Anda di halaman 1dari 10

MANUSIA

SEBAGAI
MAKHLUK
MORAL
1. Berurusan dengan apa yang harus dilakukan.

2. Makhluk yang sadar akan dirinya, dan sekaligus

menilai dirinya sendiri dan orang lain.

3. Ia tidak hanya menggunakan kepandaiannya untuk

mencapai tujuannya, tetapi iapun bertanya, apakah

tujuan-tujuan tertentu boleh dicapai.


Berhadapan dengan hal yang fana dan yang kekal serta
universal.

Sebagian besar kehidupan manusia berurusan dengan


penilaian-penilaian etis

Kegagalan dapat membuat manusia menghukum


dirinya sendiri dan orang lain.
2 Unsur untuk menguji kesadaran moral :
1. Rasional (masuk akal). Unsur rasional selalu
bersifat obyektif dalam arti apa yang baik akan
diterima dan yang tidak baik akan ditolak.
2. Mutlak. Artinya ada suatu nilai atau norma yang
sangat diyakini dan dijunjung tinggi dan karena
itu wajib dilakukan. Rasa wajib itulah sebagai
sesuatu yang mutlak.
 Kesadaran moral seseorang tidak selamanya terjadi serentak dalam hidup.
Ia mengalami perkembangan secara bertahap; kesadaran etis itu
bertumbuh.
 Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral
seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya seperti yang
diungkapkan oleh Lawrence Kohlberg.
 Lawrence Kohlberg membagi jenjang moral seseorang kedalam tiga
tahapan besar dan tiap tahapan dibaginya menjadi dua jenjang.
A. Moralitas Pra Konvensional = Kekanak-kanakan.

Apa itu konvensional? Hidup bermasyarakat adalah hidup yang diatur oleh
kesepakatan-kesepakatan umum mengenai apa yang boleh dan apa yang tidak boleh
dilakukan. Di dalam tahapan moral konvensional, dan ini terjadi pada orang dewasa,
orang mematuhi kesepakatan-kesepakatan yang dibuat dengan rela dan sadar. Orang
menyadari bahwa kesepakatan-kesepakatan itu benar dan baik.

Moralitas pra konvensional adalah wujud moralitas yang terjadi karena ketakutan akan
adanya sangsi atau hukuman bukan karena kesadaran akan yang baik dan yang jahat atau
kesadaran tentang yang benar dan yang salah.
Jenjang 1. Kesadaran berorientasi pada kepatuhan dan
hukuman.
Contoh: Anak disuruh belajar. Tidak belajar, kena
hukuman. Kalau belajar, dapat hadiah.
Ketaatan terjadi pada seseorang berdasarkan
orientasinya pada akibat dari perbuatannya, dan bukan
kesadaran kepada apa yang baik dan yang tidak baik.
(dimarahi atau dapat hadiah dari orang tua).

Belum mempunyai kesadaran tentang benar dan salah,


tentang baik dan jahat.
Moralitas kekanak-kanakan ini juga ada dalam hidup keberagamaan. Orang

hidup saleh dan taat kepada Allah sebagi Allah yang penuh murka. Jadi

sekiranya saja tidak ada Allah, betapa bebasnya dan dapat berbuat apa saja

semau kita. Demikianlah kalau kita berada pada jenjang kesadaran moral yang

paling awal.
Jenjang 2: Relativistik Hedonistis.
Pada tahapan ini ketaatan seseorang tidak lagi terjadi
secara membabi buta tapi karena pilihan atau
perhitungan.
Mereka mulai menyadari bahwa setiap kejadian
bersifat relative, dan orang lebih berorientasi pada
prinsip kesenangan. Orientasi moral seseorang masih
bersifat individualistis dan egosentris.

Nilai moral pada jenjang ini bersifat instrumental,


yaitu sebagai alat untuk mencapai kenikmatan yang
sebanyak-banyaknya dan mengurangi kesakitan
sedapat-dapatnya.
 Kesadaran beragama pada tahap ini juga telah berkembang. Tuhan bukan lagi
tokoh yang penuh dengan murka karena itu harus di takuti tapi tokoh yang
setia dan penyayang. Tapi Tuhan adalah alat untuk dimanipulasi. “Tuhan, saya
berjanji untuk rajin beribadah di gereja, kalau Engkau mau menyembuhkan
saya”. atau, “Tuhan, saya berjanji memberi persembahan Rp. 10.000.000,
untuk pembangunan Gereja kalau anak saya bisa lulus dan diterima menjadi
anggota polisi.
 Rajin berdoa dan beribadah atau hal memberi persembahan kepada Allah
bukan karena ia baik pada dirinya tapi karena menguntungkan. Doa dan
persembahan adalah alat untuk mencapai kenikmatan atau menghindarkan
kesakitan/bahaya.

Anda mungkin juga menyukai