Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi PPOK
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah suatu penyakit yang ditandai oleh
adanya obstruksi aliran udara yang disebabkan oleh bronkitis kronis dan emfisema.
Obstruksi aliran udara biasanya progresif kadang diikuti oleh hiperaktivitas jalan napas
dan kadangkala parsial reversibel (Tierney et al, 2002).
PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di
saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri
dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya. Bronkitis kronik ialah
kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk kronik berdahak minimal 3 bulan dalam
setahun, sekurang-kurangnya dua tahun berturut - turut, tidak disebabkan penyakit
lainnya. Emfisema ialah suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran
rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli (GOLD,
2012:PDPI, 2006).
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) merupakan sekumpulan penyakit paru yang
berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai
gambaraan patofisiologi utamanya.Bronkitis kronis, emfisema paru, dan asma bronkial
membentuk satu kesatuan yang disebut Chronic Obstructive Pulmonary Disease
(COPD).(Sylvia Anderson Price, 2005).

B. Klasifikasi PPOK

Gambar: bronkhitis kronik dan Emphysema Paru


Menurut (S.METTZEL, 2001) Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan
yang di kenal dengan PPOK adalah :
1. Bronkhitis Kronis

1
Bronkitis kronis didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang berlangsung 3
bulan dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut. Bronkitis kronik adalah batuk –
batuk hampir setiap hari disertai pengeluaran dahak, sekurang – kurangnya 3 bulan
dalam satu tahun dan terjadi paling sedikit selama 2 tahun berturut – turut.
Penyebabnya :
- Infeksi
- Alergi
- Rangsangan misal : asap pabrik, asap mobil, asap rokok dll.
2. Emphysema Paru
Emphysema merupakan yakni kondisi ketika kantung-kantung udara di paru-paru
perlahan-lahan rusak. Akibatnya, penderitanya akan kesulitan bernapas. Penyakit ini
akan mengubah kantung udara yang bentuknya seperti kumpulan anggur menjadi
sebuah kantung besar yang berlubang di dalamnya. Kondisi ini mengurangi luas
permukaan paru-paru.
Penyebabnya adalah :
- Merokok
- Polusi udara

C. Faktor Risiko PPOK


Ada beberapa faktor resiko utama berkembangnya penyakit ini, antara lain:
1. Merokok
Merokok merupakan >90% risiko untuk PPOK dan sekitar 15% perokok
menderita PPOK. Beberapa perokok mengalami penurunan fungsi paru secara cepat.
Pajanan asap rokok dari lingkungan telah dikaitkan dengan penurunan fungsi paru
dan peningkatan risiko penyakit paru obstruksi pada anak (Brashers, 2008).
Merokok menyebabkan hipertrofi kelenjar mukus bronkial dan peningkatan
produksi mukus, menyebabkan batuk produktif. Pada bronkitis kronik (batuk
produktif lebih dari 3 bulan/tahun selama lebih dari 2 tahun) perubahan awal terjadi
pada saluran udara yang kecil. Selain itu, terjadi destruksi jaringan paru disertai
dilatasi rongga udara distal (emfisema), yang menyebabkan hilangnya elastis recoil,
hiperinflasi, terperangkapnya udara dan peningkatan usaha untuk bernapas, sehingga
terjadi sesak napas (Davey P, 2006).
2. Polusi udara

