DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan Umum
Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu memproduksi selai/jam
buah untuk kapasitas tertentu sesuai dengan persyaratan produksi.
B. Tujuan Khusus
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku informasi memproduksi
selai/jam buah ini untuk memfasilitasi peserta sehingga pada akhir diklat
diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memilih dan menangani bahan untuk proses produksi selai buah
2. Memilih dan menyiapkan peralatan produksi selai buah
3. Mengendalikan proses dan menilai mutu hasil
4. Mengemas hasil produksi sesuai spesifikasi yang ditentukan
5. Menghitung biaya
BAB II
MEMILIH DAN MENANGANI BAHAN UNTUK PROSES PRODUKSI SELAI BUAH
Sesuai dengan judul pada bab ini, pada bab 1 ini kita akan membahas materi
tentang buah sebagai bahan baku pembuatan selai/jam. Dalam konteks ini
pembahasan akan dibatasi pada jenis buah yang baik/sesuai untuk dibuat
selai/jam. Buah yang baik di sini dilihat dari faktor internal dan eksternal yang
memenuhi persyaratan dalam produksi selai/jam buah. Selain bahan baku,
pembahasan juga akan dilakukan terhadap bahan bantu yang dibutuhkan untuk
membuat selai/jam buah. Untuk keperluan produksi selai/jam tentu saja perlu
dihitung jumlah kebutuhan bahan baku dan bahan bantu untuk satu periode
proses. Karena itu, di akhir bab ini akan dijelaskan bagaimana menghitung
kebutuhan bahan baku dan bahan bantu tersebut.
Buah secara keilmuan adalah bagian tumbuhan yang berasal dari bunga atau
putik (biasanya berbiji), (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Buah secara umum
mengandung air, karbohidrat, vitamin, dan mineral, di samping kandungan
protein dan lemak yang terdapat pada beberapa jenis buah, artinya tidak
semua buah mengandung lemak dan protein. Buah merupakan makanan yang
kaya kandungan gizi.
c. Pigmen
Pigmen pada buah, yaitu: (1) Khlorofil, terdapat pada buah-buahan yang
masih muda, jumlah khlorofil relatif lebih banyak dibandingkan dengan
karotenoid atau pigmen-pigmen lainnya. Selama proses pematangan buah,
khlorofil akan terdegradasi sehingga menimbulkan warna dari pigmen-
pigmen lain menjadi, kuning, orange, atau merah. (2) Karotenoid, terdapat
pada buah misalnya likopen yang memberikan warna merah pada buah
tomat, jambu biji, semangka, dan pepaya. Karoten yang terdapat pada
jagung dan peach memberikan warna orange. Dan xantofil yang
memberikan warna kuning-orange pada jagung, peach dan squash. (3)
Flavonoid, terbagi menjadi: (a) Antosianin. Memiliki warna ungu, biru, dan
merah. Faktor penentu warna tersebut adalah konsentrasi pigmen, pH, dan
pigmen yang lain. Jika kadar antosianin tinggi, maka akan terbentuk warna
ungu kehitam-hitaman. Jika kadar antosianin rendah maka akan terbentuk
warna ungu. Kadar pH tinggi akan menimbulkan warna putih. Dan bila
kadar pH netral, maka akan terbentuk warna biru. Sedangkan kadar pH
rendah, akan terbentuk warna merah. (b) Antoxantin, warna yang
terbentuk dari antoxantin adalah kuning dan putih. Biasanya terdapat pada
bawang dan kentang. Jika pH>=8 maka akan terbentuk warna kuning. Jika
pH<6, maka akan terbentuk warna putih atau tidak berwarna. (3) Tanin.
Pigmen tidak berwarna dan terdiri atas kathekin dan leukoantosianin. Tanin
banyak terdapat pada buah seperti apel, salak, dan pisang.
d. Asam Organik
Buah-buahan yang masih muda umumnya banyak megandung asam-asam
organik. Konsentrasi asam akan menurun selama proses pematangan
buah.
e. Kandungan Lain
Kandungan lain dalam buah, diantaranya yaitu selulosa, heksosan
pentosan, gum, asam-asam amino, enzim-enzim dan zat pembentuk aroma
seperti ester, alkohol, karbonil, eter, hidrokarbon dan senyawa aromatik
lain.
Karakteristik buah secara umum yaitu memiliki kadar air tinggi sehingga
memiliki daya simpan yang pendek. Buah hanya tahan disimpan beberapa hari
saja. Setelah itu buah akan mengalami perubahan baik secara fisik maupun
kimia. Tekstur buah akan melunak dan dan akhirnya membusuk. Buah-buahan
termasuk peka terhadap perlakuan mekanis. Kerusakan mekanis dapat terjadi
akibat gesekan, penumpukan ataupun kesalahan pemanenan, sehingga terjadi
memar dan luka pada buah. Buah setelah dipanen masih mengalami proses
fisiologis, sehingga terjadi penguraian zat-zat kimia yang ada di dalamnya yang
ditandai dengan peningkatan kadar gula, perubahan warna, tekstur dll.
Berdasarkan karakteristik tersebut, buah-buahan setelah dipanen perlu
ditangani, bila tidak, maka akan terbuang begitu saja. Oleh karena itu
penanganan atau pengolahan buah sangat diperlukan.
Buah dapat diolah menjadi berbagai produk olahan. Jenis dan tingkat
kematangan buah yang dibutuhkan dalam pengolahan sangat tergantung dari
jenis produk yang diinginkan.
Kandungan pektin, gula dan asam pada setiap buah berbeda-beda. Bila dalam
pembuatan jam menggunakan buah yang kandungan pektin dan asamnya
tinggi, maka dibutuhkan jumlah penambahan gula yang lebih banyak.
Selanjutnya, bila menggunakan buah yang kandungan pektinnya tinggi dan
asamnya rendah, maka dalam proses pengolahannya perlu ditambahkan asam.
Asam yang biasa digunakan adalah asam sitrat atau ekstrak lemon. Bila
menggunakan buah yang kandungan asamnya tinggi namun pektinnya rendah,
maka dalam proses pengolahannya dapat ditambahkan pektin buatan, baik
dalam bentuk tepung pektin atau pektin konsentrat. Semakin rendah
penggunaan bahan bantu, maka rasa yang muncul pada selai/jam semakin
mendekati rasa buah aslinya. Selain kandung pektin, gula dan asam, tidak
kalah penting adalah aroma dan warna buah. Buah dengan warna yang kuat
dan aroma yang tajam akan memberikan cita rasa yang segar dan penampakan
yang baik pada selai/jam. Berkurangnya aroma pada dan warna akibat
pemansan pada saat pengolahan bisa diperbaiki dengan menambahkan esense
dan pewarna buatan.
Buah yang matang secara fisik ditandai dengan warna, citarasa dan
kekerasannya sudah mencapai tingkat maksimum. Buah-buahan matang akan
lebih empuk bila dibanding dengan buah yang masih pada fase tua.
Keempukan setelah matang disebabkan oleh adanya perubahan komposisi
dinding sel, yaitu dari keras (firmness) berubah menjadi lunak. Perubahan
tingkat keempukan disebabkan karena pektin yang tidak larut (protopektin)
menurun jumlahnya berubah menjadi pektin yang larut.
Telah dijelaskan pula bahwa banyak jenis buah-buahan dapat diolah menjadi
selai/jam. Untuk keperluan penguasaan kompetensi produksi selai/jam buah,
maka akan digunakan komoditas buah nanas sebagai bahan bakunya. Sebagai
pertimbangan adalah (1) buah nanas cukup banyak dibudidayakan di
Indonesia, (2) buah nanas memenuhi kriteria sebagai bahan baku pembuatan
selai/jam, (3) memberikan nilai tambah secara ekonomi, (4) masyarakat
menyukai selai/jam nanas karena praktis dan enak untuk dikonsumsi. Atas
dasar itu, pembahasan bahan baku selanjutnya akan kita fokuskan pada buah
nanas.
Varietas yang dikembangkan di Indonesia adalah nanas queen. Nanas jenis ini
banyak ditanam di daerah Bogor dan Palembang. Nanas queen memiliki rasa
yang lebih manis dan memiliki daun yang berduri.
Daya simpan buah nanas segar antara 1–7 hari pada suhu 21.11oC. Oleh
karena itu, buah nanas mudah sekali busuk (Winarno dan Laksmi, 1974).
Penanganan pasca panen nanas, meliputi pengumpulan hasil panen, sortasi
dengan memisahkan buah (kerusakan buah, kematangan buah, bentuk, dan
ukuran), penyimpanan dilakukan untuk mengumpulkan buah nanas sebelum
diangkut untuk dipasarkan. Buah nanas biasanya disimpan dalam ruangan
dingin yang suhunya sekitar 5 oC (Prihatman, 2000). Pembuatan selai/jam
merupakan salah satu cara pengawetan nanas setelah dipanen.
harum dan khas. (2) Nanas dalam keadaan segar, tidak layu dan tidak rusak.
(3) Ukuran nanas relatif besar untuk memudahkan dalam pengkulitan dan
meningkatkan rendemen bubur buah. Jumlah nanas yang dibutuhkan sangat
tergantung dari jumlah produksi jam.
Telah dijelaskan di atas, bahwa untuk mendapatkan gel yang baik dalam
proses pembuatan selai/jam buah dibutuhkan bahan bantu. Jenis dan jumlah
bahan bantu sangat ditentukan oleh komponen utama yang diperlukan dalam
pembentukan gel pada selai/jam. Mengacu pada tabel 1 klasifikasi buah untuk
pembuatan jam/jelly, buah nanas termasuk dalam kelompok buah yang
kandungan asamnya tinggi dan pektinnya rendah. Dari Tabel 2. Komposisi
buah nanas segar dalam 100 gr terlihat bahwa kandungan gula pada nanas
relatif rendah, yaitu 13%. Total padatan yang diperoleh dari pektin dan gula
dalam nanas kurang lebih 12,82 %. Sementara itu, persyaratan total padatan
untuk produk selai/jam adalah 62%. Untuk mencapai total padatan selai/jam
62 % diperlukan penambahan bahan bantu sebagai berikut.
a. Gula
Gula yang ditambahankan dalam pembuatan selai/jam buah umumnya
dalam bentuk sukrosa dan glokosa. Gula yang sudah dimurnikan
mengandung sukrosa 99,9%. Gula mempunyai rasa manis, berwarna putih
dan bersih. Sifat fisik dan kimia gula, diantaranya mudah mengalami
hidrolisa, memiliki kelarutan dalam air tinggi, dalam kondisi jenuh
mengkristal dengan pemanasan yang berlebihan dapat menimbulkan
karamelisasi. Dalam pembuatan selai/jam buah, fungsi gula sebagai
pembentuk gel, pemanis dan pengawet. Dalam konsentrasi tinggi, gula
dapat menurunkan water activity (Aw) dalam bahan makanan sampai batas
dimana mikroorganisme tidak dapat tumbuh. Gula juga menaikkan tekanan
osmosa larutan sehingga terjadi plasmolisa sel mikroba.
b. Pektin
Pektin merupakan karbohidrat kompleks alami yang ditemukan pada
dinding sel semua tumbuhan dengan jumlah bervariasi. Pektin ditemukan
dalam dinding sel tumbuhan. Pektin berfungsi mengatur aliran air antara
sel dan memberikan kekakuan pada sel. Sifat pektin mudah terhidrolisa
menjadi komponen-komponen yang larut air. Kandungan pektin sangat
berhubungan erat dengan kekentalan selai/jam buah. Penambahan pektin
dapat dilakukan dalam pure pectin atau apple concentrate. Masing-masing
bentuk pektin tersebut memiliki cara penghitungan jumlah kebutuhan yang
berbeda.
c. Asam
Telah dijelaskan bahwa pembentukan gel tergantung dari kombinasi
penambahan pektin, gula dan asam. PH masing-masing buah perlu diukur
untuk menentukan pH dasar. PH kemudian bisa dikurangi dengan
menambahkan jus lemon. Efek pH terjadi pada formasi gel pada selai/jam
yang dihasilkan. Larutan pektin paling stabil pada pH 3-4. (Voragen, 1995
dalam Jason A. Frey).
e. Bahan Pengawet
Selai/jam buah yang diolah secara higienis biasanya bisa tahan disimpan
selama beberapa hari. Namun untuk tujuan komersial, biasanya
membutuhkan waktu distribusi dan pemasaran produk lebih panjang,
Untuk itu, selai/jam buah perlu diberikan perlakukan tambahan guna
memperpanjang masa simpan bahan. Salah satu cara pengawetan
selai/jam buah yang sering dilakukan, yaitu dengan menambahkan bahan
pengawet kimia ke dalam produk. Fungsi bahan pengawet adalah untuk
mencegah tumbuhnya mikroorganisme yang tidak dikehendaki dalam
bahan pangan sehingga memiliki masa simpan tertentu yang lebih
panjang. Ada beberapa keuntungan dalam penggunaan bahan pengawet,
diantaranya produk menjadi lebih awet, pengerjaannya lebih mudah dan
praktis, dan lebih murah bila dibanding dengan cara pengawetan yang
lain, seperti pemanasan dan pendinginan. Bahan pengawet yang paling
umum digunakan untuk jam/selai ialah natrium benzoat. Natrium benzoat
memiliki bentuk kristal putih, berasa manis dan kadang-kadang sepet.
Garam natrium benzoat ini Iebih mudah larut dalam air daripada asam
benzoat. Natrium benzoat efektif digunakan pada pH 2,5-4.0 (asam). Oleh
karena, itu, semakin tinggi tingkat keasaman jam/selai, semakin sedikit
natrium benzoat yang dibutuhkan.
f. Pewarna
Proses pemanasan terhadap buah selama pengolahan dapat
menimbulkan perubahan warna pada buah. Warna buah menjadi pudar
dan bahkan kadang-kadang bisa dapat berubah dari warna aslinya. Untuk
mengembalikan warna buah seperti aslinya biasanya ditambahkan
pewarna buatan atau pewarna sintetis. Penambahan pewarna sintetis
dimaksudkan juga untuk memperoleh warna standar, dan menambah daya
tarik konsumen. Pewarna sintetik yang banyak digunakan antara lain
adalah tartrazine, sunset yellow FCF, carmoisine indigotin, green S, dan
karamel.
Beberapa jenis pewarna sintetik yang diizinkan untuk digunakan, dapat
dilihat pada Tabel 1.1.
Sumber: Peraturan KBPOM No. 37 Tahun 2013 dalam Modul Diklat Keahliah Ganda (Lily Mariana,
2017)
Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa faktor penentu mutu buah
sebagai bahan baku dalam pembuatan selai/jam, meliputi: vitamin,
kandungan mineral, dietari fiber, karbohidrat, protein, antioxidan
phytochemical (carotenoid, flavonoid, dan senyawa fenol lainnya).
Sedangkan faktor ekternal terdiri atas: bentuk, ukuran, warna, bau, tingkat
kematangan, tingkat kesegaran, keutuhan, ada/tidaknya kerusakan dan
luka pada buah. Untuk mendapatkan kualitas bahan baku buah yang baik,
industri perlu memilih dan memilah buah sesuai dengan kriteria yang
dipersyaratkan. Untuk buah nanas, perlu dipilih buah yang matang optimal,
aromanya kuat, warnanya kuning tajam, tekstur keras, kondisi segar dan
tidak rusak.
Keterangan:
DM : Dry Matter (Bahan kering)
BAB III
MEMILIH DAN MENYIAPKAN PERALATAN PRODUKSI SELAI BUAH
a. Blender
Nama alat:
Steam Jacketed Kettle
(pemasak)
Fungsi Alat:
Untuk
memasak/mengentalkan
bubur buah
Alat tradisional: Panci
Saluran masuk untuk uap dan saluran keluar atau ventilasi untuk gas yang
tidak dikondensasi disediakan di dekat bagian atas jaket. Uap terkondensasi
terakumulasi di bagian bawah jaket di mana tersedia saluran untuk kondensat.
Pelarut (air) yang diuapkan keluar dari bagian atas evaporator.
Dalam kasus larutan berair, bahan yang diuapkan hanyalah uap yang mungkin
diizinkan masuk ke ruangan. Untuk mencegah pembentukan kabut uap kental,
maka ventilasi yang baik penting untuk membantu menghilangkan uap. Untuk
pelarut organik, evaporator disegel dengan tutup yang menggabungkan
lubang ventilasi yang dilewati pelarutnya ke tempat yang aman. Lubang yang
terpasang disediakan di bagian bawah evaporator untuk pelepasan produk.
Sejumlah kecil bahan berair dapat diaduk secara manual sedangkan volume
besar atau larutan non-air memerlukan pemberian pengaduk otomatis. Pada
tahap awal, tingkat penguapannya cepat. Steam jacket kettle/pan bagian
pancinya dapat dibuat untuk sistem batch dari volume kecil sampai besar,
mudah dioperasikan, dirawat dan memiliki konstruksi sederhana, beragam
bahan konstruksi (misalnya Tembaga, aluminium, stainless steel), dan dapat
dilakukan pengadukan secara manual dan penghapusan produk cepat dan
mudah
c. Autoclave
Autoclave adalah salah satu alat sterilisasi yang dirancang untuk memberikan
panas di bawah tekanan, dengan tujuan dekontaminasi atau sterilisasi.
Dekontaminasi adalah pengurangan pencemaran ke tingkat di mana ia tidak
lagi bahaya untuk orang atau lingkungan. Sementara sterilisasi adalah
penghancuran total mikroorganisme ini. Hal ini hanya akan terjadi jika
material dipanaskan sampai suhu tertentu untuk periode waktu tertentu pula.
Parameternya akan bervariasi tergantung pada sifat mikroorganisme dan
karakteristik benda yang akan disterilisasi itu sendiri.
makanan awetan yang berkadar gula tinggi sehingga tidak tahan bila
diberikan pemanasan dengan suhu tinggi. Sterilisasi produk selai/jam biasanya
dilakukan pada suhu 70-80 ºC selama 15 menit.
d. Refraktometer
e. Timbangan
f. Thermometer
Nama alat: Termometer
Fungsi alat:
Untuk mengukur suhu
bahan
g. pH meter
Elektroda pembanding calomel terdiri dari tabung gelas yang berisi potassium
kloride (KCl) yang merupakan elektrolit yang berinteraksi dengan HgCl diujung
larutan KCl. Tabung gelas ini mudah pecah sehingga untuk menghubung-
kannya digunakan keramik berpori atau bahan sejenisnya.
Elektroda semacam ini tidak mudah terkontaminasi oleh logam dan unsur
natrium. Elektroda gelas terdiri dari tabung kaca yang kokoh dan tersambung
dengan gelembung kacayang tipis. Di dalamnnya terdapat larutan KCl yang
buffer pH 7. Elektroda perak yang ujungnya merupakan perak kloride (AgCl2)
dihubungkan ke dalam larutan tersebut.
Bila dibanding dengan buah apel, mangga, jeruk dan yang sejenisnya, nanas
termasuk buah yang mempunyai kulit keras dan bermata sehingga sedikit
agak sulit dalam pengkulitannya.
j. Botol jam
Botol jar (botol bermulut lebar) bisa dikategorikan alat, namun juga bisa
dikategorikan bahan, yaitu sebagai bahan pengemas. Botol jar digunakan
untuk menempatkan/ mewadahi produk yang telah jadi. Menurut Muchtadi
(1995) dalam Rima Aprilila Wijaya (Skripsi, 2010) menjelaskan bahwa wadah
gelas untuk bahan pangan dapat dibedakan ke dalam 2 bentuk, yaitu gelas
bermulut lebar (wide mouth) dan gelas bermulut sempit (narrow neck).
Wadah gelas bermulut lebar kebanyakan digunakan untuk produk makanan
bayi, susu bubuk, buah-buahan, mentega, kacang, kopi, teh, jam, jelly, acar,
manisan, mayonis, sedangkan wadah gelas berleher sempit kebanyakan
digunakan untuk produk-produk cair seperti kecap, sari buah, sirup, bumbu
cair, saus dan cuka.
Kotoran pada alat tidak hanya diklasifikasikan dalam salah satu kelompok,
namun ada di dua atau tiga kelompok sekaligus. Karena itu perlu untuk
memilih metode dan bahan pembersihan yang tepat. Karakteristik kelarutan
berbagai kotoran dapat dilihat pada tabel 1.
Cara yang dapat dilakukan untuk menguji kebersihan alat lainnya adalah
secara fisik. Menurut Depkes RI adalah sebagai berikut.
1) Menaburkan tepung pada piring yang sudah dicuci dalam keadaan kering.
Bila tepungnya lengket, pertanda pencucian belum bersih.
2) Menaburkan garam pada piring yang kering, pertanda pencucian belum
bersih.
3) Penetesan air pada piring yang kering. Bila air jatuh pada piring ternyata
menumpuk/atau tidak pecah pertanda pencucian belum bersih.
4) Penetesan dengan alkohol, jika terjadi endapan pertanda pencucian
belum bersih.
5) Penciuman aroma, bila tercium bau “amis” pertanda pencucian belum
bersih.
6) Penyiraman. Bila peralatan kelihatannya kusam/tidak cemerlang berarti
pencucian belum bersih.
Status peralatan harus selalu dalam kondisi baik dan siap pakai. Untuk itu
jenis peralatan terutama yang menggunakan tenaga mesin/motor perlu
dilakukan pengecekan dan perawatan secara periodik. Pengecekan pre start
perlu dilakukan apakah alat tersebut dalam kondisi baik atau rusak.
Yang dimaksud tempat kerja untuk produksi selai/jam nanas dalam konteks ini
adalah ruang pengolahan. Beberapa persyaratan mengenai disain layout dan
infrastruktur bangunan industri pangan berdasarkan beberapa Sistem
Manajemen Keamanan Pangan seperti BRC,SQF, IFS, ISO 22000 (dengan
PRP berdasarkan ISO/TS 22002-1, PAS223) dan juga best practice beberapa
multinasional food company. (https://andyafood.wordpress.com/2012/12/24/
persyaratan-bangunan-industri-pengolahan-pangan), yaitu:
e. Area inspeksi
Area inspeksi harus disediakan dengan fasilitas yang sesuai untuk
pemeriksaan produk. Area inspeksi harus memiliki akses yang mudah ke
fasilitas cuci tangan dan intensitas pencahayaan cukup untuk dapat
melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap produk sebagaimana yang
diperlukan.
g. Ventilasi
Ventilasi yang memadai harus disediakan di area pengolahan dan
penanganan yang tertutup. Kipas extractor dan kanopi harus disediakan di
area dimana kegiatan memasak dilakukan, menghasilkan jumlah besar
uap dan harus memiliki beberapa fitur berikut: Kipas dan ventilasi
keluaran harus kedap lalat dan ditempatkan agar tidak menimbulkan risiko
kontaminasi dan sistem tekanan udara positif harus diinstal untuk
mencegah kontaminasi udara. https://andyafood.wordpress.
com/2012/12/24/persyaratan-bangunan-industri-pengolahan-pangan/
BAB IV
MENGENDALIKAN PROSES DAN MENILAI MUTU HASIL
Mutu pangan adalah nilai yang ditentukan atas dasar krietria keamanan pangan,
kandungan gizi dan standar perdagangan terhadap bahan makanan, makanan dan
minuman (UU RI No. 7 Tahun 1996) https://www.slideshare.net/AgnesciaSera/
penilaian-mutu-makanan. Mutu suatu pangan dapat ditetapkan menggunakan
standar pertanian, standar perdagangan, standar nasional indonesia. Berdasarkan
pengertian tersebut, maka penilaian mutu hasil adalah menilai hasil (produk)
secara subyektif (organoleptis/inderawi/sensoris) dan secara obyektif (pengujian
fisik, kimiawi dan mikrobiologi) untuk mengetahui grade (kelas) mutu suatu
produk.
a. Pengendalian Bahan
Bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong yang digunakan untuk
memproduksi makanan tidak boleh merugikan atau membahayakan
kesehatan dan harus memenuhi standar mutu atau pesyaratan yang
ditetapkan. Persyaratan bahan yang digunakan dalam proses produksi
makanan adalah sebagai berikut:
1) Bahan Mentah atau bahan baku dan Bahan Tambahan Makanan
a) Bahan mentah dan bahan tambahan yang dibeli dari pasar atau
yang diterima dari pemasok ada kemungkinan mengandung
bahan-bahan berbahaya seperti bakteri, pestisida dan bahan-
bahan beracun lainnya yang tidak dapat dihilangkan dengan
proses pengolahan. Oleh karena itu, bahan yang sudah terdeteksi
mengandung bahan berbahaya harus ditolak.
b) Bahan mentah dan bahan tambahan harus diperiksa dan dipilih
terlebih dahulu sebelum diolah. Pemeriksaan dilakukan secara
organoleptik dan fisik, jika memungkinkan secara kimia,
mikrobiologi dan atau biologi.
c) Stok bahan mentah dan bahan tambahan harus diatur sedemikian
rupa sehingga yang masuk ke gudang terlebih dahulu juga harus
diolah terlebih dahulu atau dengan sistem FIFO (First in-First out).
Bentuk Normal
Ukuran Normal
Warna Spesifik nanas
Tingkat Matang optimal
kematangan
Tingkat kesegaran Segar
Keutuhan Utuh
Ada/tidaknya Tidak rusak
kerusakan
Luka pada buah Tidak luka
Bau Spesifik nanas segar
Kriteria bahan
Bahan Bantu Pengendalian
bantu
Berwarna putih
bersih Dikendalikan secara
Halus organoleptik / sensorik /
Gula pasir
Tidak berair/basah inderawi
Mudah larut
Tidak menggumpal
Untuk melihat kemampuan
pektin dalam membentuk
Kemampuannya
jendalam dapat dilakukan
membentuk gel
Pektin dengan uji alkohol. Bila
(jendalan) pada
kemampuan jendalnya rendah
saat direhidrasi
sebaiknya pektin tersebut tidak
digunakan.
Pengecekan keasman dilakukan
dengan kertas pH atau pH
meter.
Apabila pH nya tinggi maka cara
pengendaliannya dengan
Keasaman pH 3-4
menambahkan
jus lemon atau asam sitrat
sesuai kebutuhan (hingga pH
yang ditentukan.
2) Bahan Kemasan
Bahan kemasan yang digunakan dalam pengemasan:
a) Tidak boleh beracun atau menimbulkan penyimpangan pada
produk selama penyimpanan pada kondisi normal, sehingga tidak
menimbulkan bahaya bagi konsumen.
b) Dapat melindungi produk terhadap pengaruh luar.
c) Tahan terhadap perlakuan selama pengolahan, pengangkutan dan
peredaran.
3) Wadah
Wadah yang digunakan harus :
a) Dibersihkan dan disanitasi sebelum digunakan.
b) Bersifat steril bagi jenis produk yang tidak mengalami pengolahan
lebih lanjut.
4) Air
Persyaratan air yang digunakan dalam proses produksi makanan
adalah:
a) Air yang digunakan dalam proses pengolahan dan mengalami
kontak langsung dengan makanan seharusnya memenuhi
persyaratan air bersih sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
RI No.416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air.
b) Air yang merupakan bagian dari makanan (ingredient) harus
memenuhi persyaratan air minum atau air bersih sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990
tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air.
c) Air yang tidak dikonsumsi dan tidak mengalami kontak langsung
dengan makanan misalnya air untuk boiler, harus mempunyai
sistem yang terpisah (dan diberi tanda) dengan air untuk
dikonsumsi atau air minum.
d) Air yang digunakan untuk pembuatan es yang langsung kontak
dengan makanan harus memenuhi persyaratan sebagai air minum.
b. Pengendalian proses
Proses pembuatan selai/jam nanas dilakukan mengikuti tahapan tertentu.
Bila tersedia SOP, maka proses pembuatannya harus mengikuti SOP.
Secara umum tahapan proses pembuatan selai/jam nanas terdiri atas:
pencucian, pengupasan, pemarutan/pengahancuran, penambahan bahan
bantu, pencampuran dan pengadukan pada suhu ruang, pemasakan dan
pengadukan selama 1 jam pada suhu 120 0C hingga diperoleh bubur
buah. Jeni bahan bantu (gula, pektin, dan asam) selain untuk membetuk
jel yang baik juga bisa ditambahkan bahan-bahan bantu lain untuk
memberikan cita rasa spesifik. Bahan bantu tersebut yaitu katu manis,
cengkeh dan garam dapur secukupnya.
Pengendalian proses dilakukan terhadap:
Faktor yang mempengaruhi mutu produk dapat bersifat sensoris dan sifat
yang tersembunyi. Sifat sensoris adalah semua sifat yang dapat dinilai sengan
indera. Penilaian dengan indera penglihatan, misalnya: bentuk, ukuran,
warna, kilap. Penilaian dengan indera peraba, misalnya tekstur; dengan indera
pebau, misalnya bau, aroma. Sedangkan dengan indera pencicip, misalnya
rasa. Sifat yang tersembunyi merupakan sifat-sifat yang penilaiannya
dilakukan menggunakan peralatan/instrumen serta bahan-bahan tertentu,
misalnya komposisi kimia, niali gizi dan toksisitas. Faktor lain yang juga dinilai
oleh konsumen adalah yang berkaitan dengan batas kadaluarsa, kebersihan
(estetika), berdasarkan agama/kepercayaan (ke-halal-an) dan etika.
Pada konteks produksi selai/jam nanas ini penilaian mutu hasil (produk) hanya
akan dilakukan secara subyektif, meliputi rasa dan bau/aroma (flavor), warna,
kekentalan (konsistensi), tekstur, distribusi materi, ada/tidaknya sineresis
(kristalisasi). Penilaian mutu dilakukan secara organoleptis/inderawi untuk
mengetahui sejauhmana produk dapat diterima secara normal oleh
konsumen. Menururt Suryani et al. (2004), selai yang bermutu baik
mempunyai tanda spesifik yaitu:
1. konsistensi kokoh,
2. warna cemerlang,
3. distribusi buah merata,
4. tekstur lembut,
5. flavor buah alami,
6. tidak mengalami sineresis dan kristalisasi selama penyimpanan
1. konsistensi kokoh,
2. warna cemerlang,
3. distribusi buah
merata,
4. tekstur lembut,
Selai/jam nanas
5. flavor buah alami,
6. tidak mengalami
sineresis dan
kristalisasi selama
penyimpanan
Tahapan pembuatan selai/jam buah dapat dilihat pada diagram alir berikut
ini.
NANAS
PENCUCIAN
PENGUPASAN
PENGHANCURAN
BUBUR
Gula
PENCAMPURAN
Pektin DAN PENGADUKAN Suhu Ruang
Asam
PEMASAKAN DAN 1 Jam, Suhu 120
PENGADUKAN Derajat Celsius
SELAI/JAM
a. Pencucian
Buah nanas dari pemasok atau yang dibeli dari pasar biasanya dalam
keadaan kotor dan bahkan kadang-kadang dijumpai buah yang tidak
segar dan beberapa bagian buah rusak. Langkah awal sebelum nanas
diolah adalah memilih nanas yang baik dan kemudian dicuci bersih.
Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang terbawa saat
panen dan selama di tempat pengumpulan.
b. Pengupasan
Tujuan dari pengupasan yaitu untuk menghilangkan mahkota buah, kulit
dan matanya. Pengupasan dilakukan menggunakan pisau tajam karena
kulit nanas cukup keras. Bila dimungkinkan ada pisau khusus pengupas
kulit dan mata nanas akan lebih baik dan lebih mudah dikerjakan.
Pengupasan kulit dan mata nanas harus dilakukan sampai bersih, bila
tidak bersih maka dapat menimbulkan warna yang tidak baik dan bercak-
bercak hitam pada selai/jam yang dihasilkan. Nanas yang telah dikupas
ditempatkan pada wadah yang bersih.
c. Penghancuran
Penghancuran buah nanas dapat dilakukan menggunakan alat pemarut
atau blender. Penghancuran dilakukan untuk menghasilkan bubur buah.
Untuk memudahkan dalam proses penghancuran, nanas dipotong-potong
lebih dahulu, kemudian sedikit demi sedikit dimasukkan kedalam blender.
Bila menggunakan pemarut, pemotongan dapat dilakukan dengan ukuran
lebih besar sehingga mudah dipegang tangan. Bubur buah yang diperoleh
ditampung pada wadah bersih kemudian di timbang beratnya dan
dicatatat. Berat bubur nanas penting diketahui karena sebagai dasar
untuk menghitung kebutuhan banhan bantu yang akan ditambahkan.
Apabila pH nya > 4 maka dapat ditambahkan jus lemon hingga ph 3-4
atau 3.10-3.48 pH optimum Selai/jam (Rima Aprilila Wijaya, 2010).
Penambahan Bahan lain. Bila menginginkan rasa selai yang harum, bisa
ditambahkan kayu manis dan cengkeh secukupnya. Sedangkan
penambahan garam dalam jumlah sedikit berfungsi untuk memantapkan
rasa. Penambahan BTM berupa bahan pengawet dilakukan sesuai aturan
penggunaannya. Untuk penggunaank Natrium benzoat yang diijinkan
0,05-0,1%..
f. Pengemasan
Selai/jam yang dihasilkan, dalam keadaan panas langsung dimasukkan
kedalam botol jam dengan memberikan “head space” untuk tempat
pengembangan produk saat dipanaskan. Botol jam sebelum digunakan
harus dicuci bersih menggunakan detergen dan dilakukan sterilisasi
sebagaimana telah dijelaskan di halaman sebelumnya.
Dalam proses pengolahan yang tidak terkontrol dan tidak terkendali dengan
baik, produk yang dihasilkan dapat berpotensi mengalami penyimpangan atau
produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.
Pada pembuatan selai/jam buah jenis-jenis penyimpangan produk diantaranya
yaitu:
1) Hidrolisa pektin, penguapan asam, kehilangan flavor dan aroma
disebabkan oleh pemasakan yang terlalu lama.
2) Penggelapan warna, karena buah terlalu matang atau pemanasan yang
terlalu lama.
3) Terjadinya kristalisasi gula, diakibatkan oleh air yang digunakan terlalu
sedikit, gula yang digunakan terlalu banyak, terlalu lama dilakukan proses
pendidihan, terlalu lama disimpan dalam panci pemasakan setelah proses
pemasakan berlangsung.
4) Pemucatan warna, hal ini terjadi karena pemasakan terlalu lama,
pendinginan yang kurang cukup pada saat pengisian ke dalam botol,
menggunakan bubur buah yang terlalu pucat, adanya kontaminasi dengan
logam.
5) Pertumbuhan kapang dan khamir, disebabkan oleh penyimpanan selai/jam
pada kelembaban yang terlalu tinggi, terjadinya kontaminasi oleh mikroba
pada saat sebelum dilakukan penutupan, kandungan zat padat yang
terlarut dalam produk rendah.
6. Penyimpanan produk
Sebelum didistribusikan ke tempat pemasaran atau sebelum dikonsumsi,
produk hasil olahan umumnya dikumpulkan pada suatu tempat atau ruang
khusus penyimpanan produk. Ruangan atau tempat menyimpan selai/jam
harus dalam kondisi bersih dan higienis. Suhu dan kelembaban ruang
penyimpanan sebaiknya diusahakan rendah. Selai/jam nanas akan lebih tahan
lama bila disimpan dalam refrigerator (lemari es), apalagi bila segel dan
tutupnya telah dibuka. Sebenarnya selai boleh disimpan di ruangan dalam
suhu ruang (250C). Hal ini dikarenakan selai/jam buah mengandung
keasaman alami yang dapat membantu menghambat pertumbuhan bakteri
yang tidak diinginkan. Sekalipun dianggap bebas dari bakteri, namun
keasaman tidak bisa menghambat pertumbuhan jamur. Oleh karena itu, selai
/jam buah bisa disimpan antara 3-6 bulan agar jamur tak tumbuh. Jika lebih
dari itu, sebaiknya disimpan dengan cara pendinginan. (Barrat)
BAB V
MENGEMAS HASIL PRODUKSI
Botol jar (botol bermulut lebar) dari kaca merupakan kemasan/wadah yang
umumnya dipakai untuk mengemas makanan. Botol jar memiliki kelebihan, yaitu
stabilitas kimia yang baik, mudah disegel, kedap udara, transparan (dapat dilihat
dari luar); sifat penyimpanan baik, permukaan halus, nyaman untuk disinfeksi
dan sterilisasi; indah, dekoratif warna-warn, memiliki kekuatan mekanik tertentu,
mampu menahan tekanan dalam botol dan kekuatan selama transportasi, dan
harga relatif rendah. Kekurangannya adalah membutuhkan ruang yang besar
(massa dan volume besar), rapuh, dan mudah pecah. Botol kaca banyak dipilih
sebagai wadah produksi selai/jam buah, karena memiliki kelebihan, yaitu: produk
dapat dilihat dari luar, sehingga memiliki daya tarik tersendiri bagi konsumen.
Selain itu, apabila produk mengalami kontaminasi mikroba atau mengalami
kerusakan akan cepat terdeteksi.
Dari proses pengolahan selai/jam buah, dapat dipahami bahwa selai/jam nanas
merupakan produk yang kadar asamnya tinggi, oleh karena itu dalam
pengemasan digunakan kemasan logam atau kemasan gelas. Untuk mengemas
selai/jam nanas sangat baik jika kemasan yang digunakan adalah kemasan gelas.
Kemasan ini bersifat inert (tidak bereaksi dengan bahan) sehingga dapat
mempertahankan kualitas produk. Pengemasan selai/jam nanas dengan kaleng
logam kurang tepat karena dapat menimbulkan korosi pada kaleng. Penggunaan
botol jar akan memudahkan dalam pengambilan produk serta penyimpanan
produk dengan menutup kembali kemasan tersebut lebih mudah dilakukan.
https://ziboxinjiang.wordpress.com/2015/03/24/selai-nenas-dan-
pengemasannya/
produk, dalam label dituliskan nama produk, komposisi produk, massa produk
netto, batas pemakaian yang ditulis di bagian atas tutup botol sehingga
mudah dilihat, nama perusahaan yang memproduksi, cara penggunaan
produk, gambar nenas sebagai bahan baku, sertifikat halal jika telah lolos
pengujian standar halal, dan pesan ramah lingkungan. Dalam label harus
dicantumkan alamat yang mengeluarkan produk, sehingga apabila ada kritik
atau saran dari masyarakat dapat digunakan sebagai masukan dalam
peningkatan mutu produk selanjutnya.
BAB VI
MENGHITUNG BIAYA PRODUKSI
Dalam suatu proses produksi akan dibutuhkan biaya yang disebut dengan biaya
produksi. Pengertian biaya produksi adalah adalah akumulasi dari semua biaya-
biaya yang dibutuhkan dalam proses produksi dengan tujuan untuk
menghasilkan suatu produk atau barang. Biaya-biaya ini meliputi biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja, biaya operasional barang / pabrik, dan lain
sebagainya. Biaya produksi ini harus diakumulasi secara cermat untuk kemudian
dihitung dan dibandingkan dengan laba kotor perusahaan. Selisih pendapatan
dikurangi dengan biaya produksi akan menjadi laba bersih perusahaan atau
total keuntungan yang diperoleh. Biaya produksi ini diperlukan untuk
mendukung proses pengolahan bahan baku menjadi produk jadi yang siap
dipasarkan kepada konsumen.
Komponen biaya produksi terdiri dari Biaya Tetap / Fixed Cost (FC) dan Biaya
Tidak Tetap / Variable Cost (VC). Biaya tetap total (TFC) adalah keseluruhan
biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli semua keperluan baik barang dan
jasa yang akan digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan suatu
produk (barang).
Judul Modul Memproduksi Selai Buah (Jam)
Halaman: 62 dari 71
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
THP.OO03.095.01
Total fixed cost dihitung untuk memperoleh faktor produksi yang tidak dapat
berubah jumlahnya. Biaya Variabel Total / Total Variable Cost (TVC) adalah
keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi variabel.
http://ciputrauceo.net/blog/ 2015/9/21/biaya-produksi-dan-cara-
menghitung-biaya-produksi
Di dalam modul ini, biaya yang tertulis sifatnya hanya asumsi perkiraan. Apabila
akan digunakan untuk menghitung biaya produksi yang sebenarnya, maka perlu
dilakukan survei harga terkini pada saat perhitungan biaya produksi dilakukan.
Berikut ini adalah contoh harga bahan dan utilitas.
Contoh perhitungan biaya tetap dan biaya tidak tetap produksi selai/jam nanas
untuk jumlah 18.800 gram atau 18,8 kg nanas kupas per hari untuk
menghasilkan 50 botol selai/jam nanas.
Biaya total (TFC) adalah keseluruhan biaya yang harus dikeluarkan untuk
membeli semua keperluan baik bahan dan jasa yang akan digunakan
dalam proses produksi demi menghasilkan / produksi suatu barang. Total
fixed cost dihitung untuk memperoleh faktor produksi yang tidak dapat
berubah jumlahnya.
1) Biaya Variabel Total / Total Variable Cost (TVC) adalah keseluruhan
biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi variabel.
2) Cara menghitung Biaya Tetap Rata-rata / Average Fixed Cost (AFC)
adalah dengan cara biaya total dibagi dengan jumlah produksi.
3) Cara menghitung Variabel Rata-Rata / Average Variable Cost (AVC)
adalah dengan cara membagi Biaya Variabel Total (TVC) dengan
jumlah produksi.
4) Cara menghitung Biaya Total Rata-Rata / Average Total Cost (AC)
adalah dengan cara Biaya Total dibagi dengan jumlah produksi.
5) Biaya Marginal / Marginal Cost (MC) diperoleh melalui hasil
penambahan Biaya Produksi yang digunakan untuk menambah
produksi satu unit barang / produk.
Contoh perhitungan biaya produksi selai/jam nanas untuk jumlah 18.800 gram
atau 18,8 kg nanas kupas/hari untuk menghasilkan 50 botol jar selai/jam
nanas.
a. Biaya Produksi
Biaya tetap + biaya tidak tetap = 346.2 + 653 = 999.2
b. Keuntungan yang diinginkan 30 % = 999.2 x 30% = 299.76
c. Harga jual per produk dengan perkiraan produk yang dihasilkan 50 botol
selai/jam nanas.
HPP = (biaya produksi + keuntungan) : jumlah produk
= (999.2+ 299.764) : 50 = 25.98 dibulatkan Rp. 26
d. B/C ratio = harga jual : biaya produksi = 26 : 999.2= 0.26
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku Referensi
Bastin, Sandra. 2004. The Science Of Jam And Jelly. Making Educational
programs. Kentucky: Cooperative Extension
Jurnal Internasional Teknik Kimia dan Aplikasi, Vol. 1, No. 1, Juni 2010
ISSN: 2010-0221
......... 2012. Modul Pelatihan Pembuatan Jam Pusat Studi Ketahanan Pangan Bali:
Universitas Udayana 1/1/2012
Salman, Mariana Lily. 2017. Materi Pembelajaran, Diklat Keahlian Ganda: Paket
Keahlian Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian, Kelompok Kompetensi
Produksi Hasil Nabati. PPPPTK Pertanian : 2007.
Widodo, Satrio, 2004. Sanitasi Ruang dan Peralatan Pengolahan Pangan. Cianjur:
PPPG Pertanian
Wijaya, Aprilila Rima. 2010. Proses Pengolahan Selai Nanas Organik Dan
Pendugaan Umur Simpannya, Fakultas Teknologi Pertanian (Skripsi). Bogor:
IPB
B. Referensi Lainnya
https://www.google.com/search?client=firefox-b-
ab&biw=1366&bih=635&tbm=isch&sa=1&ei=1mVfWoagDIum8AWk36y4Cg&q=
steam+jacketed+kettle&oq=steam+jacket&gs_l=psy-
ab.1.1.0j0i30k1l9.165465.176318.0.184370.12.9.0.3.3.0.144.1126.0j9.9.0....0...1
c.1.64.psy-ab..0.12.1182...0i67k1j0i10k1.0.xVBzsgj59X0#imgrc=rsqLdYlCRlnrpM:
(gambar kettle)
https://www.google.com/search?q=blender&client=firefox-b-
ab&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjqr5q6ot_YAhVBULwKHXEVCC
EQ_AUICigB&biw=1366&bih=635#imgrc=jZi1-ZC619R-DM: blender
https://www.google.com/search?q=botol+jam&client=firefox-b-
ab&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjPte3upt_YAhWEU7wKHVuSD_
wQ_AUICigB&biw=1366&bih=635 botol
https://www.google.com/search?client=firefox-b-
ab&biw=1366&bih=635&tbm=isch&sa=1&ei=fmpfWvuLKIqQ8gWxr464Cg&q=pi
sau+pengupas+nanas&oq=pisau+nanas&gs_l=psy-
ab.1.1.0j0i8i30k1.260894.265863.0.269769.11.11.0.0.0.0.170.1281.0j10.10.0....
0...1c.1.64.psy-ab..1.10.1273...0i67k1j0i5i30k1.0.4m04dwfqLrU#imgrc=B-
euBnvuIe7y4M: (pisau)
(https://andyafood.wordpress.com/2012/12/24/ persyaratan-bangunan-industri-
pengolahan-pangan),
https://andyafood.wordpress. com/2012/12/24/persyaratan-bangunan-industri-
pengolahan-pangan/
https://www.slideshare.net/AgnesciaSera/ penilaian-mutu-makanan
http://mahyasimply.blogspot.co.id/2011/06/pengendalian-proses-pengolahan-
bahan.html
https://ziboxinjiang.wordpress.com /2015/03/24/selai-nenas-dan-
pengemasannya/
http://ciputrauceo.net/blog/ 2015/9/21/biaya-produksi-dan-cara-menghitung-
biaya-produksi
A. Daftar Peralatan
B. Daftar Bahan
DAFTAR PENYUSUN
1. Instruktur/Widyaiswara PPPPTK
Pertanian
1. Endang Prabandari 2. Asesor Metodologi No. Reg.
MET.000.005527.2017
3. Anggota …