Anda di halaman 1dari 95

FITRI DAMAYANTI

30101800067
SGD 1
KOMPILASI PRAKTIKUM
LBM 5. ONLINE FIELD TRIP

FORM 14. LAPORAN ONLINE FIELDTRIP DI BALAI BESAR PENELITIAN DAN


PENGEMBANGAN TANAMAN OBAT DAN OBAT TRADISIONAL (B2P2TO-OT)
JL. RAYA LAWU TAWANGMANGU KARANGANYAR
Tanggal 18 Januari 2021
1. Sinema Fitomedika

Tuliskan profil singkat Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional
(B2P2TO-OT)

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional atau B2P2TOOT
merupakan pelaksana teknis Kementrian Kesehatan RI memiliki tugas dan fungsi melaksanakan
penelitian dan pengembangan tanaman obat dan obat tradisional meliputi eksplorasi, inventarisasi,
identifikasi, adaptasi, koleksi, dan pelestarian plasma nutfah tanaman obat. Aktivitas B2P2TOOT
meliputi RISTOJA, Riset TO dan simplisia, Uji khasiat dan keamanan, Uji kesetaraan formula, Riset
model pemberdayaan dan kemandirian masyarakat berbasis tradisional.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO-OT),
dulunya dikenal dengan nama ”Hortus Medicus Tawangmangu” yang dimulai bulan April 1948
secara resmi dikelola oleh pemerintah, sebelumnya Hortus Medicus Tawangmangu awal mulanya
dari Kebun Koleksi Tanaman Obat yang didirikan oleh R.M Santoso Soerjokoesoemo pada awal
kemerdekaan, menggambarkan semangat dari anak bangsa yang tekun dan mencintai budaya
pengobatan nenek moyang. Beliau kemudian mewariskan kebun tersebut pada negara. Visi :Menjadi
institusi rujukan penelitian dan pengembangan tanaman obat dan obat tradisional. Misi :
Meningkatkan mutu Litbang, Mengembangkan hasil Litbang, Meningkatkan pemanfaatan hasil
Litbang.
B2P2TOOT mempersembahkan Kreativitas & Inovasi untuk Peradaban Nusantara dan menjawab
Amanah berperan sebagai Lembaga iptek Tanaman Obat dan Obat Tradisional sebagai agent
pembangunan Kesehatan Tradisional Indonesia (Indonesia Traditional Medicine). B2P2TOOT
memiliki tanggung jawab mengelola iptek Tanaman Obat dan Obat Tradisional dalam mendukung
pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang optimal, melalui penelitian, pengembangan, pelatihan
iptek, pelayanan iptek dan diseminasi.
Riset Tanaman Obat dan Jamu (RISTOJA) menghasilkan pengetahuan etnomedesin tanaman obat
tradisional, spesiesnya antara lain : Pimpinella Alpina (purwoceng), Sonchus arvensis (tempuyung),
Echinacea purpurea (Ekinase), Centella asiatica (Pegagan), Stevia Rebaudiana (Stevia).
Pengembangan bahan baku untuk obat modern antara lain Silimarin dari Sylibum marianum.
Penelitian Jamu Saintifik sampai 2017 menghasilkan 9 jamu saintifik antara lain formula jamu
saintifik hipertensi, hiperurisemia, dyspepsia, hemoroid, osteoarthritis, hiperkolesterolemia,
hepatoprotektor, hiperglikemia, obesitas.
Penelitian disisi hulu meliputi eksplorasi tumbuhan obat, budidaya tanaman obat, dan paska panen.
Budidaya juga ditujukan untuk memenuhi bahan baku saintifik jamu yakni penelitian berbasis
pelayanan. Kebun etalase B2P2TOOT terdapat lebih dari 800 spesies tanaman obat, tahapan
budidaya meliputi pemilihan lokasi penanaman, dll.
B2P2TOOT memiliki kebun tanaman obat di berbagai tempat yang tersebar di kabupaten
Karanganyar dan di luar kabupaten Karanganyar, Rumah Riset Jamu Hortus Medicus, Museum Jamu
Hortus Medicus untuk memfasilitasi aktivitas permuseuman Jamu dalam kerangka Saintifikasi Jamu,
Sinema
kegiatan Wisata Kesehatan Jamu, Gedung Diklat Iptek Tanaman Obat dan Jamu, Rumah Kaca
Adaptasi dan Pelestarian Tanaman Obat, Perpustakaan untuk memfasilitasi dukungan referensi dan
kepustakaan B2P2TOOT.

2. Museum Jamu Hortus Medicus

Amati dan laporkan berbagai bahan obat tradisional, baik berupa tanaman maupun hewan yang
diawetkan atau dibuat herbarium baik basah maupun kering!

Museum Jamu "Hortus Medicus" menyimpan berbagai macam koleksi yang dikelompokkan dalam
ruangan, yaitu:

1. Ruang Herbarium

Terdapat koleksi herbarium basah, kering dan simplisia kering, herbarium basah. Koleksi ini
diperoleh dari Riset Tumbuhan Obat dan Jamu sejak tahun 2012, juga kegiatan eksplorasi
tumbuhan obat yang menjadi agenda rutin Babe Litbang TOOT.

2. Ruang Pamer

Terdapat berbagai macam koleksi beragam terkait Jamu. Koleksi utama adalah Peta Bahan
Jamu Indonesia yang menunjukkan lokasi endemis dari suatu bahan Jamu.

3. Ruang Bahan Jamu

Terdapat berbagai koleksi bahan Jamu dari wilayah Indonesia a.l. berupa mineral, kayu, biji,
dll.

4. Ruang Budaya

Terdapat berbagai koleksi alat kesenian dan budaya yang berkaitan dengan pengolahan dan
tradisi Jamu, a.l. kain tradisional, alat kerja, alat musik, dll.

5. Ruang Produk Jamu

Terdapat koleksi produk Jamu tradisional dan modern, baik dari Indonesia dan luar negeri,
termasuk produk Jamu Saintifik sebagai hasil litbang Babe Litbang TOOT.

6. Ruang Prestasi

Terdapat koleksi sebagai bagian dari milestone (perjalanan dan transformasi Babe litbang
TOOT). Terutama foto-foto transformasi organisasi, hasil litbang dan jejaring kerjasama.

7. Ruang Naskah Jamu

Terdapat koleksi naskah-naskah yang menuliskan Jamu (pengobatan tradisional) dalam beragam
bahasa dan peradaban jaman, a.l. Hindia Belanda, Hindhu-Budha, Sansekerta, Arab, dll.
3. Laboratorium Terbaru

Laporkan laboratorium yang ada di B2P2TO-OT Tawangmangu terakit fungsi dan alat yang spesifk
dalam laboratorium masing-masing.
Fasilitas Pendukung Milik B2P2TOOT

1. Laboratorium Terpadu yang terdiri dari:


 Laboratorium Benih dan Pembibitan, digunakan untuk uji benih dan koleksi benih
 Laboratorium Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman (HPT), digunakan untuk
uji biopstisida, identifikasi HPT, dan koleksi hama.
 Laboratorium Fitokimia dan Instrumen, digunakan untuk skrining kandungan senyawa
kimia, uji kadar bahan aktif, standar mutu bahan jamu, kromatograpi lapis tipis ekstrak,
dan minyak atsiri.
 Laboratorium Formulasi, digunakan untuk formulasi bahan Jamu.
 Laboratorium Galenika, digunakan untuk uji kadar sari, koleksi minyak atsiri, koleksi
ekstrak, Optimalisasi metode ekstraksi (Inisiasi Pusat Ekstrak Daerah).
 Laboratorium Sistematika Tanaman Obat, digunakan untuk determinasi TO dan
koleksi spesimen.
 Laboratorium Mikrobiologi, digunakan untuk uji angka cemaran mikroba dan uji
aktivitas antibakteri.
 Laboratorium Biomolekuler, digunakan untuk uji khasiat dan uji keragaman genetik.
 Laboratorium Kultur Jaringan, digunakan untuk perbanyakan TO dan produksi
metabolit sekunder.
 Laboratorium Farmakologi Sebagai pusat uji praklinik formula Jamu yang menyediakan sarana
dan fasilitas untuk pengukuran, pemeriksaan, riset, pengembangan eksperimen, diklat
iptek, pelayanan iptek dalam uji keamanan dan khasiat formula Jamu yang digunakan
dalam kerangka Saintifikasi Jamu.

2. Laboratorium Pascapanen
3. Laboratorium sediaan bahan jamu
4. Rumah riset jamu Hortus Medicus
5. Museum jamu Hortus Medicus
6. Perpustakaan
7. Sinema fitomedika
8. Gedung iptek tanaman obat dan obat tradisional
9. Rumah kaca adaptasi dan pelestarian tanaman obat
10. Herbarium tawangmanguensis
4. Unit Pengelolaan Pasca Panen

Amati dan laporkan cara pengelolaan pasca panen beberapa jenis tanaman obat, antara lain:
penimbangan dan pencatatan, pencucian dan penyortiran bagian dari tanaman obat yang akan digunakan,
pengeringan dan penyimpanan

Instalasi Pasca Panen


Dikelola untuk memfasilitasi aktivitas iptek pasca panen TO dan simplisia bahan jamu dalam
kerangka Saintifikasi Jamu. Terdiri dari empat lantai dengan peruntukan sebagai berikut:
1) Lantai 1 digunakan untuk penerimaan hasil panen, pencucian, penirisan dan
perajangan
2) Lantai 2 digunakan untuk gudang siap edar, penimbangan, dan uji kadar air simplisia
3) Lantai 3 digunakan untuk pengeringan simplisia dengan oven dan Gudang penyimpanan
simplisia kering
4) Lantai 4 digunakan untuk pengeringan simplisia melalui penjemuran dibawah sinar
matahari langsung.

Instalasi Sediaan Bahan Jamu


Instalasi Sediaan Bahan Jamu dikelola untuk memfasilitasi aktivitas iptek sediaan Jamu
dalam kerangka Saintifikasi Jamu. Instalasi dikelola untuk menyediakan sarana, fasilitas dan bahan
Jamu non simplisia.

Instalasi Produksi Jamu


Instalasi Produksi Jamu dikelola sebagai pusat pengembangan formula Jamu Kemenkes untuk
memfasilitasi aktivitas produksi Jamu dalam kerangka Saintifikasi Jamu. Instalasi menyediakan
produk Jamu dan hasil olahannya.
5. Etalase tanaman obat dan kebun koleksi

Amati berbagai tanaman obat di kebun koleksi tanaman obat terkait nama tanaman obat, bagian
yang digunakan sebagai obat, beserta khasiat yang dimiliki!

Etalase Tanaman Obat

Terletak Desa Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu, dengan ketinggian 1.200 mdpl dan luas 3.505
m2. Merupakan kebun koleksi dan wisata ilmiah TO, terdiri dari ±600 jenis tanaman, seperti
ekinase, lidah buaya, trawas, kluwak, lerak, ashitaba.

Kebun Tanaman Obat

1) KTO Citeureup, 100-200 mdpl seluas 30.000 m2 Citeureup Bogor Jawa Barat, tanaman
yang dapat tumbuh baik adalah rumput mutiara. Iller, kumis kucing, meniran, daun
ungu, tempuyung, tapak liman, kurang lebih 440 spesies tanaman obat tumbuh
disini.
2) KTO Tegalgede, 185-200 mdpl seluas 3.300 m2 Karanganyar Karanganyar Jawa
Tengah, tanaman yang dapat tumbuh baik adalah daun ungu, meniran, pegagan,
tempuyung dll
3) KTO Doplang, 400-600 mdpl seluas 350 m2 di Matesih Karanganyar Jawa Tengah,
tanaman yang dapat tumbuh baik adalah tanaman yang berupa empon empon (kunyit,
temulawak, temu mangga, temu putih, temu ireng, kunyit putih), jati belanda, kumis
kucing, sambiloto, daun ungu, rumput mutiara, keji beling, sambung nyawa,
pegagan dll
4) KTO Ngemplak, 400-600 mdpl seluas 3.127 m2 di Karangpandan Karanganyar Jawa Tengah,
tanaman yang dapat tumbuh baik adalah tanaman yang berupa empon empon
(kunyit, temulawak, temu manga, temu putih, temu ireng, kunyit putih), jati belanda,
kumis kucing, sambiloto, daun ungu, rumput mutiara, keji beling, sambung nyawa,
pegagan dll
5) KTO Toh Kuning, 400-600 mdpl seluas 7.972 m2 di Karangpandan Karanganyar Jawa
Tengah, tanaman yang dapat tumbuh baik adalah tanaman yang berupa empon
empon (kunyit, temulawak, temu manga, temu putih, temu ireng, kunyit putih), jati
belanda, kumis kucing, sambiloto, daun ungu, rumput mutiara, keji beling, sambung
nyawa, pegagan dll
6) KTO Kalisoro, 1.200 mdpl seluas 2.644 m2 (produksi) dan 3.505 m2 di
Tawangmangu Karanganyar Jawa Tengah, tanaman yang dapat tumbuh baik adalah
taraksakum, tempuyung, echinase, daun duduk, daun ungu dll
7) KTO Tlogodlingo, 1.694 – 1.800 mdpl seluas 135.995 m2 di Tawangmangu Karanganyar
Jawa Tengah, tanaman yang dapat tumbuh baik di KTO Tloglodlingo adalah timi, stevia,
teh, menta, krangean, adas, purwoceng, sambang colok, kamilen dll.
6. Klinik Saintifikasi Jamu ” Hortus Medicus”

Amati dan laporkan metode penelitian yang dilakukan macam-macam jamu yang sudah digunakan
sebagai resep, alur pelayanan kepada pasien, dan pemberian resep, beserta metode penegakan diagnosis
yang dilakukan para dokter yang bertugas

Penelitian :

Ramuan yang lolos uji preklinik dilanjutkan Uji Klinik I dan pre-post di RRJ dengan subjek
30-50 dan mengukur parameter keamanan, khasiat, dan QoL. Lalu dapat dikembangkan ke
Uji Klinik Multisenter bertempat di RRJ dan mengikuti tempat praktik dokter yang terlibat,
melibatkan 500 jumlah subjek menggunakan bahan uji Ramuan Jamu dan OHT, menilai
parameter khasiat, keamanan, dan QoL. Apabila baik lalu diajukan dan dapat ditetapkan
sebagai Jamu Saintifik.

Desain Penelitian :
1. Pre-post design
Dilaksanakan di RRJ Hortus Medicus B2P2TOOT Twangmangu Tanpa control, mulai
tahun 2010
2. Uji klinik Multicenter
Multi center, tanpa blinding, dan dibandingkan dengan obat standar. Dilaksanakan di
praktik dokter alumni pelatihan 50 jam, mulai tahun 2012
Parameter penelitian klinik jamu:
1. Safety : pemeriksaan darah, fungsi hati (SGOT SGPT), fungsi ginjal (ureum dan
kreatinin), SAE
2. Efficacy : sesuai yang diteliti (kuantitatif dan kualitatif)
3. Patient report outcome (PRO) penilaian quality of life

Praktek di klinik
Ruang lingkup :
1. Pendaftaran ( informed consent, request consent, pasien umum(jamu registry)
atau subjek penelitian) dan rekam medis
 Informed Consent
 Request Conset
 Pasien Umum (Jamu Registry) Atau Saubjek Peneitian
2. Pemeriksaan dokter
3. Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang (kimia darah, usg,
ekg)
4. Diagnosis
5. Terapi jamu dan konsultasi jamu

Resep dokter
Ada 2 pilihan
 Penulisan lengkap
 Koding
Dx+ derajat

Contoh

Alur :
1. Pendaftaran secara online (melalui whats app)
2. Konsultasi secara telemedicine :
- Anamnesis (keluhan utama, RPS, RPD, pemeriksaan vs terakhir,
pemeriksaan penunjang)
- Analisis kondisi pasien : keputusan jamu sebagai terapi komplementer atau alternatif
- Edukasi pasien
3. Peresepan jamu
4. Peracikan jamu

Semarang, 6 Januari 2022


Instruktur pendamping,

(Dr. Atina Hussaana, M.Si. Ap)


FORM 15. LAPORAN SEMENTARA KARYA WISATA Pabrik Jamu PT Sido Muncul
(Jl. Soekarno Hatta Km 28 Kec. Bergas - Klepu, Semarang)
Tanggal 19 Januari 2021
1. Profil Company

Perhatikan sejarah, visi dan misi, SDM termasuk peran dokter di PT Sido Muncul
Sejarah :

Sido Muncul lahir dari tangan dingin dan terampil Ibu Rahmat Sulistio yang merintis
usaha rumahan dengan tiga orang karyawan pada tahun 1930an di Yogyakarta. Pada tahun 1940,
ibu Rahmat Sulistio untuk pertama kalinya meracik ramuan jamu godogan untuk masuk angin
yang dinamakan “Tolak Angin”. Pemilihan bahan yang berkualitas dan komposisi yang tepat
membuat jamu Tolak Angin disukai masyarakat dan semakin popular. Tetapi situasi perang
membuat keluarga ibu Rahmat Sulistio harus hijrah ke Semarang. Pada tahun 1951, sebuah
pabrik jamu sederhana didirikan di jalan Mlaten Trenggulun, Semarang, dengan nama “Sido
Muncul” yang artinya “impian yang terwujud”. Hampir 20 tahun kemudian, pada tahun 1970,
dibentuk persekutuan komanditer dengan nama CV Industri Jamu & Farmasi Sido Muncul. Pada
tahun 1975, bentuk usaha Sido Muncul diubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT
Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul. Seluruh usaha dan aset dari CV Industri Jamu Dan
Farmasi Sido Muncul digabungkan ke dalam dan dilanjutkan oleh perseroan terbatas tersebut.

Pada tahun 1984, Sido Muncul memindahkan lokasi pabrik ke Lingkungan Industri Kecil di
Jalan Kaligawe, Semarang. Pabrik yang baru dibangun tersebut telah menggunakan mesin-mesin
modern dengan jumlah karyawan yang terus bertambah seiring dengan peningkatan kapasitas
produksi. pada tahun 1992 Sido Muncul mulai memproduksi Tolak Angin dalam bentuk cair yang
lebih praktis dan rasa yang enak. Meskipun demikian, sejak masih dalam bentuk jamu godogan
pada tahun 1930, lalu menjadi jamu serbuk pada tahun 1951 hingga menjadi bentuk cair saat
ini, resep Tolak Angin yang diformulasikan oleh ibu Rahmat Sulistio masih tetap sama.

Pada tahun 1997 Sido Muncul membangun unit pabrik yang lebih besar dan modern di
lahan seluas 30 hektar di Klepu, Kecamatan Bergas, Ungaran, Jawa Tengah. Pabrik tersebut
diresmikan pada tanggal 11 November 2000 oleh Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial
saat itu. Saat peresmian pabrik, Sido Muncul sekaligus menerima 2 (dua) sertifikat, yaitu Cara
Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) dan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
setara dengan farmasi. Kedua sertifikat tersebut menjadikan Sido Muncul sebagai satu-satunya
pabrik jamu berstandar farmasi. Pada tahun 2018, Sido Muncul telah merampungkan
pembangunan pabrik Cairan Obat Dalam II (COD II) dengan kapasitas produksi sekitar 100 juta
sachet per bulan yang telah beroperasi penuh pada tahun 2019.
Visi Dan Misi :

Visi : Menjadi perusahaan farmasi, obat tradisional, makanan minuman kesehatan, kosmetik
dan pengolahan bahan baku herbal yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan
lingkungan.

Misi :

 Mengembangkan produk-produk berbahan baku herbal dalam bentuk sediaan farmasi, obat
tradisional, makanan minuman kesehatan, dan kosmetik berdasarkan penelitian yang
rasional, aman, dan jujur.
 Mengembangkan penelitian obat-obat herbal secara berkesinambungan.
 Membantu dan mendorong pemerintah, institusi pendidikan, dunia kedokteran agar
lebih berperan dalam penelitian dan pengembangan obat dan pengobatan herbal.
 Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya membina kesehatan melalui pola
hidup sehat, pemakaian bahan-bahan alami, dan pengobatan secara naturopathy.
 Melakukan Corporate Social Responsibility
 (CSR) yang intensif.
 Mengelola perusahaan yang berorientasi ramah lingkungan.
 Menjadi perusahaan obat herbal yang mendunia.

SDM :

Sampai akhir tahun 2019 Perseroan dan entitas anak memiliki 4.088 karyawan.
Jumlah ini berkurang 632 orang atau turun sebesar 13,4 % dibandingkan tahun 2018 yang
berjumlah 4.720 karyawan. Penurunan jumlah karyawan terjadi karena pada akhir tahun 2018
hingga awal tahun 2019 Perseroan merelokasi pabriknya dari Lingkungan Industri Kecil (LIK) Jalan
Kaligawe Semarang ke Pabrik Klepu di Bergas, Ungaran. Terkait relokasi tersebut, sebanyak 604
karyawan memilih opsi pensiun dini.
2. Prosedur pembuatan obat dan jamu yang dilaksanakan di PT Sido Muncul

Perhatikan Acuan/ standart yang digunakan, tahapan yang dikerjakan mulai dari bahan baku sampai
menjadi produk.

Perolehan Bahan Baku


Perseroan menyediakan bibit unggul, pupuk, peralatan, penyuluhan dan pendampingan
teknis mulai dari proses tanam, pemeliharaan, panen, hingga pemrosesan hasil pasca panen
untuk menjadi bahan baku sesuai standar kualitas pabrik, serta bimbingan pembuatan pupuk
organik. Selain itu, Perseroan juga bersedia membeli seluruh hasil panen (dalam bentuk
simplisia) tanpa dibatasi kuota dengan harga yang pantas. Program Desa Rempah pertama kali
diterapkan pada tahun 2014 di desa- desa sekitar pabrik Sido Muncul (ring 1) di Kabupaten
Semarang yaitu desa Gondoriyo, Gladasari, Kaligentong, Klepu, Bergaskidul, Diwak, Karangjati
dan Ngempon. Selanjutnya, program juga dikembangkan di desa Gladagsari dan Kaligentong di
Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali. Tanaman rempah yang dibudidayakan antara lain kayu ules,
jahe, kencur, kunyit, kayu manis, daun sirih, daun katuk, daun kemangi, daun pandan, daun
sereh dan daun ungu.
Untuk menjamin kontinuitas volume dan kualitas bahan baku (simplisia) yang berasal
dari produk pertanian, Sido Muncul menjalin hubungan kemitraan dengan para petani
rempah yang menjadi bagian dari rantai pasok Perseroan. Sido Muncul membina dan
mendampingi para petani rempah untuk memitigasi risiko volatilitas pada rantai pasokan bahan
baku demi kesinambungan usaha jangka panjang. Bahan baku simplisia seperti kunyit,
temulawak, jahe dan lain-lain diperoleh dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Nusa Tenggara
Barat, dan Papua. Sedangkan bahan baku non-simplisia selain diperoleh melalui impor juga
berasal dari pemasok lokal di daerah Jawa dan Lampung. Untuk bahan baku simplisia dan non-
simplisia tertentu yang tidak tersedia di Indonesia seperti ginseng merah, vitamin, krimer, taurin,
citrid acid, sodium bikarbonat dan lain-lain diimpor melalui perusahaan trading sedangkan untuk
flavor sudah tersedia dari hasil produksi dalam negeri meskipun bahan baku flavor yang
digunakan sebagian masih merupakan material impor seperti Chocolate Swiss, Luxarom dan lain
lain.
Proses Quality Control di PT. Sidomuncul dimulai dari pemeriksaan bahan awal sampai dengan produk
jadi. Pemeriksaan tersebut meliputi:

1. Pemeriksaan Bahan Awal


Memastikan bahwa bahan awal untuk produksi memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan
untuk identitas bahan, kualitas bahan dan keamanannya.
Adapun pemeriksaan bahan awal meliputi:
 organoleptis
 zat aktif
 cemaran mikroba
 aflatoksin
 camaran logam berat
 cemaran bahan haram melalui pemeriksaan DNA Babi.
Selain itu juga untuk bahan pengemas dilakukan pemeriksaan ukuran kemasan, berat
kemasan, ketebalan kemasan dan desain kemasan.
2. Pengawasan selama proses Produksi (In Process Control/IPC)
Memastikan bahwa tahapan-tahapan proses produksi telah dilaksanakan sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan.
Pengawasan selama proses produksi (In Process Control / IPC) meliputi:
 Pemeriksaan organoleptik yang meliputi warna, bau dan rasa
 Pemeriksaan pH, kadar air, brix, viscositas, waktu hancur
 Pemeriksaan zat aktif
 Pemeriksaan sarana penunjang yang meliputi: lingkungan produksi, air maupun
peralatan produksi
 Pemeriksaan selama pengemasan sekunder akhir, meliputi pengecekan kodifikasi pada
inner box, jumlah sachet dalam inner box / outeroll dan kodifikasi pada box
 Pemeriksaan cemaran mikroba, aflatoksin, cemaran logam berat
Semua pemeriksaan di atas harus memenuhi spesifikasi produk yang telah ditetapkan
sebelum didistribusikan kepada konsumen.
3. Retained Sample
Setiap bets produksi diambil sejumlah sampel untuk disimpan sampai masa kadaluwarsa
plus 1 tahun sebagai sampel pertinggal atau retained sample. Secara periodik sampel
pertinggal ini akan dianalisa untuk memeriksa kestabilannya sekaligus juga bisa
dipergunakan sebagai pembanding seandainya ada komplain dari konsumen.
Ekstraksi :
Fasilitas yang dimiliki SHI di antaranya adalah peralatan untuk mengolah bahan mentah
(termasuk sebelum proses awal pengolahan bahan mentah), penyaringan air secara osmosis,
peralatan ekstraksi dinamik, vakum rendah desikator suhu, pelarut ekstraksi bertenaga tinggi,
peralatan ekstraksi kromatografi dan alat pengering semprot. Proses produksi di SHI
menggunakan metode yang terstandar untuk mengekstraksi bagian-bagian tanaman yang
berkhasiat untuk kesehatan seperti dari daun, bunga, kulit tanaman, akar, benih dan buah.
Produk SHI adalah ekstraksi untuk memasok produk makanan, minuman, farmasi,
nutraceutical, kosmetik dan pertanian. Dikerjakan secara teliti dengan prosedur dan
pengawasan yang ketat, SHI turut menjaga kelangsungan tanaman obat dan herbal di
Indonesia.
Active Substance Standarization
Pemenuhan Standar GMP (CPOTB)
3. Fasilitas yang dimiliki

Perhatikan fasilitas laboratorium, Kebun percobaan dan budidaya tanaman obat, Extraction Centre,
Pengolahan air bersih, Pengolahan air limbah, dan klinik Holistik. Amati fungsi dari masing-masing
fasilitas beserta alat spesifik yang dimiliki.
Fasilitas Laboratorium :
1. Laboratorium Kimia
2. Laboratorium Intrumentasi
3. Laboratorium Mikrobiologi
4. Laboratorium Farmakognosi
5. Laboratorium Uji Stabilitas
6. Laboratorium Formulasi
7. Laboratorium Farmakologi
8. Laboratorium Produksi
9. Laboratorium Klinik
10. Laboratorium IPS (In Process Control)
11. Laboratorium Budidaya

Extraction Centre
Fasilitas yang dimiliki SHI di antaranya adalah peralatan untuk mengolah bahan mentah
(termasuk sebelum proses awal pengolahan bahan mentah), penyaringan air secara
osmosis, peralatan ekstraksi dinamik, vakum rendah desikator suhu, pelarut ekstraksi
bertenaga tinggi, peralatan ekstraksi kromatografi dan alat pengering semprot. Proses
produksi di SHI menggunakan metode yang terstandar untuk mengekstraksi bagian-
bagian tanaman yang berkhasiat untuk kesehatan seperti dari daun, bunga, kulit
tanaman, akar, benih dan buah. Produk SHI adalah ekstraksi untuk memasok produk
makanan, minuman, farmasi, nutraceutical, kosmetik dan pertanian. Dikerjakan secara teliti
dengan prosedur dan pengawasan yang ketat, SHI turut menjaga kelangsungan tanaman
obat dan herbal di Indonesia.

Pengelolaan Limbah
Dampak dan risiko lingkungan penting yang terkait dengan kegiatan Perseroan di
antaranya adalah:
a. Penggunaan air bersih: Air bersih digunakan untuk mengoperasikan boiler, mencuci
bahan baku, mencuci mesin dan peralatan.
b. Penggunaan gas CNG: Gas CNG diperlukan untuk mengoperasikan oven, boiler, dan
drum dryer.
c. Timbulan air limbah: Air limbah dihasilkan dari kegiatan pencucian tong, ampalan,
ember, dan plastik.
d. Freon: Freon digunakan sebagai gas pendingin AC.
e. Emisi Udara: Dihasilkan dari gas buang kendaraan angkutan produk dan penggunaan
chiller.
f. Listrik: Listrik digunakan untuk pengoperasian blower dan mesin produksi, serta
untuk mendukung kegiatan kantor.

PT Berlico Mulia Farma berlokasi di Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Kegiatan produksi


dilakukan di pabrik seluas 7.767 m2 yang dilengkapi dengan fasilitas untuk memproduksi
obat dalam bentuk cairan sirup/suspensi, tablet, tablet salut, dan krim. Selain itu juga
terdapat fasilitas penunjang seperti laboratorium penelitian dan pengembangan, ruang
pengawasan pengendalian mutu, gudang penyimpanan serta sarana pengolahan limbah.
Pemanfaatan ampas jamu menjadi bahan bakar boiler biomassa Kegiatan produksi
Perseroan menghasilkan limbah ampas jamu yang jumlahnya sangat besar. Perseroan
berinisiatif untuk memanfaatkan limbah tersebut menjadi pelet biomassa untuk bahan bakar boiler.
Pemanfaatan ampas jamu ini memiliki 2 keuntungan, yaitu; mengurangi limbah ampas jamu, dan
mengurangi bahan bakar fosil yang sebelumnya digunakan yaitu CNG dan MFO.
Sistem pengolahan limbah cair di Perseroan dilakukan di IPAL yang beroperasi 24 jam dalam
3 shift. Pada tahun 2019 input limbah yang diolah tercatat sebanyak 70.151 m3 sedangkan
outputnya sebesar 55.388 m3.
Mengolah ampas menjadi minyak atsiri, memanfaatkan sludge IPAL sebagai pupuk,
memanfaatkan ampas ekstrak jamu untuk pupuk, dan mengganti sistem diffuser dengan sistem
ekorator sehingga menurunkan beban cemaran.
Limbah emisi diolah dengan sealer absorber, mengganti bahan bakar fosil dengan bahan bakar
terbarukan, mengendalikan emisi dengan menyediakan sepeda untuk sarana transportasi di
lingkungan pabrik.

Limbah Padat Organik


98% limbah padat adalah bahan organik. Sejak tahun 2000 berupa ampas ekstraksi, limbah produksi,
limbah pertanian (daun, ranting, kayu), limbah rumah tangga, dan lain sebagainya. Seiring perjalanan
waktu, sebagian besar dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan dalam bentuk biomass
dan wood pellet.

Limbah Padat Non Organik


2% bahan anorganik, seperti sisa kemasan produk, plastic, botol, dan lain sebagainya.
Sebagian digunakan produk daur ulang berupa produk hasil handycraft sebagai kegiatan
Corporate Social Responsibilty (CSR) pada masyarakat sekitar dan sebagian dimusnahkan
menggunakan mesin incinerator, panasnya dapat digunakan sebagai sumber energi
pengeringan bahan baku.
Berikut adalah beberapa upaya yang dilakukan secara berkesinambungan telah memberikan konstribusi
terhadap kelestariaan lingkungan seperti:

 Telah memiliki IPAL dengan teknologi baru


 Pengelolaan Limbah Cair yang berdampak baik pada lingkungan
 Limbah padat organik yang diolah menjadi pupuk organik dan sumber energi terbarukan
dalam bentuk biomass dan wood pellet.
 Limbah padat anorganik dapat memberikan kontribusi dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat
sekitar melalui pembuatan daur ulang berupa handycaft
 Air hujan dikembalikan lagi ke dalam tanah melalui 51 (lima puluh satu) sumur resapan dan
biopori.
4. Produk

Amati jenis-jenis pengelompokan produk PT Sido Muncul dan upaya-upaya pengembangan produk
yang dilakukan.
Kegiatan usaha yang dijalankan Perseroan saat ini adalah industri jamu/herbal. Produk-
produk yang dihasilkan Perseroan terbagi dalam produk Herbal, produk Food & Beverage, dan
produk Farmasi. Produk herbal unggulan antara lain Tolak Angin yang terdiri dari beberapa varian
yaitu Tolak Angin Cair, Tolak Angin Cair Anak, Tolak Angin Bebas Gula dan Tolak Angin Flu, lalu
Tolak Linu Cair, Tolak Linu Mint, Jamu Komplit, Sari Kulit Manggis, dan Sari Kunyit

Produk unggulan untuk segmen Food & Beverage antara lain KukuBima Ener-G!
dengan berbagai macam varian rasa antara lain Anggur, Mangga, Jeruk, Original, Kopi, Susu
Soda, Jambu dan Nanas, lalu Susu Jahe, Kopi Jahe serta berbagai macam minuman kesehatan
lainnya. Sedangkan produk farmasi unggulan antara lain Anacentine Sirup, Inflasone dan
Licodexon.

Saat ini PT Berlico Mulia Farma telah memproduksi sekitar 80 jenis obat yang terdiri dari
produk- produk ethical, OTC, suplemen makanan dan obat herbal. Merek produk yang dipasarkan
antara lain: Anacetine (obat penurun panas untuk anak), Berlosid (obat maag), Anabion
(multivitamin anak-anak), Suprabion (multivitamin untuk orang dewasa), dan Minyak Telon
Cap 3 Anak.

Semarang, 2 Januari 2022


Instruktur pendamping,

(Dr. Atina Hussaana, M.Si. Ap)


Modul Elektif Obat Tradisional
FORM 1. PERBEDAAN & PERSAMAAN JAMU, OHT & FITOFARMAKA

Nama Produk : Jamu Kunyit Lelap Tensigard


Asam
Sidomuncul
Logo :

Jenis Obat Tradisional : Jamu OHT Fitofarmaka


Bentuk sediaan : Serbuk Kaplet salut Kapsul
selaput

Nama Paten : Kunyit Asam Lelap Tensigard


Sidomuncul

Komposisi : Curcuma Valerianae Ekstrak


Domestica Radix 250 mg, seledri (Apium
Rhizoma Myristicae graveolens)
Extract 5 gr, semen 115 mg, 75% dan
Tamarindi Eleuthroginsen ekstrak kumis
indica pulpa g Radix 100 kucing
extract 2,5 gr, mg, Polygalae (Orthosiphon
Citric acid, Radix 135 mg stamineus)
sucrose, salt 25%
Indikasi : Secara Obat ini dapat Menurunkan
tradisional digunakan tekanan darah
membantu untuk sistolik dan
melancarkan meringankan diastolic
haid dan gangguan tidur
menyegarkan berupa
badan. insomnia,
hipersomnia,
parasomnia, dan
lain-lain.
Efek samping : Sakit kepala Mual, muntah, Dapat
dan mual sakit kepala, menyebabkan
jantung sakit kepala dan
berdebar (jika mual.
digunakan
dalam dosis
besar)
Aturan Pakai : Sehari 1 Penggunaan 1 kasul 3 kali
bungkus atau obat yang sehari, diminum
sesuai disarankan sesudah makan
kebutuhan, adalah
tuang pada ± sebanyak 1-2
150 cc air kaplet per hari.
hangat atau Obat lelap
dingin aduk kaplet diminum
sampai rata. 30 menit – 1
Sebaiknya jam sebelum
langsung tidur.
diminum.
Cara Penyimpanan : Simpan di Simpan pada Simpan di
tempat kering, suhu di bawah tempat sejuk
terhindar dari 30 derajat dan kering,
sinar matahari Celsius, di hindarkan dari
di bawah suhu tempat kering cahaya, dan
30ºC. dan sejuk. kelembapan.

15
Expired Date : 8 Juni 2023 Bulan September Bulan April 2024
2024
No Registrasi : No. Registrasi: POM No. Registrasi : No. Registrasi : POM
TR 082 288 331 POM HT. 142 500 FF 031 300 041
451
Kemasan : Sachet Strip Blister
Produsen : PT. Industri Jamu PT. SOHO Industri PT. Phapros
Dan Farmasi Sido Pharmasi
Muncul Tbk
Tempelkan brosur :

Semarang, 7 Desember 2021


Instruktur praktikum,

(Dr. Atina Hussaana, M.Si. Ap)

16
FORM 2. PENGENALAN BENTUK-BENTUK SEDIAAN OBAT
TRADISIONAL

No Bentuk Sediaan Contoh-contoh


1 Serbuk

Serbuk jamu instan kunyit


asam sidomuncul

2 Rajangan

Rajangan jamu teh daun tin

3 Pil
Jamu pil anti sakit gigi
dan gusi

4 Dodol / jenang

Dodol Jinten Habbatussauda

5 Pastiles

Permen mint pelega tenggorokan Alba


Pastiles
6 Tablet

Tablet herbal Pereda sariawan


“Kuldon Sariawan”

7 Kapsul

Fitofarmaka tensigard kapsul penurun


tekanan darah

8 Cairan :
Larutan
Larutan pereda panas dalam cap badak

Emulsi

Suplemen penambah napsu makan


Curcumaplus Emulsion
Suspensi

9 Semi padat :
Salep

Salep herbal penghilang bekas luka


“Salep Kulit Guci Pustaka”

Krim

Krim herbal pencerah wajah “Herbal


Plus”
Gel

Sediaan gel lidah buaya

10 Suppositoria

11 Plaster / koyo

Plaster lutut pereda nyeri sendi herbal

12 Lain-lain :
Semarang, 7 Desember 2021
Instruktur praktikum,

(Dr. Atina Hussaana, M.Si. Ap)


17
FORM 3. DETERMINASI DAN IDENTIFIKASI KANDUNGAN ZAT AKTIF
FARMAKOLOGIK PADA TANAMAN OBAT

Nama Lokal : Biji Pare


Deskripsi Tanaman : Peria atau pare adalah tumbuhan merambat
yang berasal dari wilayah Asia Tropis,
terutama daerah India bagian barat, yaitu
Assam dan Burma. Anggota suku labu-labuan
atau Cucurbitaceae ini biasa dibudidayakan
untuk dimanfaatkan sebagai sayuran maupun
bahan pengobatan.
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Cucurbitales
Famili : Cucurbitaceae
Genus : Momordica
Spesies : Momordica charantia L.
Bagian Tanaman yang : Biji
berkhasiat Obat

Gambar Bagian :
Tanaman yang
berkhasiat Obat

Keterangan gambar : Gambar tersebut merupakan biji pare hijau


yang telah dikeringkan

Kandungan senyawa : Biji pare mengandung senyawa polifenol yakni


flavonoid, asam fenolic, tanin, dan lignin yang
aktif dalam bagian memiliki sifat antioksidan. Saponin dan alkaloid
yang merupakan senyawa metabolit sekunder
tanaman yang memiliki peran sebagai antibakteri yang juga
digunakan sebagai obat terdapat dalam biji pare. Terdapat 7 komponen
fatty acid yang terkandung dalam ekstrak biji pare,
namun yang terbanyak adalah α-eleostearic acid
yang merupakan asam lenolenat yang terkonjugasi
yang mempunyai efek sebagai anti tumor .
Berbagai vitamin dan mineral juga terkandung
dalam biji pare seperti vitamin A, B12, C, E, asam
folat, zinc, besi, kalsium, magnesium, potassium,
dan sodium.

21
Khasiat bagian : Terdapat 7 komponen fatty acid yang terkandung
dalam ekstrak biji pare, namun yang terbanyak
tanaman yang adalah α-eleostearic acid yang merupakan asam
digunakan sebagai obat lenolenat yang terkonjugasi yang mempunyai efek
sebagai anti tumor (GÖLÜKÇÜ et al., 2014). Biji
berdasarkan bukti pare mengandung senyawa polifenol yakni
flavonoid, asam fenolic, tanin, dan lignin yang
empirik memiliki sifat antioksidan (Sorifa, 2018). Saponin
dan alkaloid yang merupakan senyawa metabolit
sekunder memiliki peran sebagai antibakteri yang
juga terdapat dalam biji pare (Riferty, 2018).
Efek farmakologis : 1. Biji pare dapat menjadi antioksidan
kearena terdapat senyawa flavonoid (Sorifa,
bagian tanaman yang 2018).
digunakan sebagai obat
(Sebutkan sumbernya
dari jurnal hasil 2. Biji pare dapat menjadi obat anti tumor
karena mengandung asam lenolenat yang
penelitian) terkonjugasi (GÖLÜKÇÜ et al., 2014).

3. Biji pare dapat membantu pertumbuhan


rambut karena mengandung berbagai vitamin
seperti Vit A, Vit B, Vit C, dan Vit E yang
merangsang dari pertumbuhan rambut
(Semalty et al., 2011).

4. Biji pare juga memiliki khasiat sebagai


pembersih/ antibakteri karena menghasilkan
senyawa saponin (Riferty, 2018).

Semarang, 7 Desember 2021


Instruktur praktikum,

(Dr. Atina Hussaana, M.Si. Ap)

22
FORM 4. PROSES EKSTRAKSI

Nama Simplisia : Rimpang jahe

Berat awal simplisia (g) : 100 gr

Metode ekstraksi : Metode infundasi

Prinsip kerja : Metode infundasi adalah proses ekstraksi yang


umumnya digunakan untuk menyari zat kandungan
aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati.

Infus dibuat dengan cara :

1. membasahi bahan bakunya, dengan air 2 kali bobot


bahan, untuk bunga 4 kali

bobot bahan dan untuk karagen 10 kali bobot bahan.

2. bahan baku ditambah dengan air dan dipanaskan


selama 15 menit pada suhu 90ºc

– 98º C. Umumnya untuk 100 bagian sari diperlukan


10 bagian bahan.

Pelarut dalam ekstraksi : Air

Frekueansi floading : -

Berat ekstrak yang : 10 gr


dihasilkan (g)
Total rendemen (%) : 10%

Faktor-faktor yang : 1. Suhu


mempenagruhi hasil
ekstraksi

: 2. Jenis simplisia

3.

4.

5.

Semarang, 8 Desember 2021

Instruktur praktikum,

(Dr. Atina Hussaana, M.Si. Ap)

FORM 4. PROSES EKSTRAKSI


Nama Simplisia : Daun salam

Berat awal simplisia (g) : 100 gr

Metode ekstraksi : Metode maserasi

Prinsip kerja :  Masukkan ke dalam bejana dengan


perbandingan 1 pelarut : 10 simplisia ,
 Masukkan dalam satu tempat
 Lakukan perendaman dan pengadukan setiap
beberapa jam kemudian aduk lagi, agar
senyawa di simplisia keluar,
 Setelah terjadi pengadukan, lalu nanti di aduk
lagi, setelah itu buka dan ambil filtratnya dari
hasil ekstrak maserasi dan akan tersaring
jernih.

Pelarut dalam ekstraksi : Air

Frekueansi floading : -

Berat ekstrak yang : 10 gr


dihasilkan (g)

Total rendemen (%) : 10 %

Faktor-faktor yang : 1. Lama perendaman


mempenagruhi hasil
ekstraksi
: 2.

3.

4.

5.

Semarang, 8 Desember 2021

Instruktur praktikum,

(.Dr. Atina Hussaana, M.Si. Ap)

FORM 4. PROSES EKSTRAKSI

Nama Simplisia : Daun salam


Berat awal simplisia (g) : -

Metode ekstraksi : Rebusan

Prinsip kerja : Simplisia dimasukkan kedalam air mendidih dan


direbus selama 15 menit . Setelah agak dingin air
rebusan simplisia disaring.

Pelarut dalam ekstraksi : Air

Frekueansi floading : -

Berat ekstrak yang : -


dihasilkan (g)

Total rendemen (%) : -

Faktor-faktor yang : 1. Waktu proses perebusan


mempenagruhi hasil
ekstraksi

: 2. Banyaknya air yang digunakan

3.

4.
5.

Semarang, 8 Desember 2021

Instruktur praktikum,

(Dr. Atina Hussaana, M.Si. Ap)

FORM 4. PROSES EKSTRAKSI

Nama Simplisia : Daun salam

Berat awal simplisia (g) : -

Metode ekstraksi : Metode solektasi

Prinsip kerja : • Simplisia dibungkus kedalam kertas saring


dan dimasukkan kedalam tabung tempat simplisia

• Pelarut yang jernih diletakkan di labu dan


diletakkan di bawah labu simplisia

• Kemudian pelarut di panaskan hingga uap


menuju ke tempat pendingin yang paling atas
kemudian uapnya akan terkondensasi dan
mengembun

• Embun hasil tetesnya turun mengenai serbuk


simplisia dan mengalir ke labu yang berisi pelarut

• Labu yang berisi pelarut berubah warna


menjadi sesuai dengan simplisia dan warnanya
menjadi hijau kental
Pelarut dalam ekstraksi : Etanol

Frekueansi floading : 18 kali

Berat ekstrak yang : -


dihasilkan (g)

Total rendemen (%) : -

Faktor-faktor yang : 1. Suhu


mempenagruhi hasil
ekstraksi

: 2. Jumlah uap

3.

4.

5.

Semarang, 8 Desember 2021

Instruktur praktikum,
(Dr. Atina Hussaana, M.Si. Ap)

FORM 4. PROSES EKSTRAKSI

Nama Simplisia : Daun salam

Berat awal simplisia (g) : -

Metode ekstraksi : Metode perlokasi

Prinsip kerja : • Menggunakan bantuan alat perkolat , prinsip


kerjanya hampir sama dengan metode maserasi
namun dengan pelarut yang lebih sedikit

• Metode ini memperbaiki metode maserasi


sehingga hasil rendemannya lebih baik dibandingkan
dengan metode maserasi

• Pada alat perkolasi pelarut diletakkan di


paling atas dan simplisia di tengahnya dimana di
bawah sebelum ke labu hasilnya terdapat sekat yang
seperti penyaring

• Kecepatan tetes aliran di atas (antara pelarut


dengan tempat simplisia) sama dengan kecepatan tetes
aliran di bawah (antara tempat simplisia dengan labu
hasil)

Pelarut dalam ekstraksi : Etanol


Frekueansi floading : -

Berat ekstrak yang : -


dihasilkan (g)

Total rendemen (%) : -

Faktor-faktor yang : 1. Jumlah pelarut


mempenagruhi hasil
ekstraksi

: 2. Penentuan kecepatan aliran air

3. Pengaturan alat perkolat, penentuan letak sekat

4.

5.

Semarang, 8 Desember 2021

Instruktur praktikum,

(Dr. Atina Hussaana, M.Si. Ap)


FORM 4. PROSES EKSTRAKSI

Nama Simplisia : Kulit lemon

Berat awal simplisia (g) : -

Metode ekstraksi : Metode distilasi

Prinsip kerja : Labu destilasi terpasang pengadukan otomatis dan


pemanasan sampai mendidih dan akan menguap akan
masuk , uap terkondensasi ditampung akan terpisah
minyak dengan air. Destilasi sudah selesai  tetes
terakhir dimasukan ke air tidak ada butiran

Pelarut dalam ekstraksi : Air

Frekueansi floading : -

Berat ekstrak yang : -


dihasilkan (g)

Total rendemen (%) : -

Faktor-faktor yang : 1. Pengaturan alat


mempenagruhi hasil
ekstraksi

: 2. Jumlah pelarut

3.

4.
SGD9_RIZKY RAMADHANI PUTRI_30101800153

5.

Semarang, 8 Desember 2021

Instruktur praktikum,

(Dr. Atina Hussaana, M.Si. Ap)

FORM 5. IDENTIFIKASI SENYAWA AKTIF DENGAN KLT

Nama Simplisia : -
Pelarut KLT : Asam asetat, aquadest, etanol
SGD9_RIZKY RAMADHANI PUTRI_30101800153

Pereaksi : Blueberen
Gambar Hasil :
pengamatan

Warna : Biru tua

Nilai Rf hasil : -
pengamatan
Kandungan fitokimia : Flavonoid

Analisa faktor-faktor : 1.Derajat kejenuhan dan uap dalam bejana


yang mempengaruhi pengembangan yang digunakan

keberhasilan KLT 2.Teknik percobaan

3.Jumlah cuplikan yang digunakan

4.Suhu

5. Kesetimbangan
Semarang,.....Desember 2021
Instruktur praktikum,

(Dr. Atina Hussaana, M.Si. Ap)


PERHITUNGAN DAN PEMBUATAN DOSIS HERBAL
UNTUK UJI SECARA IN VIVO DAN IN VITRO

TUJUAN PELATIHAN :
Memahami dan mampu melaksanakan cara penetapan dosis sediaan Herbal dalam uji
farmakologi secara in vivo maupun in vitro.
I. Perhitungan dosis untuk hewan coba berdasarkan perbandingan luas
permukaan tubuh (angka konversi).

1. Perhitungan dosis vitamin C


Dosis vitamin C yang dapat berfungsi sebagai antioksidan pada manusia adalah
1000 mg. Jadi, dengan faktor konversi 0,018 didapatkan dosis vitamin C pada tikus putih
adalah 18 mg/200 g BB tikus putih.

2. Pada penelitian pengaruh ekstrak etanol buah mengkudu terhadap kadar glukosa pada
tikus yang diinduksi dengan aloksan, maka harus ditentukan dosis yang akan diberikan
pada tikus yaitu untuk masing-masing zat: ekstrak etanol buah mengkudu, alloksan dan
glibenklamid (sebagai gold standard).

Perhitungan dosis aloksan, glibenklamid, dan Ekstrak etanol buah mengkudu.

1. Dosis aloksan:

Dosis aloksan pada tikus 120 mg/kgBB


Pada tikus 200 g : 120 mg x 200 gr / 1000 gr = 24 mg/200 grBB
Faktor konversi dari tikus 200 g ke mencit 20 g = 0,14
Pada mencit 20 g :
Dosis pada tikus x faktor konversi
= 24 x 0,14 mg/ 20grBB
= 3,36 mg/ mencit 20 g

Untuk 1 kg BB mencit :
1000gr / 20gr x 3,36 mg/ mencit 20gr
= 168 mg/kgBB mencit
Rata-rata BB mencit = 27 g
= 27 gr / 20 gr x 3,36 mg/ mencit 20 gr
Dosis aloksan untuk mencit 27 g = 4,536 mg/ mencit
Volume maksimal dosis intravena mencit : 0,1 ml= 4,536 mg/ml
2. Dosis Glibenklamid :

Dosis Glibenklamid untuk manusia = 5 mg


Konversi dari manusia ke mencit 20 g = 0,0026
Untuk mencit 20 g = 5 mg x 0,0026 = 0,013 mg
Untuk dosis 1 kg BB mencit
= 1000 gr / 20 gr x 0,013 mg/ 20 gr mencit
= 0,65 mg/kgBB mencit
Volume lambung mencit = 0,5 ml , misalkan berat badan mencit 30 g maka:
Dosis Glibenklamid untuk mencit 30g
= 30 gr / 20 gr x 0,013 mg/ 20 gr
= 0,0195 mg/0,5 ml

3. Dosis Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda citrifoliaL.) :


Dosis Ekstrak Etanol Buah Mengkudu untuk antidiabetik dengan hewan coba mencit:
Dosis 1 : 500 mg/kgBB
Dosis 2 : 1000 mg/kgBB
Dosis 3 : 1500 mg/kgBB
(I Ketut Adnyana dkk, 2004)
Rata-rata BB mencit yang digunakan untuk penelitian = 30 g
Untuk EEBM dosis 1 ( 500 mg/kgBB)
= 30 gr / 1000 gr x 500
= 15 mg/30 g

Untuk EEBM dosis 2 (1000 mg/kgBB)


= 30 gr / 1000 gr x 1000
= 30 mg/30 g
Untuk EEBM dosis 3 (1500 mg/kgBB)
= 30 gr / 1000 gr x 1500
= 45 mg/30 g
II. Perhitungan dosis untuk manusia berdasarkan dosis yang telah
menimbulkan efek pada hewan coba.

CONTOH PERHITUNGAN DOSIS DALAM PENELITIAN PREKLINIK.


Uji efektifitas anti diare ekstrak buah sawo terhadap mencit

Dari berbagai pendekatan menggunakan data empiris, kandungan buah sawo dan hasil penelitian
sebelumnya, maka ditentukan penggunaan dosis Ekstrak etanol buah sawo (EEBS) pada
penelitian ini adalah :

Untuk Kelompok 1 : 12,5 mg/ 20 gBB = 625 mg/kgBB = 0,625 g/kgBB

Untuk Kelompok 2 : 25 mg/20 g BB = 1250 mg/kgBB = 1,25 g/kgBB

Untuk Kelompok 3 : 50 mg/20 g BB = 2500 mg/kgBB = 2,5 g/kgBB

Buatlah rencana perhitungan untuk pembuatan larutan stok dosis dan volume
pemberiannya.

Pembuatan larutan stok Ekstrak etanol buah sawo (EEBS) mempertimbangkan kapasitas (volume
maksimal) per oral untuk mencit adalah : 1,0 ml

1. Buat Larutan stok untuk Kel 1 (12,5 mg/ 20 gBB).


Dibuat stok agar dalam volume maksimal 1 ml terdapat 12,5 mg EEBS.
Contoh : dalam Kel 1 ada 10 ekor mencit dan dosis direncanakan akan diberikan
dalam volume 0,5 ml maka kebutuhan larutan stok dosis tersebut, minimal adalah :
10 ekor x 0,5 ml = 5 ml.
Untuk 5 ml tersebut dibutuhkan EEBS sejumlah = 10 x 12,5 mg = 125 mg. Agar tidak
sampai kekurangan, kita buat larutan stok dosis tersebut sejumlah 2 kali kebutuhan
minimal. Maka ditimbang EEBS sejumlah 2 x 125 mg = 250 mg tetapi dilarutkan
dalam pelarut sampai 10 ml (Konsentrasi = 250 mg/10 ml).

Volume pemberian dosis EEBS dengan larutan stok yang sudah dibuat :
Larutan stok dengan konsentrasi EEBS = 250 mg/10 ml, dimana untuk mencit 20 g
diberikan dalam volume 0,5 ml
Jika Berat badan mencit yang akan diberi dosis = 30 g
Maka Volume pemberian = 30/20 x 0,5 ml = 0,75 ml

2. Buat Larutan stok untuk Kel 2 (25 mg/20 g BB).


Kelompok 2 ada 10 ekor mencit, volume pemberian 0,5 ml, kebutuhan larutan stok
dosis minimal adalah :
10 ekor x 0,5 ml = 5 ml.
Untuk 5 ml tersebut dibutuhkan EEBS sebanyak :
= 10 x 25 mg = 250 mg , agar tidak kekurangan dikalikan 2, jadi,
= 2 x 250 mg = 500 mg tetapi dilarutkan dalam pelarut sampai 10 ml (Konsentrasi =
500 mg/10 ml).

Volume pemberian dosis EEBS dengan larutan stok yang sudah dibuat :
Larutan stok dengan konsentrasi EEBS = 500 mg/10 ml, dimana untuk mencit 20 g
diberikan dalam volume 0,5 ml
Jika Berat badan mencit yang akan diberi dosis = 30 g
Maka Volume pemberian = 30/20 x 0,5 ml = 0,75 ml

3. Buat Larutan stok untuk Kel 2 (50 mg/20 g BB).


Kelompok 3 ada 10 ekor mencit, volume pemberian 0,5 ml, kebutuhan larutan stok
dosis minimal adalah :
10 ekor x 0,5 ml = 5 ml.
Untuk 5 ml tersebut dibutuhkan EEBS sebanyak :
= 10 x 50 mg = 500 mg , agar tidak kekurangan dikalikan 2, jadi,
= 2 x 500 mg = 1000 mg tetapi dilarutkan dalam pelarut sampai 10 ml (Konsentrasi =
1000 mg/10 ml).

Volume pemberian dosis EEBS dengan larutan stok yang sudah dibuat :
Larutan stok dengan konsentrasi EEBS = 1000 mg/10 ml, dimana untuk mencit 20 g
diberikan dalam volume 0,5 ml
Jika Berat badan mencit yang akan diberi dosis = 30 g
Maka Volume pemberian = 30/20 x 0,5 ml = 0,75 ml

Jika dari hasil penelitian tersebut disimpulkan Dosis optimal ekstral etanol buah sawo (EEBS)
pada mencit adalah 50 mg/20 g BB

Maka berapa dosis optimal tersebut pada manusia?

Faktor konversi dosis mencit ke manusia = 387,9

Dosis manusia

= 50 mg/ 20 gBB x 387,9

= 19, 395g /70 kgBB manusia

= 1 kg / 70 kg x 19, 395 = 0,277

= 277 mg/kgBB manusia

Jika Rendemen EEBS= 75,66% (dari serbuk simplisia seberat =200g, dihasilkan berat ekstrak
kental=151,132g), maka dosis pada manusia tersebut setara dengan berapa g serbuk simplisia?

Dosis manusia = 19,395 g EEBS


Setara dengan = 100/ 75,66 x 19,395 = 25,63 g serbuk simplisia

Jika 1,1 kg buah sawo muda menjadi 200 g serbuk simplisia, maka dosis pada manusia tersebut
setara dengan berapa g row material (sawo muda)?
Dosis manusia = 26,35 g serbuk simplisia
Setara dengan = 1100 gr / 200 gr x 26,35 = 144,925 g buah sawo muda
LBM 2. UJI PRE KLINIK OBAT TRADISIONAL

FORM 7. PENANGANAN HEWAN COBA

NAMA KEGIATAN HASIL/ GAMBAR KENDALA


HEWAN
COBA
MENCIT Handling mencit : Mencit terlalu
Cara : aktif ketika
Pengambilan mencit pertama kali
dari kandang dilakukan diambil
dengan mengambil namun
ekornya kemudian setelah itu
mencit ditaruh pada bisa
kawat kasa dan ditenangkan
ekornya sedikit ditarik. dengan cara
Cubit kulit bagian dielus
belakang kepala dan punggungnya
jepit ekornya.

https://youtu.be/Mjd2GLmrW2Y
Rute Pemberian Obat Mencit agak
Oral memberontak
ketika sonde
Cara : dimasukkan ke
1. Handling dan dalam mulut
tenangkan mencit mencit
2. Posisikan mencit
tegak lurus
3. Masukan suntikan
yang ujungnya diganti
sonde dan sudah diberi
obat
4. Pastikan sonde
masuk semua
5. Tekan spuit
keluarkan obat
perlahan
6. Cabut sonde

https://youtu.be/5Bri4ciMrtI

Rute Pemberian Obat Tidak ada


kendala karena
Intravena
proses
pemberian obat
Cara : dibantu dengan
alat restrainer
1. Handling dan agar tikus
tenangkan mencit tenang
2. Gunakan bantuan
alat restainer
3. Pencet ekor mencit
hingga terlihat vena
nya
4. Lalu suntikan obat
menggunakan spuit
pada vena yang terlihat
di ekor
5. Masukkan obat
perlahan-lahan
6. Cabut spuit

https://youtu.be/5Bri4ciMrtI

Rute Pemberian Obat


Intraperitoneum

Cara:
1. Handling dan
tenangkan tikus
2. Posisikan tikus
secara
terlentang
3. Masukan jarum
suntik bagian
lancip dahulu
pada bagian
perut
4. Jika sudah
keluarkan obat
secara perlahan https://youtu.be/5Bri4ciMrtI
dengan spuit https://youtu.be/5Bri4ciMrtI
5. Cabut spuit

Rute Pemberian Obat Tidak ada


Subkutan kendala karena
mencit di
Cara : handling
1. Handling dan dengan baik
tenangkan
mencit
2. Letakkan
mencit diatas https://youtu.be/5Bri4ciMrtI
ram kawat
3. Cubit kulit
tengkuk mencit
sedikit
4. Masukkan obat
secara perlahan
menggunakan
spuit
5. Cabut spuit

Rute Pemberian Obat Mencit sedikit


Intramuskular memberontak
ketika jarum
Cara : disuntikan
1. Handling dan
tenangkan
mencit
2. Suntikan obat di https://youtu.be/5Bri4ciMrtI
otot paha
mencit
3. Suntikan secara
perlahan
4. Cabut spuit

NAMA KEGIATAN HASIL/ GAMBAR KENDALA


HEWAN
COBA
TIKUS
Handling Tikus Tikus agak
memberontak
Cara : ketika akan
Pertama ekor diposisikan
dipegang sampai
pangkal ekor.
Kemudian telapak
tangan
menggenggam
melalui bagian
belakang tubuh
dengan jari telunjuk
dan jempol
secara perlahan
diletakkan dismping
kiri dan kanan leher.
Tangan yang lainnya
membantu dengan
menyangga
dibawahnya, atau
Cara : memberontak
1. Handling dan ketika di
tenangkan tikus handling dan
2. Pegang tikus butuh 2 orang
tegak lurus karena ukuran
3. Meminta tikusnya besar
bantuan teman
untuk memasang
sonde
4. Pastikan sonde
masuk semua,
5. Keluarkan obat
secara perlahan
6. Cabut sonde

https://youtu.be/0AXYo aLoc

Tikus sedikit
Rute Pemberian memberontak
Obat ketika di
Intraperitoneal handling dan
Cara : butuh 2 orang
1. Handling dan karena ukuran
tenangkan tikus tikusnya besar
2. Posisikan tubuh
tikus secara
terlentang,
3. Suntikan obat
dengan posisi jarum
sebesar 10 derajat
4. Masukan obat
secara perlahan
5. Jika sudah cabut
jarum

https://youtu.be/0AXYo aLoc

Rute Pemberian
Obat
Intramuscular Tikus sedikit
memberontak
Cara : ketika di
1. Handling dan suntikkan obat
tenangkan tikus dan butuh 2
2. Pegang tikus orang karena
dengan kuat ukuran
3. Meminta bantuan tikusnya besar
teman untuk
menyuntik di bagian
paha,
4. Lalu masukan obat
perlahan
5. Cabut spuit

https://youtu.be/0AXYo aLoc

Rute Pemberian Tikus sedikit


Obat Subcutan memberontak
ketika di
Cara : suntikkan obat
1. Handling dan dan butuh 2
tenangkan tikus orang karena
2. Letakkan tikus ukuran
diatas ram kawat, tikusnya besar
3. Cubit kulit di
tengkuk tikus
4. Masukan jarum
5. Masukan obat di
bawah kulit
6. Cabut jarum
https://youtu.be/0AXYo aLoc

Rute Pemberian Tidak ada


Obat Intravena kendala
karena
Cara : dibantu
1. Handling dan dengan alat
tenangkan tikus restrainer
2. Masukan dalam sehingga tikus
restrainer tidak
3. Tahan ekor tikus memberontak
4. Masukan obat
lewat vena di ekor
tikus masukan secara
perlahan
5. Cabut spuit

NAMA KEGIATAN HASIL/ GAMBAR KENDA


HEWAN A
COBA
KELINC Handling Kelinci
I Cara :
1. Tenangkan
kelinci dengan
mengusap dan
menutup matanya.
2. Peluk
kelinci antara
lengan atas dan
tangan kanan pada
kepala kelinci
3. Dekatkan
kelinci pada badan
praktikan
4. Selipkan
tangan kanan pada
bagian bawah
kelinci lalau angkat
kelinci

https://www.youtube.com/watch?v=Delxm5f3fmw

Rute Pemberian
Obat
Intramuscular

Cara :
1. Pegang
kelinci pada posisi
punggung
menghadap ke
pemeriksa
2. Dekap
kelinci dengan erat
3. Tentukan
lokasi penyuntikan
4. Suntikan
secara tegak lurus

https://w ww.youtube.com/watch?
v=dyfdwtez8Fc&feature=y o utu.be

Pengambilan
Darah Kelinci
Cara :
1. Lakukan
anestesi
pada
kelinci
2. Pastikan
sudah
teranestes
i
3. Tentukan
lokasi
pengambila
n pada
vena
marginalis
4. Tekan
pangkal
telinga agar
pembuluh
vena
mengembu
ng
5. Disinfeksi h ttps://youtu.be/tFWDdQxNHOA
menggunak
an alkohol
6. Suntikkan
jarum pada
vena
marginalis
7. Ambil
darah
8. Keluarkan jarum
dan tekan dengan
kasa
LBM 2. UJI PRE KLINIK OBAT TRADISIONAL

FORM 8. UJI TOKSISITAS DENGAN PENENTUAN ED50 DAN LD 50

ED 50
Jumlah %
Jumlah ikan Jumlah
Ikan Konsentrasi
Kel Dosis alkohol Responsiv Total
Mula- Dosis
e (Eksitasi) Ikan
mula Alkohol
I 10 10 cc alkohol + 190 cc 0 1,75 10
air
12 cc alkohol + 188 cc 2 2,1 10
air
II 10 14 cc alkohol + 186 cc 3 2,45 10
air
16 cc alkohol + 184 cc 4 2,8 10
air
III 10 18 cc alkohol + 182 cc 6 3,15 10
air
20 cc alkohol + 180 cc 6 3,5 10
air
IV 10 22 cc alkohol + 178 cc 7 3,85 10
air
24 cc alkohol + 176 cc 8 4,2 10
air
V 10 26 cc alkohol + 174 cc 10 4,55 10
air
28 cc alkohol + 172 cc 10 4,9 10
air

GRAFIK ED 50
Modul Elektif Obat Tradisiona I

DOSIS ED 50: 2.994


C onfidenoe Linnits

riobobilit,’ Fsfln,a|o l n’wol’ Rnund i lppor Rnund


PROBIT . t. 6 .983 t.BU .169 -.007’ .259
.205 .040 .287
.u u 1.6U0 1.?04 ?.016 y?L: 01 .?05
.040 1.758 1.277 2.079 .245 .106 .218
.050 1.016 1.339 ?.13? .*59 .1?7 .3*9
.271 .144 .33B
*070 1*912 1*445 2*219 .281 .1B0 .Z48
.udu 1.U5? 1.4u1 ?.?57 yU1 174 .?54
.090 1.992 1.525 2.292 .299 .186 .260
.100 ?.ONO 1.576 ?.3?5 .307 .190 .366
.1T0 2.IBM 1.7?7 2.469 .339 .24? .392
.?00 2.3'I8 'I.9'I3 2.592 .365 .282 .4'I4
?5? 2.439 2.0fi7 2.70fi 3?7 313 .432
.300 ?.553 ?.ION ?.014 .407 .341 .440
.350 2.GG3 2.322 2.923 .425 .3GG .4GG
.400 2.77'2 2.449 3.03T .443 .389 .482

47G 431 .fi1G


.550 3.110 ?.0?? 3.417 .403 .451 .534
.G00 3.233 2.940 3.57'2 .510 .4G9 .553
.6T0 3.366 3.07'6 3.748 .T27 .488 .<“74
.TOO 3.5'I 'I 3.209 3.953 .545 .506 .597
3.3fi1 4.197 SGD fi2fi .G23
.800 3.867 3.509 4.497 .507 .545 .653
.850 4.102 .613 .567' .6B9
.900 4.420 3.930 5.432 .645 .594 .TH5
.W1 U 4.500 3.505 5.576 65? 601 .746
.920 fS89 f0S2 5.736 .662 .608 .759
.030 %688 4.1?3 5?18 .671 .615 .77?
.040 4.802 4.203 6.1 20 .6B1 .624 .7B7
.950 4.930 4.290 %380 .693 .8ZZ .805
.W6U 5.0W7 4.407 6.6W0 707 644 . y5
.970 5.202 fS46 ?092 .724 .658 .851
.080 5?%J .747 .675 .885
.000 6.072
5.ONO 8.673 .78'.7'03 93B

ANALISA:
Grafik ED50 mendekati linier
Dosis ED50 alkohol pada ikan seribu adalah 2.994% menunjukkan bahwa dosis alcohol
2.994% berefek pada 50% total ikan seribu.
LD 50
Jumlah %
Jumlah ikan
Ikan Konsentrasi Jumlah
Kel Dosis alkohol Responsiv
Mula- Dosis total ikan
e (Mati)
mula Alkohol
VI 10 26 cc alkohol + 174 cc 2 4,55 10
air
28 cc alkohol + 172 cc 2 4,9 10
air
VII 10 30 cc alkohol + 170 cc 3 5,25 10
air
32 cc alkohol + 168 cc 4 5,6 10
air
VIII 10 34 cc alkohol + 166 cc 5 5,95 10
air
36 cc alkohol + 164 cc 6 6,3 10
air
IX 10 38 cc alkohol + 162 cc 6 6,65 10
air
40 cc alkohol + 160 cc 8 7 10
air
X 10 42 cc alkohol + 158 cc 9 7,35 10
air
44 cc alkohol + 156 cc 10 7.7 10
air

