Anda di halaman 1dari 82

Manajemen FT Frozen Shoulder

(Tendinis Supraspinatus, Bursitis)

UNIVERSITAS HASANUDDIN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
PROFESI FISIOTERAPI
BIG CONCEPT
01 ANATOMI & FISIOLOGI

02 PATOLOGI

03 EPIDEMIOLOGI

04 ETIOLOGI

05 GAMBARAN KLINIK

06 MANAJEMEN FT
ANATOMI SHOULDER
Tulang penyusun shoulder
Os. Scapula,
Tulang ini merupakan tulang pipih yang berbentuk
segitiga terletak pada lateroposterior dari thorax,
setinggi costa kedua sampai costa ketujuh. Tulang ini
terdiri dari akromion, cavitas glenoidalis, prosesus
korakoideus.

Os Clavicula
Tulang ini merupakan tulang panjang, sedikit
bengkok hampir menyerupai huruf S. Bagian yang
berhubungan dengan sternum disebut ekstermitas
sternalis dan bagian yang berhungan dengan
acromialis disebut ekstermitas acromialis.

Os Humerus
Tulang ini merupakan tulang panjang yang bagian
atasnya akan bersendi dengan tulang scapula
sedangkan bagian bawahnya akan bersendi dengan
tulang radius dan ulna. Tulang ini terdiri dari caput
Humeri, tuberculum major, tuberculum minor
Otot pada bahu
Rotator cuff terdiri dari 4 otot Deltoid yang terbagi atas tiga
yaitu: pars yaitu:
• M. Supraspinatus • Anterior
• M. Infraspinatus
• Middle
• M. Teres Minor M. Teres Major
M. Latissimus Dorsi • Posterior.
• M. Subscapularis
M.Biceps
SENDI
GLENOHUMERAL JOINT

STERNOCLAVICULAR JOINT
ACROMIOCLAVICULAR JOINT

SCAPULOTHORACIC JOINT
SENDI
Ligamen

Glenohumeral ligamen,
memperkuat bagian anterior dari
kapsul. Bukan merupakan fungsi
ligamen yang baik tapi merupakan
lipit lipatan kapsul. (S, Lynn.: 2013)
.

Coracohumeral Ligamen Menempel


dari sisi lateral prosesus coracoid
mencakup tuberkulum mayor.
Memperkuat bagian atas kapsul
sendi.
BURSA

Bursa subakromial (subdeltoidea),

01 terletak di antara acromion dan kapsul


sendi

Bursa subscapular , terletak di antara


02 subscapular tendon dan kapsul sendi

Bursa Infraspinatus, terletak di antara


03
tendon infraspinatus dan kapsul sendi
FISIOLOGI SHOULDER
FISIOLOGI BAHU

Ketidakstabilan bahu sering menyebabkan cedera karena pada


glenohumeral karena caput humerus berartikulasi dengan capitas
glenoid relatif datar. Maka gerakan bahu harus memperhatikan posisi
caput humerus terhadap glenoid. Stabilitas dinamis dari rotator cuff
yaitu m. Supraspinatus, m. Infraspinatus, m. Teres minor,
m. Subscapularis sebagai kontrol posisi untuk menjaga perpidahan
berlebih pada caput humerus (Rockwood, 2009).
BIOMEKANIK
GERAKAN PADA BAHU
No Gerakan ROM Otot Penggerak

1. Fleksi 0 – 1650 M. Deltoideus,


M. Pectoralis Major,
M. Coracobrachialis,
M. Biceps

2. Ekstensi 0 – 600 M. Deltoid,


M. teres Major,
M. Teres Minor,
M. Latissimus Dorsi

3. Abduksi 0 - 1700 M. Deltoideus,


M. Supraspinatus,
M. Infraspinatus,
M. Subscapularis,
M. Terse Major

4. Adduksi 0 – 30 0 M. Pectoralis Major,


M. Latissimus Dorsi,
M. Teres Major,
M. Subscapularis
No. Gerakan ROM Otot Penggerak

5. Eksorotasi 0 – 1800 M. Infraspinatus,


M. Deltoideus,
M. Teres Minor

6. Endorotasi 0 –180 0 M. Pectoralis Major,


M. Deltoideus,
M. Latissimus Dorsi,
M. Teres Major,
M. Subscapularis

7. Elevasi M. elevator,
M. Upper trapesius,
M. Infraspinatus

8. Depresi M. Latissimus Dorsi,


M. Supraspinatus

9. Protraksi M. Pectoralis Major,


M. Subscapularis

10. Retraksi M. Latissimus Dorsi,


M. Supraspinatus
FROZEN SHOULDER
Pengertian

Adhesive capsulitis atau frozen shoulder adalah


terjadinya peradangan, nyeri, perlengketan,
atropi dan pemendekan kapsul sendi sehingga
terjadi keterbatasan sendi bahu
(Suharto, Suriani, & Leksonowati, 2016).
Epiemiologi

Kasus frozen shoulder terjadi 2–3% dari populasi manusia.


Penyakit ini lebih banyak menyerang wanita daripada pria,
perbandingannya yaitu wanita 70% sedangkan pria 30%.
Pada wanita berusia 50 tahun didapatkan sebanyak 15%
mengalami frozen shoulder.
Etiologi

Degeneratif Kongenital Trauma Patologi


Patologi

Frozen shoulder dapat berawal dari tendinitis supraspinatus


/ bicipitalis atau bursitis subacromialis. Apabila gangguan-gangguan
tersebut tidak diobati dan gerakan sendi bahu yang menimbulkan
nyeri tidak pernah dilatih, makalama-kelamaan
akan terjadi perlekatan (Sidharta, 1983).
Patologi
Fase Frozen Shoulder
Frozen shoulder terdiri dari 3 fase yaitu : the freezing (painful phase), the frozen (stiff phase), dan the thawing
(recovery phase)

Fase I Fase II Fase III


The freezing The frozen The thawing
(painful phase) (stiff phase) (recovery phase)

Gejala awal biasanya


Pada fase ini derajat nyeri berkurang
nyeri, kekakuan, dan Pada fase ini derajat
tapi kekakuan dan keterbatasan
keterbatasan gerak. kekakuan berkurang
gerak masih tersisa dan dapat
Nyerinya khas yaitu dan kemampuan
memburuk. Semua gerakan bahu
memburuk pada gerak kembali normal
dipengaruhi oleh timbulnya nyeri,
malam hari dan saat atau mendekati
tapi gerakan yang paling berat
tidur dipengaruhi normal. Fase III akan
adalah gerak eksorotasi. Otot sekitar
oleh posisi miring ke berakhir dalam
bahu akan menurun kekuatan
sisi sakit. Fase I akan 5 – 24 bulan
ototnya karena tidak digunakan. Fase II
berakhir dalam (Patient UK, 2006).
akan berakhir dalam 4-12 bulan
2-9 bulan
(Patient UK, 2006).
(Patient UK, 2006).
Gambaran Klinik

Keterbatasan gerak
Nyeri tiba-tiba tanpa Nyeri pada malam hari Keterbatasan gerak Nyeri saat mengambil
baik aktif maupun
diketahui penyebabnya terutama saat tidur pasif terutama gerakan saat meraih sesuatu diatas sesuatu diatas kepala
belakang kepala yang
abduksi dan eksternal disebabkan oleh nyeri dan atau mengambil sesuatu
dibelakang, misalnya
rotasi. oleh adanya kekakuan mengambil dompet.
pada shoulder
ROTATOR CUFF TENDINITIS
(SUPRASPINATUS)
Pengertian

Tendinitis rotator cuff adalah cedera dari satu atau lebih


tendon dari empat otot rotator cuff . Sebuah cedera rotator cuff dapat mencakup semu
a jenis iritasi atau kerusakan pada tendon atau otot
rotator cuff. Cedera rotator cuf adalah salah satu kondisi yang paling
umum yang mempengaruhi bahu.Tendon rotator cuff yang paling
sering mengalami cedera adalah otot supraspinatus. setiap individu
sangat bergantung pada bahu untuk melakukan berbagai aktivitas.
Epiemiologi
Tendinitis supraspinatus merupakan masalah inflamasi paling
umum ditemui disekitar sendi bahu. Insiden penyakit ini meningkat 25
kasus per 1000 populasi. Kejadian tendinitis supraspinatus pada laki-
laki dibanding perempuan adalah 1:1. Permasalahan yang sering
ditemui dimasyarakat yaitu 35% dari mereka mengeluh nyeri bahu
bagian anterior dan lateral, sedangkan 65% dari mereka tidak
mengeluh apa-apa. Di Indonesia hampir 20% dari penduduknya
pernah mengalami tendinitis supraspinatus. Penderita terbanyak
adalah wanita usia 35-50 tahun.
ETIOLOGI
Penyebab terjadinya tendinitis
supraspinatus adalah adanya
cidera langsung dan trauma
karena pembebanan yang
berlebihan pada otot
supraspinatus
Patologi

Tendon otot supraspinatus sebelum berinsersio pada tuberkulum majus humeri, akan melewati terowongan pada daer
ah bahu yang dibentuk oleh kaput humeri (dengan
bungkus kapsul sendi glenohunerale) sebagai alasnya, dan akromion serta ligamentum korako akromiale sebagai pen
utup bagian atasnya. Disini tendon tersebut akan saling
bertumpang tindih dengan tendon dari kaput longus biseps.
Gambaran Klinik

Nyeri
Keterbatasan Gerak
Infamasi pada Shoulder

Painful ARC
Manajemen FT
ASSESMENT FT TENDINITIS SUPRASPINATUS

Chief of complain

CHARTS
Nyeri dan gangguan gerak pada
bahu kanan
Anamnesis umum
History of • Nama :Budi
taking • Umur : 22 tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Agama : Islam
• Alamat : Rusunawa
• Pekerjaan : Mahasiswa
• Hobby : Bermain basket
• Status : Belum kawin
Anamnesis Khusus
No. Pertanyaan Informasi

1. Sejak kapan anda mengalami gangguan ini? 2 hari yang lalu

2. Bisakah anda menceritakan kronologi kejadiannya? 2 hari yang lalu, saat saya bermain basket saya
terjatuh dengan posisi tangan terulur.
3. Dimana letak keluhan? Di bagian depan-samping bahu

4. Apakah anda merasakan nyeri? Iya, saya merasakan nyeri.

5. Bagaimana rasa nyeri yang anda rasakan? Apakah seperti Rasa nyerinya seperti
tertusuk-tusuk, tumpul, atau seperti terbakar? tusuk-tusuk.
6. Apakah nyeri yang dirasakan hanya di bagian pinggul saja Hanya di bagian bahu saja
atau menjalar?
7. Apakah gerakan yang membuat nyeri makin terasa? Ketika bahu digerakkan
8. Apakah gerakan yang membuat nyeri berkurang berkurang ketika diam.
?
9. Apakah Anda mengalami gangguan pernapasan? Tidak

10. Apakah Anda sudah ke dokter? Iya


11. Apakah Anda sudah minum obat? Iya, tapi nyeri masih terasa
12. Apakah Anda pernah jatuh sebelumnya? Iya, beberapa tahun yang lalu

13. Apa sudah foto roentgen ? Iya


14. Apakah Anda punya riwayat penyakit lain, seperti di Tidak ada.
abetes, tumor, dll?
15. Bagaimana perasaan Anda setelah terkena Saya sangat terganggu, karena saya tidak
penyakit ini? bisa beraktivitas seperti biasa.

16. Apakah masih ada keluhan lain yang anda rasakan? Sudah tidak ada lagi.
Asimetric
• Inspeksi statis
No. Komponen yang dnspeksi Hasil Inspeksi

1. Depan

Mimik wajah Meringis

Proc. acromion, os. Clavicula, shoulder, thoraks Kanan lebih rendah daripada kiri

SIAS, Patella, malleolus medialis Simetris

Tanda-tanda inflamasi Terdapat tanda inflamasi (merah,


bengkak) pada bahu kanan

2. Samping

Kurva tubuh (lordosis atau kifosis) Normal

Posisi kaki Satu garis

3. Belakang

Gluteus kanan kiri Simetris


Inspeksi Dinamis

Pada inspeksi dinamis, fisioterapis


memperhatikan pola gerak pasien ketika
menggerakan bahu yang mengalami nyeri,
apakah menahannya dengan tangan yang
lain atau lainnya. Pada penderita tendinitis
rotator cuff pasien kesulitan
menggerakkan bahunya dikarenakan
adanya nyeri bila di gerakkan.
Palpasi
No. Palpasi Hasil

1. Suhu Suhu pada bahu kanan lebih hangat


dibandingkan bahu kiri

2. Otot rotator cuff Spasme

3. Tenderness Ada

4 Oedem Ada
Tes Orientasi

Pada pemeriksaan ini pasien diperiksa


berdasarkan gerakan dari ADL (Activity
Daily Living) + Ambulasi (pergerakan/
perpindahan). Gerakan itu meminta
pasien mengambil pensil di depan,
samping, atas dan bawah pasien. Hasil
yang didapatkan adalah keterbatasan
gerakan.
PFGD
No Gerakan pada shoulder Pemeriksaan fungsi gerak dasar

Pasif Aktif TIMT


1 Fleksi Sedikit Nyeri Nyeri Nyeri
2 Ekstensi Sedikit nyeri Nyeri Nyeri
3 Abduksi Sedikit nyeri Nyeri Nyeri
4 Adduksi Sedikit nyeri Nyeri Nyeri
5 Eksorotasi Sedikit nyeri Nyeri Nyeri
6 endorotasi Sedikit nyeri Nyeri Nyeri
Restrictive

• ROM : Abduksi dan eksorotasi


• ADL : Dressing, menyisir, mengangkat dan mengambil barang
• Pekerjaan : Pekerjaan sebagai mahasiswa terganggu
• Rekreasi : Pasien tidak dapat melakukan hobby-nya yaitu bermain
basket
Tissue impairnment predictive
No. Tissue Impairment Hasil

1. Musculotendinogen Spasme rotator cuff

2. Osteoarthrogen Stiffness glenohumeral,


3. Neurogen -
4. Psikogenik Gangguan kepercayaan diri dan kecemasan
Spesific test

VAS

APLEY
SCRATCH MMT
TEST

SPESIFIK
DROP
ARM
TES HRS
TEST

INDEKS
ROM
BARTHEL
Diagnosa FT

Gangguan fungsi gerak shoulder et causa tendinitis


supraspinatus pada glenohumeral joint sejak 2 hari
yang lalu.
Problem FT

01 02 03
Problem Primer Problem Sekunder Problem Kompleks

Nyeri sekitar Spasme, Gangguan ADL yang


kelemahan otot, melibatkan fungsi
anterolateral bahu seperti eating,
bahu, inflamasi keterbatasan ROM dressing, toileting
Intervensi
No. Problem Modalitas Terpilih Dosis
1. Gangguan kepercayaan diri dan Komunikasi Terapeutik F : 1 x sehari
kecemasan I : pasien tetap fokus
T : wawancara/ pendamping, moti
vasi
T : 3-5 menit

2. Inflamasi RICE F : setiap hari


I : tiap 4 jam perubahan posisi
T : berbaring rileks
T : 20 menit per posisi

3. Nyeri Interferensi F: setiap hari


I : 35 - 45 mA
T: local
T: 10-15 menit
No Problem Modalitas Terpilih Dosis

4. Spasme otot Exercise F = setiap hari


I = 8 hitungan, 3 repetisi
T = stretching
T = 2-3 menit
5. Kelemahan otot Exercise F = 3x perminggu
I = 8 hitungan 8 repetisi
T = Strengthening
T = 2 menit
F= Setiap Hari
I= 8-10x repetisi
6. Keterbatasan ROM ROM Excercise
T= PROMEX, AROMEX
T=2-3 menit
F: 1x / hari
I : 3x perlakuan→ 3 kali pengulanganuntuk 1x terapi
7. Gangguan ADL PNF (fleksi-eks; eks-end; abd-add)
T: active assistive / auto assistive
T: 2-3 menit
Evaluasi
No. Problem Fisioterapi Parameter Intervensi 3x terapi Interpretasi

Sebelum Sesudah

1. Rasa Percaya Diri HRS-A 18 7 Terdapat penurunan tingkat kecema


saan (kecemasan ringan  tidak ad
a kecemasan)

2. Nyeri Diam VAS 5 0 Terdapat penurunan nilai nyeri

3. Nyeri gerak VAS 6,5 1 Terdapat penurunan nilai nyeri

4. Nyeri Tekan VAS 7,5 1 Terdapat penurunan nilai nyeri


No. Problem Fisioterapi Parameter Intervensi 3x terapi Interpretasi

Sebelum Sesudah

5. Mucle Weakness MMT 3 5 Terdapat peningkatan


kekuatan otot

6. Keterbatasan ROM Goniometer S = 30˚- 0 - 10 S = 30˚- 0 - 100˚ Terdapat peningkatan lingkup


0˚ F = 80˚- 0 -30˚ gerak sendi
F = 80˚- 0 -30˚ R = 60˚- 0 -40˚
R = 60˚- 0 -40˚
7. Gangguan Fungsi Indeks 12 20 Terdapat peningkatan
ADL barthel fungsional ADL
(ketergantungan ringan 
mandiri)
Dokumentasi Kemitraan
Data-data tentang riwayat medis klien,
Pengembangan kemitraan dapat dil
hasil-hasil pemeriksaan klinis, program
akukan dengan profesi kesehatan
intervensi fisioterapi yang telah dilak
lainnya dalam rangka memberikan
sanakan pada klien dan catatan pe
pelayanan kesehatan sepenuhnya
nting tentang hasil perkembangan te
terhadap kondisi klien.
rapi, dapat dilihat dan tercantum pa
da kartu kontrol pemeriksaan keseha
tan klien.

