DAUROH DI KAMMI
-WAHYU RAMADHAN-
Adapun efektif kalau kita merujuk pada KBBI, efektif ini mempunyai arti ada efeknya
(akibatnya, pengaruhnya, kesannya). Mendefinisikan dauroh yang efektif adalah sebuah
dauroh yang memberikan efek atau pengaruh atau hasil sesuai yang diharapkan kepada
peserta tentunya setelah dauroh itu selesai. Sehingga hasilnya akan terlihat pasca dauroh.
Atau bahasa pragmatisnya, materinya tersampaikan dengan baik dan diterapkan pasca
dauroh.
Saat ini kita merenungkan kembali bagaimana pengelolaan dauroh marhalah kita
selama ini berjalan. Namun jauh sebelum kesana, mari kita rasakan bersama akhir-akhir ini
gerakan kita atau pun secara luas mengalami kekeringan. Secara internal nilai spritualitas kita
menurun. Secara eksternal, citra gerakan keumatan kian meredup dan jarang diliput oleh
media massa secara fenomenal.
Informasi Teknologi (ICT) yang berasal dari handphone yang tersambung ke internet
telah merubah pola belajar, budaya, kehidupan sosial, cara pandang kedepan dan keterlibatan
politik. Generasi ini disebut dengan “generasi internet”, yang berinteraksi lebih dinamis dan
memiliki ruang lingkup yang sangat luas dan tanpa batas mampu saling terhubung (Asef
Bayat dan Linda Herrera, 2010: 10).
Jika tradisi Islam demikian terpelihara, maka harapan terhadap pendidikan Islam yang
dapat menyapa keilmuan modern tentu akan sulit terwujud. Padahal tantangan dan kebutuhan
era saat ini semakin mendesak sehingga memerlukan formulasi tawaran yang lebih fresh,
bukan lagi masih “memaksakan” pada corak pemikiran yang lama. Dalam praktiknya harus
kita akui, pendidikan Islam hingga saat ini kelihatan sering terlambat merumuskan diri
merespon perubahan dan kecenderungan perkembangan masyarakat kita sekarang dan masa
datang.
Pertama, Islam sebagai worldview merupakan landasan berpikir yang memilki area
kajiannya tersendiri, yang memiliki sumber mutlak yaitu wahyu berupa Alquran dan
Sunnah.
Kedua, Kebutuhan-kebutuhan kecakapan hidup manusia (human need).
Ketiga, teknologi sebagai bagian dari ekspansi zaman yang sudah berada disekililing
masyarakat. Pada ranah pertama “Islamic Source” sedikit banyaknya sudah
disinggung pada lembaran sebelumnya, posisi Alqur’an dan Sunnah merupakan
sumber utama dalam ajaran Islam, semua aktifitas dan keputusan dan hukum-hukum
dalam Islam secara fundamental berasal dari kedua sumber tersebut. Sakralitas
(taqdis) terhadap Alquran dan Sunnah oleh para sarjana muslim sebagai teks yang
hidup, sehingga dipercayai otentitas sesuai disetiap era (sholihun likulli zaman wa al-
makan).
Ketiga ranah di atas tidak bisa berjalan sendiri-sendiri dan merasa terasing satu sama lainnya.
Bahkan merasa egois saat diwaktu yang bersamaan mencoba menjawab tantangan zaman.
Melainkan ketiganya harus mampu bersinggungan dan memberikan warna baru. Konsekuensi
perjumpaan ketiganya memberikan semacam instrumen-instrumen cara pandang yang lebih
“akomodatif, rasional, dan relevan” demi kemajuan pendidikan Islam. Seperti perjumpaan
Islam dan teknologi telah melahirkan semacam beragam software dalam pembelajaran Islam,
digitalisasi kitab-kitab turasts, dan kemudahan lainnya sebagai penunjang dalam mendalami
ajaran dan sumber Islam.
Formulasi pendidikan dalam hal ini dimaksudkan sebagai penyatuan antara pendidikan Islam
dengan aspek teknologi yang dikorelasikan dengan organisasi kepemudaan yang disebut
Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). Sebagai bagian yang tak
terpisahkan dari bangsa indonesia, transformasi pendidikan di KAMMI juga harus
mengalami perkembangan. Dauroh di KAMMI sebagai salah satu wahana pendidikan dan
pembelajaran telah mengalami berbagai perubahan konsep, sejak pencarian bentuk hingga
penetapan standar pelaksanaan.