PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam persaingan bebas kita seharusnya berorientasi pada kebutuhan dan harapan konsumen
atau pelanggan (customers). Jika produk/layanan hasil kinerja kita tidak bermutu,
maka customers akan meninggalkan kita, karena ada alternatif lain yang bisa dipilih oleh
mereka. Jika penghasil produk/jasa ingin tetap berlangsung usahanya (dipakai oleh customers),
maka ia harus menjaga mutu bahkan meningkatkan mutu produk/jasa layanannya seiring dengan
tuntutan kebutuhan dan harapan customers termasuk di organisasi (sekolah).
Salah satu strategi manajerial yang dikembangkan untuk menjamin sebuah organisasi
(sekolah) memiliki daya tahan dan daya hidup dari masa sekarang dan berkelajutan sampai masa
yang akan datang yaitu dengan melakukan analisis SWOT.
Analisis SWOT adalah indentifikasi beberapa faktor secara sistematis untuk merumuskan
strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan
(Strenghts) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats).
Analisis SWOT secara sederhana dipahami sebagai pengujian terhadap kekuatan dan
kelemahan internal sebuah organisasi, serta kesempatan dan ancaman lingkungan
eksternalnya. SWOT adalah perangkat umum yang didesain dan digunakan sebagai langkah awal
dalam proses pembuatan keputusan dan sebagai perencanaan strategis dalam berbagai terapan
(Johnson, dkk., 1989; Bartol dkk., 1991).
Langkah pertama dalam analisis SWOT adalah membuat sebuah lembaran kerja dengan
jalan menarik sebuah garis persilangan yang membentuk empat kuadran, keadaan masing-
masing satu untuk kekuatan, kelemahan, peluang/kesempatan, dan ancaman. Secara garis besar
lembaran kerja tersebut diperlihatkan dalam lembar-1. Langkah berikutnya adalah membuat
daftar item spesifik yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi di bawah topik masing.
Dengan membatasi daftar sampai 10 poin atau lebih sedikit, untuk menghindari generalisasi yang
berlebihan (Johnson, et al., 1989).
Bentuk pendidikan di Indonesia terdiri dari tiga yaitu: Pedidikan Formal, Non Formal dan
Informal. Suatu pendidikan formal sudah tentu merupakan suatu organisai yang berdasarkan
legalitas hukum dan peraturan-peraturan yang terkait dalam rangka pelaksanaannya. Pendidikan
formal ini terdiri dari tiga jenjang yaitu Jenjang SD, SMP dan SMA. Terbentuknya suatu
organisasi itulah salah satu pelaksanan pendidikan formal berjenjang tersebut. Banyak hal yang
harus dipertimbangkan, dukungan dari berbagai pihak, sebuah sistem manajerial untuk mengatur
berbagi hal, serta kebijakan yang relevan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan formal
yang berjenjang.
SWOT merupakan singkatan dari Strength (S), Weakness (W), Opportunities (O),
dan Threats (T) yang artinya kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman atau kendala, dimana
yang secara sistematis dapat membantu dalam mengidentifikasi faktor-faktor luar (O dan T) dan
faktor didalam perusahaan (S dan W).
Salah satu upaya yang dilakukan untuk perencanaan pendidikan yang matang dalam
melaksanakan pendidikan sebagai suatu sistem ialah dengan melakukan analisis SWOT
pada SMA Negeri Jayaloka. Analisis SWOT ini merupakan perencanaan strategis yang
digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman pada SMA Negeri
Jayaloka. Sejauh mana tingkat keberhasilan pencapaian tujuan serta hal-hal apa saja yang
menjadi hambatan dan bagaimana solusi untuk mengatasinya. Sehingga harapannya tingkat
keberhasilan tujuan organisasi mampu diukur sebelum pelaksanaan perencanaan pendidikan
tersebut. Oleh karena itu, penulis mencoba melakukan analisis SWOT di tempat penulis
mengajar. Adapun judul dari makalah ini adalah “Analisis SWOT SMA Negeri Jayaloka”.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Apakah faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan SMA Negeri 1 Jatiluhur?
2. Apakah faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman SMA Negeri Jatilihut?
3. Apakah faktor-faktor yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di SMA
Negeri 1 Jatiluhur?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk Mengetahui faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan SMA Negeri 1
Jatiluhur
2. Untuk Mengetahui faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman SMA Negeri Jatiluhur
3. Untuk Mengetahui faktor-faktor yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di SMA Negeri 1 Jatiluhur
2. PEMBAHASAN
2.1 Definisi Perencanaan, Manajemen, dan Pendidikan
Definisi Perencanaan Menurut Para Ahli
1) Garth N. Jone Mendefinisikan Perencanaan adalah suatu proses pemilihan dan
pengembanngan dari pada tindakan yang paling baik untuk pencapaian tugas.
2) M. Farland Mendefinisikan Perencanan adalah suatu fungsi dimana pimpinan kemungkinan
mengunakan sebagian pengaruhnya untuk mengubah daripada wewenangnya.
3) Kaufman Mendefinisikan Perencanaan adalah suatu proyeksi tentang apa yang dibutuhkan
dalam rangka mencapai tujuan secara sah dan berdaya guna.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam menyusun
perencanaan perlu memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan masa depan, adanya
kegiatan, proses yang sistematis, hasil dan tujuan tertentu.
2.4 Analisis SWOT
Analisis SWOT mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan
strategi dan memaksimalkan kekuatan dan peluang, serta meminimalkan kelemahan dan
ancaman. Analisis SWOT dibuat pertama kali oleh Albert Humprhey pada tahun 1960-an di
Universitas Stanford. Analisis SWOT (singkatan bahasa Inggris dari
"kekuatan" (strengths), "kelemahan" (weaknesses), "kesempatan" (opportunities), dan
“ancaman" (threats) adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis.
Analisis SWOT menyediakan para pengambil keputusan organisiasi akan informasi yang
dapat menyiapkan dasar dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan tindakan. Jika
keputusan itu diterapkan secara efektif akan memungkinkan sekolah mencapai tujuannya.
Analisis lingkungan adalah studi tentang “kekuatan” dan “kelemahan” sebagai elemen
internal, “peluang” dan “tantangan” sebagai elemen eksternal suatu organisasi, masa kini, dan
berpotensi diperkirakan akan muncul di masa depan, sebagai data/bahan untuk menetapkan dan
menyusun perencanaan strategis organisai masa depan (Theresia, 2003).
Komponen-komponen yang terdapat di dalam analisis SWOT adalah kekuatan (Strength),
kelemahan (Weaknes), Peluang (oportunitis), dan Tantangan (treats). Analisa SWOT adalah
identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisa ini
didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang
(Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan
ancaman (Threats). Perencanaan strategis (strategic planner) suatu perusahaan harus
menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman)
pada kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi atau popular disebut
Analisis SWOT. Kemudian dilakukan pembandingan antara faktor internal yang
meliputi Strength dan Weakness dengan faktor luar Opportunity dan threat.
Setelah melakukan analisis SWOT, kita bisa melakukan strategi alternatif untuk
dilaksanakan. Strategi yang dipilih merupakan strategi yang paling menguntungkan dengan
resiko dan ancaman yang paling kecil. Selain pemilihan alternatif analisis SWOT juga bisa
digunakan untuk melakukan perbaikan dan improvisasi. dengan mengetahui kelebihan
(Strength dan Opportunity) dan kelemahan kita (Weakness dan Threat), maka kita melakukan
strategi untuk melakukan perbaikan.
2.5 Profil Sekolah
2.5.1 Nama dan Alamat Sekolah
Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Jatiluhur
NIS :
Nilai Akreditasi :
Alamat Sekolah : Jalan Pramuka 138 Bunder Jatiluhur
Kecamatan : Jatiluhur
Kabupaten : Purwakarta
Provinsi : Jawa Barat
Luas Lahan :
Jumlah Rombel :
2.5.2 Status Sekolah
SMA Negeri Jayaloka berstatus Negeri di bawah Dinas Pendidikan Provinsi Jawas Barat
2.5.5 Tujuan Sekolah
Menumbuhkan dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
Menumbuhkan rasa patriotisme dan cinta tanah air.
Menumbuhkembangkan kepribadian yang sanggup menghadapi tantangan masa depan.
Menciptakan sikap mandiri dan jiwa wira usaha.
Mempersiapkan lulusan yang dapat memasuki dunia kerja dan dunia usaha.
Menciptakan lulusan yang siap dan mampu mengikuti pendidikan tinggi.
2.5.6 Data Sekolah
1. Data Siswa 3 (Tiga) Tahun Terakhir
Jml Jumlah
Pendafta Kelas X Kelas XI Kelas XII (Kls. X+ XI +
r XII)
Th. (Cln
Pelajaran Siswa Jml Jml Jml Jml Jml Jml
Sisw Rombe
Baru) Sisw Rombe Sisw Rombe Sisw Rombe
a l
a l a l a l
2011/201
322 133 4 123 4 81 3 337 10
2
2012/201 335 134 4 119 4 115 4 368 12
3
2013/201
356 162 5 129 4 116 4 407 13
4
2. Kepemilikan Tanah : Pemerintah
Status Tanah : Hibah
Luas Lahan/ Tanah : ± 2,5 Ha
Luas Tanah Terbangun :
Luas Tanah Siap Bangun :
3. Angka Kelulusan dan Melanjutkan
Bobot x
No Faktor Penilaian Bobot Peringkat
Penilaian
1 Kekuatan (Strength)
A Kondisi sekolah yang kondusif dan
0,05 4 0,20
lahan yang luas
B Etos kerja 0,05 3 0,15
C Kualitas Tenaga Pendidik yang
0,15 4 0,60
berkompeten
D Hubungan baik antar tenaga
pendidik, tenaga kependidikan,
0,15 2 0,30
komite sekolah, masyarakat dan
peserta didik.
E Kualitas peserta didik 0,15 5 0,75
Total kekuatan
2,00
2 Kelemahan (Weakness)
Bobot x
No Faktor Penilaian Bobot Peringkat
Peringkat
1 Peluang (Opportunity)
2 Tantangan (Threat)
1,00
Dari hasil analisis SWOT di atas, dapat disimpulkan bahwa sekolah berada di Kuadran II
(positif, negatif). Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi
tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi Strategi, artinya
organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga
diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu
pada strategi sebelumnya. Oleh karenya, organisasi disarankan untuk segera memperbanyak
ragam strategi taktisnya.
Keterangan:
Analisis Faktor Internal
Strength (kekuatan) :
1. Kondisi sekolah yang kondusif karena jauh dari kebisingan lalu lintas serta memiliki lahan
yang luas ± 2.5 Ha
2. Etos Kerja
Meskipun 80% Tenaga Pendidik dan Kependidikan bertempat tinggal di luar daerah namun
tingkat kedisiplinan dari keterlambatan datang tinggi. Karena diperkirakan waktu tempuh yang
diperlukan untuk sampai ke SMA Negeri Jayaloka adalah 1.30 jam. Biasanya pendidik berangkat
dari rumah sekitar pukul 6 pagi.
3. Kualitas tenaga pendidik yang berkompeten (daftar jumlah guru terlampir). Meskipun Guru di
SMA Negeri Jayaloka hanya berjumlah 22 orang, minimal mempunyai kualifikasi pendidikan
S1. 20 orang kualifikasi S2 (1 orang bidang kependidikan), 1 orang sedang mengikuti pendidikan
S2 di bidang kependidikan. Dengan jumlah guru 22 orang dengan rombel yang ada berjumlah 13
memang dirasakan kurang, namun para guru mampu mengemban pembagian tugas mengajar
yang telah ditetapkan dan tetap dapat memberikan pengajaran yang maksimal. Selain itu Guru
mendapatkan pembinaan kompetensi guru melalui MGMP dan Diklat untuk semua mata
pelajaran, kaderisasi guru untuk jabatan Kepala Sekolah melalui pembinaan dan diklat,
pembinaan guru dan pegawai melalui jalur pemilihan guru berprestasi, dan pembinaan pegawai
pendidikan dan latihan.
Jumlah guru dengan tugas mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikan (keahlian)
1. Biologi 1
2. Fisika 1
3. Kimia 2
4. Matematika 2
5. Bahasa Indonesia 2
6. Bahasa Inggris 1 1
7. Pendidikan Agama 1
8. Geografi 1
9. Sejarah 1
10. Ekonomi 1
11. Penjasorkes 2
13. PKn 1
14. KWU 1
15. TIK/Keterampilan 1
16. BK 1
Jumlah 18 1 3
4. Hubungan baik antar tenaga pendidik, tenaga kependidikan, komite sekolah, masyarakat dan
peserta didik. Hal ini ditandai dengan kerjasama dalam bentuk gotong royong dalam setiap
kegiatan yang diperuntukkan bagi kepentingan bersama yang merupakan suatu budaya yang
harus dikembangkan dikalangan peserta didik.
5. Kualitas peserta didik. Prestasi yang diukir peserta didik SMA Negeri Jayaloka tidak hanya di
bidang pendidikan, melainkan di bidang ekstrakurikuler. Diantaranya bulan Oktober lalu
ektrakurikuler PMR meraih juara ke-II di tingkat Kabupaten, ekstrakurikuler PRAMUKA
mendapat juara ke-III di tingkat Propinsi, sedangkan di bidang olahraga yaitu LOMPAT JAUH
mendapat juara pertama di tingkat kabupaten dan TAEKWONDO mendapat juara pertama di
tingkat Propinsi.
Perolehan Kejuaraan/Prestasi Non Akademik
Tahun 2012/2013
Tingkat
No. Nama Lomba
Juara ke: Kab/
Propinsi Nasional
Kota
1 PRAMUKA 3 V
2 TAEKWONDO 1 V
3 PMR 2 V
4 LOMPAT JAUH 1 V
Weakness (kelemahan) :
1. Lokasi sekolah yang kurang strategis. Akses menuju SMA Negeri Jayaloka Jauh dari
keramaian, jalan yang dilalui memiliki 2 jalur ada yang masih berupa hotmix dan ada yang sudah
di aspal. Selain itu kiri kanan jalan masih berupa perkebunan karet dan rawan terjadinya tindakan
penodongan yang mengakibatkan pada keselamatan diri.
2. Tidak semua guru mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis TIK. Dewasa ini TIK menjadi
hal yang wajib digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran, dan penilaian oleh sebab itu
sangat disayangkan apabila masih ada guru yang tidak memanfaatkan TIK sebagai media
pembelajaran karena dapat membantu siswa untuk dapat lebih banyak dan lebih cepat menyerap
materi pembelajaran sehingga dapat mengefisiensikan waktu sehingga pembelajaran dapat lebih
efektif.
3. Belum banyak ruang kelas dilengkapi sarana pembelajaran berbasis TIK. Hal ini
menyebabkan Tidak semua guru mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis TIK padahal
tuntutan zaman yang kini telah menggunakan teknologi berbasis komputer.
4. Sarana dan Prasarana sekolah. Seperti jumlah ruang praktik laboratorium beserta peralatan dan
perlengkapannya, jaringan internet
5. Kurangnya tenaga pendidik. Diharapkan dapat menambah tenaga pendidik karena jumlah
rombel yang tiap tahunnya mengalami kenaikan sehingga dirasakan tidak cukup dalam
pembagian mengajar. Khususnya tenaga laboran dan lain sebagainya.
Oportunity (peluang):
1. Dukungan dari orang tua. Suatu peluang bagi lembaga SMA Negeri Jayaloka bahwa
masyarakat menginginkan kemajuan kesejahteraan baik ekonomi, pendidikan maupun kesehatan,
perlu didukung dengan upaya pemberian kesempatan pendidikan yang layak sehingga dapat
membina pola fikir yang lebih maju dan mengolah sumber daya alam yang ada secara maksimal,
hal ini dapat dilihat dari antusias masyarakat pada pendaftaran calon siswa ke SMA Negeri
Jayaloka.
2. Dukungan pemerintah daerah dan pusat dalam melengkapi sarana dan prasarana. Hal ini
terlihat dari bantuan yang datang dari pemerintah pusat dan daerah pada tahun ini (2013), yakni
bantuan pembuatan 3 lokal untuk ruang belajar.
3. Budaya Masyarakat. Masyarakat Jayaloka terdiri dari penduduk asli dan pendatang
(transmigran) asal Jawa yang telah bermukim sejak tahun 1980-an. Kehidupan masyarakat yang
rukun memungkinkan melakukan akselerasi (percepatan) pembangunan. Salah satu indikasi
adanya kerukunan warga adalah belum pernah terjadinya perselisihan yang mengakibatkan
perkelahian dan keributan secara missal yang menyebabnya terhambatnya kegiatan
pembangunan. Kultur masyarakatnya yang suka kerjasama dalam bentuk gotong royong dalam
setiap kegiatan yang diperuntukkan bagi kepentingan bersama maupun perorangan yang
merupakan suatu budaya yang harus dikembangkan dikalangan peserta didik.
4. Hubungan Kerjasama Dengan Universitas. Terdapatnya beberapa Perguruan Tinggi Negeri di
Indonesia seperti UNIB, UNSRI, UNNES yang melakukan proses penseleksian mahasiswa
melalui program bidik misi, PMDK kepada siswa SMA kelas XII SMA Negeri Jayaloka.
5. Tuntutan masyarakat terhadap lulusan yang berkualitas. Masyarakat mengharapkan setelah
selesai menempuh pendidikan di SMA Negeri Jayaloka ini diharapkan dapat melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi dan menjadi outcome berkualitas. Dengan adanya penambahan mata
pelajaran Kewirausahaan di maksudkan agar siswa mampu menganalisa dan memanfaatkan
peluang usaha yang ada, sehingga para lulusan diharapkan mampu mengembangkan diri di
bidang kewirausahaan dan menciptakan lapangan kerja sendiri dan mengurangi ketergantungan
lulusan terhadap lowongan kerja yang semakin sedikit yang tersedia.
Threat (tantangan):
1. Banyaknya calon siswa SMA N Jayaloka yang mendaftar. Dari data keadaan murid SD/MI
dan SMP/MTS tahun 2012/2013 di Kecamatan Jayaloka dapat diproyeksikan perkembangan
jumlah siswa SMA Negeri sampai tahun 2016 masih terus meningkat sehingga hal ini menjadi
tantangan sekaligus peluang SMA Negeri Jayaloka yang harus disiasati dalam Rencana Strategi
Perkembangan Sekolah dan Program-program kerja jangka panjang, jangka menengah, dan
jangka pendek (tahunan).
Proyeksi Perkembangan Jumlah Siswa SMA Negeri Jayaloka Sampai Dengan Tahun 2016
Jumlah
Kelas X Kelas XI Kelas XII (Kls. X+ XI +
Th. XII)
Pelajaran Jml Jml Jml Jml Jml Jml
Sisw Rombe
Sisw Rombe Sisw Rombe Sisw Rombe
a l
a l a l a l
2012/201
173 4 143 4 123 4 439 12
3
2013/201
176 4 164 4 136 4 476 12
4
2014/201
171 4 167 4 156 4 496 12
5
2015/201
215 5 162 4 159 4 536 13
6
2. Persaingan memasuki PTN. Terbatasnya kuota yang tersedia pada setiap PTN
mengakibatkan Persaingan masuk SMPTN menjadi diidolakan, sehingga memotivasi sekolah
untuk meningkatkan berbagai kebijakan yang berpihak pada siswa.
3. Akses menuju sekolah yang dirasakan jauh, masih sepi dan kurang strategis menyebabkan
kesempatan tindakan penodongan yang mengakibatkan pada keselamatan diri.
4. Kualitas lulusan. Yang menjadi tantangan disini adalah lulusan yang melanjutkan studi hingga
perguruan tinggi tidaklah 100%. Perekonomian orangtua yang masih menengah ke bawah,
memicu lulusan berfikiran untuk segera bekerja sehingga dapat membantu perekonomian orang
tua nya.
Angka Kelulusan dan Melanjutkan
5. Bantuan tenaga pendidik dari pemerintah. Karena masih minimnya jumlah guru yang ada saat
ini diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan kepada sekolah untuk menyediakan tenaga
pendidik baik PNS maupun Honorer.
Analisis Visi
Visi adalah pernyataan tentang kondisi yang diinginkan yang dapat dicapai dalam kurun
waktu tertentu. Visi harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Specific (mengacu/fokus)
2. Measurable (dapat diukur)
3. Achievable (dapat dicapai)
4. Realistic (realistis/nyata)
5. Timeframe (mempunyai jangka waktu)
Dari data yang didapat mengenai visi SMA Negeri Jayaloka hendak memberikan
penegasan terhadap jangka waktu untuk pencapaian kondisi yang diinginkan.
3. PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari kegiatan analisis SWOT di SMA Negeri Jayaloka, dapat disimpulkan bahwa
perumusan manajemen strategi di SMA Negeri Jayaloka masuk pada kategori baik. Hal ini
terlihat pada hasil analisis meskipun menunjukkan SMA Negeri Jayaloka berada pada
kuadran II. Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi
tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi
Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat
sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya
bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karena itu, organisasi disarankan untuk segera
memperbanyak ragam strategi taktisnya.
3.2 Saran
Dari hasil analisis visi/ misi sekolah, pengukuran jangka waktu dalam pencapaian kondisi
yang akan dicapai masih menjadi kekurangan dan hendaknya jangka waktu (timeframe) sangat
perlu diperhatikan karena merupakan salah satu syarat perumusan visi.
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akan tetapi, jika kegiatan membaca dan menulis masih minim akan berdampak buruk bagi
Bangsa Indonesia sendiri, kedepannya Indonesia tidak akan mampu menghadapi persaingan dengan
bangsa-bangsa lain di dunia. Padahal banyak manfaat yang bisa di ambil dari membaca dan menulis.
Tidak hanya menambah wawasan, tetapi juga bisa mendatangkan penghasilan sendiri.
