Anda di halaman 1dari 2

KERANGKA ACUAN KERJA

PENANGANAN PERDARAHAN PASCA SALIN

PUSKESMAS BANIONA

I. PENDAHULUAN
Perdarahan postpartum (postpartum hemorrhage / PPH) adalah perdarahan 500 mL atau lebih dari jalan lahir
pada persalinan spontan pervaginam setelah kala III selesai (setelah plasenta lahir) atau 1000 mL pada persalinan
sectio caesarea. Namun karena sulitnya menghitung jumlah perdarahan, seluruh kasus dengan jumlah perdarahan
yang berpotensi menyebabkan gangguan hemodinamik dapat disebut sebagai perdarahan postpartum.

II. LATAR BELAKANG


Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya paling sedikit 128.000 wanita
mengalami perdarahan sampai meninggal. Sebagian besar kematian tersebut terjadi dalam waktu 4 jam setelah
melahirkan. Sebagian besar kasus kematian ibu hamil akibat perdarahan disebabkan oleh perdarahan post partum.
Perdarahan postpartum ada kalanya merupakan perdarahan yang hebat dan menakutkan sehingga dapat
waktu singkat ibu dapat jatuh ke dalam keadaan syok. Atau dapat berupa perdarahan yang menetes perlahan-lahan
tetapi terus-terusan yang juga berbahaya karena kita tidak menyangka akhirnya perdarahan berjumlah banyak, ibu
menjadi lemas dan juga jatuh dalam subsyok atau syok. Karena itu adalah penting sekali pada setiap ibu yang bersalin
dilakukan pengukuran kadar darah secara rutin; serta pengawasan tekanan darah, nadi, pernafasan ibu, dan periksa
juga kontraksi uterus dan perdarahan selama 1 jam.
III. TUJUAN
a. Tujuan Utama
Mencegah terjadinya kematian pada ibu pasca salin
b. Tujuan Khusus
Memberikan pertolongan perdarahan pervaginam setelah melahirkan lebih dari 500 cc atau
perdarahan disertai dengan gejala dan tanda - tanda syok

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Melakukan penanganan perdarahan pasca salin

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


Apabila plasenta belum lahir dalam setengah sampai 1 jam setelah bayi lahir, apalagi bila terjadi
perdarahan, maka harus segera dikeluarkan. Tindakan yang dapat dikerjakan adalah :

 (1) Coba 1 – 2 kali dengan perasat Crede.


 (2) Keluarkan plasenta dengan tangan (manual plasenta).

Pasang infus cairan dektrosa 5%, ibu dalam posisi litotomi, dengan narkosa dan segala sesuatunya
dalam keadaan suci hama.
Tekhnik: tangan kiri diletakkan di fundus uteri, tangan kanan dimasukkan dalam rongga rahim dengan
menyusuri tali pusat sebagai penuntun. Tepi plasenta dilepas–disisihkan dengan tepi jari-jari tangan–
bila sudah lapas ditarik keluar. Lakukan eksplorasi apakah ada luka-luka atau sisa-sisa plasenta dan
bersihkanlah

Manual plasenta berbahaya karena dapat terjadi robekan jalan lahir (uterus) dan membawa infeksi.

 (3) Bila perdarahan banyak berikan transfuse darah.


 (4) Berikan juga obat-obatan seperti uterotonika dan antibiotika.

VI. SASARAN

Ibu Post partum yang mengalami perdarahan

VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


Penanganan perdarahan postpartum dilakukan jika ada kasus

VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN


IX. PENCATATAN, DAN PELAPORAN EVALUASI KEGITAN
X. PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai