Anda di halaman 1dari 16

PENGHARMONISASIAN

RANCANGAN PERDA DAN


RANCANGAN PERKADA

Prof. Dr. Wicipto Setiadi, S.H., M.H.


FH UPN Veteran Jakarta
Harmonisasi PUU dengan Pancasila

Salah satu aspek dan Pancasila merupakan


aspek utama dalam "filosofische grondslag" Pancasila merupakan Apa konkretnya
pengharmonisasian atau “weltanschauung" sumber dari segala harmonisasi PUU
PUU (terutama UU) atau pandangan hidup, sumber hukum Negara. dengan Pancasila?
adalah Pancasila. landasan idiil.
CITA HUKUM PANCASILA

Di kalangan sarjana hukum/ahli


Meskipun seperti berada di
Secara keilmuan, tema ini ada hukum “bergentayangan"
awang-awang, sebenarnya sangat
dalam lingkup filsafat hukum atau berbagai istilah yang dikaitkan
menarik mendalami aspek "cita
sekurang-kurangnya bersifat dengan Pancasila, misalnya:
hukum Pancasila" atau "Pancasila
“filosofis" yang membutuhkan "staatsidee,
dalam perspektif cita hukum"
kajian tersendiri. staatsfundamentalnorm, Basic
(rechtsidee).
Norm, Ideal state".
STAATSIDEE DAN RECHTSIDEE

Yang muncul adalah bahwa


gagasan Indonesia
merdeka harus disusun
atas dasar "sistem sendiri"
dengan mengedepankan
Istilah "staatsidee" dan Namun, tidak ada rincian
dasar kekeluargaan, dasar
"rechtsidee" mengemuka mengenai apa yang
gotong royong, dasar
dalam pidato Supomo pada dimaksud dengan
permusyawaratan, dan
rapat BPUPKI (1945). staatsidee dan rechtsidee.
sebagai konsekuesinya
Indonesia merdeka tidak
disusun atas dasar
"liberalisme-
individualisme".
PERISTILAHAN
Dalam ilmu perundang-undangan
(wetgevingswetenschap, science of legislation) lazim
dipergunakan istilah: "Grundnorm, rechtsidee, basic
norm" , sedangkan istilah "staatsidee,
staatsfundamentalnorm" lazim disebut dalam “Hukum
Tata Negara" atau "Ilmu Negara" (Algemene Staatsleer,
Algemeine staatslehre).

Dalam bahasa Indonesia: "Grundnorm" diterjemahkan


menjadi “UUD". Istilah "Grondwet" diterjemahkan
menjadi "UUD". Istilah "basic law” yang dalam literatur
Inggeris merupakan terjemahan "Grundgesetz'
diterjemahkan menjadi "UUD”.
Lanjutan…

Dilihat dari cita bernegara (staatsidee), cita hukum (rechtsidee) Pancasila,


hanyalah satu aspek dari Pancasila yang disebut Bung Karno sebagai
"filosofische grondslag" atau "Weltanschauung" atau pandangan hidup.

Dalam kaitan dengan "cita negara" (staatsidee), Pancasila sebagai pandangan


hidup merupakan bentuk negara ideal (ideal state), yang meliputi keseluruhan
tatanan berbangsa dan bernegara (politik, ekonomi, sosial, hukum dan lain
sebagainya), sebagai suatu yang bersifat integratif satu sama lain.
Lanjut...

Hal ini mengandung makna, sekalipun


kita berhasil membentuk peraturan Hukum atau PUU harus mencerminkan
perundang-undangan atau hukum pada kebenaran substantif dan adil. Dalam
umumnya yang sesuai (mencerminkan) konteks "staatsidee Pancasila", setiap
cita hukum Pancasila, tetapi dalam undang-undang yang dibentuk idealnya -
tatanan kehidupan berbangsa dan lainnya paling kurang - tidak bertentangan
tidak sesuai (tidak mencerminkan) cita dengan sendi keadilan sosial dan sila-sila
negara Pancasila, hukum semacam itu yang lain.
tidak akan berhasil mencapai tujuannya.
Tujuan Harmonisasi PUU

Menjamin kemudahan
penegakan,
Memberikan
pelaksanaan, dan
kemudahan prediksi,
Menjamin pelayanan hukum
Menghindari tindakan ekspektasi dan
Menjamin keharmonisan PUU, untuk mewujudkan
Menjamin kepastian sewenang-wenang kepastian bagi aktivitas
keharmonisan hukum baik sebagai subsistem penegakan,
hukum. dalam penegakan warga yang terkait
sebagai satu sistem. hukum maupun sistem pelaksanaan,
hukum. dengan PUU atau
PUU. pelayanan hukum
hukum pada
secara layak,
umumnya.
proporsional, benar
dan adil.
Peran PUU

Sejalan dengan perkembangan politik atau konsep-konsep bernegara, peran dan


kedudukan PUU makin mengemuka bahkan terpenting dalam keseluruhan
sistem hukum.

Bagi bangsa Indonesia, pembaharuan hukum bukan semata-mata dalam rangka


"dekolonialisasi hukum", tetapi juga memenuhi berbagai kebutuhan hukum baru
sebagai akibat perkembangan politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. PUU,
khususnya UU merupakan jalan yang "lebih mudah” untuk memenuhi
kebutuhan hukum baru tersebut, karena dapat direncanakan, diprogramkan,
dan tersedia kepastian tata cara pembentukannya.
Upaya Menjamin Harmonisasi PUU

Program, selain sebagai penjabaran


perencanaan, program disusun atas dasar
hal-hal yang hendak dicapai sebagai
Perencanaan, melalui perencanaan,
penunjang seluruh program pemerintah
pembentukan PUU dapat disusun secara
pada periode tertentu. Program
terintegrasi baik antar PUU, antar sub-sub
pembentukan PUU dapat berupa
hukum lainnya, maupun dengan aneka
menciptakan hukum baru (untuk
ragam kebutuhan hukum yang berbeda-
memenuhi kebutuhan baru atau ada
beda, dan sekaligus memudahkan
kekosongan hukum), hukum yang ada
menyusun program yang komprehensif
tidak lagi memadai, atau bertentangan
dan terintegrasi baik horizontal maupun
dengan kebutuhan baru/hukum yang ada
vertikal.
telah ketinggalan atau memperbaharui
hukum yang ada (perubahan dan/atau
penggantian).
Lanjutan…
Melibatkan tenaga ahli cq. akademisi yang disertai dengan pengkajian dan
penelitian yang komprehensif dan mendalam. Di beberapa negara, seperti
Belanda dan Inggris, pembentukan atau perubahan suatu UU yang sangat
penting, biasanya dirancang oleh sebuah "komisi negara" yang diketuai
oleh ahli dari universitas cq. seorang guru besar.

Mendengar pendapat publik seperti para pengamat, para praktisi, dan


stake holders yang memahami dan mengalami pelaksanaan PUU.
Rancangan PUU dipublikasikan secara luas untuk mendapatkan masukan.

Kecermatan/kehati-hatian. Kecermatan/kehati-hatian baik penggunaan


maupun susunan kalimat untuk menjamin kejelasan dan kepastian,
sistematik internal maupun eksternal.
Sumber Disharmonisasi PUU

Kompleksitas PUU  kuantitas dan kualitas

Demokrasi yang berjalan seiring dengan kebebasan, antara lain


melahirkan perbedaan bahkan pertentangan preferensi antarindividu
atau antarberbagai golongan (politik, ekonomi, sosial, budaya, dan lain-
lain), mengenai jenis dan isi PUU. Unsur-unsur kompromi menjadi
sumber disharmoni PUU, bahkan dapat berakibat, ketidakpastian dan
tidak elektif.

melebarnya sebaran wewenang membentuk PUU. Secara vertikal


wewenang membentuk PUU mengikuti susunan/struktur organisasi
negara/pemerintahan dari pusat sampai pada pemerintahan desa. Pada
masing-masing satuan pemerintahan terdapat juga berbagai wewenang
membentuk PUU. Presiden, selain “turut serta" dalam pembentukan UU,
juga memiliki wewenang sendiri (menetapkan Perppu, menetapkan PP,
menetapkan Perpres, dan penetapan konkret tertentu).
Lanjutan…

Meluasnya penggunaan diskresi


(beleid) sebagai sarana
membentuk peraturan diskresi
(discretionary rules, beleidregels)
yang sulit dikontrol.

PUU hanya dibuat untuk


memfasilitasi keinginan sesaat,
seperti untuk kelancaran
investasi atau kemudahan bagi
para pemilik modal, tanpa
menghiraukan PUU yang sudah
ada atau tatanan yang hidup
dalam masyarakat.
Aspek Harmonisasi PUU
Sebagai subsistem
hukum maupun
sebagai subsistem • Harmonisasi antar dan internal PUU.
"staatsidee Pancasila", • Harmonisasi PUU dengan asas-asas hukum.
semestinya persoalan • Harmonisasi PUU dengan Pancasila.
harmonisasi PUU tidak
sekadar persoalan • Harmonisasi PUU dengan kaidah hukum
harmonisasi antar atau lain a.l. hukum adat dan hukum agama.
dalam lingkup PUU. • Harmonisasi PUU dengan kenyataan sosial,
Aspek harmonisasi kebutuhan/perubahan sosial.
yang lebih luas, antara
lain:
Lanjutan…
Harmonisasi PUU
dengan sendi-sendi • Sendi negara kesatuan.
penyelenggaraan
negara berdasarkan • Sendi negara republik.
UUD 1945 sebagai • Sendi negara demokrasi/kerakyatan.
pengejawantahan • Sendi negara hukum.
"saatsidee" • Sendi negara konstitusional.
Pancasila yang
• Sendi negara kesejahteraan.
meliputi aspek-
aspek:
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai