Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

COVID-19 (Corona Virus Disease-19) Dalam Pandangan Agama


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
pengendalian vektor semester 6 tahun 2022

Dosen pengampuh : Ramlah, SKM

Disusun oleh :
Kelompok 3
RESKI 2019409021
ZULFIA IBRAHIM 2019409011
NADIA ASPIKA 2019409008
YUYUN SASMITA 2019409025
SULHANA INRAYUNI 2019409064
SUKMA PRATIWI 2019409031
NURFADILAH 2019409017
MAWAR 2019409005
LIMBONG LEBOK 2019409068

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR
POLEWALI MANDAR
2022

1
i

KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah
yang berjudul “COVID-19 (Corona Virus Disease-19) Dalam Pandangan Agama”
disusun guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah pengendalian vektor,
oleh ibu Ramlah, SKM
Kami dari penyusun mengucapkan terimkasih kepada ibu Ramlah, SKM.
selaku dosen mata kuliah pengendalian vektor yang telah memberikan tugas ini,
sehingga dapat menjadi salah satu jalur kami untuk menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang yang kami tekuni yaitu kesehatan masyarakat.
Terima kasih juga kepada seluruh anggota kelompok 3 yang telah berkontribusi
sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menggunakan beberapa materi
dari berbagai jurnal yang ada di internet sebagai acuan pembuatan makalah ini.
Oleh karena itu, ucapan terimakasih penyusun ucapkan kepada para penulis jurnal
yang menjadi acuan kami. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman
dan pengetahuan yang kami miliki, sehingga kami sangat mengharapkan kritik
serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang
lebih baik lagi.
Akhirnya kami berharap ibu Ramlah, SKM. dapat menerima dengan baik
makalah dari kelompok kami dan kami berharap semoga makalah ini dapat
menjadi sarana pembantu mahasiswa lain dalam mengetahui bagaimana COVID-
19 (Corona Virus Disease-19) Dalam Pandangan Agama
Polewali, Maret 2022

Penyusun

i
ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................. 3
BAB II ........................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 4
A. Pandemi Corona Virus Menurut Pandangan Islam ........................................ 4
a. Wabah dalam ajaran islam .......................................................................... 5
b. Kiat Menghadapi Pandemi Dari Perfektif Islam......................................... 7
B. Corona virus menurut pandangan Kristen .................................................... 10
BAB III ....................................................................................................................... 14
PENUTUP ................................................................................................................... 14
A. Kesimpulan ................................................................................................... 14
B. Saran ............................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Hampir setiap sendi kehidupan menjadi sulit karena terpengaruh


oleh kehadiran virus yang ditemukan pada akhir tahun 2019. Para pakar
berkata bahwa Covid-19 atau Coronavirus Disease 2019 adalah penyakit
yang ditimbulkan oleh virus yang mereka namai SARS-CoV-2, yakni
virus baru yang berasal dari keluarga virus corona. Seperti halnya virus
yang lain, ia menyebar dan menular awalnya melalui binatang. Virus ini
pertama kali ditemukan di Wuhan RRC pada Bulan Desember 2019 M.
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO resmi mengumumkan
wabah Covid-19 sebagai pandemi, merujuk lebih dari 118 ribu kasus
infeksi di lebih dari 110 negara dan wilayah di seluruh dunia dengan risiko
penyebaran global. Hal ini diumumkan pada 11 Maret 2020 lalu. Di
Indonesia kasus ini pertama kali ditemukan pada dua warga Depok, Jawa
Barat awal maret 2020 lalu. Menteri Kesehatan saat itu, Terawan Agus
Putranto, menjelaskan salah satu dari dua pasien tersebut adalah guru
dansa. Pasien tersebut telah melakukan kontak fisik dengan WNA Jepang.
Wabah atau Pandemi Covid 19 telah memengaruhi banyak aspek
mulai dari bidang pendidikan, sosial dan kemasyarakatan, sampai dengan
keagamaan. Kondisi pandemic covid-19 merupakan situasi yang penuh
dengan kerumitan bagi seluruh umat manusia, termasuk umat Islam.
Peribadatan umat Islam yang banyak melibatkan komunalitas menuntut umat
Islam dihadapkan dengan “gaya hidup baru” yang bukan didasarkan teks-teks
agama tetapi didikte oleh hasil penelitian saintifik (sekuler), hal ini
menjadikan umat Islam gagap menghadapi situasi ini. Oleh karena itu, umat
Islam dituntut memahami dan menangkap prinsip dasar, makna universal, dan
tujuan-tujuan yang terkandung di dalamal-Qur’an

1
2

Dalam bidang keagamaan, pemerintah bekerja sama dengan MUI


telah mengeluarkan fatwa terkait imbauan melakukan sholat berjamaah di
rumah atau dengan menerapkan social distancing dalam shaf sholat
berjamaah di masjid dan meniadakan pelaksanaan sholat jumat sebagai
bagian dari upaya memutus rantai penyebaran virus corona.
Wabah penyakit atau pandemi bukanlah suatu hal yang baru, akan
tetapi sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW yaitu penyakit kusta atau
tha‟un yang dapat menular dengan cepat dan juga menyebabkan kematian.
Dalam menghadapi wabah tersebut, Nabi mengajarkan kepada para
sahabat untuk tidak memasuki wilayah yang tengah dilanda wabah, dan
sebaliknya jika sudah berada di tempat yang terkena wabah maka tidak
boleh keluar. Dalam al-Qur‟an surat al-Baqarah ayat 243 yang artinya
“Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang keluar dari
kampung halamannya dalam jumlah ribuan karena takut mati? Lalu, Allah
berfirman kepada mereka, “Matilah kamu! Kemudian, Allah menghidupkan
mereka. Sesungguhnya Allah Pemberi karunia kepada manusia, tetapi
kebanyakan manusia tidak bersyukur.” (QS. Al-Baqarah [2]: 243).”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas kami merumuskan beberapa masalah


yaitu :
1. Bagaimana pandangan islam terhadap virus corona-19?
2. Bagaimana tindaan penanganan di masa pandemic dalam persepsi
islam?
3. Bagaimana pandangan kriste terhadapa virus corona-19?
4. Bagaimana tindakan penanganan di masa pandemic dalam
persepsi Kristen?
3

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk menambah


wawasan para mahasiswa kesehatan masyarakat semester 6 peminatakan
KL dan K3 Universitas Al Asyariah Mandar khusunya untuk diri
penyusun sendiri tentang berbagai informasi terkait virus covid-19 dalam
pandangan agama sehingga menjadi iformasi awal tindakan promotif dan
preventif untuk mencapai derajat kesehatan lebih baik.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pandemi Corona Virus Menurut Pandangan Islam


Dalam kehidupan manusia, penyakit merupakan musibah. Musibah
adalah takdir Allah yang datang untuk menguji kesabaran manusia
sekaligus mengingatkan bahwa Allah-lah yang Mahakuasa. Kata musibah
berasal dari bahasa Arab „ashaba yang dalam kamus bahasa Arab al-
Munawwir diartikan sebagai bencana atau malapetaka.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, musibah diartikan sebagai
malapetaka atau bencana, yaitu segala kejadian atau peristiwa
menyedihkan yang menimpa manusia, seperti gempa, banjir, kebakaran
dan lain-lainnya. Peristiwa-peristiwa tersebut pada umumnya
menimbulkan kerugian berupa harta benda maupun jiwa manusia.
Sedangkan dalam bahasa Arab kata musîbah ( ‫ ) مصيبة‬berasal dari kata
dasar yang terdiri dari huruf shad, wau dan ba’; ‫( صوب‬SAWaba) yang
mempunyai makna ‫ الرمية‬atau lemparan. Salah satu derivasi bentuk dan
makna dari kata tersebut adalah kata ‫( اصاب يصية‬asâba – yusîbu) yang
berarti sesuatu yang kedatangannya tidak disukai oleh manusia.
Berkaitan dengan musibah tersebut, Islam sangat memberikan
perhatian terutama bagaimana mencari solusi yang tepat agar si pengidap
tidak terisolir dari masyarakat. Dalam al-Qur‟an ada beberapa ayat yang
menyebutkan kata musibah, diantaranya QS. An-Nisa‟ [4]: 62 :

Artinya:
Artinya : “Bagaimana halnya apabila (kelak) musibah menimpa
mereka (orang munafik) karena perbuatannya sendiri. Kemudian, mereka
datang kepadamu (Nabi Muhammad) sambil bersumpah, “Demi Allah,
kami

4
5

sekali-kali tidak menghendaki selain kebaikan dan


perdamaian.”(QS. An-Nisa‟ [4]: 62)
a. Wabah dalam ajaran islam
Sebelumnya wabah penyakit menular sudah pernah terjadi
pada masa Rasulullah yaitu Penyakit Kusta dan Lepra yang dapat
menular dengan cepat dan juga dapat menyebabkan kematian. hal
tersebut juga pernah terjadi pada pemeritahan Khalifah Umar bin
Khattab ra. ia dan pasukannya membatalkan masuk ke negeri Syam
karena adanya wabah penyakit. Ketika mereka berada di Kota
Sargh, seorang sahabat bernama Abu Ubaidah al-Jarrah menemui
Umar bin Khattab. "Apakah kita akan menghindar takdir Allah,
wahai Amirul mukminin?" Lantas Umar bin Khattab menjawab.
"Benar! Kita menghindari dari satu takdir Allah kepada takdir-Nya
yang lain!" Tak berapa lama, datanglah Abdurrahman bin Auf
menyampaikan hadis Nabi yang pernah didengarnya, bahwa
Rasulullah SAW. bersabda:
"Jika kalian mendengar adanya satu wabah penyakit di satu
negeri, maka janganlah kalian memasukinya dan jika kalian berada
di negeri itu, maka janganlah pula kalian meninggalkannya karena
menghindarinya." (HR. Al-Bukhari)
dengan Hal tersebut sesuai dengan aturan yang dibuat
pemerintah dimasa pandemic saat ini yaitu lockdown dan
karantina. Selain itu umar bin khattaba bersama ahli hadist, tabib
beserta pemimpin di kota syam mengadakan pembentukan tim
dalam menghadapi covid tersebut salah satu cara yang dilakukan
adalah dengan melakukan pemisahan tiap anggota keluarag atau
yang kita enal dengan istilah sosial distancing guna memudahkan
pemisahan antara yang sehat dan terinfeksi. yaitu Diceritakan pula,
pada saat itu dimana kota Madinah sedang mengalami suatu
cobaan yaitu dengan terjadinya suatu keadaan yang cukup buruk
yaitu terjadinya air yang keruh dan terdapat juga wabah penyakit di
6

kota itu. Oleh Nabi para sahabat diminta agar dapat menghadapi
wabah tersebut dengan lebih sabar dan selalu berharap akan
pertolongan dari Allah Swt.
Sedangkan Dalam Konteks Al-Qur'an Pandemi Berkaitan
dengan:
1. Peringatan Allah
Allah seringkali mengingatkan manusia tentang
kehendak dan ketetapan-Nya, agar berhati-hati supaya tidak
melanggar hingga berakibat buruk baginya. Peringatan itu
tersebar melalui ayat-ayat al-Qur‟an maupun peristiwa-
peristiwa alam dengan tujuan agar manusia kembali menempuh
jalan yang dianjurkan Allah. Allah berfirman, dalam QS. Al-
Anfal [8]: 33.
Berdasarkan ayat tersebut dikatakan bahwa pandemi ini
adalah alat Allah untuk menyadarkan kita sebagai makhluk-Nya
untuk tidak lagi berbuat kerusakan di muka bumi ini. Oleh
karena itu, jika ada di antara hamba-hamba-Nya yang masih
lemah imannya, maka Allah akan berikan peringatan dengan
banyak cara sebagai petunjuk untuk kembali kepada jalan yang
diridhai-Nya.
2. Bukti kekuasaan Allah
Sebagai hamba Allah, kitaa harus meyakini adanya
kekuasaan Allah SWT. Segala hal yang terjadi di alam semesta
adalah dengan seizin Allah, tak terkecuali pandemi. Allah telah
membuat aturan dan ketentuan-Nya yang disebut sunnatullah.
Begitupun dengan pandemi, pandemi tidak bisa keluar dari
ketentuan yang dibuat Allah. Oleh karena itu, hanya kepada
Allah seorang hamba meminta pertolongan (QS. Al-Ahqaf [46]:
24-25).
3. Qadha dan qadar Allah
7

Wajib bagi semua umat Islam untuk beriman terhadap


setiap peristiwa yang terjadi di luar kuasanya, dan itu
merupakan ketetapan-Nya (qadha) yang tidak mampu ditolak.
Terlepas apakah itu baik maupun buruk. Allah juga
menerangkan bahwa setiap apa yang terjadi di dunia berupa
berbagai musibah dan insiden adalah terjadi dengan qadha dan
qadar-Nya. Hal ini bermaksud untuk menumbuhkan dalam diri
orang-orang mukmin rasa ringan dalam menghadapi musibah
(QS. At-Taghabun [64]: 11)
b. Kiat Menghadapi Pandemi Dari Perfektif Islam
a. Sabar dan ikhlas menerima keadaan
Sebagai manusia biasa, terkadang memang sulit untuk
menirima dan ikhlas saat Allah menguji dengan keadaan yang
sulit. Namun, berperilaku sabar dan ikhlas adalah dua hal yang
bijaksana untuk dilakukan seorang muslim. Perilaku itulah
yang akan menampakkan kadar keimanan seorang muslim,
seperti dalam firman Allah surat al-Baqarah ayat 177 dan surat
Ali Imran ayat 200, Setiap muslim selalu percaya bahwa Allah
tidak memberikan kesulitan di atas kemampuan hamba-Nya.
Jadi, dalam kondisi sesulit apa pun kepercayaan kepada Allah
SWT harus selalu tertanam dalam hati.

Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu,
kuatkanlah kesabaranmu, tetaplah bersiap siaga di
perbatasan (negerimu), dan bertakwalah kepada Allah
agar kamu beruntung.”58(QS. Ali Imran [3]: 200).
Dalam ayat diatas menerangkan bahwa di tengah masa
pandemic saat ini kita harus senantiasa bersabar dalam
menghadapi semua rangkaian dalam memutus pandemic seperti
8

tidak bepergian ketika tidak terlalu penting, melaksanakan


isolasi mandiri dengan baik jika mengalami gejala, menaati
segala peraturan yang telah ditetapkan pemerintah atau
pimpinan.. selain itu hal tersebut bisa dijadikan sikap istiqamah
serta tawakal terhadap hal yang dapat mengkhawatirkan diri
kita sehingga dapat menjaga kondisi nonfisik kita.
Wahbah Az-Zuhaili dalam karyanya yang berjudul
Fiqih Islam Wa Adilatuhu menjelaskan kebolehan
meninggalkan shalat jumat dengan berjamaah, Sebagaimana
hadis yang diriwayatkan Abu Daud: “Orang yang mendengar
panggilan, tidak ada yang bisa mencegahnya kecuali udzur.
Seseorang bertanya, Udzur itu apa saja? Beliau SAW
menjawab, “Rasa takut atau sakit."
b. Memelihara karunia Allah
Kesehatan merupakan karunia Allah yang wajib kita
syukuri dengan cara menggunakan masa sehat kita untuk
berbuat kebaikan dengan tujuan menggapai ridha Allah. Selain
itu, upaya menjaga kesehatan juga merupakan salah satu cara
mensyukuri nikmat sehat.
Jika demikian, janganlah menggerutu atau protes kepada
Tuhan akibat bencana ini. Akan tetapi, carilah hikmah di
baliknya yang bisa mendorong kita menjadi lebih bersyukur
kepada Allah karena Allah tidak penah berbuat dholim kepada
hamba-hamba-Nya.
c. Menjalani perilaku hidup bersih dan sehat
Menurut kedokteran, cara yang paling baik untuk
mengobati penyakit berjangkit dan penyakit-penyakit lainnya
adalah dengan cara menjaga kebersihan. Menjaga kebersihan
adalah suatu langkah untuk mengantisipasi diri dari terkena
penyakit termasuk pandemi covid 2019. Dari sisi pandang
kebersihan dan kesehatan al-thaharah merupakan salah satu
9

bentuk upaya preventif, Sesungguhnya antisipasi lebih baik


dari mengobati.
Terlepas dari keadaan pandemi, Allah menyukai seorang
hamba-Nya yang menjaga kebersihan dan kesehatan.
Sesederhana berwudhu sebelum solat, mandi, dan
membersihkan pakaian. Perilaku hidup bersih dan sehat ini
akan menghindarkan diri dari penyakit. Sebagaimana dikatakan
dalam hadis yang diriwayatkan oleh Sa'ad bin Al-Musayyib
dari Rasulullah SAW, beliau bersabda:
“Sesungguhnya Allah SWT itu suci yang menyukai hal-hal
yang suci. Dia Mahabersih yang menyukai kebersihan. Dia
Mahamulia yang menyukai kemuliaan. Dia Mahaindah yang
menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-
tempatmu. Dan janganlah meniru orang-orang Yahudi.” (HR.
Tirmizi).
dalam hadist lain di sebutkan bahwa
“kebersihan sebagian dari imam”
Adapun menjalani perilaku hidup bersih dan sehat dalam
pandangan medis, yaitu dengan mencuci tangan setiap kali
akan dan sudah memegang sesuatu, menghindari kerumunan
untuk mengurangi tertularnya suatu penyakit, menjaga jarak
dengan orang yang memiliki riwayat penyakit menular, dan
menghindari segala sesuatu yang dapat menyebabkan
tertularnya suatu penyakit. Dengan demikian, kita sudah
berusaha untuk meminimalisir mewabahnya suatu penyakit.
Jika dikaitkan antara menjalani perilaku hidup bersih dan
sehat dalam ajaran Islam dengan pandangan medis, maka bisa
dikatakan bahwa berwudhu‟ merupakan salah satu cara untuk
menjaga kebersihan. Sama halnya dengan mencuci tangan,
berwudhu‟ juga bisa menghilangkan kotoran dan kuman
karena aliran air yang mengalir pada anggota wudhu‟.
10

Begitupun dengan menghindari kerumunan, Allah menyuruh


umat muslim untuk memelihara dirinya dari segala sesuatu
yang menyebabkan siksa Allah.
d. Menjaga pola makan yang sehat
Allah mewajibkan seluruh umat manusia untuk menjaga
kelangsungan hidupnya. Seperti mengonsumsi makanan dan
minuman yang menjadi kebutuhan primernya. Tidak
dibenarkan bagi seorang muslim menyiksa dirinya dengan
meninggalkan makan atau minum. Allah berfirman :

Artinya:“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah,


dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam
kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berbuat baik.”73(QS. Al-Baqarah
[2]: 195).
Ditengah masa pandemic saat ini penting untuk menjaga imunitas
tubuh Sistem kekebalah tubuh yang baik bisa didapatkan dari pola makan
yang sehat dan mengonsumsi makanan yang bergizi. Setiap muslim
diwajibakan untuk mengonsumsi makanan sehat. Mereka harus melakukan
kebiasaan ini untuk menjaga tubuh agar tetap sehat. Perintah ini dijelaskan
dalam surat al-Baqarah ayat 172,

B. Corona virus menurut pandangan Kristen


11

Fransiskus Irwan Wijaya, dkk., yang menekankan pentingnya


menstimulasi praktik gereja rumah di masa pandemi Covid-19.11
Maraknya ibadah dengan teknologi live streaming sebagai respon terhadap
kebijakan pemerintah tentang ibadah di rumah, menjadi sebuah praktik
untuk kembali menghidupkan gereja rumah. Hal senada dilakukan melalui
penelitian Susanto Dwiraharjo, yang mengusung ide tentang Gereja
Digital, sebagai refleksi eklesiologis di era digitalisasi yang mampu
mengantisipasi segala kemungkinan,
Realita dampak buruk dari pandemi ini dapat membuat iman
kekristenan kehilangan pengharapan. Namun dengan adanya pembatasan
berkumpul membuat keluarga harus memperlengkapi diri dan membawa
keluarga untuk bertumbuh dalam pengharapan kepada Tuhan. Akibat
wabah penyakit virus corona juga mempengaruhi psikologi dan
kerohanian orang.
Beberapa penelitian teologis menunjukkan adanya usaha untuk
menghubungkan pandemi Covid-19 dengan Alkitab. Ada sebuah
pandangan teologis yang berusaha mengaitkan virus corona dengan
konsep apokaliptik kristiani sebagaimana yang diungkap di dalam kitab
Wahyu.
Namun demikian pandangan teologis ini terlalu ektrim dengan
mengaitkan kata Corona dengan angka 666 dalam kitab Wahyu, yang
kemudian dihubungkan dengan kedatangan antikris. Pandangan tersebut
oleh Christina telah dibantah melalui riset teologisnya. Lalu apakah di
dalam Alkitab tidak terdapat gagasan teologis tentang penyakit Covid-19?
Alkitab tidak pernah menyebut secara eksplisit penyakit tersebut, namun
gagasan teologis mengenai penyakit sampar/wabah ada di dalam Alkitab,
seperti dalam Keluaran 7-10; 2 Samuel 24: 1-25; Maz. 78: 50; 91:3,6
Yehezkiel 6:11.40 Artinya, Alkitab tidak menutup mata tentang adanya
penyakit yang dapat menular, mewabah dan mengancam tubuh dan jiwa
seseorang. Namun, yang jelas tidak semua musibah atau sakit penyakit
akibat dari tindakan dosa. Contoh nyata adalah kisah Ayub.
12

Ada beberapa cara yang dilakuka pihak gereja dalam memutus


pandemic covid-19, yaitu :
1. Pemeliharaan Jemaat Secara Spiritual pada Masa Pandemi Covid-
19
Gereja memiliki tanggung jawab untuk memelihara
keadaan spiritual tiap-tiap anggota jemaatnya. Namun demikian,
di tengah-tengah masa pandemi ini gereja diperhadapkan dengan
kondisi anomali yang membuatnya harus melakukan social
distancing untuk menghambat penularan virus Covid-19. Oleh
sebab itu pemeliharaan spiritual jemaat efektif dilakukan secara
online.
Model lainnya adalah dengan menerapkan Kelompok Sel
Viritual, di mana pertemuan kelompok dapat dilakukan secara
viritual tanpa kehadiran secara fisik namun tetap dapat bersama-
sama belajar firman Allah Bahkan terdapat penelitian yang
menunjukkan bahwa penggembalaan di ruang viritual tetap dapat
memelihara kerohanian serta relasi anggota jemaat dengan Kristus
dan jemaat-Nya.
2. Pelayanan pastoral, para gembala wajib mengunakan masker, face
shield, mencuci tangan, dan jaga jarak di dalam melaksanakan
tugas-tugas pastoral.
3. Melaksanakan Bimbingan Konseling Khusus
Pandemi Covid-19 memang telah memunculkan anxiety
pada sebagian besar orang. Hal ini dipicu oleh kecemasan karena
takut tertular Covid-19. Terdapat sebuah penelitian yang
mengusulkan sebuah model konseling yang diyakini dapat
menolong kecemasan tersebut. Cognitive behavioural therapy
merupakan treatment yang paling tepat untuk mengatasi gangguan
anxiety karena dapat mengubah cara berpikir maladaptif menjadi
lebih adaptif.43
13

Meskipun konseling ini digunakan pada orang-orang yang


cemas karena meras tertular, namun sepertinya juga dapat
diterapkan kepada penderita Covid-19 agar mereka dapat
mengubah cara berpikir sehingga tidak mengalami kecemasan
yang berlebihan. Kecemasan adalah salah satu penyebab turunnya
imun tubuh yang dapat memperparah keadaan pasien. Melalui
konseling tersebut diharapkan pasien dapat menguasai pikirannya
dan dapat mengontrol kecemasannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah Corona virus
disease (covid-19) adalah jenis virus baru yang menyerang imunitas tubuh
serta dapat menyebabkan kematian. Tafakur adalah musibah dan menguatkan
iman setiap manusia. Dengan adanya wabah virus covid-19 ini kita sebagai
seorang mukmin tidak perlu khawatir dalam menghadapinya, tetapi kita harus
tetap waspada. Tafakur dalam pendidikan agama Islam yaitu selalu meminta
perlindungan kepada Allah Swt, berdoa, berikhtiar dengan melakukan hal
yang dianjurkan untuk pencegahan penularan wabah virus covid-19 tersebut,
tawakal kepada Allah Swt, selalu yakin akan kesembuhan yang akan
diberikan oleh Allah Swt, bersabar dan senantiasa bersyukur, dan ambil
hikmah dibalik apa yang telah terjadi. Tafakur dalam neurosains yaitu
memberi semangat kepada diri sendiri dan orang-orang sekitar untuk tetap
mengutamakan kesehatan agar tetap terjaga dari wabah virus covid-19 dan
selalu melakukan kegiatan yang bermanfaat. kegiatan merenung seorang
manusia untuk menemukan hikmah dibalik.
Kekristenan juga dalam masa pandemi ini diharapkan dapat
mentaati peraturan pemerintah untuk dapat bersama-sama memutus mata
rantai wabah virus Corona. peran keluarga sangat penting bagi
keberlangsungan iman percaya kepada Tuhan ditengah situasi yang sulit
seperti saat ini. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pentingnya
PAK dalam membangun kerohanian keluarga di masa pandemi Covid-19.
Dapat dilakukan dalam keluarga dengan memahami landasan dan tujuan
pendidikan agama Kristen dan keluarga dalam membangun kerohanian.
Lalu mendasari bahwa Alkitab sebagai Dasar Fondasi Kerohanian dalam
Keluarga dan keluarga harus bekerja sama menjadi pelayan yang
memperlengkapi kehidupan keluarga dalam kerohanian yang semakin
berkenan di hadapan Tuhan

14
B. Saran
Berdasarkan materi yang kami susun kami menyarankan beberapa
hal yaitu :
1. Seluruh pengurus atau tokoh keagamaan harus bekerjasama
dalam menerapkan protocol kesehatan di lingkungan ibdaha
2. Para jamaat baik itu jamaah islam ataupun Kristen harus
memikirkan kondisi kesehtannya seperti tida mengikuti
kegiatan

15
DAFTAR PUSTAKA

16

Anda mungkin juga menyukai