com/doc/66500120/MAKALAH-HIPERTIROID
SISTEM ENDOKRIN I
HIPERTIROID
oleh:
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2011
A. KASUS 2
Ny. UJ umur 33 tahun dating ke Poli Endokrin tanggal 15 Nov 2009. Pasien kontrol rutin
Poli Endokrin sejak satu tahun yang lalu (dirujuk dari Poli Penyakit Dalam). Keluhan saat
awal terdapat pembesaran leher sejak 2 bulan terakhir, keluhan lain: keringat banyak (+),
gemetar (+), berdebar-debar (+). Selama kontrol di poli endokrin mendapat terapi PTU 3x200
kemudian diturunkan sampai terakhir 2x50 mg, saat ini kadang masih ada gemetar/keringat
banyak (+).
TB: 161 cm, BB:60 kg, Kes CM, TD: 110/80 mmHg, N: 100 x/mnt, RR: 20 x/mnt, suhu
afebris
USG Tiroid
Kesan: Struma difusa bilateral dengan nodul multiple di lobus kanan sugestif lesi
benigna.
Scanning Tiroid
Kesan:
STEP I
Jawaban:
1. Suatu gambaran.
2. Penurunan suhu tubuh, merupakan fase kritis seperti pada DBD, dari suhu tinggi
menjadi suhu normal, suhu afebris = suhu normal.
3. Lingkar kepala, normal: 33,3 cm.
4. Struma atau nodul yang bercabang dua.
5. PTU: Propiltiourasil, obat antitiroid, fungsi menghambat hormon tiroid.
6. Pembesaran kelenjar tiroid.
7. Mata menonjol ke depan, tanda-tanda penyakit hipertiroid, adanya jaringan ikat di
daerah orbital.
8. Penyakit autoimun yang berikatan dengan TSH, proses autoantibodi, yang seharusnya
TSH menjadi TSH imunoglobin G yang menghambat kerja TSH, paling sering
menyebabkan hipertiroid, grave’s disease = penyakit gondok.
9. Suatu gambaran pada USG yang berwarna putih.
10. Pemeriksaan seperti kultur di kelenjar tiroid untuk melihat kelainan pertumbuhan
jaringan.
11. Pemeriksaan diagnostik yang mmeriksa aliran vaskuler.
12. Diduga ada pembesaran tiroid.
13. Lesi banyak dan beragam, lesinya kecil.
14. Menyebar, melebar.
15. Kesan jinak dengan lesi terkesan seperti tumor jinak .
16. Dbn singkatan dari dalam batas normal.
17. Nodul yang banyak, beranekaragam.
18. Ultra sonografi tiroid untuk melihat pembesaran tiroid.
19. Suatu gambaran pada USG yang berwarna abu-abu.
20. Vaskuler yang di dalam tiroid.
21. Pengeluaran hormone tiroid.
STEP II
1. Penyebab gemetar, berkeringat banyak?
2. Ukuran lingkar lehernya normal atau tidak, normalnya berapa?
3. Mengapa suhu afebris tetapi masih gemetar?
4. Ukuran normal tiroid berapa?
5. Maksud dari ukurannya?
6. Kenapa tampak nodul hipoechoik berbatas tegas?
7. Apa penyebab fungsi uptake tinggi?
8. Pada Doppler terdapat vaskuler pada tepi lesi, maksudnya?
9. Adakah terapi lain selain PTU dan kebutuhan nutrisi?
10. Penyebab lesi heterogen baik hipo maupun hiperechoik?
11. Mengapa aliran vaskuler intratiroid meningkat?
12. Kebiasaan sehari-hari berhubungan atau tidak, pencegahannya?
13. Gejala apa yang ditimbulkan sehingga terapinya diturunkan?
14. Penyebab nodul hipoechoik?
15. Bagaimana proses aktivasi hormone tiroid sebelum penyakit?
16. Hubungan hipertiroid dengan eksoftalmus?
17. Efek hipertiroid ke system lain?
18. Efek ke pencernaan? Adakah gangguan menelan?
19. Haruskah dirawat di RS, pendidikan kesehatan?
20. Beda nodul dengan lesi apa?
21. Mengapa bisa terkesan lesi benigna?
22. Mengapa masih ada gemetar dan keringat banyak padahal sudah diberi terapi?
23. Kenapa aspect hipertiroidnya berdasarkan grave’s disease?
24. Kenapa tekanan darah normal tetapi berdebar-debar?
25. Mitos blao (pembiru untuk mencuci)? Apa kandungannya? Dan benar atau tidak
mitos tersebut?
26. Pada klien ini ada gangguan nyeri atau tidak?
27. Kenapa di USG sebelah kiri tidak bernodul, dan yang kanan bernodul, apa beda
kelainannya?
28. Genetik? Prognosis?
29. Epidemiologi? Anak/dewasa?
30. Perjalanan penyakit?
STEP III
Autoantibodi
TSH menurun
TSI terangsang
Penumpukan
TH dikelenjar Nodul dan lesi
tiroid
Menekan
Hipertiroid Eksofltalmus
orbital
H2O HR meningkat
Suhu afebris
meningkat
Palpitasi
Tremor
Diaforesis
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI TIROID
Hormon tiroid unik karena mengandung 59-65% unsur iodin. Struktur dari hormon
ini, T4 dan T3, diperlihatkan dalam Gambar 1. Tironin yang diiodinisasi diturunkan dari
iodinisasi cincin fenolik dari residu tirosin dalam tiroglobulin membentuk mono- dan
diiodotirosin, yang digabungkan membentuk T3 atau T4.
Metabolisme Iodin
Iodin memasuki tubuh dalam makanan atau air dalam bentuk ion iodida atau iodat,
dalam lambung ion iodat diubah menjadi iodida. Dalam perjalanan 100 tahun, iodin telah
larut dari tanah dan terkuras ke dalam lautan, sehingga di daerah pegunungan dan
pedalaman pasokan iodin kemungkinan sangat terbatas, sementara unsur ini melimpah di
daerah-daerah pantai. Kelenjar tiroid memekatkan dan menjebak iodida dan mensintesa
serta menyimpan hormon tiroid dalam tiroglobulin, yang mengkompensasi kelangkaan
dari iodin. Anjuran asupan iodin adalah 150 g/hari; jika asupan di bawah 50 g/hari, maka
kelenjar ini tidak mampu untuk mempertahankan sekresi hormon yang adekuat, dan
akibatnya timbul hipertrofi tiroid (goiter) dan hipotiroidisme.