2
Polusi udara merupakan faktor risiko penyakit pernapasan kronis (Macnee W,
2008). Sebagai faktor penyebab penyakit, polusi tidak begitu besar pengaruhnya
tetapi bila ditambah merokok, risiko akan lebih tinggi. Eksaserbasi akut pada
bronkitis sering ditimbulkan oleh sulfur dioksida (SO2) yang tinggi, sedangkan
nitrogen dioksida (NO2) dapat menyebabkan obstruksi saluran napas kecil
(Soemantri, 2000).
Debu tak kalah jahatnya bagi paru, dan berpotensi menyebabkan timbulnya
bronkitis kronis, makin kecil partikel debu akan makin berbahaya, karena akan dapat
masuk semakin dalam sampai kedalam alveolus (Danusantoso, 2000).
3. Infeksi saluran nafas
Infeksi saluran napas bagian atas pada seorang pasien bronkitis kronis hampir
selalu menyebabkan infeksi saluaran napas bawah bagian bawah, serta menyebabkan
kerusakan paru bertambah. Diperkirakan eksaserbasi bronkitis kronik paling sering
diawali dengan infeksi virus, yang kemudian menyebabkan infeksi skunder oleh
bakteri. Bakteri yang paling banyak diisolasi adalah Haemophilus influenzae dan
streptococcus pneumoniae (Soemantri, 2000).
Infeksi saluran nafas berulang pada masa kanak-kanak berhubungan dengan
rendahnya tingkat fungsi paru maksimal yang bisa dicapai dan peningkatan resiko
terkena PPOK saat dewasa. Infeksi saluran nafas kronis, seperti adenovirus dan
klamidia, mungkin berperan dalam terjadinya PPOK (Brashers, 2008).
4. Lingkungan kerja
Ada hubungan sebab akibat antara pajanan debu organik dan anorganik dengan
hipersekresi lendir. selain itu, penelitian terhadap pekerja yang terpapar debu,
menunjukkan hubungan antara pajanan debu dengan penurunan FEV1 (Macnee W,
2008). Debu berpotensi menyebabkan timbulnya bronkitis kronis, makin kecil
partikel debu akan makin berbahaya, karena akan dapat masuk semakin dalam
sampai kedalam alveolus (Danusantoso, 2000)

D. Tanda dan Gejala PPOK


Gejala klinis yang biasa ditemukan pada penderita PPOK adalah sebagai berikut :
1. Batuk kronik
Batuk kronik adalah batuk hilang timbul selama 3 bulan dalam 2 tahun terakhir yang
tidak hilang dengan pengobatan yang diberikan. Batuk dapat terjadi sepanjang hari
atau intermiten. Batuk kadang terjadi pada malam hari.
3
2. Berdahak kronik
Hal ini disebabkan karena peningkatan produksi sputum. Kadang kadang pasien
menyatakan hanya berdahak terus menerus tanpa disertai batuk. Karakterisktik batuk
dan dahak kronik ini terjadi pada pagi hari ketika bangun tidur.
3. Sesak napas
Terutama pada saat melakukan aktivitas. Seringkali pasien sudah mengalami adaptasi
dengan sesak nafas yang bersifat progressif lambat sehingga sesak ini tidak
dikeluhkan

4
E. Patofisiologi
Faktor
predisposisi

Edema, spasme bronkus,


peningkatan secret
bronkiolus

Obstruksi bronkiolus awal


fase ekspirasi
Bersihkan
jalan nafas
tidak efektif Udara terperangkap
dalam alveolus

PaO2 rendah Sesak napas,


PaCO2 tinggi napas pendek

Gangguan Pola nafas


pertukaran Penurunan tidak
gas nafsu makan efektif

Penurunan BB
drastis

Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh

5
F. Data Fokus Pengkajian
1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan untuk
mengenal masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan.
(Lismidar, 1990)
b. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor
register, diagnose medis.
c. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan yaitu mengeluh adanya sesak nafas.dan batuk
berdahak.
d. Riwayat penyakit sekarang
Pada riwayat sekarang berisi tentang perjalanan penyakit yang dialami pasien dari
rumah sampai dengan masuk ke Rumah Sakit.
e. Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien sebelumnya pernah mengalami Bronkhitis,
emphysema atau penyakit menular yang lain.
f. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan pada keluarga apakah salah satu anggota keluraga ada yang
pernah mengalami sakit yang sama dengan klien atau penyakit yang lain yang ada
di dalam keluarga.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
 Kesadaran : umumnya kesadaraan klien composmetis
 Tanda-tanda vital: biasanya tekanan darah normal, denyut nadi betrvariasi,
suhu bervariasi dan respirasi cepat.
b. Pemeriksaan fisik (head to toe)
 Kepala
1) Kepala:
a) Inspeksi:
Bentuk kepala : Simetris

6
Lesi : Tidak ada lesi
b) Palpasi:
Benjolan : Tidak ada benjolan
Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan

2) Mata:
a) Inspeksi:
Bentuk mata : Simetris
Konjungtiva : Tidak anemis
Sklera : Tidak ikterik
b) Palpasi
Benjolan : Tidak ada benjolan
Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan
3) Hidung:
a) Inspeksi
Bentuk hidung : Simetris
b) Palpasi
Benjolan : Tidak ada benjolan
Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan

4) Telinga.
a) Inspeksi
Bentuk telinga : Simetris
Reflex suara baik
5) Mulut
a) Inspeksi:
Keadaan gusi dan gigi : Tidak ada perdarahan gusi dan gigi,
Kebersihan mulut : Kurang bersih
Peradangan/stomatitis : Tidak ada peradangan
6) Leher
a) Inspeksi:
Lesi : Tidak ada lesi
b) Palpasi:
Tyroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
7
Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan
7) Dada

a) Paru
 Inspeksi
Bentuk dada simetris
 Palpasi
Tidak ada pembengkakan pada paru
Tidak ada nyeri teka
 Auskultasi
Suara nafas wheezing (+) dan kadang terdengar ronchi (+)
8) Abdomen
a) Inspeksi
Bentuk abdomen simetris
b) Palpasi
Tidak ada benjolan
Tidak ada nyeri tekan
9) Ektremitas : tidak ada edema pada ekstermitas atas dan bawah.

3. Pemeriksaan diagnostic
a. Bronkitis Kronik
1) Pemeriksaan analisa gas darah : hipoksia dengan hiperkapnia
2) Rontgen dada : pembesaran jantung dengan diafragma normal/mendatar
3) Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital (VC) dan volume ekspirasi
kuat (FEV), peningkatan volume residual (RV), kapasitas paru total (TLC)
normal atau sedikit meningkat.
4) Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit : dapat sedikit meningkat
b. Emfisema
1) Rontgen dada : hiperinflasi, pendataran diafragma, pelebaran interkosta dan
jantung normal
2) Fungsi pulmonari (terutama spirometri) : peningkatan TLC dan RV, penurunan
VC dan FEV

8
G. Analisa Data
NO D A T A ETIOLOGI MASALAH
1. DS: Gangguan pertukaran
Klien mengatakan sesak Faktor predisposisi gas
nafas. rasa dada tertekan
atau ketidak mampuan Edema, spasme bronkus,
untuk bernafas peningkatan secret
DO: bronkiolus
1. Warna kulit perifer
sianosis.. Obstruksi bronkiolus
2. Nafas pendek. awal fase ekspirasi
3. Pengguanaan otot
bantu pernafasan Udara terperangkap
4. Sianosis bibir dan dasar dalam alveolus
kuku, jari tabuh.
PaO2 rendah PaCO2
tinggi

Gangguan pertukaran gas

9
2. DS : Faktor predisposisi Bersihan jalan nafas
Klien mengatakan selalu tidak efektif
ingin batuk. Edema, spasme bronkus,
Klien mengatakan peningkatan secret
mempunyai kebiasaan bronkiolus
merokok.
DO : Bersihan jalan nafas
1. Bunyi nafas : Ronki, tidak efektif
wheezing.
2. Batuk menetap dengan
produksi sputum (+)

3. DS: Faktor predisposisi Pola nafas tidak efektif


Klien mengatakan sesak
nafas dan sulit untuk Edema, spasme bronkus,
bernafas normal peningkatan secret
DO: bronkiolus
1. Tampak sesak nafas
(Dyspneau) Obstruksi bronkiolus
2. Terdengar suara nafas awal fase ekspirasi
tambahan whezing (+)
dan ronchi (+) Sesak napas, napas
pendek

Pola nafas tidak efektif

4. DS: Faktor predisposisi Gangguan perubahan


Klien mengeluh sesak nutrisi kurang dari
nafas ketika makan. Edema, spasme bronkus, kebutuhan tubuh
Klien mengeluh nafsu peningkatan secret
makan berkurang. bronkiolus
DO:
Klien hanya makan Obstruksi bronkiolus
10
beberapa sendok dari awal fase ekspirasi
makanan yang disajikan.
Udara terperangkap
dalam alveolus

Sesak nafas

Penurunan nafsu makan

Penurunan BB drastis

Perubahan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh

H. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas dengan Obstruksi bronkiolus awal fase ekspirasi ditandai
dengan Klien mengeluh sesak nafas ketika makan, klien mengeluh nafsu makan
berkurang dan klien hanya makan beberapa sendok dari makanan yang disajikan
2. Bersihkan jalann nafas tidak efektif ditandai dengan peningkatan produksi secret
ditandai dengan Klien mengatakan selalu ingin batuk, klien mengatakan mempunyai
kebiasaan merokok, bunyi nafas : Ronki, wheezing, batuk menetap dengan produksi
sputum (+).
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Eema, spasme, bronkus, peningkatan
secret bronkiolus ditandai dengan Klien mengatakan sesak nafas dan sulit untuk
bernafas normal, tampak sesak nafas (Dyspneau), terdengar suara nafas tambahan
whezing (+) dan ronchi (+).
4. Gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake
makanan yang kurang ditandai dengan Klien mengeluh sesak nafas ketika makan,
klien mengeluh nafsu makan berkurang dan klien hanya makan beberapa sendok dari
makanan yang disajikan.

11
I. Perencanaan
DIAGNOSA
NO TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan 1. Observasi status 1. Memantau perkembangan
dengan Obstruksi bronkiolus tindakan asuhan pernafasan, hasil gas darah kegawatan pernafasan.
awal fase ekspirasi ditandai keperawatan dalam arteri, nadi dan nilai
dengan Klien mengeluh 2x24 jam diharapkan oksimetri.
sesak nafas ketika makan, Klien mampu 2. Awasi perkembangan 2. Gangguan Oksigenasi
klien mengeluh nafsu makan menunjukkan perbaikan membran mukosa / kulit tampak Sianosis. Sianosis
berkurang dan klien hanya oksigenasi. (warna). mungkin perifer (terlihat
makan beberapa sendok dari Kriteria hasil: pada kuku) atau sentral
makanan yang disajikan 1. Warna kulit perifer (terlihat sekitar bibir/daun
membaik (tidak telinga). Keabu-abuan dan
cianosis) diagnosis sentral
2. RR : 12 – 24 x mengindikasikan beratnya
/menit hipoksemia.
3. Nafas panjang 3. Observasi tanda vital dan 3. Menentukan status
4. Tidak status kesadaran. pernafasan dan kesadaran.
menggunakan otot 4. Evaluasi toleransi aktivitas 4. Mengurangi penggunaan
bantu pernafasan. dan batasi aktivitas klien. energi berlebihan yang
5. Ketidaknyamanan membutuhkan banyak
dada (–)
12
6. Dyspnea (–) Okigen.
5. Berikan oksigenasi 5. Memenuhi kebutuhan
oksiegen.
6. Pertahankan posisi fowler 6. Meningkatkan kebebasan
dengan tangan abduksi dan suplay oksiegn.
disokong dengan bantal
atau duduk condong ke
depan dengan ditahan meja.
7. Dorong mengeluarkan 7. Kental, tebal dan
sputum, penghisapan banyaknya sekresi adalah
(suction) bila sumber utama gangguan
diindikasikan pertukaran gas pada jalan
nafas. Penghisapan
dibutuhkan bila batuk tidak
efektif.
8. Kolaborasi pemberian 8. Dapat
oksigen tambahan yang memperbaiki/mencegah
sesuai dengan indikasi dan memburuknya hipoksia
toleransi pasien
9. Kolaborasi untuk 9. Obat mukolitik dan
pemberian obat yang telah ekspektoransia akan
diresepkan. mengencerkan produksi
13
secret yang mengental.
2. Bersihkan jalann nafas tidak Tujuan: 1. Kaji kemampuan klien 1. Memantau tingkat
efektif ditandai dengan Setelah dilakukan untuk memobilisasi sekresi, kepatenan jalan nafas dan
peningkatan produksi secret tindakan asuhan jika tidak mampu : meningkatkan kemampuan
ditandai dengan Klien keperawatan selama a. Ajarkan metode batuk klien merawat diri /
mengatakan selalu ingin 2x24 jam diharapkan efektif membersihkan/membebask
batuk, klien mengatakan Klien dapat b. Gunakan suction (jika an jalan nafas.
mempunyai kebiasaan meningkatkan bersihan perlu untuk
merokok, bunyi nafas : jalan nafas mengeluarkan sekret)
Ronki, wheezing, batuk Kriteria hasil: c. Lakukan fisioterapi
menetap dengan produksi 1. Bunyi nafas dada
sputum (+). bersih/Vesikuler 2. Secara rutin tiap 8 jam 2. Memantau kemajuan
2. Batuk (-) lakukan auskultasi dada bersihan jalan nafas.
3. Mampu untuk mengetahui kualitas
mendemonstrasikan suara nafas dan
batuk efektif. kemajuannya dan catat
4. Intake cairan adanya bunyi nafas
adekuat misalnya: mengi, krekles
dan ronki.
3. Observasi karakteristik 3. Batuk dapat menetap tetapi
batuk, misalnya menetap, tidak efektif, khususnya
batuk pendek, basah. Bantu bila pasien lansia, sakit
14
tindakan untuk akut, atau kelemahan.
memperbaiki keefektifan Batuk paling efektif pada
upaya batuk. posisi duduk tinggi atau
kepala di bawah setelah
perkusi dada.
4. Kaji pasien untuk posisi 4. Peninggian kepala tempat
yang nyaman, misalnya tidur mempermudah fungsi
peninggian kepala tempat pernafasan dengan
tidur, duduk pada sandaran menggunakan gravitasi.
tempat tidur. Namun, pasien dengan
distress berat dan mencari
posisi yang paling mudah
untuk bernafas. Sokongan
tangan/kaki dengan meja,
bantal, dan lain-lain
membantu menurunkan
kelemahan otot dan dapat
sebagai alat ekspansi dada.

5. Anjurkan klien mencegah 5. Menghindarkan bahan


infeksi / stressor iritan yang menyebabkan
a. Cegah ruangan yang
15
ramai pengunjung atau kerusakan jalan nafas
kontak dengan
individu yang
menderita influenza
b. Mencegah iritasi : asap
rokok
7. Kolaborasi pemberian obat
sesuai indikasi: 6. Merilekskan otot halus dan
Bronkodilator, misalnya β- menurunkan kongesti
agonis: epinefrin lokal, menurunkan spasme
(Adrenalin, Vaponefrin), jalan nafas, mengi, dan
albuterol (Proventil, produksi mukosa. Obat-
Ventolin), terbutalin obat mungkin per oral,
(Brethine, Brethaire), injeksi atau inhalasi.
isoetarin (Brokosol, .
Bronkometer).

3. Pola nafas tidak efektif Tujuan: 1. Ajarkan pasien untuk teknik 1. Membantu pasien
berhubungan dengan Edema, Setelah dilakukan distraksi dan relaksasi yaitu memperpanjang waktu
spasme, bronkus, tindakan asuhan dengan batuk efektif dan ekspirasi. Dengan teknik ini
peningkatan secret keperawatan selama nafas dalam. pasien akan bernapas lebih
bronkiolus ditandai dengan 4x24 jam diharapkan
16
Klien mengatakan sesak pola napas efektif efisien dan efektif.
nafas dan sulit untuk Kriteria hasil: 2. Berikan dorongan untuk 2. Memberikan jeda aktivitas
bernafas normal, tampak 1. Melatih pernapasan menyelingi aktivitas dengan akan memungkinkan pasien
sesak nafas (Dyspneau), bibir dirapatkan dan periode istirahat. Biarkan untuk melakukan aktivitas
terdengar suara nafas diafragmatik serta pasien membuat beberapa tanpa distress berlebih.
tambahan whezing (+) dan menggunakannya keputusan (mandi,
ronchi (+).. ketika sesak napas bercukur) tentang
dan saat melakukan perawatannya berdasarkan
aktivitas pada tingkat toleran pasien.
2. Memperlihatkan 3. Berikan dorongan 3. Menguatkan dan
tanda-tanda penggunaan pelatihan otot- mengkondisikan otot-otot
peningkatan upaya otot pernapasan jika pernapasan.
bernapas dan diharuskan.
membuat jarak
dalam aktivitas.
3. Menggunakan
pelatihan otot-otot
inspirasi seperti
yang di haruskan.
4. Gangguan perubahan nutrisi Setelah dilakukan 1. Kaji status nutrisi dan 1. Untuk mengetahui tentang
kurang dari kebutuhan tubuh tindakan asuhan kebiasaan makan. keadaan dan kebutuhan
berhubungan dengan Intake keperawatan selama nutrisi pasien sehingga
17
makanan yang kurang 6x24 jam diharapkan dapat diberikan tindakan
ditandai dengan Klien klien Kebutuhan nutrisi dan pengaturan diet yang
mengeluh sesak nafas ketika dapat terpenuhi adekuat.
makan, klien mengeluh Kriteria hasil : 2. Kepatuhan terhadap diet
nafsu makan berkurang dan 1. Peningkatan nafsu 2. Anjurkan pasien untuk dapat mencegah komplikasi
klien hanya makan beberapa makan. mematuhi diet yang telah terjadinya
sendok dari makanan yang 2. Peningkatan berat diprogramkan. hipoglikemia/hiperglikemia
disajikan. badan. 3. Rasa tidak enak, bau dan
3. Pasien mematuhi 3. Berikan perawatan oral penampilan adalah
dietnya. sering, buang sekret, pencegah utama terhadap
berikan wadah khusus nafsu makan dan dapat
untuk sekali pakai dan membuat mual dan muntah
tissue dengan peningkatan
kesulitan nafas.
4. Membantu menurunkan
4. Dorong periode istirahat kelemahan selama waktu
selama 1 jam sebelum dan makan dan memberikan
sesudah makan. Berikan kesempatan untuk
makan porsi kecil tapi meningkatkan masukan
sering. kalori total.
5. Mengetahui perkembangan
5. Timbang berat badan berat badan pasien (berat
18
setiap seminggu sekali. badan merupakan salah
satu indikasi untuk
menentukan diet).
6. Mengetahui apakah pasien
6. Identifikasi perubahan pola telah melaksanakan
makan. program diet yang
ditetapkan.
7. Pemberian diet yang sesuai
7. Kerja sama dengan tim dapat mempercepat proses
kesehatan lain untuk penyembuhan dan
pemberian diet Tinggi mencegah komplikasi.
Kalori dan Tinggi Protein.

19
DAFTAR PUSTKA
https://www.scribd.com/doc/132053799/LP-PPOK

HTTPS://WWW.SCRIBD.COM/DOC/204171505/ASKEP-PPOK#DOWNLOAD

https://www.scribd.com/doc/242945562/askep-ppok

http://digilib.unimus.ac.iddownload.phpid=10276.pdf

https://www.scribd.com/document/235921382/PPOK-referat

https://www.scribd.com/document/249393989/Referat-PPOK

https://www.scribd.com/doc/262859810/233591704-Makalah-Ppok-Print-Fix

https://www.scribd.com/doc/288654115/Makalah-PPOK-lengkap-doc

20

Anda mungkin juga menyukai