Modifikasi
Dalam modifikasi, fisioterapis melakukan modifikasi pada program
intervensinya apabila tidak terdapat peningkatan kondisi yang baik
pada pasien dengan melihat hasil evaluasi.
Bursitis
Subdeltoidea
Bursitis yaitu peradangan pada bursa yang
terjadi ketika ruang synovial mengalami pen
ipisan dan peningkatan produksi cairan yan
g memberikan manifestasi pembengkakan l
okal dan nyeri.

1. Pengertian
Penyakit ini lebih banyak menyerang
wanita daripada pria, perbandingannya
yaitu wanita 70% sedangkan pria 30%,
dimana pasien mengalami keterbatasa
n pada gerakan shoulder.

2. Epidemiologi
Traumatik
Kelemahan otot
Penyakit infeksi
Penumpukan
kalsium
Penyakit sistemis
Impingement
syndrome
Overuse
Rotatorcuff
tendinitis

3. Etiologi
Bursitis
Subdeltoidea

4. Patomekanisme
Klasifikasi
Bursitis akut
1. Terjadinya secara mendadak.
2. Jika disentuh atau digerakan akan timbul nyari didaerah yang meradang.
3. Kulit diatas bursa tampak kemerahan dan membengkak.
Klasifikasi
Bursitis Kronik
1. Merupakan akibat dari seranganbursitis akut sebelumnya atau cidera yang berulang.
2. Pada akhirnya dinding bursa akan menebal dan didalamnya terkumpul endapan kalsium pad
at yang menerupai kapur.
3. Nyeri menahun dan pembengkakan bisa membatasi pregerakan, sehingga otot mengalami p
enciutan.
Patofisiologi
Respon Peradangan yang terjadi pada bursa akan meningkatkan penipisan pada syn
ovial. Jaringan granulasi dan fibrotic terbentuk kemudian memberikan manifestasi pada
bursa yaitu terisi cairan yang kaya akan fibrin atau bisa berupa darah (hemoragis). Pen
derita bursitis subakromialis, keluhan pertamanya adalah “tidak dapat mengangkat leng
an ke samping (abduksi aktif)”, tetapi sebelumnya sudah merasa pegal-pegal di bahu.
Lokasi nyeri yang dirasakan adalah pada lengan atas atau tepatnya pada insersio ototd
eltoideus di tuberositas deltoidea humeri.
Nyeri

Keterbatasan LGS

Terdapat kelemahan otot

Terdapat rubor dan swelling berhubungan


dengan rotatorcuff tendinitis

Adanya painfull arch

5. Gambaran Klinis
Manajemen
Fisioterapi Bursitis
Subdeltoidea
Nyeri pada bahu sebelah kanan

C (Chief of complain)
a. Anamnesis Umum

Nama : Syamsul
Jenis Kelamin : laki- laki
Alamat : Jl. Sungai Saddang
Pekerjaan : Tukang Batu
Umur : 40 tahun
Hobby : Memancing

H (History of taking)
b. Anamnesis Khusus

H (History of taking)
H (History of taking)
H (History of taking)
a. Inspeksi

- Statis : bahu kiri lebih tinggi daripada bahu


sebelah kanan, scapula kiri lebih tinggi dari
pada kanan, begitupun tulang clavicula lebih ti
nggi kiri daripada kanan. warna kulit normal.

- Dinamis : pasien mengalami keterbatasan ge


rak, terutama gerakan Activity Daily Living (AD
L) seperti menyisir, semakin melakukan gerak
an ke atas kepala maka pasien akan semakin
merasa kesakitan.

A (Asimetric)
b. PFGD (Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar)

A (Asimetric)
c. Orientasi

Pada pemeriksaan ini pasien diperiksa berdas


arkan gerakan dari ADL (Activity Daily Living)
+ Ambulasi (pergerakan/perpindahan).
Hasil yang didapatkan adalah keterbatasan g
erakan.

A (Asimetric)
d. Palpasi

Palpasi adalah tindakan meraba dengan satu


atau dua tangan. Palapasi menegaskan apa y
ang kita lihat dan mengungkapkan hal-hal yan
g tidak terlihat.

A (Asimetric)
-ROM test : ada keterbatasan terutama pada gera
kan abduksi dan eksternal rotasi

-Tes panjang otot : trapezius dan pectoralis major


mengalami kontraktur

-Tes kekuatan otot: otot-otot sekitar bahu mengala


mi kelemahan, dengan nilai 3-4

-ADL test: nyeri saat menyisir rambut, menjangkau


sesuatu di atas kepala, mandi menggunakan gayu
ng.

R (Restrictive )
• Iritasi pada bursa subdeltoidea
• Rotator cuff, deltoid, pectoralis major
mengalami kelemahan
• Pectoralis major dan trapezius
mengalami kontraktur

T (Tissue damage prediction )


Specific test dilakukan untuk mendapatkan diagnosti
k yang lebih akurat. Adapun spesifik test yang dapat
dilakukan untuk kasus ini yang masih berada dalam f
ase akut dan immobilisasi maka tes yang dapat dilak
ukan, yaitu :

S (Spesific test )
a. Palpasi : adanya nyeri saat ditekan, tenderness

b. Dari hasil pengukuran nyeri dengan menggunaka


n alat ukur VAS maka didapatkan hasil :
Nyeri Diam :5
Nyei Tekan :6
Nyeri Gerak :8

c. Hamilton Rating Scale for Anxiety

d. Mengukur ADL dengan indeks Barthel

S (Spesific test )
e. Mosley Tes, untuk mengetahui apakah ada cedera
pada rotator cuff atau tidak.

f.. Pengukuran ROM (Range Of Motion)

S (Spesific test )
g. Pengukuran nilai otot dengan MMT.

Menilai kualitas grup otot penggerak shoulder tetapi l


ebih khusus pada elevasi, depresi, protraksi, retraksi
.

S (Spesific test )
S (Spesific test )
Pasien mengalami penyakit bursitis ata
u biasa disebut dengan peradangan pa
da bursa subdeltoidea 1 minggu yang l
alu.

Diagnosa fisioterapi
• Primer : nyeri
• Sekunder : depresi, kelemahan otot,
keterbatasan ROM, kontraktur otot,
• Kompleks: Gangguan ADL

Problem fisioterapi
Program Fisioterapi
No Problem Ft Modalitas Ft Metode/ tehnik Dosis
1 Kesemasan Komunikasi Motivasi F : 3 kali sehari
terapeutik I : pasien fokus
T : komunikasi interpersonal
T : 5 menit
2 Nyeri Electroterapi Interferensi F : 1x sehari
I : 30-45 mA
T : animal segmental
T : 10 menit
3 Kekakuan sendi Exc Traksi-translasi F: 1x sehari
I: 3xpengulangan untuk 3 kali
perlakuan per satu kali terapi
T:caudal traksi-translasi
T:30 detik
No Problem Ft Modalitas Ft Metode/ tehnik Dosis
4 Kelemahan otot Exc Strengthening F : 1x sehari
I : 3 kali pengulangan untuk 3x
perlakuan per 1x terapi
T : PNF
T : 1 menit
5 Kontraktur otot Exc Stretching F : 1x sehari
I : 8 hitungan per satu kali
perlakuan dengan dua kali
pengulangan per satu kali terapi
T : stretching
T : 1 menit

6 Gangguan ADL Exc ADL exercise F: 1x sehari


I: 3xpengulangan untuk 3 kali
perlakuan per satu kali terapi
T:PNF
T:1 menit
Dilakukan untuk melihat sejauh mana ke
majuan yang dialami pasien setelah tera
pi.

a. Evaluasi Sesaat, dilakukan setiap sele


sai terapi.
b. Evaluasi Berkala, dilakukan setiap be
berapa kali terapi.

Evaluasi
Dokumentasi Kemitraan

Data-data tenta Melakukan kerja


ng riwayat medis pa sama dengan tenag
sien, hasil pemeriks a medis yang berko
aan klinis, program i mpetensi sesuai de
ntervensi fisioterapi ngan kadaaan patol
yang telah dilaksan ogis pasien
akan.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai