Anda di halaman 1dari 18

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020

eISSN 2715-7814
Yogyakarta, 6 Oktober2020

KONSEPTUAL DESAIN MASKER BATIK DI ERA PANDEMI COVID-19


Design Concept of Batik Mask in The Covid-19 Pandemic

Joni Setiawan1, Euis Laela2, Istihanah Nurul Eskani3, Novita Ekarini4


1,2,3,4
Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No 7 Yogyakarta 55166

Korenspondesi Penulis
Email : setiawanjoni@yahoo.com

Kata kunci: batik, fungsional, masker, pandemi


Keywords: batik, functional, mask, pandemic

ABSTRAK
Pandemi COVID-19 masih terasa hingga saat ini. Berbagai penelitian dan pengembangan dicari untuk
pencegahan dan pengobatannya. Salah satu produk yang banyak dicari dan berkembang adalah masker.
Masker yang semula sebagai produk pencegahan, seiring adaptasi manusia terhadap pandemi, mulai
muncul produk – produk masker untuk fashion. Keterpurukan industri batik di tengah – tengah masa
pandemi ini menyebabkan IKM berinovasi. Produk masker batik merupakan hasil pengembangan produk
industri batik di masa pandemi. Namun apakah masker batik yang ada sudah sesuai dengan persyaratan
untuk menolak droplet, menyaring partikel dan menyaring bakteri/virus?. Penelitian ini bertujuan
merancang konsep masker batik yang berfungsi sebagai pencegah virus corona dan sekaligus fashion.
Metode penelitian yang dipergunakan adalah studi pasar melalui Google Trends, survey pemahaman
konsumen terhadap masker kain, studi pustaka terkait masker, standar mutu masker medis, standar mutu
sebagai pertimbangan penyusunan konsep desain masker. Hasil yang didapatkan adalah konsep desain
masker batik fungsional.

ABSTRACT
The COVID-19 pandemic is still being felt today. Various research and development are sought for its
prevention and treatment. One of the most sought-after and growing products is a mask. Masks,
which were originally a preventive product, along with human adaptation to the pandemic, began to
appear masks for fashion. The downturn in the batik industry in the midst of this pandemic has caused
IKM to innovate. Batik mask products are the result of the development of batik industry products
during the pandemic. However, do the existing batik masks meet the requirements for rejecting
droplets, filtering particles and filtering out bacteria / viruses? This study aims to design the concept
of batik masks that function as a corona virus deterrent and at the same time fashion. The research
method used is a market study through Google Trends, a survey of consumers understanding of cloth
masks, literature study related to masks, medical mask quality standards, quality standards as a
consideration for the preparation of a mask design concept. The result obtained is a functional batik
mask design concept.

A.09 | 1
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020
eISSN 2715-7814
Yogyakarta, 6 Oktober2020

PENDAHULUAN
Pandemi covid-19 yang melanda dunia saat ini masih terus berlangsung. Masuknya virus
corona ke Indonesia sejak 2 Maret 2020, ketika diumumkan pertama kali oleh pemerintah
Indonesia, belum menunjukkan penurunan hingga saat ini dan semakin bertambah. Dalam
jangka waktu enam bulan ini, pandemi covid-19 ini telah memukul semua sektor, tidak hanya
pada sektor kesehatan namun juga sektor ekonomi termasuk pada sektor industri. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Thaha (2020) pada bulan Juni 2020, sedikitnya 50% UMKM
mengalami dampak pandemi ini (Thaha, 2020).
Dalam menghadapi pandemic covid-19 ini, terdapat fase - fase yang telah dilalui dan
ditetapkan oleh pemerintah Indonesia dengan diberlakukannya yaitu fase tanggap darurat, fase
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), dan fase PSBB transisi (new normal).
Pada masa awal masuknya virus corona di Indonesia terjadi kepanikan dan masyarakat
ramai–ramai memborong kebutuhan pokok dan peralatan kesehatan. Hand sanitizer dan masker
termasuk barang yang paling diburu oleh masyarakat, baik itu masker medis maupun non medis
sehingga menjadi barang yang langka di pasar dan harganya menjadi sangat mahal. Seiring
dengan berjalannya waktu munculah masker kain sebagai solusi terhadap langkanya masker
medis. PT. Sritex pada kisaran bulan Maret meluncurkan masker kain dengan fungsi antibakteri
dan antiair (Akbar & Hidayat, 2020). Masker tersebut laris diserbu masyarakat. Kemudian muncul
jenis masker lainnya seperti masker scuba dan masker bahan kain lainnya.
Setelah itu fase beradaptasi pada new normal dengan pembiasaan mencuci tangan,
memakai masker, menjaga jarak. Penggunaan masker juga telah mengalami perubahan yang
semula masker yang mempunyai fungsi utama menyaring udara, namun sekarang telah
berkembang dengan sentuhan estetika yaitu masker yang berfungsi ganda yaitu untuk
kesehatan dan penampilan (fashionable).
Walaupun terbilang muncul agak terakhir, produsen fashion dari Jepang dengan Merek
UNIQLO pada tanggal 21 September 2020 juga meluncurkan masker AIRsm dan mengklaim
dapat menyaring bakteri 99% (UNIQLO, 2020). UNIQLO dalam promosinya sangat terbuka dan
menampilkan keterangan yang detail terkait dengan masker AIRsm termasuk juga ukuran
maskernya. Produsen kain dari India juga tidak ketinggalan, Birla Selulose juga telah
mengeluarkan produk masker yang bersifat antibakteri dan antivirus. Dengan banyaknya produk
masker dari luar negeri yang mengklaim antibakteri, maka perlu disaingi dengan produk masker
yang menunjukkan identitas dalam negeri, salah satunya adalah masker berbahan kain batik.
Balai Besar Kerajinan dan Batik pada tahun 2019 telah mengembangkan batik yang bersifat
antibakteri dengan mengaplikasikan agen antibakteri ZnO nanopartikel pada kain katun, baik
sebelum maupun sesudah diproses batik. Sifat antibakteri kain batik tersebut memiliki
ketahanan hingga lebih dari 20 kali pencucian rumah tangga (Eskani et al., 2020)

A.09 | 2
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020
eISSN 2715-7814
Yogyakarta, 6 Oktober2020

Rumusan masalah
Munculnya berbagai masker pada fase new normal ini merupakan respon terhadap
penyesuaian atau adaptasi kebiasaan baru. Kesadaran masyarakat mulai tumbuh dengan tidak
menggunakan masker medis. Sebagai gantinya penggunaan masker berbahan kain seperti
scuba dan buff, serta masker – masker bahan kain lainnya. Pada tataran lebih lanjut, masker kain
tidak hanya sebatas menjadi pelindung dari droplet dan penyaring partikel, bakteri maupun
virus, namun sekaligus menambah penampilan.

