BOOK - Pedoman Penanganan Darurat Bencana 2019
BOOK - Pedoman Penanganan Darurat Bencana 2019
i
Pedoman Penanganan Darurat Bencana
PEDOMAN
PENANGANAN DARURAT BENCANA
(LEMBAGA PENANGGULANGAN BENCANA MUHAMMADIYAH)
i
SURAT KEPUTUSAN
LEMBAGA PENANGGULANGAN BENCANA PIMPINAN PUSAT
MUHAMMADIYAH
Nomor: 012/KEP/I.16/D/2019
Tentang:
PEDOMAN
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Menimbang : 1. Bahwa Pedoman Penanganan Tanggap Darurat Bencana
dalam SK LPB Nomor: 012/KEP/I.16/D/2019 merupakan
pedoman bagi Lembaga Penanggulangan Bencana tingkat
Pusat, Wilayah dan Daerah.
2. Bahwa pedoman tersebut berlaku bagi seluruh Majelis,
Lembaga dan Ortom beserta warga Muhammadiyah dalam
satu gerakan bersama penanganan darurat bencana
3. Bahwa pedoman tersebut perlu untuk untuk dilakukan
penyesuaian dan perbaikan sebagai landasan aktivitas
penanganan keadaan darurat bencana.
Mengingat : 1. Anggaran Dasar Muhammadiyah
2. Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah
3. Qaidah Unsur Pembantu Pimpinan Persyarikatan
Berdasar : 1. Pembahasan dan keputusan rapat bersama Majelis, Lembaga
dan Ortom Pimpinan Pusat Muhammadiyah tanggal 13 Juli
2017
2. Pembahasan dan keputusan rapat Pimpinan Lembaga
Penanggulangan Bencana Pimpinan Pusat Muhammadiyah
tanggal 13 Juli 2017
3. Workshop Penyusunan Standard Operating Procedure
Program PEER Lembaga Penanggulangan Bencana Pimpinan
Pusat Muhammadiyah Tanggal 15-17 Mei 2017
4. Workshop Finalisasi Panduan Darurat Bencana oleh Divisi
Tanggap Darurat dan Rehabilitasi Rekonstruksi Tanggal 22 –
24 Februari 2019.
ii
Pedoman Penanganan Darurat Bencana
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN LEMBAGA PENANGGULANGAN BENCANA
PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH TENTANG PEDOMAN
SISTEM PENANGANAN DARURAT BENCANA KEMANUSIAAN
Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan tidak berlaku sampai
diadakan perubahan atau dicabut kembali.
Ditetapkan di : Yogyakarta
Pada tanggal : 7 Sya’ban 1440 H
16 April 2019 M
Ketua, Sekretaris,
Tembusan:
- Pimpinan Pusat Muhammadiyah Yogyakarta dan Jakarta
- Ketua Majelis, Lembaga dan Ortom Pimpinan Pusat Muhammadiyah
iii
DAFTAR ISI
COVER .............................................................................................................................................. i
SURAT KEPUTUSAN...................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................................... iv
iv
Pedoman Penanganan Darurat Bencana
A. Kedudukan ............................................................................................................................ 31
B. Persyaratan Lokasi ................................................................................................................ 31
C. Proses Pembentukan ............................................................................................................. 31
D. Tugas Pokok ......................................................................................................................... 31
E. Fungsi.................................................................................................................................... 32
F. Uraian Tugas ......................................................................................................................... 32
G. Struktur ................................................................................................................................. 32
H. Uraian Tugas Jabatan dan Tanggung Jawab ......................................................................... 32
I. Sarana dan Prasarana ............................................................................................................ 34
A. Pengertian ............................................................................................................................. 36
B. Maksud dan Tujuan............................................................................................................... 36
C. Kompetensi Relawan Muhammadiyah Penanganan Darurat Bencana ................................. 36
D. Basis Relawan Muhammadiyah ............................................................................................ 36
E. Mekanisme Distribusi Relawan ............................................................................................ 37
F. Penugasan Relawan .............................................................................................................. 37
G. Pengakhiran Tugas Kegiatan Relawan ................................................................................. 37
H. Keselamatan dan Keamanan Relawan .................................................................................. 37
v
LAMPIRAN
vi
Pedoman Penanganan Darurat Bencana
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam situasi keadaan darurat bencana sering terjadi kegagapan penanganan dan
kesimpangsiuran informasi data korban maupun kondisi kerusakan, sehingga mempersulit dalam
pengambilan kebijakan untuk penanganan darurat bencana.
Sistem koordinasi juga sering kurang terbangun dengan baik, penyaluran bantuan, distribusi
logistik sulit terpantau dengan baik sehingga kemajuan kegiatan penanganan penanganan darurat
kurang terukur dan terarah secara obyektif. Situasi dan kondisi di Layanan yang seperti itu
disebabkan belum terciptanya mekanisme kerja Penanganan Darurat Bencana yang baik, terstruktur
dan sistematis.
Dalam kondisi kedaruratan bencana diperlukan sebuah institusi yang menjadi pusat koordinasi
penanganan kedaruratan bencana sesuai dengan lokasi dan tingkatan bencana yang terjadi. Institusi
tersebut merupakan sektor layanan yang terdiri dari Layanan yang saling terkait dan merupakan satu
kesatuan sistem yang terpadu dalam penanganan kedaruratan bencana.
Penanganan darurat bencana yang dilakukan Muhammadiyah membutuhkan pedoman yang
berlaku bagi seluruh komponen Muhammadiyah yang terdiri dari warga Muhammadiyah maupun
Majelis, Lembaga dan Organisasi Otonom Muhammadiyah dari tingkat pusat, wilayah dan daerah.
Pedoman tersebut disusun dan disepakati bersama oleh semua komponen Muhammadiyah. Dengan
adanya pedoman tersebut maka penanganan darurat bencana yang dilakukan Muhammadiyah akan
lebih terkoordinasi, terstruktur dan sistematis dalam satu gerakan bersama yang disebut sebagai One
Muhammadiyah One Response dan tetap mengacu terhadap Kepribadian Muhammadiyah dan
Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah.
B. Maksud danTujuan
1. Maksud
Pedoman ini dimaksudkan untuk menjadi panduan dalam pembentukan Pos Penanganan
Darurat Bencana
2. Tujuan
a. Tersedianya buku panduan Penanganan Darurat Bencana.
b. Tersedianya panduan tata laksana kegiatan masing-masing Layanan dan kerelawanan dalam
rangka meningkatkan koordinasi, pengendalian, pemantauan dan evaluasi kegiatan
Penanganan Darurat Bencana.
c. Terwujudnya gerakan bersama Muhammadiyah dalam penangangan darurat bencana yang
terkoordinasi, terstruktur, dan sistematis
1
C. Pengertian Istilah
2
Pedoman Penanganan Darurat Bencana
terdiri dari para relawan dengan Layanan masing-masing untuk melakukan pendampingan dan
pelayanan pada masyarakat yang terkena bencana.
Pos Pendukung Penanganan Darurat Bencana : Pos yang bertugas membantu pos koordinasi
yang berada dilokasi aman terdekat dengan wilayah terdampak, umtuk memberikan dukungan
berupa pengadaan, logistik bantuan, peralatan, dan sarana mobilisasi relawan.
Assistensi : Sistem pendampingan penanganan darurat bencana yang dilakukan pada saat kejadian
bencana dari tanggap darurat dan atau pada saat transisi darurat ke pemulihan.
Keselamatan dan Keamanan Relawan : Relawan Muhammadiyah tidak mendapatkan gangguan
secara fisik maupun non fisik untuk menjalankan penanganan darurat bencana tanpa perlu
membahayakan diri secara fisik maupun non fisik.
Monitoring Evaluation Accountability and Learning (MEAL): Kegiatan yang meliputi
pemantauan, evaluasi, akuntabilitas dan pembelajaran yang dilakukan selama penanganan darurat
bencana
D. Ruang Lingkup
1. Pedoman ini membahas mekanisme penanganan darurat bencana yang dilakukan oleh
Muhammadiyah dengan menetapkan pembentukan Pos Koordinasi dan Pos layanan
penangangan darurat bencana.
2. Pedoman berlaku bagi seluruh komponen Muhammadiyah dalam Penanganan Darurat
Bencana,.
3. Pedoman ini membahas mekanisme penggunaan dana dalam penanganan darurat bencana
4. Pedoman ini membahas mekanisme monitoring dan evaluasi serta akuntabilitas dan
pembelajaran dalam penanganan darurat bencana
3
BAB II
PENANGANGAN DARURAT BENCANA
A. Siaga Darurat
1. Ketentuan Umum
Siaga darurat adalah keadaan ketika potensi ancaman bencana sudah mengarah pada terjadinya
bencana yang ditandai dengan adanya informasi peningkatan ancaman berdasarkan sistim
peringatan dini yang diberlakukan dan pertimbangan dampak yang akan terjadi di masyarakat.
Pada fase siaga darurat yang dilakukan adalah pemantauan, peringatan dini dan koordinasi yang
dilakukan oleh LPB, PDM, PCM dan AUM pada daerah yang berpotensi bencana.
2. Kegiatan
LPB menetapkan kegiatan yang meliputi :
a. Menyiapkan jaringan komunikasi, data, dan informasi potensi kebencanaan
b. Menyiapkan personil dan perelatan yang akan dipergunakan untuk respon penanganan
darurat.
c. Membantu menyiapkan perangkat evakuasi dan tempat evakuasi warga terdampak
d. Menjalin komunikasi dengan pimpinan muhammadiyah setempat.
e. Menjalin koordinasi dengan pemangku kebijakan setempat.
4
Pedoman Penanganan Darurat Bencana
a. 3 – 12 jam pertama
LPB menetapkan kegiatan kaji cepat bencana yang meliputi pengkajian: informasi awal
kejadian, kronologi kejadian, lokasi, dampak, tindakan awal dan laporan kejadian.
Kegiatan kaji cepat dilakukan oleh LPB PDM dilaporkan kepada LPB PWM dan disampaikan
ke LPB PP. apabila dalam satu daerah tidak ada LPB PDM, kaji cepat dilakukan oleh LPB
PWM dan disampaikan ke LPB PP Muhammadiyah adapun rangkaian kegiatan yang
dilakukan pada fase ini adalah :
1) Melakukan kaji cepat (jenis bencana, lokasi, kronologi kejadian, dan dampak)
2) Tindakan awal (melakukan pencarian dan pertolongan, evakuasi, penanganan kesehatan
darurat, pemenuhan kebutuhan dasar)
3) Memberikan laporan kejadian
4) Melakukan evaluasi kegiatan
b. 12 – 36 jam pertama
LPB melakukan pemenuhan kebutuhan penanganan darurat bencana berdasarkan hasil
kaji cepat. Dalam situasi dan kondisi tertentu karena kendala akses di lokasi bencana, minimal
kegiatan kaji cepat terus dilakukan
Rangkaian kegiatan yang dilakukan pada fase ini adalah :
1) Melakukan kaji kebutuhan
2) Aktifasi pos koordinasi Muhammadiyah dengan membuat struktur poskor dan rencana
operasi
3) Mobilisasi sumberdaya
4) Melakukan Layanan darurat (pelayanan kesehatan darurat, pemenuhan kebutuhan dasar,
pencarian dan penyelamatan, evakuasi)
5) Memberikan laporan ke pimpinan
6) koordinasi dengan pemangku kebijakan setempat (BPBD)
7) Melakukan evaluasi kegiatan
8) Mengeluarkan Laporan Situasi (Sitrep)
c. 36 – 72 jam pertama
LPB menetapkan desain program (rencana Operasi) penanganan darurat bencana, yang
meliputi ; Siapa, melakukan apa, dimana, kapan, kenapa, bagaimana melakukannya, tahapan
pada fase ini adalah
1) Menentukan Lokasi pos pelayanan
5
2) Menentukan sektor pelayanan
3) Memobilisasi sumber daya
4) Menjalankan rencana aksi di tiap sektor (pelayanan kesehatan lanjutan,pemenuhan
kebutuhan dasar, pencarian dan penyelamatan)
5) Memberikan laporan kepada pimpinan
6) Koordinasi dengan pemangku kebijakan setempat (BPBD)
7) Melakukan evaluasi kegiatan
LPB menjalankan misi penanganan darurat bencana sesuai dengan desain program atau
rencana operasi, Bentuk kegiatan meliputi : sektor Kesehatan, sektor Hunian, sektor Air bersih
dan sanitasi, sektor Logistik, pendidikan darurat, dan psikososial. Kegiatan didukung dengan
memobilisasi sumberdaya sesuai dengan kebutuhan layanan yang ada di wilayah terdampak.
Adapun rangkaian kegiatan yang dilakukan pada fase ini adalah :
1) Aktivasi Pos pelayanan
2) Melakukan kaji kebutuhan di tiap pos pelayanan
3) Pendataan kerusakan amal usaha muhammadiyah
4) Menjalankan rencana aksi ditiap sektor pelayanan
5) Memberikan laporan kepada pimpinan
6) Koordinasi dengan pemangku kebijakan setempat (BPBD)
7) Melakukan evaluasi kegiatan
6
Pedoman Penanganan Darurat Bencana
Kondisi
A. Informasi Mengenai Bila TIDAK terjadi,
Normal Peringatan Dini Bencana maka dilakukan
pengakhiran informasi
Bencana
Pengumpulan informasi
Bila bencana TERJADI, maka Pengumpulan informasi
mengenai potensi
perlu dilakukan analisis kejadian mengenai kejadian dan dampak
kejadian bencana
dan dampak bencana yang terjadi
Pengakhiran Status Mobilisasi dan Penugasan Bila TIDAK, perlu maka infomasi
Bila YA, segera membentuk Poskor dan Posyan
Relawan PDB tersebut dicatat dalam form
Tanggap Darurat serta menentukan sektor pelayanan
rekapitulasi kejadian bencana
Bencana Muhammadiyah
Penarikan Relawan
Pemantauan, Evaluasi, Akuntabilitas, dan Pembelajaran
PDB Muhammadiyah 7
4. Pembagian Peran
Dalam penanganan daruarat bencana, LPB menugaskan relawan dengan kemampuan di bidang:
a. Manajemen Posko
b. Data Informasi
c. Administrasi
d. Pendidikan
e. Psikososial
f. Hunian
g. Logistik
h. SAR
i. Air Bersih dan Sanitasi
j. Kesehatan
2. Kegiatan
LPB menetapkan kegiatan yang meliputi: Pengkajian kebutuhan pasca bencana (Jitupasna).
Kegiatan ini dapat dilakukan oleh LPB PP, LPB PWM, LPB PDM, PCM, dan lintas Majelis-
Lembaga-Ortom Muhammadiyah
8
Pedoman Penanganan Darurat Bencana
Standar pelayanan minimal respon bencana kemanusiaan yang dilakukan Muhammadiyah meliputi:
1. Logistik makanan
2. Layanan Kesehatan
3. Hunian Darurat
4. Air Bersih
Dalam keadaan darurat minimal pelayanan Muhammadiyah adalah keempat layanan tersebut diatas.
9
BAB III
PEMBENTUKAN POS KOORDINASI PENANGANAN DARURAT BENCANA
A. Level Nasional
1. Kedudukan
a. Pos Koordinasi Penanganan Darurat Bencana (Poskor PDB) tingkat nasional berkedudukan
di kantor LPB/LPB MUHAMMADIYAH Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
b. Jangka waktu keberadaan Poskor PDB bersifat sementara selama masa penanganan darurat
dan beroperasi selama 24 (dua puluh empat) jam setiap hari. Poskor PDB dapat diperpanjang
atau diperpendek waktunya sesuai kondisi dan keadaan kedaruratan.
2. Persyaratan Lokasi
a. Posko PDB menempati Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah, atau bangunan amal usaha
Muhammadiyah
b. Posko PDB menempati lokasi yang strategis dengan kriteria :
1) Mudah diakses oleh berbagai pihak dan Layanan yang terlibat dalam kegiatan penanganan
darurat bencana.
2) Aman dan terbebas dari ancaman bencana.
3) Memiliki halaman yang memadai untuk area parkir kendaraan dan ruangan yang cukup
untuk gudang logistik.
3. Proses pembentukan
Poskor PDB tingkat nasional dibentuk mdmc pp berdasarkan hasil kajian bidang tanggap
darurat berdasar seberapa besar dampak kejadian bencana yang terjadi pada satu propinsi dengan
jenis bencana yang sama pada waktu yang sama, atau terjadi di beberapa propinsi dengan
berbagai jenis bencana yang berbeda dengan waktu yang hampir bersamaan.
Tahapan Pembentukan meliputi:
a. Informasi dan Data Awal Kejadian Bencana
Informasi awal data kejadian bencana bisa didapatkan melalui beberapa sumber antara lain:
Informasi MDMC wilayah dan Daerah, Laporan Instansi/Lembaga terkait, media massa,
masyarakat dan internet. Kebenaran informasi perlu dikonfirmasi dengan pertanyaan: apa,
kapan, dimana, bagaimana kondisi, berapa jumlah korban, akibat yang ditimbulkan, upaya
yang telah dilakukan, dan kebutuhan bantuan yang harus segera diberikan.
b. Menentukan skala bencana dan analisa kemampuan Wilayah/Daerah
Berdasar dari hasil laporan Tim Kaji cepat ditentukan skala bencana berdasar kemampuan
organisasi LPB setempat dan kondisi kerusakan serta pemetaan korban. Untuk bencana skala
Nasional, koordinasi diambil alih LPB PP Muhammadiyah.
c. Pembentukan Pos Koordinasi Penanganan Darurat Bencana Nasional
10
Pedoman Penanganan Darurat Bencana
Sesuai dengan status dan skala bencana yang telah ditentukan maka LPB PP Muhammadiyah
atas persetujuan Pimpinan Pusat:
1) Mengeluarkan surat keputusan Pembentukan Poskornas PDB.
2) Melaksanakan mobilisasi sumber daya manusia, peralatan dan logistik serta dana dari
semua unsur potensi yang dimiliki Muhammadiyah, Majelis/lembaga lain atau masyarakat
donatur.
3) Aktivasi Poskornas PDB.
d. Pendampingan Poskor Wilayah
Berdasar assessment yang diperoleh, LPB PP dapat menugaskan Tim asistensi/ pendamping
untuk membantu poskor Wilayah dalam melaksanakan fungsinya
4. Pengorganisasian
a. Organisasi Poskornas PDB merupakan organisasi dengan mata rantai garis koordinasi serta
tanggung jawab yang jelas. Majelis/Lembaga dapat dikoordinasikan dalam satu organisasi
berdasarkan satu kesatuan respon muhammadiyah, yaitu One Muhammadiyah One Response.
b. Struktur Organisasi Poskornas PDB terdiri atas:
1) Ketua Poskornas Penanganan Darurat Bencana
2) Staf Pos :
- Sekretaris
- Keuangan
- Data Informasi
- Sumber daya
3) Struktur organisasi ini dapat diperluas sesuai kebutuhan
Gambar 1. Struktur Organisasi Pos koordinasi nasional
Ketua
Data
Keuangan
Informasi
11
d. Menyebarluaskan informasi mengenai kejadian bencana secara akurat dan benar kepada
media dan masyarakat luas.
e. Mengkoordinasikan, seluruh unsur Layanan yang terlibat dalam organisasi Penanganan
Darurat untuk melakukan pencarian, penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,
pemenuhan kebutuhan dasar, pendampingan dan perlindungan pengungsi, serta pemulihan
sarana dan prasarana vital dengan segera pada saat status siaga darurat dan penanganan
darurat.
6. Tugas dan Tanggung Jawab Unit Organisasi
a. Ketua Penanganan Darurat Bencana
Ketua Penanganan Darurat Bencana adalah personel dengan kedudukan senior peringkat
pertama dalam Komando Penanganan Darurat sesuai tingkat dan kewenangannya. Posisi
ketua penanganan tanggap darurat bisa pimpinan MDMC atau Koordinator Bidang Tanggap
Darurat
Ketua bertugas :
1) Melaksanakan Komando dan pengendalian untuk pengerahan sumberdaya manusia,
peralatan, logistik dan serta berwenang memerintahkan sektor layanan dan lembaga yang
terkait dalam memfasilitasi aksesibilitas penanganan penanganan darurat bencana.
2) Membuat rencana operasi, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengendalikan
Operasi Penanganan Darurat Bencana.
3) Melaksanakan evaluasi melalui rapat koordinasi yang dilaksanakan minimal satu kali
dalam sehari untuk menyusun rencana kegiatan berikutnya.
Dalam Pelaksanaan tugasnya Ketua Poskornas Penanganan Darurat bertanggungjawab
kepada Pimpinan Pusat.
b. Sekretariat
Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris. Sekretariat bertugas untuk:
1) Menyelenggarakan administrasi umum dan pelaporan.
2) Membuat dan menyelenggarakan agenda rapat dan evaluasi secara rutin dan berkala.
3) Membentuk jaringan informasi dan komunikasi serta menyebarkan informasi tentang
bencana tersebut ke media, masyarakat, dan Persyarikatan atas persetujuan Ketua
Penanganan Darurat Bencana.
4) Mendokumentasikan semua kegiatan Pos Penanganan Darurat.
Sekretaris bertanggung jawab langsung kepada Ketua Penanganan Darurat Bencana.
c. Keuangan
Staf Keuangan dipimpin oleh Bendahara yang bertugas:
1) Melaksanakan semua administrasi keuangan.
12
Pedoman Penanganan Darurat Bencana
13
8) Papan data dan informasi.
9) Peta induk kegiatan Pos.
10) Peta lokasi geografi, peta wilayah topografi.
11) Data logistik: perencanaan, ketersediaan, distribusi, dan stok barang.
12) Data personil/relawan.
13) Data peralatan.
14) Jam dinding
15) Jadwal tugas dan lokasi masing-masing tim/Layanan
16) Genset
b. Prasarana Posko PDB Nasional berupa bangunan/gedung yang melekat di Kantor Pimpinan
Pusat Muhammadiyah dengan fasilitas dan fungsi ruangan:
1) Ruang rapat dan koordinasi.
2) Ruang administrasi dan kesekretariatan.
3) Meja kerja per-bidang/Layanan.
4) Ruang logistik/gudang logistik.
5) Ruang data, informasi dan komunikasi.
6) Ruang tamu dan mebeler.
7) Ruang ibadah.
8) Ruang istirahat relawan.
9) MCK.
10) Ruang dapur.
11) Tempat parkir kendaraan.
B. level wilayah
1. Kedudukan
a. Pos Koordinasi Penanganan Darurat Bencana (Posko PDB) Tingkat wilayah
berkedudukan di kantor Pimpinan wilayah Muhammadiyah.
b. Jangka waktu keberadaan Posko PDB bersifat sementara selama masa penanganan
darurat dan beroperasi selama 24 (dua puluh empat) jam setiap hari. Posko PDB dapat
diperpanjang atau diperpendek waktunya sesuai kondisi dan keadaan kedaruratan.
2. Persyaratan Lokasi
a. Posko PDB dapat menempati bangunan amal usaha, Kantor Muhammadiyah, atau tenda.
b. Posko PDB menempati lokasi yang strategis dengan kriteria :
1) Mudah diakses oleh berbagai pihak dan Layanan yang terlibat dalam kegiatan
penanganan darurat bencana.
2) Aman dan terbebas dari ancaman bencana.
14
Pedoman Penanganan Darurat Bencana
3) Memiliki halaman yang memadai untuk area parkir kendaraan dan ruangan yang
cukup untuk gudang logistik.
3. Proses pembentukan
Pembentukan Posko PDB terbagi dalam 2 jenis kejadian bencana, antara lain:
a. Untuk jenis bencana yang terjadi secara berangsur-angsur, seperti banjir dan gunung
meletus.
Untuk jenis bencana yang terjadi secara berangsur-angsur, Pembentukan Posko PDB
dengan cara mengikuti peningkatan status Pusat Pengendali Operasi BPBD Propinsi
b. Untuk jenis bencana yang terjadi secara tiba-tiba,seperti tsunami, gempa bumi dan tanah
longsor
Untuk jenis bencana yang terjadi secara tiba-tiba, Posko PDB melakukan 5 (lima) tahapan
kegiatan. Kegiatan harus dilaksanakan secara keseluruhan menjadi satu rangkaian sistem
koordinasi yang terpadu, yaitu:
a. Informasi dan Data Awal Kejadian Bencana
Informasi awal data kejadian bencana bisa didapatkan melalui beberapa sumber antara
lain: Laporan Instansi/Lembaga terkait, media massa, masyarakat dan internet, laporan
dari pos korwil. Kebenaran informasi perlu dikonfirmasi dengan pertanyaan: apa, kapan,
dimana, bagaimana kondisi, berapa jumlah korban, akibat yang ditimbulkan, upaya yang
telah dilakukan, dan kebutuhan bantuan yang harus segera diberikan
b. Menentukan skala bencana dan analisa kemampuan Wilayah/Daerah
Berdasar dari hasil laporan Tim Kaji Cepat ditentukan skala bencana berdasar
kemampuan organisasi LPB setempat dan kondisi kerusakan serta pemetaan korban.
c. Pembentukan Pos Koordinasi Penanganan Darurat Bencana regional wilayah
Sesuai dengan status dan skala bencana yang telah ditentukan maka LPB wilayah atas
persetujuan Pimpinan wilayah:
1) Mengeluarkan surat keputusan Pembentukan Poskorwil PDB.
2) Melaksanakan mobilisasi sumber daya manusia, peralatan dan logistik serta dana
dari semua unsur potensi yang dimiliki Muhammadiyah, Majelis/lembaga lain atau
masyarakat donatur.
3) Meresmikan Pembentukan Poskorwil PDB.
d. Pendampingan poskorda
Berdasar assessment yang diperoleh, LPB wilayah dapat menugaskan Tim asistensi/
pendamping untuk membantu pos korda dalam melaksanakan fungsinya.
15
4. Pengorganisasian
a. Organisasi Poskornas PDB merupakan organisasi dengan mata rantai garis koordinasi
serta tanggung jawab yang jelas. Majelis/Lembaga dapat dikoordinasikan dalam satu
organisasi berdasarkan satu kesatuan respon muhammadiyah, yaitu One
Muhammadiyah One Response.
b. Struktur Organisasi Poskorwil PDB terdiri atas:
1) Ketua Poskorwil Penanganan Darurat Bencana
2) Wakil Ketua Poskorwil Penanganan Darurat Bencana
3) Staf Pos :
a) Sekretaris
b) Keuangan
c) Data Informasi
d) Penghubung
4). Staf Komando Sektor
Sektor Kesehatan, Sektor SAR, Sektor Logistik, Sektor Psikososial, Sektor Hunian
4) Struktur organisasi ini dapat diperluas sesuai kebutuhan
Ketua
Sekretaris Keuangan
16
Pedoman Penanganan Darurat Bencana
b. Wakil Ketua
Wakil Ketua Penanganan Darurat Bencana adalah personel dengan kedudukan senior
peringkat kedua dalam Komando Penanganan Darurat sesuai tingkat dan
kewenangannya.
17
Wakil Ketua Penanganan Darurat bertugas:
1) Membantu Ketua Penanganan Darurat Bencana dalam merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan dan mengendalikan Komando Penanganan
Darurat Bencana.
2) Mengkoordinir tugas-tugas kesekretariatan, humas, dan rumah tangga pos.
3) Mewakili Ketua Penanganan Darurat Bencana apabila Ketua berhalangan.
Wakil ketua Penanganan Darurat Bencana bertanggungjawab langsung kepada Ketua
Penanganan Darurat Bencana.
c. Sekretariat
Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris.
Sekretariat bertugas untuk:
1) Menyelenggarakan administrasi umum dan pelaporan.
2) Menyediakan papan informasi dan data kondisi korban dan penyebaran pengungsi,
serta peta lokasi bencana.
3) Meng-update informasi dan data terbaru sesuai hasil laporan dan evaluasi.
4) Membuat dan menyelenggarakan agenda rapat dan evaluasi secara rutin dan berkala.
5) Membentuk jaringan informasi dan komunikasi serta menyebarkan informasi
tentang bencana tersebut ke media, masyarakat, dan Persyarikatan atas persetujuan
Ketua Penanganan Darurat Bencana.
6) Menghimpun data dan informasi penanganan bencana yang terjadi.
7) Mendokumentasikan semua kegiatan Pos Penanganan Darurat.
Sekretaris bertanggung jawab langsung kepada Ketua Penanganan Darurat Bencana.
d. Keuangan
Staf Keuangan dipimpin oleh Bendahara yang bertugas:
1) Melaksanakan semua administrsi keuangan.
2) Menganalisa dan membuat perencanaan kebutuhan dana dalam rangka penanganan
penanganan darurat bencana yang terjadi.
3) Mendukung keuangan yang dibutuhkan dalam rangka kegiatan penanganan darurat
yang terjadi.
4) Mempertanggung jawabkan penggunaan keuangan, melakukan pencatatan dana kas
keluar, dana kas masuk dan membuat laporan keuangan yang akuntabel
5) Bendahara bertanggungjawab langsung kepada Ketua Penanganan Darurat bencana.
e. Koordinator Kesehatan:
Fungsinya:
18
Pedoman Penanganan Darurat Bencana
f. Koordinator SAR
Fungsinya:
1) Membuat rencana operasi SAR
2) Menghimpun dan mengkoordinasikan petugas/relawan dibidang SAR.
3) Membentuk regu SRU (Search and Rescue Unit).
4) Memimpin kegiatan pencarian, penyelamatan dan evakuasi korban bencana.
5) Membuat jadwal agenda kegiatan tim.
6) Mendeteksi dan memetakan daerah bahaya dan rawan akan terjadinya bencana
susulan
7) Mengendalikan, memantau dan mengevaluasi kegiatan tim.
8) Membangun hubungan informasi dan koordinasi dengan pos komando pemerintah
dan institusi atau pun lembaga lain yang bergerak pada bidang sama untuk
kepentingan pananganan penanganan darurat bencana.
g. Koordinator Psikososial
Fungsinya:
1) Membuat perencanaan kegiatan pendampingan psikososial dan pendidikan.
19
2) Mengkaji dan menganalisa permasalahan psikis dan sosial serta mempelajari
kondisi dan karakter masyarakat yang akan didampingi.
3) Mengkaji perlu tidaknya membuka sekolah darurat bagi anak-anak dan remaja usia
sekolah.
4) Menentukan jumlah relawan dan guru yang akan ditempatkan di setiap titik lokasi
pendampingan.
5) Menentukan jangka waktu pendampingan disesuaikan dengan kondisi korban,
lokasi dan jenis bencana yang terjadi.
6) Menghimpun dan mengkoordinasikan petugas/relawan psikososial dengan
menggerakan unsur Angkatan Muda Muhammadiyah dan potensi Perguruan
Tinggi Muhammadiyah (Fakultas Psikologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, dan fakultas terkait lainnya).
7) Menempatkan petugas/relawan tim psikososial pada titik lokasi pendampingan
yang telah ditentukan dan disepakati Ketua Penanganan Darurat Bencana.
8) Menempatkan manajer dan guru sekolah darurat pada titik lokasi pendampingan
yang telah ditentukan dan disepakati Ketua Penanganan Darurat Bencana.
9) Mengendalikan, memantau dan mengevaluasi kegiatan tim psikososial.
10) Membangun hubungan informasi dan koordinasi dengan lembaga lain yang
berkompeten pada pendampingan psikososial dan pendidikan di lokasi bencana
yang terjadi.
Koordinator psikososial bertanggungjawab langsung kepada Ketua Penanganan
Darurat Bencana.
20
Pedoman Penanganan Darurat Bencana
21
- Tempat parkir kendaraan.
C. Level Daerah
1. Kedudukan
a. Pos Koordinasi Penanganan Darurat Bencana (Posko PDB) skala daerah berkedudukan di
kantor LPB/LPB MUHAMMADIYAH Pimpinan Daerah Muhammadiyah atau di tempat
yang lain sesuai dengan kondisi yang ada.
b. Jangka waktu keberadaan Posko PDB bersifat sementara selama masa penanganan darurat
dan beroperasi selama 24 (dua puluh empat) jam setiap hari. Posko PDB dapat diperpanjang
atau diperpendek waktunya sesuai kondisi dan keadaan kedaruratan.
2. Persyaratan Lokasi
a. Posko PDB dapat menempati bangunan amal usaha, Kantor Muhammadiyah, atau tenda.
b. Posko PDB menempati lokasi yang strategis dengan kriteria :
1) Mudah diakses oleh berbagai pihak dan Layanan yang terlibat dalam kegiatan penanganan
darurat bencana.
2) Aman dan terbebas dari ancaman bencana.
3) Memiliki halaman yang memadai untuk area parkir kendaraan dan ruangan yang cukup
untuk gudang logistik.
3. Proses pembentukan
Pembentukan Posko PDB terbagi dalam 2 jenis kejadian bencana, antara lain:
a. Untuk jenis bencana yang terjadi secara berangsur-angsur, seperti banjir dan gunung meletus.
Untuk jenis bencana yang terjadi secara berangsur-angsur, Pembentukan Posko PDB dengan
cara mengikuti peningkatan status Pusat Pengendali Operasi BNPB/BPBD Wilayah
(Propinsi)/Kabupaten/Kota.
b. Untuk jenis bencana yang terjadi secara tiba-tiba,seperti tsunami, gempa bumi dan tanah
longsor.
Untuk jenis bencana yang terjadi secara tiba-tiba, Posko PDB melakukan 5 (lima) tahapan
kegiatan. Kegiatan harus dilaksanakan secara keseluruhan menjadi satu rangkaian sistem
koordinasi yang terpadu, yaitu:
1) Informasi dan Data Awal Kejadian Bencana
Informasi awal data kejadian bencana bisa didapatkan melalui beberapa sumber antara
lain: Laporan Instansi/Lembaga terkait, media massa, masyarakat dan internet. Kebenaran
informasi perlu dikonfirmasi dengan pertanyaan: apa, kapan, dimana, bagaimana kondisi,
22
Pedoman Penanganan Darurat Bencana
berapa jumlah korban, akibat yang ditimbulkan, upaya yang telah dilakukan, dan
kebutuhan bantuan yang harus segera diberikan.
2) Penugasan Tim Reaksi Cepat
Berdasar informasi kejadian awal yang diperoleh, LPB daerah menugaskan Tim Reaksi
Cepat Penanganan Darurat (Rumah Sakit DMC/ SAR) untuk melaksanakan tugas
kedaruratan (pertolongan kesehatan serta pencarian-penyelamatan), kaji Cepat
(Assesment), melakukan pemetaan lokasi bencana dan camp pengungsian, serta
memberikan dukungan pendampingan dalam rangka kegiatan penanganan darurat.
3) Penentuan Lokasi Posko PDB
Hasil pelaksanaan tugas Tim Reaksi Cepat merupakan bahan pertimbangan bagi LPB
MUHAMMADIYAH untuk mengambil keputusan melakukan tindakan berikutnya, yaitu
menentukan lokasi Posko PDB untuk pendampingan, pelayanan, dan menyediakan
bantuan sesuai dengan intensitas bencana yang terjadi. Bila diperlukan maka dilakukan
pembentukan Posyan PDB.
4) Menentukan skala bencana dan analisa kemampuan Daerah
Berdasar dari hasil laporan Tim Reaksi Cepat ditentukan skala bencana berdasar
kemampuan organisasi LPB setempat dan kondisi kerusakan serta pemetaan korban.
Untuk skala bencana Daerah maka koordinasi dilakukan oleh LPB Daerah.
5) Pembentukan Pos Koordinasi Penanganan Darurat Bencana
Sesuai dengan status dan skala bencana yang telah ditentukan maka LPB Daerah atas
persetujuan Pimpinan Daerah sesuai tingkat kewenangan dan status/skala bencana:
a) Mengeluarkan surat keputusan Pembentukan Posko PDB.
b) Melaksanakan mobilisasi sumber daya manusia, peralatan dan logistik serta dana dari
semua unsur potensi yang dimiliki Muhammadiyah, Majelis/lembaga lain atau
masyarakat donatur.
c) Meresmikan Pembentukan Posko PDB.
d) Bilamana di Pimpinan Daerah belum terbentuk LPB Muhammadiyah maka yang
melaksanakan Pembentukan Posko PDB adalah Pimpinan Daerah serta menunjuk Tim
Penanganan Darurat Bencana.
4. Pengorganisasian
a. Organisasi Posko PDB merupakan organisasi dengan mata rantai garis koordinasi serta
tanggung jawab yang jelas. Majelis/Lembaga dapat dikoordinasikan dalam satu organisasi
berdasarkan satu kesatuan respon muhammadiyah, yaitu One Muhammadiyah One Response.
Organisasi Posko PDB dibentuk di tingkatan Daerah.
23
b. Struktur Organisasi Posko PDB bencana terdiri atas Ketua Pos yang dibantu oleh staf Pos dan
sektor layanan, yang terdiri dari:
1) Ketua Pos Penanganan Darurat Bencana
2) Wakil Ketua Pos Penanganan Darurat Bencana
3) Staf Pos :
a) Sekretaris
b) Keuangan
c) Publikasi dan Dokumentasi
d) Kerelawanan
4) Sektor layanan
a) Hunian
b) Air Bersih dan Sanitasi
c) Kesehatan
d) SAR
e) Pendidikan
f) Psikososial
g) Logistik dan Peralatan
5) Struktur organisasi ini dapat diperluas sesuai kebutuhan
24
Pedoman Penanganan Darurat Bencana
Ketua
Sekretaris Keuangan
25
6. Tugas dan Tanggung Jawab Unit Organisasi
a. Ketua Penanganan Darurat Bencana
Ketua Penanganan Darurat Bencana adalah personel dengan kedudukan senior peringkat
pertama dalam Komando Penanganan Darurat sesuai tingkat dan kewenangannya.
Ketua bertugas :
1) Mengaktifkan dan meningkatkan Posko PDB/Posyan PDB bencana sesuai dengan jenis,
lokasi dan tingkatan bencana.
2) Menentukan lokasi titik wilayah pendampingan sesuai dengan hasil kajian dan analisis
Tim Assesment.
3) Membentuk Pos pendampingan dan pelayanan di lokasi yang telah ditentukan baik di
wilayah pemukiman yang terkena bencana atau di lokasi camp pengungsian.
4) Membuat rencana operasi, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengendalikan
Operasi Penanganan Darurat Bencana.
5) Melaksanakan Komando dan pengendalian untuk pengerahan sumberdaya manusia,
peralatan, logistik dan penyelamatan serta berwenang memerintahkan sektor layanan yang
terdiri dari Layanan kesehatan, SAR, psikososial, logistik dan atau lembaga yang terkait
dalam memfasilitasi aksesibilitas penanganan penanganan darurat bencana.
6) Melaksanakan evaluasi melalui rapat koordinasi yang dilaksanakan minimal satu kali
dalam sehari untuk menyusun rencana kegiatan berikutnya.
7) Dalam Pelaksanaan tugasnya Ketua Pos Penanganan Darurat bertanggungjawab kepada
Pimpinan Daerah melalui Pimpinan LPB/LPB MUHAMMADIYAH Daerah.
b. Wakil Ketua
Wakil Ketua Penanganan Darurat Bencana adalah personel dengan kedudukan senior
peringkat kedua dalam Komando Penanganan Darurat sesuai tingkat dan kewenangannya.
Wakil Ketua Penanganan Darurat bertugas:
1) Membantu Ketua Penanganan Darurat Bencana dalam merencanakan, mengorganisasikan,
melaksanakan dan mengendalikan Komando Penanganan Darurat Bencana.
2) Mengkoordinir tugas-tugas kesekretariatan, humas, dan rumah tangga pos.
3) Mewakili Ketua Penanganan Darurat Bencana apabila Ketua berhalangan.
c. Sekretariat
Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris.
26
Pedoman Penanganan Darurat Bencana
d. Keuangan
Staf Keuangan dipimpin oleh Bendahara yang bertugas:
1) Melaksanakan semua administrsi keuangan.
2) Menganalisa dan membuat perencanaan kebutuhan dana dalam rangka penanganan
penanganan darurat bencana yang terjadi.
3) Mendukung keuangan yang dibutuhkan dalam rangka kegiatan penanganan darurat yang
terjadi.
4) Mempertanggung jawabkan penggunaan keuangan, melakukan pencatatan dana kas
keluar, dana kas masuk dan membuat laporan keuangan yang akuntabel
5) Bendahara bertanggungjawab langsung kepada Ketua Penanganan Darurat bencana.
e. Layanan Kesehatan
Layanan kesehatan dipimpin oleh Koordinator Kesehatan yang ditunjuk dan disepakati Ketua
Penanganan Darurat Bencana yang beranggotakan orang-orang/relawan kesehatan, yang
bertugas:
1) Menyusun rencana kegiatan kesehatan.
2) Melakukan kajian dan menginventaris kebutuhan tim kesehatan yang akan dilibatkan
penanganan darurat bencana.
3) Menempatkan tim kesehatan dilokasi titik pelayanan yang telah ditentukan.
4) Menentukan jumlah tim kesehatan yang akan dilibatkan pada setiap periode pergantian
sesuai dengan jumlah titik lokasi pelayanan yang telah ditentukan dan disepakati Ketua
Pos Penanganan Darurat Bencana.
27
5) Mengatur dan membuat jadwal agenda kegiatan tim kesehatan yang akan dilibatkan
penanganan penanganan darurat bencana.
6) Menyediakan dan membuat daftar obat dan alat-alat kesehatan disertai tim farmasi yang
akan melakukan pencatatan distribusi obat yang diperlukan.
7) Mengendalikan, memantau dan mengevaluasi kegiatan tim kesehatan.
8) Melakukan dan melaporkan assesment kesehatan bekerjasama dengan unit assesment.
Koordinator kesehatan bertanggung jawab langsung kepada Ketua Penanganan Darurat
Bencana.
f. Layanan SAR
Layanan SAR dipimpin oleh Koordinator SAR yang ditunjuk dan disepakati Ketua
Penanganan Darurat Bencana dengan anggota orang-orang/relawan yang berkompeten dan
ahli dibidang SAR yang bertugas:
1) Membuat rencana operasi SAR
2) Menghimpun dan mengkoordinasikan petugas/relawan dibidang SAR.
3) Membentuk regu SRU (Search and Rescue Unit).
4) Memimpin kegiatan pencarian, penyelamatan dan evakuasi korban bencana.
5) Membuat jadwal agenda kegiatan tim.
6) Mendeteksi dan memetakan daerah bahaya dan rawan akan terjadinya bencana susulan
7) Mengendalikan, memantau dan mengevaluasi kegiatan tim.
8) Membangun hubungan informasi dan koordinasi dengan pos komando pemerintah dan
institusi atau pun lembaga lain yang bergerak pada bidang sama untuk kepentingan
penanganan penanganan darurat bencana.
Koordinator SAR bertanggung jawab langsung kepada Ketua Penanganan Darurat Bencana.
g. Layanan Psikososial
Layanan psikososial dipimpin oleh koordinator Psikososial yang ditunjuk dan disepakati
Ketua Penanganan Darurat Bencana yang beranggotakan dari orang-orang/relawan yang
digerakkan dari unsur Ortom Muhammadiyah, Lembaga Kampus Muhammadiyah, bertugas
untuk:
1) Membuat perencanaan kegiatan pendampingan psikososial dan pendidikan.
2) Mengkaji dan menganalisa permasalahan psikis dan sosial serta mempelajari kondisi dan
karakter masyarakat yang akan didampingi.
3) Mengkaji perlu tidaknya membuka sekolah darurat bagi anak-anak dan remaja usia
sekolah.
28
Pedoman Penanganan Darurat Bencana
4) Menentukan jumlah relawan dan guru yang akan ditempatkan di setiap titik lokasi
pendampingan.
5) Menentukan jangka waktu pendampingan disesuaikan dengan kondisi korban, lokasi dan
jenis bencana yang terjadi.
6) Menghimpun dan mengkoordinasikan petugas/relawan psikososial dengan menggerakan
unsur Angkatan Muda Muhammadiyah dan potensi Perguruan Tinggi Muhammadiyah
(Fakultas Psikologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, dan fakultas terkait
lainnya).
7) Menempatkan petugas/relawan tim psikososial pada titik lokasi pendampingan yang
telah ditentukan dan disepakati Ketua Penanganan Darurat Bencana.
8) Menempatkan manajer dan guru sekolah darurat pada titik lokasi pendampingan yang
telah ditentukan dan disepakati Ketua Penanganan Darurat Bencana.
9) Mengendalikan, memantau dan mengevaluasi kegiatan tim psikososial.
10) Membangun hubungan informasi dan koordinasi dengan lembaga lain yang berkompeten
pada pendampingan psikososial dan pendidikan di lokasi bencana yang terjadi.
Koordinator psikososial bertanggungjawab langsung kepada Ketua Penanganan Darurat
Bencana.
Koordinator logistik dan peralatan bertanggung jawab langsung kepada Ketua Penanganan
Darurat Bencana.
29
7. Sarana dan Prasarana
Sarana penunjang Posko PDB:
- Komunikasi: telpon, telpon satelit, mesin fax, radio komunikasi (jarak dekat dan jarak jauh).
- Seperangkat computer dan multimedia: laptop, desk top, printer, website, e-mail.
- Televisi, radio.
- Pengeras suara: megaphone.
- Alat transportasi: mobil, motor, perahu karet.
- Alat tulis kantor.
- Meja kursi kantor.
- Media presentasi: LCD projector.
- Papan nama, spanduk.
- Papan data dan informasi.
- Peta induk kegiatan Pos.
- Peta lokasi geografi, peta wilayah topografi.
- Data logistik: perencanaan, ketersediaan, distribusi, dan stok barang.
- Data personil/relawan.
- Data peralatan.
- Jam dinding
- Jadwal tugas dan lokasi masing-masing tim/Layanan
- Genset
Prasarana Posko PDB berupa bangunan/gedung atau tenda dengan fasilitas dan fungsi ruangan:
- Ruang rapat dan koordinasi.
- Ruang administrasi dan kesekretariatan.
- Meja kerja per-bidang/Layanan.
- Ruang logistik/gudang logistik.
- Ruang data, informasi dan komunikasi.
- Ruang tamu dan mebeler.
- Ruang ibadah.
- Ruang istirahat relawan.
- MCK.
- Ruang dapur.
- Tempat parkir kendaraan.
30
Pedoman Penanganan Darurat Bencana
BAB IV
PEMBENTUKAN POS PELAYANAN PENANGANAN DARURAT BENCANA
A. Kedudukan
1. Pos Pelayanan Penanganan Darurat Bencana (Posyan PDB) berkedudukan di lokasi titik bencana
baik di pemukiman warga atau di lokasi kamp pengungsian yang dikendalikan oleh Ketua Pos
Pelayanan di bawah koordinasi Poskorda PDB.
2. Wilayah kerja masing masing Posyan PDB meliputi satu kesatuan wilayah dimana bencana
terjadi atau membawahi sebanyak-banyaknya dua kesatuan wilayah bencana jika salah satu
kesatuan wilayah tersebut mengalami kelumpuhan total akibat bencana.
3. Jangka waktu keberadaan Posyan PDB bencana bersifat sementara, dan beroperasi selama 24 jam
setiap hari selama masa penanganan darurat bencana serta dapat diperpanjang atau diperpendek
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.
B. Persyaratan Lokasi
Posyan PDB dapat menempati bangunan amal usaha, kantor Muhammadiyah, rumah penduduk atau
tenda yang idealnya memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Lokasi berada di lokasi bencana, bisa rumah pemukiman warga/camp pengungsian atau tenda.
2. Lokasi aman dan terbebas dari ancaman bencana.
3. Berdekatan dengan akses jalan, mempunyai halaman yang cukup luas untuk melakukan kegiatan.
4. Mempunyai cukup ruangan untuk istirahat relawan dan gudang logistik serta obat-obatan.
5. Tersedianya sanitasi dan air bersih yang memadai.
C. Proses Pembentukan
Posyan PDB dibentuk oleh Ketua Poskorda PDB LPB Muhammadiyah Daerah. Pembentukan
Posyan PDB berdasar dari hasil assesment dan kebutuhan akan perlu tidaknya suatu wilayah
dijadikan titik pendampingan dan pelayanan penanganan darurat. Pembentukan Posyan PDB
sebaiknya dilakukan sesegera mungkin setelah kejadian bencana.
D. Tugas Pokok
Tugas pokok Posyan PDB adalah:
1. Menyelenggarakan operasi penanganan darurat bencana secara terstruktur, sistematis, cepat,
tepat, dan bermartabat di lokasi bencana.
2. Bersinergi dan berkoordinasi dengan lembaga atau institusi lain yang bergerak pada lokasi yang
sama tanpa mengurangi efektifitas bantuan yang diberikan kepada korban bencana di wilayah
kerjanya.
31
E. Fungsi
Posyan PDB berfungsi :
F. Uraian Tugas
1. Memberikan pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi di wilayah kerja PosYan.
2. Melakukan kegiatan pencarian, penyelamatan, dan evakuasi korban bencana di wilayah kerja
PosYan.
3. Memberikan pelayanan dan perlindungan terhadap korban bencana yang rentan (anak-anak,
perempuan, dan orang tua) di wilayah kerja PosYan.
4. Melanjutkan kegiatan assesment korban dan kerusakan (baik umum dan kondisi amal usaha
Muhammadiyah) yang akan digunakan untuk proses rehabilitasi dan rekontruksi.
5. Menggerakkan Layanan yang tersedia untuk melakukan pelayanan dan penyaluran bantuan
secara tepat, cepat dan bermartabat.
G. Struktur
Struktur organisasi pos pelayanan penanganan darurat terdiri atas Ketua Pos yang dibantu oleh staf
Pos dan sektor layanan operasi, yang terdiri dari:
1. Ketua PosYan.
2. Layanan Kesehatan
3. Layanan Air Bersih dan Sanitasi
4. Layanan Psikososial
5. Layanan dapur umum
6. Struktur organisasi ini dapat diperluas sesuai kebutuhan.
32
Pedoman Penanganan Darurat Bencana
a) Mengaktifkan Posyan PDB sebagai pusat pelayanan dan pendampingan korban bencana.
b) Membuat rencana operasi mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengendalikan operasi
penanganan darurat bencana di wilayah kerjanya.
c) Melaksanakan evaluasi melalui rapat koordinasi yang dilaksanakan minimal satu kali dalam
sehari untuk menyusun rencana kegiatan berikutnya.
d) Berkoordinasi dengan tokoh Muhammadiyah dan tokoh masyarakat setempat berkenaan
dengan kegiatan penanganan penanganan darurat bencana.
e) Mensosialisasikan kegiatan pendampingan dan pelayanan yang dilakukan Layanan
penanganan darurat kepada masyarakat korban bencana.
f) Membuat laporan tertulis secara berkala yang diberikan kepada Ketua Poskorda PDB.
g) Dalam pelaksanaan tugasnya Ketua Posyan PDB bertanggungjawab langsung kepada
koordinator sektor layanan Daerah.
2. Layanan Kesehatan
Tim kesehatan dipimpin oleh ketua tim yang telah diberi surat mandat dari insitusi pengirim
(RS/Univ/Stikes dll), bertugas untuk:
a) Membuat perencanaan kegiatan kesehatan di wilayah kerja posyan.
b) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan baik dengan cara stanby di lokasi Pos Layanan
ataupun mobile ke camp pengungsian atau pemukiman lokasi tinggal korban bencana.
c) Mengidentifikasi penyakit dan obat yang dibutuhkan.
d) Melakukan pencatatan kesehatan sebagai laporan perkembangan pasien dan kegiatan yang
dilakukan
Ketua tim kesehatan berkoordinasi dengan KetuaPosLayanan untuk menjalankan kegiatan
kesehatan dilokasi pendampingan dan pelayanan, Ketua Kesehatan Layanan bertanggungjawab
langsung kepada ketua posyan.
33
h) Dengan bantuan tenaga lokal menentukan menu makanan setiap hari sesuai selera yang
membutuhkan
i) Melaksanakan pembagian makan sesuai jumlah dengan cara yang baik dan tertib
Koordinator Tim DU Posyan PDB bertanggungjawab langsung kepada Ketua Posyan PDB
4. Layanan Psikososial
Tim psikososial dipimpin oleh Koordinator tim psikososial Layanan yang beranggotakan
sekurang kurangnya 8 (delapan) relawan dan sebanyak banyaknya 20 (dua puluh) relawan,
tergantung jumlah korban yang didampingi, lokasi dan jenis bencana terjadi, dengan spesifikasi
relawan yang mempunyai keahlian berhadapan dengan anak-anak dan komunitas, ilmu psikologi,
ilmu pendidikan, dan dakwah yang bertugas:
a) Berkoordinasi dengan Ketua Posyan PDB, tokoh Persyarikatan setempat dan tokoh
masyarakat dalam menjalankan kegiatan pendampingan dan penanganan penanganan darurat
bencana.
b) Membuat perencanaan kegiatan pendampingan psikososial dan pendidikan.
c) Mengkaji dan menganalisa permasalahan psikis dan sosial serta mempelajari kondisi dan
karakter masyarakat yang akan didampingi.
d) Mengkaji perlu tidaknya membuka sekolah darurat bagi anak-anak dan remaja usia sekolah.
e) Menentukan jumlah relawan dan guru yang akan ditempatkan di setiap titik lokasi
pendampingan.
f) Menyelenggarakan kegiatan pendampingan psikososial yang terstuktur sistemik dan
berkesinambungan.
g) Menghidupkan kegiatan anak-anak korban bencana baik di camp pengungsian ataupun di
pemukiman korban bencana.
h) Menghidupkan kegiatan pendidikan dan keagamaan.
i) Menggerakkan kegiatan kepemudaan.
j) Melayani kebutuhan dasar anak-anak sesuai dengan kapasitas dan kondisi bencana yang
terjadi.
k) Membangun hubungan informasi dan koordinasi dengan lembaga lain yang berkompeten
pada pendampingan psikososial di lokasi bencana yang terjadi.
Koordinator Tim Psikososial Posyan PDB bertanggungjawab langsung kepada ketua posyan
PDB.
34
Pedoman Penanganan Darurat Bencana
- Seperangkat computer dan multimedia: Laptop, desk top, printer, website, e-mail.
- Televisi, radio.
- Pengeras suara: megaphone.
- Alat transportasi: mobil, motor, perahu karet.
- Alat tulis kantor.
- Meja kursi kantor.
- Media presentasi: LCD projector.
- Papan nama, spanduk.
- Papan data dan informasi.
- Peta Induk kegiatan Pos.
- Peta lokasi geografi, peta wilayah topografi.
- Data logistik: perncanaan, ketersediaan, distribusi, dan stok barang.
- Data personil/relawan.
- Data Peralatan.
- Jam dinding.
- Jadwal tugas dan lokasi masing-masing tim/Layanan.
- Genset.
Prasarana Posyan PDB berupa bangunan/gedung atau tenda dengan fasilitas dan fungsi ruangan:
- Ruang rapat dan koordinasi.
- Ruang administrasi dan kesekretariatan.
- Meja kerja per-bidang/Layanan.
- Ruang logistik/gudang logistik.
- Ruang data, informasi dan komunikasi.
- Ruang tamu dan mebeler.
- Ruang ibadah.
- Ruang istirahat relawan.
- MCK.
- Ruang dapur.
- Tempat parkir kendaraan.
35
BAB V
MOBILISASI RELAWAN MUHAMMADIYAH
A. Pengertian
Mobilisasi relawan dilakukan oleh LPB Muhammadiyah di Daerah, Wilayah, ataupun Pusat,
tergantung pada skala bencana, kebutuhan dan kapasitas LPB/Pimpinan Muhammadiyah di lokasi
bencana.
36
Pedoman Penanganan Darurat Bencana
F. Penugasan Relawan:
1. Dalam penugasan relawan dipimpin oleh Ketua Layanan
2. Ketua Layanan berkoordinasi dengan BPBD setempat
3. Memahami dan melaksanakan kode etik relawan Muhammadiyah
37
istirahat yang cukup dan penyembuhan, dukungan aktif untuk bekerja dengan jam kerja yang wajar
dan akses ke dukungan psikologis. Relawan harus mendapatkan perlindungan dari dampak
bencana seperti pelecehan martabat dan pelanggaran hak asasi manusia lainnya.
38
Pedoman Penanganan Darurat Bencana
BAB VI
KEUANGAN (PENDANAAN)
A. PENDAHULUAN
Salah satu hal penting dalam penanganan tanggap darurat adalah pengelolaan
keuangan. Pengelolaan yang baik akan membantu kelancaran semua kegiatan dalam masa
tanggap darurat dan akan memunculkan kepercayaan publik yang telah memberikan
bantuan melalui posko.
B. SUMBER DANA
Sumber Dana yang digunakan untuk kegiatan Tanggap Darurat berasal dari:
1. Kas Persyarikatan
2. Sumbangan Donatur
C. PEMBUKAAN REKENING
1. Untuk memudahkan donatur dalam memberikan donasi, Posko disarankan untuk
membuka rekening atas nama Posko atau atas nama Ketua dan/atau Bendahara Posko
sesuai dengan kesepakatan rapat.
2. Berdasarkan kesepakatan dengan LazisMU setempat, Posko dapat pula menggunakan
rekening LazisMU setempat sebagai tempat pengumpulan donasi.
39
E. PENGGUNAAN DANA SUMBANGAN
1. Dasar pengeluaran untuk kegiatan-kegiatan tanggap darurat ditetapkan dalam rapat
Posko;
2. Belanja kebutuhan tanggap darurat digunakan hanya untuk keperluan:
a. kaji cepat;
b. pencarian dan penyelamatan;
c. evakuasi korban;
d. kebutuhan air bersih dan sanitasi;
e. pendidikan;
f. pangan;
g. sandang;
h. pelayanan kesehatan dan penampungan;
i. hunian sementara dan,
j. pengelolaan posko dan relawan.
k. Pembangunan amal usaha yang terdampak
Pengawasan pengelolaan keuangan posko dilakukan oleh Pimpinan Persyarikatan di atasnya melalui
Lembaga Pembina dan Pengawas Keuangan (LPPK)
40
Pedoman Penanganan Darurat Bencana
BAB VII
MEAL DAN PELAPORAN
A. PENGERTIAN
Kegiatan penanganan darurat bencana wajib dilakukan proses MEAL (monitoring evaluasi,
akuntabilitas dan pembelajaran). Keempat proses tersebut selalu menyertai sepanjang penanganan
darurat bencana.
B. MONITORING
C. EVALUASI
Adalah proses pengkajian periodik dan sistematik atas relevansi penanganan darurat
bencana, efisiensi dan efektivitasnya, dampak dan keberlanjutan penanganan darurat
bencana pada populasi sasaran. Evaluasi dilakukan berdasarkan data yang dikumpulkan
dalam monitoring, juga data lain yang lebih detail (misalnya survei tambahan) yang
dikumpulkan untuk memahami aspek tertentu/spesifik dari penanganan darurat bencana
secara lebih mendalam.
D. AKUNTABILITAS
adalah bagaimana menyeimbangkan kebutuhan dari berbagai kelompok warga
terdampak. Organisasi penanganan darurat bencana harus menyertakan feedback
mechanism (mekanisme umpan balik dari penerima manfaat kepada pemberi manfaat) ke
dalam sistem M&E. Adanya keluhan dari warga terdampak akan dapat mengidentifikasi
kesenjangan, kebutuhan, dan kepuasan yang dapat meningkatkan kualitas penanganan
darurat bencana. Dengan demikian dalam proses akuntabilitas dilakukan dengan
mengkomunikasikan kegiatan penanganan darurat bencana ke masyarakat dengan memadai
dan waktu yang sesuai; mengajak masyarakat untuk menghargai usulan dan secara aktif
41
mencari umpan balik dari mereka; memilih mekasnime umpan balik yang sesuai dengan
konteks; dan menindaklanjuti umpan balik baik dari penerima manfaat langsung maupun
tidak langsung.
F. METODE
Didasarkan pada projek desain dengan berbasis penerima manfaat, asas manfaat dengan
mengguakan form survey.
1. MEAL menggunakan metode survey, observasi, wawancara atau FGD sesuai dengan
kebutuhan
2. MEAL dilakukan oleh sebuah tim yang terdiri dari sejumlah orang yang memiliki
pengetahuan dan ketrampilan dalam mengimplementasikan MEAL system
3. Tim bertugas melakukan perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan MEAL kepada LPB
Muhammadiyah dan para pihak yang memberikan dukungan pendanaan. Tim melakukan
koordinasi awal dengan Koordinator Divisi Tanggap Darurat bencana sebelum
menjalankan tugas di lapangan.
4.
G. INSTRUMEN
Instrumen secara detail dituangkan dalam formulir tersendiri yang terpisah dari Pedoman
ini. secara umum Instrumen MEAL sebagai berikut :
1. Instrumen Monitoring
Dilakukan dengan teknik monitoring sebelum distribusi dan monitoring sesudah
distribusi (in distribution monitoring dan post distribution monitoring).
42
Pedoman Penanganan Darurat Bencana
a. Jenis sumberdaya,
b. Jumlah/kapasitas sumberdaya,
c. Kualitas sumberdaya, dan
d. Cakupan sumberdaya.
2. Instrumen Evaluasi
a. Kesesuaian sumberdaya yang distribusikan pada kebutuhan penerima manfaat,
b. Efisiensi ketepatan waktu,
c. Dampak yang muncul baik tangible maupun intangible, dan
d. Keberlanjutan proyek pada populasi sasaran.
3. Instrumen Akuntabilitas
Instrumen akuntabilitas dapat dikembangkan lebih lanjut dengan mendapakan
dukungan bukti fisik baik berupa rekaman, catatan/dokumen, maupun pernyataan
tertulis.
a. Proses pelaksanaan pemberian informasi kepada penerima bantuan dan pemangku
kepentingan lain mengenai organisasi LPB Muhammadiyah, rencana operasi, dan
bantuan yang diadakan melalui mekanisme observasi dan tanya jawab kepada para
penerima informasi.
b. Bentuk pelaksanaan konsultasi di awal operasi dan sepanjang masa operasi dengan
penerima bantuan LPB Muhammadiyah mengenai kebutuhan dan aspirasi penerima
bantuan, rencana kegiatan, hak-hak penerima bantuan, dan adanya umpan balik dan
tanggapan dari penerima bantuan.
c. Pengembangan mekanisme umpan balik dan respon kepada umpan balik mengenai
kegiatan LPB Muhammadiyah dan perubahan-perubahannya kepada penerima
bantuan.
d. Mekanisme permintaan keterlibatan donor (perorangan maupun lembaga), kerjasama
kegiatan bersama pihak lain (baik dalam bentuk joint operation, information sharing,
maupun resources sharing), dan pelaporan kepada donor yang terlibat dalam
penyediaan bantuan dalam operasi penanganan darurat bencana LPB
Muhammadiyah.
4. Instrumen Learning
a. Temuan peluang perbaikan operasi penanganan darurat bencana LPB Muhammadiyah
b. Faktor sukses pelaksanaan penanganan darurat bencana LPB Muhammadiyah
c. Harapan perbaikan dari para pihak berkepentingan terhadap LPB Muhammadiyah
43
H. TAHAPAN
I. KAPAN
J. MANAGEMEN MEAL
1. Untuk melaksanakan proses MEAL ini dibentuk tim manajemen yang terdiri dari
Koordinator
2. Administrasi dan Keuangan
3. Data dan Teknologi
44
Pedoman Penanganan Darurat Bencana
2. Laporan perkembangan program dan keuangan untuk respon darurat dengan waktu lebih dari 2
bulan, dilaporkan setiap tanggal 25 setiap bulannya.
3. Laporan pertengahan dan laporan akhir akan ditentukan waktunya sesuai durasi program
4. Laporan akhir harus disertai hasil pemeriksaan keuangan oleh auditor internal, dalam hal ini di
internal Muhammadiyah disertai hasil audit internal dari LPPK (Lembaga Pembina dan
Pengawas Keuangan). Audit eksternal akan dipertimbangkan untuk digunakan menyesuaikan
nominal dana yang dicairkan oleh LAZISMU.
5. Format laporan program dan keuangan menyesuaikan template yang disediakan Lazismu.
6. Laporan akhir juga menyertakan pembelajaran dari pelaksana program dan organisasi mitra
sesuai template yang disediakan LAZISMU.
7. Laporan akhir dilengkapi dengan narasi praktik baik
8. Laporan keuangan sesuai standar keuangan yang diberlakukan oleh LAZISMU, termasuk
didalamnya analisa varians antara rencana penggunaan dan pembelanjaan dana.
45
BAB VIII
PENUTUP
Demikian pedoman sistem penanganan darurat bencana yang disusun sebagai acuan Muhammadiyah
di semua tingkatan
46
Pedoman Penanganan Darurat Bencana
LAMPIRAN 1
LAPORAN KEJADIAN
BANJIR KOTA BIMA NTB
LPB PP MUHAMMADIYAH
3 Januari 2017
I. INFORMASI KUNCI
Jenis bencana Banjir
- Rawat Inap : 33
- Rawat Jalan : 4.579
Material :
- Kecamatan Mpunda 18 Hanyut, 27 Rusak
Berat.
47
- Kecamatan Raba 24 Hanyut, 20 Rusak
Berat, 39 Rusak Sedang
- Kecamatan Rasanae Barat 30 Hanyut, 10
Rusak Sedang
- Kecamatan Asakota 19 Hanyut
- Rumah Rusak Berat 47
- Rumah Rusak Sedang 49
- Rumah hanyut 91
Tempat Usaha :
- Rusak Berat : 77
- Rusak Sedang 39
Fasilitas :
- Perkantoran 10
- Kantor lurah 8
- Masjid 6
- Mushala 12
- Jembatan 2
Fasilitas Kesehatan :
- 4 puskesmas
- 29 puskesmas pembantu
- 29 polindes
- 1 Kantor Labkesda
Fasilitas Pendidikan
- SD : 18
- SMP : 5
- SMA : 4
Lokasi Posko Muhammadiyah RS PKU Muhammadiyah
Jl. Gajah mada no 6 kelurahan manggonao
kota bima
48
Pedoman Penanganan Darurat Bencana
49
29 SDN Sarae Sarae 150
30 STAIM Gues House Salama Salama Nae 44
31 Pondok Pesantren Al Ihlas Melayu Melayu 157
32 SDN 37 Kendo Kendo 42
33 Masjid 8 Ilahi Kendo Kendo 64
34 Masjid Nurul Mubin Penara Penaraga 352
35 Danaterahe Dara Dara 50
36 Mesjid Penanae Penanae 37
TOTAL 6.936
1 KK 110
2 Jiwa 583
3 Balita 35
4 Ibu Hamil 2
5 Manula 15
POSKO 2
STIH Muhammadiyah
NO Uraian Jumlah
1 KK 32
2 Jiwa 100
3 Balita 8
4 Ibu Hamil 2
5 Manula 8
50
Pedoman Penanganan Darurat Bencana
7. SMK kesehatan
8. Ponpes Muhammadiyah
9. Sekolah tinggi ilmu hukum muhammadiyah
10. Sekolah tinggi ilmu agama islam muhammadiyah
11. RS PKU Muhammadiiyah Bima
51
3. Tim HPCRED RS PKU Muhammadiyah Bima
4. Tim Relawan Jawa Timur
5. TIM Asistensi MDMC PP Muhammadiyah
6. Tim Relawan Jawa Tengah
Jumlah relawan 45 Orang
VIII. Kebutuhan
1. Personil semua klaster
2. Biaya komunikasi dan transportasi relawan
3. Beras dan Air Minum
4. Laptop
5. Truk pengangkut lumpur
IX. Sumber Informasi
1. Bpk. Muslimin Ketua MDMC NTB (082144344588)
2. Bpk. Yudhi lestanata Koor Tanggap Darurat MDMC NTB (0818595478)
3. Bpk. Imron ( 085237228414)
4. Bpk. Budi Santosa Pimpinan Tim Asistensi MDMC PP ( 08123638678)
5. Bapak Gufron (085239557544) ketua posko
6. Bapak Sukri (081339805666) Wk. posko
X. Penutup
Demikian laporan ini kami buat sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan tindakan
52
Pedoman Penanganan Darurat Bencana
Lampiran 2
INFORMASI KEJADIAN
Jenis Bencana : Banjir
Lokasi : Bima
Kondisi saat ini : Banjir masih merendam PKU Muhammadiyah Kab Bima setinggi 30
cm, genset terendam, banyak obat-obatan terendam, pasien di
evakuasi ke lantai dua , Pengungsi mulai berdatangan menempati
kantor Pimpinan Muhammadiyah tercatat 300 orang sudah
mengungsi di kantor PDM
53
Lampiran 3
LAPORAN KEGIATAN
UNTUK
LAZISMU
ACEH
54
Pedoman Penanganan Darurat Bencana
Febuari 2017
Jumlah penerima manfaat: 1. 1106 Kepala Keluarga , 42424 Jiwa di Kec Trienggading dan
Kec Ulim
2. 480 Anak di kec Meuredue
55
Ringkasaneksekutif :
Laporan ini menggambarkan pelaksanaan kegiatan respon tanggap darurat bencana gempa bumi di
kabupaten pidie jaya provinsi aceh
Kegiatan di selenggarakan atas kerjasama Lazismu dengan Lembaga Penanggulangan Bencana
Muhammadiyah dari tingkat pusat , wilayah dan daerah atau sering di kenal juga sebagai MDMC
(Muhammadiyah Disaster Manajemen Center )
Alur program dalam kegiatan respon bencana gempa bumi kabupaten pidie jaya provinsi aceh di awali
dengan tahapan tanggap darurat dan transisi ke rehabilitasi , adapun dalam fase tanggap darurat hal
yang di lakukan adalah kegiatan operasi SAR, pelayanan Kesehatan, Pemenuhan kebutuhan dasar,
distribusi logistik ,Penanganan psikososial selanjutnya memasuki tahapan transisi rehabilitasi dengan
kegiatan yang di lakukan adalah pendistribusian logistik, penanganan psikososial,pembangunan masjid
darurat dan pemenuhan kebutuhan fasilitas pendidikan .
Pelaksanaan kegiatan ini diorganisir oleh Lembaga Penanggulangan Bencana Muhammadiyah atau
lebih di kenal sebagai MDMC yang di bantu oleh orang-orang lokal dalam lokasi program sebagai
relawan muhammdiyah yang membantu LPB/MDMC dalam pelaksanaan kegiatan.
A. Latar Belakang
Dini hari pukul 05.03 WIB, gempa berkekuatan 6,4 Skala Richter (SR) mengguncang
Kabupaten Pidie Jaya, Aceh dan sekitarnya pada kedalaman 10 km dengan titik koordinat
lokasi gempa 5.19⁰ LU - 96.36⁰ BT. Akibat gempa dangkal yang terjadi pada dini hari, banyak
warga yang masih terlelap akhirnya menjadi korban dari reruntuhan bangunan.
Tercatat Terdapat 3 Kabupaten yang terdampak akibat gempa Pidie Aceh dengan laporan kejadian
tercatat sebagai berikut :
Meninggal Dunia : 104 Jiwa (Terindentifikasi : 100), Luka Luka : 395 Jiwa ,Pengungsi :
85.265Jiwa ( 130 Titik) Kerusakan : (Masjid dan Meunasah: 324 Unit,Rumah : 19.130,Ruko
: 157 Unit,Kantor Desa : 5 Unit ,Jalan Lingkungan : 14.800 Meter,Jembatan Desa : 51
Unit,Kantor Pemerintahan : 4 Unit,Sekolah : 188 Unit,Rumah Sakit : 1 RSUD Roboh,Pasar :
12 Unit,TK : 1 Unit,SD : 87 Unit,SMP : 73,SMP :17,SMA dan SMK : 10
Dengan latarbelakang tersebut di atas kami dari mdmc dari tingkat pusat sampai daerah bermitra dengan
lazismu mengadakan kegiatan respon tanggap darurat dan rehabilitasi pasca bencana di dua lokasi
tersebut di atas.
Tujuan Kegiatan
Secara umum di harapkan dapat membantu masyarakat terdampak dalam pemenuhan standart minimal
kebutuhan dasar dan mengembalikan kondisi masyarakat terdampak agar tetap bisa hidup lebih
bermartabat
56
Pedoman Penanganan Darurat Bencana
1. Membantu masyarakat terdampak dalam pemenuhan standart minimal kebutuhan mendasar dalam
hal ini adalah kebutuhan pangan, perlengkapan hunian, kesehatan, Air bersih dan sanitasi dan
kebutuhan pendidikan di masa darurat.
2. Membantu masyarakat terdampak dalam pemenuhan fasilitas darurat untuk melakukan kegiatan
ibadah dalam bentuk masjid darurat.
3. Membantu masyarakat terdampak dalam rangka mengembalikan kembali kondisi ekonomi sosial
agar bisa kembali seperti sedia kala .
B. Gambaran Kegiatan
Kegiatan Respon Tanggap Darurat di lakukan di kabupaten pidie jaya provinsi aceh dengan gambaran
kegiatan sebagai berikut :
1. Bantuan Logistik
Bantuan logistik di berikan secara langsung kepada warga terdampak yang tersebar di dua
kecamatan yaitu kec Meuredeu dan kecamatan ulim dengan total penerima manfaat adalah 1106
Kepala Keluarga :
57
No Jenis Bantuan Jml Satuan Penerima Manfaat
1 Kelambu 100 Pcs RS Pidie Jaya
2 Santunan Korban @ 250.000 Rp 31.500.000 Rp 250.000/KK 126 KK di wilayah (
Trienggading,
Pangwa, keude
3 Alat masak 70 Paket 70 KK warga Kec
Ulin
4 Sembako dan Family kit 910 Paket 910 KK/3640 Jiwa
Kec Ulim ,
Trienggading ,
Demputu ,Pantairaja ,
ulegly, Jangka buya
5 Tambahan Nutrisi anak 2600 Paket 130 Anak yang
mengikuti kegiatan
Psikososial selama 20
hari
6 Perlengkapan Sekolah 323 Paket Terdiri paket
perlengkapam
sekolah untuk SD
Muhammdiyah dan
SD di kec
Trienggading
7 Perlengkapan Kelas ( Meja , 80 Set Kursi dan Untuk SD
kursi, Almari,Meja Kursi Guru ) Meja siswa Muhammdiyah
6 Set Meja Guru Meuredeu
6 Almari Kelas
58
Pedoman Penanganan Darurat Bencana
2. Bantuan Kesehatan
Bantuan Kesehatan di berikan di dua lokasi, yang pertama bersama dengan tim RS lapangan TNI
dan yang kedua di pos pelayanan kesehatan Muhammadiyah di camp penggungsian dengan
gambaran kegiatan sebagai berikut:
Tim Kesehatan melakukan kegiatan
A. Bantuan Pelayanan Kesehatan di berikan di tiga lokasi yaitu
1. RS Lapangan TNI ( 7 -18 Desember 2016)
2. Masjid At Taqwa Kec. Meuredeu (7-21 Desember 2016)
3. Munahasah Manyang Cut ( 17 Desember 2016 )
B. Jumlah Tim Kesehatan yang memberikan bantuan sebanyak 15 Dokter 10 Perawat 3 Logistik
kesehatan , Dua Ambulance yang terdiri dari :
1. Tim Kesehatan RS Muhammdiyah Medan
2. Tim Rs Kesehatan UMSU
3. Tim Kesehatan RSI Pondok kopi
4. Tim Kesehatan RSI Cempaka Putih
5. Ti Kesehatan Stikes Lhoksumawe
C. Jumlah pasien 826 Jiwa dengan 5 penyakit terbesar adalah :
1. ISPA
2. Myalgia
3. Dysppsia
4. Cephalgia
59
5. Hipertensi
3. Bantuan Pendidikan
Bantuan dalam bidang pendidikan di lakukan dalam bentuk perbaikan sekolah meliputi hal-hal
sebagai berikut :
A. Perbaikan Sekolah yang rusak
Perbaikan Sekolah di SD Muhammadiyah Meuredeu
1. Perbaikan Pagar Jebol
2. Perbaikan Lantai yang Retak
3. Perbaikan Pintu yang Jebol
B. Bantuan Kebutuhan Perlengkapan Sekolah
1. 80 Set Meja kursi Siswa
2. 6 Set Meja Kursi Guru
3. 6 Paket Lemari Kelas
C. Bantuan kebutuhan Perlengkapan siswa
1. School kit sejumlah 323 paket yang di bagikan kpd 252 Siswa untuk SD Muhammdiyah
Meuredeu dan 71 Anak untuk SD Mesjid Trienggading
2. Seragam Olahraga 323 paket Yang di bagikan untuk 252 Siswa SD Muhammdiyah
Meuredeu dan 71 Paket untuk SD Mesjid Trienggading
60
Pedoman Penanganan Darurat Bencana
4. Pendampingan Psikososial
Pendampingan psikososial di lakukan oleh tim relawan muhammdiyah yang terdiri dari
a. Lokasi Pendampingan
1. Masjid At Taqwa Desa Meunasah Balik Kec Meuredeu tgl 10 -19 Des 2016
2. SD Muhammadiyah Meuredeu 20 -30 Desember 2016
b. Jumlah peserta
Jumlah Peserta yang mengikuti kegiatan 130 anak per kegiatan
c. Materi Kegiatan
Materi Kegiatan Psikososial yang di berikan meliputi sekolah Ceria,Game, Bermain, Outbond,
Perlombaan
d. Bantuan peralatan
Bantuan yang di berikan di antaranya adalah :
1. Paket alat permainan sejumlah 10 Bok
2. Tambahan Nutrisi anak Sejumlah 130 Paket selama 20 Hari total 2600 Paket
e. Jumlah Relawan
Total Jumlah Relawan yang mendampingi sejumlah 60 Relawan dengan relawan Tetap
sejumlah 10 Orang
61
C. Rekomendasi
Kegiatan Respon Gempa Pidie Jaya baru menyeleseikan tahapan tanggap darurat masih ada tahapan
rehabilitasi yang perlu di dampingi dan penguatan kapasitas kelembagaan.
D. Penutup
Demikian laporan Tanggap darurat ini kami sampaikan sebagai pertimbangan dalam pengambilan
keputusan di kegiatan berikutnya .
21 Febuari 2017
62
Pedoman Penanganan Darurat Bencana
Lampiran 4
Contoh Form laporan Keuangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
63
Lampiran 4.2
Contoh Pencatatan Donasi Natura
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
64
Pedoman Penanganan Darurat Bencana
Lampiran 4.3
Contoh Pencatatan Distribusi Bantuan
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
21
65
Lampiran 4.4
Contoh laporan Keuangan
POSKO TANGGAP DARURAT
KAB/KOTA ............................
Per tgl/bln/thn
PEMASUKAN PENGELUARAN
No. Keterangan Jumlah No. Keterangan Jumlah
1 Bantuan Tunai Kaji Cepat
1.1 Bantuan Individu Pencairan dan Penyelamatan
1.2 Bantuan Institusi/Lembaga Evakuasi Korban
1.3 Bantuan Pemerintah Air Bersih dan Sanitasi
1.4 Bantuan Asing Pendidikan
Pangan
Sandang
2 Bantuan Non Tunai Pelayanan Kesehatan dan Penampungan
2.1 Bantuan Individu Hunian Sementara
2.2 Bantuan Institusi/Lembaga Pengelolaan Posko dan Relawan
2.3 Bantuan Pemerintah .............................................
2.4 Bantuan Asing .............................................
Sisa Dana
TOTAL TOTAL
...............................................
Ketua Bendahara
66
Pedoman Penanganan Darurat Bencana
Lampiran 5
Contoh Spanduk
1 Spanduk
67
Lampiran 6
68
Pedoman Penanganan Darurat Bencana
69