php
KONFIGURASI (KETAHANAN STRUKTUR) BANGUNAN TERHADAP GEMPA
CPMK 1. Mengidentifikasi dan Memahami (C3) prinsip, teknik dan metode konstruksi dasar
melalui pemahaman teknis
CPMK 2. Menerapkan (C3) prinsip, teknik dan metode Struktur bangunan multifungsi (bangunan
bertingkat rendah 2 -4 lantai)
CPMK 3. Mempresentasikan (C4) desain struktur konstruksi dan utilitas bangunan sesuai kaidah
teknik bangunan multifungsi (bangunan bertingkat rendah 2 -4 lantai) dengan
menggunakan CAD
CPMK 4. Memahami (C2) dan menerapkan (C3) prinsip, metode, teknologi pemasangan bahan
dan material (modern / advanced) bangunan multifungsi (bangunan bertingkat rendah
2 -4 lantai) dalam desain arsitektur
Sesi CPMK Pokok Bahasan Bahan Kajian - Literatur Penugasan
6 1-2 KONFIGURASI (KETAHANAN STRUKTUR) Christopher Arnold, et.al Identifikasi elemen
BANGUNAN TERHADAP GEMPA building configuration and struktur untuk
a. Gerakan Tanah
seismic design ketahanan terhadap
b. Reaksi Bangunan
c. Konfigurasi Gempa
KONFIGURASI (KETAHANAN STRUKTUR) BANGUNAN TERHADAP GEMPA
KONFIGURASI umumnya didefinisikan sebagai ukuran dan bentuk bangunan, tetapi juga sifat, ukuran dan lokasi
elemen struktural dan elemen nonstruktural yang dapat mempengaruhi kinerja struktural.
Tiga isu berbeda terkait konfigurasi - oleh Christopher Arnold, dkk (Building Configuration and Seismic Design)
Pentingnya konfigurasi bangunan baik secara keseluruhan atau secara rinci, perlu diperhatikan sedemikian rupa
karena gaya gempa dapat memberikan tekanan yang tidak dapat ditoleransi pada beberapa bahan struktural atau
sambungan tertentu, dan dapat mengakibatkan kegagalan struktur
KONFIGURASI (KETAHANAN STRUKTUR) BANGUNAN TERHADAP GEMPA
Badan Standardisasi Nasional (BSN) telah menetapkan beberapa Standar Nasional Indonesia (SNI) terkait antisipasi
bahaya gempa, salah satunya SNI 1726:2019 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan
gedung dan nongedung.
Kategori risiko I yaitu gedung dan non gedung yang memiliki risiko rendah terhadap jiwa manusia jika terjadi
kegagalan, termasuk tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan; fasilitas
sementara; gudang dan struktur kecil lainnya.
Kategori risiko II yaitu semua gedung dan struktur lain, termasuk tetapi tidak dibatasi untuk perumahan; rumah toko dan
rumah kantor; pasar; gedung perkantoran; apartemen/rumah susun; pusat perbelanjaan; bangunan industri; fasilitas
manufaktur; dan pabrik.
Kategori risiko III yaitu gedung dan non gedung yang memiliki risiko tinggi terhadap jiwa manusia pada saat terjadi
kegagalan, gedung atau non gedung dengan potensi yang menyebabkan dampak ekonomi yang besar atau gangguan
massal terhadap masyarakat jika terjadi kegagalan, serta gedung atau non gedung yang mengandung bahan beracun
atau peledak yang bisa menimbulkan bahaya jika terjadi kebocoran.
Kategori risiko IV yaitu gedung atau non gedung yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang penting, termasuk tetapi tidak
dibatasi untuk bangunan monumental; fasilitas pendidikan; fasilitas pemadam kebakaran; pusat pembangkit energi, dan
lain-lain.
KONFIGURASI (KETAHANAN STRUKTUR) BANGUNAN TERHADAP GEMPA
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Peraturan Menteri PU No.
