Anda di halaman 1dari 100

REFERAT

ANAMNESIS DAN PHYSICAL


DIAGNOSIS
 
Disusun Oleh: Pembimbing:
Mukhlishah Afra Zunairoh dr. Riswan Poniman, Sp.PD
Silvia Sharon Rumfabe
Wakhid Efendi
Windah Irvani Mayaratri
 
 
Anamnesis

1. Keluhan utama (The 7 sacred) 2. The fundamental five


- Onset - Riwayat penyakit sekarang
- Frekuensi - Riwayat penyakit dahulu
- Lokasi - Riwayat penyakit keluarga
- Penjalaran - Riwayat sosial dan ekonomi
- Intensitas - Faktor resiko dan faktor
- Faktor yang memberat prognostik
- Faktor yang meringankan
Pemeriksaan kepala
Pemeriksaan kepala
• Pemeriksaan kepala mencakup inpeksi dan palpasi terkait bentuk dan
ukuran kepala, distribusi rambut, warna rambut, rambut mudah
dicabut atau tidak, apakah terdapat benjolan, lekukan, dan nyeri
tekan.
• Hasil yang didapat :
• Ukuran kepala : mikrosefal (ukuran kepala lebih kecil dari ukuran normal),
makrosefal (ukuran kepala lebih besar dari ukuran normal), normosefal
(ukuran kepala yang normal)
• Rambut : distribusi rambut merata/ tidak, mudah dicabut/ tidak
• Kelainan lain : terdapat benjolan/tidak, terdapat lekukan/tidak, dan terdapat
nyeri tekan/tidak
Pemeriksaan kepala
• Interpretasi :
• Ukuran kepala :
• Mikrosefal merupakan kelainan kongenital dimana menandakan adanya kelainan pada
pertumbuhan otak.
• Makrosefal biasanya terjadi pada anak dimana terdapat kelebihan cairan pada otak
(hidrosefalus)
• Rambut :
• Ditribusi tidak merata dan mudah dicabut sering atau disebut aloplesia areata ditemukan
pada pasien dengan infeksi berat dan pada penyakit endokrin seperti diabetes melitus.
Hal ini terjadi karena sistem imun yang menyerang folikel rambut sehingga mudah
tercabut.
Pemeriksaan kepala

• Interpretasi :
• Kelainan lain:
• Benjolan : benjolan pada kepala bisa menandakan adanya lipoma (tumor jaringan
adiposa), pilomatrixoma (tumor pada folikel rambut) atau karena cidera kepala.
• Lekukan biasanya terjadi karena ada cidera kepala yang menyebabkan fraktur pada
tengkorak kepala.
• Nyeri tekan biasa ditemukan pada pasien dengan cidera kepala..
Pemeriksaan Mata
Pemeriksaan Mata

• Meminta pasien melihat ke atas dan pemeriksa menarik kedua kelopak mata
bawah dengan kedua ibu jari.

• Inspeksi nodul, pembengkakan, warna sklera dan konjungtiva palpebra serta pola
vaskularisasi di sklera.

• Inspeksi sklera dan konjungtiva bulbar dengan cara menarik kelopak mata bawah
dengan ibu jari dan alis dengan jari telunjuk.
Hasil yang didapat

• Palpebra, terdapat ptosis atau lagoftalmus

• Konjungtiva tampak pucat/anemis atau hipermis

• Sklera, terdapat tanda-tanda ikterik atau tidak

• Pupil, menilai bentuk dan ukuranya yaitu isokor, miosis atau midriasis, serta
refleks pupil terhadap cahaya (langsung dan tidak langsung
• Lensa, menilai apakah terdapat tanda-tanda kekeruhan
Interprestasi

• Ptosis, keadaan di mana kelopok mata tampak jatuh yang terjadi akibat
kelumpuhan m. levator palpebra, otot yang dipersarafi oleh N.II (nervus optikus)
• Lagoftalmus, keadaan di mana kelopak mata sulit untuk menutup yang terjadi
akibat kelumpuhan N.VII (nervus fasialis)
• Konjungtiva pucat/anemis, biasanya ditemukan pada pasien yang mengalami
anemia
• Konjungtiva hiperemis, biasanya ditemukan bila terjadi peradangan
• Sklera ikterik, keadaan di mana sklera tampak kekuningan yang dapat dijumpai pada
pasien dengan hepatitis atau pasien yang mengalami gangguan metabolisme bilirubin
• Miosis, keadaan di mana pupil mengecil yang biasanya terjadi pada keadaan
intoksikasi morfin
• Midriasis, keadaan di mana pupil mengalami dilatasi yang biasanya dijumpai pada
pasien dengan Horner’s syndrome
• Refleks pupil, untuk menilai ada tidaknya paresis N.III (nervus okulomotorius)
• Lensa keruh, keadaan dimana lensa tampak keruh yang dapat dijumpai pada pasien
dengan katarak
Pemeriksaan wajah
Pemeriksaan wajah
• Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi dan palpasi
• Inspeki: bentuk wajah, kesimetrisan, warna kulit
• Palpasi: nyeri
• Hasil dan interpretasi:
o Bentuk wajah asimetris  parese N.VII
o Infiltrasi jaringan subkutan dahu, dahi, pipi, dan hidung  pasien
Morbus Hansen
o Nyeri tekan pada sinus maxilaris dan frontalis  sinusitis
Pemeriksaan telinga
Pemeriksaan telinga
• Cara pemeriksaan: Memperhatikan bentuk daun telinga, memeriksa
liang telinga (menggunakan penlight), membran timpani serta tulang
mastoid. Melakukan penekanan pada tragus.
• Hasil yang didapat:
• Bentuk telinga dan tanda-tanda kelainan : mikrotia dan makrotia, terdapat
tanda-tanda radang atau tofi.
• Nyeri tekan tragus dan mastoid o Liang telinga : terdapat sekret, serumen,
deskuamasi.
• Memberan timpani apakah ada robekan/ peforasi
Pemeriksaan telinga