Dalam kelenjar tiroid, terdapat transpor aktif dari I serum melintasi membrana
basalis sel tiroid . Tiroid mengambil sekitar 115 µg I per 24 jam; sekitar 75 µg I digunakan
untuk sintesis hormon dan disimpan dalam tiroglobulin; sisanya kembali ke dalam pool
cairan ekstraselular. Pool tiroid dari iodin organik sangat besar, mencapai rata-rata 8-10
mg; dan merupakan suatu cadangan hormon dan tirosin teriodinisasi yang melindungi
organisme terhadap periode kekurangan iodin. Dari pool cadangan ini, sekitar 75 µg iodida
hormonal dilepaskan ke dalam sirkulasi setiap harinya. Iodida hormonal ini sebagian besar
berikatan dengan protein pengikat-tiroksin serum, membentuk suatu pool sirkulasi dari
sekitar 600 µg I hormonal (sebagai T3 dan T4). Dari pool ini, sekitar 75 µg I sebagai T3
dan T4 diambil dan dimetabolisir oleh jaringan. Sekitar 60 µg I dikembalikan ke pool
iodida dan sekitar 15 µg I hormonal dikonjugasi dengan gulkoronida atau sulfat dalam hait
dan diekskresikan ke dalam feses. Karena sebagian besar dari iodida makanan
diekskresikan ke dalam urin, iodide urin 24 jam merupakan indeks yang baik sekali dari
asupan melalui makanan. Ambilan iodin radioakif 24 jam (RAIU) oleh kelenjar tiroid
berbanding terbalik dengan ukuran dari pool iodida anorganik dan berbanding langsung
dengan aktivitas tiroid.
Sintesis dari T4 dan T3 oleh kelenjar tiroid melibatkan enam langkah utama: (1)
transpor aktif dari I melintasi membrana basalis ke dalam sel tiroid (trapping 4 of iodide);
(2) oksidasi dari iodida dan iodinasi dari residu tirosil dalam tiroglobulin; (3)
penggabungan molekul iodotirosin dalam toirglobulin membentuk T3 dan T4; (4)
proteolisis dari tiroglobulin, dengan pelepasan dari iodotirosin dan iodotironin bebas; (5)
deiodinasi dari iodotirosin di dalam sel tiroid, dengan konservasi dan penggunaan dari
iodida yang dibebaskan, dan (6) di bawah lingkungan tertentu, deiodinisasi-5' dari T4
menjadi T3 intratiroidal.
Sintesis hormon tiroid melibatkan suatu glikoprotein unik, tiroglobulin, dan suatu
enzim esensial, peroksidase tiroid (TPO).
1. Tiroglobulin
I ditranspor melintasi membrana basalis dari sel tiroid oleh suatu proses yang
memerlukan energi aktif yang tergantung pada ATPase Na+-K+ . Sistem transpor aktif ini
memungkinkan kelenjar tiroid manusia untuk mempertahankan suatu konsentrasi iodida
bebas 30-40 kali dibandingkan plasma. Jebakan tiroiodida dirangsang jelas oleh TSH dan
oleh antibod I perangsang reseptor TSH (TSH-R ab [stim]) ditemukan pada penyakit
Graves. Jebakan ini dapat dijenuhkan dengan sejumlah besar I dan diinhibisi oleh ionion
seperti CIO4-, SCN , N03-, dan TcO4-. Beberapa dari ion ini mempunyai manfaat klinik.
Kalium perklorat secara klinik telah digunakan dengan 123I untuk memperlihatkan cacat
organifikasi dalam kelenjar tiroid; zat ini akan menggeser dan memungkinkan perabasan
(discharge) dari I nonorganifikasi dari jebakan iodida .
Enzim lisosomal disintesis oleh retikulum endoplasmik kasar dan dikemas oleh
aparatus Golgi ke dalam lisosom. Struktur-struktur ini, dikelilingi oleh membran,
mempunyai suatu interior yang bersifat asam dan diisi dengan enzim proteolitik, termasuk
protease, endopeptidase, hidrolisa glikosida, fosfatase, dan enzim-enzim lain. Pada
interaksi sel koloid, koloid ditelan ke dalam suatu vesikel koloid oleh suatu proses
makropinositosis atau mikropinositosis dan diabsorbsi ke dalam sel tiroid. Kemudian
lisosoma berfusi dengan vesikel koloid; dan terjadi hidrolisis dari tiroglobulin, melepaskan
T4, T3, DIT, MIT, fragmen peptida, dan asam amino.
T3 dan T4 dilepaskan ke dalam sirkulasi, semenfara DIT dan MIT dideiodinisasi dan I
dilestarikan. Tiroglobulin dengan kandungan iodin yang rendah dihidrolisa dengan lebih
cepat ketimbang tiroglobulin dengan kandungan iodin yang tinggi, yang kemungkinan
bermanfaat dalam daerah geografik di mana asupan iodin natural rendah. Mekanisme
transpor T3 dan T4 melalui sel tiroid tidak diketahui, tetapi dapat melibatkan suatu karier
hormon spesifik. Sekresi hormon tiroid distimulasi oleh TSH, yang mengaktivasi adenilil
siklase, dan oleh analog cAMP (Bu)2cAMP, menunjukkan zat ini dependen-cAMP.
Proteolisis tiroglobulin diinhibisi oleh kelebihan iodida dan oleh litium, yang, seperti
litium karbonat, digunakan untuk terapi keadaan manik-depresif. Sejumlah kecil
tiroglobulin yang tak terhidrolisa juga dilepaskan dari sel tiroid; hal ini meningkat dengan
nyata pada situasi tertentu seperti tiroiditis subakut, hipertiroidisme, atau goiter akibat-
TSH . Tiroglobulin dapat juga disintesis dan dilepaskan oleh keganasan tiroid tertentu
seperti kanker tiroid papilaris atau folikular dan dapat bermanfaat sebagai suatu marker
untuk penyakit metastatik.
Pertumbuhan dan fungsi dari kelenjar tiroid paling sedikit dikendalikan empat
mekanisme :
(2) deiodininase hipofisis dan perifer, yang memodifikasi efek dari T4 dan T3
(3) autoregulasi dari sintesis hormon oleh kelenjar tiroid sendiri dalam hubungannya
dengan suplai iodinnya
(4) stimulasi atau inhibisi dari fungsi tiroid oleh autoantibodi reseptor TSH (1,2).
Thyrotropin-Releasing Hormone
Pada kelenjar hipofisis anterior, TRH berikatan dengan reseptor membran spesifik pada
tirotrop dan sel pensekresi-prolaktin, merangsang sintesis dan pelepasan TSH maupun
prolaktin. Hormon tiroid menyebabkan suatu pengosongan lambat dari reseptor TRH
hipofisis, mengurangi respons TRH; estrogen meningkatkan reseptor TRH, meningkatkan
kepekaan hipofisis terhadap TRH.
- Katekolamin adrenergik-alfa
- Vasopresin arginin
- Tumor hipotalamus
Perangsangan : - TRH
- Somatostatin
- Glukokortikoid
- Penyakit-penyakit kronis
- Tumor hipofisis
Perangsangan : - TSH
- Kelebihan iodida
- Terapi litium
Hormon dan obat-obatan tertentu dapat mengubah sintesis dan pelepasan TRH.
Sekresi TRH distimulasi oleh penurunan T4 atau T3 serum (dengan penurunan T3
intraneuronal), oleh agonis adrenergik-alfa, dan oleh arginin vasopresin. Sebaliknya,
sekresi TRH diinhibisi oleh peningkatan T4 dan T3 serum (dengan T3 intraneuronal yang
meningkat) dan blokade alfa-adrenergik .
TRH yang diberikan secara intravena pada manusia dengan dosis bolus 200-500 µg
menimbulkan suatu peningkatan yang cepat dari TSH serum, mencapai puncak pada
sekitar 30 menit dan bertahan selama 2-3 jam. Respons yang khas terhadap TRH dalam
berbagai keadaan klinik diberikan dalam Gambar 4-24 dan 4-25. Perhatikan respons yang
diperbesar dari TSH hipofisis menjadi TRH pada pasien dengan hipotiroidisme primer dan
respons yang tersupresi pada pasien dengan hipertiroidisme, goiter noduler dengan nodul
yang berfungsi secara otonom, TRH dan metabolit dipeptida siklo (His Pro) juga
ditemukan dalam sel pulau Langerhans pankreas, tetapi fungsinya di sini belum diketahui.
Tirotropin
Glikosilasi terjadi dalam retikulum endoplasma kasar dan Golgi dari tirotrop, di
mana residu glukosa, manosa, dan fukosa dan sulfat terminal atau residu asam sialik
dihubungkan dengan inti apoprotein. Fungsi dari residu karbohidrat ini tidak seluruhnya
jelas, tetapi ada kemungkinan bahwa mereka meningkatkan aktivitas biolgik TSH dan
memodifikasi kecepatan bersihan metaboliknya. Contohnya, TSH deglikosilasi akan
berikatan dengan reseptornya, tetapi aktivitas biologiknya menurun secara nyata dan
kecepaatn bersihan metaboliknya meningkat dengan nyata.
TSH mempunyai banyak aksi pada sel tiroid. Sebagian besar dari aksinya
diperantarai melalui sistem G protein-adenilil siklase-cAMP, tetapi aktivasi dari sistem
fosfatidilinositol (PIP2) dengan peningkatan dair kalsium intraselular dapat juga terlibat).
Aksi utama dari TSH termasuk yang berikut ini :
2. Pertumbuhan Sel :
3. Metabolisme Iodin :
6. TSH mempunyai banyak efek lain terhadap kelenjar tiroid, termasuk stimulasi dari
ambilan glukosa, konsumsi oksigen, produksi CO2, dan suatu peningkatan dari
oksidase glukosa via lintasan heksosemonofosfat dan siklus Krebs. Terdapat suatu
percepatan penggantian fosfolipid dan perangsangan sintesis prekursor purin dan
pirimidin, dengan peningkatan sintesis DNA dan RNA.
TSH Serum
Secara normal, hanya subunit α dan TSH utuh ditemukan dalam serum. Kadar dari subunit
α adalah sekitar 0,5-2,0 µg/L; terjadi peningkatan pada wanita pascamenopause dan pada
pasien dengan TSH-secreting pituitari tumor . Kadar serum dari TSH adalah sekitar 0,5-5
mU/L; meningkat pada hipotiroidisme dan menurun pada hipertiroidisme, baik karena
endogen ataupun akibat asupan hormon tiroid per oral yang berlebihan. Waktu-paruh TSH
plasma adalah sekitar 30 menit, dan kecepatan produksi harian adalah sekitar 40-150
mU/hari.
Dua faktor utama yang mengendalikan sintesis dan pelepasan TSH adalah kadar T3
intratirotrop, yang mengontrol mRNA untuk sintesis dan pelepasan TS, dan TRH, yang
mengendalikan glikosilasi, aktivasi, dan pelepasan TSH . Sintesis dan pelepasan dihambat
oleh kadar serum T4 dan T3 yang tinggi (hipertiroidisme) dan dirangsang oleh kadar
hormon tiroid rendah (hipotiroidisme). Di samping itu, hormon-hormon dan obat-obatan
tertentu menghambat sekresi TSH. Dalam hal ini termasuk somatostatin, dopamin, agonis
dopamin seperti bromokriptin, dan glukokortikoid. Penyakit akut dan kronik dapat
menyebabkan penghambatan dari sekresi TSH selama penyakit aktif, dan kemungkinan
terdapat peningkatan balik dari TSH pada saat pasien pulih. Besarnya efek ini bervariasi;
dengan demikian, obat-obatan yang disebutkan di atas mensupresi TSH serum, tetapi
biasanya akan dapat dideteksi. Sebaliknya, hipertiroidisme akan menghentikan sekresi
TSH sama sekali. Pengamatan ini secara klinik penting dalam menginterpretasi kadar TSH
serum pada pasien yang mendapatkan terapi ini. Lesi atau tumor destruktif dari
hipotalamus atau hipofisis anterior dapat mengganggu sekresi TRH dan TSH dengan
destruksi dari sel-sel sekretori. Hal ini akan menimbulkan "hipotiroidisme sekunder"
akibat destruksi tirotrop hipofisis atau "hipotiroidisme tersier" akibat destruksi dari TRH-
secreting neuron. Diagnosis banding dari lesi ini dibahas di bawah .
Hormon tiroid, T3 dan T4, beredar dalam plasma sebagian besar terikat pada protein
tetapi dalam keseimbangan dengan hormon bebas. Hormon bebaslah yang diangkut
melalui difusi pasif ataupun karier spesifik melalui membran sel, melalui sitoplasma sel,
untuk berikatan dengan suatu reseptor pesifik pada inti sel. Di dalam sel, T4 diubah
menjadi T3 melalui deiodinase-5', menunjukkan bahwa T4 merupakan suatu prohormon
dan T3 adalah bentuk hormon aktif. Reseptor inti untuk T3 telah dimurnikan. Merupakan
salah satu dari "keluarga" reseptor, kesemuanya sama dengan reseptor untuk retrovirus
yang menyebabkan eritroblastosis pada anak ayam, v-erb A, dan terhadap reseptor inti
untuk glukokortikoid, mineralokortikoid, estrogen, progestin, vitamin D3, dan asam
retinoat.
Reseptor hormon tiroid manusia (hTR) terdapat dalam paling tidak tiga bentuk : hTR-
α 1 dan 2 dan hTR-β1. hTR-α mengandung 410 asam amino, mempunyai berat molekul
sekitar 47.000, dan gennya terletak pada kromosom 17. hTR-β mengandung 456 asam
amino, dengan berat molekul sekitar 52.000, dan gennya terdapat pada kromosom 3.
Setiap reseptor mengandung tiga daerah spesifik: suatu daerah amino terminal yang
meningkatkan aktivitas reseptor; suatu daerah pengikat-DNA sentral dengan dua "jari-jari"
sistein-seng; dan suatu daerah pengikat hormon terminal karboksil. Ada kemungkinan
bahwa hTR-βl dan hTR-α1 merupakan bentuk reseptor yang aktif secara biologik; hTR-α2
tidak mempunyai kemampuan mengikat hormon, tetapi berikatan dengan unsur respons
hormon tiroid (TRE) pada DNA dan dengan demikian dapat bertindak pada beberapa
kasus untuk menghambat aktivitas dari T3 .
Reseptor hormon tiroid berikatan dengan tempat TRE spesifik pada DNA tanpa
adanya T3 tidak seperti kasus dengan reseptor hormon steroid. TRE terletak dekat, dengan
promotor di mana transkripsi dari gen hormon tiroid spesifik yang responsif diawali. T3
yang berikatan dengan reseptor menimbulkan stimulasi, atau pada beberapa kasus inhibisi,
dari transkripsi gen-gen ini dengan akibat timbulnya perubahan dari tingkat transkripsi
mRNA dari mereka. Perubahan dalam tingkatan mRNA ini mengubah tingkatan dari
produk protein dari gen ini. Proetin ini kemudian memperantarai respons hormon tiroid.
Reseptor ini sering berfungsi sebagai heterodimer dengan faktor transkripsi lain seperti
reseptor retinoat X dan reseptor asam retinoat.
Sistem TSH tiroid dan hipofisis anterior mulai berfungsi pada janin manusia sekitar
11 minggu. Sebelum saat ini, tiroid janin tidak mengkonsentrasikan I. Karena kandungan
plasenta yang tinggi dari deiodinase-5 tipe 3, sebagian besar T3 dan T4 maternal
diinaktivasi dalam plasenta, dan sangat sedikit sekali hormon bebas mencapai sirkulasi
janin. Dengan demikian, janin sebagian besar tergantung pada sekresi tiroidnya sendiri.
Walaupun sejumlah pertumbuhan janin terjadi tanpa adanya sekresi hormon tiroid janin,
perkembangan otak dan pematangan skeletal jelas terganggu, menimbulkan kretinisme
(retardasi mental dan dwarfisme/cebol).
4. Efek pada Konsumsi Oksigen, Produksi panas, dan Pembentukan Radikal Bebas
5. Efek Kardiovaskular
T3 merangsang transkripsi dari rantai berat α miosin dan menghambat rantai berat β
miosin, memperbaiki kontraktilitas otot jantung. T3 juga meningkatkan transkripsi dari
Ca2+ ATPase dalam retikulum sarkoplasmik, meningkatkan kontraksi diastolik jantung;
mengubah isoform dari gen Na+ -K+ ATPase gen; dan meningkatkan reseptor adrenergik-
beta dan konsentrasi protein G. Dengan demikian, hormon tiroid mempunyai efek
inotropik dan kronotropik yang nyata terhadap jantung. Hal ini merupakan penyebab dari
keluaran jantung dan peningkatan nadi yang nyata pada hipertiroidisme dan kebalikannya
pada hipotiroidisme.
6. Efek Simpatik
7. Efek Pulmonar
Hormon tiroid mempertahankan dorongan hipoksia dan hiperkapne normal pada pusat
pernapasan. Pada hipotiroidisme berat, terjadi hipoventilasi, kadangkadang memerlukan
ventilasi bantuan.
8. Efek Hematopoetik
9. Efek Gastrointestinal
Hormon tiroid meningkatkan pergantian metabolik dari banyak hormon dan obat-
obatan farmakologik. Contohnya, waktu-paruh dari kortisol adalah sekitar 100 menit pada
orang normal, sekitar 50 menit pada pasien hipertiroid, sekitar 150 menit pada pasien
hipotiroid. Kecepatan produksi kortisol akan meningkat pada pasien hipertiroid; dengan
fungsi adrenal normal sehingga mempertahankan suatu kadar hormon sirkulasi yang
normal. Namun, pada seorang pasien dengan insufisiensi adrenal, timbulnya
hipertiroidisme atau terapi hormon tiroid dari hipotiroidisme dapat mengungkapkan
adanya penyakit adrenal.
C. KONSEP PENYAKIT
1. DEFINISI
3. FAKTOR RESIKO
Kelainan hipertiroid sangat menonjol pada wanita, Hipertiroid menyerang wanita
lima kali lebih sering dibandingkan laki laki. Insidensinya akan memuncak dalam
decade usia ketiga serta keempat.(Schimke, 1992).
4. KLASIFIKASI
Pada kondisi ini biasanya ditandai dengan kelenjar tiroid membesar dan tidak
disertai dengan rasa nyeri. Penyebabnya pasti belum diketahui. Tetapi umumnya
timbul seiring dengan bertambahnya usia.
c. Subacute Thyroiditis
Ditandai dengan rasa nyeri, pembesaran kelenjar tiroid dan inflamasi, dan
mengakibatkan produksi hormon tiroid dalam jumlah besar ke dalam darah.
Umumnya gejala menghilang setelah beberapa bulan, tetapi bisa timbul lagi pada
beberapa orang.
d. Postpartum Thyroiditis
Timbul pada 5 – 10% wanita pada 3 – 6 bulan pertama setelah melahirkan dan
terjadi selama 1 -2 bulan. Umumnya kelenjar akan kembali normal secara perlahan-
lahan.
5. MANIFESTASI KLINIS
Penderita sering secara emosional mudah terangsang (hipereksitabel), iritabel dan
terus merasa khawatir dan klien tidak dapat duduk diam
Denyut nadi yang abnormal yang ditemukan pada saat istirahat dan beraktivitas; yang
diakibatkan peningkatan dari serum T3 dan T4 yang merangsang epinefrin dan
mengakibatkan kinerja jantung meningkat hingga mengakibatkan HR meningkat.
Peningkatan denyut nadi berkisar secara konstan antara 90 dan 160 kali per menit,
tekanan darah sistolik akan meningkat.
Tidak tahan panas dan berkeringat banyak diakibatkan karena peningkatan
metabolisme tubuh yang meningkat maka akan menghasilkan panas yang tinngi dari
dalam tubuh sehingga apabila terkena matahari lebih, klien tidak akan tahan akan
panas.
Kulit penderita akan sering kemerahan (flusing) dengan warna ikan salmon yang khas
dan cenderung terasa hangat, lunak dan basah.
Adanya Tremor
Eksoftalmus yang diakibatkan dari penyakit graves, dimana penyakit ini otot-otot
yang menggerakkan mata tidak mampu berfungsi sebagaimana mesti, sehingga sulit
atau tidak mungkin menggerakkan mata secara normal atau sulit mengkordinir
gerakan mata akibatnya terjadi pandangan ganda, kelopak mata tidak dapat menutup
secara sempurna sehingga menghasilkan ekspresi wajah seperti wajah terkejut.
Peningkatan selera makan namun mengalami penurunan berat badan yang progresif
dan mudah lelah.
Perubahan defekasi dengan konstipasi dan diare
Pada usia lanjut maka akan mempengaruhi kesehatan jantung
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
T4 Serum
Tes yang paling sering dilakukan adalah penentuan T4 serum dengan teknik
radioimmunoassay atau peningkatan kompetitif. Kisaran T4 dalam serum yang
normal berada diantara 4,5 dan 11,5 mg/dl (58,5 hingga 150 nmol/L). T4 terikat
terutama dengan TBG dan prealbumin : T 3 terikat lebih longgar. T4 normalnya terikat
dengan protein. Setiap factor yang mengubah protein pangikat ini juga akan
mengubah kadar T4
T3 Serum
T3 serum mengukur kandungan T3 bebas dan terikat, atau total T3 total, dalam
serum. Sekresinya terjadi sebagai respon terhadap sekresi TSH dan T 4. Meskipun
kadar T3 dan T4 serum umumnya meningkat atau menurun secara bersama-sama,
namun kadar T4 tampaknya merupakan tanda yang akurat untuk menunjukan adanya
hipertiroidisme, yang menyebabkan kenaikan kadar T4 lebih besar daripada kadar T3.
Batas-batas normal untuk T3 serum adalah 70 hingga 220 mg/dl (1,15 hingga 3,10
nmol/L)
Tiroglobulin
Tiroglobulin merupakan precursor untuk T3 dan T4 dapat diukur kadarnya
dalam serum dengan hasil yang bisa diandalkan melalui pemeriksaaan
radioimmunoassay. Faktor-faktor yang meningkatkan atau menurunkan aktivitas
kelenjar tiroid dan sekresi T3 serta T4 memiliki efek yang serupa terhadap sintesis
dan sekresi tiroglobulin. Kadar tiroglobulin meningkat pada karsinoma tiroid,
hipertiroidisme dan tiroiditis subakut. Kadar tiroglobulin juga dapat akan meningkat
pada keadaan fisiologik normal seperti kehamilan.
Ultrasonografi
Pemeriksaan ini dapat membantu membedakan kelainan kistik atau solid pada
tiroid. Kelainan solid lebih sering disebabkan keganasan dibanding dengan kelainan
kistik. Tetapi kelainan kistikpun dapat disebabkan keganasan meskipun
kemungkinannya lebih kecil.
Pemeriksaan Penunjang
5. Histopatologi.
7. KOMPLIKASI
Badai tiroid adalah suatu aktivitas yang sangat berlebihan dari kelenjar tiroid,
yang terjadi secara tiba-tiba.
1. Ulkus Kornea
Ulkus kornea terjadi oleh karena pembengkakan kelenjar retroorbita dan
perubahan degenaratif otot occuler menyebabkan mata sulit di tutup sehingga
terjadi iritasi mata, lalu infeksi yang menyebabkan ulkus kornea.
2. Gagal Jantung
Gagal jantung bisa terjadi karena disritmia yang disebabkan hipertiroid.
3. Krisis Tiroid
4. Osteoporosis premature pada wanita
5. Demam
6. Kelemahan dan pengkisutan otot yang luar biasa
7. Kegelisahan
8. Perubahan suasana hati
9. Kebingungan
10. Perubahan kesadaran (bahkan sampai terjadi koma)
11. Pembesaran hati disertai penyakit kuning yang ringan.
Badai tiroid merupakan suatu keadaan darurat yang sangat berbahaya dan
memerlukan tindakan segera. Tekanan yang berat pada jantung bisa menyebabkan
ketidakteraturan irama jantung yang bisa berakibat fatal (aritmia) dan syok.
Badai tiroid biasanya terjadi karena hipertiroidisme tidak diobati atau karena
pengobatan yang tidak adekuat, dan bisa dipicu oleh:
infeksi
trauma
pembedahan
diabetes yang kurang terkendali
ketakutan
kehamilan atau persalinan
tidak melanjutkan pengobatan tiroid
stres lainnya.
Badai tiroid jarang terjadi pada anak-anak.
8. PENATALAKSANAAN
a. Propiltiourasil (PTU)
Indikasi : hipertiroidisme
Dosis dan aturan pakai : untuk anak-anak 5-7 mg/kg/hari atau 150-200 mg/ m 2/hari,
dosis terbagi setiap 8 jam. Dosis dewasa 3000 mg/hari, dosis terbagi setiap 8 jam.
untuk hipertiroidisme berat 450 mg/hari, untuk hipertiroidisme ocasional memerlukan
600-900 mg/hari; dosis pelihara 100-150 mg/haridalam dosis terbagi setiap 8-12 jam.
Dosis untuk orangtua 150-300 mg/hari (Lacy, et al, 2006)
Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala, ada
kecendrungan pendarahan, mual muntah, hepatitis.
Resiko khusus : .
Hati-hati penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun karena PTU bisa menyebabkan
hipoprotrombinnemia dan pendarahan, kehamilan dan menyusui, penyakit hati (Lee,
2006).
b. Methimazole
Nama generik : methimazole
Dosis dan aturan pakai : untuk anak 0,4 mg/kg/hari (3 x sehari); dosis pelihara 0,2
mg/kg/hari (3 x sehari). maksimum 30 mg dalam sehari.
Efek samping : sakit kepala, vertigo, mual muntah, konstipasi, nyeri lambung, edema.
c. Karbimazole
Indikasi : hipertiroidisme
Dosis dan aturan pakai : 30-60 mg/hari sampai dicapai eutiroid, lalu dosis diturunkan
menjadi 5-20 mg/hari; biasanya terapi berlangsung 18 bulan.
Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala, ada
kecendrungan pendarahan, mual muntah, leukopenia.
Resiko khusus : penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun karena PTU bisa
menyebabkan hipoprotrombinemia dan pendarahan, kehamilan dan menyusui (Lacy,
et al, 2006).
d. Tiamazole
Kontraindikasi : hipersensitivitas
Dosis dan aturan pakai : untuk pemblokiran total produksi hormon tiroid 25-40
mg/hari; kasus ringan 10 mg (2 x sehari); kasus berat 20 mg (2 x sehari); setelah
fungsi tiroid normal (3-8 minggu) dosis perlahan-lahan diturunkanhingga dosis
pemelihara 5 – 10 mg/hari.
Efek samping : alergi kulit, perubahan pada sel darah, pembengkakan pada kelenjar
ludah.
Resiko khusus : jangan diberikan pada saat kehamilan dan menyusui, hepatitis.
C. Pembedahan Tiroidektomi
Tiroidektomi subtotal efektif untuk terapi hipertiroidisme tetapi disertai
dengan beberapa komplikasi potensial, termasuk cedera pada nervus laringeus
rekurens dan hipoparatiroidisme. Iodium biasanya diberikan sebelum operasi untuk
mengendalikan tirotoksikosis dan untuk mengurangi vaskularitas kelenjar itu.
Indikasi :
Pasien umur muda dengan struma besar serta tidak berespons terhadap obat
antitiroid.
Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan obat antitiroid dosis
besar
Alergi terhadap obat antitiroid, pasien tidak dapat menerima yodium radioaktif
Pada penyakit Graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul
D. Obat-obatan lain
Antagonis adrenergik-beta
Digunakan untuk mengendalikan tanda-tanda dan gejala hipermetabolik
(takikardi, tremor, palpitasi). Antagonis-beta yang paling sering digunakan
adalah propranolol, yang biasanya diberikan secara oral dengan dosis 80-180
mg per hari dalam 3-4 dosis terbagi.
Nonfarmakologi
Diet yang diberikan harus tinggi kalori 2600-3000 kalori perhari
Konsumsi protein yang tinggi yaitu 100-125 gr (2,5 gr/kgBB) per hari seperti
susu dan telur
Olahraga secara teratur
Mengurangi rokok, alcohol dan kafein yang dapat meningkatkan metabolisme
9. PENDIDIKAN KESEHATAN
- Informasikan kepada keluarga klien tentang emosi klien dan anjurkan kepada
keluarga untuk menjaga emosi klien.
- Pemberian pengetahuan kepada klien dan keluarga tentang dosi-dosis obat yang
diberikan.
- Informasikan kepada klien dan keluarga untuk melakukan aktivitas yang ringan dan
tidak melakukan aktivitas yang berat-berat.
- Diet yang diberikan harus tinggi kalori, yaitu memberikan kalori 2600-3000 kalori
per hari baik dari makanan maupun dari suplemen.
- Konsumsi protein harus tinggi yaitu 100-125 gr (2,5 gr/kg berat badan ) per hari
untuk mengatasi proses pemecahan protein jaringan seperti susu dan telur.
- Olah raga secara teratur.
- Mengurangi rokok, alkohol dan kafein yang dapat meningkatkan kadar metabolisme.
- Gunakan obat tetes mata untuk mengurangi terjadinya iritai pada mata
1O. PATOFISIOLOGI
Penyakit Grave
TRH&TSH , TH
Suhu tubuh metabolisme anaerob Jumlah reseptor adrenergik Jar.orbital&otot mata membesar
Penguapan Resti intoleran aktivitas Reseptor α1, β1 Resti gangguan nutrisi < kebutuhan
Ekstremitas
Tremor
11. ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Usia : 33 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Pekerjaan : -
TB : 161 cm
BB : 60 kg
Diagnosa Medis : Hipertiroid
B. Keluhan Utama : -
Provoking Incident ( P )
apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi faktor presipitasi pembesaran leher,
seperti kemungkinan adanya gangguan hormon kelenjar tiroid, gangguan
autoimun(teori)
Quality ( Q )
Menanyakan kepada klien seperti apa pembesaran leher yang dirasakan atau
digambarkan klien. Apakah ada keluhan nyeri tekan atau nyeri saat menelan (teori)
Region : radiation ( R )
Kaji seberapa jauh pembesaran yang dirasakan atau menerangkan seberapa jauh
pembesaran leher ini mempengaruhi kemampuan fungsinya, pada kasus lingkar leher
klien 33,5cm
Time ( T )
Kaji sejak kapan pembesaran leher pada klien berlangsung, dan apakah pembesarannya
bertambah buruk (semakin besar) dari waktu ke waktu.(teori)
Pembesaran leher sudah terjadi sejak 2 bulan terakhir(kasus)
C. Riwayat Keperawatan Saat ini
Keluhan saat ini tidak ada ( gemetar atau keringat banyak (-) setelah minum obat )
D. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Dalam kasus tidak disebutkan, tetapi bila ada biasanya adanya riwayat adenoma tiroid
atau grave’s disease
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Menanyakan apakah ada anggota keluarga yang memiliki penyakit yang sama,
Kaji pada klien atau keluarga, apakah ada riwayat penyakit grave, gondok
multinoduler toksik, dan adenoma toksik.
F. Riwayat Penggunaan obat
Pengobatan atau tindakan apa sajakah yang klien lakukan selama proses
penyembuhan dan obat-obatan apa saja yang di konsumsi klien.
G. Selama kontrol di Poli Endokrin mendapat terapi PTU (obat antitiroid ; propiltiourasil)
3 x 200 kemudian diturunkan sampai terakhir 2 x 50 mg
H. Pola-pola Fungsi Kesehatan
a. Pola Gaya Hidup
Menanyakan bagaimana kebiasaan klien dalam mengonsumsi makanan
(frekuensi makanan, jenis makanan, porsi makan, jenis dan kuantitas minum).
Menanyakan bagaimana asupan iodium pada klien
Bagaimana pengetahuan klien tentang makanan tinggi kalori, tinggi protein dan
makanan atau minuman yang harus dihindari (alkohol dan minuman stimulant
lain)(teori)
b. Kebutuhan nutrisi
Penderita hipertiroidisme biasanya mengeluh nafsu makan meningkat dan sering
merasa lapar tetapi terjadi penurunan berat badan akibat metabolisme tubuh
yang meningkat.(teori)
c. Kebutuhan eliminasi
Hipertiroidisme juga mempengaruhi pola eliminasi klien. Biasanya klien sering
mengalami diare, karena gerakan makanan yang cepat melalui gastrointestinal
(peningkatan peristaltis).(teori)
d. Kebutuhan istirahat dan tidur
Klien mungkin akan mengalami gangguan tidur karena merasa tidak nyaman
seperti berkeringat, ansietas, berdebar-debar, dan mengeluhkan suhu ruangan
(intoleran terhadap panas). Oleh karena itu, kamar klien harus dijaga agar
suhunya selalu sejuk serta nyaman.(teori)
e. Mempertahankan suhu tubuh
Klien dengan hipertiroidisme intoleran terhadap panas. Hal ini akibat laju
metabolic dan produksi panas yang berlebihan.(teori)
H. Pengkajian psikososial
Stress emosional.
Pada pengkajian ini, mencakup laporan pasien atau keluarga mengenai keadaan
pasien yang mudah tersinggung (iritabel), serta peningkatan reaksi emosionalnya.
Status mental, emosional dan perubahan penampilan
Kekhawatiran penderita hipertiroidisme harus diredakan dengan penjelasan bahwa
reaksi emosional yang dialaminya merupakan akibat dari penyakit dan dengan
bantuan terapi akan mengendalikan gejala tersebut.
Karena efek negative (reaksi emosional) yang ditimbulkan oleh gejala ini akan
berpengaruh terhadap keluarga dan sahabatnya maka mereka perlu diberikan
penjelasan tentang gejala penyakit ini.
I. Pengkajian spiritual
Apakah klien secara teratur melakukan ibadah sesuai keyakinannnya.
Apakah klien secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan
J. Pemeriksaan Fisik
a. Antropometri
TB : 161 cm
BB : 60 kg
b. TTV
TD : 110/80 mmHg (N=90-130/70-90 mmHg)
RR : 20 x/menit (N=12-20 x/menit)
T : afebris (N=36,5-37,50 C)
HR : 100 x/menit (N=60-100 x/menit)
c. Pemeriksaan Head to toe
1. Kulit dan rambut
Rambut
- Inspeksi : warna rambut, jumlah rambut (biasanya menipis)
- Palpasi : konsentrasi dan tekstur rambut
3. Mata
- Inspeksi : eksoftalmus +/+ (bola mata terdorong ke depan dan mata
menonjol dari tulang orbita), mata berair, dan tidak dapat menutup
dengan sempurna, konjungtiva pucat (-), ikterik (-), penglihatan
kabur, adanya globe lag, ulkus pada kornea, dan sensitive cahaya
- Palpasi : kelopak mata ( ada bagian yang menonjol)
4. Telinga
- Inspeksi : ukuran , simetris antara kanan dan kiri, tidak ada serumen
pada lubang telinga, tidak ada benjolan
5. Hidung
- Inspeksi : simetris, tidak ada secret, tidak ada lesi, tidak ada
benjolan
6. Mulut
- Inspeksi : bentuk mulut simetris, kebersihan lidah dan gigi
7. Leher
- Inspeksi : terdapat pembesaran leher, pada tiroid kanan tampak
nodul hipoechoik dengan batas tegas ( halo) dan lesi hipo dan
hiperechoik
- Palpasi : kelenjar tiroid (teraba difuse), lingkar leher
33,5cm(diukur), tiroid kiri membesar dengan ukuran
3,33x2,82x6,56cm, tiroid kanan 3,43x2,55x4,31 cm tampak nodul
hipoechoik dengan batas tegas (halo)dengan ukuran
0,96x0,85x1,11cm dan lesi heterogen hipo dan hiperechoik dengan
ukuran 1,06x1,01x1,08 (diukur)
10. Ekstremitas
- Inspeksi : bentuk, ukuran, warna ekstremitas atas dan bawah,
pengeluaran keringat dan gemetar
- Palpasi : suhu pada kulit ekstremitas atas dan bawah, masa otot,
refleks tendon (biasanya hiperaktif)
2) Laki-laki :
Kehilangan libido (keinginan seks)
Penurunan potensi
Kesan:
1. Bilateral difusa struma
ANALISA DATA
Stimulasi medula
adrenal
Jumlah reseptor
adrenergik
Respon terhadap
adrenergik berlebih
biosentesis
kalekolamin oleh T3
Reseptor β1
2. DS : - Resiko tinggi
DO : Pada pemeriksaan fisik Predisposisi Autoimun
gangguan integritas
(inspeksi) mata terlihat eksolfalmus
jaringan mata
Penyakit Grave
berhubungan dengan
perubahan
Produksi autoimun
mirip kerja TSH mekanisme
perlindungan dari
TSH-R meningkat mata; kerusakan
Merangsang limfosit penutupan kelopak
mata ditandai dengan
Jaringan orbital dan eksolfalmus
otot mata membesar
Eksoftalmus
Perlindungan mata
berubah
Iritasi
Resiko tinggi
gangguan integritas
jaringan mata
3. DS : Biasanya klien mengeluh mual, Glukoneogenesis, Perubahan nutrisi
muntah, kurang minat terhadap nafsu lipolisis, kurang dari
makan (Doengoes, 1999) glukogenolisis kebutuhan b.d
Dalam kasus tidak ada data meningkat peningkatan
metabolisme yang
DO : TB 161cm, BB 60kg (normal) ditandai oleh TB 161
Diare, biasanya terdapat tanda- Pembakaran lemak cm BB 60 kg
tanda malnutrisi, nutrisi tidak adekuat
(Doengoes, 1999)
Dalam kasus tidak ada data Cadangan lemak
menurun
Resiko tinggi
gangguan nutrisi <<
kebutuhan
Resiko tinggi
intoleran aktivitas
Pompa iodida
meningkat
hiperplasia
Leher bengkak
Gangguan body
image
Takikardi
Palpitasi
Stimulasi SSP
anxietas
6. Kondisi ini
6. Catat adanya mempengaruhi
riwayat asma / pilihan terapi
bronkokonstriksi
, kehamilan sinus
bradikardia /
blok jantung
yang berlanjut
menjadi gagal
jantung
7. Satu indikasi untuk
7. Observasi efek menurunkan atau
samping dari menghrntikan
antagonis terapi
adrenergik
Kolaborasi : 1. Memperbaiki
volume sirkulasi,
1. Berikan cairan IV
tetapi harus
sesuai indikasi
diperhatikan
terhadap tanda
gagal jantung /
kebutuhan
pemberian zat
inotropik
2. Rasional
2. Berikan obat – pemberian obat :
obatan sesuai
indikasi : o Menurunkan
o Penyekat beta frekuensi kerja
(pronolol,
atenolol) jantung
o Hormon tiroid o Memblok
antagonis (PTU, sintesis hormon
metimazol) tiroid dan
menghalangi
perubahan T4
ke T3
o Natrium iodida o Mencegah
(lugol) atau pengeluaran
saturasi kalium hormon ke
iodida sirkulasi dengan
menyimpan
hormon tersebut
dalam kelenjar
tiroid
o RAI o Menghancurkan
fungsi jaringan
tiroid
o Kortikosteroid o Menurunkan
seperti hipertermia,
deksametason menghilangkan
(dekaron) kekurangan
adrenal secara
relatif,
menghalangi
absorpsi Ca,
menurunkan
perubahan T4
menjadi T3
o Furosemid / o Diuresis
lasix mungkin
diperlukan jika
terjadi GJK
o Asetaminofen o Menurunkan
suhu tubuh
berhubungan
dengan
metabolisme
o Sedatif, o Meningkatkan
barbiturat istirahat
sehingga
menurunkan
beban jantung
o Relaksan o Menurunkan
proses mengigil
yang
berhubungan
dengan
hipertermia
o Sinar X dada
o Pembesaran
jantung
mungkin
terjadi sebagai
respon
peningkatan
kebutuhan
sirkulasi
4. Berikan oksigen
4. Mendukung
sesuai indikasi
peningkatan
kebutuhan
metabolisme
5. Berikan terapi
5. Menangani
transfusi /
penurunan
plasmaferesis,
cadangan hormon
hemoperfusi,
ekstratiroid pada
dialisis
penyakit berat /
koma
6. Siapkan untuk
6. Tiroidektomi
pembedahan
parsial mungkin
cara penanganan
pilihan terhadap
hipertiroid jika
keadaan
hipertiroid ini
membahayakan
2. Evaluasi
2. Oftalmopati
Tupen : ketajaman mata,
infiltratif (p.
laporkan adanya
Setelah mendapat Graves) adalah
pandangan yang
perawatan klien : akibat dari
kabur atau
peningkatan
Klien pandangan ganda
jaringan retro-
menyatakan (diplopia).
orbita, yang
nyeri pada orbita
menciptakan
berkurang,
eksoftalmus dan
Klien maampu
infiltrasi limfosit
mempertahankan
dari otot
kelembaban mata
ekstraokuler yang
menyebabkan
kelelahan.
Munculnya
gangguan
penglihatan dapat
memperburuk atau
memperbaiki
kemandirian terapi
dan perjalanan
klinis penyakit.
Kolaborasi
4. dieuretik 4. Dapat
menurunkan
edema pada
keadaan ringan
3 Perubahan nutrisi Tupen : Mandiri
kurang dari
Dalam waktu 3 x 1. Auskultasi bising 1. Mengetahui
kebutuhan b.d
24 jam klien usus bising usus
peningkatan
menunjukkan normal klien
metabolisme yang
tanda-tanda
ditandai oleh TB
pemulihan nutrisi 2. Catat dan 2. Memantau nafsu
161 cm BB 60 kg
dengan kriteria laporkan adanya makan klien
hasil : anoreksia,
kelemahan
Klien makan
umum,nyeri
walaupun
abdomen,
sedikit
munculnya mual-
Klien tidak
muntah
mengeluhkan
mual dan
muntah 3. Pantau masukan 3. Peningkatan atau
Tupan : makanan setiap penurunan BB
hari. Dan timbang klien akan
Menunjukkkan
BB setiap hari berpengaruh
BB yang stabil
serta laporkan terhadap penyakit
disertai dengan
adanya penurunan klien
nilai laboratorium
BB
yang normal dan
terbebas dari
4. Dorong pasien 4. Memulihkan
tanda-tanda
untuk makan dan nutrisi klien dan
malnutrisi
meningkatkan mengembalikan
jumlah makan dan BB yang telah
juga makanan hilang
kecil dengan
menggunakan
makanan tinggi
kalori yang
mudah dicerna
5. Hindari
pemberian
5. Menghindari
makanan yang
komplikasi lbih
dapat
lanjut
meningkatkan
peristaltik usus
(teh, kopi dan
makanan berserat
lainnya ) dan
cairan yang
menyebabkan
diare
Kolaborasi :
1. Konsul dengan
ahli gizi untuk
1. Kebutuhan zat-
memberikan diet
zat makanan klien
tinggi kalori,
terpenuhi
protein,
karbohidrat dan
vitamin
2. Berikan obat
dengan indikasi:
a. glukosa,vitami
a. Glukosa
n B kompleks
dibutuhkan klien
untuk proses
metabolisme
tubuh
b. Insulin
(dengan dosis b. Insulin
kecil) dibutuhkan klien
untuk proses
metabolisme sel
4 Resiko intoleransi Tupen : setelah Mandiri :
aktivitas perawatan selama 1. Nadi secara luas
1. Pantau tanda vital
berhubungan 2 X 24 Jam meningkat dan
dan catat nadi baik
dengan mengungkapkan bahkan saat
saat istirahat
penurunan ATP secara verbal istirahat,
maupun saat
ditandai dengan tentang takikardia ( diatas
melakukan
lemah, letih, lesu. peningkatan energi 160x/menit)mung
aktivitas.
kin akan
Tupan :
ditemukan.
Setelah dilakukan
2. Catat
perawatan selama 2. Kebutuhan dan
berkembangnya
6 x 24 jam klien konsumsi oksigen
takipnea, dispnea,
menunjukan akan ditingkatkan
pucat, dan sianosis
perbaikan pada keadaan
kemampuan untuk hipermetabolik,
berpartisipasi yang merupakan
dalam melakukan potensial akan
aktivitas. terjadi hipoksia
saat melakukan
aktivitas.
3. Menurunkan
3. Berikan / ciptakan
stimulasi yang
lingkungan yang
kemungkinan
tenang ;ruangan
besar dapat
yang dingin,
menimbulkan
turunkan stimulasi
agitasi, hiperaktif,
sensori, warna –
dan insomnia.
warna yang sejuk,
dan musik santai
(tenang)
6. Memberikan
6. Memungkinkan
aktivitas
untuk
pengganti yang
menggunakan
menyenangkan
energi dengan
dan tenang,
cara konstruktif
seperti membaca,
dan mungkin juga
mendengarkan
akan menurunkan
radio dan
ansietas
mnonton televisi.
7. Hindari
7. Peningkatan
membicarakan
kepekaan dari
topik yang
susunan saraf
menjengkelkan
pusat dapat
atau yang
menyebabkan
mengancam
pasien. pasien mudah
Diskusikan cara untuk terangsang,
untuk berespons agitasi, dan emosi
terhadap perasaan yang berlebihan
tersebut.
8. Diskusikan
dengan orang 8. Mengerti bahwa
terdekat keadaan tingkah laku
lelah dan emosi tersebut secara
yang tidak stabil fisik
ini. meningkatkan
koping terhadap
situasi saat itu
dorongan dan
saran orang
terdekat untuk
berespons secara
positif dan berikan
dukungan pada
Kolaborasi :
pasien
1. Berikan obat
sesuai indikasi : 1. Untuk mengatasi
Sedatif; mis , keadaan (gugup),
fenobarbital hiperaktif, dan
(luminal), tranquilizer insomnia
mis ,
klordiazepoksida
(librium)
4. Dukungan dapat
4. Siapkan orang diberikan lebih
terdekat terhadap bebas dan lebih
perubahan fisik realistik jika orang
dan emosional. lain disiapkan
(Dudas, 1993)
5. Hal ini
5. Diskusikan meningkatkan
dengan sistem harga diri dan
pendukung klien meningkatkan
pentingnya penyesuaian.
mengkomunikasik (Dudas, 1993)
an nilai dan
kepentingan klien.
1. Konseling
Kolaborasi:
profesional
1. Rujuk klien yang
diindikasikan
beresiko tinggi
untuk klien
pada konseling
dengan kekuatan
profesional bila
ego yang buruk
diindikasikan.
dan sumber
koping yang tidak
adekuat
6 Anxietas Tupen : Mandiri :
berhubungan 1. Anxietas ringan
Setelah perawatan 1. Observasi tingkah
dengan stimulasi dapat
1 X 24 jam klien laku yang
SSP ditandai ditunjukkan
menyatakan menunjukkan
dengan palpitasi dengan peka
ansietas berkurang tingkat anxietas
rangsang dan
insomnia.
Anxietas berat
Tupan :
dapat
Klien tampak ditunjukkan
rileks dan mampu dengan keadaan
mengidentifikasi panik, berteriak
cara hidup yang – teriak, dan
sehat untuk ketidakmampuan
membagikan berbicara
perasaannya
2. Pantau respon
2. Peningkatan
fisik, palpitasi,
pengeluaran
gerakan berulang
penyekat beta-
– ulang,
adrenergik pada
hiperventilasi,
daerah reseptor,
insomnia
bersamaan
dengan efek –
efek kelebihan
hormon tiroid,
menimbulkan
manklin dari
peristiwa
kelebihan
katekolamin
ketika kadar
epinefrin /
norepinefrin
dalam keadaan
normal
3. Jelaskan 3. Memberikan
prosedur, informasi akurat
lingkungan yang dapat
sekeliling atau menurunkan
suara yang distorsi /
mungkin kesalahan
terdengar oleh interpretasi yang
pasien dapat berperan
pada reaksi
anxietas dan
ketakutan
5. Tekankan 5. Meyakinkan
harapan bahwa pasien bahwa
pengendalian keadaan itu
emosi itu harus adalah
tetap diberikan sementara dan
sesuai dengan akan membaik
perkembangan dengan
terapi obat pengobatan
Kolaborasi :
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC
Mutaqin, Halim. 2001. Ilmu Penyaakit Dalam Diagnosis dan Terapi. Jakarta: EGC
Smeltzer, C. Suzzane. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Vol.2.
Jakarta: EGC
Stein, MD, Jay. H. 2001. Panduan Klinik lmu Penyakit Dalam Edisi 3. Jakarta: EGC