29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
III.2.2. ARSITEKTUR BANGUNAN GEDUNG
1. Persyaratan Penampilan Bangunan Gedung
i. Bentuk denah bangunan gedung sedapat mungkin simetris dan
sederhana, guna mengantisipasi kerusakan yang diakibatkan oleh
gempa
ii. Dalam hal denah bangunan gedung berbentuk T, L, atau U, maka
harus dilakukan pemisahan struktur atau dilatasi untuk mencegah
terjadinya kerusakan akibat gempa atau penurunan tanah.
iii. Denah bangunan gedung berbentuk sentris (bujursangkar,
segibanyak, atau lingkaran) lebih baik daripada denah bangunan
yang berbentuk memanjang dalam mengantisipasi terjadinya
kerusakan akibat gempa.
iv. Atap bangunan gedung harus dibuat dari konstruksi dan bahan
yang ringan untuk mengurangi intensitas kerusakan akibat
gempa.
KONFIGURASI (KETAHANAN STRUKTUR) BANGUNAN TERHADAP GEMPA
GERAKAN TANAH
KONFIGURASI (KETAHANAN STRUKTUR) BANGUNAN TERHADAP GEMPA
Gerakan Tanah
Skala Richter :
▪ Dikembangkan Prof.Charles Richter dari
California Institute of Technology th 1935
▪ Berdasar pada amplitudo maksimum dari
suatu gelombang seismik yang direkam
pada seismograf standar pada jarak 100
km dari epicentrum gempa.
▪ Tidak menunjukkan durasi atau frekuensi
yang mungkin sangat signifikan dengan
kerusakan yang mungkin terjadi
KONFIGURASI (KETAHANAN STRUKTUR) BANGUNAN TERHADAP GEMPA
Gerakan Tanah
Skala Richter
1. Tidak terasa 7. Sulit berdiri. Mebel patah, dinding batu, bata,
2. Dpt dirasakan orang yang sedang beristirahat, plesteran lepas. Air bergelombang. Tanah
orang yg berada di lantai atas longsor sedikit, Selokan beton mulai rusak.
3. Dirasakan di ruang dalam. Benda yang 8. Cabang pohon mulai patah, aliran dan suhu
tergantung bergoyang. Getaran seperti ada mata air atau sumur berubah, tower, cerobong
kendaraan jenis ringan sedang lewat. Durasinya asap, monumen roboh. Patahan pada tanah
tertentu. Mungkin tidak dikenali sebagai gempa basah.
4. Benda tergantung bergoyang. Getaran seperti 9. Kepanikan. Bangunan batu hancur, Pondasi,
ada kendaraan berat lewat. Jendela, pintu struktur rangka, mulai lepas. Pipa bwh tanah
bergetar. Gelas berdenting. Untuk skala 4 pecah, Patahan pada tanah.
teratas, dinding kayu mulai retak 10. Semua bangunan roboh/hancur beserta
5. Dirasakan di ruang luar. Arah dpt ditentukan. pondasinya. Jembatan, bendungna, hancur.
Orang tidur dapat merasakan. Benda cair mulai Tanah longsor besar. Banjir.
bergerak, benda berpindah, jarum jm mati, pintu 11. Rel KA lepas dan bengkok. Pipa bwah tanah
membuka menutup. hancur dan tak berfungsi sama sekali
6. Dirasakan semua. Orang berjalan tidak stabil, 12. Kehancuran total. Benda-benda terlempar ke
jendela, gelas pecah. Mebel berpindah, plesteran udara.
dan dinding batu mulai pecah, pohon mulai
bergemerisik.
KONFIGURASI (KETAHANAN STRUKTUR) BANGUNAN TERHADAP GEMPA
Gerakan Tanah
https://www.google.com/search?q=akibat+gempa+bumi
KONFIGURASI (KETAHANAN STRUKTUR) BANGUNAN TERHADAP GEMPA
Gerakan Tanah
https://pusatkrisis.kemkes.go.id/gerakan-tanah-pemicu-terjadi-bencana-tanah-longsor
KONFIGURASI (KETAHANAN STRUKTUR) BANGUNAN TERHADAP GEMPA
Reaksi Bangunan akibat Gerakan Tanah karena Gempa
KONFIGURASI (KETAHANAN STRUKTUR) BANGUNAN TERHADAP GEMPA
Reaksi Bangunan akibat Gerakan Tanah karena Gempa
KONFIGURASI (KETAHANAN STRUKTUR) BANGUNAN TERHADAP GEMPA
Reaksi Bangunan akibat Gerakan Tanah karena Gempa
KONFIGURASI (KETAHANAN STRUKTUR) BANGUNAN TERHADAP GEMPA
Reaksi Bangunan terhadap BEBAN LATERAL, akibat Gerakan tanah
Puntiran terjadi apabila beban lateral terdistribusi massa terdistribusi secara merata. massa terdistribusi secara eksentrik.
merata tetapi tidak mendapat reaksi yang sama pusat massa bekerja melalui pusat pusat massa bereaksi eksentrik
geometri melalui pusat geometris
Torsion (puntiran)
Diafragma adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan elemen penahan berarah horisontal (spt lantai dan atap)
Diafragma sebagai balok horisontal Ukuran dan lokasi pelubangan pada lantai (mis: lift,
tangga) mempengaruhi efektivitas diafragma
Diafragma fleksibel mis kayu, baja tanpa beton. Dinding Diafragma rigid mis beton. Beban didistribusikan secara
tengah selalu memberikan reaksi 2x lebih besar dari dinding merata tergantung kekakuan diafragmanya. Elemen
tepi. Diafragma lebih fleksibel dari elemen vertikal. vertikal lebih fleksibel dari diafragma
KONFIGURASI (KETAHANAN STRUKTUR) BANGUNAN TERHADAP GEMPA
Sistem Penahan Gaya Lateral – sub sistem vertikal
KONFIGURASI adalah bentuk keseluruhan bangunan termasuk ukuran, sifat dan lokasi seluruh elemen
struktural (pendukung) dan elemen non struktural di dalamnya.
Skala Bangunan
Berkaitan dengan ukuran/dimensi bangunan
Tinggi Bangunan
Semakin tinggi bangunan, periode getaran juga
semakin meningkat. Berarti beban gempanya akan
semakin besar.
Ukuran Horisontal
Ukuran bentang bangunan dapat menyulitkan
bangunan dalam memberikan respon thd beban
gempa. Hal ini memerlukan penambahan elemen
penguat beban lateral di bagian interior bangunan
sehingga mengurangi bentangannya.
KONFIGURASI (KETAHANAN STRUKTUR) BANGUNAN TERHADAP GEMPA
Proporsi Bangunan
Menunjukkan rasio
tinggi : ketebalan (kerampingan).
Simetri
Berkaitan dengan geometri bangunan. Dapat berupa simetri
dalam denah atau tampak bangunan. Asimetri:
- terbentuk eksentrisitas karena pusat benda dan pusat
kekakuan tidak berada pada satu titik sehingga menimbulkan
puntiran/torsi
- menimbulkan konsentrasi tekanan
Sudut
Sudut dalam (re-entrant corner) dan sudut luar
(outside corner) merupakan bagian bangunan
yang rentan terhadap beban gempa.
https://www.researchgate.net/publication/345039819_A_Review_on_Push
over_Analysis_for_Irregular_Structures
KONFIGURASI (KETAHANAN STRUKTUR) BANGUNAN TERHADAP GEMPA
PENUGASAN
Identifikasi elemen struktur untuk ketahanan terhadap Gempa pada satu
kasus bangunan berlantai 2 sd 4 lantai, al:
1. Geometri bentuk bangunan
a. skala
b. proporsi
c. ….dst
2. Elemen struktur untuk ketahanan terhadap gempa
a. elemen vertical, wujudnya…..
B. elemen horizontal, wujudnya …..
c. elemen …..dst
3. Konfigurasi/Susunan – konstruksi elemen dan komponen