Teori Analisa Respon Frekuensi
Teori Analisa Respon Frekuensi
Dokumen
SFRA (Frequency Response Analyzer ) )
Berlaku Efektif
PENGUKURAN SFRA
(Sweep Frequency Response Analyzer)
SFRA adalah suatu peralatan yang dapat memberikan informasi tentang adanya pergeseran pada inti
dan belitan suatu transformator. Dengan melakukan pengujian, dapat diketahui bagaimana suatu
belitan memberikan sinyal bertegangan rendah dalam berbagai variasi frekuensi.
Transformator adalah sebuah rangkaian impedansi dimana unsur – unsur kapasitif dan induktif
berhubungan dengan konstruksi fisik transformator. Perubahan – perubahan dalam frekuensi respons
terukur dalam teknik SFRA yang mengindikasikan perubahan fisik dalam suatu transformator yang harus
didentifikasi dan diinvestigasi.
V o A o ∠ φo A o
= = ∠(φ o−φi )
V i A i ∠ φi A i (1)
Sebagai ilustrasi metode respon frekuensi ini ditunjukkan pada gambar berikut:
Masukan Keluaran
Sistem
Perbedaan magnitude
Keluaran dan masukan
dibandingkan
Perbedaan phasa
(analisa dilakukan untuk setiap frekuensi dari frekuensi rendah sampai frekuensi tinggi)
Penyajian respon frekuensi suatu sistem dapat dilakukan dalam tiga jenis, yaitu:
1. Diagram Bode
2. Diagram log besar terhadap fasa (Nichols)
3. Diagram polar (Nyquist)
Dalam penyajian diagram bode, respon frekuensi disajikan dalam dua diagram tepisah, satu
merupakan diagram besar (magnitude) terhadap frekuensi dan yang satunya lagi merupakan
diagram sudut fasa terhadap frekuensi. Keduanya digambar dalam skala logaritmik dan
ditunjukkan pada Gambar 2.
dB Magnitude Response
50
DB Gain
-50
-100 -1 0 1 2
10 10 10 10
Angular Frequency - rad/sec
Phase Response
Angle - degrees
-50
-100
-150
-200
-250
-300
-1 0 1 2
10 10 10 10
Angular Frequency - rad/sec
Ao
Gain[ dB ]=20 log( )
Ai (2)
Sedangkan diagram sudut fasa adalah perbedaan antara sudut fasa sinyal keluaran terhadap
sudut fasa sinyal masukan dan dirumuskan sebagai berikut:
Frekuensi
Magnitude
Fasa
Gambar 3: Penyajian respon frekuensi dalam diagram nichols
Sedangkan diagram polar suatu sistem fungsi alih G(j) adalah suatu diagram besar
(magnitude) dari G(j) terhadap fasa dari G(j) pada kordinat polar jika frekuensi diubah dari
nol sampai tak terhingga. Untuk menggambarkan diagram bode menjadi diagram polar dapat
dilakukan dengan mengubah besaran magnitude dalam dB beserta sudut fasa dalam derajat
menjadi bilangan kompleks (real dan imajiner) dari persamaan (2) dan (3) diatas menjadi
sebagai berikut:
π
Real =10(Gain/20 ) cos( fasa )
180 (4)
π
Imaginer=10( Gain/20 ) sin( fasa )
180 (5)
0.1
0.08
0.06
Im 0.04
0.02
Ao imajiner 0
Ai -1.4
-0.02
-1.2 -1 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0
-0.04
-0.06
(o i ) -0.08
-0.1
real real
Gambar 4: Penyajian respon frekuensi dalam diagram polar (nyquist)
Diagram respon frekuensi dari ketiga penyajian tersebut adalah spesifik untuk setiap sistem,
sehingga apabila terjadi perubahan fisik pada sistem akan mengubah diagram tersebut. Dari
sifat yang spesifik ini, metoda respon frekuensi dapat digunakan untuk mengetahui atau
mendeteksi terjadinya kerusakan dari suatu sistem. Salah satu contoh adalah metode SFRA
(Sweep Frequency Response Analysis) yang digunakan untuk mendeteksi terjadinya perubahan
karakteristik pada sebuah tranformer daya.
250
0
200
-10
150
-20
100
-30
50
-40
0
-50 -50
-60 -100
-70 -150
-80 -200
-90 -250
2.0E+01
1.6E+03
4.8E+03
1.4E+04
3.8E+05
1.1E+06
6.0E+01
1.8E+02
5.4E+02
4.3E+04
1.3E+05
2.0E+01
5.4E+02
1.6E+03
4.3E+04
1.3E+05
6.0E+01
1.8E+02
4.8E+03
1.4E+04
3.8E+05
1.1E+06
H1-H0 RMS H2-H0 RMS H3-H0 RMS H1-H0 Phase H2-H0 Phase H3-H0 Phase
0,01 0,05
0,04
0,005
0,03
0 0,02
Im ag in e r
Im ag in er
0,01
-0,005
0
-0,01 -0,01
-0,02
-0,015
-0,03
-0,02 -0,04
0 0,0005 0,001 0,0015 0,002 0,0025 0 0,02 0,04 0,06 0,08
Real Real
0,25 0,1
0,2 0,05
0,15 0
0,1 -0,05
Im ag in er
Im ag in er
0,05 -0,1
0 -0,15
-0,05 -0,2
-0,1 -0,25
-0,15 -0,3
-0,2 -0,35
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 -0,1 0 0,1 0,2 0,3 0,4
Real Re al
Frequency
Region Components Failure Sensitivity
Sub-Band
Core Deformation, Open Circuits, Shorted
Region 1 < 2 kHz Main Core Bulk Winding Inductance
Turns and Residual Magnetism
Bulk Winding Movement between
Region 2 2 kHz to 20 kHz Bulk Component Shunt Impedances
Windings and Clamping Structure
20 kHz to 400 Deformation within the Main or Tap
Region 3 Main Windings
kHz Wndings
400 kHz to 1 Main winding, Tap windings and Movement of the Main and Tap Windings,
Region 4
MHz Test Leads Ground Impedances Variations
Pada peralatan uji SFRA dari pabrikan Doble, alat tersebut mengaplikasikan tegangan input – V in
(source dan reference) diinjeksikan pada bushing fasa (H1) sedangkan tegangan output – V out
merupakan titik ukur (measurement) pada bushing netral (H0). Pada gambar 10. Titik ukur normal (H1-
H0) ditandai dengan alur grafik berwarna hijau sedangkan titik ukur sebaliknya (H0-H1) ditandai dengan
alur grafik berwarna biru.
Dengan demikian diperlukan konsistensi dalam melakukan pengujian sehingga tidak terdapat kesalahan
interpretasi dalam diagnosa.
Gambar 8 menunjukkan contoh dimana SFRA dapat mendiagnosa sebuah short turn dalam sebuah
transformator step up generator. Dalam hasil uji SFRA, setiap fasa di plot sebagai respons dalam satuan
dB terhadap frekuensi dalam satuan Hz. Dalam kasus ini, respons salah satu fasa sangat berbeda
terhadap dua fasa yang lain yang mengindikasikan terjadi short turn.
Pada menu software SFRA dari berbagai merk dapat melakukan konversi file dengan extensen (.sfra, .fra
dll) menjadi file dengan extensen .csv. hasil konversi ini dibuka dengan program Exel Office maka dapat
diperoleh data dasar berupa table yang terdiri dari 3 s/d 4 kolom seperti ‘index’, ‘frequensi’.
‘magnitude’, ‘phase’ dan ‘impedansi’. Data ini dibentuk grafik magnitude yaitu kolom frequensi dan
magnitude misalkan untuk pengukuran antara H1-H0 dimana jumlah row/baris masing-masing merk
tidak sama dan dengan merubah grafik liner menjadi logaritma maka didapat grafik dengan sumbu
decibel (dbel) terhadap frequensi (Hz) yang sama bentuknya dengan hasil software computer.
Selanjutnya dengan cara yang sama dibuat grafik phase karena nilai yang berbeda yaitu phase satuannya
adalah derajat (degree) terhadap frequensi (Hz). Dengan menu yang ada di program excel maka dapat
disusun baik secara bersama ketiga fasa pada sisi HV, LV dan TV atau gabungan ketiganya hanya
grafiknya menjadi bertumpuk dan sulit untuk dianalisa.
Cara membuat grafik magnitude maka di ‘highlight’ kolom frequensi dan magnitude kemudian pilah
menu insert dan klik di grafik jenis ‘SCATTER’ dan pilih chart with smotth line pada menu ‘chart’ maka
mendapat kurva masih bersifat liner.
Dengan mengklik kanan sumbu horizontal dan pilih ‘format Axis’ maka muncul menu format axis
kemudian pilih kontak centak ‘logaritma scale’ dan sesuaikan ‘display unit’ umtuk mempermudah
membaca skalanya satuan, hundreds, 10000 dsb. Maka diperoleh grafik magnitude freq – dBell.
-30
-40
-50
-60
-70
-80
frequensi (Hz)
Cara yang sama untuk membuat grafik phase dimana sebagai grafik antara frequensi terhadap sudut
phasa dengan satuan derajat atau ‘degree’
150
100
50
mag (dB)
-50
-100
-150
-200
frequensi (Hz)
π
Real =10(Gain/20 ) cos( fasa )
180
π
Imaginer=10( Gain/20 ) sin( fasa )
180
Dirubah dalam bentuk formula excel menjadi :
Diposisikan dengan data awal sehingga menjadi sepeti gambar dibawah ini :
Dengan cara yang sama menu insert setelah highlight kolom ‘real’ dan ‘imaj’ pilih ‘scatter’ kemudian
pilih yang chart with smooth line maka mendapatkan kurva ‘polar’.
-0.1
-0.2
-0.3
-0.4
-0.5
-0.6
REAL
Pada kolom frequensi cari nilai frequensi = 2000 atau 2 kHz berada pada row (baris) berapa catat,
demikian juga f= 20 kHz, 400 kHz dan 2000 kHz. Maka pembagian sub-region menjadi :
Dengan menganalisa dan evaluasi bentuk grafik polar pada setiap REGION sama dan sebangun, identik
dan pola serta skalanya maka dapat diketahui perbedaan yang sangat jelas antara fasa atau fasa hasil
pengukuran sebelumnya dan atau yang sejenis (sister). Berdasarkan REGION dan FREQUENSI maka
‘COMPONENT’ dan ‘FAILURE SENSITIVITY’ dapat dijelaskan komponen trafo dan perkiraan jenis
kerusakannya.
1. apapun obyek yang diuji hanya memiliki satu cek point pentanahan untuk sistem tertutup.
2. Sinyal ditempatkan pada kabel ground sebagai saluran sinyal kembali sehingga tidak ada signal
lain yg mengakibatkan interference dan memastikansignal yang benar.
3. Koneksi ketanah melalui mur, baut atau flens, tidak berarti memiliki Kontak solid yang baik
Analisa.
transformer dengan tersebut hasil ukur dengan SFRA menjelaskan bahwa telah terjadi gangguan pada
system connection:
ooo000ooo
SOAL SFRA.
Jawablah Pertanyaan Esay Dibawah Ini Dengan Jelas.
1. apa tujuan menggunakan frequensi yang bervariasi dalam menguji pada transformator.
Jawaban:
dapat memberikan informasi tentang adanya pergeseran pada inti dan belitan suatu
transformator. Dengan melakukan pengujian, dapat diketahui bagaimana suatu belitan
memberikan sinyal bertegangan rendah dalam berbagai variasi frekuensi.
Jawaban:
adalah analisa karakteristik sistem dengan melihat respon keadaan tunak suatu sistem terhadap
masukan sinusoida.
3. Apa satuan untuk perbedaan amplitude dari frequensi input dan output
a. Decimeter.
b. Decibell
c. Sentimeter.
d. Doble.
6. Mengapa konduktor yang dilepas dari bushing sisi primer dan sekunder serta tertier harus di
jauhkan dari trafo yang akan diuji.
a. Akan terjadi induksi ke trafo yg diuji.
b. Terjadi arus bocor yg mengalir melalui trafo.
c. Terjadi hubung singkat pada trafo tenaga.
d. Terjadi interferensi induksi dari konduktor yang terinduksi dan mengakibatkan hasilnya
tidak baik.
-------0000-------