(a) (b)
Gambar 1. Masker

Pada Gambar 1 (a) menunjukkan contoh masker batik. Pada Gambar 1 (b) menunjukkan
Bapak Achmad Yurianto selaku juru bicara pemerintah mengenakan masker batik pada saat
mengumumkan perkembangan Covid-19 di Indonesia (Kamila, 2020).

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 2. Masker batik karya desainer Indonesia yaitu:
(a) Anne Avantie; (b) Hian Tjen; (c) Ferry Sunarto; dan (d) Poppy Dharsono

A.09 | 3
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020
eISSN 2715-7814
Yogyakarta, 6 Oktober2020

Demikian pula para desainer tidak kalah dalam hal kreatifitasnya. Salah satunya adalah
Anne Avantie yang mengembangkan berbagai macam masker dengan megadopsi kain
tradisional Indonesia diantaranya batik dan tenun, seperti hasil karyanya yang dimuat dalam
Popmama.com (Syifa, 2020).

(a) (b)
Gambar 3. Masker kain dari kain tradisional lainnya; (a) Lurik (b) Jumputan

Tidak hanya masker batik, masker dari kain tradisional Indonesia juga berkembang. Salah
satunya pada Gambar 3 (a) adalah masker lurik karya Anne Avantie (Krisyanti, 2020). Di tempat
lain juga berkembang seperti kain tradisonal Palembang yaitu jumputan juga ikut sebagai motif
pada masker dan menjadi trend di daerah asalnya yaitu Palembang (Suryani, 2020).
Dengan berkembangnya masker-masker ini, yang menjadi permasalahan adalah apakah
masker-masker tersebut telah sesuai dengan persyaratan standar masker kain dalam menangkal
partikel, bakteri dan virus corona? Apakah secara ergonomic, desain masker tersebut telah
nyaman dipakai?

Tinjauan pustaka dan landasan teori


Masker bukanlah merupakan produk yang baru. Masker sudah banyak dipergunakan untuk
tujuan-tujuan tertentu sebelum pandemi covid-19. Namun dengan adanya pandemi covid-19
ini, kebutuhan masker menjadi kebutuhan yang pokok. Pengambangan masker untuk
pengendara sepeda motor diteliti oleh (Muthia & Hendrawan, 2017). Perancangan masker
sesuai antropometri juga dilakukan oleh (Ramadhan, 2018). Penelitian dan pengembangan
terkait dengan pandemi covid-19 terus dilakukan.
Masker sebagaimana diatur dalam SNI 8914:2020 Tekstil - Masker dari kain, merupakan kain
penutup mulut dan hidung yang berfungsi sebagai penyaring partikel, virus dan bakteri. Masker
dari kain terdiri dari minimal dua lapis yang terpisah atau menyatu dengan teknik tertentu.
Masker dari kain diklasifikasikan menjadi tiga yaitu 1) tipe A : masker kain untuk penggunaan
umum; 2) tipe B : masker kain untuk penggunaan filtrasi bakteri; 3) tipe C : masker kain untuk
penggunaan filtrasi partikel (BSN, 2020). Persyaratan mutu masker dari kain terlihat pada Tabel 1
berikut ini:

A.09 | 4
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020
eISSN 2715-7814
Yogyakarta, 6 Oktober2020

Tabel 1. Persyaratan mutu masker dari kain sesuai SNI 8914:2020


No Uji Satuan Tipe A Tipe B Tipe C Ket.
1
cm3/cm2
Daya tembus udara 15 - 65 - -
/detik
2
Daya serap 1) detik ≤60 ≤60 ≤60 maksimum
3 Kadar formaldehida
mg/kg 75 75 75 maksimum
bebas
4 Ketahanan luntur Skala
terhadap :
a. Pencucian 2)
-
Perubahan 4 4 4 minimum
warna 3)
- Penodaan 3-4 3-4 3-4 minimum
warna 4)
b. Keringat asam dan
basa 5)
-
Perubahan 4 4 4 minimum
warna 3)
- Penodaan 3-4 3-4 3-4 minimum
warna 4)
c. Saliva 5) 5 5 5 minimum

5 Zat warna azo Tidak Tidak Tidak


mg/kg
karsinogen 5)6) digunakan 7) digunakan 7) digunakan 7)
6 Kadar logam 5)
- Arsen (As) mg/kg 1,0 1,0 1,0 maksimum
- Timbal (Pb) mg/kg 1,0 1,0 1,0 maksimum
- Kadmium (Cd) mg/kg 0,1 0,1 0,1 maksimum
- Kobalt (Co) mg/kg 4,0 4,0 4,0 maksimum
- Tembaga (Cu) mg/kg 50 50 50 maksimum
- Nikel (Ni) mg/kg 4,0 4,0 4,0 maksimum
- Merkuri (Hg) mg/kg 0,02 0,02 0,02 maksimum

7 Ketahanan terhadap skala ISO 2 ISO 2 ISO 2 minimum


pembasahan
permukaan (Uji siram)
8 Kadar PFOS dan PFOA µg/m2 Tidak Tidak Tidak minimum
8)9)
terdeksi 10) terdeksi 10)
terdeksi 10)

9 Nilai aktivitas
antibakteri 11)
a. Staphylococcus 2,07 2,07 2,07 minimum
aureus
b. Klabsiella 0,42 0,42 0,42 minimum
pneumiae
10 Efisiensi Filtrasi bakteri - ≥60 % -

