Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTEK INDUSTRI

SISTEM PROTEKSI BAY LINE PADA TYPICAL BUSBAR 1.5 BREAKER


GIS DI PT SCHNEIDER INDONESIA

Oleh:
AIZA RAHMAN
160534611687

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
September 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
segala rakhmat, taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan praktek industri dengan judul “Sistem Proteksi Bay line Pada Typical
Busbar 1.5 Breaker Gis” dengan baik dan tepat waktu. Laporan ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat pendidikan S1 di Program Studi Pendidikan Teknik
Elektro Universitas Negeri Malang.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan karunia-Nya sehingga laporan kegiatan
praktek ini dapat terselesaikan dengan lancar.
2. Prof. Dr. Marji, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri
Malang.
3. Aji Prasetya Wibawa, S.T., M.M.T., Ph.D., selaku Ketua Jurusan Teknik
Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang.
4. Shofiyah Al Idrus, S.Pd, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Praktek Industri
Universitas Negeri Malang
5. Adapureddy Rajesh selaku EAC director yang telah mengizinkan mengikuti
kegiatan praktek industri di PT. Schneider Indonesia
6. Gege Tharistiawan selaku Pembimbing Praktek Industri dan Mukhlis
Sunaryadi serta kepada seluruh kru Schneder Indonesia yang telah
memberikan ilmu, bantuan dan dorongan semangat tanpa terkecuali
7. Orang tua, keluarga dan teman-teman Teknik Elektro Universitas Negeri
Malang yang telah membantu dan memberi kritik dan saran yang
membangun.
8. Daniel Yudya Pasarella dan Chandra Wahyu Nur Khamdan selaku teman
kelompok yang telah memberi dorongan dan dukungan baik secara langsung
maupun tidak langsung
9. Semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan Praktek Industri
secara langsung maupun tidak langsung.

ii
Penulis sadar bahwa laporan yang telah penulis susun memiliki banyak
kekurangan. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
dari semua pihak.
Penulis berharap, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
khususnya dan pembaca pada umumnya

Malang, 22 September 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... vi
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Tujuan Pendidikan ............................................................................. 2
C. Manfaat .............................................................................................. 2
D. Waktu dan Tempat Praktek Industri .................................................. 3
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Identitas Perusahaan .......................................................................... 4
B. Sejarah Perusahaan ............................................................................ 4
C. Visi ..................................................................................................... 5
D. Misi .................................................................................................... 6
E. Struktur Organisasi ............................................................................ 6
BAB III TINJUAN PUSTAKA
A. Gas Insulated Switchgear .................................................................. 7
B. Peralatan Utama GIS.......................................................................... 8
C. Typical Busbar 1.5 breaker GIS ........................................................ 9
D. Sistem Proteksi .................................................................................. 11
E. Sistem Proteksi Bay line pada Typical Busbar 1.5 Breaker.............. 12
BAB IV KEGIATAN KHUSUS
A. Deskripsi Sistem ................................................................................ 17
B. Kebutuhan Dalam Sistem .................................................................. 19
C. Pembuatan dan Penerapan Sistem ..................................................... 21
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 22
B.Saran ................................................................................................... 30
DAFTAR RUJUKAN ............................................................................................. 31
LAMPIRAN

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Gedung Ventura .................................................................................. 4


Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT. Scneider Indonesia ....................................... 6
Gambar 3.1 Gas Insulated Substation (GIS) ........................................................... 8
Gambar 3.2 PMT Media Gas SF6 (SF6 Circuit Breaker) ....................................... 8
Gambar 3.3 Saklar Pembumian pada GIS .............................................................. 11
Gambar 3.4 Typical 1.5 Busbar .............................................................................. 12
Gambar 3.5 Relai Jarak ........................................................................................... 15
Gambar 3.6 BCU (Bay Control Unit) ..................................................................... 16
Gambar 3.7 HMI (Human Machine Interface) ....................................................... 16
Gambar 3.8 Arsitektur SOGI .................................................................................. 17
Gambar 4.1 Skema Typical Busbar 1.5 Breaker..................................................... 20
Gambar 4.2 Single Line Ethernet Switch ................................................................ 21
Gambar 4.3 Single Line HMI Bay line .................................................................... 21
Gambar 4.4 Single Line Diagram Masukan Tegangan pada MPU ......................... 23
Gambar 4.5 Single Line Diagram Masukan Arus pada MPU ................................. 23
Gambar 4.6 Skema Zona Proteksi Relai Jarak ........................................................ 24
Gambar 4.7 Wiring Diagram Pengiriman Signal MPU ke Lockout Relay CB-2 .... 25
Gambar 4.8 HMI Alaram pada MPU ...................................................................... 25
Gambar 4.9 Single Line Diagram Masukan Arus pada BPU .................................. 26
Gambar 4.10 Wiring Diagram Pengiriman Signal BPU ke Lockout Relay CB-2 .... 27
Gambar 4.11 HMI Alarm pada BPU........................................................................ 27
Gambar 4.12 Single Line Diagram gas detector ...................................................... 28
Gambar 4.13 HMI Alarm Gas SF6 .......................................................................... 28
Gambar 4.14 Wiring Diagram Pengiriman Signal Gas Detector ke lockout Relay CB-2 .. 29

v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Praktek Industri (PI) adalah merupakan suatu sistem pembelajaran yang
dilakukan diluar Proses Belajar Mengajar dan dilaksanakan pada
perusahaan/industri atau instansi yang relevan. Secara umum pelaksanaan
program PI ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
mahasiswa dibidang teknologi, penyesuaian diri dengan situasi yang sebenarnya,
mengumpulkan informasi dan menulis laporan yang berkaitan langsung dengan
tujuan khusus. Setelah mahasiswa melaksanakan program PI secara khusus
mahasiswa diharapkan memperoleh pengalaman yang mencakup tinjuan tentang
perusahaan, dan kegiatan-kegiatan praktek yang berhubungan langsung dengan
teknologi.