• Interpretasi:
• Bentuk telinga dan tanda-tanda kelainan :
• Mikroatia merupakan kelainan kongenital pada daun telinga dimana daun telinga kecil
dari ukuran normalnya kadang disertai gangguan pen
• Makroatia merupakan kelainan kongenital yang disebabkan oleh penumpukan cairan
pada otak.
• Tanda peradangan atau tofi yang dihasilkan dari timbunan NaBiruat pada tulang rawan
telinga yang dapat dijumpai pada pasien gout
Pemeriksaan telinga

• Interpretasi:
• Bentuk telinga dan tanda-tanda kelainan :
• Nyeri tekan pada tragus mengindikasikan adanya otitis ekterna sedangkan nyeri tekan pada
mastoid mengindikasikan adanya mastoiditis.
• Pemeriksaan pada liang telinga jika didapatkan sekret berbau menandakan adanya otitis media.
Serumen pada telinga merupakan cairan normal namun jika berlebihan ini mungkin menandakan
adanya infeksi mengingat fungs serumen yaitu sebagai proteksi dari benda asing termasuk bakteri
• Perforasi membran timpani biasanya disebabkan karena adanya infeksi yaitu otitis media.
Pemeriksaan Hidung
Pemeriksaan hidung

• Cara pemeriksaan : Melakukan inspeksi dan palpasi dengan


penekanan di daerah sinus maksilaris, frontalis dan etmoidalis.

• Hasil yang didapat: apakah terdapat sekret, perdarahan, deviasi


septum dan nyeri tekan.
• Interpretasi:

- Devisai septum, keadaan di mana tidak terdapat septum nasal yang


membatasi cavum canalis, hal ini dapat diakibatkan oleh karena trauma
dan gangguan perkembangan.

