BUKU INFORMASI
MENGOPERASIKAN PERALATAN
PEMBUATAN BIOBRIKET
E.38EBT35.005.1
Representative Picture
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. TUJUAN UMUM
Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu mengoperasikan peralatan
pembuatan biobriket
B. TUJUAN KHUSUS
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku informasi mengoperasikan
peralatan destilasi ini guna memfasilitasi peserta sehingga pada akhir diklat diharapkan
memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Menjelaskan prosedur pengoperasian peralatan biobriket
2. Mengoperasikan perlatan pembuatan biobriket
3. Membuat laporan pengoperasian peralatan pembuatan biobriket
BAB II
MENJELASKAN PROSEDUR PENGOPERASIAN PERALATAN BIOBRIKET
TEMPURUNG
Untuk menghasilkan briket arang, hal utama yang harus dilakukan yaitu pembuatan
arang sebagai bahan dasar briket arang. Berbagai macam metoda digunakan
untuk menghasilkan arang, baik metode sederhana maupun dengan menggunakan
peralatan yang lebih modern.
Pada pembuatan briket arang, arang terlebih dahulu dijadikan serbuk, kemudian
serbuk arang dicampur perekat dan dicetak. Bentuk dan ukuran briket arang dapat
Dilihat dari manfaat briket arang tempurung kelapa yang dapat digunakan sebagai
sumber energi alternatif, maka dalam proses pembuatannya juga akan dilakukan
pengujian untuk mengetahui kualitas briket arang yang dihasilkan.
BAB III
MENGOPERASIKAN PERALATAN PEMBUATAN BIOBRIKET
sampai sembilan persen (dihitung berdasar berat kering) dan terutama tersusun
dari lignin, selulosa dan hemiselulosa (Woodroof, 1970).
Adapun komposisi penyusun tempurung kelapa adalah sebagai berikut:
Briket arang tempurung kelapa dibuat dari bahan baku berupa tempurung kelapa.
Pemilihan bahan baku tempurung kelapa yang akan dijadikan arang haruslah
tempurung yang bersih dan berasal dari kelapa yang tua. Selain itu bahan harus
kering, agar proses pembakarannya berlangsung lebih cepat dan tidak
menghasilkan banyak asap (Palungkun, 2001).
o PEMROSESAN
❖ PENGARANGAN CARA SEDERHANA
Pengarangan cara sederhana banyak dilakukan oleh masyarakat, karena dengan
cirri has kesederhanaannya. Pengarangan sederhana dalam prosesnya hanya
akan menghasilkan arang saja, tidak akan menghasilkan asap cair, karena tidak
ada proses penampungan asap. Alat yang dipakai untuk pengarangan adalah
sebuah drum yang difungsikan sebagai tungku, untuk pengarangan dalam jumlah
banyak, dapat menggunakan beberapa tungku pembakaran
❖ Proses Pengarangan :
1. Siapkan tungku pembakaran dan tempurung yang akan dipakai
2. Bersihkan tempurung dari kotoran dan sabut
3. Keringkan tempurung dengan cara dijemur, hingga kadar airnya kira-kira
15%
4. Pengarangan dapat dilakukan dengan cara pengarangan langsung pada
tungku tertutup, dengan bahan bakar dibawah tungku tersebut
5. atau pembakaran tempurung yang akan dijadikan arang pada tungku,
kemudian pada saat semua tempurung sudah terbakar, lalu ditutup dengan
debu sisa pembakaran atau pasir, sihingga terjadi proses pengarangan.
Cara ini tidak memakai bahan bakar tersendiri.
6. Selanjutnya arang tempurung disortir dari bagian pengarangan yang tidak
sempurna/ masih mentah.
7. Untuk menghasilkan kualitas arang yang baik, diperlukan pengalaman dan
cara-cara yang sesuai dengan cara pengarangan modern
Reaksi yang terjadi pada bagian ini adalah reaksi endotermis, yaitu reaksi yang menyerap
panas, artinya panas yang dihasilkan dari reaksi tersebut lebih rendah dari panas yang
diterima. Reaksi ini pada intinya adalah proses menguapkan air, walaupun titik didih air
adalah 100o C tetapi untuk menguapkan air yang berada di dinding sel diperlukan suhu
sampai 200o C.
Pada tahap ini, meskipun lambat terjadi pula proses dekomposisi kayu. Walaupun
kekuatan kayu naik seiring dengan menurunnya kadar air kayu, namun perlahan-lahan
akan menurun jika sudah di atas 100o C. Proses prengarangan berjalan pelan namun
kayu tempurung tidak sampai terbakar. Kelembaban tinggi akibat proses penguapan air.
Tahap ini merupakan reaksi eksotermis , yaitu reaksi yang menghasilkan panas artinya
panas yang dihasilkan dari reaksi ini lebih besar dari yang diterima.
Pada tahap ini proses dekomposisi meningkat pesat, dimulai dari terjadinya proses
dekomposisi komponen kayu misalkan hemiselulosa, selulosa dan lignin.
Hemiselulosa terdekomposisi pada suhu 200o C - 250o C, selulosa mulai 280oC dan
berakhir pada 300o C–350o C, sementara lignin mulai terdekomposisi pada suhu 300o C-
350o C dan berakhir pada suhu 400o C – 450o C.
Pada permulaan pirolisis dihasilkan gas-gas yang mudah terbakar seperti CO, metana,
metanol, formaldehid dan asam asetat. Proses pirolisis selanjutnya menghasilkan tar,
termasuk di dalamnya adalah furfural dan derivatif furan sebagai hasil dekomposisi dari
pentosan, kemudian glukosa sebagai hasil dekomposisi selulosa dan berbagai macam
senyawa aromatik (fenol, xilenol) sebagai hasil dekomposisi lignin. Semua hasil
dekomposisi menguap bersamaan dengan meningkatnya suhu pirolisis dan residu yang
tertinggal adalah arang.
Setelah proses pirolisis selesai kemudian bahan arang tempurung yang didapat
digunakan sebagai bahan pembuatan briket arang tempurung. Proses pembuatan briket
arang tempurung dapat menggunakan cara berikut.
c. Pembuatan Serbuk/Tepung Arang
Tempurung kelapa yang telah menjadi arang, kemudian dibuat serbuk yaitu digiling
dengan mesin penggiling dan ditumbuk. Serbuk yang telah diperoleh disaring
dengan saringan 20 mesh dan tertahan 42 mesh. Serbuk arang siap digunakan
untuk pembuatan briket.
TEPUNG
KANJI/TAPIOKA
(1kg)
TEPUNG
Air (8 liter)
ARANG (25 kg)
PASTA
BIOBRIKET
Gambar 1.14. Mesin Pengaduk/ Mixer Adonan Briket dan Tepung Arang
e. Pencetakan Briket
Setelah adonan briket jadi, kemudian adonan dimasukkan ke dalam alat cetak briket,
o Masukkan adonan briket pada moulding cetakan, sehingga memenuhi seluruh
rongga silinder cetakan, volume adonan briket, seperti halnya volume silinder
cetakan
o Kemudian dipadatkan dengan tangan, sehingga permukaan atas adonan briket,
sama tinggi dengan permukaan bagian atas cetakan
o Mengatur meja cetakan briket, sehingga bagian pin pengepres tepat berada
dibagian tengah (senter) silinder rongga cetakan briket, kuncikan kedudukan meja
cetakan pada posisi yang seharusnya
o Memutar roda torak cetakan, sehingga pin pencetak menekan seluruh permukaan
adonan briket, sehingga terjadi kepadatan tertentu
o Mengeluarkan briket yang telah selesai dicetak, simpan pada loyang dan siap
untuk dikeringkan
Gambar 1.15. Mesin Pengaduk/ Mixer Adonan Briket dan Tepung Arang
f. Pengeringan Briket
Setelah dicetak, selanjutnya biobriket dikeringkan. Pengeringan dapat dilakukan
secara alamiah/manual dijemur dibawah terik matahari, atau dimasukkan pada alat
pengering khusus (oven). Proses pengeringan secara manual di bawah terik
matahari dilakukan selama 3-4 hari, atau kalau dengan menggunakan oven,
dikeringkan pada suhu oven 60oC selama 24 jam. sebelum dimasukkan oven, briket
diangin-anginkan terlebih dahulu minimal 12 jam, agar tidak terjadi pengeringan yang
mendadak, yang dapat menyebabkan pecah-pecah.
Gambar 1.16. Pengeringan Bio Briket Pada Oven Khusus Pada Temp. 60 O C
Gambar 1.17. Pengeringan Bio Briket Pada Oven Khusus Pada Temp. 60O C
BAB IV
MEMBUAT LAPORAN PENGOPERASIAN PERALATAN PEMBUATAN BIOBRIKET
DAFTAR PUSTAKA
A. BukuReferensi
a. Tim Pengembang Teknik energi Terbarukan, 2013, Modul Pembuatan biobriket
dari tempurung kelapa, PPPPTK BMTI, Bandung.
b. Tahir, I., 1992. Pengambilan Asap Cair Secara Destilasi Kering Pada Proses
Pembuatan Karbon Aktif Dari Tempurung Kelapa. UGM, Yogyakarta
B. Referensi Lainnya
A. Daftar Peralatan/Mesin
B. Daftar Bahan
DAFTAR PENYUSUN