Anda di halaman 1dari 8

Wanitani sebagai solusi digital Petani

Padi Kabupaten Demak menggunakan


Teknologi Commerce
Kelompok Pengusul:
1. Melkynorris Putramar Sindruhu Duha
2. Nida Nisrina Daffa
3. Niken Indira Mardani
4. Tri Munawaroh
5. Wahyutri Nugroho Rohmat

“Helping prosperous farmers towards modern agriculture in industry 4.0”


PENDAHULUAN

Sumber pendapatan negara diperoleh dari berbagai sektor, salah satunya yaitu sektor

bidang pertanian. Kementerian Pertanian (2021) menyatakan bahwa Produk Domestik Bruto

(PDB) sektor pertanian meningkat 13,57% tahun 2018. Sektor pertanian memiliki potensi

besar untuk dikembangkan, karena sektor tersebut menghasilkan produk sumber kebutuhan

pangan dan pakan untuk masyarakat Indonesia. Namun terdapat beberapa permasalahan yang

kompleks pada sektor tersebut. Kemajuan teknologi yang begitu cepat, membuat sektor

pertanian dan peternakan sedikit tertinggal. Hal ini disebabkan karena masih banyak petani

dan peternak yang masih tradisional. Rendahnya pendidikan petani dan peternak menjadi

salah satu faktor sulitnya beradaptasi dengan teknologi seperti mengenal gadget ataupun

website. Selain itu, petani dan peternak kesulitan dalam menjualkan produk atau bahan baku

karena tertinggal dari kompetitor yang lebih canggih, seperti marketplace. Harga bahan baku

dari hasil pertanian dan peternakan yang tidak stabil, menyebabkan rantai distribusi yang

panjang, sehingga melewati banyak “tangan” yang memungut keuntungan. Kualitas produk

yang kurang memenuhi standar pasar dan sulitnya memperoleh modal adalah permasalahan

umum yang dihadapi oleh petani ataupun peternak di Indonesia.

Berbagai permasalahan yang sangat kompleks tersebut kami berusaha

menyederhanakan setiap proses dengan solusi digital yaitu WaniTani. WaniTani sebagai

layanan aplikasi on-demand yang menawarkan kebutuhan pangan dan pakan dari petani
ataupun peternak ke mitra (B2B) ataupun ke konsumen (B2C). Fitur Wanitani membantu

menjualkan produk petani dan peternak hulu di Kabupaten Demak, Jawa Tengah sebagai

fokus perkembangan terlebih dahulu, karena mayoritas penduduk Demak bermata

pencaharian sebagai petani dan peternak. Bahan baku tersebut kami lakukan standarisasi agar

berkualitas, sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) oleh Badan Standarisasi

Nasional (BSN), meliputi aspek gizi, (Kalori, Protein, Lemak, Mineral). Wanitani membantu

dalam meningkatkan kualitasnya, seperti Kualitas mutu, kebersihan gudang, hingga

packaging. Sistem pergudangan yang baik dapat membantu start up atau perusahaan dalam

menghasilkan produk yang baik dan berkualitas, sehingga perlu dibuat sebuah ide atau sistem

pergudangan yang baik dan benar dengan memperhatikan bangunan gudang, denah, lokasi,

sistem sanitasi/fumigasi, metode pengemasan, warehousing yaitu menggunakan metode First

in First Out/ Last in First Out (FIFO/LIFO).

Startup ini dimulai dengan mengembangkan layanan WaniTani sebagai aplikasi on-

demand yang membantu menjualkan produk hasil pertanian dan menjualkan limbah hasil

pertanian kepada peternak melalui aplikasi ini. Ekosistem secara keseluruhan tidak banyak

diubah, namun Wanitani berupaya untuk melakukan shifting teknologi dalam membantu

petani dan peternak menjual ataupun memperoleh bahan baku dan menerapkan sistem baru

dalam memproduksi produk, melalui sistem pergudangan untuk produksi dan standarisasi

bahan baku penyimpanan, hingga penjualan ke customer. tujuan


RANCANGAN INOVASI

Harga produk dari pertanian yang tidak stabil, menyebabkan rantai distribusi yang
panjang, sehingga melewati banyak “tangan” yang memungut keuntungan. Kualitas produk
yang kurang memenuhi standar pasar dan sulitnya memperoleh modal adalah permasalahan
umum yang dihadapi oleh petani di Indonesia.

Berbagai permasalahan yang sangat kompleks tersebut kami berusaha


menyederhanakan setiap proses dengan solusi digital yaitu WaniTani. WaniTani sebagai
layanan aplikasi on-demand yang menawarkan kebutuhan pangan dari lahan pertanian ke
mitra (B2B) dan petani ke konsumen (B2C). Fitur Wanitani membantu menjualkan produk
petani hulu di Daerah Demak sebagai fokus perkembangan terlebih dahulu, karena mayoritas
petani Demak penghasil padi. Produk tersebut kami standarisasi agar berkualitas, sesuai
dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN). kami
bantu dalam meningkatkan kualitasnya, seperti kebersihan hingga packaging.

Kami akan memulai ide startup dari lahan pertanian ke mitra (B2B) dan petani ke
konsumen (B2C) dengan objek petani di daerah Demak, Jawa Tengah. Kami memilih Demak
sebagai permulaan karena Demak memiliki potensi tinggi di sektor pertanian terutama padi.
Kami tidak mengganti ekosistem secara keseluruhan namun merangkul ekosistem yang sudah
ada seperti menjadikan tengkulak sebagai key partner dan menjadikan toko bahan pangan
sebagai mitra utama. Platform ini diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang ada.
Tujuan besar kami adalah WaniTani mengupayakan kesejahteraan petani menuju pertanian
modern berbasis digital.
MODEL BISNIS

1. Struktur Organisasi

2. Kelayakan Produk/jasa/teknologi dari segi finansial

3. Strategi Pemasaran

4. Dampak Bisnis untuk berbagai aspek terkait

5. Peluang Pasar

Berdasarkan business model canvas dengan melihat customer segment yang

digunakan untuk market size kami menggunakan data ibu rumah tangga dan UMKM

di Kabupaten Demak dan Kota Semarang, Jawa Tengah.


Penentuan TAM, SAM, dan SOM, data yang diperlukan adalah jumlah customer
segments yang akan ditargetkan. Tim WaniTani menargetkan ibu rumah tangga dan juga
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Berdasarkan gambar diatas tim WaniTani
mengambil data rumah tangga pada Kabupaten Demak dan Kota Semarang. Berikut uraian
lengkap berdasarkan gambar diatas.

1. Tim WaniTani memilih Kabupaten Demak karena sebagai tempat produksi beras
sekaligus target pasar, sedangkan Kota Semarang hanya sebagai target pasar
WaniTani. Alasan Tim WaniTani memilih Kota Semarang sebagai target pasar,
karena Kota Semarang dekat dengan sumber atau supplier produksi beras, sehingga
akses transportasi mudah.

Peluang besar kami targetkan pada UMKM yang berada di Semarang, agar dapat
membeli beras kami dalam jumlah besar dan dapat memenuhi kebutuhan beras ibu
rumah tangga di Semarang.

2. Target pasar awal WaniTani mengambil 0,4% dari total rumah tangga yang membeli
beras, dengan pertimbangan adanya pesaing. Berdasarkan hasil perhitungan sebagai
berikut.
Kab. Demak = 308.171 rumah tangga(BPS) x 0,4%(Asumsi)=1.233 rumah tangga
Kota Semarang=284.012 rumah tangga(BPS) x 0,4%(Asumsi)=1.136 rumah tangga
Total dari kedua kab/kota=2.369 rumah tangga
Asumsi pengeluaran rumah tangga Rp 150.000/customs/bulan
Asumsi pengeluaran UMKM Rp 20.000.000/bulan
3. Berdasarkan perhitungan nilai TAM, yang mengacu pada permintaan pasar total atau
peluang pendapatan yang ada dalam pasar untuk penawaran tersebut.
Total Ibu rumah Tangga (IRT) 2 kabupaten/kota= 2.369(BPS) rumah tangga x Rp
1.800.000.tahun = Rp 4.264.200.00
Jumlah UMKM = 1.647 UMKM x Rp 240.000.000/tahun = Rp 395.280.000.000
Total TAM = Rp 399.544.200,00
4. Berdasarkan perhitungan nilai SAM pasar tersedia yang dapat dilayani adalah bagian
dari total pasar yang tersedia yang sebenarnya dapat diperoleh bisnis.
Jumlah IRT 2 kabupaten/kota= 236 rumah tangga x Rp 1.800.000/tahun= Rp
424.800.000
Jumlah UMKM = 110 UMKM x Rp 240.000.000/tahun= Rp 26.400.000.000
Total SAM= Rp 26.824.800.000
5. Berdasarkan perhitungan nilai SOM beberapa persen dari SAM yang dapat dicapai
bisnis secara realistis dalam jangka pendek hingga menengah.
Total IRT 2 kabupaten/kota= 47(BPS) rumah tangga x Rp. 1.800.000.tahun = Rp.
84.600.000,00
Jumlah UMKM = 22 UMKM x Rp. 240.000.000/tahun = Rp. 5.280.000.000
Total TAM = Rp. 5.364.600,00

Anda mungkin juga menyukai