipilih proses
Polimerisasi Emulsi dengan Penstabil Polivinil Alkohol. Pemilihan proses didasarkan
pada :
a. Proses polimerisasi emulsi dengan penstabil polivinil alkohol dikarenakan
biaya yang lebih murah di bandingkan dengan proses emulsi bisa kita lihat
pada tabel di atas
b. Bahan penstabil bisa didapatkan dari suplier lokal dan berada di Gresik Jawa
Timur yang berdekatan dengan lokasi pabrik yang akan didirikan sehingga
memudahkan prosesnya.
c. Waktu feeding dan laju feeding monomer di perhitungkan karena
mengutamakan unsur safety, dimana proses polimerisasi di dalam reaktor
bersifat eksotermis.
DAFTAR PUSTAKA
Amalya, R. (2014). SINTESIS POLIVINYL ASETAT BERPELARUT METANOL:AIR
1:3 DENGAN VARIASI JENIS SURFAKTAN. ITS.
Bouchard, M. (1970). United States Patent Office PREPARATION OF
POLYWNYLACETATE ADHESIVE EMULSIONS.
https://patentimages.storage.googleapis.com/1a/c2/ca/373c8d5f8be781/
US3497521.pdf
Hanif, L., & Rozalina. (2020). PEREKAT POLYVINYL ACETATE (PVAc). Jurnal
Akar, 9(1), 50–60. https://doi.org/10.36985/jar.v9i1.193
Kaboorani, A., & Riedl, B. (2015). Mechanical performance of polyvinyl acetate
(PVA)-based biocomposites. In Biocomposites: Design and Mechanical
Performance (Fourteenth). Elsevier Ltd. https://doi.org/10.1016/B978-1-78242-
373-7.00009-3
MSDS Natrium Bicarbonat. (2022). MSDS NATRIUM BICARBONATE. In Smart
Lab (Issue 206).
MSDS Polivynil Acetate. (2022). MSDS Polivynil Acetate.
http://www.ampolymer.com/SDS/PolyvinylAcetateSDS.html
MSDS Polyvinyl Alcohol. (2022). (MSDS Polyvinyl Alcohol). Pure Chems, 41, 59–
70.
MSDS Potassium Persulfate. (2022). SAFETY DATA SHEET : POTASSIUM
PERSULFATE.
MSDS Sodium Dedocyl Sulfate. (2022). (MSDS Sodium Dedocyl Sulfate Emprover
Essential Ph Eur) (Issue Kategori 3).
MSDS Vinyl Acetate Monomer. (2022). Material Safety Data Sheet (MSDS) - Vinyl
Acetate Monomer.
Sood, A. (2010). Increasing PVAc emulsion polymerization productivity-an
industrial application. Indian Journal of Chemical Technology, 17(1), 34–42.
T.Cline, E. (1952). Water Resistant Polyvinyl Alcohol Filament and Process For
Producing Same.
Yildirim Erbil, H. (2000). General Emulsion Polymerization. Vinyl Acetate Emulsion

9
10

Polymerization and Copolymerization with Acrylic Monomers.


https://doi.org/10.1201/9781420038804.ch2

Anda mungkin juga menyukai