Pengalaman
Pengalaman
TESIS
TESIS
ii
Universitas Indonesia
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Keperawatan
Peminatan Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan pada Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan
bimbingan dari Ibu Dr. Krisna Yetti, S.Kp., M.App.Sc selaku pembimbing I dan Ibu
Kuntarti,S.Kp., M.Biomed selaku pembimbing II, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
(1) Bapak Agus Setiawan, S.Kp., M.N., D.N selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
(2) Ibu Dr. Hany Handiyani,S.Kp., M.Kep selaku Ketua Program Studi Magister/Ketua
Departemen DKKD yang memberikan dukungan dalam tugas belajar ini
(3) Ibu Dr. Enie Novieastari, S.Kp., MSN dan Ibu Sugih Asih, S.Kp., M.Kep selaku
penguji sidang tesis yang memberikan maasukan dalam menyempurnakan tesis menjadi
lebih baik
(4) Suami tercinta, seluruh keluarga tercinta yang memberikan dukungan moril dan
material sehingga penulis dapat melanjutkan studi Magister di FIK UI
(5) PPSDM Kementerian Kesehatan RI yang telah memberikan kesempatan dan
dukungan dalam tugas belajar
(6) Rekan-rekan seperjuangan Program Magister FIK UI Angkatan 2017 terutama
kekhususan Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis tesis ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.
Penulis
v
Universitas Indonesia
vii
Universitas Indonesia
viii
Universitas Indonesia
HALAMAN SAMPUL……………………………………………………………….…ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................ vi
ABSTRAK………………………………………………………………………………vii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..…ix
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………...……..…xi
DAFTAR TABEL……………………………………………………………………....xii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………………...xiii
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………….…1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................................................... 12
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 13
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................. 14
1.4.1 Bagi Pimpinan Rumah Sakit ..................................................................... 14
1.4.2 Komite Keperawatan ................................................................................. 14
1.4.3 Manajemen Asuhan dan Pelayanan Keperawatan .................................... 14
1.4.4 Perawat Pelaksana ..................................................................................... 14
1.4.5 Perkembangan Ilmu................................................................................... 15
ix
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
Universitas Indonesia
xi
Universitas Indonesia
xii
Universitas Indonesia
xiii
Universitas Indonesia
Bab pendahuluan ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan, dn
manfaat penelitian. Bab ini juga menjelaskan fenomena yang menjadi landasan
dalam penelitian ini.
1 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Akurasi dan prevalensi diagnosis keperawatan dipengaruhi oleh faktor sikap dan
catatan singkat diagnosis, pengalaman mendiagnosis dan mengekspertise, kasus
yang berhubungan dan pengetahuan diagnostik dan ketrampilan mendiagnosis
(Paans, W., 2012). Beberapa faktor lainnya yang mempengaruhi kelengkapan
dokumentasi asuhan keperawatan meliputi faktor usia perawat, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, tipe ruangan (Maryam, 2015). Berdasarkan penelitian
Maryam tersebut, hubungan yang signikan antar tipe ruangan dinas perawat
dengan kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan. Kelengkapan
pendokumentasian keperawatan di ruang dinas melati bawah (kelas III) yang
menerapkan metode tim dan penggunaan format asuhan keperawatan yang
berbentuk checklist lebih lengkap dibandingkan dengan Ruang Griya Puspa (kelas
VIP). Beberapa faktor lain yang mempengaruhi kelengkapan dokumentasi asuhan
keperawatan meliputi keterbatasan kompetensi, motivasi dan kepercayaan diri,
ketidakefektifan prosedur keperawatan, ketidakadekutan audit, supervisi dan
pengembangan staf (Cheevakasemsook & et al, 2006), jumlah pekerjaan yang ada
Universitas Indonesia
dengan jumlah perawat tidak seimbang, bentuk form terlalu panjang, malas dan
perawat bertugas mendampingi visit dokter (Diyanto, 2007), pelatihan dan beban
kerja (Siswanto, Hariyati, & Sukihananto., 2013a).
Universitas Indonesia
Studi pendahuluan yang dilakukan selama praktik residensi mulai dari bulan
September sampai Desember 2018 di salah satu instalasi satu RS pemerintah di
Jakarta dengan observasi, wawancara, telaah dokumen dan kuesioner.
Berdasarkan observasi terhadap beberapa perawat yang dinas pagi di satu RS
pemerintah di Jakarta dalam pemberian obat ditemukan bahwa ada perawat yang
bertugas memberikan obat bagi seluruh pasien dan ada yang bertugas untuk
mendokumentasikan asuhan keperawatan yang bukan dilakukannya. Salah satu
temuan pengkajian nadi pasien didokumentasikan berkisar 75-80x/menit.
Ternyata setelah dilakukan pengkajian ulang ditemukan bahwa nadi pasien
cenderung takikardi sebagai manifestasi klinik pasien tersebut. Padahal pasien
tersebut mengalami hambatan untuk dioperasi menunggu stabilisasi nadinya yang
cenderung takikardi. Sementara itu ancaman terhadap janin yang dikandung
membahayakan karena cairan amnion yang semakin berkurang yang beresiko
mengancam jiwa janin dan ibunya. Perawat yang mendokumentasikan tersebut
tidak melakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien sehingga dapat dikatakan
tidak melakukan proses asuhan keperawatan.
Penilai klinis cemas pasien tersebut belum obyektif karena menggunakan asumsi
perawat. Dampak yang dirasakan pasien cemas tersebut tekanan darahnya
meningkat dan terjadinya stroke pada saat segera pasien dipindahkan ke ruangan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
maka ditemukan bahwa pasien tersebut cenderung takikardi dan sesuai dengan
manifestasi klinik pasien tersebut. Berdasarkan nadi yang tertulis tidak
mencerminkan kondisi pasien sesungguhnya. Hal ini terjadi karena tidak
dilakukannya proses pengkajian yang berdasarkan kondisi pasien secara nyata dan
mendokumentasikan asuhan keperawatan yang dilakukan bukan oleh perawat
yang bertugas merawat pasien tersebut. Telaah dokumen lainnya bahwa
pemakaian singkatan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan dan
standarisasi istilah bahasa belum tercantum dalam Panduan Asuhan Keperawatan
(PAK) satu RS pemerintah di Jakarta, misalnya singkatan dalam dokumentasi
belum baku. Bahasa yang terstandarisasi akan memudahkan memahami pesan
asuhan keperawatan dalam dokumentasi yang berkesinambungan oleh
Profesional Pemberi Asuhan (PPA).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Integritas berhubungan dengan standar, nilai dan prinsip yang diturunkan dari tiga
hal yang mempengaruhi keputusan dan perilaku meliputi: personal, profesional,
dan organisasi (Ridge, 2015). Integritas organisasi akan membangun budaya
organisasi. Budaya organisasi dan perilaku positif sangat penting mendukung
dalam pendokumentasian (Vabo, Slettebø, and Fossum, 2016). Memberikan
asuhan keperawatan dengan integritas merupakan salah satu inti dari pelayanan
keperawatan. Perawat penting menyadari konsepsi integritas pasien untuk
mengidentifikasi dan menjaga integritas dan memperlakukan pasien sesuai
dengan integritas moral (Wida & Fridlund, 2003).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
stroke pada saat akan dipindahkan ke tempat tidur di ruangan pasca operasi.
Kelemahan integritas berperan serta dalam meruntuhkan nilai moral dan
penurunan nilai profesional pekerjaan (Hardingham, 2004a).
Integritas menjadi sesuatu konsep yang tidak mudah didefinisikan dan perlunya
penelitian untuk mengklarifikasi beberapa konsep (Wida, Fridlund, and Ma,
2007). Fenomena pendokumentasian asuhan keperawatan yang terjadi di satu RS
pemerintah di Jakarta telah mengakibatkan dampak bagi pasien. Pengalaman
perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan dikaitkan dengan integritas
perawat akan diteliti dengan mengunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan
kualitatif karena hendak mengidentifikasi secara mendalam pengalaman perawat
dalam pendokumentasian asuhan keperawatan dan dikaitkan dengan variabel yang
tidak mudah diukur yakni integritas perawat.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tinjauan pustaka penelitian ini terdiri dari teori yang berkaitan dengan
pendokumentasian, integritas, dan manajemen keperawatan. Teori-teori ini
mendukung dan menjadi dasar daalam pelaksanaan penelitian ini.
17 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Cara mencegah temuan dokumentasi manual berupa jangan ada ruang tulisan
yang kosong yang memungkinkan untuk menambahkan catatan di kemudian hari,
dokumentasikan secara akurat semua kejadian yang tidak diharapkan dan
penanganannya, dokumentasikan sesuai dengan kondisi pasien, jangan
menuliskan komentar yang tidak sesuai dan tidak etis dan opini atau asumsi
perawat, jika mengevaluasi kondisi pasien tuliskan secara detail kondisi yang
Universitas Indonesia
tidak berubah, jangan hanya menuliskan hal yang sama dari setiap evaluasi
(Austin, 2010).
Universitas Indonesia
Menurut Kimchi and et all (2008); Wageman (2015), persepsi adalah proses
dimana seseorang mengorganisasikan dalam pikirannya, menafsirkan, mengalami,
dan mengolah pertanda atau segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya. Segala
sesuatu yang mempengaruhi persepsi seseorang, nantinya akan mempengaruhi
pula perilaku yang akan dipilihnya. Terdapat tiga unsur utama proses kognisi,
yaitu : proses kognisi, proses belajar, dan proses pemecahan persoalan atau
proses pemilihan perilaku. Ke tiga unsur utama proses kognisi dalam persepsi
perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan berbeda-beda
pula tiap perawat. Menurut penelitian Sinaga and Yemina (2008) bahwa perawat
mempersepsikan baik tentang manfaat pendokumentasian sebesar 53,3% di ruang
rawat inap, dan sebesar 55,6% di ruang gawat darurat. Penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa persepsi perawat gawat darurat tentang manfaat
pendokumentasian lebih baik dibandingkan dengan persepsi perawat ruang rawat
inap.
2.2 Integritas
Universitas Indonesia
suatu entitas sehingga menciptakan satu keutuhan. Setiap bagian yang ada
berfungsi secara bersama-sama, saling melengkapi secara tepat dan menghasilkan
keseluruhan yang utuh, tidak perpisah-pisahkan. Integritas bermakna juga kondisi
selalu konsisten antara yang dikatakan dan diperbuat, dapat diandalkan dan dapat
diperkirakan. Integritas juga sesuai dengan prinsip moral. Sedangkan menurut
Thomas (2016) integritas merupakan keutuhan diri yang diwujudkan di dalam
struktur harmonis dan koheren di antara elemen-elemen karakter diri individu
seperti nilai dan prinsip. Struktur yang harmonis dan koheren merupakan
koherensi tentang sesuatu yang meliputi tiga hal, yakni koherensi antara prinsip
yang satu dengan prinsip yang lain, konsisten antara prinsip dan motivasi, dan
konsisten antara prinsip dan tindakan. Sehingga ketiga hal tersebut menjadi
elemen-elemen penting yang saling berhubungan dalam menilai integritas
seseorang (Thomas, 2016).
Universitas Indonesia
perawat, proses ini harus dimulai dalam pendidikan keperawatan dan melanjutkan
sosialisasi mereka ke dalam profesi.
Prinsip menjadi yang utama dalam elemen integritas (Mcfall, 1987). Prinsip
merupakan aspek praktis dari nilai yang mengarahkan seseorang untuk melakukan
suatu tindakan tertentu. Misalnya ketika berprinsip untuk jujur maka tindakan
kejujuran sebagai nilai dan berkomitmen untuk melakukan kejujuran tersebut.
Komitmen merupakan daya dorong yang mengikat seseorang untuk melakukan
tindakan tertentu sesuai prinsisp tertentu. Sehingga di dalam diri yang
berintegritas mengandalkan komitmen yang kuat terhadap prinsip yang
ditampilkan dalam tindakan nyata.
Menurut Winterich, Mittal, & Aquino (2013) tampilan dalam tindakan yang
nyata merupakan komitmen pembentuk identitas. Prinsip yang menyatu dengan
komitmen disebut juga komitmen pembentuk identitas yaitu kondisi keberadaan
seseorang yang menyatukan keinginan, proyeksi atau ketertarikan terhadap
langkah tindakannya (Williams, 1981). Sehingga berintegritas adalah bertindak
secara akurat yang mencerminkan identitas seseorang melalui tindakan nyata yang
didorong oleh keinginan, motivasi, ketertarikan dan komitmen yang benar-benar
secara mendasar adalah milik dirinya seutuhnya (Williams, 1981).
Integritas pribadi sering dipandang sebagai nilai inti untuk memberikan layanan
kesehatan etis. Menurut Tyreman (2011) integritas dalam sistem layanan
kesehatan multi-profesional memiliki dua argumen yang berlawanan. Argumen
yang pertama adalah bahwa sifat multi-profesional dari perawatan kesehatan
modern berarti bahwa integritas pribadi paling tidak merupakan kemewahan yang
sia-sia dan paling buruk, hambatan untuk memberikan perawatan berkualitas
tinggi yang terjangkau kepada populasi besar. Kebalikannya adalah bahwa tanpa
integritas pribadi, perawatan kesehatan kehilangan kemanusiaannya dan menjadi
rekayasa biologis dan sosial belaka. Integritas merupakan kerangka moral yang
dipegang secara pribadi atau secara konsep sosial. Integritas adalah sifat sosial
dan kompleks yang melaluinya individu yang menjadi anggotanya mampu
Universitas Indonesia
2. 2. 2 Model Integritas
Model integritas terdiri dari tiga yakni (Tyreman, 2011):
a..Integritas gambaran diri sendiri
Orang yang berintegritas adalah individu yang utuh, tidak terpisahkan,
sepenuhnya terintegrasi dan lengkap di mana ada konsistensi pandangan dan
tindakan; apa yang mereka katakan dan apa yang mereka lakukan adalah satu.
Orang yang berintegritas tidak terombang-ambing oleh orang banyak, tetapi akan
tetap berdiri terhadap yang mereka yakini, tidak peduli konsekuensinya (Tyreman,
2011). Individu bertindak berintegritas ketika tindakan dan pernyataannya sesuai
konsisten dan koheren.
Mempertahankan hak untuk menolak menyesuaikan diri dengan satu set nilai dan
adat istiadat budaya merupakan prasyarat yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan moral. Individu yang konsisten akan dapat diprediksi, dan
mengalami kekurangan kemampuan untuk merefleksikan kepercayaan dan
tindakan, dan untuk mempertimbangkan kemungkinan bisa salah. Hal ini terjadi
karena pandangan awal salah, atau, karena gagal menanggapi keadaan yang
berubah atau mengakui nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi yang
Universitas Indonesia
Model ini gagal mendefinisikan alasan yang baik untuk bertindak dengan
integritas karena kekuasaan, uang, atau keserakahan, misalnya, bisa menjadi
motif, yang akan berarti bahwa lalim dan tiran sebagai agen yang berpikiran
tunggal untuk mengejar agenda mereka. Integritas memerlukan kebaikan moral,
bukan hanya niat yang konsisten. Orang yang berintegritas juga orang yang
berprinsip, integritas bukan hanya soal tetap setia pada keyakinan atau prinsip
seseorang.
Universitas Indonesia
akan gagal dalam ujian keaslian serta gagal bertindak dengan integritas jika dia
sendiri melakukan aborsi.
Model ini menempatkan karakter individu dan keyakinan yang dipegang teguh
sebagai pusat integritas, sehingga berbeda dengan model integritas sebagai
gambaran diri. Model ini tidak dapat membuat perbedaan amoral antara yang baik
dan yang buruk sehingga seorang lalim atau tiran yang secara pasif percaya bahwa
ia harus menghancurkan semua yang menentangnya guna mencapai tujuannya.
Model ini menyatakan integritas bukan hanya masalah menjaga moral bersih.
Bertindak dengan integritas seharusnya memerlukan alasan untuk melakukan
sesuatu yang benar secara moral, daripada alasan untuk menghindari sesuatu yang
Universitas Indonesia
jahat. Ini adalah pendirian yang dipilih seseorang karena diyakini sebagai respons
positif secara moral. Misalnya pendokumentasian asuhan keperawatan dilakukan
secara akurat bukan hanya masalah menghindari kejahatan akan tetapi itu harus
menjadi sikap positif karena itu adalah hal yang benar untuk dilakukan.
Nilai integritas profesi perawat bermakna bahwa perawat bertindak sesuai kode
etik dan standar yang dapat diterima (Shaw, H., Degazon, 2008). Sedangkan
menurut Schmidt & Mlis (2017) integritas dijelaskan sebagai sesuatu yang jujur,
kompeten, aman, dapat dipertanggung jawabkan, dan dapat diperhitungkan. Nilai
integritas profesi juga dipengaruhi oleh nilai pribadi dan diinternalisasikan
melalui proses pembelajaran yang disebut sosialisasi profesi. Bentuk nilai tersebut
mempunyai komponen kognitif dan afektif, pembelajaran afektif yang
membentuk komponen sosialisasi profesi. Nilai profesi perawat mempengaruhi
identitas perawat, sikap dan perilaku.
Hal yang senada diutarakan Welchman dan Greiner dalam (Hardingham, 2004a)
menyatakan bahwa individu hanya dapat melakukan banyak hal dalam
lingkungan yang ada kesesuaian nilai-nilai pribadi, profesional individu dan nilai-
nilai masyarakat luas tempat bekerja. Integritas memastikan perawatan yang
aman, efektif, dan etis untuk pasien - paling baik dicapai melalui integritas, atau
beberapa cara lain seperti penegakan kode praktik yang ketat. Ketika nilai-nilai
profesional bertentangan dengan pribadi, misalnya, dalam pengobatan aborsi
sementara itu praktisi layanan kesehatan melakukan tugas mereka secara etis,
efektif, dan dengan kemampuan terbaiknya tanpa menggunakan integritas, yang
tersirat dan diasumsikan. Integritas bermasalah ketika tidak mematuhi perintah
atau melakukan tindakan yang bertentangan dengan harapan normal dibenarkan
oleh klaim bahwa orang tersebut 'bertindak dengan integritas, yang berarti bahwa
apa yang mereka lakukan adalah baik secara moral.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
tugas yang harus dilakukan, siapa yang harus melakukan, seperti apa tugas-tugas
dikelompokkan, siapa yang melaporkan ke siapa, dan di mana serta kapan
keputusan harus diambil oleh seorang perawat.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
39 Universitas Indonesia
Pada penelitian ini berfokus pada pemahaman, perasaan, dan pengalaman perawat
tentang integritas dalam pendokumentasian asuhan keperawatan secara kualitatif.
Penelitian kualitatif dilakukan apabila masalah pada hasil penelitian sebelumnya
masih belum jelas atau untuk mengetahui makna yang tersembunyi dan yang tidak
didapatkan pada penelitian kuantitatif (Creswell, 2014). Penelitian tentang
pendokumentasian asuhan keperawatan banyak ditemukan, tetapi permasalahan
terkait pendokumentasian masih belum bisa teratasi dengan baik sehingga peneliti
berencana mengidentifikasi aspek integritas perawat dalam pendokumentasian
asuhan keperawatan. Penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi
dilakukan untuk menggali pengalaman yang dirasakan oleh individu yang terlibat
di dalamnya yang berbentuk deskriptif (Streubert & Carpenter, 2011).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.3 Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah perawat di satu RS pemerintah di Jakarta.
Partisipan dipilih dengan metode purposive sampling yaitu metode penentuan
partisipan yang didasarkan pada pengetahuan tertentu tentang sebuah fenomena
(Streubert & Carpenter, 2011). Fenomena penelitian adalah pengalaman perawat
dalam pendokumentasian asuhan keperawatan kaitannya dengan integritas
perawat. Teknik pemilihan partisipan dilakukan dengan cara : 1) mengidentifikasi
perawat ruangan yang digunakan dalam pelaksanaan wawancara mendalam, 2)
Menemui Komite Keperawatan untuk berdiskusi mengenai pelaksanaan
wawancara mendalam meliputi teknik, tanggal pelaksanaan, pemilihan partisipan
sesuai kriteria inklusi dan ruang pelaksanaan wawancara mendalam, 3) memilih
partisipan yang sesuai dengan hasil diskusi dengan Komite Keperawatan.
Universitas Indonesia
Prinsip anonymity pada penelitian ini berupa pemberian kode partisipan tanpa
nama pada hasil rekaman untuk selanjutnya disimpan di dalam file khusus dengan
kode partisipan yang sama. Pemberian kode partisipan penelitian ini
menggunakan kode R. Semua bentuk data digunakan untuk keperluan proses
analisis data sampai penyusunan laporan penelitian. Informasi yang diberikan oleh
partisipan wajib dijaga kerahasiaanya. Peneliti menjamin kerahasiaan data
(confidentiality) dengan cara wajib menyimpan seluruh dokumen hasil
pengumpulan data berupa lembar persetujuan mengikuti penelitian, biodata, hasi
rekaman dan transkrip wawancara dalam tempat khusus yang hanya boleh
diakses oleh peneliti (Creswell, 2014). Partisipan juga diberitahukan bahwa proses
pengolahan data yang hanya dilakukan oleh peneliti sehingga mengetahui hasil
rekaman tersebut hanyalah peneliti. Hasil transkrip juga tidak berisi nama
partisipan, tetapi kode yang hanya dipahami oleh peneliti dan menunjukkan kode
identitas partisipan. Tape recorder yang berisi rekaman partisipan disimpan di
komputer dengan menggunakan password dan nama file yang hanya diketahui
oleh peneliti. Rekaman akan dimusnahkan setelah 10 tahun penelitian selesai
dilaksanakan PP NO.28 Tahun 2012 tentang Kearsipan (Kementerian Hukum dan
HAM, 2012).
Universitas Indonesia
Setiap penelitian harus dapat memberikan kemanfaatan yang lebih besar daripada
risiko/bahaya yang dapat ditimbulkan dari kegiatan penelitian yang dilakukan.
Peneliti akan menyakinkan partisipan dan memastikan bahwa proses penelitian ini
tidak hanya untuk kepentingan peneliti tetapi juga memastikan tidak
menimbulkan risiko bahaya apa pun terhadap partisipan. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara memberikan penjelasan secara lengkap proses penelitian yang akan
Universitas Indonesia
Tahapan PSP terdiri duameliputi memberi penjelasan terkait proses penelitian dan
memperoleh pernyataan persetujuan dari partisipan untuk mengikuti proses
penelitian. Peneliti menjelaskan prinsip utama PSP yakni setiap partisipan wajib
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
tidak bersifat kaku, karena pertanyaan bisa berkembang sesuai dengan proses
wawancara tanpa meninggalkan landasan teori yang telah ditetapkan. Pedoman
wawancara dikembangkan peneliti berdasarkan hasil wawancara mendalam pada
saat pelaksanaan wawancara mendalam sebelumnyalalu berkonsultasi dengan
pembimbing terkait revisi pedoman. Peneliti melakukan latihan wawancara
mendalam dibawah supervisi pembimbing. Peneliti membuat transkrip verbatim
dan menganalisis kata kunci, kategori dan tema yang terbentuk dari wawancara
mendalam tersebut. Hasil tema tersebut menjadi bagian pengembangan pedoman
wawancara mendalam berikutnya.
c. Alat Perekam
Alat perekam ini merupakan suatu alat yang berfungsi merekam suara dan subyek
yang diteliti. Fungsi dari alat perekam ini adalah mempermudah peneliti untuk
mempelajari pengalaman para partisipan selama proses wawancara mendalam.
