DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. TUJUAN UMUM
Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu Memproses Substrat
Menjadi Biogas dan Slurry pada PLTBg.
B. TUJUAN KHUSUS
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku informasi Memproses
Substrat Menjadi Biogas dan Slurry pada PLTBg ini guna memfasilitasi peserta
sehingga pada akhir diklat diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Menyiapkan pengoperasian anaerobik biodigister sesuai POS dan spesifikasi
perusahaan
2. Mengoperasikan anaerobik digister sesuai POS dan spesifikasi perusahaan
3. Memantau nilai parameter biogas, limbah cair organik dan mikroorganisme sesuai
POS dan spesifikasi perusahaan
4. Mengoperasikan kolam penampungan akhir
BAB II
MENYIAPKAN PENGOPERASIAN ANAEROBIK BIODIGISTER
SESUAI POS DAN SPESIFIKASI PERUSAHAAN
Bagian utama dari suatu fasilitas komersial konversi POME menjadi biogas ditunjukkan
pada gambar di bawah ini :
Sistem biodigester terdiri dari proses pengolahan awal, , dan kolam sedimentasi. Air
limbah setelah pengolahan awal dipompa ke yang dapat berupa kolam tertutup atau
CSTR. Kolam anaerobik pada prinsipnya adalah kolam tertutup yang dilengkapi
dengan mekanisme pengadukan. Desain kolam tertutup biasanya untuk menangani
limbah dengan kandungan padatan kurang dari 3%, dan umumnya beroperasi dalam
kisaran suhu mesophilik (+30-41°).
BAB III
MENGOPERASIKAN ANAEROBIK DIGISTER SESUAI POS
DAN SPESIFIKASI PERUSAHAAN
Anaerobik biodigister adalah reaktor yang mengubah limbah cair dari pabtrik kelapa
sawit, pabrik sagu, atau pabrik tapioka menjadi biogas. Proses penguraian zat
organik limbah dilakukan oleh beberapa jenis mikroorganisme dengan
menggunakan oksigen yang terbatas. Proses penguraian terjadi dalam empat
tahap, yaitu hidrolisis, asidogenesis, asetogenesis, dan metanogenesis pada suhu
mesofilik (35°C) atau termofilik (55°C). Reaktor dapat berbentuk kolam tertutup
atau Continously Stirred Tank Reactor (CSTR).
Ada tiga tahapan dalam komponen sistem bio digester pada PLTBg. Tahap pertama
adalah Pengolahan Awal, penyaringan kotoran maupun serat yang tergolong
sebagai partikel berukuran besar. Limbah cair kelapa sawit akan digiring menuju
kolam tertutup yang menjadi tempat bio digester berada. Sistem dari digester
sendiri tidak boleh terdapat udara serta air sedikitpun. Mengingat proses dalam
produksi biogas dilakukan secara anaerobik. Pabrik kelapa sawit dalam melakukan
pengolahan POME menjadi biogas melalui komponen bio digester perlu
menentukan laju aliran dari POME, kapasitas COD, sampai dengan HRT atau
Hydrolic Retention Time.
Biomasa di dalam Digester diaduk, pengadukan ini dilakukan dengan beberapa cara
dan bergantung dari jenis bahan baku, kelembabannya dan ciri-ciri yang lain yang
digunakan. Pengadukan ini biasanya dilakukan oleh slopped mixer, mesin
pengaduk tipe “paddle giant” atau pengaduk tipe submersed. semua tipe pengaduk
ini dibuat dari baja tahan-karat bahkan alat pengaduk ini dapat berupa mesin
hidraulik. Namun lapisan pompa mesin pengaduk biomasa dapat dimasuki oleh
beberapa jenis bakteri.
Melalui sistem bio digester inilah proses penguraian dari POME terjadi sehingga
terbentuklah biogas serta slurry atau sebutan bagi residu.Air limbah hasil proses
anaerobik dari digester mengalir ke kolam sedimentasi di mana POME yang telah
terurai dipisahkan lebih lanjut dari lumpur dan padatan.
Roof digister adalah lapisan terluar (kedua) pada cover lagoon jenis ganda. Pada
type ini bentuk meskipun volume biogas berkurang, bentuk cover lagoon akan tetap
cembung karena diisi udara bertekanan dari kompresor, sehingga air hujan tidak
akan pernah terjebak. Pada cover lagoon type tunggal, maka air dapat terjebak
pada bagian atas cover lagoon, ketika volume biogas berkurang. Untuk itu
diperlukan pompa penguras tanpa percikan api (summersible pump) diperlukan
untuk menguras air di atas cover lagoon sesuai SOP dan spesifikasi perusahaan.
BAB IV
MEMANTAU NILAI PARAMETER BIOGAS, LIMBAH CAIR ORGANIK DAN
MIKROORGANISME SESUAI POS DAN SPESIFIKASI PERUSAHAAN
Operator harus memantau dan menjaga kondisi dalam digester untuk mendukung
kehidupan mikroorganisme yang sehat dan produksi biogas yang optimal. Bagian
berikut menjelaskan kondisi yang diperlukan seperti suhu, pH dan sistem penyangga
(buffer ), kelarutan gas, pencampuran, nutrisi, dan toksisitas.
1. Suhu
Ada dua rentang suhu yang biasa digunakan dalam digester anaerobic, yaitu suhu
mesofilik (25 – 40 0C) dan suhu termofilik (50 – 60 0C). Metana dapat diproduksi
pada suhu rendah, suhu di dalam digester harus dijaga di atas 20°C. Tingkat
produksi metana akan naik sekitar dua kali lipat untuk setiap kenaikan suhu 10 0C
dalam rentang suhu mesofilik.
2. pH
Banyak penelitian menunjukkan bahwa kisaran pH 6,5–7,5 menghasilkan kinerja
dan stabilitas dalam sistem anaerobik yang baik, meskipun operasi yang stabil
dapat juga terjadi di luar kisaran ini.
3. Kelarutan Gas
Dalam proses anaerobik, gas terbentuk dalam fase cair dan cenderung lepas ke
udara. Perpindahan fase cair menjadi gas sangat penting dalam proses penguraian
anaerobik. Perpindahan fase cair menjadi gas ini akan dibatasi oleh parameter
desain proses seperti luas area antar muka cairan dan gas (liquid gas interface),
4. Pengadukan
Proses pengadukan berperan penting dalammengontrol pH dan menjaga
lingkungan yang seragam. Tanpa pengadukan yang memadai, lingkungan mikro
yang tidak menguntungkan dapat terbentuk.
5. Nutrisi
Biodegradasi yang efisien membutuhkan nutrisi seperti nitrogen, fosfor dan unsur-
unsur lainnya dalam jumlah yang cukup (mikronutrisi). Nutrisi membangun sel-sel
yang membentuk mikroorganisme dan menghasilkan biogas. Unsur-unsur kimia
yang membentuk mikroorganisme antara lain karbon (50%), oksigen (20%),
nitrogen (12%), hidrogen (8%), fosfor (2%), sulfur (1%), dan kalium (1%). Proses
pembentukan biogas membutuhkan rasio karbon terhadap nitrogen minimal 25:1.
POME umumnya memiliki nitrogen dan fosfor dalam kadar yang cukup. Kebutuhan
nutrisi bakteri anaerob lebih rendah dibandingkan dengan bakteri aerob, karena
laju pertumbuhan bakteri anaerob lambat. Proses pembentukan biogas harus
mempertahankan rasio COD:nitrogen:fosfor pada tingkat yang emadai, oleh karena
itu operator harus memantau rasio dan melakukan penyesuaian yang diperlukan
selama proses berlangsung. Pompa dosis dapat digunakan untuk menambahkan
nutrisi secara berkala. Selama prose, kadar mikronutrien seperti nikel dan kobalt
juga harus dijaga untuk mendukung proses metanogenesis.
6. Toksisitas
Dari semua mikroorganisme dalam penguraian anaerobik, bakteri metanogen
umumnya dianggap paling sensitif terhadap toksisitas. Toksisitas NH3, H2S dan
VFA tergantung pada pH. Dalam kultur bakteri yang tidak dikondisikan, sekitar 150
mg/l dapat menghambat pertumbuhan mikroba. NH3 menjadi racun pada tingkat
pH lebih dari 7. kultur tersebut telah melalui masa adaptasi.
Sistem kolam tertutup mempertahankan tekanan rendah 0–2 mbarg (tergantung pada
desain penyedia teknologi), sementara sistem tangki menyimpan biogas pada tekanan
yang penyimpanan biogas antara 30 menit hingga 3 jam, sedangkan kolam tertutup
memiliki kapasitas penyimpanan 1 hingga 2 hari.
BAB V
MENGOPERASIKAN KOLAM PENAMPUNGAN AKHIR
Air limbah hasil proses anaerobik dari digester mengalir ke kolam sedimentasi di mana
POME yang telah terurai dipisahkan lebih lanjut dari lumpur dan padatan. Perkebunan
dapat menggunakan limbah cair dari sedimentasi sebagai pupuk. Sistem pembuangan
padatan berfungsi untuk memisahkan lumpur dan padatan yang terakumulasi baik di
dalam digester maupun di dalam kolam sedimentasi
Biomasa di dalam Digester diaduk, pengadukan ini dilakukan dengan beberapa cara
dan bergantung dari jenis bahan baku, kelembabannya dan ciri-ciri yang lain yang
digunakan. Pengadukan ini biasanya dilakukan oleh slopped mixer, mesin
pengaduk tipe “paddle giant” atau pengaduk tipe submersed. semua tipe pengaduk ini
dibuat dari baja tahan-karat bahkan alat pengaduk ini dapat berupa mesin hidraulik.
Namun lapisan pompa mesin pengaduk biomasa dapat dimasuki oleh beberapa jenis
bakteri.
lambda (e). Semua variabel tersebut diperoleh sesudah sensor gaz analyzer
dipasangkan ke sejumlah ujung pipa pembuangan atau pengambilan sampel
sampel limbah.
DAFTAR PUSTAKA
A. BukuReferensi
a. Suyitno, Teknologi Biogas; Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan, Graha
Ilmu, 2017
b. Wahyuni, Sri, M.P. 2009. Biogas. Jakarta: Penebar Swadaya.
c. Kabouris, C. John; Tezel, Ulas. et al. 2009. Methane Recovery from The
Anaerobic Codigestion of Municipal Sludge and FOG. Biorec Tehno 100: 3701-
3705.
B. Referensi Lainnya
a. www.biogas-center.com
b. http://www.litbang.pertanian.go.id/download/one/183/file/BIOGAS-
PEMBUATAN-KONSTRUKS.pdf
c. http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/63020/5/BAB%20IV%20
Hasil%20dan%20Pembahasan.pdf
A. Daftar Peralatan/Mesin
B. Daftar Bahan
DAFTAR PENYUSUN