Membaca dan menulis merupakan kegiatan yang saling melengkapi dan mendukung. Seseorang
yang ingin mengembangkan kemampuan berbicara dan menulis, haruslah banyak mendengar dan
membaca. Banyak faktor yang mempengaruhi kurangnya minat membaca dan menulis siswa yakni
dikarenakan kurangnya pembiasaan dalam membaca, faktor lingkungan yang tidak mendukung dan
kebanyakan para remaja berfikir orang-orang yang banyak membaca adalah orang-orang yang kurang
pergaulan akibatnya para remaja menjaga jarak dengan
buku dan aktivitas membaca, karena tidak mau di anggap kurang pergaulan
nomor 23 tahun 2013 meluncurkan sebuah gerakan literasi sekolah untuk menumbuhkan sikap budi
pekerti luhur kepada anak-anak melalui bahasa. Sederhananya, setiap anak di sekolah dasar diwajibkan
membaca buku-buku bacaan cerita lokal dan cerita rakyat yang memiliki kearifan lokal dalam materi
bacaannya sebelum proses pembelajaran dikelas dimulai. Secara luas, literasi yang dimaksud disini lebih
dari sekedar membaca dan menulis. Hal ini juga mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi dalam
masyarakat. Literasi juga bermakna praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan,
bahasa, dan budaya.
GLS dikembangkan berdasarkan sembilan agenda prioritas (Nawacita) yang terkait dengan tugas
dan fungsi Kemendikbud, khususnya Nawacita nomor 5, 6, 8, dan 9. Butir Nawacita yang dimaksudkan
adalah (5) meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia; (6) meningkatkan
produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan
bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya; (8) melakukan revolusi karakter bangsa; (9) memperteguh
kebinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia. Empat butir Nawacita tersebut terkait erat
dengan komponen literasi sebagai modal pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas,
produktif dan berdaya
Meninjau tujuan awal Kemendikbud dalam membuat program literasi yaitu dapat
mengembangkan minat membaca dan menulis masyarakat, dalam hal ini khususnya para siswa. Untuk
itu, perlu dilakukan evaluasi agar dapat diketahui keberhasilan dan keefektifitasnya program tersebut.
Evaluasi merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang
nantinya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dan akurat dalam
mengambil sebuah keputusan. Dalam bidang pembelajaran, hasil evaluasi ini dapat dijadikan sebagai
bentuk pertanggungjawaban kepada publik atau stake-holder tentang berbagai aspek yang terkait
dengan pelaksanaan dan hasil yang dicapai. Dan tanpa melakukan evaluasi, tidak mungkin dapat
ditemukan informasi yang akurat mengenai kekurangan dan kelebihan aktifitas program pembelajaran
yang telah dilaksanakan. Tentunya proses evaluasi dilaksanakan tidak hanya satu aspek saja, tetapi harus
menyeluruh. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui informasi atau data-data yang akurat dan
komprehensif tentang kelemahan-kelemahan yang perlu diperbaiki dan kekuatan-kekuatan yang perlu
dipertahankan sehingga tujuan yang direncanakan tercapai dengan baik.
Berkaitan dengan hal tersebut, kemendikbud menyusun sebuah desain induk gerakan literasi
sekolah guna memberi arahan strategi bagi kegiatan literasi dilingkungan satuan pendidikan menengah,
termasuk di SMA Negeri 1 Sanden.
B. Permasalahan dan Pertanyaan evaluasi
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dikaji adalah sebagai berikut:
D. Manfaat
1. Secara Teoritis
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan rujukan sebagai data untuk
melakukan penelitian yang sejenis.
2. Secara Praktis
Evaluasi merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam meningkatkan kualitas kinerja atau
produktifitas suatu lembaga dalam melaksanakan programnya. Melalui evaluasi akan diperoleh
informasi tentang apa yang telah dicapai dan apa yang belum dicapai. Selanjutnya, informasi ini
digunakan untuk perbaikan suatu program.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian Evaluasi
Evaluasi dalam kamus besar bahasa Indonesia online mempunyai arti yaitu proses penilaian, atau
menilai. Evaluasi merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam meningkatkan kualitas kinerja atau
produktifitas suatu lembaga dalam melaksanakan programnya. Menurut Suchman dalam Suharsimi,
memandang evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan
yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan. Definisi lain dikemukakan oleh Worthen
dalam Suharsimi.
Para ahli tersebut mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mencari sesuatu yang berharga
tentang sesuatu; dalam mencari sesuatu tersebut, juga termasuk mencari informasi yang bermanfaat
dalam menilai keberadaan suatu program, produksi, prosedur, serta alternatif strategi yang diajukan
untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Seorang ahli yang sangat terkenal dalam evaluasi
program bernama Stufflebeam dalam Suharsimi mengatakan bahwa evaluasi merupakan proses
penggambaran, pencarian, dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambil keputusan
dalam menentukan alternatif keputusan.
Evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktifitas secara spontan dan insidental, melainkan
merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan atas
tujuan yang jelas. Kegiatan evaluasi memerlukan penggunaan informasi yang diperoleh melalui
pengukuran maupun dengan cara lain untuk menentukan pendapat dan membuta keputusan
pendidikan.
Evaluasi pendidikan mencakup dua sasaran pokok yaitu evaluasi makro (program) dan evaluasi
mikro (kelas). Secara umum, evaluasi terbagi dalam tiga tahap sesuai proses belajar mengajar yakni
dimulai dari evaluasi input, evaluasi prosess dan evaluasi output. Setiap jenis evaluasi memiliki fungsi
yang berbeda satu dengan yang lain. Evaluasi input mencakup fungsi kesiapan penempatan dan seleksi.
Evaluasi proses mencakup formatif, diagnostic, dan monitoring, sedangkan evaluasi output mencakup
sumatif.
Adapun kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil evaluasi suatu program, keputusan
yang diambil diantaranya : menghentikan program, karena dipandang program tersebut tidak ada
manfaatnya atau tidak dapat terlaksana sebagaimana yang diharapkan. Merevisi program, karena ada
bagian-bagian yang kurang sesuai dengan harapan. Melanjutkan program, karena pelaksanaan program
menunjukkan segala sesuatunya sudah berjalan dengan harapan. Menyebarluaskan program, karena
program tersebut sudah berhasil dengan baik jika dilaksanakan lagi di tempat waktu yang lain.
Gerakan Literasi sekolah adalah sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan
untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat
melalui pelibatan publik.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 membuat kebijakan yang
baru dalam dunia pendidikan di Indonesia, yaitu pengembangan potensi diri siswa secara utuh dengan
wajib menggunakan waktu 15 menit pada jam pelajaran sebelum belajar-mengajar dimulai untuk
membaca.
Literasi sendiri sangat penting bagi siswa karena keterampilan dalam literasi berpengaruh terhadap
keberhasilan belajar dan kehidupannya. Keterampilan literasi yang baik akan membantu siswa dalam
memahami teks lisan, tulisan maupun gambar/visual.
Hasil studi the Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) melalui program
PISA-nya menunjukkan kemampuan siswa Indonesia dalam bidang literasi masih tertinggal dari negara
lain dan berada pada ranking 61 pada 2012.
Minat membaca di Indonesia juga sangat rendah. Banyak faktor yang menyebakan minat membaca
rendah salah satunya yaitu kurangnya buku bacaan yang menarik para siswa saat ini. Padahal dengan
membiasakan diri untuk membaca manfaat yang akan diperoleh juga semakin banyak. Dengan
membaca ilmu pengetahuan menjadi bertambah, dengan membaca otomatis kita bisa menciptakan
suatu karya yang berharga yaitu dengan menulis.
Untuk itulah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan membuat program gerakan literasi sekolah.
Dengan adanya program ini diharapkan bisa menumbuhkan minat baca peserta didik serta
meningkatkan keterampilan membaca agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik. Jika
keterampilan membaca baik maka keterampilan menulis siswa pun akan lebih baik.
Sekolah sebagai pembelajaran literat adalah sekolah yang menyenangkan dan ramah anak di mana
semua warganya menunjukkan empati, kepedulian, semangat ingin tahu dan cinta pengetahuan, cakap
berkomunikasi dan dapat berkontribusi kepada lingkungan sosialnya. Maka tujuan Gerakan Literasi
Sekolah (GLS) :
3) Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah agar warga sekolah mampu
mengelola pengetahuan.
4) Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan mengahdirkan beragam buku bacaan dan mewadahi
berbagai strategi membaca.
Dalam upaya menumbuhkan budi pekerti siswa, pemerintah melalui kemendikbud meluncurkan
sebuah Gerakan Literasi Sekolah. Gerakan ini bertujuan agar siswa memiliki budaya membaca dan
menulis tercipta pembelajaran sepanjang hayat.
Sebagai bahan pembelajaran bagi para warga sekolah agar Gerakan ini bisa berjalan dengan
dukungan dari semua warga sekolah (guru, peserta didik, wali murid dan masyarakat). Praktik
pendidikan perlu menjadikan sekolah sebgai organisasi pembelajaran agar semua warganya tumbuh
sebagai pembelajar sepanjang hayat. Untuk mendukungnya mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah
(GLS).
GLS memperkuat gerakan budi pekerti sebagaimana dituangkan dalam peraturan menteri
pendidikan dan kebudayaan Nomer 23 Tahun 2015. Salah satu kegiatan didalam gerakan tersebut
adalah kegiatan 15 menit membaca buku nonpelajaran sebelum waktu belajar dimulai. Kegiatan ini
dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca peserta didik serta meningkatkan ketrampilan membaca
agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik. Materi baca berisi nilai-nilai budi pekerti, berupa
kearifan local, nasional, dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik.
Terobosan penting ini hendaknya melibatkan semua pemangku kepentigan dibidang pendidikan,
mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga satuan pendidikan. Pelibatan orang tua
peserta didik dan masyarakat juga menjadi komponen penting dalam GLS.
a. Planning (Perencanaan)
Perencanaan bertujuan untuk mempertahankan tujuan organisasi, menjelaskan bagaimana tugas harus
dilaksanakan, dan memberi indikasi kapan harus dikerjakan.
b. Organizing (Pengorganisasian)
Setelah melakukan perencanaan maka langkah selanjutnya yaitu pembentukan bagan organisasi. Di
mana nantinya dijelaskan jabatan, tugas, tanggung jawab, serta wewenang atau bisa dibilang job
descriptionnya masing-masing. Tugas yang dibagi tidak luput juga melihat dari kemampuan dan keahlian
setiap orang. Jadi, kita sebagai orang manajemen atau manajer yang baik harus paham dan mengenali
bakat-bakat yang ada di dalam jiwa para anggotanya.
c. Actuating
Jika perencanaan dan pengorganisasian sudah dibentuk dengan baik maka saatnya untuk terjun
langsung di lapangan atau memulai pelaksaan kerja yang sudah di rencanakan di awal. Setiap orang
harus bekerja sama agar apa yang di rencanakan bisa berjalan. Dan juga harus bekerja sesuai dengan
tugas, fungsi serta peran, keahlian dan kompetensi masing-masing setiap orang agar mencapai visi, misi,
serta program kerja organisasi yang telah ditetapkan.
d. Controlling
Agar pekerjaan ataupun program dapat berjalan sesuai dengan visi, misi aturan program kerja maka
dibutuhkan pengontrolan. Baik itu dalam bentuk supervisi, pengawasan, inspeksi sampai audit. Fungsi
dari pengontrolan ini adalah agar mengetahui jika terdapat
e. Evaluasi produk dilakukan guna untuk melihat keberhasilan suatu program dalam mencapai tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya.
e. Manfaat Membaca
Banyak sekali yang diperoleh dari kegiatan membaca,
Selain memperoleh hiburan, seseorang dapat terbuka cakrawala pengetahuannya, hal itulah alasan
mengapa sering dikatakan bahwa buku merupakan jendela dunia.
Membaca juga memiliki manfaat lain yaitu seseorang yang gemar membaca memiliki keunggulan
komparatif dengan orang yang tidak membaca. Selain itu, dengan membaca orang lebih terbuka
pemikirannya, seseorang berkesempatan melakukan refleksi dan meditasi sehingga budaya baca lebih
terarah kepada intelektual dari pada budaya hiburan yang dangkal.
Terdapat kajian relevan pertama dari penelitian Ratmi Ardian, 2017 yang berjudul Gerakan
Literasi Sekolah Dalam Meningkatan Minat Baca Peserta Didik Di SMA NEGERI 1 BANYUASIN I
(Implementasi Permendikbud No.23 Tahun 2015). Hasil dari penelitian ini adalah Sukses tidaknya
gerakan literasi sekolah di SMA Negeri 1 Banyuasin I tergantung pada keterlibatan dan partisipasi aktis
seluruh warga sekolahnya. Gerakan Literasi Sekolah di SMA Negeri 1 Banyuasin I dilakukan secara
bertahap, menyesuaikan dengan tahapan Gerakan Literasi Sekolah dalam buku Panduan Gerakan
Literasi Sekolah, yaitu: tahap pembiasaan, tahap pengembangan, dan tahap pembelajaran
(Kemendikbud, 2016).
Kegiatan literasi pada tahap pengembangan di SMA Negeri 1 Banyuasin I, selain terus
melanjutkan kebiasaan membaca 15 Menit sebelum pembelajaran dimulai di kelas, peserta didik juga
melanjutkan kegiatan menulis jurnal baca hariannya. Pada kegiatan menulis jurnal harian ini peserta
didik tidak hanya menuliskan judul buku, nama pengarang, genre, dan jumlah halaman yang telah
dibaca, namun peserta didik juga didorong untuk menuliskan atau menambahkan komentar singkat
ataupun tanggapan atas buku yang dibaca, merangkum isi cerita, serta menceritakan kembali isi buku
secara lisan ataupun tulisan.
Untuk memberikan motivasi kepada peserta didik, guru memberikan masukan dan komentar
sebagai bentuk p