Alat perekam yang digunakan peneliti menggunakan tape recorder dan sudah
diperiksa terlebih dahulu fungsi alat tersebut sebelum digunakan.
Universitas Indonesia
b. Fase Kerja
Setelah terjalin hubungan saling percaya, memungkinkan peneliti dapat menggali
secara mendalam pengalaman dalam pendokumentasian asuhan keperawatan
kaitannya dengan integritas perawat. Peneliti memperhatikan respon partisipan
dengan mencatat respon non verbal para partisipan dalam lembar catatan lapangan
(Creswell, 2014). Peneliti baru pertama kali melakukan penelitian kualitatif
dengan menggunakan wawancara mendalam, peneliti melakukan ujicoba
wawancara mendalam diluar partisipan yang direncanakan dengan tujuan dapat
lebih mengembangkan diri saat berperan sebagai pewawancara. Wawancara
mendalam dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara yang sudah
disiapkan sebelumnya. Pedoman wawancara merupakan alat untuk memandu
peneliti untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya sesuai tujuan
penelitian yang diharapkan. Urutan wawancara tidak tergantung pada pedoman
wawancara, tetapi sesuai dengan arah pembicaraan partisipan dan terfokus.
Universitas Indonesia
c. Fase Terminasi
Fase terminasi dilakukan setelah pengumpulan data dirasa cukup dan data telah
mengalami saturasi. Pada penelitian ini peneliti juga memperhatikan kondisi fisik
partisipan karena mencegah kelelahan partisipan melaksanakan wawancara
mendalam. Tahap terminasi pada penelitian ini dilakukan peneliti setelah semua
partisipan mengungkapkan persepsinya berdasarkan pertanyaan yang telah
dikembangkan Peneliti melakukan terminasi dengan mengucapkan terima kasih
atas kesediaan partisipan dalam proses wawancara mendalam dan memberikan
souvenir sebagai ungkapan terima kasih kepada partisipan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
d. Menuliskan deskripsi lengkap. Pada tahap ini, deskripsi dibuat secara lengkap,
sistematis, dan jelas tentang analisis. Deskripsi secara jelas bertujuan untuk
mengkomunikasikan struktur penting ynag telah berhasil diidentifikasi dari
fenomena pengalaman perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan
kaitannya dengan integritas perawat asuhan keperawatan. Pendeskripsian kata
kunci dilakukan berdasarkan kode partisipan, dikelompokkan berdasarkan
kategori dan tema.
e. Laporan hasil analisis. Tahap ini laporan hasil deskripsi analisis informasi
dianalisis terhadap kebenaran atau kesesuainnya.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
partisipan untuk membaca hasil analisis dan meminta sarannya terhadap kejelasan
hasil analisis. Peneliti selanjutnya menuliskan laporan hasil secara jelas dan
terperinci, sistematis dan obyektif sehingga dapat dipahami oleh orang lain.
c. Dependabilitas (ketergantungan)
Pertanyaan mendasar untuk memperoleh nilai dependabilitas penelitian kualitatif
adalah penelitian yang sama dapat diulang pada saat yang berbeda dengan metode
yang sama, partisipan yang sama dan dalam konteks yang sama. Dependabilitas
mempertanyakan tentang konsistensi dan realibilitas suatu instrument yang
digunakan lebih dari sekali penggunaan. Cara yang dapat dilakukan peneliti untuk
memperoleh hasil penelitian yang konsisten adalah melakukan analisis data yang
terstruktur dan mengupayakan untuk menginterpretasikan hasil dengan benar.
Penelaahan data pada penelitian ini dilakukan dengan melibatkan pembimbing
penelitian dan menyerahkan transkrip hasil wawancara dan kisi-kisi tema yang
telah disusun peneliti kepada pembimbing untuk memperoleh saran dan
perbaikan.
d. Konfirmabilitas
Konfirmabilitas menggantikan aspek objektivitas pada penelitian kualitatif,
namun tidak persis sama arti dari keduanya, yaitu kesediaan peneliti untuk
mengungkapkan secara terbuka proses dan elemen-elemen penelitiannya. Pada
penelitian ini peneliti mengontrol hasil penelitian dengan merefleksikannya pada
tujuan penelitian, konfirmasi informasi dengan partisipan, jurnal terkait,
konsultasi dengan pembimbing. Peneliti melakukan konfirmasi dengan
menunjukkan transkip yang sudah ditambahkan catatan lapangan, tabel
pengkategorian tema awal dan tabel analisis tema pada pembimbing penelitian..
Hasil transkrip yang sudah dibuat peneliti dikonsultasikan kepada pembimbing.
Universitas Indonesia
Karakteristik partisipan dalam penelitian ini berjumlah 10 orang, yang berasal dari
9 area pelayanan keperawatan yaitu: ruang rawat inap PD, IGD, HD, ruang rawat
inap bedah, Perina, Intensif, Anak, HCU IGD.
Karakteristik partisipan dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1Karakteristik partisipan yang melakukan pendokumentasian
asuhan keperawatan satu RS pemerintah di Jakarta
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa rentang usia partisipan berada pada usia 30
sampai 46 tahun dan lama kerja berada pada rentang 9 sampai 27 tahun. Tingkat
pendidikan partisipan pada penelitian ini sebanyak 90% adalah Ners, 10 % sedang
melanjutkan pendidikan D3 keperawatan. Salah satu dari 9 ners sedang mengikuti
pendidikan magister keperawatan. Area kerja partisipan bervariasi meliputi IGD,
High Care Unit (HCU) IGD, HD, Intensif, ruang penyakit dalam, ruang bedah,
dan ruang anak.
57 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Secara rinci, pernyataan kunci, kategori, sub tema dan tema satu dapat
digambarkan dalam skema 4.1 terdapat dalam lampiran lima.
Tema dua terdiri dari empat sub tema dan duapuluh satu kategori . Rincian tema
dua dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
“…Yang pernah salah itu misalnya menulis RR 20 nya, ternyata pasienya dengan
retraksi dengan dinding dada, berartikan retraksi RRnya harus lebih dari 30…”
(R9)
“…Kita jujur-jujuran aja ya lapangan begitu banyak manipulasi data, ada
beberapa manipulasi data misalnya dia melakukan pengkajian itu jam 9 tapi jam
10 juga udah ditulis tensinya gitu padahal masih jam 9 juga ada beberapa begitu.
…” (R4)
Universitas Indonesia
Beberapa contoh kutipan pernyataan satu partisipan dengan kategori (NCP) tidak
terprint tapi mengimplementasikan sebagai berikut:
Secara rinci, pernyataan kunci, kategori, sub tema dan tema dua dapat
digambarkan dalam skema 4.2 yang terdapat di lampiran 6.
Tema tiga terdiri dua sub tema dan delapan belas kategori. Rincian tema tiga
dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Universitas Indonesia
Contoh kutipan pernyataan dari empat partisipan dengan kategori kecewa sebagai
berikut:
“…Rasa kecewa, kecewa pasti ...” (R2) ,(R3) ,(R7) ,(R10)
Contoh kutipan pernyataan daari lima partisipan dengan kategori merasa cuek
sebagai berikut:
“…Bodoh amat...” (R1), (R2), (R5), (R9), (R10))
Contoh kutipan pernyataan dari tiga partisipan dengan kategori merasa sedih
sebagai berikut:
“…Tapi justru kita melakukan tapi tidak didokumentasikan itu yang sedih. ...”
(R4), (R5), (R9)
Universitas Indonesia
Contoh kutipan pernyataan dari satu partisipan dengan kategori merasa berdosa
sebagai berikut:
“…Itu dosa kalian. Kalian ga nyuntikin, orang-orang ga tau tapi itu dosa kalian,
ya bener. ...” (R6)
Contoh kutipan pernyataan dari satu partisipan dengan kategori merasa terbeban
utang sebagai berikut:
“…Merasa terbeban utang, aku tadi ada ngerjain ini dan itu dirasa adalah hal
yang penting untuk dilaporkan dalam pendokumentasian . ...” (R2)
Contoh kutipan pernyataan dari tiga partisipan dengan kategori kepikiran sebagai
berikut:
“…Kepikiran sih sebenernya, jujur aja kepikiran, gak jadi ya merasa yahhh,
kepikiran, bener aku kepikiran banget, kepikiran banget...” (R2), (R6), (R7)
Contoh kutipan pernyataan dari tujuh partisipan dengan kategori merasa kesulitan
sebagai berikut:
“…Cukup susah untuk mengupgrade mereka ayo lebih menulis ...” (R2),
(R5),(R6), (R8), (R9),(R10)
“…Datanya gak lengkap itukan yang sulit ...” (R7)
Universitas Indonesia
Contoh kutipan pernyataan dari satu partisipan dengan kategori merasa ditolak,
diacuhkansebagai berikut:
“…Ada yang ga ah. Jadi ada yang malah balik ya udah sih, tinggal tanda tangan
atau apa gitu ...” (R6)
Contoh kutipan pernyataan dari satu partisipan dengan kategori membenarkan diri
sebagai berikut:
“…Tapi kadang suka pembenaran ...” (R6)
Contoh kutipan pernyataan dari satu partisipan dengan kategori merasa senang,
tenang sebagai berikut:
“…Ya saling kerjasama aja sih supaya supaya pekerjaan hari ini selesai, tidak
masalah gitu aja sebenarnya, pendokumentasian bagus, kerjaan bagus, pulang
juga tenang, kita ga dikejar ...” (R5)
Universitas Indonesia
“…Nulis lengkap-lengkap tapi tidak dibaca dan tidak dilakukan , harus follow up
nih lagi kalau di rumah, sudah berusaha maksimal, engga ngimbangin, ga mau
berusaha...” (R2)
Contoh kutipan pernyataan dari satu partisipan dengan kategori merasa aman
sebagai berikut:
“…Jadi dengan catatan kita lengkap kita jadi aman, pasti aman bener jadi kamu
nggak akan di telepon-telepon nggak akan dimarahi suka gitu…” (R3)
Contoh kutipan pernyataan dari aatu partisipan dengan kategori merasakan lega
aebagai berikut:
“…Lega [yang dirasakan setelah mengingatkan] Jadi maksudnya kita udah
lakukan, kita udah dokumentasikan apa ya rasa tanggung jawabnya sama
bayinya sudah ga kayak masih ada beban ….”(R6)
Secara rinci, pernyataan kunci, kategori, sub tema dan tema tiga terdapat di skema
4.3 yang terdapat dalam lampiran 7.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Secara rinci, pernyataan kunci, kategori, sub tema dan tema empat dapat
digambarkan dalam skema 4.4 yang terdapat pada lampiran 8.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
“…Kita liat ah ini kayaknya nggak masuk diakal, ini bener nih? Ini bener nih? Ini
bener nih. Kadang sampai beberapa kali saya bilang, ketawa dia, oh ya kak, ya
udah jalan, ukur lagi yang benar, oke kak ...” (R5)
Contoh kutipan pernyataan satu partisipan dengan kategori aware sebagai berikut:
“…Orang-orang berdinas di bagian critical care yang pertama harus aware
dulu terhadap pasiennya ...” (R3)
Contoh kutipan pernyataan satu partisipan dengan kategori fokus sebagai berikut:
“…Fokus di pasien itu, jadi kita lebih termonitor pasien itu dengan kita, kita lebih
difokuskan untuk yang pasien kita yang paham bener dari A sampai Znya pasien
…” (R3)
Universitas Indonesia
“…Sebisa mungkin begitu sampai dirumah atau ketika saya inget tentang hal
yang saya lupa tadi langsung dikomunikasikan pada teman yang dinas berikutnya
...” (R7)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Secara rinci, pernyataan kunci, kategori, sub tema dan tema lima dapat
digambarkan dalam skema 4.6 pada lampiran 9.
Universitas Indonesia
“…Pasien yang sulit kita bisa bergaining dengan dokter, dan farmasi, bahwa kita
menunjukan perawat itu yang cerdas dan profesional. Karena sekarang makin
kritis, perawat juga makin cerdas…” (R9)
“…Pasien yang sulit kita bisa bergaining dengan dokter, dan farmasi, bahwa
kita menunjukan perawat itu yang cerdas dan profesional. Karena sekarang
makin kritis, perawat juga makin cerdas…” (R9)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
“…Selagi itu masih bisa aku tulis dan menurut saya sangat-sangat penting untuk
dilaporkan dalam penulisan akan aku kerjakan walaupun bisa ga pulang cepat
atau pulang lama ...” (R2)
“…Prinsipnya pendokumentasian asuhan keperawatan kita lakukan mulai dari
pengkajian sampaipun evaluasi terhadap implementasi yang kita lakukan ...” (R8)
Universitas Indonesia
“…Waktu posisi bayi crowded gitu, pernah bayi yang kondisinya terjadi
No. Kategori Sub Tema Tema
perburukan karena crowdednya ruangan terus mungkin teman habis minumin dan
ga positioning yang benar akhirnya bayinya aspirasi. Akhirnya dia pindah ke
NICU yang harusnya udah lebih baik...” (R6)
“…Ada DL beku tapi tidak dia operkan, tidak tertulis artinyakan ada delay.
Kalau pasiennya anemia, gitu kan. Kalau tidak cepet-cepet kita respon kan fatal
apalagi bayi kayak gitu. Kan HB sangat berpengaruh ke oksigenasi ditubuhnya
seperti itu ...” (R7)
“…Contoh nya kita dibilangnya sudah mem vaksin pasiennya ternyata pasiennya
belum di vaksin...” (R9)
“…Misalnya pasiennya dengan syok atau pasien dengan pendarahan itu wajib
kita liat, jujur kayak tadi malam kita pasien meninggal karena rujukan dari
rumah sakit lain ternyata ada kanker buli dipasang three way, pendarahan hebat
itu gak mampet jadi mungkin dia syok karna nyerikan...” (R10)
Secara rinci, pernyataan kunci, kategori, sub tema dan tema enam dapat
digambarkan dalam skema 4.6 yang terdapat pada lampiran 10
Tema tujuh terdiri dari tiga sub tema dan 9 kategori . Rincian tema tujuh dapat
dilihat pada Tabel 4.8
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Contoh kutipan pernyataan dua partisipan dengan kategori tidak mudah untuk
dimanipulasi yang terintegrasisebagai berikut:
“…Gak mudah dimanipulasi datanya, diedit tanpa tau ini pernah ada mendata,
cut, paste, cut, paste…” (R2)
Universitas Indonesia
Secara rinci, pernyataan kunci, kategori, sub tema dan tema tujuh dapat
digambarkan dalam skema 4.7 pada lampiran 11
Universitas Indonesia
83 Universitas Indonesia
Jika dibandingkan hasil audit di RS Jamaica tersebut dengan hal yang dinyatakan
oleh partisipan maka pemahaman sepuluh partisipan terkait pendokumentasian
asuhan keperawatan masih dinyatakan dengan melakukan tindakan dalam
mengatasi keluhan- keluhan pasien. Keluhan- keluhan pasien merupakan data
subyektif yang mendukung proses penetapan diagnosis keperawatan. Data
subyektif tersebut seharusnya juga disertai data obyektif yang didapatkan perawat
dengan melakukan pemeriksaaan fisik. Hanya dua partisipan yakni partisipan
tujuh yang menyatakan bahwa dalam proses pengkajian tersebut ada pemeriksaan
fisik yang dilakukan secara sistematis head to toe. Hal ini senada dengan
penelitian Lindo (2016) yang disimpulkan bahwa hasil pemeriksaan fisik dengan
metode head to toe yang didokumentasikan hanya sebesar 29,4%. Menurut
KARS (2018) standar Asesmen Pasien poin 1 (AP 1) yang menyatakan bahwa
rumah sakit menentukan isi, jumlah, dan jenis asesmen pada disiplin medis dan
keperawatan yang meliputi pemeriksaan fisik, riwayat kesehatan, pengkajian
pasien dari aspek biologis, psikologis, sosial, ekonomi, kultural, dan spiritual
pasien.
Pengkajian yang sering diulang disebutkan oleh partisipan berupa keluhan pasien,
mengukur TTV dan data penunjang. Sembilan partisipan menyatakan hasil
implementasi asuhan keperawatan akan dievaluasi dengan menggunakan format
yang seragam yakni SOAP. SOAP dirumuskan dengan adanya data subyektif,
obyektif, analisis dan rencana. Hanya satu partisipan yang menyebutkan SOP
untuk evaluasi asuhan keperawatan yang menggunakan format yang sama.
Komponen analisis menghasilkan penetapan diagnosis keperawatan. Padahal
pengkajian yang sistematis akan membantu dalam menegakkan diagnosis
Universitas Indonesia
Hasil penelitian kategori dua dalam tema satu menyebutkan bahwa partisipan
mampu membandingkan pendokumentasian asuhan keperawatan sebelum dan
sesudah terintegrasi di CPPT. Pendokumentasian evaluasi SOAP yang dituliskan
di lembaran integrasi merupakan penerapan asuhan yang informatif bagi semua
tim Profesional Pemberi Asuhan (PPA). Menurut WHO (2018) penerapan
pendokumentasian terintegrasi dilatarbelakangi oleh permasalahan sistem
kesehatan yang semakin meningkat. Permasalahan tersebut meliputi kendala
sistem, seperti model layanan yang terfragmentasi, layanan asuhan yang berfokus
pada perawatan kuratif dan berbasis di rumah sakit dan penyakit tunggal,
kurangnya keterlibatan dan pemberdayaan pasien dan komunitas dalam merawat
penyakit, pendanaan yang tidak memadai dan tidak selaras, populasi yang menua
yang menyebabkan lebih banyak membutuhkan perawatan rumit bertahun-tahun,
dan meningkatnya harapan warga tentang kesehatan.
Universitas Indonesia
kesehatan secara universaal, kesehatan yang lebih baik dan perawatan diri,
peningkatan kepuasan layanan perawatan, peningkatan hubungan antara pasien
dan pemberi layanan asuhan dan peningkatan kemampuan untuk menanggapi
perawatan kesehatan (Perkins, 2016). Manfaat penerapan pendokumentasian
terintegrasi menjadi tantangan bagi perawat untuk menghasilkan
pendokumentasian yang mencirikan asuhan keperawatan profesional yang dapat
digunakan oleh profesional pemberi asuhan lainnya.
Menurut KARS (2018) asesmen ulang pasien terdiri atas 3 proses utama dengan
metode IAR:
a. Mengumpulkan informasi dari data keadaan fisik, psikologis, sosial, kultur,
spiritual dan riwayat kesehatan pasien (I-Informasi dikumpulkan)
b. Analisis informasi dan data, termasuk hasil laboratorium dan radiologi
diagnostik imajing untuk mengidentifikasi kebutuhan pelayanan kesehatan
pasien (A-Analisis data dan informasi)
c. Membuat rencana pelayanan untuk mmenuhi semua kebutuhan pasien yang
telah diidentifikasi (R-Rencana disusun)
Asesmen ulang pasien di rawat jalan dilakukan pada pasien baru dengan diagnosis
baru, pasien dengan diagnosis yang sama pada kunjungan kedua yang jarak
waktunya lama,sesuai regulasi RS lebih dari satu bulan pada diagnosis akut, atau
misalnya tiga bulan pada penyakit kronis atau bergantung pada respon yang aktual
dan saat ini. Asesmen ulang dilakukan oleh perawat minimal satu kali per shift
Universitas Indonesia
atau sesuai respon terhadap perubahan penting kondisi pasien (SNARS, 2018).
Hasil penelitian partisipan menyebutkan bahwa salah satu ruangan perawatan
telah menerapkan evaluasi SOAP setiap shif dan akan diberlakukan hal yang sama
untuk semua ruang perawatan sejak awal 2019. Hal ini sesuai dengan KARS
(2018) standar Asesmen Pasien 2 (AP 2) yang menyatakan bahwa RS
menetapkan regulasi untuk melakukan asesmen ulang bagi semua pasien dengan
interval waktu berdasarkan kondisi, tindakan, untuk melihat respon pasien, dan
kemudian dibuat rencana kelanjutan dan atau rencana pulang. Elemen penilaian
AP 2 yang ketiga menyatakan bahwa ada bukti pelaksanaan asesmen ulang oleh
perawat minimal satu kali per shift atau sesuai dengan perubahan kondisi pasien.
Hasil penelitian pada kategori tiga tema satu yang menyatakan bahwa perawat
menilai formulir yang masih bersifat umum dan belum representative. Hal ini
didasari oleh ruangan khusus seperti Intensif, HD, Stroke, IGD dan GPS yang
belum memiliki formulir secara spesifik, terutama pengkajian spesifik. Bahkan
satu RS pemerintah di Jakarta dengan unggulan spine center belum memiliki
formulir pengkajian yang mencerminkan kebutuhan pasien dengan gangguan
muskuloskeletal. Padahal satu RS pemerintah di Jakarta tersebut menjadikan
unggulan spine center sebagai ikon bisnisnya yang mencirikan rumah sakit
tersebut. Hal tersebut terjadi dikarenakan satu RS pemerintah di mengacu pada
standar Asesmen Pasien 1 (AP 1) KARS (2018) yang menyatakan bahwa
minimal asesmen awal antara lain: a) status fisik, b) psiko-sosio-spiritual, c)
ekonomi, d) riwayat kesehatan pasien, e) riwayat alergi, f) asesmen nyeri, g)
risiko jatuh, h) asesmen fungsional, i) risiko nutrisional, j) kebutuhan edukasi, k)
perencanaan pemulangan pasien.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Identitas pasien dengan tepat dapat digunakan ketika memulai proses asuhan
keperawatan. Proses asuhan keperawatan yang diawali dengan pengkajian dimana
ada proses interaksi pasien dengan perawat. Perawat menanyakan keluhan dan
melakukan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik yang secara umum dilakukan
perawat berupa mengukur tanda-tanda vital. Hasil penelitian menyatakan hal yang
belum sesuai dengan proses asuhan keperawatan.
Partisipan tidak memastikan identitas pasien sesuai dengan dokumen yang akan
didokumentasikan. Alasan yang diutarakan partisipan agar cepat selesai
dilakukan pendokumentasian. Menurut Laitinen and Kaunonen (2010)
dokumentasi yang belum sesuai kondisi merupakan dokumentasi yang tidak
menyuarakan keadaan yang sesungguhnya dan cenderung memprioritaskan
tindakan keperawatan tetapi tidak memprioritaskan untuk
mendokumentasikannya. Penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Laitinen &
Kaunonen (2010) yang bertujuan menggali dokumentasi yang berfokus pada
pasien. Menurut Laitinen & Kaunonen (2010) terdapat tiga kategori yakni suara
pasien yang berupa pasien telah mengekspresikan pikirannya, yang ditulis oleh
perawat, pandangan perawat berupa perawat menceritakan pikiran pasien sendiri
dan keadaan dalam hubungan pasien-perawat berupa dokumentasi yang
menggambarkan hubungan pasien-perawat.
Universitas Indonesia
Menurut Laitinen & Kaunonen (2010) suara pasien yang terekam dalam
dokumentasi elektronik memberi kesan yang lebih jelas tentang pasien. Rekaman
suara menambah dimensi lain dalam dokumentasi berpusat pada pasien. Kesan
yang lebih jelas tersebut dengan mengungkapkan perasaan pasien misalnya
ketakutan, kecemasan, atau harapan. Pendokumentasian dengan rekaman suara
pasien tersebut lebih mewakili pendokumentasian yang lebih lengkap dari kondisi
pasien (Laitinen & Kaunonen, 2010). Hal yang disuarakan oleh pasien dapat
berupa keluhan, manifestasi klinik dari masalah kesehatannya yang dapat dikaji
oleh perawat. Kondisi yang dikeluhkan dan dialami pasien seharusnya menjadi
data yang berharga dan perawat menghormatinya sebagai bentuk hubungan terapi
antara pasien dan pemberi asuhan yang terdokumentasi dengan tepat.
Dokumentasi yang berpusat pada pasien yang lebih baik meningkatkan kesadaran
perawat tentang asuhan berpusat pada pasien dan intervensi psikososial.
(Bjorvell, Wredling and Thorell-ekstrand, 2003a).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Keutuhan proses asuhan keperawatan menjadi hal yang prinsip termasuk dalam
merencanakan asuhan keperawatan. Panduan rencana dan diagnosis keperawatan
merupakan dasar untuk menetapkan tujuan dan memberikan dasar untuk
intervensi (Paans, 2011). Hal yang dinyatakan partisipan bahwa tidak ada rencana
asuhan keperawatan yang dicetak menjadi panduan dalam mengimplementasikan
asuhan keperawatan. Lembaran cetak rencana asuhan keperawatan merupakan
salah satu bagian dari rekam medis pasien. Berdasarkan penelitian evaluasi
implementasi rekam medis terintegrasi di Instalasi Rawat Inapa RSUP DR.
Sardjito Yogyakarta ditemukan bahwa sebanyak 27,6% tidak ada rencana
individual dan komprehensif (Lasmani, Haryanti, & Lazuardi, 2014). Proses
asuhan keperawatan yang diteliti di Yunani menyatakan bahwa persentase tidak
melakukan proses asuhan keperawatan secara utuh sebesar 36,8% dan minimum
melakukan proses keperawatan berupa tidak adanya rencana asuhan keperawatan
sebesar 26,3 % (Patiraki E, 2017). Rencana asuhan keperawatan yang tidak
dipersiapkan juga terjadi di Turki dan diteliti oleh (Can & Erol, 2012). Penelitian
tersebut menyatakan bahwa tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan antara
rencana asuhan keperawatan awal dan terakhir yang telah disiapkan oleh siswa
selama pelatihan klinis. Enam puluh% siswa melaporkan bahwa mempersiapkan
dan menerapkan rencana asuhan keperawatan dalam implementasi asuhan
keperawatan berdampak positif bagi pengembangan asuhan keperawatan.
Rencana asuhan keperawatan harus direvisi dan digunakan dengan cara yang lebih
tepat dan praktis untuk mengimplementasikan asuhan keperawatan yang akurat
(Can & Erol, 2012). Perawat yang menggunakan diagnosis dan rencana asuhan
keperawatan meningkatkan kualitas pasien yang terdokumentasi, identifkasi
diagnosis, koherensi antara diagnosis dan intervensi dan hasil asuhan keperawatan
(Mu, Lavin, Needham, & Achterberg, 2006).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
linen dan pakaian dan kebersihan diri pasien, dan mencatat asuhan keperawatan.
Keuntungan metode fungsional adalah dapat menyelesaikan banyak tugas dalam
waktu singkat dan perawat junior dapat langsung mempraktikkan sendiri.
Kekurangannya adalah asuhan keperawatan yang berupa tindakan keperawatan
hanya berfokus pada penyelesaian tugas saja dan belum bersifata komprehensif.
Metode fungsional tidak memberikn kepuasaan bagi pasien dan perawat karena
pasien sering tidak tahu siapa yang perawat yang bertanggung jawab atas asuhan
yang diterima pasien. Hal ini terjadi karena semua perawatan dilaksanakan secara
bersama-sama (Swanburg, 2006).
Perawat primer tersebut menyatakan bahwa sudah pernah melakukan metode tim.
Akan tetapi kembali lagi ke metode fungsional. Beberapa ruangan menerapkan
metode fungsional tersebut menurut empat partisipan karena keterbatasan tenaga.
Sedangkan berdasarkan wawncara dengan Kasie Monev bidang keperawatan
selama residensi menyatakan bahwa seharusnya metode perawat primer dengan
modifikasi tim bisa dikerjakan karena jumlah perawat dan BOR pasien yang
relative berkisar 66%. Kemungkinan ketidakpatuhan terhadap pedoman terebut
disebabkan karena tidak adanya sistem yang memonitor penerapan pedoman
pelayanan keperawatan. Sistem yang terstandar akan membantu menumbuhkan
integritas. Integritas profesional bermakna bahwa perawat bertindak sesuai
standar praktik (Shaw, H., Degazon, 2008). Standar praktik yang tidak dipatuhi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
(Robbins, S., & Judge, 2017). Kesesuaian antara perasaan yang dialami oleh
partisipan didasari oleh faktor internal yang dimiliki oleh partisipan. Secara umum
partisipan merasakan perasan negative ketika tidak melakukan pendokumentasian
asuhan keperawatan. Salah satu perasaan yang diungkapkan partisipan adalah
merasa berdosa ketika tidak melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan.
Universitas Indonesia
tertulis tidak dibuat maka tidak mungkin untuk memverifikasi keputusan dan
tindakan terkait dengan asuhan keperawatan yang memiliki bukti legal. Menurut
(Karkkainen & Eriksson, 2004) asumsinya adalah bahwa apa adanya perawat
belum mencatat, mereka juga belum melakukannya.
Pelaksanaan perawatan dilakukan bersama dengan pasien atau orang lain yang
signifikan dengan tujuannya adalah agar perawat mengidentifikasi dan mencatat
fakta yang terkait untuk kesehatan dan penderitaan pasien dan perubahannya.
Asuhan mendorong pemikiran kritis dan memberikan bukti alasan untuk tindakan
keperawatan menggunakan pendekatan berbasis masalah untuk memberikan bukti
akurat tentang perkembangan pasien. Dokumentasi asuhan keperawatan
merupakan bagian dari rekam medis pasien. Menurut Austin (2010) rekam medis
merupakan dokumen yang legal yang menjelaskan kondisi asuhan yang diterima
pasien dan tersedianya data yang akurat yang dituliskan oleh perawat dan
profesional asuhan lainnya. Rekam medis seharusnya dituliskan dengan fakta.
Universitas Indonesia
Kegiatan mensupervisi yang tersusun dan terjadual dengan baik akan membantu
proses berpikir kritis dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Salah satu
cara mengatasi keterbatasan berpikir kritis dalam mendokumentasikan asuhan
keperawatan adalah menggunakan pendekatan berorientasi pada masalah (Blair
and Smith, 2014). Secara lebih spesifik disebutkan, bahwa dalam menghasilkan
diagnosis keperawatan yang akurat dalam dokumentasi dipergunakannya format
Problem Etiology Symptoms (PES). Penggunaan format PES meningkatkan
akurasi 1.5 rata-rata akurasi diagnosis (Paans et al., 2012).
Salah satu upaya yang dilakukan oleh partisipan adalah dengan cara mengikuti
pelatihan misalnya pelatihan pendokumentasian asuhan keperawatan. Menurut
Blowers (2018) peningkatan pengetahuan dan pemahaman yang mempengaruhi
pikiran, perasaan, dan tindakan dalam memberikan asuhan keperawatan dapat
menumbuhkan integritas profesional mahasiswa keperawatan. Kemampuan
perawat mengatasi permasalahan dalam pendokumentasian mencerminkan
kompetensi perawat. Aspek kompetensi merupakaan salah satu perilaku yang
berintegritas. Kompetensi mengatasi tantangan dalam praktik klinik termasuk
taantangan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan mencerminkan perilaku
yang berintegritas (Blowers, 2018).
Universitas Indonesia
Integritas profesional bermakna bahwa perawat bertindak sesuai kode etik standar
praktik (Shaw, H., Degazon, 2008). Penerapan kode etik oleh perawat
termanifestasi dengan bekerja sesuai standar asuhan dan lingkungan kerja yang
mendukung mutu asuhan (Ridge, 2015). Lingkungan kerja yang telah diupayakan
oleh manajemen dengan menetapkan jam besuk dan jam antar susu dirasakan
cukup membantu bagi partisipan yang bekerja di ruang perina dalam
mendokumentasikan asuhan keperawatan.
Universitas Indonesia
Peneltitian tersebut menemukan bahwa perilaku klinik yang tidak jujur meliputi
pendokumentasian pengkajian yang tidak dikaji secara aktual atau pengkajian
tersebut salah misalnya mendokumentasikan tanda-tanda vital yang salah,
melakukan tindakan tanpa supervisi, melakukan tindakan tanpa prinsip steril
(Bultas et al., 2017). Perawat yang mendokumentasikan hasil monitoring tanda-
tanda vital tidak sesuai dengan jam monitoringnya merupakan salah satu contoh
tindakan tidak berintegritas, misalnya monitoring direncanakan setiap jam namun
dilakukan tiap shif dan dilaporkan seolah-olah setiap jam (Devine & Chin, 2018).
Integritas moral bukan sebagai memegang teguh kode perilaku atau aturan itu
yang lain telah disediakan. Akan tetapi integritas disebabkan oleh proses refleksi
Universitas Indonesia
berbagai jenis nilai, yang pada gilirannya akan memberikan koherensi kritis
dengan pengalaman seseorang. Pencapaian integritas berarti mengembangkan
perspektif kritis, memeriksa dan mendukung atau menolak pengaruh sosial baru.
Sementara ini berintegritas membutuhkan individu untuk bijaksana dan reflektif
dalam mengembangkan nilai dan menerima standar dan aturan menjalani hidup.
Universitas Indonesia
benar secara moral, daripada alasan untuk menghindari sesuatu yang jahat. Ini
adalah pendirian yang dipilih seseorang karena diyakini sebagai respons positif
secara moral. Misalnya pendokumentasian asuhan keperawatan dilakukan secara
akurat bukan hanya masalah menghindari kejahatan akan tetapi itu harus menjadi
sikap positif karena itu adalah hal yang benar untuk dilakukan. Hal yang berbeda
jika bertindak atas dasar alasan moral yang dihasilkan dan dimiliki sendiri yang
tersirat dalam integritas. JCI dan akreditasi yang telah menertibkan
pendokumentasian menurut partisipan merupakan cerminan tindakan yang
didasari oleh adanya standar eksternal. Namun partisipan mengatakan bahwa
sebaiknya tanpa adanya survey JCI ataupun akreditasi pendokumentasian tetap
lengkap dan tertib. Menurut Tyreman (2011), berintegritas dihasilkan dari alasan
moral yang dimiliki individu daripada dihasilkan dari adanya standar eksternal.
Tanpa adanya standar eksternal maka nilai moral yang telah dimiliki tetap
tercermin dalam sikap yang ditampilkan. Hal ini bisa berupa perawat secara
moral mendokumentasikan dengan lengkap dan akurat walau tanpa atau dengan
adanya standar eksternal. Hal ini bisa terjadi karena kekuatan standar moral yang
mendorong untuk melakukannya sesuai prinsip-prinsip nilai.
Menurut Winterich, Mittal, & Aquino (2013) tampilan dalam tindakan yang
nyata merupakan komitmen pembentuk identitas. Prinsip yang menyatu dengan
komitmen disebut juga komitmen pembentuk identitas yaitu kondisi keberadaan
seseorang yang menyatukan keinginan, proyeksi atau ketertarikan terhadap
langkah tindakannya (Williams, 1981). Sehingga berintegritas adalah bertindak
secara akurat yang mencerminkan identitas seseorang melalui tindakan nyata yang
didorong oleh keinginan, motivasi, ketertarikan dan komitmen yang benar-benar
secara mendasar adalah milik dirinya seutuhnya (Williams, 1981).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
holistik. Hal ini karena setiap pasien adalah individu dan setiap situasi
keperawatan yang unik .
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
6.1 Kesimpulan
Hasil penelitian mendapatkan tujuh tema pengalaman perawat dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan kaitannya dengan integritas keperawatan.
Pemahaman yang utuh membutuhkan berpikir kritis tentang pendokumentasian
asuhan keperawatan menjadi prinsip dasar berintegritas dalam pendokumentasian.
Berpikir kritis menjadi salah satu elemen dalam integritas. Berpikir kritis akan
memiliki nili moral jika pendokumnetasian asuhan keperawatan dilakukan dengan
jujur sehingga data-data yang tertulis dapat dipertanggungjawabkan. Kesatuan
pikir dan kejujuran mempengaruhi kemampuan mengatasi hambatan dalam
pendokumentasian. Hambatan yang dialami dalam pendokumentasian dan upaya
mengatsai hambatan dapat dilakukan perseorangan, melalui tim dan melalui
manajemen RS. Kemampuan perawat dalam mengatasi hambatan dalam
pendokumentasian merupakan salah satu sikap berintegritas.
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Manajemen Rumah Sakit
Manajemen menetapkan regulasi standar rekruitmen perawat minimal Ners karena
elemen kemampuan berpikir kritis dalam pendokumentasian belum terpenuhi,
sistem penilaian audit dokumentasi menjadi salah satu elemen penilaian Indikator
Kinerja Individu dan Indikator Kinerja Unit, regulasi mutasi perawat ruangan
khusus diatur untuk menjamin kompotensi perawat dimana aspek kompetensi
merupakan sikap berintegritas, perijinan pendidikan berkelanjutan disertai syarat
institusi pendidikan yang terakreditasi baik, sosialisasi penggunaan formulir
karena ketidaktahuan akan petunjuk pengisian formulir menghambat
pendokumentasian secara akurat.
Manajemen rumah sakit agar mengotimalkan sumber daya yang telah dimiliki
denagan menerapkan kepatuhan terhadap standar pedoman pengorganisasian
palayanan keperawatan dan SPO pelayanan keperawatan terutama dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan dan prosesnya.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Alkouri, O. A., Just, T., & Kawafhah, M. (2016). Importance And Implementation
Of Nursing Documentation : Review Study. European Scientific Journal,
12(3), 101–106. https://doi.org/10.19044/esj.2016.v12n3p101
Austin, S. (2010). ― Ladies & Gentlemen of the Jury , I Present ... the Nursing
Documentation .‖ Plastic Surgical Nursing, 30(2), 111–117.
Ball, & et al, . (2017). Using logic models to enhance the methodological quality
of primary health-care interventions: Guidance from an intervention to
promote nutrition care by general practitioners and practice nurses.
Australian Journal of Primary Health, 23(1), 53–60.
https://doi.org/10.1071/PY16038
Bjorvell, C., Wredling, R., & Thorell-ekstrand, I. (2003). Improving
documentation using a nursing model.
Blair dan Smith. (2014). Nursing documentation : Frameworks and barriers,
6178(2012). https://doi.org/10.5172/conu.2012.41.2.160
Blowers, E. (2018). An Investigation of Professional Integrity in Pre-Registrasion
Nurse Education : A Modified Grounded Theory Research Study. Nurse
Education Today, #pagerange#. https://doi.org/10.1016/j.nedt.2018.05.022
Bultas, M. W., Schmuke, A. D., Davis, R. L., & Palmer, J. L. (2017). Nurse
Education Today Crossing the ― line ‖ : College students and academic
integrity in nursing. Nurse Education Today, 56(January), 57–62.
https://doi.org/10.1016/j.nedt.2017.06.012
Can, G., & Erol, O. (2012). Nursing students’ perceptions about nursing care
plans: A Turkish perspective. Nternational Journal of Nursing Practice
2012; 18: 12–19, 18, 12–19. https://doi.org/10.1111/j.1440-
172X.2011.01985.x
Cheevakasemsook, & et al, . (2006). The study of nursing documentation
complexities. International Journal of Nursing Practice, 12, 366–374.
https://doi.org/10.1111/j.1440-172X.2006.00596.x
Chelagat, D., & et all, . (2013). Chelagat D , Sum T , Obel M , Chebor A , Kiptoo
R and Bundotich B , Documentation : Historical Perspectives , Purposes ,
115 Universitas Indonesia
1154. https://doi.org/10.1016/j.healthpol.2018.08.008
Cruz et al. (2016). Analysis of the Nursing Documentation in Use in Portugal -
Building a Clinical Data Model of Nursing Centered on the Management of
Treatment Regimen. Studies in Health Technology and Informatics, 225,
407–411. https://doi.org/10.3233/978-1-61499-658-3-407
Devine, C. A., & Chin, E. D. (2018). Nurse Education Today Integrity in nursing
students : A concept analysis, 60(September 2017), 133–138.
https://doi.org/10.1016/j.nedt.2017.10.005
Diyanto Y. (2007). Analisis faktor-faktor pelaksanaan dokumentasi asuhan
keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang. Universitas
Diponegoro.
Dudzinski, D. M. (2005). Integrity : Principled Coherence , Virtue , or Both ?,
(2004), 299–313. https://doi.org/10.1007/s10790-005-3337-z
Dwi N. (2014). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawat Dengan
Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan. Universitas
Indonesia.
Edvardsson, D., Fetherstonhaugh, D., & Nay, R. (2010). Promoting a continuation
of self and normality : person-centred care as described by people with
dementia , their family members and aged care staff, 2611–2618.
https://doi.org/10.1111/j.1365-2702.2009.03143.x
Fernandez-Sola, Gonzales, M. H. P., & Galdeano, A. P. (2011). Strategies to
develop the nursing process and nursing care plans in the health system in
Universitas Indonesia
Bolivia, 392–399.
Gillies, D. . (1996). Manajemen Keperawatan : Suatu Pendekatan Sistem. (Y.
Sudiyono, Ed.) (Edisi ke d). Philadelphia: W.B Saunders Company.
Hardingham. (2004a). Original article Integrity and moral residue : nurses as
participants in a moral community. Nursing Philosophy, (May 2003), 127–
134.
Hardingham, L. (2004b). Original article Integrity and moral residue : nurses as
participants in a moral community, (May 2003), 127–134.
Hariyati R. (2014). Perencanaan, pengembangan, dan utiliasasi tenaga
keperawatan (Edisi I). Jakarta: Rajawali Pers.
Hartel, & et al, . (2005). Emotions in Organizational Behavior. (Hartel & E. Al,
Eds.). London: Lawrence Erlbaum Associates Publishers.
JCI. (2017). Joint Commission International Accreditation Standards for (6th
editio). USA: Department of Publications Joint Commission Resources.
Johnson, L., Edward, K., & Giandinoto, J. (2018). A systematic literature review
of accuracy in nursing care plans and using standardised nursing language.
Collegian, 25(3), 355–361. https://doi.org/10.1016/j.colegn.2017.09.006
Johnson, Jefferies, & Langdon. (2010). The Nursing and Midwifery Content
Audit Tool ( NMCAT ): a short nursing documentation audit tool, (Gropper
1988), 832–845. https://doi.org/10.1111/j.1365-2834.2010.01156.x
Ka, O., & Eriksson, K. (2005). Recording the content of the caring process ¨,
(Field 1987), 202–208.
Karkkainen, O., & Eriksson, K. (2004). Structuring the documentation of nursing
care on the basis of a theoretical process model. Scandavian Journal Caring
Science, 18, 229–236.
KARS, K. A. R. S. (2018). Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS).
Kementerian Hukum dan HAM. UU RI NO.38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan
(2014). Indonesia.
Kimchi R., et al. (2008). Perceptual Organization In Vision : Behavioral and
Neural Perspectives (second edi). New Jersey: Taylor and Francis e- Library.
Laitinen, H., & Kaunonen, M. (2010). Patient-focused nursing documentation
expressed by nurses, 489–497. https://doi.org/10.1111/j.1365-
Universitas Indonesia
2702.2009.02983.x
Lasmani, P. S., Haryanti, F., & Lazuardi, L. (2014). Evaluation of integrated
medical record implementation case study, 17(1), 3–8.
Lindo., et al. (2016). An Audit of Nursing Documentation at Three Public
Hospitals in Jamaica, 508–516. https://doi.org/10.1111/jnu.12234
Linggardini K. (2010). Hubungan Supervisi Dengan Pendokumentasian Berbasis
Komputer Yang Dipersepsikan Perawat Pelaksana Di Instalasi Rawat Inap
RSUD Banyumas Jawa Tengah. Universitas Indonesia.
Marquis, B L., & Houston, C. J. (2013). Leadership Roles and Management
Function in Nursing: Theory and Application (seventh ed, Vol. 53).
Philadelphia: Lippincot William & Wilkins.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Maryam, R. S. (2015). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan
Dokumentasi Keperawatan, 18(1), 1–8.
Mauthner., et all. (2005). Ethics in Qualitative (First Edit). London: Sage
Publications.
Mccormack, B., & Mccance, T. V. (2006). Development of a framework for
person-centred nursing. https://doi.org/10.1111/j.1365-2648.2006.04042.x
Mcfall, L. (1987). Integrity *, 98(October), 5–20.
Mu, M., Lavin, M. A., Needham, I., & Achterberg, T. Van. (2006). Nursing
diagnoses , interventions and outcomes – application and impact on nursing
practice : systematic review. https://doi.org/10.1111/j.1365-
2648.2006.04012.x
Mugianti, S. (2016). Manajemen Dan Kepemimpinan Dalam Praktek
Keperawatan (Edisi I). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Murhayati, W. (2006). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat
dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap jiawa
Prof.HB.Sa’anin Padang Tahun 2006. Universitas Indonesia.
Novitasari, R. (2005). Gambaran Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan Di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Medistra, 2005.
Nykänen, P., Kaipio, J., & Kuusisto, A. (2012). Evaluation of the national nursing
model and four nursing documentation systems in Finland – Lessons learned
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
https://doi.org/10.1016/j.jopan.2018.01.003
Schmidt, B. J., & Mlis, E. C. M. (2017). Professional nursing values : A concept
analysis, 69–75. https://doi.org/10.1111/nuf.12211
Shaw, H., Degazon, C. (2008). Integrating The Core Professional Values Of
Nursing : A Profession, Not Just A Career, 15(1).
Sinaga, L., & Yemina, L. (2008). Persepsi Perawat Tentang Manfaat
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Gawaat Darurat Dan Di
Ruang Rwawat Inap Rumah Sakit PGI Cikini, Jakarta Pusaat.
Siswanto, L., Hariyati, R., & Sukihananto. (2013a). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kelengkapan Dokumentasi Keperawatan, 16(2), 77–
84.
Siswanto, L., Hariyati, R., & Sukihananto. (2013b). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan.
Thomas, L. (2016). Pride, Shame And Guilt : Emotions Of Self Assessment. The
Philosophical Review, 97(4), 585–592.
Thoroddsen, A. (2007). Putting policy into practice : pre- and posttests of
implementing standardized languages for nursing documentation.
https://doi.org/10.1111/j.1365-2702.2006.01836.x
Thoroddsen, & Ehnfors. (2007). Putting policy into practice : pre- and posttests of
implementing standardized languages for nursing documentation. Journal of
Clinical Nursing, 16, 1826–1838. https://doi.org/10.1111/j.1365-
2702.2006.01836.x
Tyreman, S. (2011). Original article Integrity : is it still relevant to modern
healthcare ?, 107–118.
Vabo, G., Slettebø, Å., & Fossum, M. (2016). An Evaluation of an Action
Research Nursing Documentation Project. Journal of Clinical Nursing,
(4604), 842–844. https://doi.org/10.1111/jocn.13389
Wageman, J. (2015). The Oxford Handbook Of Perceptual Organization (First
edit). United Kingdom: Oxford University Prss.
Weiskopf, N. G., Hripcsak, G., Swaminathan, S., & Weng, C. (2013). Defining
and measuring completeness of electronic health records for secondary use q.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
PENJELASAN PENELITIAN
PENGALAMAN DALAM PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN
KAITANNYA DENGAN INTEGRITAS PERAWAT
Universitas Indonesia
5. Penelitian ini jauh dari bahaya dan kerugian bagi fisik maupun psikis, karena
tidak ada perlakuan pada partisipan dan hanya dilakukan wawancara mendalam.
Informasi akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk kebutuhan penelitian,
manfaat yang akan didapatkan begitu besar yaitu untuk peningkatan proses
pendokumentasian asuhan keperawatan klien dan untuk perkembangan ilmu
keperawatan.
6. Partisipan berhak mengajukan keberatan pada peneliti jika terdapat hal-hal yang
tidak berkenan bagi partisipan dan selanjutnya akan dicari penyelesaian
berdasarkan kesepakatan peneliti dan partisipan.
7. Jika ada yang belum jelas, partisipan dipersilahkan untuk mengajukan
pertanyaan kepada peneliti.
8. Jika partisipan berkehendak untuk menghentikan proses wawancara mendalam
oleh karena suatu hal (kegiatan atau yang lain), maka hak tersebut akan
diberikan dengan membuat perjanjian penentuan waktu bertemu kembali sesuai
dengan yang disepakati bersama antara peneliti dengan partisipan.
9. Pelaporan hasil penelitian ini nantinya akan menggunakan kode partisipan dan
bukan nama sebenarnya.
Demikian penjelasan ini dibuat untuk memberikan informasi yang akurat dan
jelas kepada calon partisipan, dan atas kerja samanya peneliti sampaikan terima kasih.
Hormat saya,
Peneliti,
Universitas Indonesia
(………………………) (……..…………………)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
(lanjutan)
3. Dari pengalaman Saudara apa manfaat yang dirasakan dari pendokumentasian
asuhan keperawatan? Coba sebutkan contohnya yang saudara alami
4. Menurut pengalaman saudara faktor-faktor yang mempengaruhi pendokumentasian
asuhan keperawatan? Yang mendukung pendokumentasian dengan benar? Yang
mendorong pendokumentasian yang salah?
5. Bagaimana upaya Saudara terkait faktor-faktor tersebut? Peran perawat? Peran tim?
Peran institusi?
6. Apa yang Saudara ketahui tentang integritas? Apa yang saudara ketahui tentang
integritas perawat? Coba sebutkan contohnya yang saudara alami dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Lampiran 5
Menulis
Merumuskan masalah, mendiagnosis (R10) diagnosis
Diagnosis, planningnya, planning itu gak nulis keperawatan
apa apa (R1) sesuai hasil
Diambil memang salah satu diagnosis yang saat pengkajian
itu memang yang dikeluhkan ke pasiennya
memang sekarang (R5)
Membuat renpranya sesuai assessmen nya tadi Menulis
(R8) renpra
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
Pendidikannya (R1)
Universitas Indonesia
Ketinggalan karna
Saya lupa, tadi sayalupa lagi
sudah ke pasien
siapkan ini lohyang
kak, Mendokumenta
ini memang
sebelumnya mungkin karena overlooping, diam
mau mengerjakan tapi terdistraksi dengan yang sikan asuhan
lain jadi
Kalau akulupa (R9) pribadi sih lupa, Itu sering
secara keperawatan
Melakukan
kita lakukantapiedukasi
saya lupa (R10)
tapi giliran untuk di belum sesuai
dokumentasikan di lembartapi
Dioperin pas ngoperin edukasi
suka terintegrasi
lupa nulis SPO dan
(R10)
lupa, justru lupa atau gak ingat gitu, (R4) Mendokume pedoman
Khusus
Kondisi dokumentasi aja terbatas
perawatnya yang ee, edukasi
(R2) aja ee, ntasikan pengorganisasia
terus misalnya ini kita kan ada inform konsen
Hanya itu aja sih pendokumentasian, cuman Jumlah asuhan n pelayanan
per 3 bulan
memang kadang-kadang
kita kadang itu lupa yaatau
kita kendalanya itu
Perawat keperawatan keperawatan
pasiennya banyak (R5)
gimana ya udah nanti aja gitu akhirnya per 6
Terbatas dipengaruhi yang
Sebenernya
Tadi aku lupa‖pasien
kadang20kadang
aja seperti
tidak maksimal
itu; (R5) oleh SDM dipengaruhi
jadinya untuk lebih ini nya sih tidak maksimal
sebenarnya kalau yang manusia
pasien-pasiennya perawat oleh aktor SDM
Kadang suka lupa namanya (R5)
banyak; baru terisi kadang-kadang 13 pasien perawat dan
aja kita udah repot sekali ya, kadang-kadang
Tidak terisi kadang-kadang
trus belum lagi yang sebelahkansini
kitadisini
lupa; (R5)
tu 20 metode ,
ya. Itu kadang, apalagi full itu 20, sekarang aja material RS
18 ya ini
Temen ga ya dengan
nulis berbagai
kadang macam.faktornya
lupa, karena (R5)
itu karena kesibukan
Sementara ya jumlahaja kayanya;
perawat (R5)
ratio perawat
dengan pasien juga tidak sesuai. (R7)
Dia yang gimana oh iya dia lupa (R5)
Universitas Indonesia
Mendokumenta
sikan asuhan
Bukan karena faktor tidak ada waktu atau
keperawatan
nggak sempet kalian lagi tapi mungkin karena
belum sesuai
kami, kita sebagai perawat lalai kali ya (R4)
SPO dan
pedoman
Itu mungkin karena bukan karena nggak pengorganisasia
sempat atau bagaimana gitu tapi memang n pelayanan
kayaknya udah budayanya begitu (R4) Mendokume keperawatan
ntasikan yang
asuhan dipengaruhi
Sebenarnya apa ya aduh kok begitu sih gitu keperawatan oleh faktor
tapi ya lama-kelamaan ke bawa arus juga sih Lalai dipengaruhi SDM perawat,
jadi ikut-ikutan juga. Tapi sebenernya nggak oleh SDM metode
baik kayak gitu-gitu aja. Kenapa sih kita harus perawat penugasan, dan
terburu-buru apa sih yang dikejar gitu. Tetapi
material RS
karena udah begitu semua kali ya udah ke
bawa arus kak. (R4)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Skema 4.2 Mendokumentasikan asuhan keperawatan belum sesuai SPO dan pedoman
pengorganisasian pelayanan keperawatan yang dipengaruhi oleh faktor dari SDM
perawat dan metode penugasan dan material RS
Universitas Indonesia
Lampiran 7
Universitas Indonesia
Merasa cuek
Kak ini salah kak, kak ini belum dimasukin kak
jadi yang kritis ada, ada juga yang cuek bodo
amat ada ya dengan berbagai macam karakter
Aahh ketawa palingan, benar nih, enggak kak,
nebak , ukur sana. Kadang saya bilang sana
jalan. Itu terutama anak-anak baru asal ini, ada
memang (R5)
Merasakan
beragam
perasaan senang
jika berhasil
Tapi justru kita melakukan tapi tidak
mendoku-
didokumentasikan itu yang sedih. (R4)
Merasakan mentasikan dan
Kadang gregetan [perasaan terhadap beragam
perawatyang lambat berubah dalam beragam
pendokumentasian] (R5) perasaan perasaan
Merasa
bersalah jika bersalah jika
sedih
Sedih juga kalau misal nggak ada belum
dokumentasinya ini pernah juga ada gitu, belum
pernah dirasakan juga. Banyaklah sedih juga mendokume mendokumenta
kalau misalkan aduh nggak ketulis ya (R5) ntasikan sikan
Sedih (R9)
Universitas Indonesia
(R2)
Merasakan
Bersalah (R2)
beragam
Rasanya, sungguh-sungguh bersalah, sungguh perasaan senang
(R1) Merasakan
jika berhasil
beragam
Kan bebas [tidak disalahkan karena mendoku-
perasaan
pendokumentasian lengkap] (R3) mentasikan dan
bersalah jika
Karena kita lengkap untuk beragam
belum
pendokumentasiannya jadi kita ya nggak merasa perasaan
disalahkan (R3) mendokume
bersalah jika
Merasa ntasikan
belum
Hanya kadang-kadang itu lebih ininya ke tulisan Bersalah
daripada sebenernya ke tindakan, yang saya mendokumenta
rasakan seperti itu (R3) sikan
Universitas Indonesia
Kepikiran
Kepikiran ga tenang gitu. Kayak ada yang lupa
nih, apa ya apa ya , ga tenang. Pasti kepikiran
kalau memang benar-benar dilakukan ya, pasti
kepikiran . (R6)
Merasa
Merasakan
Ada yang ga ah. Jadi ada yang malah balik ya ditolak,
beragam
udah sih, tinggal tanda tangan atau apa gitu (R6) diacuhkan
perasaan
Ada yang masa sih (R6) bersalah jika
Merasa
Tapi kadang suka pembenaran (R6) diragukan belum
mendokume
Kadang ada saya suka kayak gini sama temen ntasikan
pokoknya kita itu kerja tu harus ikhlas seperti
itu, jadi kalau kita udah ikhlas kita ini Insya
Allah Tuhan juga ini deh maksudnya juga bantu Merasa
kita, pokoknya itu dulu di hati kalau di hati ikhlas
udah nggak udah nggak karuan udah nggak
udah nggak seneng udah udah udah pasti sibuk
terus tuh udah pasti bawaan kesananya sibuk aja
terus saya bilang gitu maka gini dulu deh ikhlas
dulu deh dihati untuk menolong, ya itu
ibadahlah maksudnya kita tolong ibaratnya kaya
ibu kita sendiri lah mau saudara kita atau
siapanya jadi kita bisa timbul rasa empati lebih
ke pasien seperti itu, (R3)
Merasakan
beragam
Biasa aja sih, seneng sih (R4)
Merasakan perasaan senang
Ya senanglah bahagia ya [tidak disalahkan beragam jika berhasil
karena pendokumentasian lengkap] (R5)
perasaan mendoku-
Ya saling kerjasama aja sih supaya supaya senang jika mentasikan dan
pekerjaan hari ini selesai, tidak masalah gitu aja
berhasil beragam
sebenarnya, pendokumentasian bagus, kerjaan
bagus, pulang juga tenang, kita ga dikejar (R5) Merasa mendoku- perasaan
ikhlas mentasikan bersalah jika
Merasa nggak ya oh ya Alhamdulillah berarti
belum
juga ya ; Semuanya pendokumentasian itu
sangat penting banget; (R5) mendokumenta
sikan
Data lengkapkan kita lebih tenang (R7)
Ya senang (R9)
Universitas Indonesia
Skema 4.3 Merasakan beragam perasaan senang jika berhasil mendoku-mentasikan dan
beragam perasaan bersalah jika belum mendokumentasikan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Kita safety
Jadi apa-apamisalnya
yang misalnya
terjadi suatu
kita hal
dokter
yg
komplain
tanya, oh nih
ya ini
kita dok
udahyang
nyuntikin
ini adanya
obat
terus kita udah
disini-disini trus kasih
kemarin
transfusi
misalkan
nyadokter
kok,
kita intruksi
ngasih udah nah
edukasi
itukan kalau
keluarganya,
misalkan
pendokumentasian
besok kadang-kadangkan
pasien itu
saya
penting
ini nggak
buat
kita amantapi
ngerasa, (R6)kan kita ada jamnya jam
sekian ini iniaman
Sebenarnya TBAK, cap.sih
juga (R5)
dari keluarga
pasien, dariberguna
Memang teman kita
sekali
juga, dari
memang,
dokter,
dari partner kita jugaitu
pendokumentasian (R6)terutama untuk
Sebagai alat
yang instruksi-instruksi
Ada tanda tangan kakakdokter yang Jadi
itu juga. pas
mengamank
malam-malam;
dipanggil (R5)
ke managemen,
an perawat
pendokumentasian
Cuman kalau pasienkita
yang
aman.