GRAFIK LD 50
Modul Elektif Obat Tradisional

DOSIS LD 50: 5.836

Confidence Limits
95 9r 0r°nfi Ie nce Line its foi Eons°.i1ti asi 2
959d Lonfi'1ence Liunits foi log(l‹nn senti asi 2)°
Pr0h ab ility E stint Lower b orind Upp °.i B o uiJ EstiiJJate Lower Bound Upper 6ounl
ate '1
PROBIT .01 0 3.561 *.564 4.14 3 .552 .409 .617
.0*0 3.773 2.813 4.32 4 .577 .449 .636
.030 3.91 4 2.903 4. 444 .593 .475 .640
.040 4.024 3.118 4.53 7 .605 .494 .657
.050 4.11 5 3.231 4.b14 .614 .509 .664
.0o0 4.195 3.331 4.681 .623 .523 .670
.070 4.266 3.421 4.741 .630 .534 .676
.080 4.330 3.503 4.795 .637 .544 .681
.090 4.390 3.500 4.04 5 .642 .554 .605
.1 00 4.445 3.651 4.89 2 .648 .562 .690
.1 TO 4.603 3.962 5.09 4 .671 .590 .707
.200 4.881 4.224 5.26 4 .688 .626 .721
.250 5.057 4.460 5. 41 0 .704 .649 .734
.300 5.221 4.678 5.56 6 .718 .670 .746
.350 5.370 4.004 5.713 .731 .609 .757
.400 5.531 5.081 5.86 4 .743 .706 .768
.450 5.o03 5.271 6.02 4 .755 .722 .700
0 5.455 6.19 7 .766 .737 .792
.550 5.994 5.632 6.30 9 .770 .751 .005
.600 6.159 5.805 6.605 .790 .764 .820
.o50 6.334 5.976 6.05 2 .002 .776 .036
.700 6.524 6.1 48 7.13 7 .815 .789 .853
.750 6.735 6.320 7. 47 2 .020 .001 .073
.800 6.979 6.524 7.87 6 .844 .814 .896
.850 7.273 6.749 8.38 8 .862 .829 .924
.900 7.66 7.034 9.093 .884 .847 .959
.91 0 7.759 7.1 03 9. 274 .890 .851 .967
.9 0 7.866 7.1 78 9. 474 .896 .856 .977
.930 7.985 7.26? 9.701 .902 .861 .987
.940 8.1 20 7.356 9. 961 .910 .867 .998
.950 8.277 7.464 10.26 7 .918 .873 1.011
.960 8.465 7.592 10.63 9 .928 .880 1.027
.9 0 8.702 7.75? 11.117 .940 .889 1.046
.980 9.028 7.968 11.78 7 .956 .901 1.071
.990 9.566 8.319 1 2. 93 0 .981 .920 1.112
a. Logarith m base = 10
ANALISA:
Grafik LD50 mendekati garis linier
Dosis LD50 alkohol pada ikan seribu adalah 5.386% menunjukkan bahwa dosis alcohol
5.836% menimbulkan kematian pada 50% ikan seribu

Semarang, 15 Desember 2021


Instruktur praktikum,

(Dr. Atina Hussaana, M.Si. Ap)


LBM 3. FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI PENGOBATAN
HERBAL
FORM 10. UJI SITOTOKSIK IN VITRO

Hasil OD
Review Prosedur :
- Kultur Sel :
- Dapatkan cell line yang akan dikultur
- Masukkan cell line yang sudah dicampur di dalam media RPMI
- Cuci dengan FBS lalu masukkan sel ke dalam flask
- Aspirasi di incubator CO2 menggunakan flask dengan konsentrasi5% dan
suhu 37 derajat Celsius sampai sel konfluens
- Bawa sel ke laminar airflow untuk dipanen
- Sel diambil medianya lalu diberi tripsin untuk melepaskan lekatannya pada
flask
- Beri media yang baru, kemudian di suspensikan, lalu diambil dengan
pipet
- Masukkan ke tabung conicel untuk disentrifuge
- Sebelum disentrifuge hitung dulu dengan tripan blue dan haemocytometer
- Setelah suspense didapatkan pellet di bawah
- Buat suspensi sel lagi dengan kepadatan yang diinginkan (dengan
pengenceran)
- Inokulasi sel ke dalam 96 well tissue culture cluster sampai 96 sumuran
(semuanya)
- Inkubasi selama 1 – 3 x 24 jam
- Ambil lagi sel yang sudah diinokulasi untuk dicampurkan dengan bahan
uji yang akan dimasukkan ke dalam sumuran lagi.
- Inkubasi kembali
- Amati berapa jumlah sel yang masih hidup (dengan pereaksi MTT 
berubah warna menjadi garam keemasan akibat aktivitas mitokondria sel
yang masih hidup. Kemudian garam keemasan dilarutkan dengan CMSO
untuk meihat intensitas warnanya. Amati dengan elisa reader /
Modul Elektif Obat Tradisional

spektofotometri)

Analisa Data

Pembuatan huwa Baku Sel HeLa Viabel


Kelorpot 6oAansi Aatbansiab• AoAansided wl •
deaHl aB bfsd Abso6 iaa«as
lt0fItI0l ffl4bB •

r= 0,9741
Hasil Pembacaan Elisa Reader Uji Sitotoksisitas
Ekstrak Kulit Batang Mimba
Absorbano Abso ›ansi sa«pd -
Kelompok *' Absorbarici sam el konbd konbol
rindia nedia
6,25 0174 0908
0,171
25 1,074 1,084 0,174 0,9 0,896 0,g1
1,05 0,174 0.873 0,878
1,B5 1,028 1,029 0,174 0,855

y = absorbansi
x = jumlah sel
y = ax + b
a = 0,3578
b = 2,204 * 10-5
absorbansi = 0,3578 * x + 2,204 * 10-5
Jumlah sel dari nilai absorbansi
Modul Elektif Obat Tradisional

Rata-rata
Absorbansi Absorbansi sampek
Qbsorbanu Sampel Absorbansi Jumlah Sel Total Set Jumlah Set
Kelompok Konsentra Kontrak Kontrol Media
Sampehkontrol Hidup Hidup Mali
M e dia
1 2 1 2 media
6,26 1,143 1,13s 1,137 O,l7a 0,96s 0,965 0,963 0,966 48693,2845 21113,1276
12,5 1,111 1,104 1,107 0,174 O,93E 0,93 0,933 0,933 26098,0036 48693,2848 22595,2813
25 1,074 1,07 1,0B4 0,174 0,5 O,89D 0,91 0,902 24691,4701 48693,284s 24OOl,8148
SC 1,054 l,Ot7 l€G 0,174 0,88 0,873 0,876 0,876 23526,9208 48693,284s 25166,3641
IOC l,O2fi 1,028 O,l7a 0,851 0,854 O,85f 0,853 486J3,284S

Semarang, 22 Desember 2021


Instruktur Praktikum

(Dr. Atina Hussaana, M.Si. Ap)

FORM 11. ANALISA DATA UJI SITOTOKSIK IN VITRO

Grafik
Grafik Regresi Linier
1.600
Absorbansi deret sel-Absorbansi 1.400
rata-rata kontrol media
1.200

1.000

0.800

0.600

0.400

0.200

0.000
0 10000 20000 30000 40000 50000 60000
Jumlah Sel

Analisa Data
LC50  33,349

Kesimpulan
IC50 = 33,349 µg/ml
Percobaan cukup baik karena nilai IC50 berada di tengah-tengah range dosis yang
diteliti .
Potensi sitotoksik Ekstrak Kulit Batang Mimba IC50 33,349 µg/ml dengan kategori
potensiasi tidak aktif.
LBM 3. FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI PENGOBATAN HERBAL

FORM 9. UJI DAYA ANALGETIK DENGAN METODE GELIAT ASETAT

Tabel 1. Jumlah Kumulatif Geliat dan Persen Analgetika Mencit Pada Kelompok Kontrol Negatif
(Na-CMC 0.5%)
Kelompok Jumlah Geliat pada Menit Jumlah % Analgetika
Mencit Ke- Kumulatif
15’ 30’ 45’ 60’ Geliat
I 15 23 9 3 50
II 12 25 10 2 49
III 14 24 10 2 50
IV 15 24 9 1 49
V 12 24 10 3 49
Rerata 13.6 24 9.6 2.2 49,4
Tabel 1. Jumlah Kumulatif Geliat dan Persen Analgetika Mencit Pada Kelompok Perasan Daun
Trembesi 25 mg/kgBB
Kelompok Jumlah Geliat pada Menit Jumlah % Analgetika
Mencit Ke- Kumulatif
15’ 30’ 45’ 60’ Geliat
I 14 14 7 3 38
II 9 12 7 2 30
III 7 13 8 1 29
IV 10 15 6 2 33
V 7 12 6 3 28
Rerata 9.4 13.2 6.8 2.2 31,6
Tabel 1. Jumlah Kumulatif Geliat dan Persen Analgetika Mencit Pada Kelompok Perasan DAun
Trembesi 50 mg/kgBB
Kelompok Jumlah Geliat pada Menit Jumlah % Analgetika
Mencit Ke- Kumulatif
15’ 30’ 45’ 60’ Geliat
I 7 13 5 2 27
II 8 10 6 2 26
III 5 12 5 1 23
IV 8 12 7 2 29
V 6 10 5 3 24
Rerata 6.8 11.4 5.6 2 25,8
Tabel 1. Jumlah Kumulatif Geliat dan Persen Analgetika Mencit Pada Kelompok Perasan DAun
Trembesi 100 mg/kgBB
Kelompok Jumlah Geliat pada Menit Jumlah % Analgetika
Mencit Ke- Kumulatif
15’ 30’ 45’ 60’ Geliat
I 5 10 3 1 19
II 5 9 4 2 20
III 4 10 5 0 19
IV 6 10 5 2 23
V 5 11 1 2 19
Rerata 5 10 3.6 1.4 20
Tabel 1. Jumlah Kumulatif Geliat dan Persen Analgetika Mencit Pada Kelompok Kontrol Positif
Parasetamol 65 mg/kgBB
Kelompok Jumlah Geliat pada Menit Jumlah % Analgetika
Mencit Ke- Kumulatif
15’ 30’ 45’ 60’ Geliat
I 4 9 2 0 15
II 4 8 3 1 16
III 3 9 3 0 15
IV 5 10 2 1 18
V 4 9 2 0 15
Rerata 4 9 2.4 0.4 15,8

Tabel: Jumlah Kumulatif Geliat dan Persen Analgetika Mencit Pada Berbagai Kelompok
Perlakuan
Mencit Jumlah Kumulatif Geliat pada Kelompok Persen Analgetika pada Kelompok
ke- Kontrol Kontrol Perasan Daun Trembesi Kontrol Kontrol Perasan Daun Trembesi
negatif Positif 25 50 100 negatif Positif 25 50 100
mg/kgB mg/kgB mg/kgB mg/kgBB mg/kgBB mg/kgB
B B B B
15 13.6 4 9.4 6.8 5

30 24 9 13.2 11.4 10

45 9.6 2.4 6.8 5.6 3.6

60 2.2 0.4 2.2 2 1.4

Jumlah 49.4 15.8 31.6 25.8 20 100- 100- 100- 100- 100-
Rerata (49,4 (15,8/49, (31,6/49, (25,8/49, (20/49,4
Kumulati /49,4 x 4 x 100) 4 x 100) 4 x 100) x 100) =
100) = = 68,02% = 36,04% = 47,77% 59,51%
f
0%

Grafik 1. Hubungan Antara Waktu dan Jumlah Geliat Pada masing-Masing Perlakuan
30

25

20

15

10

0
15 30 45 60

Kontrol Negatif
Kontrol Positif
Daun Trembesi
25mg/KgBB Daun
Trembesi 50mg/KgBB
Daun Trembesi
100mg/KgBB

Pembahasan:
Pada Kelompok perlakuan dengan perasan daun trembesi didapatkan sedikit kenaikan geliat pada menit
ke 15 hingga menit ke 30 serta terdapat penurunan geliat pada mencit pada menit ke 30 hingga menit ke
60, sedangkan pada kelompok kontrol negative didapatkan kenaikan jumlah geliat pada menit lebih
banyak dari kelompok perlakuan dan control positif ke 15 hingga menit ke 30 dan mengalami penurunan
geliat hingga menit ke 60. Penurunan geliat mencit dapat dilihat pada kelompok perlakuan perasan daun
trembesit 100 mg/kgBB lebih banyak dari perlakuan 25 mg/kgBB dan 50 mg/kgBB.

Kesimpulan:
Perasan daun trembesi dapat menurunkan geliat mencit pada menit ke 30 dengan dosis 25, 50, atau 100
mg/kgBB. Pemberian perasan daun tembesi dengan dosis 100 mg/kgBB merupakan dosis yang paling
efektif sebagai analgetic.

1. Tampilkan data persen analgetika pada masing-masing kelompok perlakuan dalam bentuk grafik dan
analisa data kelas menggunakan analisa data yang sesuai untuk menjawab tujuan penelitian:

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kelompok Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kontrol Negatif .367 5 .026 .684 5 .006
Jumlah_Kumulatif_Geliat
Kontrol Positif .330 5 .079 .735 5 .021
Trembesi 25 mg/KgBB .254 5 .200* .889 5 .350
Trembesi 50 mg/KgBB .175 5 .200* .974 5 .899
Trembesi 100 mg/KgBB .318 5 .109 .701 5 .010
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

D ata berdistribusi tidak normal (Kolmogorov-Smirnov)


Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.

Log10_Jumlah_Kumulatif_ Based on Mean 2.453 4 20 .079

Geliat Based on Median .903 4 20 .481


Based on Median and with .903 4 14.400 .488
adjusted df
Based on trimmed mean 2.294 4 20 .095
Modul Elektif Obat Tradisional

Data tidak homogen


Test Statisticsa,b
Log10_Jumlah_
Kumulatif_Geliat
Kruskal-Wallis H 12.704
df 2
Asymp. Sig. .002
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Kelompok

P<0,05  paling tidak terdapat perbedaan antara dua


kelompok
Mann-Whitney Test

Rankc
Sum of
P'vIonJpok
N the an Rank Ranks
Logl.0 JumIah_Kumul« to.nIr.•I Negattf
5 8.00 40.00
Trembesi .t00:mg6ig BB
5 3.00 15.0Q
Total
10

Test Stcdstlcs*
Log1 d_JunaIa
h_I'.umuIatif_
Geliat
Nann’-Whltne 'U
.000
\ñfIIC Oxon W.
15.000
-2.685
Asymp: Sig. (2-tailed} .007
00e^

a. Orouplng vatlable: K elompok


b. Not corrected for *es.

Mann-Whitney Test

NJMa an RankRands

5 8.00 40.00
10

Test Statisgcs*
Lng1 0_JumIa
h_F:unJuI'atif_
Geliat
.000
15000

.2.677
.007
.00B’

a.Grouping variable: relompox


b. Not corrected for ties.
Modul Elektif Obat Tradisional

Mann-Whitney Test

Ranks
Sum or
P£dO03QOC I‘d M•.an Rank Ranks

'Total 10

Test StMistlcs“
Log \
0_JunJIa

000
15.000

.008
.O08^

a. Orouping variable! kelompok


b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test

Ranks

7,9
0

Test Stadstics‘
Lag› O Jun
ia n k.umuI
afif_ G ?liat
5Q0
1$ bQ0

.008
°’
a Group‹ngWariable: Relompox

a. Apakah terdapat pengaruh perasan daun trembesi terhadap jumlah geliat asetat?

Ya

b. Dosis dau trembesi manakah yang paling efektif sebagai analgetik?

Dosis 100 mg/KgBB


LBM 4 FITOTERAPI

FORM 12. PENELAAHAN LAPORAN UJI KLINIK

1. Apakah tujuan uji klinik? (Uraikan juga tentang relevansi, alasan dan
manfaat uji klinik)

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi khasiat dan keamanan biji
seledri untuk pengobatan disfungsi seksual wanita.

P : Wanita dengan disfungsi seksual

I : Kapsul biji seledri

C : Kapsul placebo

O : Peningkatan fungsi seksual pada wanita

2. Rancangan uji klinik? (Uraikan rancangan yang dipakai serta ketepatannya untuk
mencapai tujuan)
Rancangan uji klinis dilakukan secara random dan double blinded clinical trial. Pengujian
dilakukan dengan 80 wanita dengan keluhan disfungsi seksual yang dirujuk pada klinik
gynecologi Shahid Motahari.

3. Bagaimana kriteria pasien? (Kritena diagnosis, pemasukan dan pengecualian dan


bagaimana kesesuaian kñtena tersebut)
Kriteria inklusi meliputi:
1) wanita menikah berusia 18–44 tahun;
2) Diagnosis klinis FSD yang terdokumentasi pada kunjungan pertama berdasarkan
skor FSFI (FSFI<26,5);
3) menderita FSD lebih dari 6 bulan;
4) fungsi seksual normal pada suami dengan skor “tidak impoten” dinilai dengan
pertanyaan tunggal, laporan diri tentang disfungsi ereksi (Massachusetts Male Aging
Study) (O’donnell et al., 2005);
5) bersedia melakukan setidaknya tiga kali percobaan hubungan seksual dalam
seminggu selama 6 minggu masa studi; dan
6) setuju untuk tidak menggunakan bentuk lain dari herbal atau
hormonal terapi untuk pengobatan disfungsi seksual.

kriteria eksklusi dari penelitian ini meliputi:


1) keengganan untuk melanjutkan keikutsertaan dalam penelitian;
2) Kehamilan dan/atau menyusui;
3) memiliki perselisihan perkawinan;
4) mengkonsumsi pil kontrasepsi oral;
5) mengkonsumsi obat-obatan yang berpotensi menyebabkan disfungsi seksual
(seperti selective serotonin reuptake inhibitor, antidepresan trisiklik, obat
antihipertensi, dll) di 6 bulan sebelumnya; dan
6) Wanita dengan temuan pemeriksaan spekulum dan/atau profil hormon yang
menunjukkan menopause atau tahap transisi menopause. Subyek dengan kondisi medis
kronis
seperti hipertensi, diabetes, atau gangguan kejiwaan juga dikeluarkan dari penelitian.

4. Apa obat/pengobatan yang diteliti dan apa kontrol/pembandingnya?


 Obat yang diteliti : Kapsul biji seledri dengan dosis 500mg/kapsul
 Kontrol pembanding : Kapsul placebo berisi pati jagung 500 mg/kapsul
 Dosis : Dosis penggunaan disamakan dengan pada uji klinis sebelumnya yakni
pada penelitian disminore dengan seledri 500mg tiga kali sehari.

5. Alokasi perlakuan terapi? (Bagaimana penetapan kelompok perlakuan dan kontrol,


apakah ada randomisasi, bagaimana keberhasilan randomisasi)
Setelah evaluasi diagnostik dan kunjungan standar di klinik ginekologi, populasi penelitian
diacak menjadi 2 kelompok menggunakan metode acak blok (1:1). Biji seledri dan kapsul
plasebo disiapkan dalam penampilan fisik yang serupa (bentuk, warna, dan lain-lain). Para
pasien, dokter (ginekolog), dan ahli statistik yang menganalisis data tidak mengetahui
kelompok perlakuan. Penyembunyian alokasi dilakukan menggunakan amplop tertutup
buram yang berisi nomor pengacakan dan obat intervensi atau plasebo.

6. Kriteria penilaian respons?

(Ketepatan kñtena, kapan dinilai, apakah ada penyamaran /blinding)

Kuesioner FSFI menilai pasien dalam enam dimensi


hasrat seksual, gairah, lubrikasi, orgasme, kepuasan, dan rasa sakit. Skor total FSFI adalah
jumlah dari 6 skor domain dan memiliki skor maksimum 36. Skor yang lebih tinggi
menunjukkan fungsi seksual yang lebih baik. Titik potong 26,5 digunakan untuk
mendiagnosis disfungsi seksual pada wanita.

7. Analisis statistic
(Kesesuaian uji yang dipakai, jumlah sampel dl.)

Pada kunjungan pertama, rata-rata sub-skor keinginan adalah 2,27 ± 0,70 dan 2,19 ± 0,92
pada kelompok intervensi dan pada kelompok plasebo, yang tidak berbeda nyata (p =
0,678). Namun, perbandingan skor antara biji seledri dan kelompok plasebo menunjukkan
bahwa skor keinginan lebih tinggi pada kelompok intervensi dibandingkan dengan
kelompok plasebo pada minggu ke-3 dan ke-6 (p <0,001).
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok dalam
skor gairah dan pelumasan pada kunjungan pertama. Skor gairah meningkat secara
signifikan pada kelompok benih seledri dibandingkan dengan kelompok plasebo pada
minggu ke-3, dan ke-6 (p <0,001). Selain itu, skor pelumasan meningkat secara signifikan
pada kelompok benih seledri dibandingkan dengan kelompok plasebo pada minggu ke-3
dan ke-6 (p <0,001).
Di sisi lain, tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara kelompok intervensi
dan kelompok plasebo dalam hal skor rata-rata orgasme dan kepuasan pada minggu awal,
ke-3, dan ke-6 pengobatan (P > 0,05).
Nyeri adalah domain terakhir dari kuesioner FSFI yang diukur pada sesi yang berbeda.
Pada kunjungan pertama (minggu-0), skor nyeri rata-rata adalah 2,28 ± 1,25 dan 2,48 ±
1,23 pada intervensi dan pada kelompok plasebo, masing-masing, yang tidak berbeda
secara signifikan (p = 0,479). Namun, skor nyeri meningkat pada kelompok intervensi,
sebaliknya
dengan kelompok plasebo pada minggu ke-3 dan ke-6 (p = 0,024 dan p = 0,033).
Akhirnya, skor FSFI total (yang merupakan jumlah skor keinginan individu, gairah,
pelumasan, orgasme, kepuasan, dan skala nyeri) dibandingkan antara kelompok intervensi
dan plasebo. Pada minggu ke-3 dan ke-6, total skor FSFI secara signifikan lebih tinggi
pada pasien yang diobati dengan biji seledri dibandingkan dengan plasebo (p <0,001).
8. Makna klinik hasil uji?

(Apakah dapat diterapkan dalam praktek)

9. Etika (Apakah ada penyimpangan-penyimpangan etis dan uji klinik?)

Tidak ada , karena sebelum uji klinis dilakukan informed-consent terlebih dahulu kepada
pasien.

10. Kesimpulan uji klinik (Ketepatan kesimpulan)

KESIMPULAN PENILAIAN:

Uji klinik mengenai efek celery seed untuk mengobat disfungsi seksual pada
wanita berhasil dan dapat diterapkan untuk mengobati penyakit FSD
LBM 4 FITOTERAPI

FORM 13. PRESENTASI FITOTERAPI

Judul : Resep Fitoterapi untuk diagnosis Ulcerative Colitis

Bahan herbal untuk fitoterapi: Kunyit

Jurnal pendukung : The effect of curcumin supplementation on clinical outcomes and


inflammatory markers in patients with ulcerative colitis

Resep Fitoterapi :

Diberikan suplemen kunyit sebanyak 1,500mg/ hari selama 8 minggu.


Modul Elektif Obat Tradisional

Keterangan lain :

a. Mekanisme kerja :

Curcumin, as an active polyphenol of turmeric (Curcurna /onga)


and an Indian spice, has been widely used in traditional medicine in
Asian countries to treat the inflammatory conditions (Priyadarsini,
3014). Recently. a growing trend has been observed in application
of the cur- cumin due to its significant anti-inflammatory and
antioxidative proper- ties. Laboratory studies shaw anti-inflammatory
effects of the curcumin in human gastrointestinal cells and animal
studies show amelioration of the experimental colitis (Sreedhar,
Arumugam, Thandavarayan, Kar- uppagaunder, & Watanabe, 2016).
It seems that curcumin contributed to the inhibition of the
transcriptional nuclear factor xB (NF-xB) activation and infihratian of
the CD4+ T cell into the colonic mucosa (Ukil et al.,
Furthermore, it is known that mesalamine (a 5-aminosaIi lic

b. Potensi efek samping :

3J | Side effects

One patient in the curcumin group had skin allergy symptoms, dys-
pepsia, and heartburn.

c. Kontraindikasi :
Tidak ada dalam artikel

d. Potensi interaksi dengan bahan / obat lain :

Oleh karena itu, suplementasi dengan kurkumin dalam kombinasi dengan obat-obatan
rutin dapat efektif dalam pengobatan UC.

Semarang,.......Desember 2021

Instruktur Praktikum

(Dr. Atina Hussaana, M.Si. Ap)


Modul Elektif Obat
Tradisional

Anda mungkin juga menyukai