Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN

BERBAGAI FUNGSI MANAJEMEN

Dosen Pengampuh : Drs. Maharuddin Pangewa M.Si.

Oleh :

Nama : Lutfiah
NIM : 210902502025
KELAS : Pendidikan Akuntansi B

PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
berkah dan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah
ini dengan judul “Berbagai Fungsi Manajemen”.Adapun tujuan dari
penyusunan dalam tugas makalah ini untuk memnuhi salah satu tugas mata kuliah
“pengantar manajemen”.

Dalam penyusunan makalah ini penyusun menyadari bahwa, makalah ini


tidak akan selesai dengan lancar dan tepat tanpa adanya bantuan , dorongan dan
bimbingan dari dosen pengampuh mata kuliah “pengantar manajemen” penyusun
bapak Drs. Maharuddin Pangewa M.Si. penyusun menyadari bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki maka penyusun meminta kritik
dan saran yang sifatnya membangun.

Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi kita
semua didalam dunia manajemen.

Makassar, 19 November 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

MAKALAH...............................................................................................................................

KATA PENGANTAR..............................................................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................

A. LATAR BELAKANG...............................................................................................

B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................

C. TUJUAN.....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................

D. 1.1. FUNGSI PERENCANAAN...............................................................................

E. 1.2. FUNGSI PENGORGANISASIAN....................................................................

F. 1.3 FUNGSI PENGGERAKAN.............................................................................

G. 1.4. FUNGSI PENGAWASAN...............................................................................

BAB III PENUTUP...............................................................................................................

H. A. KESIMPULAN...................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setelah mempelajari mengenai pembuatan putusan dalam manajemen,


sekarang perlu dipahami bahwasanya masih banyak hal seputar
manajemen yang harus diketahui. Salah satunya adalah berbagai fungsi
dalam manajemen. Namun saat ini masih sangat banyak orang yang
kurang paham terkait fungsi dari manajemen itu sendiri. Adapun cara yang
dapat dilakukan adalah dengan mempelajari materi terkait “Brbagai Fungsi
Manajemen”.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja fungsi-fungsi manajemen?


2. Apa saja pembagian fungsi-fungsi manajemen?
3. Apa saja unsur- unsur fungsi manajemen?

C. TUJUAN

1. Mengetahui fungsi-fungsi manajemen secara rinci.


2. Mengetahui pembagian dari fungsi-fungsi manajemen.
3. Mengetahui unsur-unsur fungsi manajemen.

1
BAB II
PEMBAHASAN
D. 1.1. FUNGSI PERENCANAAN
A. PENGERTIAN PERENCANAAN
1. Perencanaan dan Proses Manajemen

Untuk mengulangi penjelasan perencanaan sebagai suatu fungsi dasar dari


proses manajemen. Dapat beralasan yaitu perencanaan merupakan dasar (basic)
dari fungsi-fungsi dasar manajemen lainnya, seperti: peng-organisasian,
penggerakan, dan pengawasan. Karena tanpa kegiatan yang ditentukan oleh
perencanaan, tak ada gunanya pengorganisasian, peng-gerakan, dan pengawasan.
Sudut pandangan ini menekankan pentingnya perencanaan di dalam proses
manajemen, diasumsikan bahwa perencanaan mendahului ketiga fungsi
manajemen lainnya dalam prakteknya, benar atau tidak bukan merupakan soal.

Umumnya seorang manajer harus mempertimbangkan semua fungsi


manajemen secara serentak. Perencanaan memeberikan semua pola peker-jaan
yang harus dikerjakan dan dalam hal ini, memberikan dasar di mana fungsi
manajemen lainnya bekerja.

Usaha pengorganisasian, misalnya harus sesuai dengan perencanaan yang


dibuat, begitupun dengan penggerakan dan pengawasan harus sesuai dengan apa
yang harus dilakukan untuk mencapai pekerjaan tertentu.

Tak ada manajer yang dapat mengorganisasikan, menggerakkan, dan


mengawasi dengan sukses selama suatu periode waktu tanpa mempunyai
perencanaan.

2. Pengertian dan Manfaat Perencanaan

2
Mengenai perencanaan sudah banyak yang memberi batasan atau definisi
yang berbeda satu sama lain formulasinya. Walaupun formulasi yang berbeda,
namun mempunyai inti yang sama. Secara umum dapat dikatakan perencanaan
adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan sebelum melakukan tindakan
penyelenggaraannya, meliputi serangkaian keputusan termasuk penentuan tujuan,
kebijaksanaan, membuat program, menentukan metode dan prosedur serta
menetapkan jadwal waktu pelaksanaan. Orang yang melakukan kegiatan
perencanaan disebut perencana (planner). Dan pernyataan suatu keinginan yang
hendak dicapai disebut rencana (plan).

Dalam rumusan pengertian tersebut dapat dimengerti bahwa peren-canaan


merupakan taraf permulaan dari setiap proses penyelenggaraan. Tanpa
perencanaan dalam sesuatu usaha tidak akan terdapat pedoman yang menunjukkan
arah maupun ukuran untuk menilai sampai seberapa jauh berhasilnya usaha itu.

Perencaan mengandung perbuatan melihat ke depan, memikirkan jauh


sebelumnya dan menggambarkan lebih dahulu sebagai dasar untuk proses
penyelenggaraan mencapai tujuan yang dikejar.

Perencanaan adalah suatu putusan yang menyeluruh, dan lazimnya


merupakan gambaran yang memuat berbagai ketegasan mengenai:

a. What, apa yang akan dikerjakan (materinya).


b. Why, mengapa justru itu yang dikerjakan (dasar pertimbangannya).
c. Who, siapa yang akan mengerjakannya(pelaksananya)
d. Where, dimana akan dikerjakan (tempat/lokasinya)
e. When, kapan akan dikerjakan (waktunya)
f. How, bagaimana mengerjakannya (tata kerja serta peralatannya)
Kalau keenam pertanyaan ini sudah terjawab barulah rencana itu dapat
dibuat dengan baik. Jadi karakteristik rencanaan yang baik sebenarnya mencakup
persoalan 5 w + 1 H yang biasa disebut dengan dalil R. Kipling. Dengan
demikian, perencanaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan sebe-lum melakukan
tindakan penyelenggaraannya, meliputi: pemikiran/ramalan yang rasional dan

3
berdasarkan fakta dan/atau perkiraan yang mendekat sebagai persiapan untuk
tindakan kemudian. Hasil dari perencanaan ialah rencana (plan).

3. Unsur-unsur Perencanaan

Agar kita dapat memperoleh suatu jaminan yang sebesar-besarnya bahwa


tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai sebaik-baiknya, kiranya suatu
perencanaan memiliki unsur-unsur sebagai berikut:

a. Unsur tujuan (objectives – goals), yaitu perumusan yang lebih jelas dan lebih
terperinci tentang apa yang ingin dicapai oleh sesuatu usaha kerja sama.
Tujuan ini, sebagai arah sasaran dari suatu organisasi di mana semua kegiatan
usaha tersebut ditujukan. Unsur-unsur tujuan ini terdiri dari: 1) tujuan akhir
(objectives) yaitu rencana menyeluruh dari berbagai objektif atau haluan,
destinasi; dan 2) tujuan antara (goals) yaitu rencana yang lebih spesifik,
terperinci dan terarah pada tujuan tertentu yang ingin dicapai, atau disebut
juga dengan sasaran.
b. Unsur kebijaksanaan (policy), adalah suatu metode atau cara/jalan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. untuk dicapai.sikap, pendirian,
pandangan. Kebijaksanaan ini ditentukan oleh top manajer berdasarkan suatu
cita tertentu atau berdasarkan kebutuhan praktis, biasanya penetapan ini hanya
garis-garis besarnya saja. Bentuknya dapat tertulis dan dapat juga tidak
tertulis. Namun sebaiknya kebijaksanaan itu tertulis, agar apabila dikemudian
hari timbul masalah kebijaksanaan, maka akan mudah dilacak dengan jelas.

c. Unsur tata cara pengelolaan (prosedure). Unsur ini termasuk pemba-gian


tugas serta hubungannya (vertikal dan horizontal) antara setiap anggota
kelompok secara terperinci. Seperti halnya dengan kebijak-sanaan, ada yang
diatur secara tertulis ada yang tidak. Karena prosedur ini perlu diketahui setiap
orang yang berhubungan dengan masalah tersebut, maka sebaiknya pula
secara tertulis. Prosedur adalah pola kerja yang tetap sesuai urut-urutan yang

4
bersifat kronologis dari tindakan yang harus dilakukan secara berentetan ,
termasuk route.
d. Unsur kemajuan (progress), yaitu untuk mengukur suatu kemajuan
diperlukan standar. Dalam perencanaan sangat dibutuhkan standar. Standar ini
digunakan untuk ukuran kemajuan sesuatu usaha sebagai-mana yang
direncanakan. Dalam menentukan standar ada tiga masalah yang dalam istilah
Inggris rumusannya secara singkat dengan kata: how many (berapa banyak)
untuk menentukan kuantitasnya, how well (berapa baik) untuk menentukan
kualitasnya, how long (berapa lama) untuk menentukan lamanya.
e. Unsur program (programme). ialah menyusun berbagai-bagai rencana secara
menyeluruh dan merupakan kesatuan di mana satu dengan lainnya saling
berhubungan, dan secara urut-urutan (sequence). Misalnya program
peningkatan pangan yang terdiri dari berbagai rencana proyek peningkatan
produksi padi, peningkatan produksi kedele, jagung, kacang hijau, ubi, dan
lain-lain. Di dalam unsur program dari perencanaan ini juga tercakup:
serangkaian fakta (facts), perkiraan hari kemudian (forekast), dan serangkaian
kegiatan tertentu (tindakan – action)
B. KLASIFIKASI PERENCANAAN

1. Macam-macam Perencanaan

Mengenai macam corak dan isi perencanaan, dalam literatur dikenal


berbagai sudut tinjauan, yaitu:

a. Dari segi jangka waktunya, The Liang Gie (1978) membedakan perencanaan
atas:
1) Perencanaan jangka pendek (satu tahun),

2) Perencanaan jangka panjang (lebih dari satu tahun).

5
Sutardi dan Damini (1988), juga Hasibuan (opcit), begitupun Syamsi (1994),
dan Soekartawi (1990) serta Kunarjo (1993) membedakan perencanaan
dilihat dari jangka waktunya yaitu:

1) perencanaan jangka pendek (short–range planning). Jangka waktunya


sampai 1 atau 2 tahun, dilakukan oleh manajer bawah, bersifat
operasional.

2) perencanaan jangka menengah (intermediate planning).Jangka waktunya 2


- > 10 tahun, dilakukan oleh manajer menengah, bersifat taktis

3) Perencanaan jangka panjang (long-range planning). Jangka waktunya ≥


10 tahun, dilakukan oleh manajer puncak, bersifat strategis.

b. Dari segi ruang lingkupnya, The Liang Gie (opcit) membedakan:


1) perencanaan nasional (umumnya untuk mengejar keterbelakangan suatu
bangsa dalam berbagai bidang)
2) perencanaan daerah (untuk menggali potensi sesuatu wilayah dan
mengembangkan kehidupan masyarakat wilayah itu)
3) perencanaan kota (untuk mengatur pertumbuhan kota, menertibkan
penggunaan tempat dan memperindah corak kota).
Westra dkk. (1980) membagi corak dan isi perencanaan dari sudut ruang
lingkupnya, yaitu:

1) Perencanaan nasional
2) Perencanaan regional (daerah)
3) Perencanaan lokal yang terdiri dari:
a) perencanaan kota
b) perencanaan desa (untuk menggali potensi sesuatu desa serta
mengembangkan masyarakat desa tersebut.
Sutardi dan Damini (opcit) mengklasifikasikan perencanaan dari segi ruang
lingkupnya, yaitu:

1) perencanaan internasional (international planning);

6
2) perencanaan nasional (national planning);
3) perencanaan daerah (regional planning);
4) perencanaan umum (general planning); meliputi:
a) perencanaan tenaga kerja, b) perencanaan biaya, c) perencanaan
peralatan, dan d) perencanaan mesin-mesin;
5) perencanaan khusus (special planning)

c. Selanjutnya, Sutardi dan Damini (ibid) mengklasifikasi perencanaan dari segi


orang yang membuatnya yaitu:
1) perencanaan perseorangan (individual planning)
2) perencanaan staf (staf planning)
3) perencanaan panitia (committee planning)
4) perencanaan pengawas (supervisor planning).
d. Selain dari itu, Perencanaan dapat dibedakan menurut materi atau bidang kerja
yang dicakupnya, seperti: industrialisasi, pendidikan, kesehatan atau
pertahanan Negara. Masya dkk. (1978) dengan klasifikasi, yaitu:
1) perencanaan kepegawaian (personnel planning)
2) perencanaan keuangan (financial planning)
3) perencanaan industri (industrils planning)
4) perencanaan pendidikan (educational planning)
Dalam bidang ini masih banyak yang tidak disebutkan, sepertinya:
perencanaan perkantoran (office planning), perencanaan peralatan (materials
planning) perencanaan pemasaran (marketing planning). Dst.

e. Di samping itu, Westra dkk. (opcit) menambahkan macam corak dan isi
perencanaan dari segi tata jenjang organisasi dan tingkat kedudukan manajer
yang dapat dibedakan:
1) perencanaan haluan (policy planning)
2) perencanaan program (program planning)
3) perencanaan langkah (operational planning)
Pembagian ini sama dengan pendapat J.M. Pfiffner dengan sebutan menurut
“tingkatan proses” perencanaan.

7
f. Juga Abdulrachman (1973) mengemukakan bahwa macam-macam rencana
dapat ditinjau dari sudut umum/khusus, yaitu:
1) rencana umum (general plan)
2) rencana khusus (special plan)
3) rencana semesta (overall plan)
4) rencana kejalaan (network plan)
g. Kunarjo (opcit) membagi dua kategori perencanaan dilihat dari arus informasi,
yaitu:
1) perencanaan dari atas ke bawah (top down planning),
2) perencanaan dari bawah ke atas (botton up planning)
Kemudian dapat ditambahkan dengan perencanaan dari arus horizontal
(horizontal planning)

Saragih (opcit) dan Lubis (1985) membagi perencanaan dalam dua bagian,
yaitu: 1) perencanaan physic (physical planning) 2) Perencanaan pembiayaan
(cost planning). Sedangkan Hanna dalam Salusu (1996) membagi tiga jenis
perencanaan, yaitu: 1) perencanaan jangka panjang (long range planning, 2)
perencanaan stratejik (gis), dan 3) perencanaan jangka pendek

2. Tingkatan Perencanaan (Hierarchy of planning)

Kebutuhan akan adanya perencanaan tidak hanya ada pada satu tingkat
(puncak) saja dari suatu organisasi melainkan setiap tingkat dan setiap bidang
usaha memerlukan adanya perencanaan bila menghendaki suatu usaha yang
efisien dan efektif.

Sudah barang tentu perencanaan yang dilakukan pada berbagai tingkat


organisasi itu tidak sama tentang cara merumuskannya maupun isi dan sifatnya.

8
Graves dalam Saragih (opcit) membedakan tiga tingkatan perenca-naan
menurut tingkatannya dalam suatu organisasi (vertical) sebagai berikut:

a. Tingkat atas (top level). Pada tingkat ini perencanaan lebih bersifat memimpin
directive, yaitu memberi petunjuk serta menggariskan dalam segala hal, baik
mengenai tujuan maupun caranya, jadi belum begitu positif untuk segera dapat
dilaksanakan.
b. Tingkat menengah (midle level). Pada tingkat ini merupakan penja-baran dan
pelengkap dari perencanaan tingkat atas. Perencanaan lebih bersifat
administratif (manajerial) yaitu sudah lebih jelas menunjukkan kepada cara
pencapaian tujuan dan bersifat memberi petunjuk pelak-sanaan dengan sebaik-
baiknya.
c. Tingkat bawah (bottom-up). Yaitu tingkat di mana tiap-tiap anggota kelompok
lebih banyak mempunyai tugas menghasilkan, sehingga tugas itu bersifat
operatif (operational) yaitu pekerjaan yang harus berakhir dengan
menghasilkan sesuatu yang konkret. Maka sifat dari perencanaan pada tingkat
ini juga lebih bersifat operatif, yaitu cara menjalankan sesuatu agar mencapai
hasil yang sebaik dan sebesar mungkin.

C. PROSES PERENCANAAN

1. Sumber dan Bahan Perencanaan

Abdulrachman (opcit), juga Sutardi dan Damini (opcit) mengemuka-kan


bahwa sumber perencanaan, yaitu:

a. Kebijaksanaan/perintah dari badan/orang yang berhak membuatnya (policy


making , bodies or management)
b. Hasil pengawasan yang menimbulkan rencana penyesuaian/perbaikan
c. Kebutuhan yang mendatang/urgen, untuk mengatasi persoalan itu

9
d. Studi yang terus menerus (perpetual), yang menimbulkan penemuan-
penemuan baru dan/atau aplikasi dari penemuan itu
e. Inisiatif dari dalam (dari para pegawai)
f. Inisiatif dari luar (masyarakat pers dan sebagainya).

2. Langkah-langkah dalam Membuat Perencanaan

Walaupun proses perencanaan dalam prakteknya bervariasi, ada


perencanaan besar dan ada perencanaan kecil, namun terdapat teknik-teknik dan
prinsip-prinsip yang biasanya mendapat perhatian dalam proses perencanaan itu.

g. The Liang Gie (opcit) mengemukakan langkah-langkah dalam membuat


rencana sebagai berikut:
1) Rumuskan tujuan usaha kerja sama atau sasarannya secara jelas
2) Kumpulkan fakta yang diperlukan dengan melalui penelitian atau secara
lainnya, misalnya: tentang kebutuhan tenaga kerja, biaya, alat
perlengkapan dan fasilitas lainnya, termasuk faktor kemasyarakatan
3) Gambarkan pekerjaan yang perlu dilakukan berikut cara-caranya. Dalam
hal ini harus dilakukan analisis, penilaian dan pemilihan yang tepat
diantara pelbagai kemungkinan yang ada
4) Laksanakan rencana tersebut.
h. Atmosudirdjo (1975) mengemukakan langkah-langkah jalan pikiran
perencanaan adalah sebagai berikut:
1) Jernihkan (klasifikasikan) dan rumuslah tujuan atau objektif apa yang
hendak dicapai
2) Mengumpulkan data dan informasi yang selengkap-lengkapnya
3) Analisis dan klasifikasi data informasi tersebut
4) Penentuan premis atau asumsi rencana
5) Susunlah beberapa rencana alternatif
6) Rumuslah harapan-harapan untuk tiap rencana, dan pertegas tujuan-nya
masing-masing

10
7) Menentukan urutan (sequence)
8) Mengadakan persiapan-persiapan untuk pengawasan pelaksanaannya

E. 1.2. FUNGSI PENGORGANISASIAN

A. PENGERTIAN PENGORGANISASIAN

Sebelum menguraikan arti organizing, maka terlebih dahulu menye-lidiki


asal kata organizing, supaya ada pengertian yang mendalam. Organizing berasal
dari kata to organize di mana kata ini berasal pula dari kata organ. Kata organ
dalam webster’s New collegiate Dictionary berasal dari kata organon, bahasa
Greek.

Adapun arti kata organ adalah, an instrument or medium by which an


inportan action is performen or endaccomplished, artinya suatu alat atau media
yang digunakan untuk tindakan penting atau pencapaian tujuan.

Jadi to organize mengandung arti menyusun bagian-bagian yang terpisah-


pisah menjadi suatu kesatuan sehingga dapat digunakan untuk menjalankan
tindakan dalam pencapaian tujuan.

Disini dapat dinyatakan adanya dasar-dasar fundamental untuk organizing,


yaitu:

1. Pekerjaan, yaitu aktivitas-aktivitas yang harus dilakukan dalam hubu-ngannya


dengan tujuan.
2. orang-orang, yaitu orang-orang yang bagaimana yang harus melaku-kannya.
3. Tempat kerja, yaitu faktor-faktor phisik, ruangan sekitarnya yang harus
disediakan.
4. Hubungan-hubungan, yaitu hubungan diantara orang-orang.

11
Sondang P. Siagian (1985) merumuskan organizing adalah kese-luruhan proses
pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab dan
wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat
digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditentukan.

B. CIRI – CIRI PENGORGANISASIAN

Seperti dijelaskan di atas bahwa organizing dalam manajemen merupakan


fungsi yang kedua, dimana apabila perencanaan telah selesai dibuat, diperlukan
adanya orang-orang yang melaksanakannya mengingat walaupun telah ada
perencanaan, tetapi apabila tidak ada orang yang melaksanakannya, maka
perencanaan itu tidak ada artinya sama sekali.

Dalam organizing harus berpedoman kepada perencanaan agar supaya ada


keselarasan antara orang yang mengerjakan dengan apa yang dikerjakan. Oleh
karena itu dalam pengorganisasian pun harus mengandung tiga ciri utama yaitu:

1. Dapat menjawab pertanyaan sebagaimana yang dikemukakan oleh R. Kipling


yaitu what,where, when, who, dan how.
2. Rational, flexible, kontinu, pragmatis dan ideal
3. Tidak terlepas dari tools of management (sarana dari manajemen)
C. KEUNTUNGAN – KEUNTUNGAN DARI PENGORGANISASIAN

Dari apa yang dibahas terdahulu dapat diambil simpulan bahwa ada
banyak keuntungan dari pengorganisasian. Salah satu keuntungan yang dapat
diperoleh dari aktivitas pengorganisasian yang efektif adalah:

1. Tiap-tiap anggota dalam struktur organisasi mengetahui sekelompok aktivitas


apa yang harus ia lakukan.
2. Hubungan kerja dalam suatu organisasi dengan jelas dapat ditentukan.

12
3. Seorang pejabat dapat mengetahui dengan terang hubungan organisa-toris baik
terhadap pihak atasan, pihak bawahan maupun terhadap pejabat yang sama
tingkatannya.
4. penggunaan optimum terhadap tenaga manusia dan fasilitas yang ada dapat
tercapai karena ada perbandingan yang seimbang dalam organisasi.

D. PROSES PENGORGANISASIAN

Untuk melakukan pengorganisasian dengan cara yang teratur,. ditempuh


langkah-langkah sebagai berikut:

1. Perumusan tujuan

Sebagai dasar utama dari penyusunan pengorganisasian, tujuan harus


dirumuskan secara jelas dan lengkap, baik mengenai bidang, ruang lingkup
sasaran, keahlian/keterampilan serta peralatan yang diperlukan dan jika mungkin
jangka waktu pencapaian tujuan maupun cara pencapaiannya menurut cara yang
terbaik. Dari tujuan yang telah dirumuskan dengan jelas dan lengkap itu akan
dapat ditarik simpulan tentang bentuk susunan, corak maupun ukuran besar
kecilnya organisasi yang harus disusun.

2. Penetapan tugas pokok

Tugas pokok adalah sasaran yang dibebankan kepada organisasi untuk


dicapai. pada umumnya, bertambah besar organisasi yang harus disusun
bertambah umum pula tugas pokok yang dapat ditetapkan. Sebaliknya semakin
kecil organisasi, makin konkrit dan terbatas tugas pokoknya.

13
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam penetapan tugas pokok antara lain
adalah:

a. Tugas pokok harus merupakan bagian dari tujuan dengan perkataan lain
pelaksanaan tugas pokok harus mendekatkan pada tujuan.

b. Tugas pokok harus dalam batas kemampuan untuk dicapai dalam jangka waktu
tertentu, tugas pokok adalah landasan dalam penyelenggaraan semua kegiatan
dalam organisasi.

3. Perincian kegiatan

Perincian kegiatan dapat diperoleh dari jawaban atas pertanyaan


“kegiatan-kegiatan apa saja yang perlu dilaksanakan dalam rangka pelak-sanaan
tugas pokok?”. Perincian kegiatan, selain harus disusun secara lengkap dan
terperinci, harus diadakan identifikasi antara kegiatan-kegiatan yang penting dan
kurang penting, kegiatan pokok dan kegiatan penunjang dan sebagainya.

4. Pengelompokan kegiatan dalam fungsi-fungsi

Kegiatan yang harus dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan tugas pokok


lazimnya sangat banyak. Kegiatan-kegiatan yang banyak itu ada yang erat
hubungannya satu sama lain, disamping itu ada yang dapat dibedakan secara jelas.

Kegiatan-kegiatan yang erat hubungannya satu sama lain, masing-masing


dikelompokkan menjadi satu. Masing-masing kelompok kegiatan sebagai hasil
pengelompokkan ini lazim disebut “fungsi”. Dengan lain perkatan, fungsi adalah
sekelompok kegiatan yang homogen dalam arti satu sama lain tercapai hubungan
yang sangat erat.

14
Pengelompokkan kegiatan kedalam fungsi-fungsi dapat dilihat dari dua
sudut tinjauan, yaitu:

a. Tinjauan horizontal, dan

b. Tinjauan vertical

Pengelompokkan dengan tinjauan horizontal di dasarkan atas adanya


diferensiasi horizontal diantara kegiatan-kegiatan yang telah dikelompokkan.
Misalnya fungsi-fungsi perencanaan, pengadaan bahan, pengarahan tenaga.

Pengelompokkan dengan tinjauan vertikal didasarkan atas adanya


diferensiasi vertikal diantara kegiatan-kegiatan yang telah dikelompokkan.
Misalnya fungsi-fungsi pengawas tidak dapat disejajarkan dengan fungsi
pengadaan sekertariat, dan lain-lain.

Pengelompokkan atas fungsi-fungsi baik dengan tinjauan horizontal


maupun vertical adalah dasar dari proses departementasi.

5. Departementasi

Departementasi adalah proses konversi (converting) fungsi-fungsi menjadi


satuan-satuan organisasi dengan berpedoman pada prinsip-prinsip organisasi.

Satuan-satuan organisasi yang masing-masing dibebani satu fungsi ini


dapat disebut dengan berbagai nama, seperti: biro, bagian, direktorat, sub
direktorat, seksi dan lain-lain. Departementasi meliputi dua macam proses, yaitu:

a. Departementasi horizontal

b. Departementasi vertikal

15
Departementasi horizontal dilakukan berdasarkan tinjauan horizontal dari
diferensiasi fungsi. Dalam proses departementasi horizontal harus diperhatikan
prinsip-prinsip organisasi.

1) Setiap organisasi sebaiknya dibebani tidak lebih dari satu fungsi pokok.
2) Setiap fungsi hanya terdiri dari kegiatan-kegiatan yang homogen.
Departementasi vertikal dilakukan berdasarkan tinjauan vertical dari
diferensiasi fungsi. Dalam proses departementasi vertical harus diperhatikan
prinsip-prinsip:

1) Setiap organisasi memerlukan pengkoordinasian


2) Setiap organisasi memerlukan adanya hierarki
Dengan departementasi vertical dan horizontal terciptalah satuan-satuan
organisasi utama. Makin luas ruang lingkup tujuan, makin berat tugas pokok dan
fungsi-fungsi yang harus dipikul organisasi. Makin berat fungsi-fungsi yang harus
dipikul makin besar organisasi yang harus disusun.

F. 1.3 FUNGSI PENGGERAKAN


A. PENGERTIAN PENGGERAKAN

Terry (1960) memberikan definisi penggerakan, yaitu: Actuating is setting


all members of the group to want to achieve and to strive to achieve the
objecxtive willingly and keeping with the managerial planning and organizing
efforts (Penggerakan adalah membuat semua anggota kelompok agar mau bekerja
sama dan bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai
dengan perencanaan dan usaha-usaha peng-organisasian).

Mengenai terminologi dalam bahasa asing untuk “penggerakan” selain


kata “actuating” juga dapat diberi istilah dengan:

1. Leading, yaitu menggerakkan orang dengan memberikan bimbingan atau


menghantarkan dengan mendahului atau membawa kepada tujuan, memberi

16
contoh. Dalam praktek manajer yang mempergunakan dengan semacam ini
berarti dia berada di muka bawahan memberikan contoh sehingga secara sadar
dan sukarela bawahan terangsang untuk patuh mengikutinya.
2. Commanding, yaitu menggerakkan orang dengan memberikan
koman-do/perintah. Karena, memberikan perintah maka biasanya perintah itu
menyangkut tentang unsur paksa. Jadi segi prakteknya manajer selalu berada
dibelakang dan menyuruh bawahan untuk berbuat sesuai dengan apa yang
dikehendaki. Sistem ini hanya dapat berlaku bagi negara-negara yang
menganut asas otokratis dan militer.
3. Directing, berarti menggerakkan orang dengan memberi direction, memberi
petunjuk, memberi arah/pengarahan. Kalau dari segi praktek maka biasanya
manajer itu dalam menggerakkan berarti bersama-sama dengan bawahan yang
senantiasa membakar semangat jiwa bawahan untuk melakukan kegiatan kerja
yang walaupun setelah bawahan telah berinisiatif maka bawahan itu
dilepaskan kemuka yang tetap dituntun dari belakang. Teknik penggerakan ini
dipakai oleh menteri pendidikan nasional dengan istilah “tut wuri handayani”,
yaitu melepaskan kemuka dengan menuntun dari belakang.
4. Motivating, yaitu menggerakkan orang dengan memeberi alasan-alasan atau
motif kepada seseorang sehingga orang itu dapat menentukan sendiri apakah
ia suka mengikuti sipemimpin atau tidak. Jadi ia senantiasa bersama-sama
dengan bawahan sebagaimana halnya dengan directing. Hanya saja cara
mengikat bawahan dengan jalan memberi alasan-alasan atau motif-motif yang
bisa masuk akal bagi bawahan sehingga bawahan itu dapat menurutinya.
Kalau commanding, banyak dilakukan di negara otokratis dan militer, maka
motivasi ini banyak dilakukan bagi negara demokratis.
5. Juga sebagian pakar menyebutkan “staffing”, adalah menggerakkan orang
lain dengan menempatkannya pada fungsi-fungsi yang sesuai ataupun dengan
memberikan jabatan-jabatan tertentu sebagai kon-sekuensi dari kegiatan
pengorganisasian. Namun terdapat pula sarjana, termasuk dalam uraian buku
ini yang menyatakan bahwa staffing dan fasilitating merupakan salah satu
rangkaian aktivitas pengorganisasian. Agar mereka mau menjalankan jabatan

