Ibnu Hajar al-'Asqalani (773 H/1372 M – 852 H/1449 M) adalah seorang ahli hadits
dari mazhab Syafi'i yang terkemuka. Nama lengkapnya adalah Syihabuddin Abul Fadhl Ahmad
bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Mahmud bin Ahmad bin Hajar, tetapi lebih
dikenal sebagai Ibnu Hajar al-Asqalani. Salah satu karyanya yang terkenal adalah kitab Fathul
Bari (Kemenangan Sang Pencipta), yang merupakan penjelasan dari kitab shahih milik Imam
Bukhari dan disepakati sebagai kitab penjelasan Shahih Bukhari yang paling detail yang pernah
dibuat.
Berikut merupakan kisah dari Ibnu Hajar al-'Asqalani yang membuat saya terkagum.
Alkisah, dahulu kala Ibnu Hajar merupakan seorang santri yang sangat bodoh. Ia belajar
pada kiainya sampai beberapa tahun lamanya, namun dirinya masih saja belum bisa membaca
dan menulis, hingga akhirnya sampailah pada momen putus asa.Kemudian, dirinya memohon
izin kepada gurunya itu untuk diperbolehkan pulang. Dengan berat hati, Sang Kiai pun
mengizinkannya pulang, akan tetapi Sang Kiai menitipkan pesan untuknya agar jangan sampai
berhenti belajar sesampainya nanti di rumah. Ibnu Hajar pun akhirnya bersiap-siap untuk
melanjutkan keputusannya pulang ke rumah.
Di tengah perjalanan, hujan turun sangat lebat, yang memaksa dirinya untuk berteduh
dalam sebuah gua. Karena hujan tak kunjung usai, akhirnya ia memutuskan untuk lebih masuk
ke dalam gua sembari duduk tenang di dalamnya. Pada saat itu, terdengarlah suara-suara dari
sebuah tempat yang cukup membuatnya penasaran. Atas rasa penasaran, dirinya pun langsung
mendatangi sumber suara itu. Ternyata, sumber suara itu berasal dari sebuah gemericik air yang
menetes pada sebongkah batu yang sangat besar. Sementara batu yang ditetesi air itu berlubang
cukup besar, sangatlah mungkin disebabkan tetesan air yang bertahun-tahun tidak pernah
berhenti.
Melihat kejadian tersebut, akhirnya Ibnu Hajar merenung dan memikirkan batu yang
berlubang cukup besar itu. Dirinya berfikir bahwa “batu yang besar dan keras ini lama-lama
akan berlubang hanya dengan tetesan air. Sementara kenapa aku kalah dengan batu itu?
Padahal akal dan pikiranku tidak sekeras batu, bararti aku kurang lama dalam belajar”.
Oleh karena itu, jangan pernah berhenti untuk belajar, jangan mudah menyerah dalam
belajar, jangan pernah puas dalam belajar, dan teruslah konsisten dalam belajar.