PI di PT. Schneider Indonesia Jakarta selatan sebagai tempat pelaksaan


kerja praktek. salah satu instansi yang bergerak di bidang industri alat kelistrikan
dan pemasangannya. Merupakan pelopor revolusi industri , mempunyai produk
dan peralatan yang memiliki kemampuan untuk saling berkomunikasi serta
memiliki kecanggihan untuk yang dibutuhkan untuk mempermudah memantau
maupun pengamanan dalam suatu tenaga listrik Selain itu, praktekan juga dapat
mengikuti perkembangan dan kemajuan teknologi, serta menambah wawasan
baru mengenai sistem ketenaga listrikan. Salah satunya yaitu sistem proteksi
yang terdapat pada pembangkit dan transmisi tenaga listrik yang memiliki sistem
proteksi, sistem proteksi mempunyai peranan dalam pembangkit, transmisi, dan
distribusi tenaga listrik. Sistem proteksi memiliki kemampuan untuk mencegah,
merasakan saat adanya gangguan pada sebuah rangkaian pembangkit, transmisi,
dan distribusi tenaga listrik, sehingga peralatan yang terdapat pada rangkaian
tersebut tidak mengalami kerusakan dan kegagalan sistem, sehingga menekan
kerugian dan kegagalan sistem pada aliran listrik yang berasal dari pembangkit
akan dikirimkan disetiap konsumen. Sistem proteksi terbagi dalam proteksi
pembangkit, transmisi, dan distribusi pada kesempatan ini praktekan mebuat
rancangan mengenai sistem proteksi yang terdapat pada trasnsmisi tenaga listrik
PLN (Perusahaan Listrik Negara) dengan menggunakan typical busbar 1.5

1
breaker. Sistem proteksi transmisi pada rancangan ini menggunakan jenis relai
pengaman jarak dan arus yang diproduksi oleh PT. Schneider Indonesia , di
gunakannya pengaman jarak karena transmisi memiliki penyulang listrik panjang
sehingga dapat merasakan atau mendeteksi adanya gangguan pada daerah operasi
relai arus yang berguna sebagai pengaman saat terjadi gangguan arus lebih pada
penyulang listrik, kedua pengaman ini saling koordinasi karena relai yang
digunakan memiliki kemampuan untuk saling berkomunikasi, pengaman jarak
sebagai pengaman utama dari transmisi dan pengaman arus lebih sebagai back up
dari pengaman utama membuat pengamanan pada jaringan transmisi lebih
mutakhir saat mendeteksi atau mengisolasi gangguan yang terjadi.

2
2

B. Tujuan Praktik Industri


Adapun tujuan khusus dari kegiatan Praktik Industri ini adalah sebagai
berikut:
1. Menjabarkan skema sistem proteksi pada bay line pada typical busbar 1,5
breaker di GIS.
2. Merancang fungsi kerja dari MPU dan BPU pada bay line.
3. Merancang pengamanan gas SF6

C. Manfaat Praktik Industri


1. Bagi Mahasiswa
Adapun manfaat dari kegiatan Praktik Industri ini bagi mahasiswa
adalah sebagai berikut :
a. Mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang dimilikinya pada suatu kegiatan
nyata dengan harapan dapat membandingan pengetahuan yang diterima
di bangku kuliah dengan kenyataan di lapangan.
b. Menguji kemampuan pribadi dalam berkreasi pada bidang ilmu yang
dimiliki serta tata cara hubungan masyarakat pada lingkungan kerja.
c. Memperdalam dan meningkatkan keterampilan serta kreativitas dari
dalam lingkungan sesuai dengan disipln ilmu yang dimilikinya.
d. Dapat menyiapkan langkah-langkah yang diperluan untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungan kerjanya dimasa yang akan datang.
e. Menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman selaku generasi yang
terdidik untuk siap terjun di masyarakat khususnya di lingkungan kerja.
3

2. Bagi Universitas Negeri Malang


Adapun manfaat dari kegiatan Praktik Industri ini bagi Universitas
Negeri Malang adalah sebagai berikut :
a. Sebagai bahan masukan untuk mengevaluasi sampai sejauh mana
kurikulum yang telah diterapkan sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja
yang terampil dalam bidangnya.
b. Sebagai masukan dalam penyempurnaan kurikulum yang akan datang.
c. Sebagai pengenalan instansi pendidikan khususnya program studi
Pendidikan Teknik Elektro pada perusahaan atau instansi yang
membutuhkan lulusan atau tenaga kerja.
d. Mencetak tenaga kerja yang terampil, disiplin dan jujur dalam
menjalankan kegiatan sehari-hari dalam menjalaskan tugas.

3. PT. Schneider Indonesia


Adapun manfaat dari kegiatan Praktik Industri bagi PT. Schneider
Indonesia adalah sebagai berikut :
a. Membantu meyelesaikan pekerjaan sehari-hari di instansi tempat
diadakannya Praktik Industri.
b. Sebagai sarana untuk menjembatani hubungan kerjasama antara instansi
dengan perguruan tinggi di masa yang akan datang khususnya mengenai
recruitmen tenaga kerja

D. Waktu dan Tempat Praktik Industri


Praktik Industri dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2019 sampai
dengan tanggal 13 Agustus 2019 bertempat di PT. Schneider Indonesia yang
beralamat di Cilandak Barat, Jakarta Selatan.
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Identitas Perusahaan
PT Schneider Indonesia merupakan sebuah perusahaan yang
bergerak di bidang elektrik. Beberapa bagian dari PT Schneider Indonesia
tersebar Indonesia, salah satunya PT Schneider Indonesia yang beralamat
di Gedung Ventura 7th Floor Suite 701, Jl RA. Kartini Kav 26, Cilandak
Barat, Jakarta Selatan.

Gambar 2.1 Gedung Ventura


Sumber : appi-electric.co.id

B. Sejarah Perusahaan
Schneider Electric merupakan perusahaan dari Perancis yang
didirikan oleh dua bersaudara pada tahun 1836. Dua saudara tersebut
bernama Eugène dan Adolphe Schneider. Pada tahun 1981, grup Schneider
terbagi menjadi dua titik focus yaitu di elektrik dan pengontrolan industri.
Pada tahun 1999, Groupe Schneider berganti nama menjadi Schneider
Electric. CEO dari Schneider Electric dari tahun 2000-sekarang bernama
Jean-Pascal Tricoire.

4
5

Schneider Electric pada tahun 1836 sebagai permulaan perusahaan ini


bekerja di bidang pembuatan baja. Pada tahun 1870-1944 mulai menggunakan
strategi baru dalam memproduksi baja. Baja yang diproduksi harga
pembuatan yang murah akan tetapi menghasilkan baja yang berkualitas.
Setelah revolusi Prancis, perusahaan ini menemui masa kritis. Charles
Schneider sebagai pemimpin baru bekerja secara progresif meninggalkan
industry perlatan perang dan masuk ke sector sipil.
Pada tahun 1981, Didier Pineau-Valencienne sebagai pimpinan baru
dari perusahaan ini. Beliau mengubah struktur perusahaan, dan menghaous
sector yang tidak menguntungkan. Setelah masalah krisis finansial selesai.
Pada tahun 1999 dibawah CEO yang bernama Henri Lachmann mengubah
nama perusahaan. Penggantian nama perusahaan menunjukkan bahwa
perusahan tersebut bergerak di bidang elektrik.
Sedangkan PT Schneider Indonesia memiliki pabrik sendiri. Pabrik
tersebut terdapat di 3 tempat di Indonesia, yaitu di Cikarang, Cibitung, dan
Pulau Batam dengan total karyawan 4500 orang. Pabrik yang berada di
Cibitung dibangun pada tahun 2012. Dan pada tahun 2017, Pabrik Schneider
Indonesia yang berada di Cikarang sekarang dikembangkan dan dibesarkan
menjadi Pabrik Engineering To Order terbesar di Asia. Pada pabrik tersebut
mengahsilkan produk berupa panel tegangan rendah sampai menengah,
sekaligus dengan pemasangan.