A.09 | 5
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020
eISSN 2715-7814
Yogyakarta, 6 Oktober2020

11 Tekanan differensial mm - ≤ 15 ≤ 21
H2O
12 Efisiensi filtrasi - - ≥60 %
partikulat
(sub-mikron
0,1 mikron)

Catatan : Lapisan dalam dan lapisan luar masker dari harus dapat dibedakan dengan jelas supaya
mudah dikenali perbedaannya oleh pengguna
1) Berlaku untuk lapisan dalam
2) Berlaku untuk masker yang berwarna
3) Skala abu-abu (grey scale)
4) Skala penodaan
5) Berlaku untuk lapisan dalam yang berwarna
6) Daftar senyawa amina sesuai SNI ISO 14362-1
7) Bila kurang dari 30 mg/kg dilaporkan :’tidak digunakan”
8) Berlaku untuk masker yang melalui proses penyempurnaan tahan air (water repelent)
9) Berlaku untuk lapisan luar
10) Berdasarkan SNI 8360, bila kurang dari 1,0 µg/m2 dilaporkan : “tidak terdeteksi”
11) Berlaku untuk masker yang melalui proses penyempurnaan antibakteri
Keterangan: skala : 1 = Sangat Jelek; 2 = Jelek; 3 = Cukup; 4 = Baik; 5 = Sangat Baik

Sesuai Tabel 1, terdapat 12 parameter mutu yaitu daya tembus udara, daya serap, kadar
formaldehida bebas, ketahanan luntur warna, kandungan zat warna azo karsinogen, kadar
logam, ketahanan terhadap pembahasan permukaan, kadar PFOS dan PFQA, nilai efektifitas
bakteri, nilai efisiensi filtrasi bakteri, tekanan differensial, dan efisiensi filtrasi partikulat. Jadi jika
produsen masker akan memasang tanda SNI pada produk masker kainnya, harus memenuhi
kedua belas persyaratan mutu di atas. Standardisasi masker diatur dalam beberapa standar
berikut ini. Badan Standardisasi Nasional (BSN) yang merupakan badan khusus yang menangani
standardisasi produk telah mengeluarkan SNI Masker yaitu : SNI EN 14683:2019+AC:2019
masker medis-persyaratan dan metode uji; SNI 8914:2020 Tekstil - Masker dari kain.
Masker kain merupakan salah satu alternatif dari masker medis yaitu sebagai alat
pencegahan terhadap virus corona. Dimana disinyalir terdapat kelompok yang tanpa disadari
dapat menyebarkan virus corona atau disebut orang tanpa gejala (OTG). Oleh karena itu masker
berfungsi untuk mencegah meluasnya penularan virus. Penggunaan masker kain lebih efektif
dibandingkan tanpa proteksi apapun terutama saat diluar rumah. Masker digunakan apabila
beraktifitas diluar rumah, berada diruang tertutup seperti kantor, pabrik, supermarket, apotek,
transportasi umum, pasar dan sebagainya.
Masker kain digunakan bagi masyarakat sehat. Masker digunakan saat berada di luar rumah
dengan tetap menjaga jarak 1-2 meter. Pengecualian untuk masyarakat yang mempunyai
kegiatan yang berbahaya seperti penanganan jenazah covid-19, maka tidak disarankan
menggunakan masker kain

A.09 | 6
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020
eISSN 2715-7814
Yogyakarta, 6 Oktober2020

SNI 8914:2020 merupakan standar kain yang digunakan untuk masker non medis dari kain
yang berupa kain tenun atau kain rajut minimal 2 lapisan. Semakin banyak lapisan kain dan
kerapatan tenun kain maka efesiensi penyaringan meningkat lebih dari 80 % untuk partikel kecil
dan lebih 90% untuk partikel ukuran besar (BSN, 2020).
Masker kain dapat dicuci dan dipakai berulang kali namun sebaiknya tidak dipakai lebih dari
4 jam karena masker kain tidak se-efektif masker medis dalam menyaring partikel, virus dan
bakteri.
Terkait dengan masker untuk fashion yang salah satunya adalah masker batik. Mengapa
masker batik dapat menjadi trend? Batik merupakan kain tradisional bangsa Indonesia yang
sudah sangat melekat di masyarakat Indonesia. Selain batik, masih terdapat kain-kain tradisonal
yang lainnya juga seperti tenun, jumputan, sasirangan, ecoprint. Selain itu pemasaran batik dan
kain tradisional lainya juga sedang mengalami keterpurukan, maka IKM batik merubah
produknya menjadi masker batik yang sedang laku di pasaran.
Batik antibakteri merupakan kain batik yang memiliki kemampuan menghambat
pertumbuhan bakteri. Kain yang biasa digunakan untuk batik adalah kain dari serat alami seperti
katun dan sutera. Kelemahan kain dari serat alami adalah mudah ditumbuhi oleh
mikroorganisme, oleh karena itu finishing antibakteri pada kain batik selain berfungsi
melindungi pemakainya dari bakteri juga melindungi kain batiknya sendiri agar lebih awet.
Finishing antibakteri dapat dilakukan menggunakan senyawa antibakteri komersial,
menggunakan agen finishing alami seperti kitosan atau menggunakan nanoteknologi (Eskani et
al., 2019). Untuk masker hendaknya dipilih finishing antibakteri yang aman. Finishing antibakteri
menggunakan senyawa antibakteri komersial biasanya digunakan triclosan, N-Halamine yang
mengandung Chlor, sehingga tidak aman apabila terhirup. Finishing antibakteri secara
nanoteknologi menggunakan zat berukuran nano, sebagai contoh nanoperak atau oksida logam
nano (TiO2, ZnO, CuO, MgO). Dari oksida logam tersebut yang paling aman adalah ZnO
sehingga ZnO banyak digunakan di industri sebagai agen antibakteri. Pada tahun 2019 yang lalu
Balai Besar Kerajinan dan Batik telah mengembangkan batik antibakteri yang diproses
menggunakan agen antibakteri ZnO nanopartikel. Diharapkan kain batik tersebut dapat
digunakan sebagai bahan baku masker kain antibakteri.
Dalam sebuah perancangan produk, faktor kenyamanan menjadi sangat penting. Produk
yang berkualitas mempunyai tingkat kenyamanan yang tinggi. Untuk itu pada proses
perancangan desain sudah mempertimbangkan faktor ergonomi. Dalam perancangan produk
yang nyaman diperlukan antropometri wajah diperoleh data-data 10 dimensi kepala, dimana ke
10 dimensi tersebut digunakan dalam perancangan desain produk. Dimensi tersebut meliputi
Tinggi masker = 139.8 mm, Sungkup masker = 50.8 mm, Sungkup masker = 25.2 mm, Panjang
tali dan ukuran masker = 295.7 mm, Lebar jngkauan tali = 141.2 mm, Lebar masker = 117.5 mm,
Sungkup masker = 43.3 mm, Lebar masker bagian bawah = 121.4 mm, Jarak tali atas dan bawah
= 63.7 mm, dan Sungkup masker = 15.7 mm. Pengukuran ini menggunakan perhitungan
persentil 5, 10, 50, 90, dan 95, yang dalam penggunaan persentil tersebut disesuaikan dengan

A.09 | 7
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020
eISSN 2715-7814
Yogyakarta, 6 Oktober2020

desain yang akan dibuat. Desain dibuat untuk tinggi masker, sungkup masker, panjang tali, lebar
masker, dan jarak antar tali atas dan bawah (Ramadhan, 2018).
Selain SNI 8914:2020, sebelumnya gugus tugas percepatan penanganan covid-19 atau
disingkat Gugus Tugas Covid-19 telah mengeluarkan Standar Alat Pelindung Diri (APD) untuk
Penanganan Covid-19 di Indonesia. Dokumen yang disusun oleh tim yang terdiri dari para ahli
dan dokter-dokter di Indonesia dengan mempertimbangkan data dan informasi dari WHO.
Dokumen yang dibuat dengan tujuan untuk menyeragamkan atau menstandardisasi spesifikasi
APD yang dipergunakan di Indonesia. Dokumen yang terus diperbaharui hingga pada bulan
Agustus 2020 merupakan dokumen revisi ke-3 (Gugus Tugas Covid-19, 2020).

Tujuan penelitian
Pada penelitian ini mengaplikasikan batik fungsional (batik antibakteri) yang telah diteliti
oleh peneliti di Balai Besar Kerajinan dan Batik sebagai produk masker. Tujuan penelitian ini
adalah merancang masker batik yang sesuai dengan standar mutu. Diharapkan dengan konsep
desain ini dapat menjadi contoh bagi IKM batik yang akan mengembangkan produk batik
menjadi masker batik yang sesuai dengan persyaratan mutu SNI 8914:2020 Tekstil - Masker dari
kain.

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan melakukan studi
mengenai kebutuhan pasar terhadap masker kain, survey pemahaman konsumen terhadap
masker kain, persyaratan mutu masker, kajian analisis karakteristik jenis-jenis masker yang ada di
pasaran. Konsep desain ini mempertimbangkan bahan baku, fungsi dan tampilan. Persyaratan
mutu masker dari kain menggunakan SNI 8914:2020 Tekstil – Masker dari kain.

Bahan dan Alat


Bahan dan alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang berasal
dari hasil kuesioner dan data sekunder yang didapatkan dari literatur baik berupa naskah dari
jurnal, dokumen standar dan informasi lain dari internet. Adapun peralatan yang dipergunakan
adalah kuesioner dan peralatan desain yang terdiri atas kertas, pensil, dan komputer.

Prosedur Kerja
Prosedur yang dilakukan pada penelitian ini yang pertama adalah studi pasar terkait
kebutuhan masker kain. Studi pasar dilakukan dengan cara mencari data secara online dengan
kata kunci masker kain melalui search engine google. Hasil yang didapatkan kemudian
dianalisis apakah kebutuhan masker kain masih tinggi atau sudah pada taraf menurun. Survey
yang dilakukan melalui kuesioner dengan responden karyawan dan karyawati di Balai Besar
Kerajinan dan Batik. Tahapan yang kedua yaitu studi literatur meliputi dokumen standar masker,
antropometri wajah, motif batik, jenis kain. Tahapan yang ketiga adalah menganalisa data hasil

A.09 | 8
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020
eISSN 2715-7814
Yogyakarta, 6 Oktober2020

studi pasar, kuesioner dan studi pustaka. Tahapan keempat adalah menggambar sketsa masker
kemudian dilanjutkan dengan gambar desain dengan komputer menggunakan software Affinity
Designer.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Secara keseluruhan pengembangan desain produk mempunyai tahapan yaitu conceptual
design, preliminary design, design development stage, dan detail engineering design. Pada
penelitian ini hanya melakukan kegiatan pada tahapan konseptual desain. Pada tahapan
konseptual desain mempunyai pertimbangan-pertimbangan meliputi syarat mutu standardisasi
produk masker dari kain.

Hasil
Hasil penelusuran di Google Trends dengan kata kunci masker kain ditemukan tersebar
merata di Indonesia seperti terlihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Peringkat asal daerah pencarian masker kain pada Google Trends

Berdasarkan data dari Google Trends, pencarian dengan kata masker batik terlihat
menyebar ke seluruh Indonesia dengan ditandai warna biru muda. Namun pada daerah tertentu
lebih banyak nilainya ditandai dengan warna biru lebih tua. Daerah yang paling banyak mencari
dengan kata kunci masker kain di search engine Google adalah D.I. Yogyakarta, kemudian
disusul Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Utara dan Kepulauan Bangka Belitung.

A.09 | 9
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020
eISSN 2715-7814
Yogyakarta, 6 Oktober2020

Gambar 5. Grafik pencarian pada Google Trends dengan kata kunci masker kain

Gambar 5 menunjukkan trend pencarian di internet melalui search engine Google yang
diolah menjadi Google Trends. Berdasarkan grafik, pencarian masker kain mulai naik ketika
Covid-19 diumumkan oleh pemerintah pada tanggal 2 Maret 2020 dan terus naik hingga pada
puncak pencarian terjadi pada 6 April 2020 dengan nilai 100. Kemudian secara teratur menurun
dan melandai hingga pada akhir September 2020 dengan nilai 16. Berdasarkan data ini maka
masker kain masih mempunyai prospek mengingat pandemi Covid-19 belum menunjukkan
akan berakhir.

Gambar 6. Kata kunci terkait masker kain yang sedang naik

Daftar kata kunci yang terkait dengan masker kain yang dicari melalui Google Trends adalah
kata kunci kain scuba masker, kain scuba, masker scuba, pola masker, masker scuba kain. Masker
scuba menjadi tren dalam pencarian di Google dikarenakan jenis masker ini sudah dilarang oleh
pemerintah, dikarenakan masker scuba hanya terdiri dari satu lapis kain yang mempunyai pori
yang besar, sehingga tidak mampu menyaring udara dengan baik.
Tahapan yang kedua yaitu melakukan survey terhadap pemahaman konsumen masker.
Kuesioner dibuat menggunakan fasilitas Google Form dan diedarkan secara daring. Responden
mengisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan dibuat secara tertutup agar

A.09 | 10
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020
eISSN 2715-7814
Yogyakarta, 6 Oktober2020

responden lebih mudah dalam melakukan pengisian. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan
menghasilkan data-data sebagai berikut. Kuesioner bagian 1 adalah jumlah responden sebanyak
73 responden dengan 50,7% perempuan dan 49,3% laki-laki. Responden terdiri dari usia 14-21
tahun sebanyak 9,9% dan diatas 22 tahun (dewasa) sebanyak 91,1%
Kuesioner bagian 2 adalah survey kebutuhan masker menunjukkan sebagain besar yaitu
95,8% responden mempunyai masker polos. Sebanyak 70,4 % responden mempunyai masker
yang menunjang penampilan. Terkait kepemilikan masker sebanyak 73,2% responden memiliki
masker lebih dari 7 buah. Dan sebanyak 47,9% responden mengganti masker sebanyak 1 kali
dalam setiap hari dan 21,1% responden tidak berganti masker dalam sehari dan 31% responden
berganti sebanyak lebih dari 1 kali. Sebanyak 64,8% responden memiliki masker dua lapis,
32,45% responden mempunyai masker tiga lapis dan 2,8% responden yang memiliki masker
satu lapis.
Kuesioner bagian 3 adalah pengetahuan tentang standar masker sebanyak 100% responden
mengetahui kegunaan masker pada saat pandemi. Jumlah responden yang mengetahui standar
masker sebanyak 62%, yang mengetahui tipe-tipe masker kain sebanyak 53,5%, yang
mengetahui fungsi kain masker bagian luar sebanyak 66,2%, yang mengetahui fungsi kain
masker bagian dalam sebanyak 64,8%, yang mengetahui istilah hidrofobik kain sebanyak 57,7%,
yang mengetahui kain antibakteri sebanyak 69%.
Kuesioner bagian 4 adalah spesifikasi masker. Untuk bahan masker yang disukai menjawab
sangat beragam, namun yang paling banyak adalah bahan katun. Model tali yang paling disukai
adalah tali silang 56,3%, tali loop sebanyak 32,4% dan model loop dengan tali sebanyak 11,3%.
Untuk unsur ergonomi sebanyak 63,4% mengetahui perlunya ukuran wajah (antropometri
wajah). Sebanyak 95,8% lebih memilih kesehatan daripada model masker. Dan sebanyak 73,2%
yang memilih model yang dijual di umum daripada masker dari desainer.
Tahapan ketiga adalah data mengenai ukuran antropometri wajah. Dalam penelitian ini
digunakan data sekunder yaitu ukuran masker dari UNIQLO sebagaimana tersaji pada Gambar 7.

Gambar 7. Ukuran masker dari UNIQLO (UNIQLO, 2020).

A.09 | 11
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020
eISSN 2715-7814
Yogyakarta, 6 Oktober2020

Setelah mendapatkan hasil pertimbangan di atas maka langkah selanjutnya adalah


membuat sketsa. Hasil tahap keempat yaitu membuat sketsa masker seperti terihat pada
Gambar 8.

(a) (b)

(c)

Gambar 8. Sketsa masker untuk (a) perempuan tanpa hijab (b) perempuan berhijab (c) laki-laki
(Gambar sketsa oleh Novita Ekarini)

(a) (b)
Gambar 9. Contoh desain masker batik (a) motif truntum (b) motif bunga
(Gambar desain oleh Novita Ekarini)

A.09 | 12
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020
eISSN 2715-7814
Yogyakarta, 6 Oktober2020

Pembahasan
BSN telah menerbitkan SNI 8914:2020 Tekstil - Masker dari kain. Walaupun dapat dikatakan
terbitnya SNI ini agak terlambat karena pandemi covid telah melalui masa 6 bulan. Namun ini
dapat dipahami karena proses pembahasan SNI membutuhkan konsensus dari stakeholder SNI
yang terdiri dari unsur pemerintah, produsen, konsumen, tenaga ahli, akademisi. Dan untuk
mengkoordinasikan dan membahas konsep SNI membutuhkan waktu.
Pada SNI 8914:2020 berisi definisi, sayarat mutu dan metode pengujian. Definisi masker
sudah dijelaskan di atas. Syarat mutu yang berisi ketentuan yang harus dipenuhi pada sebuah
masker kain. Terdapat 12 parameter syarat mutu yaitu daya tembus udara, daya serap, kadar
formaldehida bebas, ketahanan luntur warna, kandungan zat warna azo karsinogen, kadar
logam, ketahanan terhadap pembahasan permukaan, kadar PFOS dan PFQA, nilai efektifitas
bakteri, nilai efisiensi filtrasi bakteri, tekanan differensial, dan efisiensi filtrasi partikulat.
Tinjauan terhadap bahan baku kain yang dipergunakan pada masker kain didasarkan oleh
tipe-tipe masker yang ditetapkan dalam dokumen SNI 8914:2020 yaitu 1) tipe A : masker kain
untuk penggunaan umum; 2) tipe B : masker kain untuk penggunaan filtrasi bakteri; 3) tipe C :
masker kain untuk penggunaan filtrasi partikel. Untuk masker tipe A dapat dibuat dengan kain
batik yang biasa dipergunakan dalam memproduksi batik yaitu kain katun.
Pada dokumen SNI 8914:2020 terdapat penjelasan terkait dengan kelebihan dan
kekurangan jenis masker kain jika dibandingkan dengan masker bedah, masker N95 dan masker
reusable facepiece respirator seperti terihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kelebihan dan kekurangan jenis masker


Tipe Masker
Aspek
Masker Reusable
N95 (atau
bedah (3 facepiece
Masker kain ekuivalen 1))
lapis) respirator

Perlindungan pemakai
Ya Ya Ya Ya
terhadap droplet besar
Perlindungan pemakai
terhadap Tidak Tidak Ya Ya
aerosol/partikel airbone
Pencegahan keluarnya
droplet besar dari batuk Ya Ya Ya Ya
/ bersin pemakai
3 mikron : 10 % 0,1 mikron : 30 0,1 mikron : ≥ 0,1 mikron : ≥
Efektivitas filtrasi
- 60% % - 95 % 95 % 99 %

Face seal fit Longgar Longgar Ketat Ketat

Dapat dipakai ulang Ya 2) Tidak Tidak 3) Ya 4)

A.09 | 13
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020
eISSN 2715-7814
Yogyakarta, 6 Oktober2020

Keharusan mengecek
Tidak Tidak Ya Ya
face seal fit

Tidak ada kebocoran Tidak Tidak Ya5) Ya 5)

Catatan :
1) Masker filtering facepiece respirator (FFR) ekuivalen N 95, Amerika; FFP2, Eropa; KN95 cina;
P2 , australia/newzeland; KF 94, Korea; DS, Jepang .
2) Dicuci dengan sabun (detergen hingga bersih)
3) Idealnya tidak digunakan kembali, namun dengan stok N95 yang sedikit, dapat dipakai
ulang dengan catatan sering dipakai ulang maka kemampuan filtrasi menurun. Jika akan
menggunakan metode pemakaian kembali, bisa dengan memiliki beberapa masker
sehingga masker yang sudah ada dipakai dapat dikeringkan tanpa terkena sinar UV secara
langsung selama 3-4 hari.
4) Facepiece respirator dapat digunakan kembali setelah dibersihkan dengan desinfektan
secara benar.
5) Tidak ada kebocoran dari N95 dan facepiece respirator jika dipakai dengan benar.

Menurut Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (Dirjen IKFT) Kemenperin
Muhammad Khayam menjelaskan pada SNI 8914:2020 masker kain mensyaratkan masker harus
memiliki minimal dua lapis kain. Kombinasi bahan yang paling efektif digunakan adalah kain dari
serat alam seperti katun, ditambah dua lapis kain chiffon mengandung polyester-spandex yang
mampu menyaring 80-90% partikel, tergantung pada ukuran partikelnya.
Lapisan luar dari masker dianjurkan terbuat dari bahan yang tidak menyerap air sehingga
dapat menolak droplet yang besar dari luar untuk masuk melewati masker. Lapisan dalam harus
menyerap air (BSN, 2020). Berdasarkan informasi tersebut maka kain batik yang bahan dasarnya
mori (serat kapas) dapat digunakan sebagai masker kain dengan dilapisi 2 lapis kain chiffon
yang bahan dasarnya mengandung polyester-spandex.
Serat kapas memiliki beberapa sifat istimewa misalnya mudah dicuci, mempunyai daya
serap yang baik dan nyaman dipakai. Serat polyester adalah serat sintetik yang mempunyai
beberapa sifat yang baik yaitu tahan gosokan, sifat cuci dan pakai (wash and wear), sifat tahan
kusut dan dimensi yang stabil serta daya serap yang rendah. Spandex merupakan serat
poliuretan yang mempunyai sifat mulur yang tinggi berkisar antara 520-610 %. Selain itu
memiliki gaya kembali yang tinggi yaitu antara 93-96 % (Jumaeri, Jufri, & Okim Djamhir, 1977).
Serat spandex berfungsi untuk membuat daya elastis pada kain.
Serat polyester karena mempunyai daya serap yang rendah digunakan sebagai lapisan luar
masker sehingga dapat mencegah partikel-partikel yang masuk. Serat kapas karena mempunyai
daya serap yang baik maka digunakan sebagai lapisan dalam sehingga partikel yang berasal dari
dalam tetap akan terserap oleh serat kapas sehingga tidak bisa bertransmisi keluar. Selain itu
serat kapas mempunyai sifat yang nyaman dipakai sehingga tidak mengganggu di kulit.
Formaldehida digunakan dalam tekstil sebagai pengawet kain. Untuk mengurangi hingga
menghilangkan kandungan formaldehida sebaiknya kain dibiarkan di udara terbuka atau dicuci
terlebih dahulu.

A.09 | 14
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020
eISSN 2715-7814
Yogyakarta, 6 Oktober2020

Zat warna yang digunakan pada pembuatan kain adalah zat warna yang tidak mengandung
senyawa aril amina sesuai SNI ISO 14362-1. Dimana zat warna tersebut bersifat racun dapat
menyebabkan kanker pada manusia dan hewan.
Untuk memperoleh nilai tahan luntur warna yang baik yang memenuhi syarat mutu di SNI
8914:2020 sebaiknya menggunakan golongan zat warna reaktif atau bejana untuk serat kapas
dan polyester untuk serat polyester. Karena 3 (tiga) golongan zat warna tersebut mempunyai
nilai tahan luntur warna yang baik.
Kadar logam dalam kain diperoleh dari zat warna yang digunakan karena tiap warna yang
dihasilkan berasal dari logam tertentu yang digunakan sebagai katalis selama proses pembuatan
zat warna atau merupakan bagian molekul dari zat warna tersebut. Untuk menghindari kadar
logam yang melebihi ambang batas yang diisyaratkan dalam syarat mutu SNI 8914:2020 maka
sebaiknya digunakan zat warna alam.
Untuk membuat kain luar yang dapat menahan droplet maka dibutuhkan kain luar yang
mempunyai daya tolak air atau bersifat hidrofobik. Pada SNI 8914:2020 kadar PFOS dan PFOA
untuk 3 tipe mempersyaratkan “senyawa tersebut tidak terdeteksi (kadar kurang dari 1.0
սg/m2)”. Perfluorooktana-sulfonat (PFOS) dan Perfluorooktanoat (PFOA) digunakan pada proses
penyempurnaan tahan air.
Senyawa tersebut dapat merugikan kesehatan seperti dapat menyebabkan penyakit
kardiovaskular, penanda asma, kerusakan kualitas semen, insufisiensi ovarium, perubahan
metabolisme glukosa, turun kadar testosteron pada remaja laki-laki, berhubungan dengan
panjang lahir yang lebih pendek pada anak perempuan, peningkatan darah tekanan, haid tidak
normal, berat badan lahir rendah pada bayi, kemungkinan peningkatan risiko perempuan
infertilitas akibat endometriosis, dan penurunan fungsi paru pada anak penderita asma
(Balifokus & IPEN, 2019).
Daya tembus udara (air permeability), yaitu untuk menyatakan berapa volume udara yang
dapat melalui kain pada suatu satuan luas tertentu dengan tekanan tertentu. Terdapat
hubungan antara rapat tidaknya kain dengan udara yang dapat menembus kain. Makin terbuka
struktur suatu kain akan makin besar daya tembus udaranya, hanya dalam kenyataannya faktor-
faktor lain turut mempengaruhi seperti daya penutup kain, nomor benang dan twist benang
(Khaerudin, 2013).
Ketahanan terhadap pembasahan permukaan (uji siram) untuk menentukan ketahanan
semua jenis kain yang tidak atau sudah diproses penyempurnaan tahan air atau tolak air
terhadap pembasahan permukaan oleh air. Daya tolak air dari bahan tekstil adalah kemampuan
suatu serat tekstil, benang atau kain untuk menahan pembasahan. Kain tahan air (water-proof)
merupakan kain yang dilapisi dengan lemak, wax atau karet untuk mencegah menyerapnya air
ke dalam kain. Penambahan zat antiair dapat dilakukan dengan melapisi permukaan kain secara
mekanis atau juga dapat secara reaksi antara serat dan zat penyempurnaan. Sifat khusus dari
kain antiair adalah daya tembus udara yang rendah. Kain tolak air (water – repellant) merupakan
kain yang tidak menyebarkan butiran air keseluruh permukaan kain. Karena kain yang antiair

A.09 | 15
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020
eISSN 2715-7814
Yogyakarta, 6 Oktober2020

biasanya tidak tembus udara, maka sifatnya menjadi kurang nyaman dipakai sebagai bahan
pakaian.
Untuk membuat masker dengan tipe B yaitu untuk filtrasi antibakteri, Balai Besar
Kerajinan dan Batik telah meneliti aplikasi nano ZnO sebagai bahan antibakteri yang
diaplikasikan pada batik. Kain batik antibakteri hasil pengembangan Balai Besar
Kerajinan dan Batik tahun 2019 menggunakan agen antibakteri memiliki kemampuan
menghambat pertumbuhan bakteri E coli dan S aureus sebesar 60%-75% dari
chloramphenicol (obat antibakteri) (Eskani et al., 2020). Uji antibakteri dilakukan dengan
metode difusi agar yaitu dengan mengamati pertumbuhan mikroba di sekitar kain batik
yang diletakkan pada media agar. Zona bening di sekitar kain menunjukkan daya
hambat terhadap bakteri. Metode uji yang dipakai sesuai dengan standar AATCC
(American Association of Textile Chemist and Colorist) test method 147 : Agar Plate
method sehingga walaupun metode uji antibakteri belum menggunakan ISO 20743
seperti yang dipersyaratkan dalam SNI, namun dapat dipertanggungjawabkan hasilnya.
Kain batik antibakteri ini menggunakan agen antibakteri nanopartikel ZnO yang telah
dikategorikan aman oleh US Food and Drag Administration (Verbic, Gorjanc, &
Simoncic, 2019). Mekanisme antibakteri ZnO nanopartikel adalah dengan
memanfaatkan sifat katalitiknya. Apabila terkena sinar matahari, elektron-elektron ZnO
nanopartikel akan tereksitasi dan membentuk ROS (Reactive Oxigen Species) yang
merupakan oksidator kuat yang bisa membunuh mikroorganisme di sekitarnya.
Sehingga dengan sifat antibakteri yang aman dari ZnO nanopartikel maka kain batik
antibakteri ini bisa digunakan sebagai masker.
Saat ini SNI 8914:2020 masker kain bersifat sukarela. Untuk mendukung penerapan SNI
tersebut Badan Standarisasi Nasional (BSN) telah menawarkan penunjukan LSPro pada
beberapa lembaga sertifikasi produk (LSPro) untuk lingkup Sertifikasi SNI 8914:2020 Tekstil –
Masker dari kain yaitu pada PT. Global Inspeksi Sertifikasi, PT Sucofindo ICS, Balai Besar
Teknologi Kekuatan Struktur, Balai Riset dan Standardisasi Industri Surabaya, PT. TUV Nord
Indonesia, Balai Besar Barang dan Bahan Teknik, Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan,
Balai Besar Kimia dan kemasan, PT. TUV Rheinland Indonesia, Balai Sertifikasi Direktorat
Standardisasi dan Pengendalian Mutu, Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang, Balai
Besar Tekstil dan Balai Besar Kerajinan dan Batik.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi pasar, masker kain masih dicari dan dibutuhkan oleh masyarakat
dalam kurun waktu ke depan, walaupun dengan permintaan yang sedikit sekitar 16%. Hasil

A.09 | 16
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020
eISSN 2715-7814
Yogyakarta, 6 Oktober2020

survei menunjukkan kebutuhan dan pengetahuan masyarakat terkait standar masker kain sudah
cukup bagus.
Dengan pemilihan kain yang tepat yaitu kain katun ditambah dua lapis kain chiffon dalam
penggunaan masker batik dapat memenuhi persyaratan mutu SNI 8914:2020. Zat warna batik
yang dipergunakan adalah zat warna yang tidak mengandung gugus Azo. Zat warna alam dapat
dipergunakan sebagai pewarna batik yang memenuhi SNI 8914:2020. Untuk membuat masker
batik tipe B antibakteri dapat menggunakan aplikasi nano ZnO sebagai agen antibakteri seperti
yang diteliti oleh Balai Besar Kerajinan dan Batik. Dengan diterbitkannya SNI 8914:2020
diharapkan dapat menjadi acuan bagi industri dalam memproduksi masker kain yang sesuai dan
memenuhi standar.

Saran
Pada saat ini SNI 8914:2020 masih diberlakukan sukarela. Masyarakat industri batik dapat
membacanya pada website www.akses-sni.bsn.go.id.

KONTRIBUSI PENULIS
Joni Setiawan, Euis Laela, Istihanah Nurul Eskani dan Novita Ekarini merupakan kontributor
utama pada penelitian ini.

UCAPAN TERIMA KASIH


Kami sampaikan terima kasih seluruh panitia Seminar Nasional Industri Kerjinan dan Batik
2020 yang diselenggarakan oleh Balai Besar Kerajinan dan Batik.

DAFTAR PUSTAKA
Akbar, C., & Hidayat, A. A. N. (2020). Banjir Peminat, Sritex Buka Lagi Pemesanan Masker pada Besok Pagi.
Retrieved September 28, 2020, from https://bisnis.tempo.co/read/1322594/banjir-peminat-sritex-
buka-lagi-pemesanan-masker-pada-besok-pagi
Balifokus,& IPEN. (2019). PFAS Situation Report : Indonesia.
BSN (2020). SNI 8914:2020 Tekstil - Masker dari kain. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Eskani, I.N., Haerudin, A., Setiawan, J., Lestari, D. W., Isnaini, & Astuti, W. (2020). Application of ZnO
nanoparticles for Producing Antibacterial Batik. In IOP Conference Series: Materials Science and
Engineering (Vol. 722). Institute of Physics Publishing. https://doi.org/10.1088/1757-
899X/722/1/012029
Eskani, Istihanah Nurul, Haerudin, A., Setiawan, J., Lestari, D. W., & Astuti, W. (2019). BATIK FUNGSIONAL
SEBAGAI SALAH SATU STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI BATIK DALAM MEMASUKI ERA
INDUSTRI 4 . 0. In Seminar Nasional Batik dan Kerajinan (pp. 1–12).
Eskani, Istihanah Nurul, Haerudin, A., Setiawan, J., Lestari, W., & Astuti, W. (2020).Ketahanan Sifat
Antibakteri Kain Batik Teraplikasi Nanopartikel ZnO.In Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan (pp.
14–15). Yogyakarta: Departemen Teknik Kimia UPN Veteran Yogyakarta.
Gugus Tugas Covid-19.(2020). Standar Alat Pelindung Diri (APD) untuk Penanganan Covid-19 di Indonesia
(Revisi 3). Jakarta: Gugus Tugas Covid-19. Retrieved from
https://covid19.go.id/storage/app/media/Materi Edukasi/standar-apd-revisi-3.pdf
Jumaeri, W., Jufri, R., & Okim Djamhir, H. G. (1977).Pengetahuan Barang Tekstil. Institut Teknologi Tekstil.

A.09 | 17
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020
eISSN 2715-7814
Yogyakarta, 6 Oktober2020

Bandung: Institut Teknologi Tekstil.


Kamila, M. (2020). Tren Masker Batik Achmad Yurianto, Gaya Khusus Lawan Virus Corona. Retrieved
September 28, 2020, from https://www.genpi.co/gaya-hidup/43319/tren-masker-batik-achmad-
yurianto-gaya-khusus-lawan-virus-corona
Khaerudin.(2013). Pengujian Bahan Tekstil 2 untuk Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Krisyanti, B. (2020). Ragam Masker Kain dari Desainer Tanah Air. Retrieved September 28, 2020, from
https://mediaindonesia.com/read/detail/312356-ragam-masker-kain-dari-desainer-tanah-air
Muthia, A., & Hendrawan, A. (2017).Perancangan Masker sebagai Alat Pelindung Diri Bagi Pengendara
Sepeda Motor Wanita.Jurnal AVTRAT.
Ramadhan, S. (2018).Desain Masker dengan Antropometri di PT. JAPFA Comfeed Indonesia TBK SBU
Edible Oil and Pelletizing Perak Surabaya.UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945.
Suryani, E. (2020). Masker Jumputan, Tren Semasa Pandemi Paling “Yeah” di Palembang. Retrieved
September 28, 2020, from
https://www.kompasiana.com/ellysuryani/5f1265f2097f3651953d1b62/masker-jumputan-trend-
semasa-pandemi-paling-yeah-di-palembang?page=all
Syifa, N. (2020). Unik, Ini 5 Desainer Indonesia yang Produksi Masker Keren! Retrieved September 28,
2020, from https://www.popmama.com/life/fashion-and-beauty/putri-syifa-nurfadilah/desainer-
indonesia-yang-produksi-masker-keren/5
Thaha, A. F. (2020). Dampak Covid-19 Terhadap UMKM di Indonesia. Jurnal Brand, 2(1), 147–153.
UNIQLO.(2020). UNIQLO meluncurkan AIRsm Mask di Indonesia pada 21 September 2020. Retrieved
September 28, 2020, from https://www.uniqlo.com/id/news/topics/2020092001/
Verbic, A., Gorjanc, M., & Simoncic, B. (2019). Zinc Oxide for Functional Textile Coatings : Recent Advances.
Coatings, 9(550), 17–23.

A.09 | 18

Anda mungkin juga menyukai