17
tersebut dengan sebaik-baiknya, perlu dilakukan penggerakan secara
motivating, directing, commanding, atau leading.

B. CIRI-CIRI PENGGERAKAN
Seperti dijelaskan di atas bahwa penggerakan adalah suatu tindakan untuk
mengusahakan agar semua anggota kelompok suka berusaha untuk mencapai
sasaran-sasaran yang sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha
organisasi.

Sukarna (1972) menjelaskan bahwa dalam penggerakan ini seperti halnya


dalam perencanaan atau pengorganisasian mempunyai tiga ciri utama, yaitu:

1. Dapat menjawab pertanyaan what, why, where, when, who, dan how
2. Rasional, fleksibel, kontinu, pragmatis, dan ideal
3. Tidak terlepas dari sarana manajemen (tools of management)
Dalam uraian terdahulu telah diketengahkan bahwa pertanyaan-pertanyaan
itu merupakan suatu jalinan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

C. UNSUR MANUSIA DALAM MANAJEMEN

Terry dalam bukunya “Principles of management” mengemukakan bahwa


sukses dalam manajemen sebagian besar merupakan persoalan:

1. mendapatkan orang-orang yang cakap,


2. mengatakan kepada mereka apa yang ingin dicapai,
3. menerangkan cara mengerjakan apa yang menjadi keinginan,
4. memberikan otoritas kepada mereka,
5. menginspirasi mereka dengan kepercayaan terhadap mereka untuk mencapai
sasaran.
Karena unsur manusia yang dominan ini maka seorang manajer dalam
melaksanakan tugasnya harus memperhatikan tiga hal:

18
1. memperhatikan elemen manusia dalam semua tindakan-tindakan mana-jerial
serta masalah-masalah,
2. mencari keterangan tentang kebutuhan apa yang dirasakan oleh setiap pekerja
dan berusaha memenuhi kebutuhan itu,
3. memperhatikan kepentingan kelompok yang ikut serta.
Individu-individu mempunyai tujuan-tujuan yang berbeda, mereka
menempatkan nilai-nilai yang berbeda mengenai hasil-hasil yang dicapai dan
mereka mencari tujuan-tujuan tertentu yang bagi mereka paling menarik.

G. 1.4. FUNGSI PENGAWASAN


A. PENGERTIAN PENGAWASAN

Pengawasan atau controlling adalah juga merupakan fungsi-fungsi


fundamental manajemen yang tidak kala pentingnya dengan fungsi lainnya.
Apabila fungsi fundamental manajemen lainnya yaitu perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka
biasanya tidak banyak dibutuhkan pengawasan. Tetapi di dalam praktek jarang
sekali didapati bahwa perencanaan secara sempurna, peng-organisasian yang tidak
mempunyai kekurangan dan penggerakan efektif 100 persen. Selain itu, manusia
kadang sifatnya salah atau sedikitnya hilaf. Oleh karena itulah perlunya fungsi
pengawasan diadakan. Dan semakin lebih penting lagi artinya dalam suatu
organisasi, karena: Organisasi menjadi semakin kompleks dari waktu ke waktu,
semakin banyak orang berbuat kesalahan, dan untuk mengecek apakah wewenang
yang didelegasikan kepada bawahan dilaksanakan dengan baik dan betul.

Istilah pengawasan (controlling) sampai sekarang masih digunakan


berbagai macam istilah, antara lain: penelitian, pemeriksaan, pengamatan,
monitoring, pengendalian, dan pengawasan.

Pengawasan dilakukan untuk mengawasi sampai di mana usaha-usaha


dijalankan. Apakah sudah sesuai dengan program yang telah digariskan ataukah

19
belum. Sayang sekali, penafsiran dari pengawasan ini masih belum terdapat
kesamaan bahasa/pengertian.

B. TUJUAN PENGAWASAN

Tujuan utama pengawasan adalah mengusahakan supaya apa yang


direncanakan dapat menjadi kenyataan. Pengawasan pada taraf pertama
bertujuan supaya pelaksanaan kerja sesuai dengan intruksi-intruksi yang
diberikan, dan mencari serta menunjukkan kelemahn-kelemahan dan
kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan rencana

Sukarna (1992) mengemukakan maksud dan tujuan pengawasan adalah:

1.Untuk mengetahui jalannya pekerjaan apakah lancar atau tidak.


