Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

”LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


PPOK/COPD”

DISUSUN OLEH

TINGKAT/KELAS: II/A

KELOMPOK 3

1.
2.
3.
4.

POLTEKKES KEMENKES KUPANG

PRODI D III KEPERAWATAN WAIKABUBAK

TAHUN AJARAN 2022/2023

1
LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Penyakit paru obstruktif kronis merupakan sejumlah gangguan yang
mempengaruhi pergerakan udara dari dan ke luar paru. (Tamsuir, Anas, 2008). PPOK
(Penyakit Paru Obstruksi Kronis) ataupun COPD adalah klasifikasi luas dari gangguan
yang mencakup bronkitis kronis, bron-kiektasis, emfisema dan asma (Smeltzer dan Bare:
2002).
PPOK merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit
paru yang berlangsung lama dan ditandai dengan peningkatan retensi terhadap aliran
udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya yang merupakan bentuk kesatuan dari
penyakit bronkitis kronis dan emfisema paru ataupun asma bronkial. (Sylvia A. Price,
2006: 784). Eksaserbasi akut pada PPOK berarti timbulnya perburukan dibandingkan
dengan kondisi sebelumnya. Definisi eksaserbasi akut pada PPOK adalah kejadian akut
dalam perjalanan alami penyakit dengan karakteristik adanya perubahan basal sesak
napas, batuk, dan/atau sputum yang diluar batas normal dalam variasi hari ke hari
(GOLD, 2009).
PPOK merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit
paru yang berlangsung lama dan ditandai dengan peningkatan retensi terhadap aliran
udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya yang merupakan bentuk kesatuan dari
penyakit bronkitis kronis dan emfisema paru ataupun asma bronkial (Price, 2006).
Menurut beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit paru
obstruksi kronik adalah kelainan paru yang ditandai dengan gangguan fungsi paru berupa
memanjangnya periode ekspirasi yang disebabkan oleh adanya penyempitan saluran
napas dan tidak banyak mengalami perubahan dalam masa observasi beberapa waktu.
Eksaserbasi akut pada PPOK berarti timbulnya perburukan dibandingkan dengan kondisi
sebelumnya. Definisi eksaserbasi akut pada PPOK adalah kejadian akut dalam perjalanan
alami penyakit dengan karakteristik adanya peruba-han basal sesak napas, batuk, dan
sputum yang diluar batas normal dalam variasi hari ke hari.

Penyakit yang termasuk dalam kelompok PPOK adalah sebagai berikut:

2
1. Bronchitis Kronis
a. Definisi
Bronchitis Kronis merupakan gangguan klinis yang ditandai dengan
pembentukan mucus yang berlebihan dalam bronkus dan termanifestasikan dalam
bentuk batuk kronis dan pembentuk sputum selama 3 bulan dalam setahun, paling
sedikit 2 tahun berturut-turut (Bruner & Suddarth, 2002).
b. Etiologi

Terdapat 3 jenis penyebab bronchitis yaitu:

 Infeksi: stafilokokus, sterptokokus, pneumokokus, haemophilus


influenzae,
 Alergi
 Rangsang misal asap pabrik, asap mobil, asap rokok
c. Manifestasi klinis
 Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronchi besar, yang
mana akanmeningkatkan produksi mukus.
 Mukus lebih kental.
 Dinding bronchial meradang dan menebal (seringkali sampai dua kali
ketebalan normal).
 Mukus yang kental dan pembesaran bronchus akan mengobstruksi jalan
nafas, terutama selama ekspirasi. Jalan nafas mengalami kollaps, dan
udara terperangkap pada bagian distal dari paru-paru.
 Klien terlihat cyanosis. Sebagai kompensasi dari hipoxemia, maka terjadi
polisitemia (overproduksi eritrosit). Pada saat penyakit memberat,
diproduksi sejumlah sputum yang hitam, biasanya karena infeksi
pulmonary.

2. Emfisema
a. Definisi

3
Perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran
dinding alveolus. duktus alveolaris dan destruksi dinding alveolar
(Bruner & Suddarth, 2002).
b. Etiologi
Faktor tidak diketahui
 Predisposisi genetic
 Merokok
 Polusi udara
c. Manifestasi klinis
 Dispnea
 Takipnea
 Inspeksi: barrel chest, penggunaan otot bantu pernapasan.
 Perkusi hiperresonan, penurunan fremitus pada seluruh bidang
paru.
 Auskultasi bunyi napus: krekles, ronchi, perpanjangan
ekspirasi
 Hipoksemia
 Hiperkapnia
 Anoreksia
 Penurunan BB
 Kelemahan
3. Asthma Bronchiale
a. Definisi
Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang
meningkat dari trachea dan bronkus terhadap berbagai macam
rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran bemafas yang
disebabkan oleh peyempitan yang menyeluruh dari saluran nafas.
b. Etiologi
 Alergen (debu, bulu binatang,kulit dan lain-lain)
 Infeksi saluran nafas
 Stress

4
 Olahraga (kegiatan jasmani berat)
 Obat-obatan
 Polusi udara
 Lingkungan kerja
 Lain-lain (iklim, bahan pengawet)
c. Manifestasi Klinis
 Dispnea
 Wheezing.
 Batuk Non Produktif
 Takikardi
 Takipnea

B. ETIOLOGI
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK),
antara lain:
1. Faktor Eksternal
a. Polusi udara (bahan kimia, zat iritan, gas beracun)
b. Asap rokok, (perokok pasif) kebiasaan merokok menahun (perokok
aktif) Perokok aktif memiliki prevalensi lebih tinggi untuk mengalami
gejala respiratorik, abnormalitas fungsi paru, dan mortalitas yang lebih
tinggi dari pada orang yang tidak merokok. Resiko menderita PPOK
tergantung pada umur orang tersebut mulai merokok, jumlah rokok
yang dihisap per hari dan berapa lama orang tersebut merokok.
Enviromental tobacco smoke (ETS) atau perokok pasif juga dapat
mengalami gejala-gejala respiratorik dikarenakan oleh partikel-partikel
iritatif tersebut terinhalasi sehingga mengakibatkan paru-paru
"terbakar". Merokok selama masa kehamilan juga dapat mewariskan
faktor resiko kepada janin, mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan paru-paru dan perkembangan janin dalam kandungan,
bahkan mungkin juga dapat mengganggu sistem imun dari janin
tersebut.

5
c. Indoor Air Pollution atau polusi di dalam ruangan Batubara, arang,
kayu bakar ataupun bahan bakar biomass lainnya sebagai penghasil
energi untuk memasak, pemanas dan untuk kebutuhan rumah tangga
lainnya, schngga menyebabkan polusi dalam ruangan.
2. Faktor Internal
a. Asap rokok atau zat kimia berbahaya yang masuk ke saluran
pernafasan kemudian menyebabkan peradangan
b. Reaksi antigen-antibodi
c. Emosional takut, cemas dan tegang.
d. Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.
e. Umur (semakin tua semakin berisiko).
f. Keletihan, kelelahan, malaise.

C. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala akan mengarah pada dua tipe pokok, yaitu:
1. Batuk disertai peningkatan produksi sputum.
Batuk bersifat produktif, yang pada awalnya hilang timbul lalu kemudian
berlangsung lama dan sepanjang hari. Batuk disertai dengan produksi sputum
yang pada awalnya sedikit dan mukoid kemudian berubah menjadi banyak
dan purulen seiring dengan semakin bertambahnya parahnya batuk penderita.
2. Sesak Nafas.
Penderita PPOK juga akan mengeluhkan sesak yang berlangsung lama,
sepanjang hari, tidak hanya pada malam hari, dan tidak pernah hilang sama
sekali, hal ini menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas yang menetap.
Keluhan sesak inilah yang biasanya membawa penderita PPOK berobat ke
rumah sakit. Sesak dirasakan memberat saat melakukan aktifitas dan pada saat
mengalami eksaserbasi akut :
a. Bertambahnya keterbatasan aktifitas
b. Terdapat gagal nafas akut pada gagal nafas kronis
c. Terdapat suara nafas tambahan (mengi atau wheezing)
d. Ekspirasi yang memanjang

6
e. Bentuk dada tong (barrel chest) pada penyakit lanjut.
f. Penggunaan otot-otot aksesori pernafasan (retraksi otot-otot
abdominal, mengangkat bahu saat inspirasi, nafas cuping hidung).
g. Kadang ditemukan pernapasan paradoksal.
h. Pernapasan cuping hidung.

D. PATOFISIOLOGI
Saluran napas dan paru berfungsi untuk proses respirasi yaitu pengambilan
oksigen untuk keperluan metabolisme dan pengeluaran karbondioksida dan air sebagai
hasil metabolisme. Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi dan perfusi.
Ventilasi adalah proses masuk dan keluarnya udara dari dalam paru. Difusi adalah
peristiwa pertukaran gas antara alveolus dan pembuluh darah, sedangkan perfusi adalah
distribusi darah yang sudah teroksigenasi. Gangguan ventilasi terdiri dari gangguan
restriksi yaitu gangguan pengembangan paru serta gangguan obstruksi berupa
perlambatan aliran udara di saluran napas. Parameter yang sering dipakai untuk melihat
gangguan restriksi adalah kapasitas vital (KV), sedangkan untuk gangguan obstruksi
digunakan parameter volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1), dan rasio volume
ekspirasi paksa detik pertama terhadap kapasitas vital paksa (VEP1/KVP) (Sherwood,
2001). Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponenkomponen asap rokok
merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus. Selain itu, silia yang
melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia.
Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem
eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental dalam jumlah besar
dan sulit dikeluarkan dari saluran napas. Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian
mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi sangat purulen. Timbul peradangan yang
menyebabkan edema jaringan. Proses ventilasi terutama ekspirasi terhambat. Timbul
hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang
kental dan adanya peradangan (GOLD, 2009). Komponen-komponen asap rokok juga
merangsang terjadinya peradangan kronik pada paru.Mediator-mediator peradangan
secara progresif merusak struktur-struktur penunjang di paru. Akibat hilangnya elastisitas
saluran udara dan kolapsnya alveolus, maka ventilasi berkurang. Saluran udara kolaps

7
terutama pada ekspirasi karena ekspirasi normal terjadi akibat 7 pengempisan (recoil)
paru secara pasif setelah inspirasi. Dengan demikian, apabila tidak terjadi recoil pasif,
maka udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran udara kolaps (GOLD, 2009).
Berbeda dengan asma yang memiliki sel inflamasi predominan berupa eosinofil,
komposisi seluler pada inflamasi saluran napas pada PPOK predominan dimediasi oleh
neutrofil. Asap rokok menginduksi makrofag untuk melepaskan Neutrophil Chemotactic
Factors dan elastase, yang tidak diimbangi dengan antiprotease, sehingga terjadi
kerusakan jaringan (Kamangar, 2010). Selama eksaserbasi akut, terjadi perburukan
pertukaran gas dengan adanya ketidakseimbangan ventilasi perfusi. Kelainan ventilasi
berhubungan dengan adanya inflamasi jalan napas, edema, bronkokonstriksi, dan
hipersekresi mukus.Kelainan perfusi berhubungan dengan konstriksi hipoksik pada
arteriol (Chojnowski, 2003).

8
E. PATHWAY

Pencetus rokok dan polusi


Asma. Bronchitis, emfisema

PPOK inflamasi

Perubahan anatomis sputum meningkat


Parenkim paru
batuk
Pembesaran alveoli
Bersihan jalan nafas tidak
hipertiroid kelenjar efektif
mukosa
inflamasi
penyempitan saluran udara

ekspansi Gg. Pertukaran gas leukosit meningkat


menurun

suplay o2 frekuensi pernafasan imun menurun

tidak adekuat cepat.

Hipoksia kuman pathogen dan endogen

kontraksi otot pernafasan difagosit makrofag


Sesak penggunaan energy untuk pernafasan

meningkat anoreksia

Pola nafas tidak

Efektif intoleransi aktifitas defisit nutrisi

9
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan radiologis.
Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a. Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-garis yang parallel.
keluar dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah
bayanganbronkus yang menebal.
b. Corak paru yang bertambah.
Pada emfisema paru terdapat 2 bentuk kelainan foto dada, yaitu:
a. Gambaran defisiensi arteri, terjadi overinflasi, pulmonary oligoemia dan bula
Keadaan ini lebih sering terdapat pada emfisema panlobular dan pink puffer
b. Corakan paru yang bertambah.

2. Pemeriksaan faal paru


Pada bronchitis kronik terdapat VEP! dan KV yang menurun, VR yang bertambah
dan KTP yang normal. Pada emfisema paru terdapat penurunan VEP1, KV, dan
KAEM (kecepatan arum ekspirasi maksimal) atau MEFR (maximal expiratory flow
rate), kenaikan KRF dan VR, sedangkan KTP bertambah atau nomal Keadaan diatas
lebih jelas pada stadium lanjut, sedang pada stadium dini perubahan hanya pada
saluran napas kecil (small airways). Pada emfisema kapasitas difusi menurun karena
permu-kaan alveoli untuk difusi berkurang.
3. Analisis gas darah
Pada bronchitis PaCO; naik, saturasi hemoglobin menurun, timbul sianosis, terjadi
vasokonstriksi vaskuler paru dan penambahan eritropoesis. Hipoksia yang kronik
merangsang pembentukan eritropoetin sehingga menimbulkan polisitemia. Pada
kondisi umur 55-60 tahun polisitemia menyebabkan jantung kanan harus bekerja
lebih berat dan merupakan salah satu penyebab payah jantung kanan. Pemeriksaan
EKG

10
4. Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah terdapat kor
pulmonal terdapat deviasi aksis ke kanan dan P pulmonal pada hantaran II, III. dan
aVF. Voltase QRS rendah Di VI rasio R/S lebih dari I dan V6 rasio R/S kurang dari
1. Sering terdapat RBBB inkomplet.
5. Kultur sputum, untuk mengetahui patogen penyebab infeksi.
6. Laboratorium darah lengkap.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan penatalaksanaan PPOK, yaitu:
1. Memperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada fase akut,
tetapi juga fase kronik
2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian.
3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksi lebih awal.

Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai berikut:


1.Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghenti-kan merokok,
menghindari polusi udara.
2. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.
3. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi antimikroba tidak
perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat sesuai dengan kuman penyebab
infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas atau pengobatan empirik.
4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggu-naan kortikosteroid
untuk mengatasi proses inflamasi (bronko spas-me) masih controversial.
5. Pengobatan simtomatik.
6.Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul. Pengobatan oksigen, hagi
yang memerlukan. Oksigen harus diberi-kan dengan aliran lambat 1-2 liter/menit.
Tindakan rehabilitasi yang meliputi:
a. Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran secret bronkus.
b. Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa me-lakukan pernapasan yang
paling efektif.
c. Latihan dengan beban olahraga tertentu, dengan tujuan untuk memulihkan kesegaran
jasmani

11
d. Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap penderita dapat kembali
mengerjakan pekerjaan semula,
e. Pengelolaan psikosial, terutama ditujukan untuk penyesuaian diri penderita dengan
penyakit yang dideritanya.

12
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
a. Identitas klien.
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register,
diagnose medis, dan status pernikahan.
b. Identitas penanggung jawab klien.
Identitas penanggung jawab klien meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS.
nomor register, status pernikahan, dan hubungan dengan klien.
2. Riwayat Kesehatan
a. Alasan utama masuk rumah sakit.
Alasan atau keluhan pasien saat masuk rumah sakit, dari kapan pasien sudah
merasakan sakit yang dialami.
b. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan keluhan yang paling utama, hanya ada satu
keluhan yang paling menganggu pasien atau mengancam nyawa pasien.
c. Riwayat kesehatan sekarang Penyakit yang dirasakan oleh pasien pada saat
pasien datang kerumah sakit. Pada pasien dengan sinusitis biasanya mengeluh
nyeri saat BAK atau susah untuk BAK.
d. Riwayat kesehatan dahulu.
Riwayat penyakit yang dulu pernah di derita oleh pasien. Misalnya adanya
riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, dan lain-lain.
e. Riwayat kesehatan keluarga.
Riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh keluarga pasien.
f. Riwayat alergi

13
Riwayat alergi merupakan apakah pasien ada alergi terhadap makanan
tertentu atau tidak.
B. DIAGNOSA
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi
perfusi.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan napas,
batuk tidak efektif, dan sekresi yang tertahan.
3. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi
nutrien, ketidakmampuan untuk mencerna makanan, faktor psikologi.

C. INTERVENSI
1) Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi
perfusi
a) Definisi
Kekurangan atau kekurangan oksigenasi dan atau eleminasi
karbondioksida pada membrane alveolus-kapiler.
b) Tindakan
Observasi
 Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
Rasional: Dengan memonitor frekuensi, irama, kedalaman, dan
upaya napas dapat memudahkan perawat untuk menentukan
tindakan yang akan dilakukan

14
 Monitor pola napas (seperti bradipnea, tacipnea, hiperventilasi, ,
kussmaul, cheyneme-stokes biot,ataksik)
Rasional : Dengan memonitor pola nafas perawat dapat
mengetahui frekuensi, kedalaman, irama napas
 Monitor kemampuan batuk efektif
Rasional: Dengan memonitor kemampuan batuk efektif untuk
mengetahui kemampuan batuk efektif pada pasien

Terapeutik
 Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
Rasional : Mengetahui perkembangan klien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
Rasional : Mengetahui fokus keperawatan dan mengevaluasi hasil
keperawatan serta sebagai tanggung gugat perawat
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Rasional : Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga
terkait tindakan yang akan diberikan.
 Informasikan hasil pemantauan
Rasional : Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga
mengenai kondisi terkait masalahnya.
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan
nafas, batuk tidak efektif, dan sekresi yang tertahan
a) Definisi
Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obtruksi jalana nafas
untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten.
b) Tindakan
Observasi
 Identifikasi kemampuan batuk
Rasional : Dengan mengidentifikasi kemampuan batuk klien dapat
memudahkan perawat untuk melakukan tindakan keperawatan.

15
 Monitor adanya retensi sputum
Rasional : Dengan memonitor adanya retensi sputum untuk
mengetahui adanya bakteri penyebab infeksi saluran pernafasan.
 Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
Rasional : Dengan memonitor tanda dan gejala infeksi saluran
nafas dapat memudahkan perawat untuk menentukan diagnosa
yang dialami klien.

Terapeutik

 Atur posisi semi-fowler atau fowler


Rasional : Membantu memaksimalkan ekspansi paru dan
menurunkan upaya pernafasan.
 Pasang perlak dan bengkok dipangkuan pasien
Rasional : Dengan memasang perlak dan bengkok pada pasien
dapat memudahkan pasien pada saat batuk agar sputum tidak
dibuang sembarang.
 Buang sekret pada tempat sputum
Rasional: Dengan membuang sekret pada tempat sputum
memudahkan untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium.
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
Rasional : Dengan mengajarkan tujuan dan prosedur batuk efektif
kepada pasien dapat melatih pasien mengerti dan melakukan
tindakan tersebut dengan mandiri.
 Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik, kemudian dikeluarkan dari mulut dengan bibir
mencucu ( dibulatkan) selama 8 detik
Rasional: Dengsn tindakan tersebut dapat memudahkan pernafasan
pasien dalam batas normal.
 Anjurkan mengulangi tarik nafas dalam hingga 3 kali

16
Rasional : Tarik nafas dalam hingga 3 kali dapat mengatasi
Tacipnea.
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektora
Rasional : Dengan kolaborasi dengan tim medis lainnya
memudahkan pasien dalam upaya pengobatan
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mengabsorbsi
nutrien, ketidakmampuan untuk mencerna makanan,faktor psikologi
a) Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
b) Tindakan
Observasi
 Identifikasi status nutrisi
Rasional :Membantu mengetahui tanda dan gejala nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
 Identifikasi alergi dan intoteransi makanan
Rasional : Membantu pasien makan
 Identifikasi makanan disukai
Rasional : membantu pasien makan
Terapeutik
 Lakukan oral higyene sebelum makan
Rasional :Mulut bersih meningkatkan nafsu makan
 Fasilitas menentukan pedoman diet ( mis, piramida makanan )
Rasional : Membantu pasien memenuhi kebutuhan nutrisinya.
 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Rasional : Membantu pasien makan yang teratur.

Edukasi

 Anjurkan posisi duduk


Rasional : Membantu pasien pada saat makan
 Anjurkan diet yang diprogramkan

17
Rasional : Akan meningkatkan pencapaian dan mempertahankan
berat badan yang sehat serta gaya hidup yang lebih kuat dan aktif.

Kaloborasi

 Kaloborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan


jenis nutrien yang dibutuhkan.
Rasional : Diet sesuai dengan kebutuhan nutrisi pasien.

REFERENSI

Brunner & Suddart, dkk. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah Jakarta: EGC.

Lynda, Juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Jakarta EGC.

PPNI 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Indikator

Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI

PPNI 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Deficit Dan Criteria Hasil

Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI

PPNI 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Tindakan

Keprawatan Jakarta: DPP PPNI

18
Price, S.A. dan Wilson L.M. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Edisi ke-6. Volume 1. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah Brunner & Suddarth Edisi & Vol 1. Alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry

Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC.

Tamsuri, Anas 2008 Seri Asuhan Keperawan Klien Gangguan Pernafasan Jakarta:

EGC

Buku standar diagnosis keperawatan Indonesia, edisi 1

Buku standart intervensi keperawatan Indonesia, edisi 1

19

Anda mungkin juga menyukai