C. Visi
PT. Schneider Indonesia memiliki visi menjadi global specialist in
energy management agar penggunaan energy listrik menjadi Safe (lebih
aman), reliable, efficient, productive, dan green, artinya bahwa PT. Schneider
Indonesia lebih memfokuskan pada energy management antara sisi
pembangkitan dan sisi pengguna. Jadi PT. Schneider Indonesia tidak bergerak
pada energy production (produsen pembangkit), dan energy usage (produsen
6

pompa, conveyor, dll), melainkan bergerak sebagai energy management yang


mengatur penggunaan energy listrik antara pengguna dan pembangkit.

D. Misi
Misi PT. Schneider Indonesia yaitu sebagai berikut:
a. Schneider Electric berpegang pada ;
1. Distribusi Electric

2. Otomasi Industri
3. Jasa yang Terkait
b. Membantu pelanggan kita dalam mengoptimalkan penggunaan energi
mereka.

E. Struktur Organisasi

EAC Director
Adapureddy Rajesh

Administration/Secretary
Ide Rohayu

Head Project Manager Engineering Manager Tendering System Architecture


Nurkholis Wahyudi Mukhlis Sunaryadi

DCS Engineer Protection Engineer CCS Engineer

Project Manager Transmission & Oil & Distribution Specialist


Ikim Kurniawan Gas Specialist
Mukti WardhanaNeeli
MohanakrishnaAziz
Ardani PutraSarah
Nona Rizki A Lead Engineer Lead Engineer Lead Engineer Lead Engineer Lead Tendering Lead Engineer
Gege Tharistiawan Uus Musolini Yusuf Ardi Argo Dwi Artato Zaki Mubarok Eko Setiawan

Engineer Engineer Engineer Engineer Engineer


Pravirta Hutomo Arip Saepudin Johar Rekaning
Bambang Supriyanto Hugo Nandian P
Uriep Suriepto
Romadhoni Hadiyasa Jeprizal
Ridha
Ranu Larson B Hendra Kusumah
Fajar Andrian Dwi Y M. Anung Darmawan
Ade Rukmana Ghufron Fawuid
Rajesh Kumar

Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT Scneider Indonesia


Sumber : Dokumentasi Pribadi
BAB III
TINJUAN PUSTAKA

A Sistem Proteksi Bay Line


Sistem proteksi adalah sebuah sistem pengamanan taerhadap gangguan-gangguan
yang menyababkan kerusakan dan malfungsi pada sebuah rangkaian listrik. Dalam
(IEV 448-11-04 dalam PT. PLN (Persero) P3BJB, 2013) Sistem proteksi adalah
sistem yang mengatur satu atau lebih peralatan proteksi, dan peralatan lain yang di
maksudkan untuk melakukan satu atau lebih fungsi proteksi tertentu.

Oleh karena itu yang dimaksud Proteksi bay line adalah sistem pengamanan
terhadap gangguan-gangguan yang terjadi pada transmisi tenaga listrik.

1. Pengertian Jenis Proteksi IED (Intelligent Electronic Device)


Jenis Proteksi IED (Intelligent Electronic Device) yaitu suatu peralatan
yang terdiri dari satu atau lebih processor yang mempunyai kemampuan untuk
menerima atau mengirim data/kontrol dari atau ke sumber eksternal, sebagai
contoh: peralatan meter elektronik multi fungsi, relai digital/numeric dan
Controller. Kemampuan IED dapat mengeksekusi sifat dari satu atau lebih
logical nodes tertentu dalam konteks tertentu walaupun kadang-kadang dibatasi
oleh interface itu sendiri.
IED memiliki fungsi sebagai :
a. Supervisory Control/Interlocking
b. Perekaman kejadian
c. Meterin/Measurement
d. Relai Proteksi
e. Sensor/Monitoring (Early Warning System), Instrument Trafo (arus dan
tegangan), Instrument PMT/PMS
f. Komunikasi

7
fungsi dari arsitektur IED adalah :
a. CPU (Central Processing Unit) untuk menginterpretasikan instruksi dan
meproses data yang telah diisikan pada proteksi dan control.
b. PCMCIA (Personal Computer Memory Card International Association)
merupakan standard untuk Portable Computer Card. PC Card adalah
peripheral dimana mampu menambah fungsi perangkat keras. Dalam
masalah yang khusus, dikomunikasikan ke sistem dengan level yang lebih
tinggi seperti Station Level Computer.
c. RAM (Random Acces Memory) Menyimpan data sepanjang power supply
tersedia. Dalam IED, RAM diperguanakan sebagai media penyimpanan
data saat berhubungan dengan komputasi real time seperti perhitungan
dan fungsi penyelesaian instruksi pada proteksi.
b. EPROM Data disimpan dalam Eraseble Programmable Read Only
Memory. Data dapat dihapus hanya dengan memaparkan Dalam IED,
EPROM digunakan sebagai media penyimpanan untuk program-program.
Saat IED mati karena tidak mendapatkan suplay maka EPROM akan
tidak mati
c. Filter A/D Converter pengukuran analog A/D mengkonversi sinyal
analog kedalam bentuk digital yang sesuai untuk diproses oleh IED.
d. Interface to HMI, kebanyakan IED dapat berkomunikasi dengan HMI,
berupa perintah atau control melalui HMI

Oleh karena itu perlatan pengaman jenis IED dapat melakukan


pengukuran dan pengawasan terhadap transmisi tenaga listrik yang memiliki
kemampuan untuk menerima atau mengirim data/kontrol dari atau ke ruang
kontrol.

8
2 Relai
Relai adalah komoponen yang digunakan sebagai sakelar yang
digerakkan oleh arus listrik, relai merupakan komponen yang diibaratkan sebagai
indera perasa, apabila menagalamai gangguan pada suatu sistem maka relai dapat
merasakan gangguan tersebut seperti gangguan teganagan, arus, impedansi
maupun hambatan dari rangkaian tenaga listrik tersebut, serta berkerja dengan
menarik kontak dengan waktu tunda dan memberikan perintah command untuk
mentripkan sebuah coil atau PMT pada relai proteksi yang digunakan pada gardu
induk yaitu jenis relai proteksi IED ( Intelligent Electronic Device).
Jenis jenis relai :
a. Relai jarak/relay distance

Pada prinsipnya rele jarak adalah mengukur nilai arus dan nilai tegangan
pada suatu titik tertentu untuk mendapatkan impedansi saluran dan kemudian
membandingkannya dengan suatu nilai setting tertentu untuk menentukan
apakah rele harus bekerja atau tidak. Jika impedansi yang terukur didalam batas
settingnya, maka rele akan bekerja. Disebut rele jarak, karena impedansi pada
saluran besarnya akan sebanding dengan panjang saluran. Oleh karena itu, rele
jarak tidak tergantung oleh besarnya arus gangguan yang terjadi, tetapi
tergantung pada jarak gangguan yang terjadi terhadap rela proteksi. (Tobing,
2008). Relai jarak adalah sebuah perangakat yang digunakan sebagai pengaman
utama atau main protection unit pada suatu sistem transmisi tenaga listrik
disebut relai jarak karena pada relai ini membandingkan impedansi pada saluran
denagan panjang saluran, Relai jarak bekerja dengan membagi daerah cakupan
pengamanan yaitu zona 1, zona 2, dan zona 3, serta dilengkapi dengan
teleproteksi (TP) sebagai upaya agar proteksi bekerja selalu cepat dan selektif
didalam daerah pengamanannya. Masalah pengukuran impedansi sistem
transmisi dibagi menjadi beberapa daerahcakupan pengamanan yaitu zone -1,
zone -2, zone -3 karena dalamskemaperlindunganukuranimpedansi rele jarak

9
hanya bergantung pada panjang garis penghantar yang terkena gangguan pada
titik rele (G.R.Barse. 2015).

Gambar 3.5 Relai Jarak


Sumber: Dokumentasi pribadi

b. Relai Arus
Relai arus adalah suatu perangkat pengamanan berdasarkan adanya
gangguan arus pada suatu rangkaian yang nilai arus tersebut tidak sesuai
dengan settingan arus normal pada suatu rangakain energy tenaga listrik, pada
relai ini juga digunakan sebagai proteksi jika terjadinya over current atau arus
hubung singkat sehingga tidak merusak pada komponen-komponen yang
terdapat pada rangkaian tenaga listrik tersebut
Relai dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu :
1) Standard Inverse
2) Very Inverse
3) Extremely Inverse
4) Long Time Inverse

Oleh karena itu


3. BCU (Bay Control Unit)
BCU adalah sebuah alat yang digunakan sebagai alat otomasi gardu induk
yang sudah mengadopsi perlatan berbasis IED, BCU sendiri digunakan sebagai
control terhadap bay yaitu sebuah subsistem pada diagaram satu garis dari gardu
induk yang dapat melakukan telemetering, telesignal, yang diguanakan sebagai
penampilan dalam HMI.

10
Gambar 3.6 BCU (Bay Control Unit)
Sumber : sumber pribadi

4. HMI (Human Machine Interface)

Dalam sebuah sistem, antarmuka pengguna dengan perangkat diperlukan


untuk proses memudahkan dalam mengoperasikan dan memonitoring sebuah
rangkaian tenaga listrik, tujuan dibuatkannya HMI human machine interface
adalah sebagai memudahkan pengontrolan dan memonitoring pada rangkaian
tenaga listrik karena manusia dapat memahami dengan tampilan dalam bahasa
yang lebih manusiawi dan mudah untuk dikontrol oleh manusia.

Gambar 3.7 HMI (Human Machine Interface)


Sumber : Sumber Pribadi

11
Pembahasan diatas merupakan bagian-bagian dari sitem proteksi terdapat
jenis relai jarak dan arus dan BCU yang digunakan pada proteksi transmisi tenaga
listrik memiliki jenis IED yang dapat melakukan penerima dan mengirim sinyal atau
data kepada HMI yang akan menampilkan data atau sinyal di pusat kontrol.

Gas Insulated Switchgear atau Gas Insulated Substation biasa disebut dengan
istilah GIS, merupakan sebuah sistem penghubung dan pemutus jaringan listrik yang
dikemas dengan menggunakan gas SF6 bertekanan sebagai material isolasi elektrik
dan pemadaman busur api. GIS sendiri merupakan salah satu klasifikasi gardu induk
yang menggunakan isolasi Gas GIIS adalah suatu gardu induk yang semua peralatan
switchgearnya berisolasikan gas SF6 , karena sebagian besar peralatannya terpasang
di dalam gedung dan dikemas dalam tabung.
Gardu induk yang menggunakan gas SF6 sebagai isolasi antara bagian yang
bertegangan dengan bagian lain yang bertegangan, ataupun antara bagian yang
bertegangan dengan bagian yang tidak bertegangan.. Gardu induk ini disebut Gas
Insulated Switchgear (GIS), yang memerlukan tempat yang sempit (Kemendikbud,
2013: 7).
GIS terbagi menjadi dua, yaitu di dalam ruangan (indoor) dan di luar ruangan
(outdoor). GIS biasa ditempatkan pada perkotaan karena luas wilayah yang terpakai
lebih kecil dibandingkan dengan yang konvensional. Pada awalnya GIS merupakan
sebuah konsep dari “ ruang yang tertutup ” oleh bahan logam pada tahun 1920
dimana minyak digunakan sebagai bahan isolasi di dalamnya. Kemudian pada tahun
1930-an, digunakanlah gas untuk pertama kalinya sebagai media isolasi , dimana
Freon merupakan gas pertama yang dipakai saat itu . Dengan munculnya teknologi
untuk menghasilkan Gas SF6, maka digunakanlah gas SF6 sebagai media untuk
mengisolasi sistem tegangan tinggi pada GIS.

12
8

Gambar 3.1 Gas Insulated Substation (GIS)


Sumber Kemendikbud (2013: 7)

B Peralatan Utama GIS

1. PMT Media Gas SF6 (SF6 Circuit Breaker))


Pemutus Tenaga (PMT) atau Circuit Breaker adalah suatu komponen pada
GIS yang digunakan sebagai pemutus rangkaian listrik pada suatu sistem tenaga
listrik,yang dibuat untuk melindungi sistem dari sebab gangguan hubung singkat,
tegangan lebih, yang dapat menimbulkan kerusakan. Tidak seperti sekering, pemutus
tenaga dapat di set ulang baik secara manual ataupun otomatis untuk mengalirkan
arus listrik menutup rangkaian listrik. Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk
memutus arus sampai 40 kA dan pada rangkaian bertegangan sampai 765 kV. Media
gas yang digunakan pada tipe ini

Gambar 3.2 PMT Media Gas SF6 (SF6 Circuit Breaker)


Sumber: pedoman GIS (2014:06)
9

Cara kerja PMT gas SF6 :


Gas SF6 memiliki sifat tidak berwarna, tidak berbau, tidak berracun dan
tidak mudah terbakar. Pada temperatur diatas 150o C gas SF6 mempunyai sifat
tidak merusak metal, plastik dan bermacam-macam bahan yang umumnya
digunakan dalam pemutus tenaga tegangan tinggi. Sebagai isolasi listrik, gas SF6
mempunyai kekuatan dielektrik yang tinggi (2 - 3 kali dari udara) dan kekuatan
dielektrik ini bertambah dengan pertambahan tekanan. Sifat lain dari gas SF6
ialah mampu mengembalikan kekuatan dielektrik dengan cepat, setelah arus
bunga api listrik melalui titik nol. Pada PMT tipe tekanan tunggal, diisi gas SF6
dengan tekanan kira-kira 5 Kg/cm2. Selama pemisahan kontak-kontak, gas SF6
ditekan kedalam suatu tabung atau silinder yang menempel pada kontak
bergerak. Pada waktu pemutusan gas SF6 ditekan melalui nozzle dan tiupan ini
yang memadamkan busur api.
Pada tipe tekanan ganda, gas dari sistem tekanan tinggi dialirkan melalui
nozzle ke gas sistem tekanan rendah selama pemadaman busur api. Pada tipe
tekanan tinggi tekanan gas kurang lebih 12 Kg/cm dan pada sistem gas tekanan
rendah tekanan gas kurang tekanan tinggi. ( Burhanulloh, 2017).
2. Disconecting Switch (Ds)
Disconecting Switch (Ds) atau PMS merupakan alat proteksi atau pengaman
pada GIS yang berfungsi sebgai pemisah peralatan atau komponen yang terdapat
pada GIS dari arus tegangan yang ada pada jaringan listrik, sehingga dapat
dilaksanakannya proses perawatan perbaikan pada gardu oleh operator dalam
keadaan safety, secara garis besar pengertian Disconecting Switch. Disconnecting
switch (DS) atau pemisah (PMS) sebuah alat yang dipergunakan untuk
menyatakan secara visual bahwa suatu peralatan masih tersambung atau sudah
bebas dari tegangan kerja. Dari defenisi diatas maka dapat diketahui fungsi dari
pemisah (PMS) adalah sebuah alat yang dapat menyambung atau memutuskan
rangkaian dengan arus yang rendah kurang lebih lima ampere (5A).
Sesuai dengan fungsinya pemisah dibagi menjadi dua bagian, yaitu : Pemisah
tanah dan pemisah peralatan. Pemisah tanah berfungsi untuk mengamankan
10

peralatan dari tegangan sisa yang timbul dari SUTT yang telah diputuskan, dapat
juga untuk mengamankan dari tegangan induksi yang berasal dari kabel
pengahantar atau kabel kabel yang lainnya.
Sedangkan Dalam buku yang diterbitkan oleh Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia (2013) menerangkan fungsi-fungsi PMS
yaitu :
a. Pemisah tanah
Pemisah tanah memliki kegunaan utama untuk meproteksi gangguan yang
berakibat kerusakan sesuadah proses SUTT. Hal ini bertujuan untuk
memberikan safety untuk pekerja
b. Pemisah peralatan.
Pemisah peralatan merupakan jenis pemisah yang diaplikasikan tanpa
memiliki beban. Pemisah jenis ini memiliki kegunaan utama untuk
memberikan sket pada alat atau komponen yang memiliki tegangan.
3. Earth Switch
Earth switch merupakan alat pengaman atau proteksi yang menghubungkan
bagian-bagian hidup/kabel line pada tenaga listrik yang digunakan sebagai
mentanahkan bagian aktif ke tanah selama proses pemeliharaan dan pengujian,
meskipun saat DS disconnecting switch terbuka atau CB masih terdapat tegangan
sisa yang masih ada pada rangkaian, maka dari itu untuk memberikan keamanan
saat proses pemeliharaan maupun pengujian menutup earth switch sehinggga
aliran tegangan sisa pada Line akan masuk ke pentanahan Muhammad
Nurhuda(2018:21) mengemukakan bahwa saklar grounding earth switch memiliki
fungsi sebagai mengalirkan arus dan tegangan sisa ke tanah sehingga sistem aman
saat dilakukannya pemeliharaan dan pengujian.
11

Gambar 3.3 Saklar Pembumian pada GIS


Sumber Kemendikbud (2013: 7)

Pada proses kerjanya sakelar pembumian atau earth swtich dapat ditutup
hanya saat sakelar PMS atau DS dalam kondisi terbuka dan tidak adanya busur
api. Karena fenomena dari busur api dapat membahayakan peralatan sistem
tenaga listrik.

Pembahasan diatas merupakan pengertian dari GIS serta komponen-


komponen yang terdapat pada GIS yang terdiri dari PMT,DS,dan ES, yang
masing-masing komponn ini memiliki isolasi busur api dengan gas SF6.

C Typical Busbar 1.5 breaker GIS


Gardu Induk dengan satu setengah merupakan sebuah busbar yang
mempunyai dua busbar. pada umumnya gardui induk ini dipakai pada pembangkit
tenaga listrik atau gardu induk yang berkapsiatas besar. Segi pengoperasian nya type
busbar ini sangat efektif, karena pada fungsinya dapat mengurangi pemadaman beban
pada saat dilakukannya maintenance atau perbaikan pada gardu induk maupun saat
terjadinya perubahan sistem, pada type ini menggunakan 3 PMT dalam satu line,
yang di set secara seri.
1. Keuntungan
a. Operasi paling fleksibel
b. Memiliki keandalan tinggi
c. Mudah untuk melakukan maintenance bus
d. Kegagalan pada bus tidak mengakibatkan putusnya jaringan
2. Kekurangan
a. Setiap jaringan disokong oleh 3/2 breaker
12

b. Circuit breaker yang berada di tengah menyokong 2 buah jaringan

Gambar 3.4 typical 1.5 busbar


Sumber : Darwis Girsang (2008:12)

Jenis busbar 1.5 breaker memiliki ke efektifan dikarenakan memiliki 3 CB


atau PMT yang berguna memisahkan bagian yang satu dengan lain apabaila terjadi
gangguan sehingga saat ada pemadaman maka semua sistem tidak akan mati juga
memudahkan saat melaksanakan perawatan yang memungkinkan untuk tidak
mematikan semua sistem.

D. Sistem Proteksi

E. Sistem Proteksi Bay Line pada Typical Busbar 1.5 Breaker


Bay line merupakan Bay level yang terdiri dari perangkat kendali bay
termasuk Bay Control Unit, Bay proteksi, Ethernet switch, dan perangkat penunjang
lainnya.Level ini berhubungan langsung dengan perangkat utama yang ada di
switchyard seperti PMT, PMS, dan sensor-sensor. Semua peralatan saling
berhubungan, Control center yang merupakan pusat kendali dari sistem otomasi pada
gardu induk secara global, yaitu kendali dari beberapa Gardu Induk yang tercakup di
wilayahnya. Control Center terletak di luar Gardu Induk atau di suatu tempat.
Control center Gardu Induk
13

Gambar 3.8 Arsitektur SOGI


Sumber : Standart SOGI PLN 2011

Pada gambar diatas merupakan arsitektur dari SOGI (Sistem Otomasi Gardu
Induk) yaitu kemampuan dalam mengontrol sistem gardu induk secara otomatis.
Sistem Otomasi Gardu Induk terdiri dari peralatan proteksi kontrol dan pengukuran
yang dapat berkomunikasi satu sama lain komunikasi yang berawal pada peralatan
seperti relai pada setiap bay pada ruang IED di GI yang dihubungkan menggunakan
Ethernet switch untuk saling komunikasi, sehingga semua peralatan yang ada pada GI
dapat dikontrol melalui control center pada pusat kendali, sehingga membentuk
sebuah satu kesatuan dan mudah dalam melakukan pengecekan serta pengawasan.
Sistem proteksi bay line merupakan sistem proteksi transmisi tenaga listrik proteksi
tersebut mempunyai peran yang sangat penting dalam proteksi sistem tenaga, karena
saluran transmisi merupakan saluran penghubung antara pembangkit dan pusat-pusat
beban yang terbentang pada jarak yang jauh yang melalui daerah-daerah dengan
bermacam-macam kondisi cuaca dan kondisi tanah, sehingga saluran transimsi
merupakan sasaran utama dari kebanyakan gangguan-gangguan yang terjadi pada
sistem tenaga Gangguan pada saluran udara biasanya yang sering terjadi adalah
hubung singkat, beban lebih, petir, dan lainlain (Sepannur Bandri 2016).
Jadi sistem Proteksi berbeda dengan pengaman. Jika pengaman suatu sistem
berarti sistem tersebut tidak merasakan gangguan sekalipun. Sedangkan proteksi atau
14

pengaman sistem, sistem merasakan gangguan tersebut namun dalam waktu yang
sangat singkat dapat diamankan. Sehingga sistem tidak mengalami kerusakan akibat
gangguan yang terlalu lama. Gangguan pada transmisi tenaga listrik dapat berupa :
1. Gangguan transmisi akibat hubung singkat.
2. Gangguan transmisi akibat sambaran petir.

3. Gangguan transmisi akibat hilangnya salah satu kabel fasa disebabkan


dicuri oleh manusia

Setiap kontruksi Bay level dapat dikontrol dan di cek pada Control center melalui
HMI setiap adanya gangguan maupun adanya sebuah kerusakan pada setiap
komponen yang akan menerima siyal dari BCU dan Relai pada setiap CB di typical
busbar 1.5 breaker
BAB IV
KEGIATAN KHUSUS

A. Deskripsi Sistem

Skema one and half busbar yang terdapat dua feeder yaitu dari transformator
pembangkit serta feeder untuk penyaluran tenaga listrik atau transmisi yang bisa
disebut bay line, pada pembahasan kali ini yaitu sistem proteksi pada bay line atau
transmisi pada typical busbar 1.5 breaker, pada one and half breaker ini memiliki 3
pemutus tenaga (PMT) circuit breaker terhubung pada dua bus, setiap pemutus
tenaga (PMT) circuit breaker dilengkapi dengan dua DS(disconeting switch) dan dua
ES (Earth Switch) yang memiliki kegunaan untuk mengisolasi setiap pemutus tenaga
(PMT) circuit breaker saat dilakukannya pemeliharaan dan perbaikan. Koordinasi
pada Skema One dan Half Breaker diatas memiliki 3 zona atau wilayah dimana setiap
zona saling keterkaitan antara satu dengan yang lain. Kita asumsikan apabila terjadi
gangguan maupun perawatan, katakanlah pada zona 1 yaitu pada CB-1 akan
dilaksanakan perawatan rutinan sehingga CB-1 akan terbuka, dan saat dilakukanya
pada zona 2 yaitu pada CB-2 dalam hal ini saat melakukan pemeliharaan tanpa
mengganggu pasokan daya di Feeder sehingga salah satu bus dapat diambil tanpa
mempengaruhi pasokan daya, memungkinkan untuk pemeliharaan lebih dari satu
pemutus tanpa kehilangan daya.
Setiap CB pada typical busbar 1.5 breaker masing-masing memiliki alat
proteksi tersendiri pada pembhasan kali ini akan membahas proteksi bay line yang
meliputi CB-3, pada CB-3 terdapat relai proteksi yang terpasang yang akan dibahas
pada bab ini, relai proteksi ini akan menagtur apabila merasakan dan mendeteksi
adanya gangguan maka akan mengirim sinyal trip pada CB-3 dan akan diteruskan ke
CB-2 yang akan ditripkan oleh lockout relai yang terpasang pada CB-2

19
20

BUS- Trafo step-up


1
DS-1

ES-1

CB-1

ES-2
DS-2

DS-3
ES-3

CB-2

ES-4
DS-4

DS-5
ES-5

Bay line

CB-3

ES-6
DS-6

BUS-2
Gambar 4.1 skema typical busbar 1.5 busbar
Sumber : wiring diagram Schneider
21

B. Kebutuhan Pembuatan Sistem

Ethernet switch

BP MP BCU
U U

Gambar 4.2 single line Ethernet switch


Sumber : wiring diagram Schneider

Pada proteksi bay line terdapat komponen yang terdiri dari main protection
unit, dan back up protetection unit dan BCU dihubungkan pada Ethernet switch.

Gambar 4.3 sngle line HMI bay line


Sumber: Dokumentasi pribadi

Bay line memiliki komponen proteksi yaitu relai jarak sebagai (MPU), relai
over current sebagai (BPU) dan BCU (bay control unit), setiap komponen ini
memiliki fungsi untuk memonitoring serta menggerakkan peralatan HV equipment
22

yang ada pada bay line, dimana semua peralatan HV equipment berada pada ruang
panel LCC.

C. Tahapan Pembuatan dan Implemetasi Sistem

1. Sistem Main Protetection Unit pada bay line


Relai jarak merupakan proteksi pada bay line ini relai jarak menggunakan
masukan/ pengukuran tegangan dan arus untuk mendapatkan impedansi saluran
yang harus diamankan, terdapat 3 jenis macam gangguan pada sistem tenaga listrik
yaitu gangguan hubung singkat satu fasa ketanah, gangguan hubung singkat dua
fasa, dan gangguan hubung singkat tiga fasa. Gangguan tersebut harus dapat
dideteksi oleh relai jarak. Jika impedansi yang terukur di dalam batas
pengaturannya, maka relai akan bekerja, karena impedansi pada saluran akan
sebanding dengan panjang saluran tersebut maka dari itu relai jarak tidak
terpengaruh pada besar arus gangguan, tetapi tergantung pada jarak gangguan yang
terjadai pada relai proteksi tersebut. Relai yang digunakan jenis relai IED yang
memiliki kemampuan sebagai :

- Supervisory Control
- Perekaman kejadian
- Metering/Measurement
- Relai Proteksi
- Sensor/Monitoring (Early Warning System), Instrument Trafo (arus
dan tegangan), Instrument PMT / PMS
Komunikasi
23

Gambar 4.4 single line diagram masukan tegangan


Sumber : Dokumentasi pribadi

Gambar 4.5 single line diagram masukan tegangan


Sumber : Dokumentasi pribadi

Pada gambar a, merupakan inputan atau masukan tegangan dari panel LCC
kepada relai jarak, sedangkan pada gambar b merupakan inputan atau masukan arus
dari panel LCC kepada relai jarak,
- Prinsip kerja relai jarak

Pengaturan relai jarak berdasarkan pada daerah zona dari saluran transmisi,
zona ini memproyeksikan seberapa panjang saluran transmisi yang diproteksi oleh
relai, pada relai ini membagi zona sebagai daerah cakupan pengaman atau zona
proteksinya.
Zona tersebut digunakan relai untuk membagi wilayah kerjanya yang akan
menentukan time setting atau time delay relai itu untuk berkerja, zona tersebut terbagi
menjadi 3 zona yaitu Zona 1, Zona 2,dan Zona 3, serta dilengkapi dengan fitur
teleportasi (TP), fitur ini berfungsi sebagai upaya agar proteksi berkerja dengan cepat
dan selektif pada daerah pengamanannya
24

ZONA-1 ZONA-2 ZONA-3

B B B
NEW TANGERANG II U U U
CB CB CB CB
LINE#1 S S S
1 2 3

Gambar 4.6 skema zona proteksi relai jarak


Sumber : Dokumentasi pribadi

Pada pengamanan zona di atas dibagi sebagai berikut:


a. Zona 1 : mengamankan saluran yang diproteksi (protected line) dengan
settingan 80 persen impedansi saluran yang diproteksi saluran 1, pada zona ini
tidak terdapat delay kerja karena saat relai merasakan adanya gangguan maka
relai akan langsung berkeja.
b. Zona 2 : mengamankan saluran yang diproteksi (protected line) dan salurah
sebelahnya (adjacent line) settingan yang dimasukkan pada relai adalah 120
persen impedansi saluran yang diproteksi melampaui bus 2 dengan waktu
kerja mencapai 0.2 sampai 0.3 detik hal ini dikarenakan memberi waktu
kepada proteksi pada busbar 2 untuk berkerja apabila proteksi pada busbar 2
tidak berfungsi maka relai jarak pada bay new tangerang line 1 akan berkerja.
c. Zona 3 : mengamankan saluran dengan jangkauan bus 2 dan bus 3, pada zona
ini relai memberikan back up pada jangkauan di sebelahnya, settingannya
adalah ditambah 120 persen saluran sebelahnya (adjacent line) ,waktu kerja
lebih lama dibanding dengan zona 2, biasanya menggunakan 1 detik.
25

MPU

Lockout relay CB-2

Gambar 4.7 Wiring diagram pengiriman signal MPU ke


lockout relay CB-2.
Sumber : Dokumentasi pribadi

Setiap gangguan yang terjadi maka relai pada bay line akan
mengirimkan perintah trip ke CB-3 dan lockout relai pada CB-2 lockout relai
berguna sebagai menerima signal trip dari relai-relai proteksi dan kemudian
meneruskan signal trip ke PMT, sehingga pada bay line tidak teraliri daya,
sinyal yang dikirim bukan hanya pada CB saja, melainkan terkirim ke HMI
sehingga operator bisa melihat ada gangguan yang terjadi pada saluran
transmisi serta merekam kejadian dan dikirim ke data base.

Gambar 4.8 HMI alarm pada MPU


Sumber : Dokumentasi pribadi

Gambar 4.8 merupakan contoh gambar HMI bay line apabila terjadi
gangguan maka indikator pada HMI akan berubah menjadi merah karena
mendapat sinyal dari MPU saat mendeteksi adanya gangguan.
26

2. Back Up Protection Unit (BPU)


Back up protection unit pada bay line digunakan sebagai proteksi
yang berkerja ketika gangguan pada sistem tenaga listrik tidak dapat dibaca
dengan baik oleh main protection unit, BPU pada bay line menggunakan relai
over current sebagai perlindungan dari gangguan hubung singkat satu fasa
ketanah, gangguan hubung singkat dua fasa, dan gangguan hubung singkat
tiga fasa, relai over current merupakan jenis relai IED. Koordinasi pada relai
(BPU) dan (MPU) adalah memberikan time delay lebih pada BPU sehingga
memberikan kesempatan MPU untuk melakukan tugasnya memproteksi
setiap ada gangguan pada penyulang, jika MPU mengalami kerusakan atau
tidak bisa mendeteksi gangguan selama waktu delay kerja BPU habis, maka
BPU akan berkerja untuk memproteksi gangguan tersebut .
Relai arus lebih (over current relay) merupakan suatu relai dimana
berkerja berdasarkan kenaikan arus yang melewatinya, sehingga memproteksi
peralatan dari arus lebih yang dapat menyebabkan kerusakan.

Gambar 4.9 single line diagram masukan arus pada BPU


Sumber : Dokumentasi pribadi

Pada gambar diatas relai mengambil masukan arus pada panel LCC,
saat kondisi normal arus yang mengalir pada penghantar lebih kecil jika
dibandingkan nilai arus setting pada OCR, sehingga relai OCR tidak bekerja.
Namun, pada saat terjadi gangguan arus lebih dan proteksi utama pada
penghantar gagal bekerja nilai arus yang mengalir pada penghantar akan
27

melonjak sangat besar hingga melebihi nilai setting OCR yang telah
ditetapkan sehingga relai akan memerintahkan PMT untuk trip.

BPU

Lockout relay CB-2

Gambar 4.10 wiring diagram pengeriman signal BPU ke lockout


relayi CB-2.
Sumber : Dokumentasi pribadi

Sama halnya pada MPU ketika relai mendeteksi gangguan pada bay
line maka mengirimkan perintah TRIP pada CB-3 dan dan lockout relai pada
CB-2, dan mengirimkan sinyal alarm pada HMI.

Gambar 4.11 HMI alarm pada BPU


Sumber : Dokumentasi pribadi

Gambar diatas merupakan contoh alarm HMI bay line apabila terjadi
gangguan maka indikator pada HMI akan berubah menjadi merah karena
mendapat sinyal dari BPU saat mendeteksi adanya gangguan.
28

3. Proteksi gas SF6


Gardu induk GIS yang berisolasikan gas SF6 memiliki proteksi untuk
mendeteksi adanya kebocoran gas SF6 maka dari itu untuk mencegah
kegagalan dalam mengisolasi sistem kelistrikan, setiap gardu induk GIS
memiliki gas detector yang diletakkan pada peralatan yang terisolasi oleh gas
SF6, perangkat ini berfungsi untuk mendeteksi keberadaan gas, pada
umumnya alat ini digunakan Ditempat yang rawan kebocoran.

Gas detector

Lockout relay CB-3

Gambar 4.12 single line diagram gas detector.


Sumber : Dokumentasi pribadi.

Skema wiring diagram diatas merupakan fungsi dari gas detector


ketika mendeteksi adanya kebocoran gas SF6 pada gardu induk GIS
mengirimkan sinyal ke lockout relay sehingga CB-3 akan trip, bukan hanya
pada lockout relay, gas detector memberikan sinyal saat terjadi kebocoran ke
BCU sehingga bisa ditampilkan di HMI sebagai alarm pada control panel.

Gambar 4.13 HMI alarm gas sf6


Sumber : Dokumentasi pribadi
29

Pada kondisi terjadi kebocoran gas maka indikator akan berganti


berwarna merah, sama halnya dengan MPU dan BPU gas detector
mingirimkan sinyal ke lockout relay pada CB-2 sehingga CB-2 akan trip dan
aliran daya terputus.

Gas detector

Lockout relay CB-


3

Gambar 4.14 wiring diagram pengeriman signal Gas detector ke -lockout


relay CB-2.
Sumber : Dokumentasi pribadi.
30

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan laporan praktek industri yang telah disampaikan, maka
kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
1. Sistem proteksi bay line typical busbar 1.5 breaker efektif untuk digunakan
pada tegangan tinggi
2. Mampu mendeteksi dan mengisolasi daerah gangguan dengan mudah dan
efisien.
3. Proses pengiriman data cepat dan akurat karena relai dan BCU terintegrasi
IED .
4. Tiga PMT Pada typical busbar 1.5 breaker saling berkesinambungan untuk
mengisolasi setiap zona .
5. Relai jarak dapat digunakan seagai back up proteksi dari GI selanjutnya.
6. Relai OCR atau arus lebih digunakan sebagai pengaman cadangan dari MPU
7. Deteksi kebocoran gas SF6 saat proses pengoperasian menggunakan gas
detector yang dipasang pada tempat gas SF6.

B. Saran
1. Kedala dalam pembuatan sistem proteksi ini adalaah kurangnya perhitungan
settingan pada setiap relai dapat dikembangkan dengan menambahkan
perhitungan.
2. Sitem proteksi yang dipakai dapat dirubah dengan menambahkan proteksi
laiinnya, sesuai dengan perubahan spesifikasi yang diperlukan.
3. Mahasiswa yang melakukan praktek industri di PT Schneider Indonesia dapat
mengembangkan sitem proteksi transmisi tenaga listrik dengan setting relai
berdasarkan gangguan penyulang dengan bantuan pembimbing industri agar
menambah pengetahuannya.

30
31

DAFTAR RUJUKAN

Antonov Bachtiar dan Tony Sudiriyanto. 2016. Evaluasi Keandalan Peralatan


GIS Simpang Haru Padang. Volume 5, No. 2; Juli 2016. Diambil dari :
file:///D:/Tugas%/Kuliah/semester%207/TA/Refrensi/427-1249-1-
PB.pdf (11 Agustus 2019).
Banndri, Sepanur. (2016).Studi Settingan Distance Rele Pada Saluran Transmisi 150
Kv Di Gi Payakumbuh Menggunakan Software Matlab.FakultasTeknologi
industry, Institut Teknologi Padang. Indonesia.
Burhanulloh. 2017. Cara kerja Pemutus Tenaga (PMT) dengan media gas SF6
pada tegangan 500 KV di PT.PLN P3B Jawa Bali UPT Jakarta
Timur. Jakarta : Universitas Gunadarma.
Dhio, david. 2017. Analisis Perhitungan Setting Relai Jarak pada Saluran Udara
Tegangan Tinggi 150 KV Gardu Induk Kentungan-Sanggrahan. Skripsi.
Tidak diterbitkan. Fakultas Teknik. Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
Kemendikbud. 2013 Buku Instalasi Tenaga Listrik.kelas XI Jakarta:
Kemendikbud.
PT PLN (PERSERO) .2010. Buku Pedoman Pemeliharaan (Proteksi dan Kontrol
Pengantar). Jakarta: PT PLN (PERSERO)
Saiful, Zukarnaini. 2016. Analisa Perhitungan Over Current Relai pada
Transformator Daya Area Lukit di Emp Malacca Strait Sa. Jurnal Teknik
Elektro ITP
Setiono, Iman. 2017. Gas SF 6 (Sulfur Hexa Fluorida) Sebagai Pemadam Busur
Api Pada Pemutus Tenaga (PMT) di Saluran Transmisi Tegangan
Tinggi. (Online), 13(12): 1.
(http://ejournal.undip.ac.id/index.php/metana), diakses 10 Agustus 2019
Syafar, A. Muhammad (2010).Studi Keandalan Distance Rele Jaringan 150 Kv
Gi Tello - Gi ParePare. Jurusan Teknik Elektro. Universitas Islam
Makasar, Makasar. Indonesia
Tobing, Cristof N.H., 2008,Rele Jarak Sebagai Proteksi Saluran Transmisi,
Artikel Ilmiah, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai