Anda di halaman 1dari 8

PERANCANGAN KOMIK STRIP SEBAGAI PENEPIS RUMOR

NEGATIF PELUNCURAN MOBIL ESEMKA


1
 Mochammad Sigit S, 2 Al Pasa Y, 3 Adi M, 4 Dede T, & 5Zulkifli,

Program Studi Desain Komunikasi Visual, Universitas Indraprasta PGRI Jakarta

sigitsatrio50@gmail.com, alpasayumaroh23@gmail.com,
adih71mulyadi@gmail.com, de3anto05@gmail.com,
zulkifli.teladan@gmail.com

Abstrak
Pembuatan komik strip sebagai sarana untuk mengedukasi pengguna
sosial media melalui visual komik strip tentang beberapa hal positif tentang
peluncuran mobil Esemka dan untuk menepis rumor-rumor negatif yang
berkembang di tengah-tengah masyarakat. Peneliti mencoba menganalisa
kelayakan komik strip yang peneliti rancang yang berjudul “Mobil Esemka”
dengan beberapa elemen-elemen dalam komik menurut Indiria Maharsi.
Kata Kunci : Komik strip, Sosial media, Mobil Esemka

Abstract
Making comic strips as a means to educate social media users through visual
comic strips about some positive things about the launch of the Esemka car and
to ward off negative rumors that are developing in the midst of society. The
researcher tried to analyze the feasibility of the comic strip that the researcher
designed, entitled "Esemka Car" with several elements in the comics according
to Indiria Maharsi.
Keywords : Comic strips, Social media, Esemka Cars.

PENDAHULUAN
Pada era globalisasi ini banyak negara-negara berkembang mulai
menciptakan sendiri beberapa teknologi kendaraan pribadi atau umum. Salah
satunya Indonesia. Indonesia sendiri mulai memperkenalkan mobil buatan hasil
karya anak bangsa bermerek Esemka yang di produksi di Boyolali, Jawa
Tengah. Kehadiran Mobil Esemka ini keuntungannya ialah bisa menggerakkan
perekonomian terutama di daerah, dan menekan angka pengangguran. Dengan
demikian produksi mobil Esemka diharapkan bisa menyerap SDM yang berasal
dari lulusan SMK. Beberapa dampak positif di atas amat sangat disayangkan di
respon negatif oleh masyarakat pengguna sosial media dan bahkan
peresmiannya dikaitkan dengan dinamika politik yang ada.
Disini peneliti mencoba meluruskan beberapa isu yang berkembang di
sosial media dengan memvisualisasikannya menjadi sebuah karya visual,
yang bertujuan agar pembuatan komik strip ini dapat mengedukasi pengguna
sosial media melalui visual komik strip tentang beberapa hal positif peluncuran
mobil Esemka dan untuk menepis rumor-rumor negatif yang berkembang di
tengah-tengah masyarakat tentang peluncuran mobil Esemka.
Menurut McCloud. S (2001:9) dalam buku Understanding Comics
bahwa “komik adalah gambar-gambar dan lambang-lambang lain yang
terjukstaposisi (saling berdampingan) dalam urutan tertentu, bertujuan
untuk memberikan informasi dan atau mencapai tanggapan estetis dari
pembaca.”
Ajidarma (2011) berpendapat Komik adalah suatu cara bertutur, suatu
bentuk naratif yang menjadi suatu bentuk bacaan. Secara lebih luas, komik
merupakan peleburan antara gambar dan kata-kata yang tidak terpisahkan dan
menjadi suatu keutuhan dalam cara berbahasa.
Bonneff (1998:59) Kartun strip merupakan sebuah sajian gambar komik
yang terdiri dari 3 atau 4 panel yang merupakan cerita dengan format humor,
namun menceritakan tentang sindiran-sindiran dengan konsep peristiwa yang
aktual. Tidak sedikit orang menyebutnya dengan komik intelektual.
Komik memiliki elemen-elemen yang saling berkaitan. Maharsi. I
(2011:75) mengatakan bahwa, “Komik memiliki sebelas elemen-elemen
yang meliputi panel, sudut pandang dan ukuran gambar, parit, balon kata,
bunyi ilustrasi, cerita, splash, gerak-gerik, simbolia dan kop komik. Elemen-
elemen tersebut merupakan kesatuan yang terdapat dalam komik.” Ke
sebelas elemen yang terdapat dalam komik menurut Maharsi (2011:75—
105) adalah sebagai berikut:

1) Panel
Adapun yang di maksud dengan panel adalah kotak yang berisi ilustrasi
dan teks yang nantinya akan membentuk sebuah alur cerita. Menurut
McCloud (2001) urutan arah baca dari panel ini adalah dari kiri ke kanan,
atas ke bawah atau searah dengan jarum jam. Hal ini karena audiens
sudah terbiasa membaca dari arah tersebut.
2) Sudut Pandang dan Ukuran Gambar
Komik dapat dikatakan sebagai citra visual yang filmis, hal ini karena
rangkaian gambar yang tercipta memakai pola yang dipakai dalam film.
Artinya logika gerak-gerik kamera film dapat diterapkan dalam visualisasi
komik Maharsi.I (2011: 77). Sudut pandang yang terdapat dalam komik bisa
dibedakan menjadi 5 macam, yaitu bird eye view, high angle, low angle,
eye level, dan frog eye.
3) Parit
Parit merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari panel,
karena parit menjadi pemisah antara panel satu dengan panel yang lain,
sehingga memberi rongga terhadap layout komposisi gambar yang
berdampak terhadap ruang jeda untuk menumbuhkan ruang imajinasi
pembaca. (McCloud, 2001:66).
4) Balon Kata
Dalam sebuah panel pada komik, untuk menumbuhkan komunikasi serta
dramatisasi terhadap visualisasi yang ada maka diperlukan teks untuk
menajamkan pesan yang ingin disampaikan oleh gambar.
Ruang untuk menempatkan teks tersebut disebut dengan balon kata
(Maharsi, 2011:89). Menurut Maharsi dalam buku selanjutnya yang berjudul
Komik Dari wayang beber sampai komik digital ,Maharsi.I (2013:12). Balon
kata secara garis besar digolongkan ke dalam 3 (tiga) bentuk ; Balon
Ucapan, Balon pikiran dan Caption.
5) Bunyi Huruf
Bunyi huruf merupakan ekspresi dari ucapan yang dikeluarkan oleh objek
Maharsi.I (2011: 91)
6) Ilustrasi
Ilustrasi menurut Maharsi.I (2011) mengatakan bahwa ”Gambaran pesan
yang terbaca, namun bisa mengurangi cerita. Dengan ilustrasi ini, pesan
yang di sampaikan akan lebih berkesan karena pembaca akan lebih mudah
mengingat gambar dari pada kata-kata”.
7) Cerita
Maharsi.I (2011) mengatakan bahwa “Tema merupakan unsur yang
terdapat dalam sebuah cerita. Tema dikatakan sbagai ruh dari sebuah
cerita, namun harus di dukung oleh penggunaan bahasa yang baik dan
penuturan yang logis.”
8) Splash
Maharsi.I (2011) Splash adalah panel dalam halaman pertama buku komik
yang memiliki ukuran paling besar di antara panel yang lain. Splash panel
adalah penel yang ukuannya melebihi panel-panel yang lain di dalam
halaman yang sama, sementara splash ganda adalah adalah panel komik
yang menyambung dari halaman satu ke halaman yang lain.
9) Garis Gerak
Garis gerak merupakan efek gerakan yang ditimbulkan oleh gestur atau
pergerakan karakter-karakter manusia/benda yang muncul dalam ilustrasi
komik Maharsi.I (2011: 101).
10) Simbolia
Simbolia menurut (Walker, 1980: 20) dalam (Maharsi, 2011:103) adalah
representasi ikon yang digunakan dalam komik dan kartun Symbolia dapat
digambarkan dalam bentuk benda-benda maupun huruf yang menjurus ke
abstrak.
11) Kop Komik
Kop Komik menurut Maharsi.I (2011) ialah “bagian dari halaman komik
yang berisi judul dan nama pengarang