- Nyeri tekan dapat ditemukan apabila terjadi peradangan akbibat infeksi


Pemeriksaan Leher
Pemeriksaan Leher

1. Pemeriksaan JVP
• Meminta pasien untuk tidur terlentang dengan bantal dengan sudut 30-45.
• Menekan vena dengan 1 jari disebelah atas klavikula.
• Menekan vena disebelah atas dekat mandibula dengan jari yang lain.
• Melepas tekanan disebelah bawah di atas clavicula.
• Menunjuk dimana vena terisi waktu inspirasi biasa.
• Membuat bidang datar melalui angulus ludovici sejajar lantai.
• Menghitung jarak antara puncak pengisian vena dengan bidang datar yang
melalui angulus ludovici.
Pemeriksaan Leher
2. Kelejar tiroid
• Mempersilahkan pasien duduk dan sedikit mengekstensikan kepala.
• Melakukan inspeksi dari depan pada daerah kelenjar tiroid dengan cara
menginstruksikan pasien melakukan gerakan menelan.
• Pemeriksa berdiri di belakang pasien.
• Melakukan palpasi pada kelenjar tiroid dengan menggunakan ujung jari dari
kedua tangan dengan cara menginstruksikan pasien melakukan gerakan
menelan dan merasakan kelenjar tiroid pada saat kelenjar tersebut bergerak.
• Apabila teraba pembesaran, pemeriksa berpindah ke depan pasien untuk
mengukur ukuran nodul, dengan menggunakan kaliper atau pita pengukur.
• Memeriksa adanya bruit pada kelenjar tiroid dengan menggunakan stetoskop
Pemeriksaan Leher
3. Kelenjar getah bening
• Mempersilahkan pasien duduk.
• Pemeriksa berdiri di depan pasien melakukan inspeksi.
• Pemeriksa berdiri di belakang/depan pasien yang duduk.
• Palpasi dengan jari dari depan atau belakang pasien pada daerah preauricular,
postauricular, oksipital, tonsilar, submandibular, submental, servikal
superfisial, servikal posterior, rantai servikal dalam, dan supraklavikular.
Pemeriksaan Leher
4. Arteri Karotis
• Meminta pasien berbaring terlentang dengan bantal, dengan sudut 30.
• Inspeksi daerah medial otot sternokleidomastoideus kanan.
• Palpasi arteri karotis menggunakan 2 jari (jari tengah dan jari telunjuk) pada
daerah 1/3 bawah sisi kanan leher.
• Auskultasi arteri karotis kanan.
• Inspeksi daerah medial otot sternokleidomastoideus kiri.
• Palpasi arteri karotis menggunakan 2 jari (jari tengah dan jari telunjuk) pada
daerah 1/3 bawah sisi kiri leher.
• Auskultasi arteri karotis kiri.
Hasil yang didapat
• Pemeriksaan JVP: menilai atrium kanan dan ventrikel kanan
• Kelenjar tiroid:
• simetrisitas kanan dan kiri, pembesaran, pulsasi, dan tanda peradangan.
• identifikasi thrill, ukuran, konsistensi, jumlah nodul, nyeri.
• Kelenjar getah bening: melihat ada tidaknya pembesaran kelenjar
getah bening yang tampak
• Arteri karotis: pada auskultasi, abnormal jika terdengar suara bruit
Interpretasi
1. Pemeriksaan JVP:
• > 3 cm dari titik nol  peningkatan pengisian jantung kanan
• > 4 cm dari titik nol  kegagalan ventrikel kanan, atau tekanan di atrium kiri meningkat
(kegagalan ventrikel kiri)
2. Kelenjar tiroid
• Pseudogoiter  akibat tumpukan lemak di anterior dan lateral leher
• Pembesaran kelenjar tiroid atau gondok
• Konsistensi teraba keras  gondok sederhana
• Konsistensi keras seperti karet  Hashimoto tiroiditis
• Keras dan seperti berbatu  karsinoma, kalsifikasi pada kista, fibrosis, atau tiroiditis Riedel.
• Nyeri tekan  ciri tiroiditis (subakut atau supuratif), pada kasus yang lebih jarang:
perdarahan kista, karsinoma
• Thrill yang sangat aktif  tirotoksikosis
• Bruit  peningkatan suplai darah yang biasa terjadi pada hipertiroidisme
Interpretasi
3. Kelenjar getah bening:
• Pembesaran  infeksi di mulut atau faring, atau keganasan orofaringeal, keganasan
lambung, kanker paru
• KGB teraba  tuberkulosis
4. Arteri karotis:
• bruit sistolik  oleh suara konduksi jantung, tirotoksikosis akibat peningkatan vaskulatisasi
kelenjar
• Bruit karotis halus  terkadang dapat terdengar pada pasien dengan regurgitasi mitral berat
atau stenosis pulmonal, stenosis arteri karotis
• Bruit yang terdengar dari fistula arteriovenosa  hemodialisis
Pemeriksaan Jantung
Pemeriksaan jantung
• Inspeksi habitus, bentuk dada, dan kelainan yang ditemukan. Inspeksi
letak iktus kordis dan menyebutkan dengan benar letak iktus kordis
(apabila terlihat)
• Palpasi Meletakkan sisi palmar jari-jari tangan atau seluruh telapak
tangan pada dinding toraks di lokasi apeks jantung. Jika iktus kordis
tidak dapat diidentifikasi dengan posisi supine, meminta pasien untuk
mengangkat lengan kiri pada posisi lateral dekubitus kiri. Palpasi
kembali dengan tekanan lembut. Pada palpasi iktus kordis, identifikasi
pula apakah ada thrill, heaving, lifting, atau tapping.
Pemeriksaan jantung
• Perkusi (menilai batas jantung) Dengan posisi supine, perkusi pada linea
aksilaris anterior kiri untuk mencari batas paru (sonor) dengan lambung
(timpani/redup). Pada posisi 2 jari di atas batas paru dengan lambung
dilakukan perkusi ke medial untuk menentukan batas kiri jantung (redup).
Perkusi pada linea parasternalis kiri ke bawah untuk menentukan pinggang
jantung (redup).
• Perkusi pada linea midklavikula kanan untuk mencari batas paru (sonor)
dengan hepar (redup). Pada posisi 2 jari di atas batas paru dengan hati
dilakukan perkusi ke medial untuk menentukan batas kanan jantung (redup)
Pemeriksaan jantung
• Melakukan pemeriksaan auskultasi sambil membandingkan dengan
meraba pulsasi arteri karotis. Auskultasi pada daerah sela iga 2 linea
parasternalis kanan untuk mendengarkan bunyi katup aorta. Auskultasi
pada daerah sela iga 2 linea parasternalis kiri untuk mendengarkan bunyi
katup pulmonal. Auskultasi pada daerah sela iga 4-5 linea parasternalis
kiri untuk mendengarkan bunyi katup trikuspid, dibandingkan waktu
inspirasi dan ekspirasi. Auskultasi pada daerah sela iga 4-5 linea
midclavicula kiri untuk mendengarkan bunyi katup mitral. Setelah
pemeriksaan selesai, meminta pasien untuk memakai pakaian kembali.
Pemeriksaan jantung

• Hasil yang didapat:


• Inspeksi: kelainan pada kulit sekitar dan tanda bekas operasi, iktus kordis
(denyutan pada apeks jantung) terlihat atau tidak.
• Palpasi : letak iktus kordis, ada tidaknya thrill, heaving, lifting atau tapping

• Perkusi: Batas jantung

• Auskultasi : bunyi jantung normal dan abnormal


Pemeriksaan jantung

• Interpretasi:
• Inspeksi
• Kelainan pada kulit sekitar jantung (kemeraha/kebiruan) biasanya menandakan adanya
cidera pada jantung seperti temponade jantung.
• Bekas operasi menandakan adanya riwayat penyakit jantung pada pasien.

• Iktus cordis menandakan posisi apeks jantung normalnya pada linea midclavicula sinistra
pada sela iga V.
Pemeriksaan jantung

• Interpretasi:
• Palpasi
• Thrill merupakan tanda adanya aliran turbulensi (murmur). Thrill sistolik bersamaan
dengan denyut apeks, thrill diastolik berlawanan dengan denyut apeks.
• Heaving merupakan denyut jantung yang sangat kuat yang menandakan adanya stenosis
aorta dan hipertensi.
• Lifting atau Tapping merupakan adanya aliran tinggi pada jantung menandakan adanya
stenosis mitral
Pemeriksaan jantung

• Interpretasi:
• Perkusi
• Batas jantung kanan normalnya  batas paru-hati normalnya pada sela iga V linea
midklavikula dexra. Batas pinggang jantung yaitu pada para linea parasternal sinistra.
• Batas jantung kiri normalnya terletak pada 2 jari medial dari line midklavikula sinistra.

• Batas jantung atas normalnya pada sela iga II linea parasternal sinistra
Pemeriksaan jantung

• Interpretasi:
• Auskultasi
• Bunyi jantung normal terdiri dari bunyi jantung 1 (S1) dan bunyi jantung 2 (S2)

• Bunyi jantung 1 : dihasilkan dari penutupan katup mitral dan trikuspid di awal sistol atau
terdengar paling keras pada apekx jantung. Bunyi ini terdengar lebih keras pada stenosis
mitral, curah jantung yang tinggi/ takikardi. Sedangkan terdengar lemah pada regurgitasi
mitral.
• Bunyi jantung 2 : dihasilkan dari penutupan katup aorta dan pulmonal
Pemeriksaan jantung

• Interpretasi:
• Auskultasi :
• Bunyi jantung 3 : bunyi ini muncul pada awal diastol yang mengikuti pembukaan katupp
mitral dan trikuspid di fase pengisian ventrikel dengan cepat. Bunyi dapat menandakan
adanya gagal jantung. Bunyi ini sering disebut ventrikural galop
• Bunyi jantung 4 : bunyi ini terdengar di akhir diastol dan bersamaan dengan kontraksi
atrium. Bunyi ini dapat menandakan adanya hipertrofi ventrikel atau iskemia
miokardium. Bunyi ini sering disebut atrial gallop.
Pemeriksaan jantung

• Interpretasi:
• Auskultasi :
• Murmur sistolik (terjadi pada fase sistolik) menandakan adanya stenosis aorta, stenosis
pulmonal, regrgtasi mitral, regurgitasi trikuspid, VSD, dan prolaps dari katup mitral.
• Murmur diastolik (terjadi pada fase diastolik) menandakan adanya regurgitasi aorta,
reurgitasi pulmonal, stenosis mitral atau trikuspid yang ringan.
• Murmur kontinu (terjadi sepanjang siklus jantung) menandakan adanya PDA (paten
duktus arteriosus).
Pameriksaan Paru
Inspeksi

a) Inspeksi toraks anterior

• Inspeksi bentuk toraks dengan menilai diameter anteroposterior dibandingkan diameter

sagital, serta besar sudut angulus costae.

• Mengidentifikasi ada tidaknya penyempitan dan pelebaran sela iga Inspeksi kelainan

lain (ada tidaknya bendungan vena, benjolan, ginekomastia, atay spider nevi).

• Menilai kesimetrisan hemitoraks kiri dan kanan. Menilai frekuensi napas dalam 1 menit.
b) Inspeksi toraks posterior
• Menilai tidaknya benjolan (tumor), kelainan bentuk tulang belakang atau
benjolan pada tulang belakang.
Palpasi
a) Palpasi toraks anterior
• Melakukan perabaan di seluruh toraks untuk menilai sela iga, ada tidaknya

emfisema subkutis, benjolan/tumor atau nyeri tekan.

• Melakukan pemeriksaan ekspansi toraks dengan meletakkan kedua telapak tangan

pada toraks kiri dan kanan dengan kedua ibu jari saling bertemu dan meminta

pasien inspirasi dalam.

• Melakukan pemeriksaan fremitus raba dengan meletakkan permukaan palmar

pangkal jari-jari atau sisi ulnar kedua tangan pada toraks anterior kiri dan kanan.
• Meminta pasien menyebutkan angka 77 atau 99 berulang-ulang, dan

merasakan dengan teliti getaran suara napas yang ditimbulkannya.

• Melakukan konfirmasi antara tangan kanan dan kiri pada setiap lokasi.

• Melakukan pemeriksaan fremitus secara sistematis dari atas ke

bawah.
b) Palpasi toraks posterior
• Melakukan perabaan di seluruh toraks posterior untuk menilai ada tidaknya
emfisema subkutis, benjolan/tumor atau nyeri tekan.

• Melakukan pemeriksaan ekspansi pada toraks posterior dengan meletakkan kedua


telapak tangan pada toraks belakang kiri dan kanan dengan kedua ibu jari saling
bertemu dan meminta pasien inspirasi dalam mulai dari bawah skapula.
•Melakukan pemeriksaan fremitus raba dengan meletakkan permukaan palmar
pangkal jari-jari atau sisi ulnar kedua tangan pada toraks posterior kiri dan
kanan.

• Meminta pasien menyebutkan angka 77 atau 99 berulang-ulang, dan


merasakan dengan teliti getaran suara napas yang ditimbulkannya.

•Melakukan langkah tersebut Kembali di daerah toraks posterior mulai dari


daerah interskapula ke bawah.

•Melakukan konfirmasi antara tangan kanan dan kiri pada setiap lokasi
Perkusi
a) Perkusi toraks anterior
• Melakukan perkusi seluruh toraks anterior dari apeks paru (daerah

supraklavikula) sampai bawah untuk menilai secara umum ada tidaknya kelainan.

• Melakukan perkusi secara umum pada seluruh lapang paru anterior dimulai dari

apeks (daerah supraklavikula) secara berurutan dari toraks kiri ke kanan dan ke

bawah (zig-zag) sampai ke batas toraks bawah dengan perut, serta dibandingkan

setiap langkah perkusi dari tiap-tiap sisi paru.


•Menentukan bunyi ketukan: sonor, hipersonor, redup, pekak, atau

timpani.

•Perkusi batas paru-hati:

-Perkusi pada linea midklavikula kanan secara berurutan dari atas

ke bawah hingga adanya perubahan dari sonor menjadi redup.

-Memeriksa peranjakan hati dengan meminta pasien untuk

menarik napas dalam lalu menahan napas sebentar.


- Dari batas paru-hati yang telah ditemukan saat menahan napas tersebut

perkusi kembali diteruskan hingga mendapat perubahan suara sonor menjadi

redup, untuk kemudian ditentukan berapa jari peranjakan hati yang didapatkan.

- Selanjutnya pasien diminta bernapas seperti biasa.

• Perkusi batas paru–lambung:


- Perkusi pada linea aksilaris anterior kiri secara berurutan dari atas ke bawah ke
arah kaudal hingga ada perubahan dari sonor menjadi timpani (lambung
kosong) atau redup (lambung terisi).
b) Perkusi toraks posterior

• Melakukan perkusi seluruh toraks posterior dari apeks paru (daerah atas skapula)
sampai kebawah (interskapula terus ke bawah skapula) untuk menilai ada tidaknya
kelainan.

• Membandingkan paru kiri dan kanan pada setiap lokasi pemeriksaan


• Perkusi batas toraks posterior:

- perkusi pada garis skapula kanan dan kiri untuk mencari batas toraks posterior
kanan dan kiri, dengan berpedoman kepada korpus vertebra mulai dari
vertebra prominens (C7).
• Perkusi batas toraks posterior kanan:

- Perkusi pada linea skapula kanan secara beraturan ke arah kaudal dengan
meletakkan jari pada arah tegak lurus terhadap gerak perkusi dengan gentle,
menentukan adanya perubahan dari sonor menjadi redup.

• Perkusi batas toraks posterior kiri:

- perkusi pada linea skapula kiri ke arah bawah dengan menentukan adanya
perubahan dari sonor menjadi redup (biasanya setinggi torakalis 10)
Auskultasi

a) Auskultasi toraks anterior

- Melakukan auskultasi secara sistematis dimulai dari apeks paru ke


bawah, kiri, dan kanan, dibandingkan setiap langkah, serta meminta
pasien untuk menarik napas dalam.

- Menentukan suara napas pokok: vesikuler, bronkovesikular, bronkial,


trakeal. Menentukan ada tidaknya suara napas tambahan: ronki basah,
ronki kering, bunyi gesekan pleura, wheezing.
- Melakukan pemeriksaan auditori fremitus yaitu menentukan bunyi hantaran suara
bila didapatkan suara napas bronkovesikuler atau bronkial. Meletakkan stetoskop
pada dinding toraks secara simetris dan pasien diminta mengucapkan angka 77 atau
99.
b) Auskultasi toraks posterior

- Melakukan auskultasi paru harus sistemati yaitu melakukan dari apeks


paru (daerah atas skapula), daerah interskapula terus ke bawah.

- Membandingkan paru kiri dan kanan pada setiap lokasi pemeriksaan


dengan ladder like pattern (bila perlu pasien diminta bernapas lebih
dalam).
Hasil yang didapat

• Inspeksi :

- penggunaan otot bantu napas pada perempuan (torako-abdomino)


dan laki-laki (abdomino-torakal)

- frekuensi pernapasan normal 14-20 kali per menit

- bentuk dada normal mempunyai diameter latero-lateral yang lebih


bbesar dibandingkan diamet anteroposterior
• Palpasi :

- fremitus normal, mengeras, atau melemah

• Perkusi :

- Bunyi sonor, hopersonor, redup, dan pekak

• Auskultasi :

- Suara napas vesikular, bronkovesikular, bronkial, dan trakeal

- Suara napas tambahan, yaitu ronki basah (halus dan kasar) dan wheezing
Interprestasi
• Inspeksi :

- Pemakaian otot bantu napas, dapat dijumpai pada pasien dengan tuberkulosis
paru dan PPOK

- Frekuensi napas < 14 kali per menit disebut bradipnea, ditemukan pada
ppasien dengan kelainan serebral atau pemakaian obat-obat narkotik.
Sedangkan, frekuensi napas > 20 kali per menit disebut takipnea, ditemukan
pada pasien ansietas, pneumonia, dan asidosis.
- Kelainan bentuk dada, seperti : dada paralitikum, di mana diameter sagital
pendek, sela iga sempit, dijumpai pada pasien malnutrisi. Dada emfisema, di
mana dada mengembung, diameter antero-posterior lebih besar dari diameter
latero-lateral
• Palpasi :
- Fremitus mengeras, terjadi akibat adanya infiltrat di parenkim paru, dapat
ditemukan pada tuberkulosis paru dan pneumonia

- Fremitus melemah, ditemukan pada atelektasis, empiema dan hidrotoraks


• Perkusi :

- Sonor, merupakan bunyi ketukan normal pada paru, di mana terdapat


udara yang cukup banyak dalam alveoli

- Hipersonor, keadaan di mana udara di dalam paru menjadi lebih banyak,


biasanya pada kondisi emfisiema dan pneumotoraks
- Redup, keadaan di mana terdapat bagian yang lebih padat di paru yang tidak
terisi udara, misalnya cairan arau infiltrat. Dijumpai pada efusi pleura, TV, dan
pneumotoraks
- Pekak, keadaan di mana udara terdapat jariangn yang tidak mengadung udara di
paru, dijumpai pada efusi pleura masif dan tumor paru
• Auskultasi :

- Vesikular, merupakan suara napas yang lembut di mana fase inspirasi langsung

diikuti dengan fase ekspirasi, dapat di dengar pada kedua lapang paru.

- Bronkovesikular, merupakan suara napas demham intensitas dan frekuensi yang

sedang di mana pada ekspirasi menjadi lebih panjang yang hampir sama dengan

fase inspirasi. Dapat di dengar pada dinding anterior setinggi sela iga 1 dan 2 serta

di daera interskapula.
- Bronkial, merupakan suara napas yang keras dengan frekuensi tinggi, dimana
saat ekspirasi menjadi lebih panjang dari fase inspirasi dan diantara fase
ekspirasi-fase inspirasi diselingi dnegan jeda. Dapat dengar pada daerah
manubrium stern
- iTrakeal, merupakan suara napas yang sangat keras dan kasar, dapat di dengar
pada daerah trakea
- Ronki basah (halus dan kasar), merupakan suara napas yang trputus-putus yang dapat di dengar saat
inspirasi, suara napas ini terjad akibat udara melewati cairan pada saluran napas. Ronki basah
halus ,merupakan suara napas yang terjadi akibat adanya cairan pada bronkiolus, dapat dijumpai pada
pasien pneumonia, edema paru.

- Wheezing, merupakan suara napas dengan frekuensi tinggi dan panjang, baiasanya terdenngar pada
pasien dengan asma
Pemeriksaan abdomen
Pemeriksaan abdomen
• Inspeksi: melihat bentuk abdomen, dinding perut, pergerakan peristaltik
abdomen dan pulsasi

• Hasil yang didapat: kesimetrisan, kelainan umbilikus, kelainan vena, kelainan


kulit, luka bekas operasi, striae alba

• Interpretasi
o Bentuk tidak simetris  tumor, abses, pelebaran lumen usus
o Abdomen membuncit  ileus paralitik, obstruksi usus, asites, kistoma
ovarium,
o Ulserasi kulit  apendiktomi, laparotomi, nefroktomi, kolesistokomi

o Striae alba  kehamilan, sindrom Cushing

o Pelebaran vena  hipertensi portal, kaput medusae


• Auskultasi : meletakkan stetoskop di sekitar umbilikus untuk mendengar
frekuensi bising usus (2 menit) dan mendengarkan bunyi lain