bener
Kita
ya tulis
kita
bayinya
harus benerpulang
sih, tolong
gimana
ya diobservasi
kondisinya,
ini
ditunjukin
nanti kalausiapa,
ada apa-apa
ID bade
kita
digunting
kalau nggak
ama
siapa, ditunjukin
sesuai pendokumentasian
ga ke keluarga
jugabayinya,
susah
jadi kandokumentasi
nanti dokter juga nggak
itu mausangat
tahu
menyelamatkan
tensinya berapa (R5)
kami (R6)
Pendokumentasian itu sih
kalau
lebih
kitakedengan
safety
kita (R6) misalnya kita lapor misalnya
dokter, Manfaat Mendapat
Manfaatnya
kondisi perburukan
Membahayakan kita kita,
posisi laporbisa
dokter (R6)
menjadi pendokume manfaat
sebagai
masalahsama
Lapor buatdokter,
diri kita,
instruksi
kalaudari
kitadokter
tidak bukti ntasian bagi pendokumentas
dokumentasikan
apa, jadi makanya(R9)
kita lakukan itu (R6) berkolabora perawat ian asuhan
Menjadi suatu
Dokternya instruksi
warning
misalnya
iya, karena
dia yaterkait
udah si dengan keperawatan
dengan
ganti antibiotik,
laporan kan
contohnya
itu tertulis.teman
Misalnya
kita
sudah melaporkan
tiba-tiba dia bilangkondisi
ga kemarin
pasien dan
sayadata
ga
lab (R9)untuk kasih terapi
bilang ini, kan kita
bisa kasih lihat
Kejadian ini sudah
waktu dituliskondisinya
itu pasien sama kita
(R6)
CM, pasien boleh dipindahkan keruangan
biasadikatakan
Bisa di lantaibegitu
enam[lebih
arahkeselatan,nah
kolaborasi
pasiennya
ya, baik sesama
CM,rekan
nah mitra]
teman(R7)
saya juga
sudah mengkaji
Terus informatifkondisi
dalam pasien jam 22:00,
arti dokumentasi Manfaatnya
pasiennya
atau data yangsadar,
kita tulis tetes
di sebagai
thermodinamikanya
pendokumentasi tadi stabil, bagus, data
bisa dijadikan nah bukti
tiba-tibaprofesi
dukung kita transfer ke lantai
lain membuat profesienam
lain berkolabora
mengalamikeputusan
membuat perburukan, nahseperti
pasien dari yang
sana si dengan
mereka
tadi sayamenuntut
bilang (R8)ke kita. satu jam ga
dilihat itu untuk
Tentunya pasiennya kaya gimana-gimana
mengambil catatan klinis
jamterhadap
ya enam (R10)
satu pasien atau terhadap satu
Bukti kita
masalah sudah
pasien mengerjakan apa yang
(R8)
sudah diperintahkan
Bisa dijadikan sama
dasar dokter
untuk (R3)
mengambil
suatu keputusan klinis oleh tim medis itu
Universitas Indonesia
pastinya ya data yang ada di CPPT baik
itu data subjektifPengalaman dalam..., Martha
maupun objective yang Evi Riana Purba, FIK UI, 2019
155
(Lanjutan)
kita untuk dijadikan data penelitian. (R4) penelitian ntasian bagi pendokumentas
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
Mestinya juga mewakili kondisi pasien saat
itu (R8)
Menggam
Ketika data subjective dan objective perawat
barkan
itu lengkap, real dengan pasiennya sebelum si
kondisi
dokter itu memeriksa pasien tau dari data
pasien
subjective dan objective yang ditulis perawat
(R8)
Pasiennya ada perbaikan ohya dulu itu
ngejainnya gimana yah itu bisa di review lagi
(R10)
Kalau pencatatan secara lengkap pasien itu
untuk mendapat terapi juga lebih efektif ya
karena semuanya saling berkesinambungan
jadi nggak akan ada miss (R3)
Sangat bermanfaat sekali, jadi kalau itu
punya catatan secara lengkap jadi suatu
waktu terjadi hal yang tidak di inginkan
misalkan kontra kompleks atau segala macam
Mendapat
dengan nulis, sekarang suka ada alibi
manfaat
keluarga pasien nih nggak di apa-apain
pendokument
dokternya nggak datang-datang nggak
asian asuhan
dikasih obat segala macam seperti itu tapi
Manfaatnya Manfaat keperawatan
dengan ada pendokumentasian yang secara
mencatat pendokume
jelas jam sekian (R3)
kesinambu- ntasian bagi
Bentuk pencatatan walaupun tidak besar tapi
ngan asuhan pasien
ada lah untuk mengingat setiap shif itu
berkelanjutan kita punya kayak buku laporan,
lapor by phone atau segala macam (R3)
Melaporkan kondisi pasien itu secara lengkap
kita tinggal menunjukkan (R3)
Di buku catatan laporan kita untuk harian itu
juga tetap kita tulis dan uda dilaporkan dapat
terapi sekian apa-apa, butuh proses segala
macam kondisi pasien seperti apa kita catat,
walaupun itu yang tadi sudah saya bilang di
buku laporan itu nggak terlalu detail (R3)
Sudah menulis itu buat data kita, kalau udah
kita berikan baru paraf obat itu (R3)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Lampiran 9
Universitas Indonesia
penghambat upaya
Saya selalu mengingatkan kalau di morning
pendokume mengatasi
conference (R7)
ntasian hambatan
Penanggungjawab shif, saya ya gitu kan,
secara dalam
perpanjangan tanagan-tangan saya ya PJ Shif.
perseora- pendokumentas
Ya PJ Shif yang ngingetin harusnya nulisnya
ian asuhan
(R7)
keperawataan
Saling mengingatkan hal itu untuk
menghindari mis (R9)
Kalo misalnya pasiennya baik baik aja sih
gak masalah cuma kalo pasiennya jelek kalo
saya suka ngasih tau (R10)
Biasanya diingetin juga udah ditulis belum
(R10)
Melakukan kesalahan membuat kronologis ,
suatu hukuman (R1)
Klarifikasi ulang, (R1)
Kita langsung konfirmasi ke teman Mengklarifi
sebelumnya shift ke shif ke teman kasi/
berikutnya, system dengan TBAK kaya gitu Mengkonfir
di kasih TBAK jadi biar kita konfirmasi masi
paginya ke dokter trus untuk terapi kita /Memvalida
konfirmasi juga
maksudnya ini sudah dikerjakan apa belum
kita punya catatan (R3)
Kita liat ah ini kayaknya nggak masuk diakal,
ini bener nih? Ini bener nih? Ini bener nih.
Kadang sampai beberapa kali saya bilang,
ketawa dia, oh ya kak, ya udah jalan, ukur
lagi yang benar, oke kak; (R5)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
Minta tolong dong tolong tulisin tadi saya
sudah lapor dokter dapat terapi (R3)
Kalau ada dokumen, yang harus diisi aku
selengkap mungkin gitu karena memang
selama ini kan kalau ada kolom harus diisi
gitu jangan sampe nggak di isi gitu. Misalnya
tadi formulir ee, laboratorium gitu, itu kan
nggak kita periksa gitu gak kita tulis angka
ureum 120 gitu itu gak kita tulis tapi kita
dokumentasikan tidak di periksa. Jadi
memang dibikin selengkap mungkin sih gitu
(R4)
Kita bisa lengkapin ya itulah fungsi PN
kalau bisa; karna kan kerjaan kita bukan
pendokumentasian ini aja, kayak bikin
sensus, bikin segala macam, bikin buku-buku
yang absen dokter segala macem (R5)
Ada juga yang lengkapin kalau yang Mengatasi Mengalami
Harus
ketinggalan, kak belum ini ada yang seperti faktor hambatan
itu (R5) melengkapi penghambat dan upaya
Saya memperbaiki. Harus diperbaiki (R6) pendokume mengatasi
nya
ntasian hambatan
Masih bisa ditoleransi ketika shif berikutnya dalam
masih bisa dilengkapi atau kita yang secara
perseora- pendokumen
melengkapi masihkan tidak masalah ya kan tasian asuhan
(R7) ngan
keperawataa
Untuk pendokumentasiannya harus dibenerin n
(R7)
Yang menulis itu harus tandatangan harus
dicoret dan harus tandatangan kan gitu.
Syaratnya dicoret dan diparaf gitu, ketika
sudah pindah shif masalah belum teratasi ya
dicoret supaya nanti di shif berikutnya yang
berikan obat (R7)
Kalau ketemu dengan personalnya dia yang
paraf, dia yang coret dia yang paraf dan kalau
saya yang verifikasi bisa juga saya yang coret
saya juga yang paraf saya punya kewenangan
untuk itu (R7)
Ketika tidak terakomodir data-data yang
memang di ruang khusus tidak terakomodir
di formulir pengkajian, itu bisa kita
tambahkan di CPPT di data SOAPnya, data
Subjektif dan Data Objektifnya untuk
membantu kita dalam menegakkan satu
masalah keperawatan ataupun diagnosis
keperawatannya (R8)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
Apa sih pentingnya data ketika ada flebitis, si faktor hambatan dan
mengkaji nyeri pasien bayi itu nah itu harus secara dalam
begitu harus kita ini in, kalau kurang lengkap ian asuhan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
(R7) jangan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
terlalu umum masih terlalu general jadi kita spesifik asian dan
Universitas Indonesia
RIWAYAT PENDIDIKAN
S2 Magister Keperawatan 2019
Profesi Keperawatan 2005
S1 Keperawatan 2004
SMU NEGRI 2 2000
SMP Swasta Cinta Rakyat 1 1997
SD Swasta Rk No.4 1994
RIWAYAT PEKERJAAN
1. Ketua Tim Perawat RS Honoris Tangerang 2005 – 2008
2. Anggota Sub Mutu Komite Keperawatan 2006 - 2008
3. Kepala Ruangan Mayapada Hospital Tangerang 2008 - 2010
4. Clinical Care Manajer (CCM) RS R.Syamsudin
Kota Sukabumi 2010 - 2015
5. Sekretaris Sub Mutu Komite Keperawatan RS
R. Syamsudin Kota Sukabumi 2010 - 2013
6. KetuaSub Mutu Komite Keperawatan RS
R. Syamsudin Kota Sukabumi 2013 - 2015
7. Perawat di Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar 2015 - 2017
8. Tugas Belajar di FIK UI 2017 - 2019
Universitas Indonesia