Anggota Kelompok :
Meila putri (202101047)
Anisa dian marlia (202101058)
Sania safiratun (202101062)
Indah puspita (202101080)
Andre dwi (202101083)
2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
1. DEFINISI
Cedera kepala adalah trauma yang meliputi trauma kulit kepala, tengkorak,
dan otak, dan cedera kepala paling dan penyakit neurologik yang serius diantara
penyakit neurologik, dan merupakan proporsi epidemik sebagai hasil kecelakaan
jalan raya . ( brunner & suddarth, 2002)
Cedera kepala sedang adalah cedera kepala dengan GCS (Galsgow Coma
Scale) antara 9 sampai 13 ( mansjoer,Arif.2000).
Cedera kepala sedang adalah cedera kepala dengan skala koma glssgow
(SKG) antara 9-12 dengan kehilangan kesadaran atau amnesia lebih dari 30 menit
tetapi kurang dari 24 jam serta dapat mengalami fraktur tengkorak ( Hundak dan
Gallo, 1997)
2. ETIOLOGI
Penyebab dari cedera kepala sedang antara lain :
a. Kecelakaan sepeda motor atau lalu lintas
b. Jatuh, benturan dengan benda keras
c. Karena pukulan dengan benda tajam, tumpul dan perkelahian
d. Cedera karena olah raga
Berbagai macam penyebab dari cedera kepala diantaranya karena adanya
percepatan mendadak yang memungkinkan terjadinya benturan atau karena
perlambatan mendadak yang terjadi jika kepala membentur objek yang tidak
bergerak. Kerusakan otak bisa terjadi pada titik benturan pada sisi yang
berlawanan
3. PATOFISOLOGI
Sebagian besar cedera otak tidak disebabkan oleh cedra langsung terhadap
jaringan otak, tetapi terjadi sebagi akibat kekuatan luar yang membentur sisi
luar tengkorak kepala atau dari gerakan otak itu sendiri dalam rongga
tengkorak. Pada cedera deselerasi, kepala biasanya membentur suatu suatu
objek seperti kaca depan mobil, sehingga terjadi deselerasi tengkorak yang
berlangsung tiba-tiba. Otak tetap bergerak kearah depan, membentur bagian
dalam tengkorak tepat di bawah titik bentur kemudian berbalik arah
membentur sisi yang berlawanan dengan titik bentur awal. Oleh sebab itu,
cedera dapat terjadi pada daerah benturan ( coup) atau pada sisi sebaliknya
( contra coup).
Menurut tarwoto dkk, adanya cedera kepala dapat mengakibatkan kerusakan
struktur, misalnya kerusakan struktur, misalnya kerusakan pada parenkim
otak, kerusakan pembuluh darah, perdarahan, edema, dan gangguan biokimia
otak seperti penurunan adenosis tripospat, perubahan permeabilitas vaskuler.
Patofisiologi cedera kepala dapat digolongan menjadi 2 proses yaitu cedera
kepala primer dan cedera kepala sekunder. Cedera kepala primer merupakan
suatu proses biomekanik yang dapat terjadi secara langsung saat kepala
terbentur dan memberi dampak cedera jaringan otak. Pada cedera kepala
terbentur dan memberi dampak cedera jaringan otak. Pada cedera kepala
sekunder terjadi akibat cedera kepala primer, misalnya akibat hipoksemia ,
iskemia dan perdarahan. Perdarahan serebral menimbulkan hematoma,
misalnya pada epidural hematoma yaitu berkumpulnya antara periosteum
tengkorak dengan durameter, subdural hematoma akibat berkumpulnya darah
pada ruang anata durameter dengan sub arakhnoid dan intra serebral
hematom adalah berkumpulnya darah di dalam jaringan serebral. Kematian
pada cedera kepala disebabkan karena hipotensi karena gangguan
autoregulasi, ketika terjadi autoregulasi menimbulkan perfusi jaringan
serebral dan berakhir pada iskemia jaringan otak.
4. TANDA DAN GEJALA
Gejala-gejala yang muncul pada cedera lokal tergantung pada jumblah dan
distribusi cedera otak. Nyeri yang meetap atau setempat, jumlah dan
distribusi cedera otak. Nyeri yang menetap atau setempat, biasanya
menunjukkan adanya fraktur.
a. Fraktru kubah kranial
menyebabkan bengkak pada sekitar fraktur, dan atas alasan ini diagnosis yang
akurat tidak dapat ditetapkan tanpa pemeriksaan dengan sinar-x
b. Fraktur dasar tengkorak
Cenderung melintas sinus paranasal pada tulang frontal atau lokasi tengah telinga
di tulang temporal, dimana dapat menimbulkan tanda seperti :
1) Hemoragi dari hidung, faring, atau telinga dan darah terlihat di bawah
konjungtiva
2) Ekimosis atau memar, mungkin terlihat diatas mastoid ( battle sign)
c. Laserasi atau kontusia otak ditunjukkan oleh cairan spinal berdarah
d. Penurunan kesadaran
e. Sakit kepala
f. Mual, muntah
g. Pingsan
5. PATHWAY
6. KOMPLIKASI
Kemunduran pada kondisi pasien karena perluasan hematoma intracranial,
edema serebral progresif, dan herniasi otak.
a. Edema serebral dimana terjadi peningkatan tekanan intrakranial karena
ketidalmampuan tengkorak utuh untuk membesar meskipun peningkatan
volume oleh pembengkakan otak diakibatkan dari trauma.
b. Herniasi otak adalah perubahan posisi ke bawah atau lateral otak melalui atu
terhadap struktur kaku yang terjadi menimbulkn iskemia, infark, kerusakan
otak ireversibel , dan kematian
c. Defisit neurologik dan psikologik
d. Infeksi siskematik (pneumonia, infeksi saluran kemih, septicemia )
e. Infeksi bedah neuron (infeksi luka, osteomielitis, meningitis, ventikulitis,
abses otak)
f. Osifikasi heterotopik (nyeri tulang pada sendi-sendi yang penunjang berat
badan )
7. PENATALAKSANAAN
a. Air dan breathing
1) Perhatian adanya apnoe
2) Untuk cedera kepala sedang dan berat lakukan intubasi endotracheal.
Penderita mendapat ventilasi dengan oksugen 100% sampai di peroleh
AGD dan dapat dilakukan penyesuaian terhadap FiO2
3) Tindakan hiperventilasi dilakukan hati-hati untuk mnegoreksi asidosis
dan menurunkan secara TIK pada penderita dengan pupil yang
berdiltasi. PCO2 harus dipertahankan antara 25-35 mmHg.
b. Circulation
I. BIODATA
Nama : Tn.Y.B
Usia : 41 th
Status perkawinan : sudah menikah
Jenis kelamin : laki-laki
Pendidikan :-
Pekerjaan : petani
Agama : katolik
Alamat : malaka (weoe)
Hubungan dg klien : istri
MRS tanggal : 28 mei 2019
Dx masuk : Cedera Kepala Sedang (CKS)
Tanggal pengkajian : 28 mei 2019
Oleh :
Pola Eliminasi.
Eliminasi Alvi
a. Pola BAB : Frekuensi 1x sehari Karakteristik : lunak
b. Masalah BAB ( ) Konstipasi ( ) Diare
( ) Obstipasi ( ) Inkontinensia alvi
( ) Ostomi. Jenis
c. Alat Bantu ( ) Obat
d. Lain – lain : -
Eliminasi Uri
a. Pola BAK : Frekuensi 400 cc (4xsehari) Karakteristik: kuning kental
b. Masalah BAK ( ) Disuria ( ) Inkontinensia uri( ) Nokturia
( ) Oliguri ( ) Hematuri ( ) Poliuri ( ) Retensi uri
c. Alat Bantu ( ) Katerisasi inwelling
( ) Katerisasi intermitten
d. Lain – lain : -
3. Pola Aktivitas – Latihan
a. Mobilitas/Aktivitas
Kemampuan perawatan diri
Jenis kemampuan 0 1 2 3 4
Makan / minum √
Berpakaian √
Mandi √
Toileting √
Mobilisasi di tempat √
tidur
Berjalan √
0: Mandiri
1: Dengan bantuan orang lain 2:
Menggunakan alat bantu
3: Bantuan peralatan dan orang lain 4:
Tidak mampu
Alat Bantu ( ) Walker ( ) Kruk ( ) Kursi roda
Keluhan saat aktivitas: -
Lain-lain: -
b. Respirasi
Masalah dengan pernafasan (√ ) Tidak ada
( ) Sesak nafas
( ) Batuk produktif
Lain – lain : -
c. Sirkulasi
Masalah dengan pernafasan (√) Tidak ada
() Jantung berdebar
( ) Pucat
( ) Kelelahan
Lain – lain : -
(√) Tidak ( ) Ya
e. Keadaan emosi sehari-hari
(√)Santai ( ) Tegang
f. Lain-lain
:-
2. Mata
Simetris : ( ) Ya (√) Tidak
Konjungtiva : (√) Merah muda ( ) Anemis ( ) Hiperemi
Pupil: (√) Isokhor ( ) Anisokhor
Palpebra : (√) Edema ( ) Tidak
TIO : ( ) Normal ( ) Meningkat
Lain-lain : bengkak di ke dua mata
3. Hidung : (√ ) Simetris ( ) Sianosis ( ) Epistaksis
Lain-lain :-
4. Telinga
Simetris : (√ ) Ya ( ) Tidak
Kebersihan : (√) Bersih ( ) Kotor
Gangguan pendengaran: ( ) Ya (√) Tidak
Lain-lain :-
5. Mulut
Mukosa bibir : (√ ) Lembab ( ) Kering ( ) Pecah-pecah ( )
Simetris ( ) Sianosis ( ) Stomatitis
Lidah : ( ) Kotor (√) Bersih
Lain-lain :-
Leher : (√) Normal
( ) Peningkatan tekanan vena jugularis ( )
Pembesaran kelenjar limfe
( ) Pembesaran tiroid
Lain-lain :-
6. Paru
Inspeksi
Bentuk thorak : (√) Simetris ( ) Barrel cest
( ) Pigeon cest ( )
Funnel cest
Bentuk punggung : (√) Simetris ( ) Lordosis ( ) Skoliosis
Penggunaan otot bantu nafas: () Ada,……… (√) Tidak ada
Pola nafas : (√) Reguler ( ) Takipnea
( ) Bradipnea ( ) Apnea
Retraksi : ( ) Ada (√) Tidak ada
Palpasi
Ekspansi paru : Dekstra Sinistra
ͦ Upper ° Upper
Simetris Simetris
ͦ Midle ° Midle
Simetris Simetris
° Lower ° Lower
Simetris Simetris
Normal Normal
ͦ Midle ° Midle
Normal Normal
° Lower ° Lower
Normal Normal
Vesikuler Vesikuler
ͦ Midle ͦ Midle
Vesikuler Vesikuler
° Lower ° Lower
Vesikuler Vesikuler
Lain-lain : -
7. Jantung
Inspeksi : () Ictus cordis () Terlihat (√) Tidak terlihat
Palpasi : () Thril () Teraba (√) Tidak teraba
Perkusi : (√) Sonor () Redup () Pekak
Auskultasi : (√) Normal () S1 S2 Tunggal () Gallop () Murmur
Lain-lain :-
8. Abdomen
Inspeksi : (√ ) Simetris ( ) Asimetris ( ) Strie
( ) Spider navi
Auskultasi : Peristaltik usus 28x/mnt
Palpasi : (√) Normal ( ) Nyeri tekan
( ) Hepatomegali ( ) Splenomegali
( ) Pembesaran ginjal ( ) Skibala
Perkusi : (√) Normal () Timpani () Hieprtimpani () Redup
() Nyeri ketuk pada ginjal () Shifting dulnes () Pekak
Lain-lain :-
10. Ekstermitas : Dekstra Sinistra
Skala 4 ( dapat meleawan Skala 5 ( Bebas gerak )
hambatan yang ringan )
Lain-lain :-
11. Syaraf
Reflek fisiologis : (√) Normal () Bisep ()
Trisep () pronator () patella () brankhioradialis ()
12. Integumen
Akral : () Dingin (√) Hangat
Turgor : (√ ) Normal ( ) Meningkat () Turun
CRT :-
Luka : (√ ) Ya, Luka Bentur di Area Kepala ( ) Tidak
Lain-lain :-
Terapi obat pada tanggal 28 Mei 2019, memasang infus dan diberikan Terapi
obat Ketoroac dengan dosis 300 Mg dengan rute pemberian iv di berikan pagi
hari pada pukul (08:00), di berikan obat keteroac dengan dosis 300 mg dengan
rute iv di berikan pada siang hari pada pukul (14:00) dan diberikan obat
keteroac dengan dosis 300 mg dengan rute pemberian iv di berikan malam hari
pada pukul (20:00).
ANALISIS DATA
Diagnosa keperawatan :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik di buktikan dengan mengeluh nyeri,
meringis, dan gelisah.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri di buktikan dengan gerakan
terbatas.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan mobilitas dibuktikan
dengan mengeluh nyeri, bengkak pada kedua mata, kerusakan jaringan dan hematoma
di daerah benturan.
INTERVENSI
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
- Kolaborasi
pemberian analgetik
IMPLEMENTASI
- Setelah
- Mengidentifikasi dilakukan
114:00
respon nyeri non tindakan teknik
verbal nonfarmakologis,
pasien
- Memeberikan mengatakan
,, teknik lebih rileks dan
nonfarmakologis nyerinya lebih
untuk mengurangi
nyeri ( seperti berkurang dari
terapi musik) pada sebelumnya
118:00
- Mengontrol
lingkungan yang - Setelah
memeperberat mengontrol
rasa nyeri( seperti lingkungan
mengatur suhu seperti mengatur
ruangan ) suhu ruangan,
pasien
mengatakan
lebih merasa
222:00 nyaman
- Memfalitasi
istirahat dan tidur - pasien
mengtakan
tidurnya lebih
pulas dari pada
tidur sebelumnya
Gangguanmobilitas
fisik
08:00
- Mengidentifikasi
adanya nyeri atau
keluhan lainya - pasien
mengatakan
14:00 sudah tidak ada
nyeri dan
keluhan lainya
- Mengajarkan
pasien ambulasi - setelah diajarkan
sederhana yang tindakan
18:00
harus dilakukan ambuluasi ,
(mis: berjalan dari pasien
tempat tidur) mengatakan
sedikit lebih
sedikit sudah
mulai bisa
melakukan
22:00 - Anjurkan pasien aktivitas seperti
melakukan berjalan ke
ambulasi dini kamar mandi
sendiri
Gangguan
Integritas Kulit
08:00
- Mengidentifikasi
penyebab
gangguan - Pasien
integritas kulit mengatakan
mengalami luka
14:00 benturan dan
- Anjurkan pasien bengkak pada
meningkatkan area kedua
asupan nutrisi matanya
18:00
O
- Frekuensi nadi pasien
membaik
- Pasien mengatakan
kecemasan menurun
- Pasien mengatakan
kegelisahan menurun
A
- Tujuan tercapai
P
- Intervensi di hentikan
Gangguanmobilitas fisik 30 mei 2019 S
- Pasien mengatakan
pergerakan ekstermitas
meningkat
- Pasien mengatakan
kekuatan otot meningkat
O
- Pasien rileks dan
kecemasan menurun
A
- Tujuan tercapai
P
- Intervensi di hentikan
O
-Kerusakan jaringan pasien
pada area benturan kedua
mata menurun
-Hematoma pada area kedua
mata pasien menurun
TD : 110/80 mmHg
N : 88x/menit
S : 36,5 C
RR : 22x/menit
A
-Tujuan tercapai
P
-Intervensi dihentikan