BUKU INFORMASI
Memijahkan Induk Secara
Alami
PBD.AT.02.013.01
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. TUJUAN UMUM
Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu memijahkan induk
ikan air tawar secara alami yang dilakukan di kolam atau di bak pemijahan, yang
terdiri dari menyiapkan peralatan, bahan dan media pemijahan, memilih induk,
memberok, dan memijahkan induk
B. TUJUAN KHUSUS
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku informasi Memijahkan
Induk Secara Alami ini guna memfasilitasi peserta sehingga pada akhir diklat
diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Menyiapkan peralatan, bahan dan media pemijahan
2. Memilih induk siap pijah
3. Memberok (memisah dan memuasakan) induk
4. Melakukan pemijahan
5. Memeriksa hasil pemijahan
6. Membuat laporan hasil pemijahan
BAB II
MENYIAPKAN PERALATAN, BAHAN DAN MEDIA PEMIJAHAN
1. Peralatan
Dalam kegiatan pemijahan ikan secara alami, peralatan merupakan komponen
yang sangat penting yang harus ada, baik dari segi kelengkapan, keberfungsian,
maupun kecukupannya. Peralatan pemijahan ikan secara alami antara lain ;
a. Wadah
Jenis wadah yang diperlukan antara lain kolam dan bak. Wadah sesuai
peruntukannya dibedakan menjadi wadah pemeliharaan induk dan wadah
pemijahan.
Luas kolam atau bak pemeliharan induk ikan tergantung spesies dan bobot.
Sebagai contoh untuk 1 kg induk ikan mas memerlukan kolam seluas 5 m2
dan kedalaman 70 cm apabila hanya mengandalkan pakan alami pada dasar
kolam. Sedangkan bila diberi pakan buatan, maka untuk 1 kg induk
memerlukan luas lebih kecil yaitu 1 m2 dan kedalaman 70 cm. sedangkan
pada induk ikan bukan perenang bebas seperti lele, setiap 2 kg induk ikan
lele perlu luasan kolam 1 m2 dan kedalaman dapat dikurangi yaitu cukup 40
cm. Kepadatan tersebut berdasarkan ruang gerak ikan dan kebutuhan akan
parameter kualitas air (O2, NH3 dan pH) yang stabil. Parameter kulaitas air
yang harus distabilkan adalah kadar oksigen terlarut (Dissolved Oxygent -
DO) selalu optimal yaitu diatas 5 ppm, NH3 selalu rendah yaitu dibawah 0,1
ppm sedang pH 6 - 7. Oleh karena itu bila tidak menggunakan aerator
(pompa udara) maka kolam memerlukan pemasukkan debit air minimal 1
liter/detik untuk luasan kolam 50 m2 kedalaman 70 cm. Dengan perhitungan
sebagai berikut luasan kolam 50 m2 kedalaman 70 cm maka volume air
adalah 500.000 cm2 x 70cm = 35.000.000 cm3 = 35.000 liter. Dengan
pemasukkan 1 liter/detik maka air akan berganti dengan yang baru setiap
35000 : 3600 =9,7 jam atau kurang dari sehari. Hal ini diperhitungan dari
tingkat laju konsumsi oksigen dan akumulasi NH3. Untuk kebutuhan tersebut
maka perlu sumber air yang stabil baik jumlah (debit) maupun parameter
kualitas air yang layak untuk kebutuhan ikan.
Bentuk kolam atu bak sebaiknya persegi panjang dengan dinding dapat
ditembok atau kolam tanah dengan dilapisi anyaman bambu bagian
dalamnya. Pintu pemasukan air dapat dengan paralon dan dipasang saringan
dari injuk agar hama tidak masuk dalam kolam, sedangkan untuk
pengeluaran air sebaiknya berbentuk monik, agar ketinggian air kolam dapat
diatur. Kolam atau bak pemeliharaan induk betina dipisahkan dengan induk
jantan. Agar tidak terjadi induk bentina memijah diluar kontrol, maka saluran
pengeluaran pemeliharaan induk jantan tidak boleh berhubungan dengan
pemeliharaan induk betina. Kolam atau bak sebelum digunakan untuk
pemeliharaan induk dan pemijahan sebaiknya dibersihkan dari gulma atau
kotoran, pasang saringan pemasukan air.
Luas kolam atau bak pemijahan tergantung jumlah induk yang dipijahkan
dengan bentuk kolam empat persegi panjang. Sebagai acuan bahwa untuk 1
ekor induk dengan berat 3 kg memerlukan luas kolam sekitar 6 m x 3 m =
b. Aerator.
Alat ini untuk memompa udara ke dalam air wadah pemeliharaan maupun
pemijahan induk ikan. Sehingga akan meningkatkan kadar oksigen terlarut
(DO) dalam air. Contoh aerator antara lain Blower selain aerator diperlukan
juga selang aerasi dan batu aerasi
c. Seser.
Seser suatu alat yang digunakan untuk menangkap induk ikan. Seser
sebaiknya dibuat dari bahan halus agar tidak melukai induk ikan pada saat
ditangkap.
Gambar 4. Seser
d. Waring
Waring diperlukan untuk menyimpan induk sementara sebelum atau
sesudah dipijahkan. Hal ini dikarenakan untuk memudahkan pemindahan
induk.
Gambar 5. Waring
a. Kakaban
Kakaban dibuat dari ijuk pohon aren yang dijepit bambu dengan ukuran 1,5 m
x 0,5 m. Ijuk disisir rapi dengan sisir kawat, diletakkan berjejer hingga
sepanjang kakaban. Kemudian siapkan dua bilah bambu untuk menjepit ijuk
tersebut. Bagian yang dijepit adalah tengah, lihat gambar dibawah. Paku
kedua bilah bambu tersebut agar menjepit ijuk dengan kuat. Kakaban ini
diperlukan bagi ikan mas dan lele.
Gambar 7. Kakaban
b. Sosog
Media pemijahan ikan gurame adalah sarang berbentuk kerucut (sosog) dibuat
dari bambu. Ukuran sosog adalah diameter 25 – 30 cm, panjang 50 cm, yang
diletakkan 10 -15 cm dibawah permukaan air. Jarak antar sosog-sosog 2 m
dipasang sepanjang sisi kolam, agar mudah pengontrolan setiap saat.
Gambar 8. Sosog
Selain sosog disediakan pula ijuk pohon aren atau sabut kelapa pada kotak
bambu yang terapung dipermukaan air. Hal ini diperlukan saat gurame akan
membuat sarang pada sosog, serabut injuk atau kelapa akan diambil oleh ikan
gurame jantan helai demi helai dan disusun pada sosog untuk membentuk
sarang tempat pemijahan.
BAB III
MEMILIH INDUK SIAP PIJAH
Induk ikan mas betina akan matang gonad kembali setelah 3 bulan dari
proses pemijahan. Sedangkan induk jantan hanya dalam waktu seminggu
sudah matang gonad.
Ikan lele jantan dapat dijadikan indukan setelah berumur 8 bulan, sedangkan
untuk ikan lele betina setelah berumur satu tahun. Bobot indukan jantan dan
betina yang baik kira-kira sudah mencapai lebih dari 0,5 kg.
Setelah calon-calon indukan cukup umur dan ukuran, pilih indukan-indukan
yang bebas penyakit dan tidak cacat untuk proses pemijahan. Indukan yang
akan dipijahkan sebaiknya dipelihara dalam kolam khusus. Pisahkan antara
jantan dan betina agar tidak terjadi pembuahan diluar rencana.
Indukan betina yang telah matang gonad memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Bagian perut membesar ke arah anus, apabila diraba tersa lembek
b. Apabila diurut akan keluar telur berwarna hijau tua
c. Alat kelamin berwarna kemerahan dan terlihat membengkak
d. Warna tubuh berubah menjadi coklat kemerahan
e. Gerakannya lambat
Ikan nila GIFT adalah hasil persilangan dari 8 strain ikan nila Kenya, Israel,
Senegal, Ghana, Singapura, Thailand, Mesir, dan Taiwan. GIFT merupakan
singkatan dari “Genetic Improvement Of Farmed Tilapia”, sebuah upaya
persilangan ini dilakukan oleh International Center for Living Aquatic Research
Management (ICLARM) di Filipina. Nila GIFT generasi keempat kemudian
dibawa ke Indonesia pada tahun 1994. Pertumbuhan ikan nila abu-abu ini
terkenal cepat, pada umur 5-6 bulan, nila GIFT mampu mencapai bobot 600
gram per ekor. Presentase kepala, tulang, dan rongga perut lebih kecil
sehingga dagingnya lebih banyak. Interval pemijahan dapat dilakukan dalam
waktu 3 – 6 minggu dengan produksi telur sebanyak 2000 – 3000 ribu butir
sekali pijah.
BEST diambil dari kalimat “Bogor Enhanced Strain Tilapia” dan merupakan nila
persilangan dari 4 strain, termasuk nila GIFT. Oleh karenanya, nila BEST ini
memiliki warna yang sama seperti nila GIFT.
Nila BEST yang dihasilkan tahun 2008 ini dinilai lebih unggul dari
pendahulunya. Di antaranya adalah ukuran benih lebih besar dan secara
umum lebih tahan lingkungan buruk sehingga tahan penyakit.
Nila jenis ini adalah hasil rekayasa genetik nila GIFT sehingga mampu
menghasilkan larva jantan dengan persentasi hidup hingga 98%. GESIT, yang
merupakan singkatan dari “genetically supermale Indonesian tilapia”,
dihasilkan dari kerjasama peneliti di BPPT, BBPBAT, serta IPB.
Nila jenis ini juga dikenal dengan nama nila Janti karena dikembangkan oleh
BBI Janti di Klaten. Selain pertumbuhannya yang cepat, nila merah ini juga
tahan terhadap penyakit, khususnya yang disebabkan oleh bakteri
Streptococcus dan Algalectiae. Nila Larasati juga sangat adaptif sehingga bisa
dibudidayakan di berbagai media budidaya, dari mulai kolam air deras, air
tenang, KJA, maupun tambak air payau.
Salah satu strain ikan nila merah ini telah beredar di Indonesia sejak tahun
1989. Didatangkan dari Thailand, nila Citralada memiliki warna tubuh yang
lebih terang dari ikan nila merah pada umumnya dan sirip yang lebih panjang.
Selain Citralada, nila merah dari Thailand yang dikenalkan di Indonesia adalah
ikan nila nifi. Perbedaannya, nila nifi dapat menghasilkan anakan lebih banyak
jantan.
Upaya pemuliaan genetis nila citralada dan nila nifi kemudian dilakukan oleh
BBI Cangkringan menghasilkan nila Cangkringan.
Menurut Hepher dan Pruginin (1981) ikan nila dapat dibedakan jantan dan
betinanya pada saat berumur 3-6 bulan, karena pada umur tersebut ikan nila
telah mampu untuk berkembang biak.
Dilihat dari ciri kelamin primer, ikan nila jantan dan betina dapat dibedakan
berdasarkan jumlah lubang disekitar anus, pada ikan nila jantan terdapat dua
lubang yaitu lubang anus dan lubang urogenital. (tempat keluarnya urine dan
sperma) sedangkan pada betina terdapat 3 lubang yaitu anus, ureter (tempat
kelauarnya urine) dan genital (tempat keluarnya telur). Sedangkan ciri
sekunder pada ikan nila biasanya nila jantan memiliki tubuh yang lebih besar
pada ukuran yang sama dan juga warnanya lebih gelap dibandingkan warna
betinanya (Trewavas, 1982).
b. Dahi rata
c. Bibir bawah proposional
d. Dasar sirip dada gelap/berwarna kehitaman
Ikan jantan yang siap menjadi induk memiliki ciri-ciri: panjang standar 30-35
cm, berumur 24-30 bulan dan bobot 1,5-2 kg. Sedangkan induk betina
memiliki ciri- ciri: panjang standar 30-35 cm, berumur 30-36 bulan dan bobot
2-2,5 kg. Dalam pemijahan sebaiknya digunakan induk yang sudah mencapai
berat sekitar 3 kg (betina) dan 4-5 kg (jantan).
BAB IV
MEMBEROK (MEMISAH DAN MEMUASAKAN) INDUK
Setelah induk ikan dipilih sesuai kriteria induk matang gonad, kemudian dilakukan
pemberokan induk ikan, antara lain;
1. Memisahkan wadah antara induk jantan dan betina.
2. Menghentikan pemberian pakan (puasa) pada umumnya selama 1-2 hari,
sedangkan untuk ikan tawes 4-5 hari.
3. Mengkondisikan lingkungan air dalam wadah pemberokan.
Tujuan pemberokan induk adalah untuk mengurangi lemak yang terdapat pada
saluran pengeluaran telur, menambah rangsangan pada saat pemijahan. Lemak
yang terdapat pada saluran pengeluaran telur dapat mengganggu keluarnya sel
telur pada saat pemijahan. ikan mas, nila, dan lele berpengaruh baik pada proses
pemijahan jika dilakukan pemberokan.
Wadah yang dipergunakan pada saat pemberokan induk ikan tidak baku harus
wadah tertentu. Tetapi wadah tersebut hendaknya memenuhi syarat sebagai
wadah pemberokan induk, diantaranya adalah luas wadah sesuai dengan ukuran
dan jumlah ikan, kedalaman wadah 70 cm. Kepadatan pada wadah pemberokkan
adalah 1 kg induk /m2. Wadah tersebut bisa berupa bak semen, bak plastik, hapa,
waring atau kolam.
2. Pemberokan induk ikan ditempatkan dalam wadah hapa atau waring pada
kolam air tenang debit air 0,5 liter/detik sebaiknya induk ikan antara jantan
dan betina saling melihat, maka penempatan hapa atau waring tidak begitu
berjauhan. Hal tersebut diduga akan menambah daya rangsang terutama pada
saat pemijahan.
3. Pemberokan induk ikan dilakukan pada wadah berupa bak semen maka wadah
sebaiknya diberi aerasi secukupnya. Pastikan bahwa induk yang diberok tidak
loncat keluar wadah, sehingga wadah perlu ditutup.
BAB V
MELAKUKAN PEMIJAHAN
wib. Biasanya ditandai dengan saling berkejaran dan bau amis menyelimuti
air kolam.
Setelah tempat pemijahan dipersiapkan, induk ikan lele jantan dan betina
ditangkap dari kolam pemeliharaan induk dengan menggunakan waring
(jaring yang bermata kecil). Kemudian induk dilepaskan ke kolam pemijahan.
Untuk satu kolam pemijahan, jumlah induk yang dipijahkan sebaiknya 1
pasang. Jika induk yang dipijahkan lebih dari 1 pasang, dapat terjadi
perkelahian antara induk-induk jantan tersebut, sehingga proses pemijahan
tidak dapat berlangsung dengan sempurna. Di samping itu, kerugian lainnya
adalah induk akan mengalami luka-luka dan kondisinya lemah.
Padat tebar induk adalah 1 ekor ikan untuk 5 m2 kolam pemijahan, dengan
perbandingan jumlah jantan : betina adalah 1 : 3. Kolam pemijahan gurame
adalah kolam air tenang (debit 0,5 liter/detik). Cara penebaran induk ke
kolam pemijahan dapat dilakukan baik secara komunal dimana satu kolam
diisi hanya beberapa pasangan maupun secara masal sesuai dengan
perbandingan yang ada.
Setelah diperoleh indukan yang baik dan persiapan kolam selesai dilakukan,
berikutnya dilakukan tahapan pelepasan indukan tawes sebagai berikut :
BAB VI
MEMERIKSA HASIL PEMIJAHAN
telur yang dikeluarkan induk betina adalah 15.000/6 x 120 = 300.000 telur.
Jumlah telur yang terbuahi adalah 15.000/6 x 100 = 250.000 telur.
Sarang yang berisi telur dikeluarkan dari sosog secara perlahan untuk
dipindahkan ke dalam baskom plastik yang telah diisi air kolam induk. Secara
perlahan sarang dibuka sampai telur keluar dan mengapung di permukaan air.
Telur-telur tersebut diambil dengan menggunakan sendok untuk dipindahkan ke
dalam wadah penetasan berupa corong dari fiber glass atau akuarium yang
sudah diisi dengan air bersih. Jumlah telur yang dihasilkan oleh satu induk
betina gurame berkisar 5000 – 7000 butir.
BAB VII
MEMBUAT LAPORAN HASIL PEMIJAHAN SECARA ALAMI
1. Pengertian Laporan
Pengertian Laporan adalah bentuk penyajian fakta tentang suatu keadaan atau
suatu kegiatan, pada dasarnya fakta yang disajikan itu berkenaan dengan
tanggung jawab yang ditugaskan kepada si pelapor. Fakta yang disajikan
merupakan bahan atau keterangan untuk informasi yang dibutuhkan,
berdasarkan keadaan objektif yang dialami sendiri oleh si pelapor (dilihat,
didengar, atau dirasakan sendiri) ketika si pelapor telah melakukan suatu
kegiatan atau pekerjaan.
2. Fungsi Laporan
3. Manfaat Laporan
4. Macam-macam Laporan
a. Laporan Ilmiah
Laporan Ilmiah adalah laporan yang disusun melalui tahapan berdasarkan
teori tertentu dan menggunakan metode ilmiah yang sudah disepakati oleh
para ilmuwan ( E.Zaenal Arifin,1993 ). Dan menurut Nafron Hasjim dan
5. Ciri-ciri Laporan
a. Dalam laporan yang ditulis hanya mengemukakan hal-hal pokok secara
ringkas yang berhubungan dengan tugasnya sehingga penerima laporan
segera mengetahui permasalahannya.
b. Laporan dapat semakin sempurna jika dilengkapi dengan biografi atau
sumber kepustakaan.
c. Laporan dianggap logis jika keterangan yang dikemukakannya dapat
ditelusuri alasan-alasannya yang masuk akal.
d. Laporan dianggap sistematik jika keterangan yang tulisannya disusun
dalam satuan-satuan yang berurutan dan saling berhubungan.
(http://www.artikelmateri.com/2015)
6. Waktu Penyampaian
a. Laporan Insidental
Laporan ini tidak disampaikan secara rutin, hanya sekali- sekali saja dalam
rangka suatu kegiatan yang tidak terjadwal tetap.
b. Laporan Periodik
Ditulis dalam suatu periode tertentu dan dinamai sesuai periodenya pula.
Contoh: Laporan harian, Mingguan, Bulanan dan seterusnya.
7. Sistematika Laporan
Sistematika laporan adalah urutan letak dari bagian-bagian yang ada dalam
sebuah laporan. Secara garis besar, semua laporan memiliki 3 bagian utama,
yang terdiri atas : bagian awal/pendahuluan, bagian inti, dan bagian penutup.
Namun demikian, setiap laporan memiliki sistematika yang khas.
lengkap dari pesan dalam laporan tersebut, dengan ringkasan yang jelas
tentang rekomendasi yang akan diberikan.
e. Ruang Lingkup dan Tujuan
Bagian ini harus mendefinisikan ruang lingkup dan keterbatasan
penyelidikan dan tujuan-tujuan khusus yang ingin dicapai.
f. Metodologi
Bagian ini menjelaskan bagaimana menyelidiki daerah tersebut. Bagaimana
mengumpulkan informasi, dari mana dan berapa banyak (misalnya jika
menggunakan survei, bagaimana survei dilakukan, bagaimana memutuskan
pada kelompok sasaran, berapa banyak yang disurvei, bagaimana mereka
disurvei -? Oleh wawancara atau kuesioner).
g. Pendahuluan/Latar Belakang
Hal ini akan membantu untuk menyempurnakan pembaca ke dalam latar
belakang laporan. Berisi secara detail mengenai latar belakang laporan-
tapi ingat untuk tetap relevan, faktual dan singkat.
h. Analisa/Pembahasan
Ini adalah tubuh utama laporan, di mana ide-ide dikembangkan. Pastikan
bahwa yang dikembangkan terstruktur, judul yang jelas, dan bahwa
pembaca/pengguna dapat menemukan informasi dengan mudah. Sifat
bagian ini akan tergantung pada ruang lingkup laporan. Bagian harus
berurusan dengan topik utama yang dibahas – harus ada urutan logis,
bergerak dari deskriptif ke analitis. Selain itu, harus berisi informasi yang
cukup untuk membenarkan kesimpulan dan rekomendasi yang mengikuti.
Pemilihan informasi yang tepat sangat penting di sini: jika informasi
penting untuk membantu memahami, maka harus dimasukkan; informasi
yang tidak relevan harus dihilangkan.
i. Kesimpulan
Kesimpulan diambil dari analisis di bagian sebelumnya dan harus jelas dan
ringkas. Mereka juga harus berkaitan dengan kajian teoritis yang menjadi
acuan. Pada tahap ini, tidak ada informasi baru dapat dimasukkan.
j. Rekomendasi
Pastikan bahwa yang disoroti adalah apa yang pembaca/pengguna ingin
tahu dan apa yang harus mereka lakukan sebagai hasil dari membaca
laporan, karena tujuan mereka membaca laporan BUKAN untuk menggali
informasi. Jadi usahakan, jangan menggunakan kata “ disarankan ” Seperti
Kesimpulan, rekomendasi-rekomendasi harus jelas berasal dari tubuh
utama laporan dan informasi baru juga harus disertakan.
k. Daftar Pustaka
Daftar Pustaka berisi materi tambahan yang tidak secara khusus disebut,
namun yang pembaca mungkin ingin untuk menindaklanjuti.
l. Apendiks
Gunakan ini untuk memberikan informasi lebih rinci yang
pembaca/pengguna mungkin perlu untuk referensi. Lampiran harus relevan
dan harus diberi nomor sehingga mereka bisa disebut dalam tubuh utama.
m. Glossari
Glossari dibutuhkan jika di dalam laporan ada kata-kata baru yang
sekiranya belum dimengerti oleh pembaca/pengguna.
Laporan hasil memijahkan induk secara alami disertai lampiran data hasil
pengamatan yang dicatat pada format-format yang sesuai spesies ikan yang akan
dilaporkan. Format berisi data-data tentang spesies ikan, teknik pemijahan yang
digunakan dan hasil dari pemijahan. Pencatatan dapat dilakukan setiap hari,
mingguan, bulanan dan direkap setiap tahun. Pencatatan harian bila pemijahan
dilakukan setiap hari. Pencatatan mingguan dan bulanan bila pemijahan dilakukan
setiap minggu atau setiap bulan.
Rekap laporan dapat berupa rekap mingguan, bulanan dan tahunan. Laporan
diarsipkan pada lemari arsip dengan mengikuti katalog arsip. Penggunaan kode
arsip mengikuti kode bahan, tanggal pemijahan, dan kode kolam. Lampiran format
data dibuat berdasarkan spesies ikan dan kolam pemijahan.
Format
Sikap kerja yang diperlukan dalam membuat laporan memijahkan induk secara
alami meliputi:
1. Sikap jujur apa adanya dalam membuat laporan memijahkan induk secara
alami.
2. Sikap bertanggungjawab, merupakan sikap yang harus dimiliki pengguna
terhadap apapun resiko dari kondisi laporan yang dibuat walaupun harus
ditegur oleh atasan.
3. Sikap terbuka terhadap masukan atau kritikan yang sifatnya membangun
terhadap isi laporan yang dibuat.
4. Sikap teliti dalam memuat data-data tentang kondisi ruang penyimpanan, rak,
kolam dan bak..
5. Sikap taat azas. Laporan dibuat sesuai dengan urutan-urutannya, tidak dibuat
serampangan tidak beraturan.
6. Sikap mandiri, laporan dibuat dengan memuat data yang akurat serta dibuat
sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku Referensi
B. Referensi Lainnya
A. Daftar Peralatan/Mesin
B. Daftar Bahan
DAFTAR PENYUSUN
1. Instruktur…
1. Ir. WAWAN KARWANI ROESLANI, MT 2. Asesor…
3. Anggota…