Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

JELASKAN APA YANG DIMAKSUD DENGAN ESTIMASI


BIAYA PERHITUNGAN
Dosen pengampu Shalawati, S.E, M.Si, AK
Disusun oleh :
Ibnu Maulidi

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)


LHOKSEUMAWE 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “JELASKAN APA YANG DIMAKSUD DENGAN ESTIMASI
BIAYA PERHITUNGAN” Berbagai sumber referensi dasar dan esensial yang
relevan dari buku manajemen lainnya memang sengaja dipilih dan digunakan
untuk memperkuat pembahasan dan membangun karangka penyajian yang
komperehensif , agar mudah dipahami dan dapat memenuhi harapan pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih mempunyai kekurangan baik
dari segi teknis maupun isi, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi pembuatan makalah selanjutnya.Oleh karena
itu,penulis berharap agar makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran
dan berguna bagi pembacanya.

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penulisan............................................................................. 1
1.3 Rumusan Masalah........................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 pengertian estimasi biaya................................................................ 2
2.2 Kegunaan estimasi biaya bagi pihak pihak terkait
(pemilik proyek):............................................................................... 2
2.3 Kegunaan estimasi biaya bagi pihak pihak terkait
(konsultan):....................................................................................... 2
2.4 Kegunaan estimasi biaya bagi pihak pihak terkait
(kontraktor)........................................................................................... 3
2.5 Teknik-Teknik Penjadwalan .......................................................... 3
2.6 Rencana Anggaran Biaya (RAB) .................................................. 4
2.7 Analisis Harga Satuan Pekerjaan ................................................... 5
2.8 Metode Pengumpulan Data............................................................ 6

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Estimasi, dalam arti umum merupakan usaha untuk menilai atau
memperkirakan suatu nilai melalui analisis perhitungan dan berlandaskan pada
pengalaman. Demikian halnya dengan estimasi biaya dalam pada suatu proyek
kontruksi, tentunya dimaksudkan guna memperkirakan nilai pembiayaan suatu
proyek.
Estimasi biaya konstruksi merupakan hal penting dalam dunia industri
konstruksi. Ketidak akuratan estimasi dapat memberikan efek negatif pada seluruh
proses konstruksi dan semua pihak yang terlibat. Estimasi biaya berdasarkan
spesifikasi dan gambar kerja yang disiapkan owner harus menjamin bahwa
pekerjaan akan terlaksana dengan tepat dan kontraktor dapat menerima
keuntungan yang layak Estimasi biaya konstruksi dikerjakan sebelum pelaksanaan
fisik dilakukan dan memerlukan analisis detail dan kompilasi dokumen
penawaran dan lainnya.
Estimasi biaya mempunyai dampak pada kesuksesan proyek dan
perusahaan pada umumnya. Keakuratan dalam estimasi biaya tergantung pada
keahlian dan ketelitian estimator dalam mengikuti seluruh proses pekerjaan dan
sesuai dengan informasi terbaru.

1.2 Tujuan Penulisan


Untuk memmbantu memahami tentang Estimasi Biaya Proyek Konstruksi
sekaligus menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah manajemen
konstruksi .

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan estimasi biaya proyek konstruksi?
2. Apa yang mendasar dari estimasi biaya proyek konstruksi?
3. Bagaimana perhitungan dari suatu proyek konstruksi?
4. Bagaimana struktur dari estimasi Biaya?

iv
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Estimasi Anggaran Biaya Tahap Desain


Desain merupakan proses pembuatan deskripsi atau gambaran dari suatu
fasilitas, dan biasanya dilengkapi dengan detail perencanaan dan spesifikasi, yang
kemudian di implementasikan pada tahap kontruksi. Tahap desain merupakan
tahap berikutnya setelah tahap perencanaan konseptual, namun masih termasuk di
dalam tahap prakontruksi. Tahap desain ini ada 2 (dua) bagian, yaitu : Desain
Skematik dan Detail Desain. Pada tahap Desain Skematik, tim desain (yang terdiri
dari arsitek dan engineer) menginvestigasikan alternatif desain, material, dan
sistem. Sedangkan pada tahap Detail Desain, tim desain mengevaluasi, memilih,
menyelesaikan sistem utama dan komponen proyek. Jadwal proyek dan anggaran
terus dikembangkan dan dimonitor selama tahap ini.

2.2 Pembiayaan Pembangunan Bangunan Gedung Negara


Pembiayaan pembangunan bangunan gedung digolongkan pembiayaan
pembangunan untuk pekerjaan standar (yang ada standar harga satuan
tertingginya) dan pembiayaan pembangunan untuk pekerjaan non-standar (yang
belum tersedia standar harga satua tertingginya). Pembiayaan pembangunan
bangunan gedung dituangkan dalam Dokumen Pembiayaan yang terdiri atas
komponenkomponen biaya untuk kegiatan pelaksanaan konstruksi, kegiatan
pengawasan konstruksi atau manajemen konstruksi, kegiatan perencanaan
konstruksi, dan kegiatan pengelolaan proyek.

2.3.1 Harga Satuan Tertinggi Rata-Rata Per M2 Bangunan Bertingkat


Untuk Bangunan Gedung.
Harga satuan tertinggi rata-rata per-m2 bangunan gedung bertingkat
adalah didasarkan pada harga satuan lantai dasar tertinggi per m2 untuk bangunan
gedung bertingkat, kemudian dikalikan dengan koefisien atau faktor pengali untuk
jumlah lantai yang bersangkutan, sebagai berikut:

Jumlah lantai Bangunan Harga satuan per m2 tertinggi


2 lantai 1,090 standard harga gedung
bertingkat
3 lantai 1,120 standard harga gedung
bertingkat
4 lantai 1,135 standard harga gedung
bertingkat
5 lantai 1,162 standard harga gedung
bertingkat
6 lantai 1,197 standard harga gedung
bertingkat
7 lantai 1,236 standard harga gedung
bertingkat

v
2.3.2 Prosentase Komponen Pekerjaan Bangunan Gedung
Untuk pekerjaan standar bangunan gedung,sebagai pedoman penyusunan
anggaran pembangunan yang lebih dari satu tahun anggaran dan peningkatan
mutu dapat berpedoman pada prosentase komponen-komponen

Komponen Gedung Negara


Pondasi 5% - 10 %
struktur 25% - 35 %
lantai 5 % - 10 %
Dinding 7% -10 %
Plafond 6% - 8 %
Atap 8 % -10 %
Utilitas 5%-8%
finishing 10 % - 15 %

2.4 Rencana Anggaran Biaya


Rencana anggaran biaya merupakan perhitungan banyaknya biaya yang
diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya-biaya lain yang berhubungan
dengan pelaksanaan proyek pembangunan.

RAB = Σ ( Volume x Harga Satuan Pekerjaan )

Anggaran biaya pada bangunan yang sama akan berbeda-beda di masing-


masing daerah, hal ini disebabkan perbedaan harga satuan bahan dan upah tenaga
kerja. Ada dua faktor yang berpengaruh terhadap penyusunan anggaran biaya
suatu bangunan yaitu faktor teknis dan non teknis. Faktor teknis antara lain berupa
ketentuan-ketentuan dan persyaratan yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan
pembangunan serta gambargambar kontruksi bangunan. Sedangkan factor non
teknis berupa harga-harga bahan bangunan dan upah tenaga kerja. Dalam
melakukan anggaran biaya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu anggaran biaya
kasar (taksiran) dan anggaran biaya teliti.

2.5 Time Sceduleh ( rencana kerja )


Yang dimaksud dengan Penjadwalan ( Time Schedule ) adalah mengatur
rencana kerja dari satu bagian atau unit pekerjaan.
Kegiatan ini meliputi :
1. Kebutuhan tenaga kerja2. Kebutuhan material atau bahan
3. Kebutuhan waktu
4. dan Transportasi atau engangkutan
Dari time schedule kita akan mendapatkan gambaran lamanya pekerjaan
dapat di selesaikan, serta bagian-bagian pekerjaan yang saling terkait antara satu
dan lainnya.

2.5.1 Metode Penjadwalan Proyek

2.5.1.1 Barchard ( Diagrama Balok )

vi
Metode ini mula-mula dipakai dan diperkenalkan oleh Hendri Lawrence
Gantt pada tahun 1917. Metode ini bertujuan mengidentifikasikan unsur waktu
dan urutan dalam merencanakan suatu kegiatan, yang terdiri dari waktu mulai,
waktu selesai dan pada saat pelaporan. Barchart (Diagram Balok) sangat
bermanfaat sebagai alat perencanaan dan komunikasi. Bila digabungkan dengan
metode lain, misalnya grafik “S” dapat dipakai untuk aspek yang lebih luas.
Kelemahan Barchart (Diagram Balok) adalah kurang dapat menjelaskan
keterkaitan antara kegiatan yang satu dengan yang lainnya. misalnya kegiatan
pondasi terjadi perubahan atau terlambat. Perubahan yang terjadi tersebut tidak
terlihat secara langsung mempengaruhi kegiatan lainnya, hal tersebut disebabkan
tidak jelasnya hubungan (relationship) antar kegiatan.

2.5.1.2 Jalur Kritis (CMP)


Teknik Metode Jalur Kritis (CPM) dikembangkan oleh James E. Kelly, Jr
darI Remington Rand dan Morgan Walker dari Du Pond. Metode jaringan kerja
CPM(Critical Path Method) atau metode I-J ialah sebuah activity on arrow (AOA)
terdiri dari panah dan lingkaran. Panah merepresentasikan aktifitas, lingkaran atau
nodal merepresentasikan even.

2.5.1.3 Metode Network


Metode Network (Network Analisys) adalah perbaikan dari metode
diagram batang. Metode ini menyajikan secara jelas hubungan ketergantungan
antara bagian kegiatan dengan kegiatan lainnya yang digambarkan dalam diagram
network. Dengan metode ini dapat diketahui bagian - bagian kegiatan yang harus
didahulukan, yang harus menunggu selesainya kegiatan lain, dan kegiatan yang
tak perlu tergesa-gesa. MetodeNetwork Analisys ini mengalami penyempurnaan
secara bertahap, yaitu Barchart, PERT, CPM, PDM dan terakhir adalah
penjadwalan dengan komputer. Salah satu alat yang paling menyolok dalam
penggunan alat bantu komputer adalah kemampuan mengolah data dalam jumlah
besar dan dengan kemungkinan kesalahan yang kecil. Dengan demikian
penyusunan jadwal dapat lebih cepat dan teliti. Setiap saat situasi proyek
mengalami perubahan, komputer dapat melakukan perubahan tersebut dalam
waktu singkat. Saat ini telah banyak program penjadwalan dengan menggunakan
komputer. Pada dasarnya program-program tersebut berprinsip pada perhitungan
CPM, PDM, dan dengan penampilan gantt chart yang disempurnakan sehingga
hubungan keterkaitan tiap kegiatan tergambar dengan jelas. Dengan penggunaan
komputer, penjadwalan dapat dilakukan secara terpadu (waktu, material, tenaga
kerja serta biaya), cepat, tepat, memudahkan dalam pengambilan keputusan serta
kunci-kunci pokok permasalahan pelaksanaan proyek.

Penyusunan Anggaran Biaya


Dalam penyusunan anggaran biaya, terlebih dahulu perlu diketahui untuk
keperluan apa dan kapan anggaran biaya tersebut dibuat. Hal ini akan berpengaruh
pada cara/sistem penyusunan dan hasil yang diharapkan. Penyusun anggaran
biaya terdiri dari instansi/dinas/jawatan (khusus bangunan negara), perencana dan

vii
kontraktor. Cara/sistem penyusunan berbeda-beda meskipun berdasarkan pada
prinsip yang sama.Ada 2 (dua) macam jenis penyusunan anggaran biaya, yaitu :
1. Anggaran biaya kasar / taksiran( cost estimate )
2. Anggaran biaya teliti ( definitif )

2.6.1 Anggaran Biaya Kasar/Taksiran


Penyusunan anggaran biaya kasar memerlukan bahan-bahan antara lain
gambar prarencana, keterangan singkat mengenai bahan-bahan bangunan yang
digunakan, cara pembuatannya dan persyaratan pokok yang ditentukan. Faktor-
faktor yang mempengaruhi dalam penyusunan anggaran biaya kasar antara lain :
1. Jenis dan ukuran bangunan
2. Jenis kontruksi (berat atau ringan)
3. Lokasi bangunan

2.6.1.1 Cara Perhitungan Anggaran Biaya Kasar


Untuk menghitung anggaran biaya terlebih dahulu perlu disiapkan bahan-
bahanyang telah diuraikan termasuk data/catatancatatan mengenai harga bangunan
sejenisyang ada. Selanjutnya perlu ditetapkan ukuran pokok berdasarkan gambar
prarencana yang akan dipakai sebagai dasar perhitungan untuk menentukan harga
satuan pekerjaan. Yang dimaksud dengan ukuran pokok dalam penulisan disini
adalah untuk bangunan gedung, yang dipakai sebagai ukuran pokok adalah luas
lantai per m2, luas atap per m2 atau sisi bangunan per m3 (jarang digunakan).
Perkiraan harga satuan yang digunakan baik untuk perhitungan luas lantai,
maupun isi bangunan, tergantung pada :
1. Sifat atau bentuk bangunan yang meliputi : bangunan sederhana, bangunan
sedang atau baik, bangunan megah atau monumental.
2. Jenis bangunan yang meliputi : bangunan gedung, rumah tinggal, kantor,
sekolah, gedung pertemuan dan sebagainya.
3. Jenis Kontruksi yang meliputi : berat atau ringan dari kontruksi, gedung
bertingkat/tidak bertingkat
4. Jenis Bahan-bahan bangunan pokok yang digunakan Untuk menentukan ukuran
pokok dapat ditempuh beberapa cara, yaitu :
a. Luas lantai (ukuran dalam, ukuran sumbu dan ukuran luar).
b. Luas atap (ukuran berdasarkan denah bangunan termasuk tritisan)
c. Isi bangunan, dihitung berdasarkan uas lantai dikalikan tinggi gedung.

Ukuran tinggi gedung dihitung dari tenggah-tengah kedalaman fondasi


(separuh tinggi pondasi dari alas pondasi sampai lantai) dengan tengah-tengah
jarak antara talang atau tritisan dan puncak bangunan. Ruang bawah (basement)
dihitung penuh.

2.6.2 Anggaran Biaya Teliti


Bahan-bahan yang diperlukan dalam penyusunan anggaran biaya teliti,
antara lain :
a. Peraturan dan syarat-syarat ( Bestek )
b. Gambar rencana atau Gambar Bestek

viii
c. Buku analisa BOW.
d. Peraturan-peraturan normalisasi yang bersangkutan
e. Peraturan-peraturan bangunan Negara dan bangunan setempat.
f. Syarat-syarat lain yang diperlukan.

2.6.2.1 Cara Menyusun Anggaran Biaya Teliti


Perhitungan yang dibuat untuk menyusun anggaran biaya teliti akan
menghasilkan suatu biaya atau harga bangunan dan dengan biaya atau harga
tersebut untuk pelaksanaan, bangunan akan terwujud sesuai dengan yang
direncanakan. Oleh karena itu anggaran biaya teliti harus disusun dengan teliti,
rinci dan selengkaplengkapnya. Sebelum mulai menghitung anggaran biaya teliti
perlu diperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
Semua bahan untuk menyusun anggaran biaya teliti supaya dikumpulkan dan
diatur dengan rapi.
1. Gambar-gambar rencana atau gambar bestek dan penjelasan atau keterangan
yang tercantum dalam peraturan dan syarat-syarat atau bestek, berita acara atau
risalah penjelasan pekerjaan harus selalu dicocokan satu sama lain.
2. Membuat catatan sebanyak mungkin yang perlu, baik mengenai gambar bestek
ataupun bestek.
3. Menentukan sistim yang tepat dan teratur yang akan dipakai dalam perhitungan

2.6.2.2 Harga Satuan Pekerjaan


Harga satuan pekerjaan adalah jumlah harga bahan dan upah tenaga kerja
atau harga yang harus dibayar untuk menyelesaikan suatu pekerjaan konstruksi
berdasarkan perhitungan analisis.. Analisis disini adalah ketentuan umum yang
ditetapkan oleh Dinas Pekerjaan Umum Depok. Dalam Analisis Satuan
Komponen, telah ditetapkan koefisien (indeks) jumlah tenaga kerja, bahan dan
alat untuk satu satuan pekerjaan.

2.7 Perhitungan Rencana Anggaran Biaya


Secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut :

RAB = Σ ( Volume x Harga satuan pekerjaan )

Dalam Penyusunan RAB diperlukan Jumlah volume per satuan pekerjaan


dan analisa harga satuan pekerjaan berdasarkan gambar bestek serta syarat-syarat
analisa pembangunan konstruksi berlaku.

2.7.1 Porsentase Bobot Pekerjaan


Prosentase bobot pekerjaan merupakan besarnya nilai prosentase tiap item-item
pekerjaan, berdasarkan perbandingan antara anggaran biaya pekerjaan dengan
harga bangunan. Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:

Persentase Bobot Pekerjaan (PBP) = Volume x Harga satuan x 100 %


Harga Bangunan

ix
2.8 Analisis Data

2.8.1 Komponen Biaya Standard dan Non standar


1. Luas Bangunan 5 Lantai :
( 4 x 400 ) + 455 + 64 = 2.119 m2
2. Harga Satuan Bangunan Kotip Depok (type A)
= Rp. 1,982,000.00 / m2
Faktor Pengali = 1.162
3. Harga Satuan Per m2 Bangunan x Luas Lantai
= 1.162 x 1,982,000.00 x 2.119
= Rp 4,880,234,996.00

Bedasarkan pengalaman dan penelitian di lapangan dari beberapa macam


proyek pekerjaan konstruksi yang telah dilakukan oleh Departemen Pemukiman
dan Prasarana Wilayah, maka diperoleh komponen biaya standar dan non standar
sebagai berikut :

KOMPONEN BIAYA STANDAR

N Komponen Estimasi Harga (Rp)


o
1. Pondasi 0.10 488,023,499.60
2. Struktur 0.35 1,708,082,248.6
0
3. Lantai 0.08 390,418,799.68
4. Dinding 0.08 390,418,799.68
5. Plafond 0.07 341,616,449.60
6. Atap 0.10 488,023,499.60
7. Utilitas 0.07 341,616,449.72
8. Finishing 0.15 732,035,249.40
TOTAL 1.00 4,880,234,996.00

KOMPONEN BIAYA NON STANDAR

No Komponen Estimasi Harga (Rp)


1. Tata Udara AC 0.08 390,418,799.68
2. Tata suara 0.02 97,604,699.92
3. Telepon 0.03 146,407,049.88
4. Genset 0.05 244,011,749.80
5. Sist.Deteksi & 0.05 244,011,749.80
Penc.Kebakaran
6. Furniture 0.05 244,011,749.80
7. Penangkal Petir 0.01 48,802,349.96
8. Peningkatan 0.06 292,814,099.76
Mutu
TOTAL 0.35 1,708,082,248.60

x
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas penulis menarik suatu kesimpulan bahwa
Anggaran biaya konstruksi pembangunan gedung bertingkat didapat dari hasil
penjumlahan biaya standar dan non standar yang berdasarkan pada syarat teknis
bangunan gedung, maka didapat perkiraan total biaya-biaya komponen kegiatan
pembangunan bangunan gedung sebesar Rp 6,588,317,244.60.
Nilai Proyek yang didapat dari hasil estimasi anggaran biaya konstruksi
padaPembanguna lebih kecil dibandingkan anggaran biaya konstruksi berdasarkan
syarat teknis bangunan gedung. Artinya estimasi anggaran biaya konstruksi pada
Pembangunan dapat digunakan dala pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Oleh
karena itu proyek pembangunan bangunan gedung dilaksanakan dan dapat
memenuhi syarat teknis pembangunan bangunan gedung.

3.2 Saran
Hal yang penting dalam pemilihan metode estimasi biaya proyek
konstruksi mudah dan tidak mahal dalam penggunaannya. Parameter yang
digunakan dalam estimasi anggaran biaya konstruksi untuk bangunan gedung
adalah luas lantai dan jumlah lantai. Langkah awal yang harus diperhatikan adalah
menentukan klasifikasi bangunan baik berdasarkan kegunaan bangunan ataupun
kompleksitas. Parameter yang lebih penting adalah indeks harga bangunan gedung
permeter persegi berdasarkan perencanaan program dan anggaran bangunan
gedung yang dikeluarkan sesuai dengan daerah pelaksanaan proyek.

Anggaran Biaya Kasar


Sebagai pedoman dalam menyusun anggaran biaya kasar digunakan harga
satuan tiap meter persegi (m2) luas lantai. Anggaran biaya kasar dipakai sebagai
pedoman terhadap anggaran biaya yang dihitung secara teliti. Walaupun namanya
anggaran biaya kasar, namun harga satuan tiap m2 luas lantai tidak terlalu jauh
berbeda dengan harga yang dihitung secara teliti di dalam manajemen proyek.

Anggaran Biaya Teliti


Anggaran biaya teliti adalah anggaran biaya bangunan atau proyek yang
dihitung dengan teliti dan cermat, sesuai dengan ketentuan dan syarat-syarat
penyusunan anggaran biaya. Pada anggaran biaya kasar sebagaimana diuraikan
terdahulu, harga satuan dihitung berdasarkan harga taksiran setiap luas lantai m2.
Taksiran tersebut haruslah berdasarkan harga yang wajar dan tidak terlalu jauh
berbeda dengan harga yang dihitung secara teliti di dalam manajemen proyek.
Sedangkan penyusunan anggaran biaya yang dihitung dengan teliti, didasarkan
atau didukung oleh: bestek, gunanya untuk menentukan spesifikasi bahan dan
syarat-syarat teknis, gambar bestek, gunanya untuk menentukan/menghitung
besarnya masing-masing volume pekerjaan, harga satuan pekerjaan, harga satuan
pekerjaan diperoleh dari harga satuan bahan dan harga satuan upah berdasarkan

xi
perhitungan BOW. BOW (Burgerlijke Openbare Werken) adalah suatu ketentuan
dan ketetapan umum yang ditetapkan oleh Dir. BOW tanggal 28 Februari 1921
Nomor 5372 A pada zaman pemerintahan Hindia Belanda di dalam manajemen
proyek.

Karateristik Data Biaya


Data biaya dengan beragam kecermatan diperlukan pada industri ini untuk
teori dan praktek ekonomi bangunan. Data-data ini diperlukan selama tahap
permulaan proses desain, guna memberikan iklim suatu indikasi biaya yang
mungkin berkenaan dengan proyek konstruksi yang diusulkan tersebut.
Data-data tersebut mungkin juga diperlukan pada tingkat ketelitian tertentu
bilamana proyek berlanjut ke tahap desain dan konstruksi di dalam manajemen
proyek.
Data biaya selama tahap awal proses desain dapat dikaitkan dengan fungsi
dan desain. Akan tetapi, tingkat kelayakan sangat diragukan dan memerlukan
penilaian atas beberapa faktor variabel. Dalam tahap akhir dari proses desain,
aspek biaya lebih berkaitan dengan kuantitas dan spesifikasi. Kedua hal diatas
merupakan pendekatan tradisional. Suatu pandangan alternatif menyatakan bahwa
biaya ditentukan oleh proses, yaitu metode, peralatan, dan sarana yang dipilih oleh
kontraktor dalam menentukan biaya di dalam manajemen proyek.

Keakuratan dan Kekonsistenan


Penyusunan semua jenis informasi biaya selalu tidak menyatakan data
tersebut akurat. Barangkali satu-satunya kekecualian adalah daftar harga pedagang
bahan bangunan, tetapi ini pun dapat sewaktu-waktu berubah tanpa
pemberitahuan. Oleh karenanya, data yang tersedia tidak lebih hanya pedoman
umum, tetapi sampai seberapa jauh? Hal ini dapat diukur dalam dua cara yang
berbeda yaitu keakuratan dan konsistensi. Keakuratan menyatakan kesamaan
terhadap nilai aktual, apa pun nilai itu di dalam manajemen proyek. Sebaliknya
konsistensi merupakan suatu ukuran sampai berapa lama keakuratan ini dapat
dipercaya. Menurut Asworth, A., (1994) menunjukkan bahwa keakuratan
kontraktor dalam memberikan estimasi rata-rata berkisar ±10% dan ini merupakan
masalah. Dalam keadaan tertentu estimator dapat melakukan 50-60%
ketidakakuratan. Hal ini disebabkan oleh adanya masalah dalam pemakain data
biaya, karena informasi tersebut sampai taraf tertentu kurang dapat dipercaya.
Berikut ini contoh beberapa perbedaan penggunaan koefisien sebagai dasar untuk
menentukan biaya konstruksi di dalam manajemen proyek.

KEGIATAN ESTIMASI
Kegiatan estimasi merupakan salah satu proses utama dalam proyek
konstruksi untuk menjawab pertanyaan, "Berapa besar dana yang harus
disediakan untuk sebuah bangunan?". Hal ini diperlukan bagi investor apabila
hendak membuat keputusan investasi. Berbeda dengan penyedia jasa, kegiatan
estimasi diperlukan untuk proses mendapatkan pekerjaan melalui tender / lelang.
Tingkat ketepatan biaya sebuah bangunan ditentukan oleh berbagai faktor yang
datangnya bisa dari dalam maupun dari luar proyek. Berbagai faktor yang datang

xii
dari dalam antara lain : tingkat kompleksitas bangunan, lokasi proyek,
ketersediaan alat, sistem dalam perusahaan, analisis yang digunakan, dan masih
banyak lagi. Sedangkan faktor yang berasal dari luar proyek antara lain : faktor
ekonomi, keamanan publik, kebijakan pemerintah, faktor sosial dan politik, serta
yang lainnya.

Kegiatan estimasi merupakan dasar untuk membuat sistem pembiayaan


dan jadwal pelaksanaan konstruksi serta merupakan "peramalan kejadian" pada
proses pelaksanaan dan memberi "nilai" pada masing-masing kejadian tersebut.
Estimasi dilakukan dengan terlebih dahulu mempelajari gambar rencana dan
spesifikasi. Berdasarkan gambar rencana dapat diketahui kebutuhan material, baik
jenis maupun kuantitas material yang natinya akan digunakan. Perhitungan
kebutuhan jenis dan kuantitas material harus dilakukan secara teliti dan setiap
jenis material itu harus ditentukan harganya. Sedangkan spesifikasi dapat
digunakan sebagai dasar untuk menentukan mutu / kualitas setiap jenis material.
Dalam melakukan kegiatan estimasi, seorang estimator harus memahami
proses konstruksi secara menyeluruh, termasuk jenis dan kebutuhan alat karena
faktor tersebut dapat mempengaruhi biaya konstruksi. Perbedaan metode
konstruksi berpengaruh terhadap perencanaan anggaran biaya. Pihak yang
menguasai berbagai metode konstruksi dan mampu memilih dan memutuskan
untuk menggunakan metode yang tepat dalam merealisasikan proyek akan dapat
membuat rencana anggaran biaya yang efisien.
Berbagai hal yang ikut berkontribusi dalam rencana anggaran biaya adalah
antara lain :
 Produktivitas tenaga kerja.
 Ketersediaan material.
 Ketersediaan peralatan.
 Cuaca
 Jenis kontrak
 Masalah kualitas.
 Etika.
 Sistem pengendalian.
 Kemampuan manajemen.

JENIS-JENIS ESTIMASI
Estimasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu antara lain :

Estimasi Kelayakan
Estimasi kelayakan digunakan untuk menentukan apakah proyek tersebut layak dibangun.
Biaya yang diperhitungkan dalam estimasi ini mencakup biaya untuk akuisisi

xiii
tanah, perancangan, depresiasi, pajak, bunga modal, pemeliharaan dan perbaikan
tahunan dan lain-lain.

Estimasi Konseptual
Estimasi konseptual dilakukan selama proses perancangan berlangsung,
setiap terjadi revisi estimasi maka tingkat ketelitian atau akurasi biaya akan
meningkat sesuai tahap perancangan. Jenis-jenis estimasi konseptual adalah :
1. Estimasi harga satuan fungsional, yang menggunakan fungsi dari fasilitas
sebagai dasar penetapan biaya.
2. Estimasi biaya satuan per meter persegi, di mana metode ini mengandalkan data
dari proyek sejenis yang pernah dibangun. Metode ini mempunyai ketelitian
rendah.
3. Estimasi biaya satuan per meter kubik, dapat digunakan dalam bangunan di
mana volume sangat dipentingkan. Metode ini hanya dapat diandalkan untuk fase
awal perencanaan dan perancangan.
4. Estimas faktorial, digunakan pada proyek yang mempunyai tipe sama. Metode
ini sangat berguna untuk proyek-proyek yang mempunyai komponen utama yang
sama. Biaya komponen utama ini akan berfungsi sebagai faktor dasar 1,00 dan
harga semua komponen yang lain merupakan fungsi dari komponen utama.
5. Estimasi sistematis, dalam hal ini proyek dibagi atas sistem fungsional
kemudian harga satuan ditentukan dari penjumlahan tiap harga satuan elemen
dalam setiap sistem atau mengalikan dengan faktor pengali yang ada.

Estimasi Detail
Estimasi detail umumnya dilakukan kontraktor umum. Langkah awal yang
dilakukan adalah dengan membuat quantity take off berdasarkan gambar kerja dan
spesifikasi kemudian menyatukan biaya material, tenaga kerja, peralatan, sub-
kontraktor dan biaya lain seperti overhead dan keuntungan.

Sistem Estimasi Sub-Kontraktor


Sistem estimasi sub kontraktor dipakai pada bagian konstruksi khusus
yang disub-kontrakkan.

Estimasi Pekerjaan Tambah Kurang


Dimana pekerjaan tambah kurang dapat terjadi karena kebutuhan pemilik,
kesalahan dalam dokumen kontrak, atau perubahan kondisi lokasi proyek.

Estimasi Kemajuan
Estimasi kemajuan bertujuan sebagai dasar permintaan pembayaran,
sebagai pembanding terhadap keuntungan dan kerugian yang telah diramalkan
sebelumnya.

SUMBER INFORMASI UNTUK ESTIMASI


Sumber informasi terbaik untuk estimasi biaya adalah pengalaman perusahaan.
Informasi mengenai jumlah material terpakai, tenaga kerja atau jam kerja yang

xiv
dikeluarkan, jam peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan setiap pekerjaan
dari proyek-proyek terdahulu akan sangat berguna.

ESTIMATOR
Estimator adalah seseorang yang mempunyai profesi khusus dalam
pembuatan anggaran biaya suatu proyek. Seorang estimator tidak hanya mampu
melakukan kuantifikasi atas semua yang disajikan dalam gambar kerja dan
spesifikasi, akan tetapi juga harus mampu mengantisipasi semua kegiatan
konstruksi yang akan terjadi. Gambar kerja dan spesifikasi tidak dapat
mencerminkan metode konstruksi dan seluruh proses yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan proyek, melainkan hanya menyatakan hasil akhir yang diharapkan
dari proses konstruksi. Sebelum menentukan keputusannya seorang estimator
harus melakukan analisis terhadap semua faktor yang berhubungan dengan
proyek.
Seorang estimator harus mempunyai kualifikasi sebagai seorang yang
melakukan kegiatan estimasi, kualifikasi seorang estimatortor dapat ditentukan
oleh kemampuannya, dimana estimator diharapkan mampu ddalam hal-hal berikut
ini :
 Seorang estimator harus mampu membaca / menginterpretasikan sebuah
gambar kerja dan spesifikasi yang digunakan, serta memvisualisasikan gambar
bentuk tiga dimensi dari sebuah desain proyek.
 Seorang estimator harus berpikir kreatif dan mampu mencari alternatif-
alternatif metode konstruksi, serta mengetahui produktivitas tenaga kerja dan
kinerja dari setiap peralatan yang digunakan.
 Seorang estimator harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik,
sabar dan teliti dalam melakukan pekerjaannya.
 Seorang estimator harus mempunyai dasar pengetahuan tentang matematika
dasar dan pengetahuan tentang operasi serta prosedur di lapangan.
 Seorang estimator harus mampu mengidentifikasi dan menetralisasi segala
resiko yang ada, dan dapat berorganisasi dengan baik guna menyampaikan
estimasi secara logis dan jelas.
 Seorang estimator harus mampu membuat jadwal konstruksi, mengerti dan
mampu menggunakan sistem biaya pekerjaan perusahaan serta memahami
hubungan kontraktual yang ada.
 Seorang estimator harus mampu membangun strategi sukses dalam fase
pelelangan dan negoisasi proyek, mampu mengatasi batas waktu dan yang paling
penting adalah mempunyai standar kode etik yang tinggi sebagai seorang
estimator.

xv

Anda mungkin juga menyukai