Anda di halaman 1dari 15

MANUSIA

SEBAGAI
MAKHLUK
MORAL II
B. Moralitas Konvensional = Orang Tua

 Titik pusat perkembangannya adalah pandangan terhadap diri sendiri.


Sejauh diri ini bermanfaat bagi orang lain atau bagi masyarakat.

 Orang berusaha untuk tidak melakukan hal yang dapat merugikan banyak
orang. Orang berusaha untuk menjadi warga masyarakat, warga negara dan
warga gereja yang baik.
Jenjang 3. Kesadaran berorientasi pada upaya
menyenangkan orang lain.

Dalam tataran ini orang tidak lagi diperbudak oleh


keinginan diri sendiri. Tidak lagi diliputi oleh ketakutan-
ketakutan. Yang ada ialah melakukan yang baik dan
benar walaupun tidak menyenangkan diri sendiri.
Seseorang berusaha supaya dirinya dapat diterima oleh
orang lain. Cinta tidak lagi bersifat manipulatif pada diri
tapi berekspresi pada orang lain untuk menyenangkan
orang itu sekaligus upaya penerimaan terhadap diri
sendiri. Contoh... Vena..
Vena setia dan menyayangi ibunya bukan karena
sekedar masakan ibunya enak atau karena
uangnya tetapi karena ia adalah ibunya, seseorang
yang telah membesarkan dia dengan penuh kasih
sayang sejak kecil.

Roni setia mencintai Yani bukan karena pacarnya


tapi karena setia dan cinta adalah hal yang baik,
benar dan pantas.

Kesetiaan dan cinta terjadi bukan karena


menguntungkan tetapi karena pantas, benar dan
baik.
 Dalam hidup keberagamaan Tuhan tidak lagi dipandang sebagai alat untuk
memenuhi keinginan kita tetapi bagaimana keinginan Allah–lah yang harus dipatuhi.
 Ada kesadaran bahwa bukan Tuhan yang membutuhkan saya tetapi saya yang
membutuhkan Tuhan.
 Dalam tahapan ini kesetiaan dan cinta masih bersifat subyektif (tertuju kepada
kelompok, teman, jemaat dll). Masih bersifat Parokhial artinya ada pada tempat-
tempat tertentu. Kelompok yang menjadi titik tumpu dari moralitas ini biasanya juga
kelompok-kelompok yang amat terbatas. Kelompok-kelompok yang paling dekat
dengan saya: keluarga, tetangga, teman (klub, kantor, jemaat/umat) dan sebagainya.
Jenjang 4: Mempertahankan norma-norma sosial
dan otoritas
• Kesadaran moral yang berorientasi pada prinsip
atau hukum yang lebih tinggi yang tidak saja untuk
kelompok tapi yang lebih luas yang berdimensi
universal

• Selalu bersifat obyektip. Tidak lagi terbatas pada


pribadi, kelompok, teman, jemaat tapi menembusi
tembok-tembok yang sempit
Kata kunci dalam kesadaran moral tahapan ini adalah : “KEWAJIBAN”.
Kita melakukan atau tidak melakukan sesuatu bukan supaya kita diterima atau ditolak
orang lain tapi karena ada kesadaran bahwa apa yang dilakukannya itu adalah sebuah
kewajiban.
Kesadaran akan kewajiban ini adalah upaya untuk melaksanakan norma-norma yang ada
dan mempertahankan pentingnya keberadaan norma dimaksud. Artinya untuk dapat
hidup secara harmonis, kelompok sosial harus menerima peraturan yang telah disepakati
bersama dan melaksanakannya
Dalam hidup keberagamaan, Allah bukan saja Allah yang berkehendak, tetapi Allah
yang menyatakan kehendak-Nya melalui hukum-hukum. Karena itu mentaati hukum
Allah adalah kewajiban. Melanggar hukum Allah bukan saja salah tetapi dosa.
Namun menurut Kohlberg, jenjang ke- 4 belumlah merupakan puncak perkembangan moral
manusia. Pada jenjang ini orang sudah mulai berpikir luas dibanding pra konvensional yang
berpusat pada diri sendiri. Tetapi belum universal dalam arti sesungguhnya.
C. Moralitas Purna Konvensional = Dewasa
Jenjang 5: Orientasi kontrak sosial

Moralitas tidak tergantung pada faktor yang berasal


dari luar. Bukan pihak lain sebagai faktor penentu
keputusan, tetapi diri sendiri. Bukan pula kembali
kepada moralitas pra konvensional, tetapi pada
keputusan pribadi yang lebih dewasa.

Keputusan yang diambil tidak berpusat pada diri atau


kelompok sendiri, tetapi sesuatu yang jauh lebih luas
Pada jenjang ini akal manusia adalah pusat untuk mengkritisi yakni menilai apa yang
salah dan yang jahat.
o Akal memainkan peran kreatif yakni menciptakan yang lebih benar dan yang lebih
baik.
o Sikap kritis dan kreatif akal manusia harus kembali pada kesepakatan bersama bila
mau merubah suatu hukum/aturan yang telah disepakati.
Filosofinya adalah : Bila ingin memulai sesuatu dalam kesepakatan bersama maka
mengakhirinya juga harus dalam kesepakatan bersama pula demi menjaga keutuhan
hidup dalam komunitas antar sesama.
Sikap toleransi adalah hal yang penting untuk mencapai suatu kesepakatan; dalam
artian tidak ada yang dapat memaksakan apa yang menurut seseorang dianggap
baik dan benar. Karena itu mendengar dan menerima pendapat orang lain adalah
hal yang penting.
Jadi ada dua hal utama pada penilaian moral jenjang kedua ini adalah :
1. Akal
2. Toleransi
 Dalam kehidupan bergama, bukan tradisi atau dogma gereja yang penting, tetapi
iman.
 Iman melahirkan kasih, dan kasih itu tidak terbatas hanya pada kelompok
terdekat saja, tetapi bersifat universal, yang berpikir dan berupaya untuk
kebaikan seluruh umat manusia
Jenjang 6: Prinsip Universal

o Moralitas yang menjunjung tinggi suara hati nurani


dan keyakinan untuk mewujudkan apa yang benar
dan yang baik.
o Orang-orang yang tidak takut menentang arus.
Berani dalam kesendirian dan kesunyian memikul
salib. Rela mati dari pada hidup dengan menipu diri
sendiri dan orang lain.
Orang-orang yang punya visi dan misi universal,
yaitu bukan untuk kepuasan atau kepentingan diri
pribadi tapi demi tegaknya harkat dan martabat
seluruh ciptaan/seluruh umat manusia.
 Moralitas pada jenjang ini nampak dalam pribadi-pribadi yang melakukan
tindakan-tindakan yang seringkali tidak tercerna oleh akal sehat orang-orang
biasa.
 Moralitas mereka bukan irasional tetapi terkadang melampaui rasio.
 Suatu moralita yang trans – rasional (melampaui akal sehat).

Contoh orang-orang dalam moralitas ini adalah : Gandhi, Marten Luther King Jr,.
Bahkan Musa, Yesus, Muhammad, Budha Gautama dan lain lagi yang dapat di
sebutkan seperti Abdul Rahman Wahid, Jokowi.
 Teori Kohlberg sangat bermanfaat bagi kita supaya ada ketulusan dan kejujuran dalam
memberikan penilaian terhadap diri sendiri dan orang lain. Tetapi juga amat bermanfaat
untuk kita bercermin yakni menilai diri sendiri sejauh mana atau pada jenjang mana
perkembangan moral seseorang bertumbuh dan berada. Dengan mengetahui sampai
sejauh mana perkembangan moral diri sendiri, maka ada upaya yang sungguh-sungguh
bagi setiap orang untuk dapat menumbuhkembangkan moralitasnya secara baik.
 Sehingga dapat melahirkan prinsip untuk berusaha memahami sesuatu secara baik sebelum
menilai orang lain. Kemudian prinsip-prinsip etis yang kita yakini itu, haruslah pertama-tama
diberlakukan untuk diri kita sebelum kita menerapkannya kepada orang lain.

Anda mungkin juga menyukai