Abstrack
Al-Ghazali view for Islamic Education Development is very important at present day.
Imam Al-Ghazali is intellect people and his name is familiar at Moslems. He is expert in
philosophy and tasawuf. Imam Al-Ghazali to look at education as media to approach to Allah
Subhanahu wa Ta’ala and to get happiness in the world and in the future. As we know from
his goal educations that Insan Purna where the goal to approach Allah Subhanahu wa Ta’ala
and to get happiness in the world and in the future.
As Al-Ghazali ideas for example, there are no separation between religion knowledge
and general knowledge. There are three points of Al-Ghazali ideas about education at Ihya
book: explanation about knowledge is better than dumbness, codification in knowledge and
ethic for teacher and student. As Al-Ghazali idea, if people just study about general
knowledge without religion knowledge is no benefit anything in the future.
Al-Ghazali use Mujahadah method and Riyadhah method, discipline method, naqli and
aqli method, guidance and advice method in teaching method. In teaching media, he agrees
with reward and punishment, and must be good personality. Success and failure at education
process generally depend on output. Success education if output from education is
responsible people to people and to God, and give benefit to himself.
berkata, “Saya telah bertanya kepada miskin yang tidak memiliki harta. Saya
penduduk Thusi tentang daerah Al menganjurkan kalian berdua untuk masuk
Ghazalah, dan mereka mengingkari ke madrasah seolah-olah sebagai penuntut
keberadaannya.” Ada yang berpendapat Al ilmu. Sehingga memperoleh makanan yang
Ghazali adalah penyandaran nama kepada dapat membantu kalian berdua.”
Ghazalah anak perempuan Ka’ab Al Lalu keduanya melaksanakan anjuran
Akhbar, ini pendapat Al Khafaji. tersebut. Inilah yang menjadi sebab
Yang dijadikan sandaran para ahli kebahagiaan dan ketinggian mereka.
nasab mutaakhirin adalah pendapat Ibnul Demikianlah diceritakan oleh Al Ghazali,
Atsir dengan tasydid. Yaitu penyandaran hingga beliau berkata, “Kami menuntut
nama kepada pekerjaan dan keahlian bapak ilmu bukan karena Allah ta’ala , akan
dan kakeknya (Diringkas dari penjelasan tetapi ilmu enggan kecuali hanya karena
pentahqiq kitab Thabaqat Asy Syafi’iyah Allah ta’ala.” (Dinukil dari Thabaqat Asy
dalam catatan kakinya 6/192-192). Syafi’iyah 6/193-194).
Dilahirkan di kota Thusi tahun 450 H dan Beliau pun bercerita, bahwa ayahnya
memiliki seorang saudara yang bernama seorang fakir yang shalih. Tidak memakan
Ahmad (Lihat Adz Dzahabi, Siyar A’lam kecuali hasil pekerjaannya dari kerajinan
Nubala’ 19/326 dan As Subki, Thabaqat membuat pakaian kulit. Beliau berkeliling
Asy Syafi’iyah 6/193 dan 194). mengujungi ahli fikih dan bermajelis
dengan mereka, serta memberikan nafkah
2. Kehidupan dan Perjalanannya
semampunya. Apabila mendengar
Menuntut Ilmu
perkataan mereka (ahli fikih), beliau
Ayah beliau adalah seorang pengrajin
menangis dan berdoa memohon diberi anak
kain shuf (yang dibuat dari kulit domba)
yang faqih. Apabila hadir di majelis
dan menjualnya di kota Thusi. Menjelang
ceramah nasihat, beliau menangis dan
wafat dia mewasiatkan pemeliharaan kedua
memohon kepada Allah ta’ala untuk
anaknya kepada temannya dari kalangan
diberikan anak yang ahli dalam ceramah
orang yang baik. Dia berpesan, “Sungguh
nasihat.
saya menyesal tidak belajar khat (tulis
Kiranya Allah mengabulkan kedua
menulis Arab) dan saya ingin memperbaiki
doa beliau tersebut. Imam Al Ghazali
apa yang telah saya alami pada kedua
menjadi seorang yang faqih dan saudaranya
anak saya ini. Maka saya mohon engkau
(Ahmad) menjadi seorang yang ahli dalam
mengajarinya, dan harta yang saya
memberi ceramah nasihat (Dinukil dari
tinggalkan boleh dihabiskan untuk
Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/194).
keduanya.”
Imam Al Ghazali memulai belajar di
Setelah meninggal, maka temannya
kala masih kecil. Mempelajari fikih dari
tersebut mengajari keduanya ilmu, hingga
Syaikh Ahmad bin Muhammad Ar
habislah harta peninggalan yang sedikit
Radzakani di kota Thusi. Kemudian
tersebut. Kemudian dia meminta maaf tidak
berangkat ke Jurjan untuk mengambil ilmu
dapat melanjutkan wasiat orang tuanya
dari Imam Abu Nashr Al Isma’ili dan
dengan harta benda yang dimilikinya. Dia
menulis buku At Ta’liqat. Kemudian
berkata, “Ketahuilah oleh kalian berdua,
pulang ke Thusi (Lihat kisah selengkapnya
saya telah membelanjakan untuk kalian
dalam Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/195).
dari harta kalian. Saya seorang fakir dan
Maka siapa pun yang tidak memiliki Muhammad bin Abdillah Asy
hal ini, tidak dapat dipercaya Syahruzuri yang menunjukkan,
pengetahuannya.” (Mauqif Ibnu bahwa hal itu dipalsukan atas nama
Taimiyah Minal Asya’irah dari Al
Al Ghazali. Beliau sendiri telah
Mustashfa hal. 19).
menolaknya dengan kitab Tahafut.”
Kemudian hal ini dibantah oleh Ibnu (Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam
Shalah. beliau berkata, “Ini tertolak, Nubala 19/329).
karena setiap orang yang akalnya Banyak pula ulama yang menetapkan
sehat, maka berarti dia itu manthiqi. keabsahannya. Di antaranya yaitu
Lihatlah berapa banyak para imam Syaikhul Islam, menyatakan,
yang sama sekali tidak mengenal “Adapun mengenai kitab Al
ilmu manthiq!” (Adz Dzahabi dalam Madhmun Bihi Ala Ghairi Ahlihi,
Siyar A’lam Nubala 19/329). sebagian ulama mendustakan
Demikianlah, karena para sahabat penetapan ini. Akan tetapi para
juga tidak mengenal ilmu manthiq. pakar yang mengenalnya dan
keadaannya, akan mengetahui bahwa
Padahal pengetahuan serta
semua ini merupakan perkataannya.”
pemahamannya jauh lebih baik dari (Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam
para ahli manthiq. Nubala 19/329). Kitab ini diterbitkan
b. Mahakun Nadzar. terakhir dengan tahqiq Riyadh Ali
c. Mi’yarul Ilmi. Kedua kitab ini Abdillah.
berbicara tentang mantiq dan telah i. Al Ajwibah Al Ghazaliyah Fil Masail
dicetak. Ukhrawiyah.
d. Ma’ariful Aqliyah. Kitab ini dicetak j. Ma’arijul Qudsi fi Madariji Ma’rifati
dengan tahqiq Abdulkarim Ali An Nafsi.
Utsman. k. Qanun At Ta’wil.
e. Misykatul Anwar. Dicetak l. Fadhaih Al Bathiniyah dan Al
berulangkali dengan tahqiq Abul Ala Qisthas Al Mustaqim. Kedua kitab ini
Afifi. merupakan bantahan beliau terhadap
f. Al Maqshad Al Asna Fi Syarhi Asma sekte batiniyah. Keduanya telah
Allah Al Husna. Telah dicetak. terbit.
g. Mizanul Amal. Kitab ini telah m. Iljamul Awam An Ilmil Kalam. Kitab
diterbitkan dengan tahqiq Sulaiman ini telah diterbitkan berulang kali
Dunya. dengan tahqiq Muhammad Al
h. Al Madhmun Bihi Ala Ghairi Ahlihi. Mu’tashim Billah Al Baghdadi.
Oleh para ulama, kitab ini n. Raudhatuth Thalibin Wa Umdatus
diperselisihkan keabsahan dan Salikin, diterbitkan dengan tahqiq
keontetikannya sebagai karya Al Muhammad Bahit.
Ghazali. Yang menolak penisbatan o. Ar Risalah Alladuniyah.
ini, diantaranya ialah Imam Ibnu p. Ihya’ Ulumuddin. Kitab yang cukup
Shalah dengan pernyataannya, terkenal dan menjadi salah satu
“Adapun kitab Al Madhmun Bihi Ala rujukan sebagian kaum muslimin di
Ghairi Ahlihi, bukanlah karya beliau. Indonesia. Para ulama terdahulu telah
Aku telah melihat transkipnya dengan berkomentar banyak tentang kitab ini,
khat Al Qadhi Kamaluddin di antaranya:
pendapat para filosof saat beliau belum Tetapi perlu diketahui, bahwa pada
cenderung kepada filsafat Isyraqi dan akhir hayatnya, beliau kembali kepada
tasawuf, seperti Ibnu Sina dan yang ajaran Ahlusunnah Wal Jama’ah
lainnya. (Mauqif Ibnu Taimiyah Minal meninggalkan filsafat dan ilmu kalam,
Asyariyah 2/628). dengan menekuni Shahih Bukhari dan
Beliau (Syeikh Dr. Abdurrahman bin Muslim. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
Shalih Ali Mahmud) menyimpulkan hasil berkata, “Penulis Jawahirul Qur’an (Al
penelitian dan pendapat para peneliti Ghazali, pen) karena banyak meneliti
pemikiran Al Ghazali, bahwa tasawuf Al perkataan para filosof dan merujuk kepada
Ghazali dilandasi filsafat Isyraqi (Madzhab mereka, sehingga banyak mencampur
Isyraqi dalam filsafat ialah mazhab yang pendapatnya dengan perkataan mereka.
menyatukan pemikiran dan ajaran dalam Pun beliau menolak banyak hal yang
agama-agama kuno, Yunani dan Parsi. bersesuaian dengan mereka. Beliau
Termasuk bagian dari filsafat Yunani dan memastikan, bahwa perkataan filosof tidak
Neo-Platoisme. Lihat Al Mausu’ah Al memberikan ilmu dan keyakinan. Demikian
Muyassarah Fi Al Adyan Wal Madzahibi juga halnya perkataan ahli kalam. Pada
Wal Ahzab Al Mu’ashirah, karya Dr. Mani’ akhirnya beliau menyibukkan diri meneliti
bin Hamad Al Juhani 2/928-929). Shahih Bukhari dan Muslim hingga
Sebenarnya inilah yang dikembang- wafatnya dalam keadaan demikian.
kan beliau akibat pengaruh karya-karya Wallahu a’lam.” (Sumber: Majalah As
Ibnu Sina dan Ikhwanush Shafa. Demikian Sunnah, Ust. Kholid Syamhudi, Lc.
juga dijelaskan pentahqiq kitab Bughyatul www.muslim.or.id)
Murtad dalam mukadimahnya. Setelah
7. Percikan Pemikiran Imam Al-
menyimpulkan bantahan Syaikhul Islam
Ghazali
Ibnu Taimiyah terhadap beliau dengan
mengatakan, “Bantahan Ibnu Taimiyah Pandangannya terhadap dunia pen-
terhadap Al Ghazali didasarkan didikan, Imam al-Ghazali lebih banyak
kejelasannya mengikuti filsafat dan berorientasi pada penekanan bathiniyah
terpengaruh dengan sekte Bathiniyah (aspek afektif) daripada berorientasi pada
dalam menta’wil nash-nash, walaupun pengetahuan inderawi belaka. Hal ini
beliau membantah habis-habisan mereka, tampak dari buah karyanya seperti “Fatihat
seperti dalam kitab Al Mustadzhiri. Ketika al- Kitab”, “Ayyuh al-Walad” dan “Ihya
tujuan kitab ini (Bughyatul Murtad, pen) Ulumuddin”.
adalah untuk membantah orang yang Imam al-Ghazali memandang
berusaha menyatukan agama dan filsafat, pendidikan sebagai sarana atau media
maka Syaikhul Islam menjelaskan bentuk untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada
usaha tersebut pada Al Ghazali. Yang Sang Pencipta (Allah), dan untuk mencapai
berusaha menafsirkan nash-nash dengan kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak
tafsir filsafat Isyraqi yang didasarkan atas yang lebih utama dan abadi. Hal ini terlihat
ta’wil batin terhadap nash, sesuai dengan dari tujuan-tujuan pendidikan yang
pokok-pokok ajaran ahli Isyraq (pengikut dirumuskannya, yakni:
filsafat neo-platonisme).” (Lihat a. Insan Purna yang bertujuan men-
Mukadimah kitab Bughyatul Murtad hal. dekatkan diri kepada Allah
111).
kata lain, al- Ghazali menghendaki bahwa Ghazali, seperti kalam dan filsafat yang
pendidikan itu menjadi suatu kebutuhan tidak memuaskan aspek religinya.
pokok umat Islam. Karena Islam Al-Ghazali memformulasikan teori
menghendaki pendidikan itu berlangsung kependidikannya dalam karya Ayyuh al-
sepanjang hayat manusia. Dan dengan Walad. Namun prinsip-prinsip pokok
pendidikan itu pula umat Islam dapat pendidikan di karya ini banyak yang sudah
berproses hingga mencapai predikat diungkapannya dalam karya Ihya', sehingga
sebagai insan kamil, yakni manusia yang sebagian yang ada dalam Ayyuh al-Walad
memiliki integritas moral yang tinggi, yang itu hanya merupakan pengulangan terhadap
dibangun dari nilai-nilai akhlak yang apa yang telah ada dalam Ihya'.
diajarkan oleh Islam. Pembicaraan al-Ghazali mengenai
pendidikan yang terdapat dalam Ihya'
8. Pandangan al-Ghazali tentang al- berkisar pada tiga hal pokok:
Qur’an dan al-Sunnah sebagai
Sumber Pendidikan Islam a. Penjelasan tentang keutamaan ilmu
pengetahuan atas kebodohan
Pendidikan yang boleh dikatakan
b. Pengklasifikasian ilmu-ilmu yang
sebagai bentuk rekayasa sosial (social
termasuk ke dalam program
engeneering) yang telah dicanangkan oleh
kurikuler.
ajaran Islam dalam pembentukan
c. Kode etik bagi pendidik (guru) dan
masyarakat yang bermartabat sebagai
peserta didik.
kebalikan dari masyarakat Jahiliyah, maka
sudah tentu sumbernya adalah dari ajaran Terkait dengan hal pertama, al-
Islam itu sendiri, yakni dari al-Qur’an dan Ghazali memaparkan serangkaian ar-
al-Sunnah telah disepakati oleh umat Islam gumenargumen naqli dan aqli. Argumen-
(ijma jamai’) sebagai sumber pokok ajaran argumen naqli yang dikemukakan-nya
Islam. mempunyai kesamaan dengan argumen-
Berangkat dari pemikiran ini, al- argumen naqli yang dikemukakan oleh para
Ghazali yang dikenal luas sebagai Hujjah ahli pendidikan Muslim lain dalam karya-
al- Islam, dan telah bergumul langsung karya mereka, karena memang bersumber
dengan pendidikan Islam itu, pemikirannya dari al-Qur’an, Hadis dan pendapat para
tentang pendidikan dapat dicermati dalam pakar yang sama.
kedua bukunya: Ihya’ Ulum al-Din dan Adapun argumen-argumen naqli yang
Ayyuh al- Walad. dikemukakannya banyak ber-beda dengan
Dalam kedua buku ini, al-Ghazali ahli pendidikan lain; argumen-argumen
menekankan pemikiran pendidikan itu naqlinya berorientasi pada tujuan tunggal
harus mengedepankan pembersihan jiwa berupa pengarahan individu menuju
dari noda-noda akhlak dan sifat tercela. kedekatan diri dengan Allah. Dikatakannya,
Sebab, ilmu itu merupakan bentuk ibadah “… karena dunia merupakan sawah ladang
hati, shalatnya nurani dan pendekatan jiwa bagi akhirat; ia adalah wahana pengantar
menuju Allah SWT”. Pandangan sufistik menuju Allah bagi orang-orang yang
demikian itu, tampak berangkat dari krisis memang menjadikannya sebagai alat dan
kepercayaan al-Ghazali terhadap ilmu-ilmu sarana, tidak menjadikannya sebagai
rasional sebelumnya yang digumuli oleh al- tempat tinggal dan tujuan.”
Dengan kerangka pikir semacam itu, yang merupakan sarana menuju Allah yang
al-Ghazali melihat ilmu pengetahuan itu menjadikannya sebagai alat dan media,
merupakan keutamaan bernilai manfaat bukan bagi orang yang menjadi-kannya
yang bersifat internal, sehingga ia dicari sebagai orientasi dan tujuan hidup. Dan
karena manfaat internalnya dan ia urusan dunia hanya dapat diatur bila ada
merupakan sarana untuk menggapai karya usaha (amal) manusia.
kebahagiaan di akhirat. Dan pemikiran al-Ghazali tentang
Selain itu, ia juga merupakan “jalan” keutamaan orang yang berilmu itu, terdapat
utama yang mengantarkan seseorang dekat relevansinya dengan firman Allah,
dengan Allah semulia-mulianya segala misalnya ayat yang menyatakan, artinya:
sesuatu yang bisa mengantarkan seseorang “ … Allah akan meninggikan
dekat dengan-Nya. Untuk bisa dekat orang-orang yang beriman di
dengan Allah seseorang perlu beramal dan antaramu dan orang-orang yang
seseorang tidak dapat beramal dengan baik diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha
dan benar kecuali dengan ilmu pengetahuan Mengetahui apa yang kamu
mengenai bagaimana cara beramal. Jadi, kerjakan” (Q.S. al-Mujadalah,
pangkal kebahagiaan di dunia dan di akhir 58: 11).
adalah ilmu, sehingga merupakan amal Bahkan orang yang mengabdikan
yang terbaik. Sesuatu dapat diketahui kadar dirinya dalam pengembangan ilmu
keutamaannya melalui akibat (manfaat) pengetahuan, dipandang oleh Allah sebagai
yang ditimbulkan; sementara sudah bentuk inventasi masa depan di akhirat
dimaklumi bahwa manfaat ilmu adalah kelak. Allah menyatakan: “Barangsiapa
kedekatan diri dengan Allah, para malaikat yang mau meminjamkan kepada Allah
dan kalangan orang-orang mulia lainnya di pinjaman yang baik, maka Allah akan
akhirat. melipatgandakan (balasan) pinjaman itu
Adapun di dunia, (hal yang bisa untuknya, dan dia akan memperoleh pahala
diraih dengan ilmu) adalah kemuliaan, yang banyak” (Q.S. al-Hadid, 57: 11).
kahormatan dan kewibawaan, bahkan dari Itu sebabnya, karya usaha (profesi)
kalangan masyarakat pun, menghormati termulia setelah profesi kenabian adalah
dan memuliakan guru-guru mereka lantaran mengajarkan ilmu, membersihkan jiwa
keilmuan yang dimiliki. Tidak hanya itu, manusia dari akhlak tercela dan merusak
hewan pun tunduk kepada manusia lantaran dan membimbing mereka menuju akhlak
memandang manusia lebih tinggi terpuji dan menyejah-terakan. Profesi inilah
tingkatannya. yang disebut al-Ghazali dengan
Inilah keutamaan ilmu secara umum. ta’lim.(pengajaran). Menurut Muhammad
Memang ada perbedaan dan hirarki Jawwad Ridha,mengurai alasan profesi ini
keilmuan yang berimplikasi pada variasi sebagai profesi termulia menurut al-Ghazali
keutamaan masing-masing. Bila ilmu itu adalah berdasar tiga hal. Yang
merupakan hal yang paling mulia, maka merupakan parameter penilaian suatu
mempelajari ilmu berarti menuntut sesuatu profesi:
yang utama, dan mengajar tujuan pokok a. Intrumen daya insani yang
hidup kita bermuara pada lingkup agama dipergunakannya. Ilmu pengetahuan
dan dunia. Harmoni agama memerlukan intelektual lebih utama dibandingkan
har-moni “sawah ladang” akhirat (dunia) ilmu pengetahuan kebahasaan, karena
dan pemikiran serta praktik-praktik yang lainnya yang berkaitan dengan paradigma
harus dilalui oleh pelajar. pendidikan baik yang berkenaan dengan
Ketiga, Mengkaji ilmu-ilmu fikih dan masalah sosial, akidah maupun pendidikan
seluruh sistem serta prinsip yang itu sendiri.
diperlukan untuk mengimbangi pola Imam Al-Ghazali mengaplikasikan
muamalat yang berlaku pada masa itu dan ide-ide pendidikannya tersebut di sekolah
permasalahan-permasalahan masyarakat yang dia bangun sendiri dan mengajar
yang ril dan senantiasa berkembang. penuh di sana bersama beberapa koleganya.
Kajian-kajian al-Ghazali di bidang ini Sekolah tersebut menyumbangkan
bebas dari trend fanatisme madzhab. pengaruh yang sangat besar dalam
Keempat, Bidang hikmah atau mencetak generasi baru yang memberi
persiapan fungsional. Menurut al-Ghazali, kontribusi luar biasa kepada gerakan islah
bidang ini mencakup seluruh bentuk dan reformasi di kemudian hari. (diringkas
kebijakan, manajemen dan profesi yang dari kitab Hakadza Dzahara Jil
dibutuhkan oleh masyarakat saat itu serta Shalahuddin wa Hakadza ‘Adat al-Quds,
tatacara penempatan masyarakat di semua karya Dr. Majid Irsan Kailani)
sektor sesuai dengan kesiapan dan Pemikiran Al Ghazali tentang
kemampuannya. Secara eksplisit, al- pendidikan Islam. Suatu hal yang menarik
Ghazali menyatakan bahwa ilmu-ilmu dari Al-Ghozali adalah kecintaannya dan
dalam ini tidak terbatas pada apa yang telah perhatiannya yang sangat besar terhadap
diketahui oleh manusia saat itu, namunakan moralitas dan pengetahuan sehingga ia
banyak lagi ilmu-ilmu yang muncul di berusaha untuk mengabdikan hidupnya
masa mendatang disebabkan oleh tabiat untuk mengarungi samudra keilmuan.
kehidupan yang terus berlanjut dan Berangkat dari dahaga akan ilmu
kebutuhan manusia yang senantiasa pengetahuan serta keinginannya untuk
berkembang. mencapai keyakinan dan mencari hakekat
Di antara jasa al-Ghazali dalam kebenaran sesuatu yang tidak pernah puas.
bidang ini adalah kitabnya yang berjudul Ia terus melakukan pengembaraan
al-Tibr al-Masbuk fi Nasihati al-Muluk intelektualitas, filsafat, ilmu kalam,
yang memuat sejumlah riwayat yang tasawuf, dan lain-lain. Inilah sebabnya
menonjolkan urgensi keadilan, kebijakan mengapa pemikiran Al-Ghozali terkadang
sultan dan kebijakan para menteri dengan inkonsisten dan kadang terdapat kita temui
cara mengetengahkan fakta sejarah kontradiksi-kontradiksi dalam kitabnya.
pemerintahan Persia, Romawi dan Karena di pengaruhi perkembangan sejak
Khalifah-Khalifah Islam. Buku ini bisa muda sekali dan pada waktu mudanya juga
dianggap sebagai landasan-landasan ia sudah banyak menuliskan buah
tertentu untuk menjelaskan konsep pikirannya.
manajemen pemerintahan dari perspektif Dalam kaitannya terhadap pendidikan
al-Ghazali. Al-Ghozali memberi pengertian yang masih
Selain itu, al-Ghazali juga membahas global. Selain karena memang dalam
tema kemajuan dan perkembangan ilmu, kitabnya yang paling Mashur (Ihya’
teori-teori pembelajaran, perkembangan Ulumuddin) tidak dijelaskan secara rigit
budaya dan perkembangan berbagai macam tentang pendidikan. sehingga, kita hanya
masyarakat sepanjang masa dan tema-tema bisa mengumpulkan pengertian pendidikan
menurut Al-Ghozali yang di kaitkan lewat tujuan keagamaan dan akhlak, dengan titik
unsur-unsur pembentukan pendidikan yang penekanannya pada perolehan keutamaan
ia sampaikan.1 dan taqarrub kepada Allah dan bukan untuk
“sesungguhnya hasil ilmu itu ialah mencari kedudukan yang tinggi atau
mendekatkan diri kepada Allah, mendapatkan kemegahan dunia. Sebab jika
Tuhan semesta alam…” tujuan pendidikan diarahkan selaim untuk
“… dan ini, sesungguhnya adalah
mendekatkan diri pada Allah, akan
dengan ilmu yang berkembang
melalui pengajajaran dan bukan menyebabkan kesesatan dan kemundaratan.
ilmu yang tidak berkembang”. Rumusan tujuan pendidikan
didasarkan pada firman Allah swt, tentang
Jika kita perhatikan, pada kutipan tujuan penciptaan manusia yaitu:
yang pertama, kata “hasil”, menunjukkan “ Tidaklah Aku jadikan jin dan
proses, kata “mendekatkan diri kepada manusia melainkan agar
Allah” menunjukkan tujuan, dan kata beribadah kepada-Ku. (Q.S. al-
“ilmu” menunjukkan alat. Sedangkan pada Dzariat: 56)
kutipan kedua merupakan penjelasan Tujuan pendidikan yang dirumuskan
mengenai alat, yakni disampaikannya Al-ghazali tersebut dipengaruhi oleh ilmu
dalam bentuk pengajaran. tasawuf yang dikuasainya. Karena ajaran
Adapun yang dimaksudkan Al- tasawuf memandang dunia ini bukan
Ghozali dalam kutipan ucapannya diatas merupakan hal utama yang harus
adalah sebuah konsep, dimana dalam didewakan, tidak abadi dan akan rusak,
sebuah pelaksanaan pendidikan harus sedangkan maut dapat memutuskan
memiliki tujuan yang berlandaskan pada kenikmatannya setiap saat. Dunia
pembentukan diri untuk mendekatkan merupakan tempat lewat sementara, tidak
peserta didik kepada Tuhan. Disamping itu, kekal. Sedangkan akhirat adalah desa yang
dalam proses pendidikan, Al-Ghozali kekal dan maut senantiasa mengintai setiap
menjelaskan sebuah tujuan pendidikan manusia.2
yang bermuara pada nilai moralitas akhlak. b. Kurikulum pendidikan
Sehingga tujuan sebuah pendidikan tidak Kurikulum disini dimaksudkan
hanya bersifat keduniawian, pendidikan adalah kurikulum dalam arti yang sempit,
bukan sekedar untuk mencari materi di yaitu seperangkat ilmu yang diberikan oleh
masa mendatangnya. Melainkan pendidikan pendidik kepada peserta didik agar dapat
harus memiliki rasa emansipatoris. Subuah mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
konsep yang masih saja di dengung- Pandangan al-ghazali terhadap
dengungkan oleh pakar ilmu kritis saat ini. kurikulum dapat dilihat dari pandangan
a. Tujuan pendidikan mengenai ilmu pengetahuan.
Tujuan pendidikan menurut al- 1) Berdasarkan pembidangan ilmu
ghazali harus mengarah kepada realisasi dibagi menjadi dua bidang:
a) Ilmu syari’at sebagai ilmu terpuji,
terdiri atas:
* Dosen Tetap Jur. Tarbiyah Prodi. PAI STAI Al-
Hidayah Bogor
1 2
Abidin ibnu Rusyn, Pemikiran Al-Ghozali Tentang H. Ramayulis, Dr. H, Nizar Samsul, M.A,
Pendidikan, (pustaka pelajar, celaban timur, UH Ensiklopedia Tokoh Pendidikan Islam, (Quantum
III/548, Yogyakarta), 54 Teaching, Ciputat, 2005), 5
(1) Ilmu ushul (ilmu pokok): ilmu b) fardu kifayah, ilmu ini tidak
al-qur’an, sunah nabi, diwajibkan kepada setiap
pendapat-pendapat sahabat muslim, tetapi harus ada diantara
dan ijma orang muslim yang
(2) Ilmu furu’ (cabang): fiqh, mempelajarinya. Dan jika tidak
ilmu hal ihwal hati dan seorangpun diantara kaum
akhlak. muslimin dan kelompoknya
(3) Ilmu pengantar (mukaddimah) mempelajari ilmu dimaksud,
ilmu bahasa dan gramatika. maka mereka akan berdosa.
(4) Ilmu pelengkap (mutammimah). Contohnya; ilmu kedokteran,
b) Ilmu bukan syari’ah terdiri atas: hitung, pertanian dll.3
(1) Ilmu terpuji : ilmu kedokteran,
c. Pendidik
ilmu berhitung dan ilmu
Dalam proses pembelajaran,
pustaka.
menurutnya, pendidik merupakan suatu
(2) Ilmu yang diperbolehkan (tak
keharusan. Eksistensi pendidik merupakan
merugikan); kebudayaan,
syarat mutlak bagi keberhasilan suatu
sastra, sejarah, puisi.
proses pendidikan anak. Pendidik dianggap
(3) Ilmu yang tercela
sebagai maslikul kabir, bahkan dapat
(merugikan): ilmu tenung,
dikatakan bahwa pada satu sisi, pendidik
sihir dan bagian-bagian
mempunyai jasa lebih disbandingkan kedua
tertentu dari filsafat.
orang tuanya. Lantaran kedua orang tua
2) Berdasarkan objek, ilmu dibagi
menyelamatkan anaknya dari sengatan api
menjadi tiga kelompok.
neraka dunia, sedangkan pendidik
a) Ilmu pengetahuan yang tercela
menyelamatkannya dari sengatan api
secara mutlak, baik sedikit
neraka di akhirat.
maupun banyak seperti sihir,
azimat, nujum dan ilmu tentang d. Metode dan Media
ramalan nasib. Mengenai metode dan media yang
b) Ilmu pengetahuan yang terpuji, dipergunakan dalam proses pembelajaran,
baik sedikit maupun banyak, menurut al-ghazali harus dilihat secara
namun kalau banyak lebih psikologis, sosiologis, maupun pragmatis
terpuji, seperti ilmu agama dan dalam rangka keberhasilan proses
tentang ilmu beribadat. pembelajaran. Metode pengajaran tidak
c) Ilmu pengetahuan yang kadar boleh monoton, demikian pula media atau
tertentu terpuji, tetapi jika alat pengajaran.
mendalaminya tercela, seperti Prihal kedua masalah ini, banyak
dari sifat naturalisme. sekali pendapat al-Ghazali tentang metode
3) Berdasarkan setatus hukum dan media pengajaran. Untuk metode,
mempelajari yang dikaitkan dengan misalnya ia menggunakan metode
nilai gunanya dan dapat digolongkan mujahadah dan riyadhah, pendidikan
kepada: praktek kedisiplinan, pembiasaan dan
a) fardu ‘ain, yang wajib dipelajari
oleh setiap individu, ilmu agama
dan cabang-cabangnya. 3
Ibid, 9
penyajian dalil naqli dan aqli serta Keberhasilan dan kegagalan suatu proses
bimbingan dan nasihat. Sedangkan pendidikan secara umum dapat dilihat dari
media/alat beliau menyetujui adanya pujian outputnya, yakni orang-orang yang menjadi
dan hukuman, disamping keharusan produk pendidikan. Apabila sebuah proses
menciptakan kondisi yang mendukung pendidikan menghasilkan orang-orang yang
terwujudnya akhlak mulia. bertanggungjawab atas tugas-tugas
kemanusiaan dan tugasnya kepada Tuhan,
e. Proses Pembelajaran
bertindak lebih bermanfaat baik bagi
Mengenai proses pembelajaran, al-
dirinya maupun bagi orang lain, pendidikan
ghazali mengajukan konsep peng-
tersebut dapat dikatakan berhasil.
integrasian antara materi, metode dan
Sebaliknya, bila outputnya adalah orang-
media atau alat pengajarannya. Seluruh
orang yang tidak mampu melaksanakan
komponen tersebut harus diupayakan
tugas hidupnya, pendidikan tersebut
semaksimal mungkin, sehingga dapat
dianggap gagal.
menumbuh kembangkan segala potensi
Ciri-ciri utama dari kegagalan proses
fitrah anak, agar nantinya menjadi manusia
pendidikan ialah manusi-manusia produk-
yang penuh dengan keutamaan. Materi
produk pendidikan itu lebih cenderung
pengajaran yang diberikan harus sesuai
mencari kerja dari pada menciptakan
dengan tingkat perkembangan anak, baik
lapangan kerja sendiri. Kondisi demikian
dalam hal usia, integrasi, maupun minat
terlihat dewasa ini, sehingga lahir berbagai
dan bakatnya. Jangan sampai anak diberi
budaya yang tidak sehat bagi masyarakat
materi pengajaran yang justru merusak
luas. Diberbagai media masa telah banyak
akidah dan akhlaknya. Anak yang dalam
diungkapkan mengenai rendahnya mutu
kondisi taraf akalnya belum matang,
pendidikan nasional kita. Keadaan ini
hendaknya diberi materi pengajaran yang
mengundang para cendekiawan mengada-
dapat mengarahkan kepada akhlak mulia.
kan penelitian yang berkaitan dengan mutu
Adapun ilmu yang paling baik diberikan
pendidikan. Berbicara mengenai mutu
pada taraf pertama ialah agama dan
pendidikan masalahnya menjadi sangat
syari’at, terutama al-Qur’an. Begitu pula
komplek. Oleh karena itu dapat disadari
metode/media yang diterapkan juga harus
bahwa peningkatan mutu pendidikan tidak
mendukung; baik secara psikologis,
dapat lepas dari proses perubahan siswa
sosiologis, maupun pragmatis, bagi
didalam dirinya. Perubahan yang dimaksud
keberhasilan proses pengajaran.4
mencakup dalam pengetahuan, sikap, dan
f. Relevansi dengan pendidikan Islam psikomotor.
sekarang Berangkat dari kondisi pendidikan
Patut dibenarkan apa yang dikatakan kita, seperti telah dikemukakan di atas,
ismail razi al-Faruqi bahwa inti masalah tampak pemikiran al-Ghazali sangat
yang dihadapai umat Islam dewasa ini relevan untuk dicoba diterapkan di
adalah masalah pendidikan dan tugas Indonesia, yang secara gamblang
terberatnya adalah memecahkan masalah menawarkan pendidikan akhlak yang
tersebut. paling diutamakan. untuk lebih jelasnya,
sumbangan pemikiran al-Ghazali bagi
pengembangan dunia pendidika Islam
4
Ibid, h. 14
khususnya, dan pendidikan pada umumnya. bahwa tujuan yang telah ditetapkan oleh
Dapat dikemukakan sebagai berikut: imam al-Ghazali memiliki koherensi yang
dominan denga upaya pendidikan yang
1) Tujuan Pendidikan
melibatkan pembentukan seluruh aspek
Dari hasil studi terhadap pemikiran
pribadi manusia secara utuh.
al-Ghazali, diketahui dengan jelas bahwa
tujuan akhir yang ingin dicapai melalui 2) Materi Pendidikan Islam
kegiatan pendidikan yaitu: Imam al-Ghazali telah meng-
klasifikasikan meteri (ilmu) dan menyusun-
a) Tercapainya kesempurnaan insane
nya sesuai dengan dengan kebutuhan anak
yang bermuara pada pendekatan diri
didik, juga sesuai dengan nilai yang
kepada Allah
diberikan kepadanya. Dengan mempelajari
b) Kesempurnaan insane yang bermuara
kurikulum tersebut, jelaslah bahwa ini
pada kebahagiaan dunia akhirat
merupakan kurikulum atau materi yang
Pendapat al-Ghazali tersebut bersifat universal, yang dapat dipergunakan
disamping bercorak religius yang untuk segala jenjang pendidikan. Hanya
merupakan ciri spesifik pendidikan Islam, saja al-Ghazali tidak merincinya sesuai
cenderung untuk membangun aspek dengan jenjang dan tingkatan anak didik.
sufistik. Manusia akan sampai kepada Yang menarik adalah hingga hari ini
tingkat kesempurnaan itu hanya dengan pendidikan Islam di negara kita masih jauh
menguasai sifat keutamaan melalui jalur terbelakang, dalam arti bahwa pendidikan
ilmu. Dengan demikian, modal kebahagia- Islam hari ini masih membedakan antara
an dunia dan akhirat itu tidak lain adalah ilmu agama (Islam) dan ilmu umum. Corak
ilmu. pembidangan ilmu itu ternyata berimbas
Secara implisit, al-Ghazali menekan- pada orientasi pendirian lembaga
kan bahwa tujuan pendidikan adalah pendidikan Islam. Misalnya setingkat IAIN
membentuk insan yang paripurna, yakni saja, tercermin bahwa ilmu yang dipelajari
insan yang tahu kewajibannya, baik sebagai ternyata hanya terbatas di seputas ilmu
hamba Allah, dan sesama manusia. agama Islam saja dalam arti sesempit-
Dalam sudut pandang ilmu pendidikan sempitnya. Sementara pandangan al-
Islam, aspek pendidikan akal ini harus Ghazali pada lebih dari seribu tahun yang
mendapat perhatian serius. Hal ini lalu tidak membedakan pembidangan ilmu
dimaksudkan untuk melatih dan pendidikan semacam ini di Indonesia pada khususnya
akal manusia agar berfikir dengan baik dan didunia Islam pada umumnya.
sesuai dengan petunjuk Allah dan Rosul- Untuk menghilangkan kesan dikotomi
Nya. Adapun mengenai pendidiakn hati ilmu, dewasa ini lembaga pendidikan tinggi
seperti dikemukakan Al-Ghazali merupa- Islam milik pemerintah seperti IAIN
kan suatu keharusan hagi setiap insan. meningkatkan lembaganya ketingkat lebih
Dengan demikian, keberadaan tinggi yakni ke tingkat universitas seperti
pendidikan bagi manusia yang meliputi munculnya UIN Jakarta, UIN Yogyakarta,
berbagai aspeknya mutlak diperlukan bagi UIN Bandung dsb.
kesempurnaan hidup manusia dalam upaya Jadi relevansi pandangan al-Ghazali
membentuk mausia paripurna, berbahagia dengan kebutuhan pengembangan dunia
di dunia dan akhirat kelak. Hal ini berarti pendidikan Islam dewasa ini sangat
bertautan dengan tuntutan saat ini, baik bersifat sempurna, maka agama, bagi murid
dalam pengertian spesifik maupun secara dijadikan pembimbing akal.
umum. Secara spesifik misalnya pengem- Dari uraian singkat diatas dapat
bangan studi akhlak tampak diperlukan dipahami bahwa makna sebenarnya dari
dewasa ini. Sangat disayang-kan, materi ini metode pendidikan lebih luas daripada apa
telah hilang dilembaga-lembaga pendidik- yang telah dikemukakan diatas. Aplikasi
an. Jangankan disekolah yang berlabel metode pendidikan secara tepat guna tidak
umum, disekolah yang berlambang Islam hanya dilakukan pada saat berlangsungnya
saja bidang studi yang satu ini sudah tidak proses pendidikan saja, melainkan lebih
ada. dari itu, membina dan melatih fisik dan
Dengan demikian pula secara umum, psikis guru itu sendiri sebagai pelaksana
pandangan Al-Ghazali tentang pendidikan dari penggunaan metode pendidikan
Islam tampak perlu dicermati. Keutuhan Nana Sudjana dan Daeng Arifin
pandangan Al-Ghazali tentang Islam mengemukakan bahwa proses kependidik-
misalnya tampak tidak dikotomi seperti an akan terjalin dengan baik manakala
sekarang ini, ada ilmu agama dan ilmu antara pendidik dan anak didik terjalin
umum, sehingga dari segi kualitas interaksi yang komunikatif.
intelektual secara umum umat Islam jauh Dengan demikian prinsip-prinsip
tertinggal dari umat yang lain. Hal ini penggunaan yang tepat sebagaimana
barang kali merupakan salah satu akibat diungkapkan oleh imam Al-Ghazali
sempitnya pandangan umat terhadap ilmu memiliki relevansi dan koherensi dengan
pengetahuan yang dikotomi seperti itu. pemikiran nilai-nilai pendidikan kontem-
porer pada masa kini. Hal ini berarti bahwa
3) Metode Pendidikan Islam
nilai-nilai kependidikan yang digunakan
Pandangan Al-Ghazali secara spesifik
oleh imam Al-Ghazali dapat diterapkan
berbicara tentang metode barang kali tidak
dalam dunia pendidikan dalam dunia
ditemukan namun secara umum ditemukan
global.
dalam karya-karyanya. Metode pendidikan
agama menurut Al-Ghazali pada prinsipnya g. Relevansi Pandangan al-Ghazali
dimulai dengan hafalan dan pemahaman, bagi Kebutuhan Pengembangan
kemudian dilanjutkan dengan keyakinan Pendidikan Islam Dewasa Ini
dan pembenaran setelah itu penegakkan Keberhasilan dan kegagalan suatu
dalil-dalilnya. proses pendidikan secara umum dapat
Pendidikan agama kenyataanya lebih sulit dinilai dari out put-nya, yakni orang-orang
dibandingkan dengan pendidikan lainnya sebagai produk pendidikan. Bila
karena, pendidikan agama menyangkut pendidikan menghasilkan orang-orang yang
masalah perasaan dan menitik beratkan dapat bertanggung jawab atas tugas-tugas
pada pembentukan kepribadian murid. Oleh kemanusiaan dan tugas-tugasnya kepada
karena itu usaha Al-Ghazali untuk Tuhan, bertindak lebih bermanfaat baik
menerapkan konsep pendidikannya dalam bagi dirinya sendiri maupun bagi orang
bidang agama dengan menanamkan akidah lain, maka pendidikan tersebut dapat
sedini mungkin dinilai tepat. Menurut Al- dikatakan berhasil.
Ghazali bahwa kebenaran akal atau rasio
Sebalilknya, bila out put-nya adalah dengan baik dan benar sesuai dengan
adalah orang-orang yang tidak mampu petunjuk dari Allah dan Rasul-Nya.
melaksanakan tugas Sebaliknya, akal yang tidak mendapatkan
hidupnya, pendidikan tersebut pendidikan akan berakibat langsung
dianggap mengalami kegagalan.Ciri-ciri ataupun tidak langsung kepada pemiliknya
utama dari kegagalan suatu proses itu ialah, untuk melakukan hal-hal diluar ke-
manusia-manusia produk pendidikan itu mampuannya.
lebih cenderung mencari kerja Adapun mengenai pendidikan hati
dibandingkan dengan orang yang dapat seperti dikemukakan oleh al-Ghazali di
menciptakan lapangan kerja sendiri. atas, adalah merupakan suatu keharusan
Kondisi demikian itu seperti terlihat bagi setiap insan. Dengan demikian
dewasa ini, kemudian melahirkan berbagai keberadaan pendidikan bagi manusia yang
budaya yang tidak sehat bagi masyarakat meliputi berbagai aspeknya adalah mutlak
luas. Hanya karena ingin mendapat kerja diperlukan bagi kesempurnaan hidup
yang layak, kemudian secara kondisional manusia dalam upaya membentuk wujud
orang terpaksa menyuap. pribadi manusia paripurna, berbahagia di
Sebaliknya, orang yang tidak dapat dunia dan di akhirat kelak.
bekerja yang dianggap sesuai dengan Hal ini berarti bahwa tujuan yang
pendidikannya, juga melakukan tindak telah ditetapkan oleh Imam al-Ghazali
budaya yang lebih tidak sehat lagi, memiliki koherensi yang dominan dengan
misalnya, mencuri dan tindakan negatif upaya pendidikan yang melibatkan kepada
lainnya. pembentukan seluruh aspek pribadi
Secara inplisit al-Ghazali menekan- manusia secara utuh.
kan bahwa tujuan pendidikan itu adalah Demikian pula secara umum,
dalam upaya membentuk insan yang pandangan al-Ghazali tentang pendidikan
paripurna, yakni insan yang tahu akan Islam, tampak perlu dicermati. Keutuhan
kewajibannya baik sebagai hamba Allah, pandangan al-Ghazali tentang ilmu
maupun sebagai sesama manusia. Hal ini misalnya, Nampak tidak dikotomi seperti
misalnya terlihat dalam nasihat yang sekarang ini ada ilmu agama dan ilmu
diberikan oleh al-Ghazali, yang diungkap- umum seperti itu. Sehingga dari segi
kannya dalam uraian akhir buku Ayyuh al- kualitas intelektual, secara umum umat
Walad. Islam jauh tertinggal dari umat yang lain.
Untuk mewujudkan insan sempurna Hal ini barangkali salah satu dari
(insan kamil) seperti itulah tampaknya yang akibat sempitnya pandangan umat terhadap
menjadi tujuan pendidikan dalam pandang- ilmu pengetahuan yang dikotomis seperti
an al-Ghazali, yakni melalui pendidikan itu.
akal, pendidikan kejiwaan (afeksi) dan
pendidikan jasmani atau lebih dikenal B. Kesimpulan
dengan sebutan pendidikan keterampilan. Beberapa kesimpulan penelitian
Dalam sudut pandang Ilmu Pen- sebagai berikut:
didikan Islam, aspek pendidikan akal ini 1. Pendidikan Islam menurut Imam al-
harus mendapatkan perhatian yang serius. Ghazali adalah sarana perekayasaan
Hal ini dimaksudkan untuk melatih dan sosial bagi umat Islam yang
mendidik akal manusia agar dapat berpikir berdasarkan al-Qur’an dan al-Sunnah