Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Porifera atau biasa disebut sebagai hewan berpori berasal dari kata pori
yang berarti lubang kecil dan fero yang berarti membawa atau
mengandung. Contoh dari porivera adalah sponsa. Sponsa merupakan
hawan yang hidup menempel pada suatu substrat di laut. Telah diketahui
kira-kira 2500 spesies, ada beberapa yang hidup di air tawar, tetapi
sebagian besar hidup di laut. Nama filum ini dari kenyataan bahwa tubuh
porifera mempunyai pori-pori. Air beserta makanan masuk melalui pori
kedalam rongga di dalam tubuh dari hewan akhirnya keluar melalui
oskulum. Air yang telah disaring ini akan dibuang melalui oskulum.
Tubuh spons terdiri dari dua lapisan sel, diantara kedua lapisan tersebut
terdapat bagian yang tersusun dari bahan yang lunak disebut mesoglea.
Sel-sel yang membentuk lapisan dalam mempunyai flagea, yang mengatur
aliran sel-sel ini dapat ”menangkap” partikel makanan.
Bentuk spons ditentukan oleh kerangka tubuh. Kerangka tersusun dari
spikula. Spikula tersebut dari sel-sel yang terdapat dalam mesoglea.
Spikula tersusun dari silika atau kapur (kalsium karbonat). Beberapa
sponsa tidak memiliki serabut-serabut yang lentur dari zat yang disebut
spongin. Sponsa terdapat di perairan yang dangkal di daerah tropis. Bila
sponsa diolah dapat digunakan untuk bahan atau alat pembersih. Seperti
yang kita ketahui suatu organisme yang melekat pada suatu subsurat, harus
mempunyai cara untuk menyebar keturunannya ke tempat lain. Untuk
tujuan itu sponsa menghasilkan larva kecil yang dapat ”berenang” dengan
bebas. Larva tersebut memisahkan diri dari induknya dan setelah
menemukan tempat hidup yang sesuai larva akan melekat disitu dan
berkembang menjadi hewan dewasa. Berdasar fosil porifera yang
ditemukan menunjukkan bahwa sponsa adalah salah satu hewan yang
pertama kali muncul di bumi. Tetapi tidak ada bukti bahwa ada hewan
yang berkembang dari sponsa. Sponsa seakan-akan menempati suatu

1
tempat yang agak unik dalam dunia hewan, oleh karena itu oleh bebrapa
ahli taksonomi, porifera dimasukkan dalam suatu kelompok yang disebut
parasoa.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana karakteristik umum porifera?


2. Bagaimana struktur tubuh porifera?
3. Bagaimana proses pencernaan makanan porifera?
4. Bagaimana sistem pernafasan porifera?
5. Bagaimana sistem ekskresi porifera?
6. Bagaimana sistem reproduksi porifera?
7. Bagaimana sistem saluran air porifera?
8. Bagaimana klasifikasi pada porifera?
9. Apa saja manfaat porifera?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui karakterisitik porifera
2. Dapat mengetahui struktur tubuh porifera
3. Dapat mengetahui proses pencernaan makanan pada porifera
4. Dapat mengetahui sistem pernapasan porifera
5. Dapat mengetahui sistem ekskresi porifera
6. Dapat mengetahui sistem reproduksi porifera
7. Dapat mengetahui sistem saluran air porifera
8. Dapat mengetahui dapat mengetahui klasifikasi porifera
9. Dapat mengetahui manfaat porifera

2
BAB II
ISI

A.Karakteristik Umum Porifera

Porifera (Latin: Porus = Pori, ferre = membawa), tubuhnya berpori,


diploblastik, simetri radial, tersusun atas sel-sel yang bekerja secara
mandiri (belum ada koordinasi antar sel yang satu dengan sel-sel lainnya).
Fase dewasa bersifat sesil (menetap pada suatu tempat tanpa mengadakan
perpindahan), dan berkoloni. Habitat umumnya air laut dan ada yang di air
tawar (Famili Spongilidae). Bentuk tubuh: kipas, jambangan bunga,
batang, globular, genta, terompet, dan lain-lain. Warna tubuh: kelabu,
kuning, merah, biru, hitam, putih keruh, coklat, jingga (sering berubah
tergantung tempat sinar). Mempunyai rongga sentral (spongoscoel). Jika
disentuh terasa kenyal seperti sepon.

3
Porifera merupakan hewan multiseluler yang paling sederhana. Porifera
sudah terdapat pembagian tugas kehidupan (diferensiasi), hal ini
mencirikan organisme tersebut mempunyai tingkat yang lebih tinggi dari
Filum Protozoa. Porifera hidup secara heterotrof. Makanannya adalah
bakteri dan plankton. Makanan yang masuk ke tubuhnya dalam bentuk
cairan sehingga porifera disebut juga sebagai pemakan cairan.

B.Struktur Tubuh Porifera

Struktur tubuh porifera adalah diploblastik artinya dilapisi oleh dua lapisan
jaringan, yaitu Lapisan Luar (Eksoderm) dan Lapisan Dalam (Endoderm).
Lapisan Luar (Eksoderm)
Lapisan luar tubuh porifera disusun oleh sel-sel epidermis yaitu epitel
yang disebut pinakosit. Sel-sel epitel pinakosit ini berbentuk pipih dan
tebal, fungsinya adalah sebagai pelindung tubuh dari porifera. Diantara
Pinakosit-pinakosit terdapat rongga atau pori yang disebut ostinum sebagai
tempat masuknya air yang membentuk saluran air dan akan bermuara ke
spongosol (rongga tubuh).
Lapisan Dalam (Endoderm)
Lapisan dalam tubuh porifera disusun oleh sel – sel “berleher” memiliki
flagela yang disebut sel koanosit. Flagela atau kaki pada sel koanosit yang
bergerak akan membentuk aliran air yang mengandung makanan dan
oksigen agar sampai ke spongosol. Setelah sampai ke spongosol, sel
koanosit akan menyerap makanan dari air tersebut, dan juga sel ini akan
mengatur pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam tubuh. Sisa
makanan dan air, serta komponen yang tidak dibutuhkan oleh tubuh akan
dibuang melalui Oskulum.

4
C.Proses Pencernaan Makanan Porifera

Porifera bersifat holozoik, dan saprozoik. Partikel-partikel makanan


menempel pada kolar. Pada saat itu mikrovili-mikrovili koanosit bertindak
sebagai filter. Makanan yang telah di saring oleh filter tadi diolah di dalam
vakuola makanan dengan bantuan enzim-enzim pencernaan (karbohidrase,
protease, dan lipase).

D. Sistem Pernapasan Porifera

Alat pernafasan terdiri atas sel-sel pinakosit (bagian luar) dan koanosit
(bagian dalam). Oksigen yang telah ditangkap oleh kedua jenis sel tersebut
diedarkan keseluruh tubuh oleh sel-selamubosit. Porifera bernapas dengan
cara memasukkan air melalui pori-pori (ostium) yang terdapat pada
seluruh permukaan tubuhnya, masuk ke dalam rongga spongocoel. Proses
pernapasan selanjutnya dilakukan oleh sel leher (koanosit), yaitu sel yang
berbatasan langsung dengan rongga spongocoel. Perhatikan Gambar 1.
Aliran air yang masuk melalui ostium menuju rongga spongocoel
membawa oksigen sekaligus zat-zat makanan. Pengikatan O2 dan
pelepasan CO2 dilakukan oleh sel leher (koanosit). Selain melakukan
fungsi pernapasan, sel leher sekaligus melakukan proses pencernaan dan
sirkulasi zat makanan. Selanjutnya, air keluar melalui oskulum.

5
E. Sistem Ekskresi Pada Porifera

Untuk pembuangan sisa- sisa metabolisme atau sampah tubuh, hewan


spons juga belum mempunyai alat khusus. Dalam penelitian, ternyata zat-
zat sampah yang berupa butir- butir itu dikeluarkan dari lingkungan
internal tubuhnya oleh amoebosit. Kemudian, ke luar bersama aliran air
melewati oskulum.
Seperti halnya Protozoa, maka proses pengaturan kadar air di dalam tubuh
spons ini pun diatur oleh vakuola denyut. Mekanisme pengaturan kadar air
dalam tubuh Porifera yang hidup di air laut tidak sehebat bila
dibandingkan dengan Porifera yang hidup di air tawar. Oleh sebab itu,
kadar kandungan vakuola denyut yang ada pada tubuh
Porifera air tawar akan lebih banyak bila dibandingkan dengan Porifera
Laut. (Kastawi dkk.2003)
Porifera banyak menghasilkan spikula yang dihasilkan oleh scleroblast
(bagian dari gelatin mesenkim). Hasil sekresi yang berupa silika (zat
kersik) atau karbonat (zat kapur) ini memiliki bentuk yang
bermacam-macam. Ada yang berbentuk monakson, tetrakson, poliakson,
heksakson, atau benang-benang spongin. Spikula merupakan struktur
tubuh yang berperan penting untuk membedakan jenis-jenis Porifera.
Bentuk dan kandungan spikula ini digunakan sebagai dasar klasifikasi
Porifera.

F.Sistem Reproduksi Porifera

Porifera berkembang biak melalui dua cara,pertama secara seksual, dan


yang kedua secara non seksual.

1.Perkembangbiakkan secara seksual

Perkembangan secara seksual ini belum dilakukan dengan alat kelamin


yang khusus.Ovum dan spermatozoidnya berkembang dari sel-sel
amubosit khusus yang disebut arkeosit.Ovum yang belum dibuahi atau
yang sudah dibuahi oleh spermatozoid tetap tinggal didalam tubuh

6
induknya (mesoglea).Setelah terjadi pembuahan, maka zygot akan
mengadakan pembelahan berulang kali,akhirnya terbentuk larva berambut
getar yang disebut amphiblastula, dkemudian ia akan keluar dari dalam
tubuhnya melaui oskulum.Setelah amphiblastula ini tiba dilinhkungan
eksternal,dengan rambut getarnya kemudian ia akan berenang-renang
mencari lingkungan hidupnya (kaya dengan O2 dan zat-zat
makanan).Larva ini kemudian akan berubah menjadi parenchymula.Bila
telah menemukan tempat yang sesuai,maka ia akan melekatkan diri pada
suatu objek tertentu dan selanjutnya tumbuh menjadi porifera baru.

2.Perkembangbiakan secara Non- Seksual

Perkembangan secara non seksual dilakukan secara : (1) membentuk tunas


atau kuncup kearah luar yang kemudian memisahkan diri dari induknya
dan hidup sebagai individu baru;dan (2) dengan membentuk kuncup
kearah dalam (gemul=butir benih)
Cara ini terjadi sebagai penyesuaian diri terhadap lingkungan yang kurang
menguntungkan.Gemul dibentuk dari sel arkeosit, dikelilingi oleh dinding
tebal dari kitin dan diperkuat oleh spikula,serta dilengkapi oleh zat
makanan.Cara reproduksi demikian umumnya ditemukan pada Porifera
yang hidup di air tawar.

G. Sistem Saluran Air Pada Porifera

Porifera memiliki saluran air yang berfungsi sebagai jalan masuknya air ke
spongosol lalu dari spongosol dikeluarkan melalui oskulum. Saluran ini
memiliki tiga bentuk, sikon, askon, dan leukon
a. Askon, tipe ini adalah tipe paling sederhana.bentuk porifera seperti
jambangan bunga. Air yang masuk melewati saluran yang langsung
terhubung dengan spongosol lalu keluar melalui oskulum. Saluran
ini pendek dan tidak memiliki cabang maupun lekuk-lekuk. Contoh :
Leucosolenia sp.
b. Sikon, tipe ini air yang melalui ostium kemudian masuk ke
spongosol melalui saluran yang bercabang-cabang. Setelah itu air
akan keluar melalui oskulum. Tipe ini dimiliki oleh Scypha.

7
c. Sylleibid, ruangan koanosit memanjang dan tersusun secara radial di
sekitar rongga atrium yang mengalami invaginasi.
d. Leukon (ragon), tipe ini adalah tipe yang paling kompleks. Air
masuk melalui ostium menuju ke rongga-rongga bulat yang saling
berhubungan. Dari rongga ini barulah mengalir menuju spongosol
dan keluar melalui oskulum

H. Klasifikasi Pada Porifera


1.Ordo Calcarea, yaitu Porifera yang terdiri dari zat kapur (kalsium
karbonat), tubuhnya kebanyakan berwarna pucat dengan bentuk
seperti vas bunga, dompet, kendi, atau silinder dengan tinggi tubuh
kurang dari 10 cm dan tinggal di laut dangkal. Contoh : Sycon,
Clathrina, Leucettusa lancifer

8
Ordo Calcarea

Ordo Hexactinelida, yaitu Porifera yang tubuhnya terdiri dari zat


kersik dan tinggal di laut dalam, hewan ini juga disebut spons gelas.
Contoh: Pheronema sp., Euplectella sp.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Porifera (Latin: Porus = Pori, ferre = membawa), tubuhnya berpori,
diploblastik, simetri radial, tersusun atas sel-sel yang bekerja secara
mandiri Fase dewasa bersifat sesil, dan berkoloni. Habitat umumnya
air laut dan ada yang di air tawar. Memiliki berbagai macam bentuk
dan Warna. Mempunyai rongga sentral (spongoscoel). Jika disentuh
terasa kenyal seperti sepon. Porifera merupakan hewan multiseluler
yang paling sederhana. Porifera sudah terdapat pembagian tugas
kehidupan (diferensiasi). Porifera hidup secara heterotrof.
Makanannya adalah bakteri dan plankton, porifera disebut juga
sebagai pemakan cairan.
Lapisan luar terdiri atas pinakosit. Lapisan dalam, terdiri atas
koanosit. Di antara lapisan luar dan lapisan dalam terdapat mesophyl
(mesoglea). Di dalam mesoglea terdapat organel-organel: Gelatin
protein matrik, Amubosit, Arkeosit, Porosit, Skleroblast dan Spikula.
Porifera bersifat holozoik, dan saprozoik. Partikel-partikel makanan
menempel pada kolar. Pada saat itu mikrovili-mikrovili koanosit
bertindak sebagai filter. Makanan yang telah di saring oleh filter tadi
diolah di dalam vakuola makanan dengan bantuan enzim-enzim
pencernaan (karbohidrase, protease, dan lipase).
Alat pernafasan terdiri atas sel-sel pinakosit (bagian luar) dan
koanosit (bagian dalam). Untuk pembuangan sisa- sisa metabolisme
atau sampah tubuh, hewan spons juga belum mempunyai alat
khusus. Dalam penelitian, ternyata zat- zat sampah yang berupa
butir- butir itu dikeluarkan dari lingkungan internal tubuhnya oleh
amoebosit. Kemudian, ke luar bersama aliran air melewati oskulum.
Porifera berkembang biak melalui dua cara,pertama secara seksual,
dan yang kedua secara non seksual. Berdasarkan sistem saluran
dapat dibedakan Porifera menjadi tiga tipe, yaitu ascon, sycon, dan
leucon.

10
Berdasarkan bahan pembentuk kerangka tubuhnya serta spikula,
porifera terdiri atas 3 kelas, yaitu Kelas Calcarea atau Calcispongia,
Kelas Hexactinellida atau Hyalospongiae dan Kelas Demospongiae

11
DAFTAR PUSTAKA

Anonim A. 2014. file:///E:/filum-porifera-hewan-berpori-pori.html


Anonim B. 2014
file:///E:/filum-porifera-pengertian-ciri-ciri-klasifikasi-reproduksi-contoh.h
tml
Anonim C. http://imamfends.blogspot.com/2011/03/makalah-porifera.html

12
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kita sering melihat apa yang namanya hewan. Hewan merupakan


sekelompok organisme yang digolongkan dalam Kingdom Animalia yang
merupakan mahluk hidup di bumi ini. Hewan diklasifikasikan menjadi
vertebrata dan avertebrata. Vertebrata merupakan jenis hewan yang
bertulang belakang seperti ikan, burung, katak, buaya, lumba – lumba, dan
lain sebagainya. Sedangkan avertebrata adalah kebalikan dari vertebrata,
yaitu hewan yang tidak bertulang belakang seperti cacing, teripang, ubur –
ubur, serangga, dan lain sebagainya.
Selain itu, hewan – hewan yang tak bertulang belakang atau hewan
avertebrata digolongkan dalam beberapa filum. Oleh karena itu, pada
kesempatan kali ini saya akan menyusun sebuah makalah tentang filum
Ctenophora yang merupakan salah satu filum avertebrata.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat mengenal filum ctenophora.
2. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi filum ctenophora.
3. Mahasiswa dapat mengetahui morfologi filum ctenophora.
4. Mahasiswa dapat mengetahui fisiologi filum ctenophora.
5. Mahasiswa dapat mengetahui reproduksi filum ctenophora.
6. Mahasiswa dapat mengetahui peranan filum ctenophora.

C. Manfaat

Adapun manfaat dari makalah ini yaitu maha siswa dapat mengetahui dan
mengenal filum ctenophora

13
BAB II
PEMBAHASAN

A. Deskripsi Ctenophora

Ctenophora adalah salah satu filum hewan invetebrata. Anggota filum ini
menyerupai hewan ubur-ubur. Walaupun secara klasifikasi berbeda filum,
awalnya Ctenophora dikelompokkan dengan Cnindria dalam filum
Coelenterata. Akan tetapi setelah disadari adanya perbedaan menyebabkan
spesies Ctenophora ditempatkan pada filum yang terpisah.
Ctenophore berasal dari bahasa Yunani kteno / kteis yang berarti "sisir"
dan phore, "pembawa" yang dalam bahasa Latin disebut ctenophorus. Fitur
yang paling khas pada mereka adalah "sisir" dan kumpulan silia yang
mereka gunakan untuk berenang. Mereka adalah hewan terbesar yang
berenang dengan menggunakan silia.
Ctenophora memiliki ukuran beberapa milimeter sampai 1,5 m. Seperti
cnidaria , tubuh mereka terdiri dari massa jelly, dengan satu lapisan sel di
luar dan lain melapisi rongga internal. Saat ini terdapat kurang lebih 150
spesies.

B. Klasifikasi Ctenophora

Semua hewan yang tergolong Ctenophora hidup di laut. Ctenophora terdiri


dari dua kelas, yaitu kelas Nuda dan kelas Tentaculata. Kelas Nuda
dekelompokkan menjadi 1 ordo yaitu Berioda. Kelas Tentaculata
dikelompokkan mejadi 4 ordo yaitu Cestida, Cydippida, Lobata, dan
Platyctenida.
Salah satu ciri khas yang membedakan Tentaculata dan Nuda adalah
tentakelnya. Tentaculata mempunyai tentakel yang dilengkapi sel
colloblasts untuk menagkap mangsanya. Sementara kelas Nuda tidak
mempunyai tentakel. Kelas Nuda menangkap mangsanya dengan
membuka rongga mulutnya dengan lebar. Berikut ini gambar ctenophora
dari kelas Tantacula dan kelas nuda.

14
Ctenophora dari kelas Tentaculata

Ctenophora dari kelas Nuda

15
C. Morfologi Ctenophora

Ctenophora memiliki bentuk tubuh yang bulat, lonjong, lunak dan simetris
radial. Salah satu keunikan Ctenophora adalah mampu mengeluarkan
cahaya dari tubuhnya sendiri.. Bagian permukaan luar Ctenophora
mempunyai delapan baris sisir yang disebut dengan cilia yang dapat
digunakan sebagai alat gerak. Oleh karena itu, hewan ini dikenal sebagai
ubur-ubur sisir karena secara vertikal tubuhnya terbagi oleh 8 helai
cilia yang tampak seperti deretan sisir. Ctenophora memiliki mulut untuk
masuknya makanan serta dua lubang anus untuk mengeluarkan air dan
kotoran di ujung yang lain.

D. Fisiologi Ctenophora

Ctenophora adalah hewan diplobastik yaitu hanya mempunyai dua lapisan


badan yang terdiri dari dua lapisan sel transparan yang hanya menyusun
kulit terluarnya (ektoderm) dan kulit bagian dalam (gastroderm). Dinding
tubuh Ctenophora dapat dibedakan menjadi mesoderma dan endoderma.

E. Reproduksi Ctenophora

Hampir semua spesies Ctenophora adalah hermafrodit atau memiliki alat


kelamin ganda. Reproduksi Ctenophora dilakukan secara seksual.
Meskipun ada beberapa spesies yang melakukan reproduksi secara
aseksual dengan cara fragmentasi.

Alat reproduksi Ctenophora terletak di bawah cilia. Sel ovum dan sperma
dilepaskan melalui pori – pori yang ada di epidermis. Sebagian besar
spesies Cnetophoa melakukan pembuahan secara eksternal atau diluar
tubuh Cnetophora, meskipun ada beberapa spesies yang melakukannya
secara internal.

16
F. Peranan Ctenophora

Ctenophora mempunyai peranan positif dan negatif. Peranan posisti


ctenophora diantaranya adalah ikut menjaga keseimbangan ekosistem di
laut. Hal karena Ctenophora suka memakan fitoplankton (plankton
tumbuhan). Selain itu juga Ctenophora juga sebagi sumber makanan bagi
hewan laut seperti: Salmon, penyu, dan ubur ubur.
Namun Ctenophora juga memiliki dampak negatif yaitu membawa
kerugian bagi peternakan tiram karena hewan-hewan ini memakan
larva-larva tiram sehingga merugikan petani tiram. Selain itu, bila terjadi
ledakan populasi, maka dapat membuat ekosistem tidak seimbang. Hal ini
pernah terjadi di tahun 1989 di Laut Hitam saat Ctenophora memkan larva
ikan Pelgis. Dan tahun 1999 di Laut Kaspia. Hasilnya adalah bahwa 75%
dari zooplankton sudah habis, sehingga mempengaruhi seluruh rantai
makanandanau.

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Setelah menyusun makalah ini dapat ditarik kesimpulan :


1. Ctenophora adalah salah satu filum hewan invetebrata. Anggota
filum ini menyerupai hewan ubur-ubur.
2. Ctenophora terdiri dari dua kelas, yaitu kelas Nuda dan kelas
Tentaculata. Kelas Nuda dekelompokkan menjadi 1 ordo yaitu Berioda.
Kelas Tentaculata dikelompokkan mejadi 4 ordo yaitu Cestida, Cydippida,
Lobata, dan Platyctenida.
3. Ctenophora memiliki bentuk tubuh yang bulat, lonjong, lunak dan
simetris radial.
4. Ctenophora adalah hewan diplobastik yaitu hanya mempunyai dua
lapisan badan ektodrem dan gastroderm.
5. Reproduksi Ctenophora dilakukan secara seksual. Meskipun ada
beberapa spesies yang melakukan reproduksi secara aseksual dengan cara
fragmentasi.

6. Ctenophora mempunyai peranan positif dan negatif. Peranan posisti


ctenophora diantaranya adalah ikut menjaga keseimbangan ekosistem di
laut. Dampak negatifnya apabila terjadi ledakan populasi, maka dapat
membuat ekosistem tidak seimbang.

18
DAFTAR PUSTAKA

Taufik Abdulah 2017"


Makalah Ctnephora
".https.//taufikabd.blogspot.co.id//2017/01/makalah-ctenophora.html,
diakses pada 2september2017 pukul 15:10dewi ayu. 2015."

19
BAB 1
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Coelenterata (dalam bahasa yunani, ‘coilos’ (berongga) dan
‘enteron’ (usus) adalah invertebrata yang memiliki rongga tubuh.
Rongga tubuh tersebut berfungsi sebagai alat pencernaan
(gastrovaskuler). Coelenterata disebut juga Cnidaria karena sesuai
dengan cirinya yang memiliki sel penyengat dan memiliki rongga
di tengan tubuhnya. Sel penyengat terletak pada tentakel yang
terdapat disekitar mulutnya. Coelenterata memiliki struktur tubuh
yang lebih kompleks. Sel-sel Coelenterata sudah terorganisasi
membentuk jaringan dan fungsi dikoordinasi oleh saraf
sederhana. Karang yang ada di pantai terbentuk dari kerangka luar
tubuh salah satu jenis coelenterata.
Ubur-ubur, anemon laut, karang, dan hydra adalah beberapa
spesies yang termasuk filum Cnidaria. Selain ini, sekitar 130
spesies lain dari Cnidaria telah ditemukan di Sydney Harbor.
Sedangkan 9.000 spesies yang termasuk filum ini telah ditemukan
dalam keadaan hidup di berbagai belahan dunia.
Coelenterata dianggap salah satu yang paling basal dari semua
hewan, kecuali spons, dengan fosil hidup sekitar 580 juta tahun
yang lalu. Coelenterata meninggalkan sejumlah ciri yang dapat
diidentifikasi dengan jelas sebagai fosil binatang. Ada lebih dari
10.000 spesies Coelenterata, yang dibagi menjadi tiga kelas
utama: Hydrozoa (Obelia, Aequorea, dan Hydra), Anthozoa
(anemon, karang), dan Scyphozoa (Aurelia aurita).
Coelenterata memiliki tubuh yang indah, namun sengatnya sangat
menyakitkan, atau bahkan mematikan. Tersengat ubur-ubur dapat
mengakibatkan rasa sakit yang hebat bagi banyak orang, dan
bahkan kematian dalam beberapa kasus. Di Australia dan

20
tempat-tempat berisiko tinggi lainnya, beberapa pantai pilihan
diberi pagar menggunakan jaring, untuk melindungi penyelam
dari sentuhan Coelenterata menyakitkan. Coelenterata yang
paling berbahaya adalah ubur-ubur kotak, dan satu spesies,
Irukandji ubur-ubur, dianggap salah satu hewan yang paling
berbisa di planet ini.
Coelenterata (karang) membuat superorganism terbesar di dunia,
Great Barrier Reef di Australia, yang meliputi wilayah sekitar
344.400 km persegi (132.974 sq mi). Karang ini, telah tumbuh
sedikit demi sedikit selama ribuan tahun, sebagai polip karang
mati, kemudian tunas lepas untuk membentuk bentangan karang
baru. Terumbu karang adalah rumah bagi banyak hewan laut.

21
BAB 2
PEMBAHASAN

Klasifikasi Filum Cnidaria

Cnidaria (Coelenterata) adalah filum dalam kerajaan hewan yang


memiliki hampir lebih dari puluhan ribu spesies aquatic. Istilah
Cnidaria berasal dari 'cnidocytes'. Kata Cnidocytes (penyengat)
adalah sel fungsional tertentu yang mengandung organel
menyengat atau cnidocysts. Kata cnidocyst berasal dari istilah
Yunani ‘Cnidos’ yang berarti 'jarum penyengat atau jelatang'.
Serangan dan mekanisme pertahanan cnidaria ditandai dengan
menyengat mangsanya dengan organel yang disebut nematocysts
(juga disebut cnidocytes atau cnidoblasts). Berdasarkan
kemampuannya untuk menyengat dengan bantuan cnidocytes,
maka filum ini diberi nama Cnidaria.

Anggota filum Cnidaria dibedakan dan diklasifikasikan


berdasarkan bentuk tubuh mereka. Ada yang berbentuk medusa
(berenang) atau bentuk polip sessile (terpasang secara permanen).
Ada yang mengklasifikasikan filum ini menjadi tiga kelas, yaitu:
Anthozoa, Scyphozoa, dan Hydrozoa. Dan ada juga yang
mengklasifikasikannya menjadi empat kelas, yaitu: Anthozoa,
Scyphozoa, Hydrozoa, dan Cubozoa.
Bentuk medusa ditandai oleh organisme berbentuk payung yang
memiliki pinggiran tentakel, mulut rongga di sisi bawah
menghadap bel, dan rongga gastrovascular. Bentuk ini paling
sering dikaitkan dengan ubur-ubur dewasa.
Polip adalah struktur yang memiliki bukaan mulut di atas, banyak
tentakel bermunculan keluar dari tepi pembukaan mulut, dan
tangkai silinder tubuh yang melekat pada substrat di bagian dasar.

22
Bentuk ini paling sering dikaitkan dengan anemon laut, koral, dan
Hydra.

A.Kelas Anthozoa

Anthozoa (dalam bahasa yunani, anthos = bunga, zoa = hewan)


memiliki banyak tentakel yang berwarna-warni seperti bunga.
Anthozoa tidak memiliki bentuk medusa, hanya bentuk polip.
Polip Anthozoa berukuran lebih besar dari dua kelas Coelenterata
lainnya. Hidupnya di laut dangkal secara berkoloni. Anthozoa
bereproduksi secara aseksual dengan tunas dan fragmentasi, serta
reproduksi seksual dengan menghasilkan gamet.
Cnidaria dari kelas Anthozoa ini ditandai dengan penampilan
medusanya (jika ada) yang berbentuk seperti bunga. Karakteristik
utama lainnya dari spesies ini adalah bahwa mereka hidup
menetap, yaitu dengan melekat secara permanen pada substrat di
dasar, dan tidak bisa bergerak bebas. Kelas ini di dominasi oleh
fase polip.
Eksoskeleton Anthozoa terlihat sangat jelas ketika organisme
tersebut mati. Eksoskeleton Anthozoa yang terlihat akan
menunjukkan adanya sekat-sekat radial yang dikenal sebagai
skleroseptum (sklerosepta = jamak). Beberapa pola eksoskeleton
yang dijumpai pada Anthozoa yaitu:

1.Pola tabulata

Dicirikan oleh adanya sekat horizontal pada eksoskeleton yang


membentuk stuktur seperti meja (tabula = table).

2.Pola rugosa

23
Dicirikan dengan sklerosepta tersusun radial , dengan titik pusat
asimetris.

3.Pola skleractinia

Sklerosepta pada pola skleraktinia tersusun radial, dengan titik


pusat yang konsentris dan simetris.
Anthozoa diklasifikasikan ke dalam 2 subkelas yaitu:
Subkelas Hexacorallia (Zoantharia)
Subkelas Hexacorallia diklasifikasikan ke dalam 7 ordo, yaitu:
a. Ordo Actiniaria; beranggotakan 41 familia taksa koral lunak
dengan anggota jenis berkisar antara 800 jenis yang dikenal
sebagai anemon.
b. Ordo Corallimorpharia; anggota Corallimorpharia
merupakan koral lunak yang semuanya bersifat soliter.
c. Ordo Scleractinia; beranggotakan taksa yang semuanya
bersifat hermapitik. Semua jenis ordo tersebut bersimbiosis
dengan alga uniselluler yaitu Zooxanthellae/Zoochlorellae.
Pada anggota ordo tersebut mesentri dan sklerosepta jelas
terlihat. Beberapa karakter morfologi yang biasa
dipergunakan
untuk mengidentifikasi Scleractinia secara teknis yaitu:
● Callice: jarak (diameter) rongga polip sebelah dalam.
● Corralite: jarak(diameter)antar dinding luar polip.
● Septum: sekat sebelah dalam endoskeleton.
● Coenosarc: jarak antar polip.
Beberapa jenis yang umum dijumpai misalnya: Acropora,
Fungia,dan Poccilopora.
d. Ordo Zoanthinaria (Zoanthidea); polip bersifat koloni
ataupun soliter, ordo ini dikelompokkan dalam 3 familia.

24
e. Ordo Ceriantharia; beranggotakan 3 familia. Anggota ordo
ini semuanya bersifat soliter, tinggal di dalam selubung
berupa tabung vertikal dan terpendam dalam sedimen yang
lunak. Spesies pada ordo tersebut mempunyai daerah oral
yang berbentuk diskus dengan 2 bentukan tentakel oral.
Contoh genus: Ceriantharia.
f. Ordo Ptychodactiaria; anggota ordo tersebut berbentuk
seperti anemon dan hanya dijumpai secara lokal di perairan
dingin di samudra antartika dan artika.
g. Ordo Antipatharia; dikenal sebagai koral hitam.
Karakteristik utama ordo ini adalah bahan eksoskeleton dari
material protein yang sangat keras, membentuk struktur
serupa pohon. Nilai ekonomis ordo tersebut adalah manfaat
farmakologis eksoskeleton aksial dan manfaatnya untuk
perhiasan.

2.Subkelas Octocorallia (Alcyonaria)

Subkelas Octocorallia (Alcyonaria) diklasifikasikan ke dalam 8


ordo dengan beberapa ordo utama yaitu:
a. Ordo Stolonifera; hanya dijumpai di lautan tropis
indo-pasifik. Berbentuk selubung polip berbentuk tabung.
Jenis yang umum dijumpai adalah Tubipora musica.
b. Ordo Gorgonacea; morfologi koloni serupa kipas, bahan
skeleton tersusun atas protein yang dikenal sebagai
gorgonin.
Contoh Anthozoa adalah Tubastrea (koral atau karang), Acropora,
Urticina (Anemon laut), dan turbinaria. Koral hidup di air jernih
dan dangkal karena koral bersimbiosis dengan ganggang.
Ganggang memberikan makanan dan membantu pembentukan
rangka pada koral. Sedangkan koral memberikan buangan yang

25
merupakan makanan bagi ganggang serta perlindungan bagi
ganggang dari herbivora. Rangka koral tersusun dari zat kapur.
Rangka koloni dari polip koral inilah yang membentuk karang
pantai (terumbu karang) atau atol (pulau karang). Contoh lainnya
adalah Anthopleura xanthogrammica, Ptilosarcus gurneyi,
Iciligorgia schrammi, dan Heteroxenia fuscescens.
Ciri-ciri kelas Anthozoa antara lain: Dalam daur hidupnya hanya
mempunyai fase polip. Hidupnya secara soliter, memiliki tentakel
beraneka ragam warna yang bentuknya mengelilingi celah mulut
dan tersusun menyerupai mahkota bunga. Bila mendapat
gangguan, tentakel akan ditarik masuk ke dalam celah mulut dan
mengerutkan tubuhnya.
Contoh : Karang Suling ( Tubifora musica), Akar bahar
(Euplxaura antiphetes), Hewan karang (Acrophora sp)

B. Kelas Scyphozoa

Scyphozoa (dalam bahasa yunani, scyphos = mangkuk, zoa =


hewan) memiliki bentuk dominan berupa medusa dalam siklus
hidupnya. Medusa Scyphozoa dikenal dengan ubur-ubur. Medusa
umumnya berukuran 2 – 40 cm. Reproduksi dilakukan secara
aseksual dan seksual. Polip yang berukuran kecil menghasilkan
medusa secara aseksual.
Spesies dalam Kelas Scyphozoa memiliki karakter seperti cangkir
terbalik. Tidak seperti Anthozoa, spesies Scyphozoa bebas

26
bergerak dan tidak sessile. Mereka hanya ada dalam bentuk
medusa sepanjang siklus hidup mereka.
Scyphozoa diklasifikasikan ke dalam 4 ordo, yaitu:
a. )Ordo Stauromedusa; ordo ini menunjukkan beberapa
karakteristik yang berbeda dengan tipikal scyphozoa. Ordo
tersebut selalu dijumpai dalam bentuk sesil dengan
perkembangan

scyphistoma yang tidak pernah melewati fase strobila, sehingga


menyebabkan satu larva planula hanya berkembang menjadi satu
scyphistoma. Selain itu, memiliki bentuk larva planula yang
berbeda dengan larva planula tipikalnya, yaitu absennya silia pada
larva planula stauromedusae. Contoh genus: Haliclystus.
Ordo Coronatae; beranggotakan takson yang hidup di perairan
dalam, beranggotakan 7 familia. Contoh genus: Stephanoscyphus.
b. ) Ordo Semaeostomeae; dikenal karena ukuran medusanya
mencapai 2 meter dan nematocyst pada tentakelnya menghasilkan
racun yang sangat menyakitkan. Contoh genus: Aurelia.
c. )Ordo Rhizostomeae; dikarakteristikkan oleh keberadaan
mulut yang terletak di tengah, dengan beberapa mulut-mulut kecil
yang juga bermuara di sistem kanal yang ada. Contoh genus:
Stomolophus.
Fase medusanya yang dominan ini dikenal sebagai 'ubur-ubur
sejati'. Beberapa contohnya adalah Cyanea capillata, Olindias
formosa, Rhizostoma pulmo, Aurelia aurita / ubur-ubur, dan
Chrysaora hysoscella.
Ciri-ciri kelas Schypozoa antara lain: Pencernaannya berlangsung
secara ekstraseluler didalam rongga gastrovaskuler (terdiri atas
sebuah rongga sentral dan empat kantong gastrovaskuler). Tiap
kantong gastrovaskuler dilengkapi tentakel dan nematokist.
Reproduksi secara metagenesis, yaitu reproduksi seksual

27
(medusa) yang diikuti reproduksi aseksual (polip) dalam satu
generasi. Tubuhnya transparan.

Contoh : Aurelia aurita (ubur-ubur), Cynea sp, Chrysaora


fruttescents, Pelagia sp

28
C.Kelas Hydrozoa

Hydrozoa (dalam bahasa yunani, hydro = air, zoa = hewan)


sebagian besar memiliki pergiliran bentuk polip dan medusa
dalam siklus hidupnya. Hydrozoa dapat hidup secara solitary
maupun dalam koloni yang luas. Kebanyakan cnidaria dari kelas
hydrozoa mengalami metagenesis pada tahap polypoid dan
medusoid selama siklus hidup mereka. Sebagian besar spesies
dari kelas ini berkembang di air asin, tetapi beberapa dari mereka
tinggal di air tawar juga.
Ciri-ciri dari kelas Hydrozoa ini antara lain: Memiliki tentakel
(4–6 buah) yang berfungsi untuk alat gerak dan membantu dalam
menangkap mangsa. Pada tentakel terdapat sel–sel knidoblast
yang mengandung nematokist.
Hydrozoa diklasifikasikan dalam 7 ordo, yaitu:
a) Ordo Hydroidea, (terdiri dari 3sub-ordo), antara lain:

29
1. Sub-ordo Anthomedusae; dicirikan oleh absennya lapisan kitin
pada hydranth. Kebanyakan Anthomedusae hidup dilaut, hanya 1
jenis yang hidup di air tawar, yaitu Hydra sp.
2. Sub-ordo Leptomedusae; ciri yang menonjol pada subordo ini
adalah hydranth yang dilapisi oleh lapisan kitin. Anggota
sub-ordo Leptomedusae yang banyak dikenal adalah Obelia sp.
3. Sub-ordo Limnomedusae; didominasi oleh anggota-anggota
yang bersifat air tawar, yang umum dikenal yaitu fase medusa
berbentuk ubur-ubur.
b) Ordo Milleporina
Anggota utama ordo ini dikenal sebagai terumbu api. Karena sifat
sengatannya yang panas dan berbahaya. Contoh spesies yang
banyak dikenal adalah Millepora sp.
c.)Ordo Stylasterina
Bersifat hermatipik bersama dengan terumbu karang. Contoh
spesies yang umum dijumpai adalah Allopora sp.
d.)Ordo Trachylina
Kebanyakan bersifat marin. Ordo ini tidak pernah melewati fase
polip. Anggota ordo yang umum dijmpai adalah Liriope sp.
e.)Ordo Siphonophora
Bentuk medusa berbentuk seperti balon gas, mengambang dengan
koloni polimorfik yang menempel pada struktur balon. Memiliki
nematocyst yang bersifat paralyzing yang berbahaya bagi
manusia.
f.)Ordo Chondrophora
Pada ordo ini dijumpai struktur gelembung pada fase medusa.
Bersifat marin dan mengalami metagenesis dalam hidupnya.
Anggota ordo yang umum dijumpai adalah Porpita sp.
g.)Ordo Actinulida
Dikenal karena bentuk anggotanya yang berukuran relatif kecil.
Bersifat marin, soliter, tanpa mempunyai fase medusa.

30
BAB 3
PENUTUP
A.Kesimpulan

Cnidaria (Coelenterata) adalah filum dalam kerajaan hewan yang


memiliki hampir lebih dari puluhan ribu spesies aquatic. Istilah
Cnidaria berasal dari 'cnidocytes'. Kata Cnidocytes (penyengat)
adalah sel fungsional tertentu yang mengandung organel
menyengat atau cnidocysts. Kata cnidocyst berasal dari istilah
Yunani ‘Cnidos’ yang berarti 'jarum penyengat atau jelatang'.
Serangan dan mekanisme pertahanan cnidaria ditandai dengan
menyengat mangsanya dengan organel yang disebut nematocysts
(juga disebut cnidocytes atau cnidoblasts). Berdasarkan
kemampuannya untuk menyengat dengan bantuan cnidocytes,
maka filum ini diberi nama Cnidaria.
Ciri-ciri umum Cnidaria diantaranya:
● Simetri radial; tidak menunjukkan sisi kiri atau kanan
terpisah, telah dibedakan antara sisi dorsal dan ventral (atas
dan bawah), memiliki mulut, tentakel, dan rongga
gastrovascular yang tampak sama bila dilihat dari sudut
manapun atau melalui sumbu apapun, simetri radialnya ada
yang tetramerism (ubur-ubur), hexamerism (karang), dan
octamerism (anemon laut).
● Diploblastik; merupakan suatu kondisi di mana tubuh dan
tentakel pada Cnidaria 'memiliki dua lapisan embrional,
yaitu ektoderm atau epidermis (lapisan luar sel untuk
perlindungan), dan endoderm atau gastroderm (lapisan
dalam sel untuk pencernaan).
● Daya penggerak; hanya Cnidaria yang berbentuk medusa
saja yang mampu berenang dan bergerak dengan bebas.

31
Kontraksi berulang dan aktivitas mundur dari mesoglea
mendorong organisme bergerak ke arah yang diinginkan.
● Respirasi dan ekskresi; respirasi dan ekskresi pada Cnidaria
berlangsung di seluruh permukaan tubuh mereka secara
difusi.
● Nutrisi; semua Cnidaria adalah makhluk karnivora yang
memenuhi kebutuhan makanannya dalam berbagai cara,
termasuk menggerogoti crustacea, ikan, dan bahkan
kadang-kadang Cnidaria lainnya.
● Reproduksi; reproduksi aseksualnya dilakukan dengan
pembentukan tunas pada fase polip, sedangkan reproduksi
seksualnya dengan peleburan sel gamet pada fase medusa.
● Manfaat; sebagai komponen utama pembentuk ekosistem
terumbu karang, tempat hidup beragam jenis hewan dan
ganggang, memiliki nilai estetis atau keindahan sebagai
taman laut yang memberikan pemandangan yang indah
sehingga dapat di jadikan objek wisata, serta memiliki nilai
ekonomi yang tinggi, misalnya pada jenis batu karang
merah, melindungi pantai dari abrasi air laut (penahan
ombak untuk mencengah pengikisan pantai), bahan untuk
membuat kapur, untuk pembuatan tepung ubur-ubur yang
kemudian diolah menjadi bahan kosmetik / kecantikan,
untuk bahan makanan, akar bahar digunakan sebagai gelang,
mampu memproduksi zat kimia yang menjadi perlindungan
diri terhadap infeksi dan kontaminasi, memproduksi obat
anti-kanker.
● Ukuran dan bentuk tubuh; ada yang panjangnya beberapa
milimeter, misal Hydra dan ada yang mencapai diameter 2
m, misalnya Cyanea. Tubuh Coelenterata berupa medusa
(seperti lonceng atau payung yang dikelilingi oleh

32
“lengan-lengan” /tentakel) atau polip (berbentuk seperti
tabung/seperti medusa yang memanjang).
● Struktur dan fungsi tubuh; sistem sarafnya terdapat pada
mesoglea berupa ganglion syaraf. Gastrodermis tersusun
dari bahan gelatin. Tubuh Coelenterata yang berbentuk
polip, terdiri dari bagian kaki, tubuh, dan mulut yang
dikelilingi oleh tentakel. Coelenterata yang berbentuk
medusa
● tidak memiliki bagian kaki. Mulut berfungsi untuk menelan
makanan dan mengeluarkan sisa makanan karena
Coelenterata tidak memiliki anus. Tentakel berfungsi untuk
menangkap mangsa dan memasukkan makanan ke dalam
mulut. Pada permukaan tentakel terdapat sel-sel yang
disebut knidosit (knidosista) atau knidoblas. Setiap knidosit
mengandung kapsul penyengat yang disebut nematokis
(nematosista).
● Cara hidupnya; bebas secara heterotrof dengan memangsa
plankton dan hewan kecil di air. Habitat seluruhnya di air,
baik di laut maupun di air tawar. Sebagaian besar hidup
dilaut secara soliter atau berkoloni. Ada yang melekat pada
bebatuan atau benda lain di dasar perairan dan tidak dapat
berpindah untuk bentuk polip, sedangkan bentuk medusa
dapat bergerak bebas melayang di air.
● Cnidaria dibagi menjadi 3 kelas, yaitu:
● Hydrozoa; membentuk koloni-koloni kecil dengan bentuk
dominan polip. Beberapa jenis polip membentuk medusa
dengan jalan pembentukan tunas. Medusa memiliki velum,
yaitu bentkan serupa laci dalam payung. Pinggiran payung
tidak bercelah. Contohnya: Obelia sp, Hydra sp., dan
gonionemus. Dibagi menjadi 7 ordo, meliputi:

33
● Ordo Hydroidea, dengan sub-ordo, yaitu: Anthomedusae,
Leptomedusae, Limnomedusae.
● Ordo Milleporina
● Ordo Stylasterina
● Ordo Trachylina
● Ordo Siphonophora
● Ordo Chondrophora
● Ordo Actinulida.

2. Scyphozoa; bentuk khasnya dominan pada fase


medusa mangkuk terbalik dengan pinggiran
berlekuk-lekuk. Tidak ada cadar (velum).
Saluran radialnya bercabang-cabang majemuk dan
gonad-gonad dalam kantong-kantong ruang gastrikum.
Contohnya: Aurelia aurita. Dibagi menjadi 4 ordo,
yaitu
-Ordo stauromedusae
-Ordo Coronatae
-Ordo Semaeostomeae
-Ordo Rhizostomeae.
3. Anthozoa; anggotanya meliputi anemon-anemon laut
dan hewan-hewan karang laut. Tubuhnya berbentuk
seperti polip, tidak ada bentuk medusa. Tidak
bertangkai dan biasanya terbungkus dengan skeleton
eksternal dan disebut karang. Tentakelnya banyak
tersusun dalam beberapa baris disekitar mlut yang
memanjang bermuara kedalam tabung (stomodaeum).
Gonad terletak di sepanjang tepi-tepi internal mesentri.
Contohnya: Meandrina sp. Dibagi menjadi 2 sub kelas,
yaitu: Hexacorallia yang terdiri dari 7 ordo dan
Octocorallia yang terdiri dari 8 ordo.

34
B.Saran
Segala sesuatu yang ada di sekitar kita, baik berupa organisme
makroskopis maupun mikroskopis selain memiliki kelemahan
juga memiliki kelebihan. Misalnya pada Cnidaria dari kelas
scyphozoa seperti ubur-ubur, selain dapat menyakiti orang dengan
sengatan tentakelnya juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan
makanan, kosmetik, dan obat-obatan. Oleh karena itu, menjaga
keseimbangan lingkungan bawah laut atau perairan lainnya sudah
tentu menjadi tanggung jawab kita bersama demi terciptanya
keseimbangan ekosistem laut.

35
DAFTAR PUSTAKA

Brotowidjoyo, Mukayat Djarubito.1994.Zoologi


Dasar.Jakarta:Erlangga
Dwiastuti, Sri.2003.Buku Ajar Keanekaragaman dan Klasifikasi
Hewan Invertebrata.Surakarta:UNS Press
http://id.wikipedia.org/wiki/Cnidaria
http://www.biologi-sel.com/2013/06/karakteristik-cnidaria.html
http://gurungeblog.com/2008/11/10/mengenal-phylum-coelenterat
a-cnidaria/
http://www.sridianti.com/ciri-ciri-coelenterata-atau-cnidaria.html
http://perpustakaancyber.blogspot.com/2012/12/filum-cnidaria-co
elenterata-pengertian-ciri-ciri-klasifikasi-reproduksi-contoh.html
Widayati,S., S.N. Rochmah dan Zubedi.2009. Biologi: SMA dan
MA Kelas X. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Jakarta, p.290

36

Anda mungkin juga menyukai