Berdasarkan apa yang sudah diuraikan di atas, disini peneliti mencoba


merumuskan permasalahan yaitu, bagaimana merancang sebuah komik strip
yang baik dan benar dengan memperhatikan beberapa elemen-elemen dasar
pembuatan sebuah komik menurut Indiria Maharsi.
Tujuan dari penelitian ini ialah memvisualisasikan tema peluncuran Mobil
Esemka yang menuai kontroversi ke dalam sebuah komik strip dengan
bahasan yang ringan dan mudah dimengerti oleh pengguna sosial media. Dari
Komik yang telah peneliti rancang dengan judul “Mobil Esemka”, peneliti ingin
meninjau kembali komik strip tersebut berdasarkan beberapa elemen-elemen
yang telah dijabarkan di atas dengan lebih rinci.
PEMBAHASAN

Gambar 1. Komik strip rancangan peneliti dengan judul “MOBIL ESEMKA”

Berdasarkan komik strip yang telah peneliti rancang di atas dengan judul
“Mobil Esemka”, peneliti ingin menjabarkan secara rinci mengenai element-
elemen yang terkandung dalam komik peneliti. Adapun beberapa elemen-
elemen dalam komik peneliti menurut Maharsi.I (2011:75—105) adalah
sebagai berikut:
1) Panel
panel adalah kotak yang berisi ilustrasi dan
teks yang nantinya akan membentuk sebuah
alur cerita.Tidak ada aturan baku dalam
menentukan
frame sebagai salah satu elemen komik yang
harus ditaati oleh para pembuat komik.
Namun semua itu menyesuaikan dengan
karakter cerita, konsep, guna mendapatkan
dramatisasi cerita melalui visualisasi panel
yang mendukung konten gambar dan tulisan
yang disajikan. Gambar di samping
merupakan panel-panel digital yang peneliti
buat berdasakan komik yang penelti rancang.
Peneliti membuat 6 panel kotak dengan
berbagai bidang dikarenakan penggunaan
teks yang agak banyak dalam 1 frame komik
strip.
Gambar 2. Panel dalam komik peneliti

2) Sudut Pandang dan Ukuran Gambar


Dalam pembuatan komik strip disamping,
penulis menggunakan teknik eye level. Pada
sudut pandang ini pengambilan gambar
dibuat sejajar dengan pandangan tatapan
mata si pembaca, sehingga pembaca dapat
mengidentifikasi secara benar ketiggian
bentuk ideal serta komposisi asli bila
disandingkan dengan objek yang terdapat
dalam gambar.
Gambar 3. Teknik Eye Level

3) Parit
parit menjadi pemisah antara panel satu dengan panel yang lain,
sehingga memberi rongga terhadap layout komposisi gambar yang
berdampak terhadap ruang jeda untuk menumbuhkan ruang imajinasi
pembaca.

Gambar 4. Parit dalam komik peneliti


Dalam karya penulis di atas, jenis parit yang digunakan adalah parit
bidang putih dengan penggabungan parit imajiner jadi, ada beberapa
element balon kata dan elemen lain dalam komik yang keluar dari parit
tersebut, penggabungan parit ini penulis rancang agar pembaca
mendapatkan kesan yang berbeda dan menambah ketertarikan dalam
membaca pesannya dan melihat visualisasi dari komik tersebut.

4) Balon Kata
Dalam sebuah panel pada komik, untuk menumbuhkan komunikasi serta
dramatisasi terhadap visualisasi yang ada maka diperlukan teks untuk
menajamkan pesan yang ingin disampaikan oleh gambar.
Dalam komik rancangan
peneliti, hanya terdapat 1 jenis
balon kata yaitu balon ucapan,
dari 3 balon kata yang
diungkapkan oleh Maharsi.
Balon ucapan rancangan
peneliti merupakan representasi
dari ucapan dialog, dengan
gelembung awan berwarna
putih dengan ekor yang
mengarah ke tokoh yang
mengucapkan kata-kata
tersebut.
Gambar 5.. Balon Teks dalam komik peneliti

Teks yang terdapat dalam balon kata menngunakan font


karena disesuaikan dengan style komik peneliti dan memudahkan
audience dalam membaca.

5) Bunyi Huruf
Bunyi huruf disebut seagai Onomatope. Onomatope dalam hal ini
adalah perwujudan kata yang berasal dari bunyi-bunyi misalnya, bunyi
hewan, dan bunyi manusia yang bukan dialog. Dalam komik buatan
peneliti tidak menggunakan elemen Bunyi Huruf karena fungsinya hanya
sebagai komik strip semata yang langsung berbicara pada topik yang di
akan diangkat.

6) Ilustrasi
Berdasarkan kutipan yang telah dijelaskan pada pendahuluan, ilustrasi
terbagi dua macam yaitu kartun dan realis. Disini peneliti menggunakan
ilustrasi kartun untuk mempermudah proses pembuatan.

7) Cerita
Cerita yang peneliti angkat dalam pembuatan komik strip “Mobil Esemka”
berbicara mengenai pelucuran mobil Esemka yang menuai kritik di
kalangan masyarakat padahal, ada beberapa poin positif yang
berdampak tidak langsung terhadap pembuatannya di Indonesia.
8) Splash
Splash adalah panel dalam halaman pertama buku komik yang memiliki
ukuran paling besar di antara panel yang lain. Dalam Komik strip yang
dirancang oleh peneliti, penggunaan splash tidak digunakan karena
ruang yang dimiliki dalam komik strip yang hanya satu frame sederhana
dan di dirancang untuk visualisasi di sosial media semata.

9) Gerak-Gerik
Gerak-gerik ialah efek gerak yang
ditimbulkan yang ditimbulkan oleh
gestur atau pergerakan karakter-
karakter (manusia & benda) yang
muncul dalam ilustrasi komik. Dalam
komik rancangan peneliti terdapat
gerak-gerik yang di hasilkan dari
puntung rokok yang jatuh ke dalam
secangkir kopi.
Gambar 6. Efek gerak-gerik

10) Simbolia
Simbolia di komik peneliti yang tervisual dalam kaos tokoh-tokoh dalam
komik strip berisi lelucon dan humor untuk audiens dalam membaca.

Gambar 7. Simbolia di kaos tokoh dalam komik

11) Kop Komik


Kop Komik dalam komik rancangan peneliti yang merupakan bagian
dari halaman komik yang berisi judul dan nama pengarang. Dalam
perancangannya peneliti menggunakan font untuk judul
komik.

Gambar 7. Kop Komik dalam komik rancangan peneliti.


PENUTUP

Berasarkan dari uraian di atas, peneliti membuat kesimpulan bahwa,


komik strip yang telah peneliti rancang dengan judul “Mobil Esemka” hanya
memenuhi 9 dari 11 elemen dasar pembuatan sebuah komik. Elemen bunyi
huruf dan splash tidak terkandung dalam komik buatan penulis dikarenakan
keterbatasan jumlah halaman dan peruntukannya hanya sebagai komik strip di
sosial media. Jenis komik strip membuat pesan lebih cepat diterima. cerita
dapat langsung dipahami dan dimengerti hanya dalam sekali baca karena
gambar yang ditunjukkan juga tidak banyak. Dalam hal ini peneliti
menggunakan elemen-elemen yang dikemukakan oleh Maharsi.I (2011) dalam
bukunya yang berjudul Komik Dunia kreatif tanpa batas.

Diharapkan untuk peneliti selanjutnya kiranya memperhatikan elemen-


elemen dasar dalam perancangan sebuah komik yang baik, agar kesesuaian
gambar dan teks dapat mempengaruhi tingkat pemahaman pembaca dalam
memaknai dan menafsirkan informasi yang terkandung dalam wacana komik.
Oleh karena itu, diperlukan kerangka pemikiran yang kritis, persiapan yang
matang dan data yang mendukung untuk perancangan sebuah komik. Semoga
dengan adanya jurnal ini bisa termotivasi dalam membuat penelitian mengenai
buku komik ke depannya.

DAFTAR PUSTAKA

I. Maharsi (2011) Komik Dunia kreatif tanpa batas, Yogyakarta : Kata Buku
(2013) Komik Dari wayang beber sampai komik digital, Yogyakarta
: Dwi-Quantum
M. Bonnef (1998). Les Bandes Dessinees Indonesiennes atau Komik
Indonesia, terjemahan Rahayu S. Hidayat, Jakarta: KPG
S.G. Ajidarma (2011) Panji Tengkorak Kebudayaan dalam Perbincangan,
Jakarta: KPG
S. McCloud (2001) Understanding Comics The Invisible Art. Terjemahan S.
Kinanti, Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia

Anda mungkin juga menyukai