2.Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan
mengusahakan pencegahan agar supaya tidak terulang kembali kesalahan yang
sama atau timbulnya kesalahan-kesalahan yang baru.
3.Untuk mengikuti apakah penggunaan anggaran keuangan yang telah ditetapkan
dalam perencanaan terarah kepada sasarannya dan sesuai dengan yang telah
ditentukan.
4.Untuk mengetahui apakah pelaksanaan biaya sesuai dengan program
(fase/tingkat pelaksanaan) seperti yang telah ditentukan dalam perencanaan
atau tidak.
5.Untuk mengetahui hasil pekerjaan dengan dibandingkan yang telah ditetapkan
dalam rencana (standar).
6.Untuk mengetahui apakah pelaksanaan kerja sesuai dengan prosedur dan
kebijaksanaan yang telah ditentukan.
Sebagai simpulan dari tujuan utama dilaksanakannya fungsi pengawasan
adalah:

20
1. Mengusahakan supaya pelaksanaan rencana berjalan sesuai dengan
rencananya.
2. Apabila terdapat penyimpangan, maka perlu diketahui seberapa jauh
penyimpangan tersebut dan apa sebabnya
3. Dilakukannya tindakan korektif terhadap adanya penyimpangan-
penyimpangan. Untuk itu diperlukan suatu sistem monitoring – pengendalian
dengan mengusahakan pelaporan dan feedback yang baik dari pelaksanaan
rencana

C. TIPE/MACAM-MACAM PENGAWASAN

Kegiatan pengawasan dapat dibagi dalam beberapa tipe/macam-macam


tergantung dari sudut mana dilihatnya, yaitu:

1. Dari sudut siapa/subjek yang menjalankan pengawasan. Ini dibedakan atas:


a. Internal control (pengawasan dari dalam)
Pengawasan dari dalam berarti pengawasan yang dilakukan oleh aparat/unit
pengawasan yang dibentuk di dalam organiasi itu sendiri. Aparat/unit
pengawasan ini bertindak atas nama manajer organisasi. Aparat/unit
pengawasan ini bertugas mengumpulkan segala data dan informasi yang
diperlukan oleh manajer, guna untuk menilai kemajuan dan kemunduran
dalam pelaksanaan pekerjaan.

b. External control (pengawasan dari luar organisasi)


Pengawasan dari luar organisasi, berarti pengawasan yang dilakuan oleh
aparat/unit pengawasan dari luar organisasi itu adalah aparat pengawasan yang
bertindak atas nama atasan dari manajer organisasi itu, atau bertindak atas
nama manajer organisasi itu karena per-mintaannya, misalnya: pengawasan
yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pengawasan Keuangan Negara

21
terhadap sesuatu departemen. Aparat pengawasan ini bertindak atas nama
peme-rintah/presiden melalui menteri keuangan

c. Formal control (pengawasan formal)


Pengawasan formal ini dilakukan oleh instansi/pejabat yang berwenang
dan dapat dilakukan secara dari dalam dan dari luar, misalnya: Badan
Pemeriksa Keuangan yang berwewenang meng-adakan pengawasan
terhadap setiap lembaga negara mengenai milik pemerintah. Di bidang
swasta pengawasan dilakukan ole Dewan Komisaris.

d. Informal control (pengawasan informal


Pengawasan informal ini dilakukan oleh masyarakat baik langsung
maupun tidak langsung, misalnya melalui surat-surat kabar, majalah.
Memang dalam alam demokrasi masyarakat harus diberi kesempatan
untuk turut mengawasi. Pengawasan melalui/oleh masyarakat ini biasa
disebut “kendali sosial” (social control).

D. PRINSIP-PRINSIP DALAM PENGAWASAN

Supaya sistem pengawasan dapat menjadi efektif, harus dipenuhi


beberapa prinsip. Harold Koontz dan Cyril O’Donnell (1959:p.702-707)
mengemukakan 14 kebiasaan prinsip pengawasan, yaitu:

1. Principle of assurance of objective (prinsip tercapainya tujuan)


2. Principle of efficiency of controls (prinsip efisiensi pengawasan)
3. Principle of control responsibility (prinsip tanggung jawab pengawasan)
4. Principle of future control (prinsip pengawasan terhadap masa yang akan
datang)
5. Principle of direct control (prinsip pengawasan langsung)
6. Principle of reflection of plans (prinsip refleksi perencanaan)
7. Principle of organizational sustability ( prinsip penyesuaian dengan orgnisasi)

22
8. Principle of individuality of control (prinsip kedirian pengwasan)
9. Principle of standard (prinsip standar)
10. Principle of strategic point control (prinsip pengawasan terhadap poin
strategis)
11. The exception principle (prinsip kekecualian)
12. Principle of flexibility of control (prinsip daya-suai pengawasan)
13. Principle of review (prinsip peninjauan kembali) dan
14. Principle of action (prinsip tindakan)

BAB III
PENUTUP
H. A. KESIMPULAN
Perencanaan merupakan fungsi pertama dari manajemen yang berarti suatu
kegiatan yang dilakukan sebelum melakukan tindakan penyeleng-garaannya.
Orang yang melakukan kegiatan perencanaan disebut perencana (planner). Hasil
yang dicapai dari perencanaan itu disebut rencana (plan).

Unsur-unsur perencanaan, yaitu: 1) unsur tujuan, 2) unsur kebijakan, 3)


unsur prosedur, 4) unsur kemajuan, dan 5) unsur program.

Jenis perencanaan dapat ditinjau dari berbagai sudut tinjauan oleh para
pakar, yaitu:

1. Perencanaan jangka panjang, strategi (gis);


2. Perencanaan haluan, program, dan operasional;
3. Perencanaan internasional, nasional, regional/daerah, local (kota dan desa);

23
4. Perencanaan umum, khusus, semesta, dan kejalaan;
5. Perencanaan individu, staf, panitia, dan pengawas;
6. Perencanaan top down, botton up, dan horizontal
7. Perencanaan physik, pembiayaan, kepegawaian, keuangan, peralatan, industri,
pendidikan, kesehatan, dsb.
b. Fungsi kedua dari manajemen adalah pengorganisasian yang dapat
diartikan sebagai dinamisasi organisasi, yaitu keseluruhan proses penyu-
sunan bagian-bagian yang terpisah itu manjadi suatu kesatuan yang
harmonis, sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digunakan untuk
pelaksanaan kerja dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.
c. Untuk mendapatkan pengorganisasian yang baik, harus mengandung tiga
ciri utama yaitu :
d. 1 . Dapat menjawab pertanyaan what, whi, where, when, who, dan how.
e. 2 . Rasional, fleksibel, kontinu, prakmatis, dan ideal.
f. 3 . Tidak terlepas dari tools of management.
g. Banyak keuntungan yang dapat diperoleh dengan adanya pengorga-
nisasian, secara simpulan dapat disebutkan yaitu dengan pengorganisasi
akan diperoleh susunan tugas dan wewenang serta pejabatnya dengan
mekanisme kerja yang jelas
h. Langkah-langkah khusus dari proses pengorganisasian adalah sebagai
berikut; perumusan tujuan secara jelas, penetapan tugas pokok, perincian
kegiatan, pengelompokan kegiatan dalam fungsi-fungsi, departe-menisasi,
penetapan otoritas organisasi, pengadaan tenaga kerja, dan pemberian
fasilitas.

Penggerakan merupakan terjemahan dari istilah asing actuating yang


berarti tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok suka
berusaha untuk mencapai sasaran-sasaran agar sesuai dengan perencanaan
manajerial dan usaha-usaha organisasi.

24
Terdapat lima elemen fungsi penggerakan, yaitu: 1) mempengaruhi, 2)
memerintah, 3) membina, 4) memotivasi, dan 5) memberi penguatan atau
pengukuhan.

Beberapa aktivitas yang dapat dilakukan manajer untk melaksanakan


penggerakan, yaitu: 1) komunikasi; 2) human relation; 3) kepemimpinan;

4) pengembangan rasa tanggung jawab; 5) pemberian komando; 6) pengem-


bangan eksekutif; 7) memelihara sikap, moral, dan disiplin; 8) supervisi; dan 9)
perangsangan.

Beberapa penghalang dalam menjalankan penggerakan dengan tidak


terpenuhinya keinginan pegawai, yaitu:

1. keragu-raguan,
2. kurang keahlian/kecakapan
3. tidak memahami hakekat manusia
4. tidak menepati janji
5. diskriminasi dan pilih kasih, dan
6. tidak tercipta kerja sama atau team work
Beberapa bentuk pembimbingan yang dapat dilakukan oleh setiap manajer
adalah sebagai berikut:

1. mendorong semangat bekerja sebaik-baiknya,


2. memerintah,
3. membina bawahan, dan
4. mendelegasikan kewenangan

Tujuan pengawasan adalah: 1) mengusahakan supaya pelaksanaan rencana


berjalan sesuai dengan rencananya, 2) Apabila terjadi penyim-pangan, maka perlu
segera diketahui seberapa jauh penyimpangan tersebut dan apa sebabnya, 3)
Dilakukannya tindakan korektif terhadap adanya penyimpangan-penyimpangan.

Banyak jenis pengawasan dari berbagai sudut tinjauan, yaitu:

25
1. Dari sudut siapa/subjek yang melakukan pengawasan, yaitu: penga-wasan dari
dalam organisasi, pengawasan dari luar organisasi, penga-wasan formal, dan
pengawasan informal
2. Dari sudut tingkatan pengawasan, yaitu: pengawasan administratif, dan
pengawasan operatif.
3. Dari sudut waktu, yaitu: pengawasan pra-kerja/preventif/pre-audit,
pengawasan semasa kerja/inproses-kerja/supervisi langsung, penga-wasan
pasca-kerja/repressif/post-audit.
4. Dari sudut sasaran materi/bidang objek pengawasan, yaitu: pengawasan
keuangan, kepegawaian, materiil, pelaksanaan kerja, pelaksanaan organisasi,
dsb.
5. Dari sudut permasalahan objek pengawasan, yaitu kuantitas, kualitas, biaya,
waktu yang digunakan, dsb.
Sistem pengawasan, yaitu: 1) komparasi, 2) inspeksi, 3) verifikasi, dan )
investigasi.

Agar pelaksanaan pengawasan dapat menjadi efisien dan efektif, perlu


memperhatikan berbagai prinsip, persyaratan, dan karakteristik pengawasan yang
baik. Prinsip pengawasan meliputi: 1) kesesuaian tujuan; 2) kebenaran sistem,
aturan, dan prosedur; 3) ketepatan waktu, sarana dan prasarana; 4) keakuratan
standar dan penilaian; 5) efisiensi dan efektivitas pelaksanaan; 6) merupakan
balikan (feed back) dan kepentingan umum.

Persyaratan sistem pengawasan yang baik, yaitu: 1) berdasar pada


standar/rencana, 2) menemukan kesalahan/penyimpangan/penyelewengan, 3)
melakukan tindakan perbaikan, 4) bersifat objektif, rasional, jujur, pleksibel dan
kontinu.

Karakteristik pengawasan yang efektif adalah sebagai berikut: 1) akurat; 2)


tepat waktu; 3) objektif dan komprehensif; 4) dipusatkan pada tempat pengawasan
stratejik; 5) secara ekonomi realistis; 6) secara organisasi realistis; 7)

26
Dikoordinasikan dengan arus pekerjaan organisasi; 8) fleksibel; 9) preskriptif dan
operasional; 10) Diterima para anggota organisasi.

Untuk melakukan pengawasan dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu: 1)


pengawasan langsung berupa: inspeksi langsung, observasi di tempat, dan laporan
di tempat dan 2) pengawasan tidak langsung berupa laporan (lisan dan tertulis).

Fungsi pengawasan yang baik adalah: 1) mencegah penyimpangan-


penyimpangan, 2) memperbaiki kesalahan-kesalahan, 3) mendinamisasi kegiatan,
4) mempertebal rasa tanggung jawab, dan 5) menjadi pelaksana

Prosedur pengawasan terdiri dari: 1) penentuan standar/patokan, 2) penentuan


pekerjaan yang akan diawasi, 3) perbandingan antara pekerjaan yang
dihasilkan dengan standar, dan 4) pembetulan atau tindakan perbaikan

27
DAFTAR PUSTAKA
Pangewa. Maharddin. 2006. Manajemen konsepsi dasar , orientasi umum, dan
fungsi-fungsi. Jakarta. Departemen pendidikan nasional directoral jendral
penddikan tingi.

Wijayanto. Dian. 2012. Pengantar manajemen. Jakatra. PT gramedia pustaka


utama.

xxiv

Anda mungkin juga menyukai