• Hasil yang didapat: suara peristaltik usus

• Interpretasi:
o Peristaltik usus meningkat  obstruksi usus
o Peristaltik usus menurun  paralisis (kelumpuhan usus) pasca operasi,
peritonitis
Palpasi abdomen
• Meminta pasien tidur terlentang
• Membagi abdomen menjadi 9
regio
• Palpasi umum: palpasi superfisial
pada seluruh regio abdomen
• Menentukan adanya nyeri tekan
dan massa superfisial
Palpasi hepar
• Meminta pasien tidur terlentang dan melipat kedua tungkai (30 – 450)
• Meminta pasien menarik nafas dalam dan melakukan penekanan
dinding perut menggunakan sisi palmar radial tangan kanan
• Palpasi hepar kanan dimulai pada regio iliaka kanan dengan sisi palmar
radial jari sejajar arcus costae kanan
• Palpasi dilakukan dengan menekan dinding abdomen ke arah dorsal saat
ekspirasi maksimal, kemudian awal inspirasi jari bergerak ke kranial
• Palpasi dilakukan ke arah arcus costae
• Palpasi lobus kiri dimulai dari umbilikus menuju arcus costae
Palpasi hepar
• Hasil yang didapat: nyeri tekan, organ hati teraba membesar
( keadaan tepi, konsistensi)
• Interpretasi
o Nyeri  abses hati, tumor hepar
o Keadaan tepi hepar  tajam pada hepatitis akut, tumpul pada tumor
hepar
o Konsistensi  keras pada tumor hepar
Palpasi limpa
• Meminta pasien terlentang dan melipat tungkai 30 – 45 0
• Meminta pasien menarik nafas dalam dan melakukan penekanan
dinding perut menggunakan sisi palmar radial tangan kanan
• Palpasi dimulai dari SIAS kanan melewati umbilikus menuju arcus
costae kiri
• Hasil yang didapat: limpa teraba membesar
• Interpretasi:
o limpa teraba kenyal  splenomegali karena hipertensi portal
o Limpa teraba keras  malaria
Palpasi titik McBurney
• Meminta pasien terlentang
• Menentukan titik McBurney 1/3
lateral dari garis yang
menghubungkan SIAS kanan dan
umbillikus
• Melakukan penekanan
• Hasil: terdapat nyeri tekan
• Interpretasi: appendisitis
Palpasi ginjal (ballotement)
• Meminta pasien terlentang
• Melakukan pemeriksaan bimanual
• Salah satu tangan diletakkan pada bagian punggung dan tangan
lainnya diletakkan di dinding abdomen
• Tangan yang dipunggung digerakkan keatas sementara tangan yang di
dinding abdomen menunggu dan merasakanpergerakan ginjal ke atas
• Hasil yang didadpatkan : ginjal teraba membesar
• Interpretasi:
Pemeriksaan shifting dullness
• Meminta pasien tidur terlentang
• Melakukan perkusi ke umbilikus kiri dankiri
• Menentukan batas perkusi dari timpani ke redup
• Tandai batas perubahan suara lalu diminta miring kontra lateral ke arah
gerakan perkusi
• Melakukan perkusi pada batas yang telah ditentukan
• Melakukan pada kedua sisi
• Hasil yang didapat: terdapat perubahan suara saat pasien berubah posisi
• Interpretasi: terdapat cairan dalam abdomen
Pemeriksaan Ekstremitas Atas
Sendi Bahu
• Sendi Bahu
• Inspeksi:
• lenggang tangan ketika berjalan
• warna dan kelainan kulit, tanda-tanda peradangan
• kontur otot
• kelainan bentuk tulang.
• Palpasi: Perabaan dan penekanan pada otot, sendi dan tulang daerah sendi
bahu.
Ruang Gerak Sendi Bahu
• Move: meminta pasien melakukan gerakan aktif yaitu adduksi,
abduksi, rotasi internal, rotasi eksternal, fleksi, dan ekstensi.
• Abduksi dan adduksi pasif:
• Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan meletakkan tangan pemeriksa di
bahu sisi berlawanan dan tangan lain pemeriksa menggerakkan lengan pasien
menjauhi sumbu tubuh (abduksi),
• kemudian pemeriksa menggerakkan lengan pasien menyilang ke depan dada
(adduksi).
Ruang Gerak Sendi Bahu
• Rotasi eksternal pasif:
• Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan memposisikan bahu pasien pada posisi
netral dengan siku ditekuk sampai 90o
• kemudian dilakukan rotasi eksternal sejauh mungkin pada posisi tersebut ATAU
dengan cara sendi bahu abduksi 90o dan sendi siku fleksi 90o
• kemudian dilakukan rotasi eksternal sejauh mungkin dan dinilai lingkup gerak sendi
• Rotasi internal pasif:
• Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan memposisikan bahu pasien pada posisi
netral dengan siku ditekuk sampai 90o
• kemudian dilakukan rotasi internal sejauh mungkin pada posisi tersebut atau
dengan cara sendi bahu abduksi 90o dan sendi siku fleksi 90o
• kemudian dilakukan rotasi internal sejauh mungkin dan dinilai lingkup gerak sendi
• Fleksi dan ekstensi pasif
• Pemeriksa berdiri di samping pasien dan memposisikan bahu pasien pada
posisi netral,
• kemudian dilakukan fleksi dan ekstensi sendi bahu sejauh mungkin
• kemudian menilai lingkup gerak fleksi.
• Uji Apley’s Scratch:
• Pasien diminta meraih punggung pada belikat sisi yang berlawanan dari arah
belakang,
• awalnya pasien diminta menyentuh bahu sisi berlawanan
• kemudian menyentuh punggung bagian belakang leher
• mencoba menggapai punggung sejauh mungkin
Sendi Siku
• Inspeksi:
• Inspeksi dalam keadaan ekstensi dan fleksi
• Memperhatikan warna dan kelainan kulit, tanda-tanda peradangan, kontur
otot, kelainan bentuk tulang dan massa atau benjolan.
• Palpasi:
• Perabaan dan penekanan otot biseps dan triseps daerah 1/3 distal humerus,
epikondilus lateralis dan medialis humeri, prosesus olekranon, dan sulkus
olekranon, ditentukan ada nyeri atau tidak.
• Ruang gerak sendi:
• gerakan fleksi–ekstensi, pronasi-supinasi
Pergelangan Tangan dan Tangan
• Inspeksi: warna dan kelainan kulit, kelainan sendi, kelainan tulang,
inspeksi kuku
• Palpasi: distal radius ulna, lekukan setiap tulang di pergelangan
tangan, delapan tulang karpal, sendi-sendi jari tangan
metacarpalphalangeal (MCP), proksimal interphalangeal (PIP), distal
inter phalang (DIP)
Ruang Gerak Sendi
• fleksi-ekstensi pergelangan tangan, deviasi ulnar-radial, fleksi-ekstensi
jari, abduksi-adduksi jari, oposisi ibu jari ke empat jari yang lain.
• Pemeriksaan carpal tunnel syndrome
• Uji tinel
• pemeriksa melakukan perkusi dengan ujung jari pemeriksa pada sisi volar
pergelangan tangan pasien yang terkena.
• Uji Phalen
• pasien diminta memfleksikan maksimal kedua sendi pergelangan tangan
dengan cara menekan sisi dorsal kedua tangan sampai sendi pergelangan
tangan mengalami fleksi maksimal dan ditahan selama 60 detik.
Hasil yang didapat
• Inspeksi: tanda-tanda peradangan, kontur otot (tenar, hipotenar dan
interoseus), nodus heberden, nodus bouchard, boutonniere
deformity, swan neck deformity, ulnar deviasi. kuku psoriatic,
onikolisis, hiperkeratosis.
• Ruang gerak sendi: untuk menilai adanya kelainan gerak sendi
Interpretasi
Inspeksi:
• Clubbing finger:
• karena penyakit jantung bawaan sianotik, endokarditis, karsinoma paru,
supurasi paru kronis (bronkiektasis, abses paru, empiema), fibrosis paru
idiopatik
• Penyebab cukup jarang terjadi: kista fibrosis, asbestosis, mesothelioma pleura
(tipe fibrosa jinak) atau fibroma pleura
• dapat disebabkan oleh sirosis (terutama sirosis bilier), inflammatory bowel
disease dan tirotoksikosis
• clubbing finger yang terjadi unilateral  aneurisma arteriovenosa bronkial
atau aneurisma arteri aksilaris.
• Kelainan warna kuku: kuku distal berwarna coklat atau merah, kuku
bagian proksimal berwarna merah muda atau putih, dapat terlihat
pada pasien CKD.
• Garis Muehrcke (garis putih melintang di kuku): dapat terjadi pada
keadaan hipoalbuminemia, termasuk sirosis.
• Eritema palmaris
• ciri dari penyakit hati kronis
• dapat terjadi pada tirotoksikosis, artritis reumatoid, polisitemia, cukup jarang:
penyakit demam kronis atau leukemia kronis.
• Eritema: inflamasi, infeksi artritis
• Palmar pucat:
• Pasien anemia, pasien dengan CKD, termasuk gizi buruk (terutama defisiensi
folat), kehilangan darah, defisiensi eritropoietin, hemolisis, depresi sumsum
tulang dan keadaan penyakit kronis.
• Palpasi:
• Atrofi otot: akibat manifestasi akhir malnutrisi pada pasien alkoholik
• Carpal tunnel syndrome: dapat terjadi akibat reumatoid artritis,
hipotiroidisme, akromegali, kehamilan, gout, obesitas, amiloidosis,
diabetes melitus, idiopatik.
Pemeriksaan Ekstremitas Bawah
Sendi Panggul
• Inspeksi: dalam kondisi berjalan dan diam meliputi lenggang tungkai
ketika berjalan, simetrisitas panggul, memperhatikan pada 2 fase
jalan: Stance and Swing
• warna dan kelainan kulit, tanda-tanda peradangan, kontur otot, dan kelainan
bentuk tulang.
• Palpasi
• pasien tidur terlentang dan melakukan palpasi meliputi perabaan dan
penekanan: sendi, tulang dan otot daerah sendi panggul
• Melakukan perabaan arteri femoralis daerah inguinal.
Ruang Gerak Sendi Panggul
• Fleksi diperiksa dengan menekuk lutut pasien dan menggerakkan
paha ke arah dada
• melakukan gerakan ekstensi-abduksi-aduksi-rotasi internal-rotasi
eksternal secara aktif
• Pemeriksa menjaga agar panggul tetap berada di tempat tidur dengan
menahan kaki yang lain agar tidak ikut terangkat.
Sendi Lutut
• Inspeksi: warna dan kelainan kulit, tanda-tanda peradangan, kontur
otot , dan kelainan bentuk tulang.
• Palpasi: perabaan dan penekanan kelompok otot kuadriseps,
kelompok otot hamstrings daerah 1/3 distal femur, tulang patella, dan
tuberositas tibia.
Ruang gerak sendi
• fleksi-ekstensi sendi lutut, untuk menilai ada atau tidaknya krepitasi
sendi lutut dengan cara memegang sendi lutut pasien saat pasien
melakukan gerak aktif fleksi-ekstensi
Pergelangan Kaki dan Kaki
• Inspeksi: warna dan kelainan kulit, tanda-tanda peradangan, kontur
otot dan kelainan bentuk tulang.
• Palpasi: Melakukan perabaan dan penekanan pada otot dan tulang
pergelangan kaki dan kaki, sendi metatarso falangeal
• Ruang gerak sendi: dorsofleksi-plantarfleksi, eversi-inversi.
Hasil yang didapat
• Inspeksi: pembengkakan, scar, deformitas, penurunan massa otot,
merah, deformitas
• Ruang gerak sendi: ada tidaknya krepitasi.
Interpretasi
• Inspeksi:
• Pergelangan kaki bengkak:
• gagal jantung (ada banyak penyebab yang lebih umum)
• edema akibat peradangan  nyeri atau merah
• Edema akibat gagal jantung  simetris dan memburuk pada malam hari
• Yellow nail syndrome:
• kondisi langka yang disebabkan oleh hipoplasia sistem limfatik
• Penyebab mungkin terkait dengan efusi pleura dan bronkiektasis, limfedema kaki.
• Pitting edema tungkai bawah, dapat disebabkan oleh:
• Jantung: gagal jantung kongestif, perikarditis konstriktif
• Pernapasan: edema atau sianosis, kemungkinan dapat disebabkan oleh kor
pulmonal atau trombosis vena dalam.
• Hepatik: sirosis menyebabkan hipoalbuminemia
• Ginjal: sindrom nefrotik menyebabkan hipoalbuminemia
• Traktus gastrointestinal: malabsorpsi, kelaparan, protein-losing enteropathy
menyebabkan hipoalbuminemia
• Obat-obatan: antagonis kalsium
• Pitting edema ekstremitas bawah unilateral
• Trombosis vena dalam
• Kompresi pembuluh darah besar oleh tumor atau kelenjar getah bening
• Edema tungkai bawah non-pitting
• Limfedema hipotiroidisme:
• Infeksi (misalnya filariasis)
• Keganasan (invasi tumor ke limfatik)
• Kongenital (terhentinya perkembangan limfatik)
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai