Anda di halaman 1dari 83

ANATOMI KEPALA

• Tengkorak terdiri atas 22 tulang, 14 diantaranya di bagian muka.


• Rangka muka tulang terdiri atas tulang mandibula, maksila,
nasal, palatina, lakrimal dan vomer.
• Tulang-tulang utama dari rangka kranial ialah tulang frontal,
temporal, parietal dan oksipital.
Tulang frontal membentuk dahi.
Tulang temporal membentuk dinding anterolateral dari otak.
Prosesus mastoideus yang merupakan bagian belakang dari
tulang temporal, terutama penting pada penyakit telinga.
Tulang parietal membentuk atap dan bagian posterolateral dari
tengkorak.
Tulang oksipital membentuk bagian posterior tengkorak
ANATOMI LEHER
• Leher di bagi oleh muskulus sternokleidomastoideus menjadi
trigonum anterior atau medial dan trigonum posterior atau lateral.
• Sternokleidomastoideus adalah otot kuat yang berfungsi
mengangkat sternum selama respirasi.
• Sternokleidomastoideus memiliki dua kaput = kaput sternal
berasal dari manubrium sterni, sementara kaput klavikula muncul
pada ujung sternum dari klavikula.
• Kedua kaput menyatu dan berinsersi pada aspek lateral dari
prosesus mastoideus.
• Sternokleidomastoideus dipersarafi oleh nervus spinalis asessories
atau saraf kranial kesebelas
• Anterior terhadap muskulus Sternokleidomastoideus terdapat trigonum
anterior.
• Batas inferior trigonum anterior adalah klavikula dan batas anterior adalah garis
tengah.
• Trigonum anterior terdiri dari kelenjar tiroid, laring dan faring. Trigonum
anterior juga terdiri dari kelenjar limfe, kelenjar submandibula dan lemak
TINJAUAN GEJALA SPESIFIK BERKAITAN
DENGAN LEHER
• Massa Leher = Gejala umum adanya benjolan atau
pembengkakan leher.
• Bila ada keluhan, ajukan pertanyaan berikut
“Apakah pertama kali mengetahui adanya benjolan/bengkak?
apakah nyeri? apakah semakin membesar?
“Apakah pernah mengalami infeksi telinga? Infeksi mulut? “
Apakah suara menjadi serak karena benjolan?
• Hasil = Jika benjolan terasa nyeri = infeksi akut, Jika benjolan
baru = radang, Jika benjolan lama/berbulan-bulan =
neoplasma (tumor jinak atau kongenital (pertumbuhan
cepat, berlebih).
• Kaku tengkuk/kaku kuduk = biasanya
disebabkan oleh spasme dari muskulus servikal
dan biasanya menyebabkan tension headache.
• Periksa apakah pasien mengalami kaku
tengkuk = Kaku tengkuk tiba-tiba, disertai
demam dan nyeri kepala menimbulkan
kecurigaan adanya iritasi meningeal (iritasi
pada meningen atau selaput otak).
PEMERIKSAAN FISIK KEPALA LEHER

A. Inspeksi kepala leher


• Amati posisi kepala = dapat ditegakkan ? adakah bagian
muka yang asimetris? Ukuran kepala proporsional ?
bentuk dari kepala pasien = bulat, rata, bentuk wajah,
simetris (bagaimana bentuk kepala kanan kiri), mengukur
lingkar kepala pasien dengan midline, ambil bagian
terlebar dari kepala pasien, nol nya ada di atas hidung
• Pergerakan = Terdapat gaangguan pergerakan = menoleh
kanan, kiri, menunduk, atas = ada keluhan/tidak
• Fontanel/ubun2 = di temukan di daerah kepala/dahi=
kalau pada bayi fontanel di temukan cekung mengindikasi
dehidrasi, cembung ada indikasi kelebihan cairan
• Periksa kulit kepala = ada lesi ? periksa rambutnya
apakah rontok ? (curiga gangguan nutrisi),
• Teraba massa = jika iya, periksa ukuran, konsistensi dan simetrinya
• Amati mata = ada proptosis? (menonjolnya bola mata yang dapat disebabkan
oleh disfungsi tiroid atau massa dalam orbita)
• Periksa leher = asimetri ? minta pasien menjulurkan lehernya, apakah ada
luka parut, asimteri atau massa? Apakah tampak ada pembesaran tiroid?
minta pasien untuk menelan sambil mengamati gerak naik tiroid. Apakah
tampak pembesaran kelenjar limfe? Apakah terlihat pembesaran vena
jugularis. Bisa diukur dengan penggaris, jika tidak normal terdapat peninggian
sekitar 1-2 cm
• Palpasi kepala = menekan di daerah pelipis kanan dan kiri, kepala belakang,
tengah, depan
• Pemeriksaan rambut = persebaran pertumbuhan rambut = merata
• Warna
• Kebersihan = Bau, Kotoran /Minyak Ketombe Dll
• Terjadi Pertumbuhan Rambut Yang Berlebihan / Hirsutisme
• Terjadi Pertumbuhan Rambut Yang Kurang /= Apakah Ada Bagian Kepala Yang
Tidak Di Tumbuhi Oleh Rambut
• Kemoterapi = Alopecia
• Intervensi = Kebersihan Rambut
Data Riwayat Keperawatan u/ Kepala

• Masalah sebelumnya
1. Trauma Kepala
2. Pembedahan kepala, rahang/muka
3. Sakit Kepala
4. Infeksi
5. Nyeri tekan pada sinus
B. Palpasi kepala leher
• Palpasi kelenjar tiroid
• Apakah ada pembesaran kelenjar thyroid? Sarankan pasien untuk menelan
sambil mengamati gerak naik tiroid, palpasi tiroid dan minta pasien untuk
menelan, lakukan secara anterior (menekan leher tiroid ke arah samping),
berdiri di belakang pasien kemudian lakukan palpasi cara posterior (kedua
tangan menyentuh ke arah tengah tiroid)
• Meraba nadi karotis pasien = pasien menoleh ke salah satu sisi, lihat leher
meraba nadi di sebelah tiroid, gunakan 3 jari carilah nadi karotis dengan
tekanan denyut yang besar = normal denyut nadi teraba kuat
Gejala Hipertiroid
a. Umum = menyukai dingin, berat badan turun tapi nafsu makan baik
b. Mata = penonjolan bola mata, kelopak mata bengkak, penglihatan
ganda, motilitas menurun
c. Leher = goiter
d. Jantung = palpitasi, edema perifer
e. Gastrointestinal = peristaltik meningkat
f. Genitourinaria = poliuria, penurunan fertilitas
g. Neuromuskular = kelelahan, kelemahan, gemetar
h. Emosi = Nervous, Iritabilitas
i.Dermatologi = rambut rontok, banyak berkeringat, perubahan tekstur
kulit, perubahan
pigmentasi
• Hipertiroidisme adalah penyakit tiroid yang terjadi ketika kelenjar tiroid
menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan dalam tubuh. Penyakit gondok
adalah pembengkakan kelenjar tiroid yang terlihat sebagai benjolan di leher.
Nodul tiroid adalah benjolan padat atau berisi air yang terbentuk dalam
kelenjar tiroid.
• Hormon tiroid berperan besar dalam mengatur berbagai fungsi anggota tubuh.
• Yodium adalah salah satu komponen penting dari bagian hormon tiroid, yakni
tiroksin (T4) dan triiodothyronine (T3). Kecukupannya harus terpenuhi dalam
makanan yang dikonsumsi setiap hari. Yodium dapat ditemukan pada makanan
seperti ikan, telur, kacang-kacangan, daging, roti, produk susu, rumput laut,
juga garam meja beryodium.
• Jika asupan yodium yang tidak cukup, ini bisa menyebabkan produksi hormon
tiroid yang tidak cukup, sehingga mengakibatkan gejala kekurangan yodium
yang berasal dari kekurangan hormon tiroid.
• Kekurangan asupan yodium menyebabkan penurunan produksi hormon tiroid
di dalam tubuh hingga menyebabkan penyakit hipotiroid dan penyakit gondok.
• Gondok atau struma disebabkan oleh kelainan atau
gangguan pada kelenjar tiroid.
• Dalam tubuh, kelenjar tiroid bertugas untuk mengatur
sistem metabolisme dan keseimbangan hormon.
• Jenis kelainan pada kelenjar tiroid yang sering menjadi
pemicu terjadinya gondok adalah hipotiroid (menurunnya
aktivitas kelenjar tiroid) dan hipertiroid (meningkat atau
terlalu aktifnya aktivitas kelenjar tiroid).
• Di sisi lain, gondongan (mumps) adalah pembengkakan
pada kelenjar liur, atau kelenjar parotis, yang disebabkan
oleh adanya infeksi virus.
Bagaimana Cara Membedakannya?
• Gondok dan Gondongan memiliki beberapa
perbedaan gejala lain yang membedakan kedua
penyakit ini.
• Pada gondok, pembengkakan yang terjadi
biasanya tidak menimbulkan rasa nyeri.
• Gejala lain yang muncul pun tergantung pada
gangguan tiroid apa yang menjadi penyebabnya,
entah itu hipotiroid atau hipertiroid.
Pada kondisi hipotiroid, gejala dapat berupa:
1. Lemas.
2. Kenaikan berat badan dengan nafsu makan yang menurun.
3. Tidak tahan angin.
4. Kulit kering dan rambut rontok.
5. Perasaan mengantuk yang terus-menerus.
6. Sembelit (susah buang air besar).
7. Emosi tidak stabil dan sering lupa.
8. Fungsi penglihatan dan pendengaran menurun.

Pada kondisi hipertiroid, gejala berkebalikan dengan hipotiroid, yaitu:


1. Penurunan berat badan.
2. Tidak tahan panas.
3. Perasaan cemas.
4. Sering merasa deg-degan.
5. Tremor (getaran anggota tubuh tanpa disadari, biasanya paling jelas terlihat pada
tangan).
6. Hiperaktif.
Pada penyakit gondok, dibutuhkan pemeriksaan lanjutan untuk memeriksa kadar hormon
yang dihasilkan kelenjar tiroid. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah ditemukan
kondisi hipotiroid atau hipertiroid. Gondok membutuhkan penanganan medis, mulai dari
minum obat sampai dengan tindakan operasi. Gondok bisa hilang dengan sendirinya.

Sedangkan pada gondongan, pembengkakan pada leher biasanya terasa nyeri dan terasa
panas akibat proses peradangan. Gejala-gejala lainnya antara lain:
1. Demam.
2. Lemas.
3. Sakit kepala.
4. Nyeri pada telinga yang tambah parah saat mengunyah atau bicara.
5. Bengkak pada daerah sudut rahang.

Berbeda dengan gondok, gejala gondongan biasanya akan hilang dan pulih sepenuhnya
dalam waktu satu minggu. Meskipun demikian, penanganan medis tetaplah diperlukan,
tetapi hanya untuk membantu meredakan gejala.

Gondok dan gondongan hanyalah dua di antara sekian banyak penyakit yang dapat
menyebabkan pembengkakan atau benjolan pada area leher. Beberapa contoh penyakit lain
yang dapat menyebabkan kondisi ini adalah pembengkakan kelenjar getah bening, kista,
tumor, atau abses (penumpukan nanah).
• Palpasi kelenjar limfe = Apakah ada kelenjar getah
bening/lymph/limfe yang membesar atau tidak, perabaan
dilakukan merata, bisa dilihat alur garis pada gambar di bawah ini.
Pemeriksaan Mata
• Data Riwayat Keperawatan
- Adakah riwayat penyakit DM
- Apakah pernah mengalami pengobatan mata
- Apakah menggunakan lensa mata
- Adakah gangguan mata kabut/katarak
- Presepsi terhadap warna => Indikasi buta warna
ALAT = Senter, opthalmoskop, snellen chart, buku
ishihara
PEMERIKSAAN MATA

• Tinjauan gejala spesifik


1. Hilangnya penglihatan = “ Apakah hilang secara mendadak?
Terasa nyeri ?” Hasil = Mendadak tanpa nyeri curiga okulasi
pembuluh darah atau ablasio retina, mendadak disertai nyeri
curiga glukoma akut, berangsur tanpa nyeri curiga glukoma
simpleks menahun
2. Nyeri mata = Jelaskan bagaimana nyeri nya? Apakah mendadak ?
silau (fotobia/ nyeri karena cahaya)? nyeri saat berkedip (abrasi
kornea/ benda asing dalam mata)? Seperti kemasukan sesuatu?
Gatal ? (radang konjungtiva/konjungtivis) Nyeri kepala (gloukoma
akut)? Nyeri bila mata digerakkan? (neuritis optika), nyeri didaerah
alis mata? (arteritis temporal)
3. Diplopia (penglihatan ganda)
4. Mata berair atau kering = air mata yang
berlebihan/obstruksi aliran, gangguan sekresi kelenjar
lakrimal
5. Mengeluarkan sekret = berair, agak berlendir atau
bernanah
6. Mata merah = Apakah mengalami kecelakaan? Keluarga
dengan mata merah? Nyeri? Keluar cairan tertentu ?
• PALPASI
Mengukur Tekanan Bola mata / intra okuler/ TIO
- Kedua telunjuk menekan ringan kedua mata yang tertutup
dan bandingkan. Normal : sama
• Alat = tonometri
TEST MATA

1.Tajam penglihatan = Tajam penglihatan


diungkapkan dalam suatu rasio seperti 20/20
atau 6/6. Angka pertama adalah jarak baca
pasien terhadap peraga misalkan papan snelen
chart, angka kedua adalah jarak terbacanya
peraga oleh mata normal.
Istilah OD berarti mata kanan, OS berarti mata
kiri
• Memakai kartu snellen standar = Ketajaman
pandang/visual : N 20/20 = 6/6
• (SNELEN CHART) = Posisikan pasien berjarak 6 meter dari
papan snelen, periksa mata kanan dan kiri di tutup secara
bergantian, jika tidak bisa membaca dengan jarak 6 meter
maju selangkah menjadi 5 meter dan seterusnya.
• Intepretasi hasil
• - Hasil 20/20 = 20 pertama adalah jarak pandang pasien
dengan snelen chart yaitu 20 feet/kaki atau 6 meter, 20
kedua adalah jarak mata pasien mampu membaca tulisan
tersebut dengan jelas yaitu 6 meter
• - Hasil 20/100 = 20 pertama adalah jarak pandang pasien
dengan snelen chart yaitu 20 feet/kaki atau 6 meter, 100
adalah jarak mata pasien mampu membaca tulisan
tersebut dengan jelas yaitu 30 meter.
• Memeriksa pasien
yang tidak bisa
membaca = Pemakaian
huruf “E” dalam kartu
snelen chart yang
bermacam-macam
bentuk dan arah akan
membantu (arah atas,
bawah, kanan, kiri).
Tes ishihara/tes buta warna
• Pasien diminta untuk membaca dan melihat pola
atau angka yang tergambar pada ishihara test.
- Normal apabila pasien mampu menebak semua
angka dan pola
- Buta warna sebagian ketika ada pola/angka yang
sebagian tidak dapat tertebak
- Buta warna total yaitu pasien tidak dapat
menebak atau membaca pola yang berada di
ishihara test
Memeriksa pasien dengan penglihatan buruk

• Bila Pasien sama sekali tidak bisa melihat huruf di chartnya dari atas, akan
dilakukan pemeriksaan lanjutan, yaitu hitung jari hingga lambaian tangan.
• Pemeriksaan hitung jari dimulai dari jarak 6 meter terlebih dahulu.
Pemeriksa mengacungkan jari diposisikan lurus dari pandangan pasien,
kemudian pasien diminta untuk memberitahu pemeriksa berapa jumlah
jari yang diacungkan. Bila pasien dapat menyebutkan jumlah jari dengan
benar, skornya adalah 6/60 .
• Bila pasien masih tidak bisa melihat, maju 1 meter. Bila masih tidak bisa,
maju 1 meter lagi, dan begitu seterusnya hingga jarak antara pemeriksa
dan pasien hanya 1 meter. Skornya secara berurutan menjadi 4/60, 3/60,
2/60 dan 1/60.
• Bila setelah pemeriksaan hitung jari dari jarak 1 meter pasien masih tidak
bisa menyebut dengan benar, dilakukan pemeriksaan lambaian tangan.
• Pemeriksaan lambaian tangan dilakukan dari jarak 1 meter dan
dilakukan dengan cara dokter melambaikan tangannya dari kea
rah tertentu kemudian meminta pasien untuk memberitahu ke
arah mana gerakan tangannya. Bila pasien bisa menyebut dengan
benar, skornya menjadi 1/300

• Pemeriksaan selanjutnya yang biasa dilakukan adalah persepsi


cahaya.
• Pemeriksa memakai senter yang dinyala-matikan secara acak
kemudian meminta pasien untuk memberitahu apakan senternya
menyala atau tidak Bila pasien dapat membedakan nyala dan
matinya senter, dilanjutkan dengan meminta pasien untuk
menentukan sumber cahaya. Pemeriksa mengarahkan sinar
senter dari arah tertentu dekat mata pasien, kemudian pasien
diminta untuk memberitahu dari arah mana cahayanya datang.
LAPANGAN PANDANG
• Uji ini berguna untuk menetapkan lesi pada jalur penglihatan. Terdapat
banyak tehnik. Pada tehnik ini pemeriksa membandingkan penglihatan
perifernya dengan penglihatan perifer pasien
1. Pemeriksa berdiri atau duduk 1m di depan pasien dan setinggi tatap
mata pasien
2. Pasien diminta menutup mata kanan nya sedangkan pemeriksa menutup
mata kirinya (sejajar), masing-masing melihat hidung yang dihadapinya
3. Pemeriksa menjulurkan 1 atau 2 jari pada masing-masing tangan dengan
cara serentak
dan menanyakan pasien berapa jumlah jari tangan yang dilihatnya
4. Tangan digerakan dari kuadran atas ke kuadran bawah dan pemeriksaan
di ulang kembali dengan mata sebelah
5. Jari-jari harus terlihat oleh pasien dan pemeriksa secara bersamaan
6. Jika pemeriksa dapat melihat jari-jari itu, maka pasien pasti juga dapat
melihatnya
kecuali ada gangguan penglihatan berupa kurang luasnya lapang pandang.
Kelainan lapangan pandang

• Terdapat skotoma patologik yang dapat ditentukan


pada uji lapangan pandang . Skotoma dapat berasal
dari penyakit mata primer sperti glukoma atau dari
lesi dalam susunan saraf pusat seperti tumor
GERAK MATA

Dipengaruhi oleh kontraksi dan relaksasi otot-otot


ekstraokular. Hal ini berakibat bergeraknya mata ke atas,
bawah atau sisi ke sisi dan juga konvergensi (gabungan)
a. Pemeriksaan kesesuaian mata = Kesesuain mata
dengan mudah diketahui dengan mengawasi lokasi
cahaya yang di pantulkan oleh kornea. Kaji apakah
pasien mengalami mata juling (strabismus/tropia)
b. Menilai refleks cahaya pupil = Menggunakan uji
cahaya berayun, merupakan modifikasi untuk menguji
refleks pupil
STRUKTUR EKSTERNAL DAN INTERNAL MATA
a. Inspeksi kelopak mata = Ada kemungkinan terjadi kelemahan, infeksi,
tumor atau kelainan,edema. Apakah ada gangguan menutup dan membuka.
saat menutup apakah ada ptosis/tonjolan/oedem pada kelopak mata
1.Minta pasien membuka dan menutup matanya, gerakan harus lancar dan
simetris
2. Periksa kelopak mata terhadap adanya xantelasma
3. Perhatikan distribusi bulu mata
pasien mampu membuka kelopak mata secara bersamaan menunjukan tidak
ada nya prosis atau tertinggalnya pembukaan kelopak mata pada pasien
b. Inspeksi konjungtiva = Adanya tanda2 radang (melebarnya pembuluh
darah), pigmentasi tidak biasa, warna pucat (anemis), pembengkakan,
perdarahan
1. Minta pasien untuk melihat keatas dan tariklah kelopak mata ke bawah
2. Bandingkan vaskularitasnya
c. Inspeksi kornea = Kornea harus jernih tanpa
kekeruhan atau kabut
d. Inspeksi sklera = apakah ada nodul, hiperemia, dan
perubahan warna. Sklera normal berwarna putih,
periksa apakah ada icteric/jaundice, kemerahan
e. Inspeksi iris = Iris diperiksa untuk warnanya,
apakah ada nodul dan vaskularitas. Normalnya
pembuluh darah iris tidak dapat terlihat dengan mata
telanjang
f. Inspeksi pupil = Kedua pupil ukuranya harus sama dan beraksi terhadap
cahaya atau akomodasi. Pemeriksaan mata kanan dan kiri .
Penlight/senter diarahkan dari samping diberikan cahaya, pupil normal
akan melebar dan mengecil , hitam, bulat, reguler, sama ukurannya
(diameter 3-7 mm)
strabismus (juling) ketika diberi rangsangan cahaya, kalau melebar
dinamakan midriasis (terjadi pada orang yang sudah meninggal dunia
karena sudah tidak ada reflek cahaya), pupil mengecil di namakan myosis.
Pupil sama antara kanan dan kiri disebut isokor, tidak sama disebut
anisokor
Pemeriksaan Telinga
• Data Riwayat Keperawatan
- Keluhan = Nyeri, pengeluaran cairan
- Adanya kesulitan pendengaran
- Riwayat pengobatan
- Adanya tingkat kebisingan yang tinggi
ALAT = Otoskop, Garputala
PEMERIKSAAN TELINGA DAN HIDUNG

Telinga dapat dibagi menjadi Tiga bagian


berikut ini
1. Telinga luar = pinna (ukuran, bentuk, lesi,
warna ) dan karnalis auditorius (serumen,
inflamasi, corpus alineum/benda asing, tumor)
2. Telinga tengah atau kavum timpani = terdiri
dari bagian-bagian yang berhubungan dengan
antrum mastoid , warna, bentuk, jaringan parut
3. Telinga dalam = organ terakhir untuk
pendengaran dan keseimbangan
TINJAUAN GEJALA SPESIFIK TELINGA
• Kehilangan pendengaran = “Apakah ada gangguan pendengaran? Berapa lama?
apakah tiba-tiba? Jenis pekerjaan apa yang dilakukan?apa hobi anda, mendengarkan
musik pakai earphone? Obat-obatan apa yang digunakan?
• Pusing atau sensasi berputar/vertigo = “Sudah berapa lama?apakah berulang?
terjadi mendadak?apakah dipengaruhi oleh posisi tubuh ?perasaan berputar
bertambah hebat setelah serangan ?apakah ada posisi yang membuat anda lebih
baik ? apakah mengalami penglihatan ganda selama serangan? Obat-obat apa yang
dikonsumsi?
• Telinga berdenging atau mendengung = Tinitus = “Apakah telinga anda tiba-tiba
sering terdengar berdenging/berdengung?
• Pengeluaran cairan= Otore (sekresi telinga menjadi infeksi akut/kronis ) = “Apakah
anda dapat menjelaskan sekretnya bagaimana ? apa sebelumnya sudah pernah
keluar sekret? Merasa pusing? Nyeri/sakit ? pendengaran berubah? Pernah memakai
obat tetes telinga? Apakah pernah mengalami cedera kepala/telinga? Atau
melakukan aktifitas berenang ?
• Nyeri telinga (Otalgia) = “Sejak kapan terasa nyeri ? nyeri terus berulang atau hilang
timbul?
• Gatal (Pruritus) = Dapat disebabkan oleh kelainan primer pada telinga luar atau
dalam karena pengeluaran cairan dari telinga tengah. Penyakit sistemik seperti
diabetes, hepatitis atau limfoma dapat menjadi penyebab.
PEMERIKSAAN FISIK TELINGA
• Pemeriksaan fisik telinga dilakukan dengan pemeriksa duduk di depan
pasien
• Alat : otoscope, garputala 512 Hz, spekulum, lampu senter kecil,
otoskop
• Pemeriksaan luar
a. Inspeksi struktur telinga luar = Inspeksi pinna untuk melihat ukuran,
posisi dan bentuknya, warna, lesi ,oedem, inflamasi, corpus aliennum
dan tumor, daun telinga, lesi/pembengkakak, benjolan, kotoran/cairan
yang keluar
b. Palpasi struktur telinga luar = Pinna di palpasi untuk mencari adanya
nyeri tekan, pembengkakan atau nodul, caranya tarik pinna ke atas
kemudian kebelakang, jika ada keluhan nyeri kemungkinan ada infeksi
telinga luar
Ketajaman Pendengaran

• Uji Rinne = Membandingkan hantaran udara dengan


hantaran tulang, menggunakan garputala 512Hz.
• Catatan : jangan menempelkan gigi garputala yang sedang
bergetar untuk tidak menyentuh rambut atau menempel
pada kulit, karena pasien mungkin menderita gangguan
pendengaran tetapi masih dapat merasakan getarannya.
Ketajaman Pendengaran

Uji Weber = Membandingkan hantaran tulang pada kedua telinga


• - Berdirilah di depan pasien dan letakkan garputala 256Hz atau 512 Hz yang
sedang bergetar dengan kuat pada bagian dahi pasien
• - Mintalah pasien untuk menunjukan apakah ia mendengar atau merasa
bunyi pada telinga kanan, kiri atau bagian tengah dahinya.
• Mendengar bunyi atau merasakan getaran pada bagian tengah adalah respon
normal
• - Jika bunyi tersebut tidak terdengar di bagian tengah , bunyi tersebut
dikatakan mengalami lateralisasi dan ada gangguan pendengaran
• - Bunyi akan di lateralisasikan pada sisi yang terganggu pada tuli kondusif.
• Test Schwabach = Letakkan kaki garpu tala di belakang telinga pasien minta
pasien untuk mengangkat tangan ketika sudah tidak terdengar kemudian
petugas mengecek ke telinga nya apakah hasilnya sama sudah tidak
terdengar. Lakukan secara bergantian antara petugas dan pasien
- membandingkan pendengaran pasien dengan petugas
- memendek 2x → tuli perseptif

• Test Romberg = Pemeriksa berada di belakang pasien, minta pasien berdiri


tegak kedua kaki dirapatkan dan tangan dirapatkan.Pasien diamati dalam
keadaan mata terbuka selama 30 detik, jika pada keadaan mata terbuka
pasien sudah jatuh maka kelaian terletak di cerebelum. Lakukan kembali
dengan mata tertutup selama 30 detik, jika pasien jatuh pada salah satu sisi
maka kelainan terletak pada sistem vestibuler
- test keseimbangan untuk mendeteksi gangguan telinga dalam/sistem
keseimbangan tubuh.
- Hasil ketiga test (1-2-3)
- Normal
- Tuli Konduktif ki/ka
- Tuli Perspektif ki/ka
PEMERIKSAAN FISIK HIDUNG
1. Hidung tersumbat = “ Apakah sumbatannya satu atau kedua sisi? Mengalami
cedera? Sudah berapa lama hidung tersumbat? Apa ada riwayat alergi? Riwayat
polip? Rinitis atau hidung tersumbat adalah suatu gejala yang sering ditemukan,
etiologinya dapat alergi atau non alergi . Polip hidung biasanya bilateral juga
menyebabkan obstruksi dan merupakan penyebab tersering anosmia atau
hilangnya daya penciuman. Gejala sinus dapat disebabkan oleh obstruksi pada
saluran keluarnya.
2. Pengeluaran cairan = “ Apakah cairan nya encer/jernih (muskus berlebih karena
infeksi virus atau alergi), kental/purulen (infeksi bakteri), berdarah (noplasma,
epitaksis/mimisan,trauma, infeksi), cairan berbau (benda asing, sinusistis,
keganasan)

Inspeksi : observasi deformitas (perubahan bentuk), septum (sekat), corpus


alienum (benda asing), sekret hidung, perdarahan(epitaksis/mimisan)
Palpasi : sinus frontal : lunak
• tekan di area telinga belakang pasien , di tulang belakang dari telinga dan di
depan telinga apakah ada nyeri tekan
3. Tes Fungsi Penghidu = alat bantu utk kemampuan membau = kopi, teh, masing2
di cek lubang hidungnya, di tutup salah satu lubang hidung, bergantian
PEMERIKSAAN RONGGA MULUT DAN BIBIR
Inspeksi dan Palpasi = Alat : senter/penlight & sudip lidah
• Bibir → warna, simetris, lesi, kelembaban,
pengelupasan/pecah-pecah/dehidrasi dan bengkak, pucat,
sianosis, bibir sumbing
• Rongga mulut → stomatitis, kemampuan menggigit,
mengunyah dan menelan , apakah ada palatokisis
• Gusi → warna dan edema , ginggivitis
• Gigi → karang gigi, caries, sisa gigi/jumlah gigi
• Lidah → kotor, warna, kesimetrisan, kelembaban, luka,
lesi,bercak dan pembengkakan. Bisa menggunakan tong
spatel
• Kerongkongan /Ovula → tonsil, peradangan, lendir/sekret
dan bau napas
• Perhatikan suara pasien, bisa mengetahuai apakah
ada gangguan suara, pastikan di rongga mulut tidak
terdapat lendir, apakah ada serak/batuk2
• Meminta pasien untuk tersenyum, pergerakan otot2
bibir dari pasien, bisa melihat bagaimana otot2
wajah dan pergerakan bibir, jika normal akan simetris
di ujung bibir kanan kiri
• Gejala terpenting dari penyakit rongga mulut adalah
= nyeri, ulserasi, perdarahan, massa, halitosis (bau
mulut)
SELESAI
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai