Anda di halaman 1dari 9

1

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)


JASA KONSULTANSI MANAJEMEN KONSTRUKSI
PEMBANGUNAN GEDUNG BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN ACEH
TAHUN 2022

Uraian Pendahuluan

1. Latar Belakang Badan Pengelolaan Keuangan Aceh (BPKA) dengan membawa salah
satu tujuan organisasi adalah mewujudkan sistem pengelolaan keuangan
dalam satu pintu serta pemanfaatan penggunaan APBA secara tepat,
merupakan SKPA yang memegang peranan penting dalam pelaksanaan
kebijakan dibidang pengelolaan keuangan serta penataan aset di Provinsi
Aceh.
Untuk mewujudkan peran Badan Pengelolaan Keuangan Aceh (BPKA)
terus menerus mengembangkan diri baik dari segi sumber daya
manusianya maupun infrastruktur, sarana dan prasarana pendukung yang
lebih baik. Pengembangan infrastruktur sarana dan prasarana dilakukan
terus menerus secara bertahap, menyesuaikan kebutuhan dan skala
prioritas yang telah direncanakan.
Pelaksanaan pembangunan Gedung Negara harus betul-betul
memedomani peraturan dan perundang undangan yang berlaku di
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sehingga pembangunan gedung
negara dapat diwujudkan dengan sebaik-baiknya agar mampu memenuhi
secara optimal fungsi bangunannya, andal, dan dapat menjadi teladan
bagi lingkungan sekitarnya, fungsional sesuai tujuan, serta berkontribusi
positif bagi perkembangan arsitektur di Indonesia, selain itu juga
harus dapat memenuhi kriteria teknis bangunan yang layak dari segi
mutu, biaya, dan kriteria administrasi bagi bangunan gedung.

2. Maksud dan Maksud:


Tujuan Pekerjaan Konsultansi Manajemen Konstruksi (MK) dimaksudkan untuk
memberikan dukungan teknis pengawasan bagi kelancaran pelaksanaan
pembangunan gedung dalam bentuk pengawasan mulai dari awal
pembangunan sampai dengan masa pemeliharaan.
Tujuan:
Konsultan MK yang terpilih agar dapat memperhatikan tujuan yang
ingin didapatkan melalui penyusunan KAK ini, yaitu sebagi berikut:
a. Kerangka Acuan Kerja ( KAK ) ini merupakan petunjuk bagi
konsultan manajemen konstruksi yang memuat masukan, azas,
kriteria, keluaran dan proses yang harus dipenuhi dan diperhatikan
serta diinterprestasikan ke dalam pelaksanaan tugas dan
terselenggaranya pengendalian waktu, biaya, material dan tenaga
untuk pencapaian sasaran fisik (kuantitas dan kualitas) terhadap
pelaksanaan pekerjaan pembangunan.
b. Dengan penugasan ini diharapkan konsultan MK dapat
melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik untuk menghasilkan
keluaran yang memadai sesuai dengan tujuan dan lingkup jasa
konsultan serta keahlian yang diperlukan KAK ini.
c. Sebagai acuan dan informasi bagi para konsultan manajemen
konstruksi yang diundang mengikuti pengadaan dalam rangka
menyiapkan kelengkapan administrasi, usulan teknis dan usulan
biaya. Sebagai acuan dalam evaluasi usulan, klarifikasi, dan
negosiasi dengan calon konsultan terpilih, dasar pembuatan kontrak
dan acuan evaluasi hasil kerja konsultan.

3. Sasaran Sasaran yang ingin dicapai dari pelaksanaan pekerjaan Konsultansi


Manajemen Konstruksi dimaksud adalah dihasilkannya pengendalian
waktu, biaya, pencapaian sasaran fisik (kuantitas dan kualitas), dan tertib
administrasi mulai dari tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan
konstruksi sampai dengan masa pemeliharaan pembangunan dan sesuai
dengan peraturan dan perundang undangan yang berlaku, diantaranya
adalah:
a. Pembangunan gedung dapat dilaksanakan secara efektif, efisien dan
profesional;
b. Hasil pembangunan gedung dapat memenuhi ketentuan standar
teknis operasional dan peraturan-peraturan keselamatan dan
keamanan gedung negara;
c. Pembangunan gedung dapat memenuhi kaidah-kaidah legalitas,
transparansi, akuntabel, adil, dan bermanfaat secara optimal.
d. Pelaksanaan pekerjaan konstruksi dapat terawasi dengan baik dan
dilaksanakan sesuai dengan dokumen RKS dan gambar.
e. Kualitas pekerjaan konstruksi telah sesuai dengan persyaratan yang
ditentukan, sehingga umur konstruksi dapat lebih optimal.
f. Hasil pembangunan harus fungsional.

4. Lokasi Pekerjaan Kota Banda Aceh

5. Sumber Pendanaan a. Untuk pelaksanaan pekerjaan Manajemen Konstruksi ini diperlukan


biaya kurang lebih Rp 1.449.280.000,- (Satu Milyar Empat Ratus
Empat Puluh Sembilan Juta Dua Ratus Delapan Puluh Ribu
Rupiah);
b. Sumber Pendanaan berasal dari APBA Tahun Anggaran 2022;
c. Biaya pekerjaan Konsultan Manajemen Konstruksi dan tata cara
pembayaran diatur secara kontraktual setelah melalui tahapan proses
pengadaan konsultan Manajemen Konstruksi sesuai peraturan yang
berlaku, yang terdiri atas:
1. Honorarium tenaga ahli dan tenaga penunjang
2. Materi dan penggandaan laporan
3. Pembelian bahan dan ATK
4. Pembelian dan atau sewa peralatan
5. Biaya rapat-rapat
6. Perjalanan (lokal maupun luar kota)
7. Jasa dan overhead Manajemen Konstruksi
8. Pajak-pajak yang berlaku

6. Nama dan Kuasa Pengguna Barang/Jasa adalah Kuasa Pengguna Anggaran Program
Organisasi Pemberi Penataan Bangunan Gedung Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan
Tugas Permukiman Aceh.

7. Data Dasar Studi literatur baik aspek teknis substansi maupun kebijakan dan
peraturan yang terkait dengan perencanaan, perancangan persyaratan
teknis, pelaksanaan pembangunan, dan pengawasan pembangunan
gedung.

8. Standar Teknis Standar Teknis yang berlaku di Indonesia yang berkaitan dengan
kegiatan jasa konsultansi konstruksi dan konstruksi bangunan dan atau
yang dijadikan rujukannya.

2
9. Studi-Studi DED Pembangunan Gedung Badan Pengelolaan Keuangan Aceh
Terdahulu merupakan referensi utama bagi konsultan MK dalam memberikan
saran, pelaksanaan review desain, dan pengawasan pelaksanaan
pekerjaan pembangunan.

10. Referensi a. UU RI No. 02 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;


Hukum/Dasar b. UU RI No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
Acuan Peraturan c. UU RI No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Perundang- Lingkungan Hidup;
Undangan d. Peraturan Pemerintah RI No. 14 Tahun 2021 tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 Tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017
Tentang Jasa Konstruksi;
e. Peraturan Pemerintah RI No. 16 Tahun 2021 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Udang Nomor 28 Tahun 2022 Tentang
Bangunan Gedung;
f. Peraturan Pemerintah RI No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah;
g. Peraturan Pemerintah RI No. 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan;
h. Perpres RI No. 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah dan perubahannya;
i. Perpres No. 73 Tahun 2011 tentang Pembangunan Bangunan
Gedung Negara
j. Permen PU No. 29/PRT/M/2006 tentang Persyaratan Teknis
Bangunan Gedung;
k. Permen PU No. 30/PRT/M/2007 tentang Pedoman rencana Tata
Bangunan;
l. Permen PU No. 22/PRT/M/2018 tentang Pembangunan Bangunan
Gedung Negara.
m. Peraturan LKPP Nomor 12 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Melalui Penyedia

Peraturan Standar:
a. Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berisi tentang peraturan
standarisasi bahan bangunan yang berlaku dalam wilayah Indonesia;
b. Standar Industri Indonesia (SII)
c. Peraturan umum tentang pelaksanaan pembangunan di Indonesia
atau Algemene Voorwaarden voor de Uitvoerinhg biji Aaneming
van Openbare Warken (AV) 1941;
d. Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia untuk Arbitrase Teknik
dari Dewan Teknik Pembangunan Indonesia (DTPI);
e. Baja tulangan beton (SII 0136-84). Tata Cara Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung SK-SNI 03-1726-2002;
f. Peraturan Umum dari Dinas Kesehatan Kerja Departemen Tenaga
Kerja;
g. Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Instalasi Listrik (PUIL)
1987dan PLN setempat;
h. Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Instalasi Air Minum serta
Instalasi Pembuangan dan Perusahaan Air Minum;
i. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI – 1961);
j. Peraturan Portland Cement Indonesia (1972/NI-8);

3
k. Mutu dan cara uji semen Pórtland (SII 0013-81);
l. Mutu dan cara uji agregat beton (SII 0052-80);
m. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI–1982)/NI-
3;
n. Peraturan Konstruksi Bangunan Baja Indonesia 1983;
o. Peraturan Pengecatan NI-12;
p. Peraturan dan ketentuan lain yang dikeluarkan oleh Jawatan/Instasi
Pemerintah setempat yang bersangkutan dengan permasalahan
bangunan.

11. Lingkup Pekerjaan Lingkup Pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi adalah berpedoman dalam Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor : 22/PRT/M/2018 tanggal 14 September 2018 perihal
tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara Lingkup tugas yang
harus dilaksanakan oleh Penyedia Jasa Manajemen Konstruksi meliputi
tugas-tugas manajemen konstruksi fisik bangunan gedung negara yang
terdiri atas:

a. Tahap Pelaksanaan
1) Mengevaluasi program kegiatan pelaksanaan fisik yang disusun
oleh pelaksana konstruksi yang meliputi program pencapaian
sasaran fisik, penyediaan dan penggunaan sumber daya berupa
tenaga kerja, peralatan dan perlengkapan bahan bangunan,
informasi, dana, program quality assurance/quality control, dan
program kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
2) Mengendalikan program pelaksanaan konstruksi fisik, yang
meliputi program pengendalian sumber daya, pengendalian
biaya, pengendalian waktu, pengendalian sasaran fisik (kualitas
dan kuantitas) hasil konstruksi, pengendalian perubahan
pekerjaan, pengendalian tertib administrasi, pengendalian
kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
3) Melakukan evaluasi program terhadap penyimpangan teknis dan
manajerial yang timbul, usulan koreksi program dan tindakan
turun tangan, serta melakukan koreksi teknis bila terjadi
penyimpangan.
4) Melakukan koordinasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan konstruksi fisik.
5) Melakukan kegiatan pengawasan yang terdiri atas:
1) Memeriksa dan mempelajari dokumen untuk pelelangan
konstruksi yang akan dijadikan dasar dalam pengawasan
pekerjaan di lapangan.
2) Mengawasi pemakaian bahan, peralatan dan metode
pelaksanaan, serta mengawasi ketepatan waktu, dan biaya
pekerjaan konstruksi.
3) Mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dari segi
kualitas, kuantitas dan laju pencapaian volume /realisasi fisik
4) Mengumpulkan data dan informasi di lapangan untuk
memecahkan persoalan yang terjadi selama pekerjaan
konstruksi.
5) Menyelenggarakan rapat lapangan secara berkala, membuat
laporan mingguan dan bulanan pekerjaan manajemen
konstruksi, dengan masukan hasil rapat lapangan, laporan
harian, mingguan dan bulanan pekerjaan konstruksi fisik
yang dibuat oleh pelaksana konstruksi.

4
6) Menyusun laporan dan berita acara dalam rangka kemajuan
pekerjaan dan pembayaran angsuran pekerjaan pelaksanaan
konstruksi.
7) Meneliti gambar-gambar untuk pelaksanan (Shop Drawings)
yang diajukan oleh Kontraktor.
8) Meneliti gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan di
lapangan (As Built Drawing) sebelum serah terima I.
9) Menyusun daftar cacat/kerusakan sebelum serah terima I dan
mengawasi perbaikannya pada masa pemeliharaan.
10) Bersama-sama dengan penyedia jasa perencanaan menyusun
petunjuk pemeliharaan dan penggunaan bangunan gedung.
11) Menyusun berita acara persetujuan kemajuan pekerjaan,
serah terima I, berita acara pemeliharaan pekerjaan dan serah
terima II pekerjaan konstruksi, sebagai kelengkapan untuk
pembayaran angsuran pekerjaan konstruksi.
12) Melakukan pemeriksaan dan menyatakan kelaikan fungsi
bangunan gedung terbangun sesuai dengan IMB.
13) Membantu pengelola kegiatan dalam menyusun dokumen
pendaftaran.
14) Membantu pengelola kegiatan dalam penyiapan kelengkapan
dokumen Sertifikat Laik Fungsi (SLF) dari pemerintah,
Kabupaten/Kota setempat.
15) Menyusun laporan akhir pekerjaan pengawasan
16) Memberikan penilaian untuk mendapatkan persetujuan dari
pengelola kegiatan tentang subkontraktor yang akan
dilibatkan oleh pelaksana konstruksi.
17) Mengusulkan perubahan-perubahan serta penyesuaian di
lapangan untuk memecahkan persoalan-persoalan yang
terjadi selama pekerjaan konstruksi

Selain hal tersebut diatas Manajemen Konstruksi memiliki Tujuan,


yaitu mengelola fungsi manajemen atau mengatur pelaksanaan
pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil optimal sesuai
dengan persyaratan (spesification) untuk keperluan pencapaian tujuan
ini, perlu diperhatikan pula mengenai mutu bangunan, biaya yang
digunakan dan waktu pelaksanaan Dalam rangka pencapaian hasil ini
selalu diusahakan pelaksanaan pengawasan mutu (quality control),
pengawasan biaya (cost control) dan pengawasan waktu pelaksanaan
(time control).
Penerapan konsep manajemen konstruksi yang baik adalah mulai tahap
perencanaan, namun dapat juga pada tahap-tahap lain sesuai dengan
tujuan dan kondisi proyek tersebut sehingga konsep MK dapat
diterapkan pada tahap-tahap proyek sebagai berikut:
1. Manajemen Konstruksi dilaksanakan pada seluruh tahapan proyek.
Pengelolaan proyek dengan sistem MK, disini mencakup pengelolaan
teknis operasional proyek, dalam bentuk masukan-masukan dan atau
keputusan yang berkaitan dengan teknis operasional proyek konstruksi,
yang mencakup seluruh tahapan proyek, mulai dari persiapan,
perencanaan, perancangan, pelaksanaan dan penyerahan proyek. Dalam
hal ini, MK berperan sebagai berikut:
2. Tim MK sudah berperan sejak awal disain, pelelangan dan pelaksanaan

5
proyek selesai, setelah suatu proyek dinyatakan layak (feasible) mulai
dari tahap disain.
3. Tim MK akan memberikan masukan dan atau keputusan dalam
penyempurnaan desain sampai proyek selesai, apabila manajemen
konstruksi dilaksanakan setelah tahap desain.
4. MK berfungsi sebagai koordinator pengelolaan pelaksanaan dan
melaksanakan fungsi pengendalian atau pengawasan, apabila
manajemen konstruksi dilaksanakan mulai tahap pelaksanaan dengan
menekankan pemisahan kontrak - kontrak pelaksanaan untuk kontraktor.
Peranan MK pada tahapan proyek konstruksi dapat dibagi menjadi
sebagai berikut:
1. Agency Construction Manajement (ACM)
Pada sistem ini konsultan manajemen konstruksi mendapat tugas dari
pihak pemilik dan berfungsi sebagai koordinator "penghubung"
(interface) antara perancangan dan pelaksanaan serta antar para
kontraktor. Konsultan MK dapat mulai dilibatkan mulai dari fase
perencanaan tetapi tidak menjamin waktu penyelesaian proyek, biaya
total serta mutu bangunan. Pihak pemilik mengadakan ikatan kontrak
langsung dengan beberapa kontraktor sesuai dengan paket-paket
pekerjaan yang telah disiapkan.

2. Extended Service Construction Management (ESCM)


Jasa konsultan MK dapat diberikan oleh pihak perencana atau pihak
kontraktor. Apabila perencana melakukan jasa Manajemen Konstruksi,
akan terjadi "konflik-kepentingan" karena peninjauan terhadap proses
perancangan tersebut dilakukan oleh konsultan perencana itu sendiri,
sehingga hal ini akan menjadi suatu kelemahan pada sistim ini. Pada
tipe yang lain kemungkinan melakukan jasa Manajemen Konstruksi
berdasarkan permintaan Pemilik ESCM/ KONTRAKTOR.

3. Owner Construction Management (OCM)


Dalam hal ini pemilik mengembangkan bagian manajemen konstruksi
profesional yang bertanggungjawab terhadap manajemen proyek yang
dilaksanakan.

4. Guaranted Maximum Price Construction Management (GMPCM)


Konsultan ini bertindak lebih kearah kontraktor umum daripada sebagai
wakil pemilik. Disini konsultan GMPCM tidak melakukan pekerjaan
konstruksi tetapi bertanggung jawab kepada pemilik mengenai waktu,
biaya dan mutu. Jadi dalam Surat Perjanjian Kerja/ Kontrak konsultan
GMPCM tipe ini bertindak sebagai pemberi kerja terhadap para
kontraktor (sub kontraktor).

Sesuai Permen PUPR Nomor 10 Tahun 202 tentang Pedoman Sistem


Manajemen Keselamatan Konstruksi, Jasa Konsultansi Manajemen
Konstruksi ini merupakan Jasa Konsultansi Manajemen Konstruksi
untuk paket pekerjaan konstruksi berisiko keselamatan konstruksi
sedang/menengah.

6
12. Keluaran Keluaran yang diminta dari konsultan manajemen konstruksi
berdasarkan Kerangka Acuan Kerja ini adalah koordinasi, pengendalian,
dan pengawasan terhadap pekerjaan Pembangunan Gedung Badan
Pengelola Keuangan Aceh yang dilaksanakan oleh Pelaksana
Konstruksi yang menyangkut kuantitas, kualitas, biaya dan waktu serta
ketepatan dan kelancaran administrasi pekerjaan yang efisien sehingga
dicapai wujud akhir bangunan dan kelengkapannya sesuai dengan
dokumen pelaksanaan dan dapat diterima baik oleh pemberi tugas.
Adapun Dokumen yang dihasilkan selama proses manajemen konstruksi:
a. Laporan Rencana Mutu Kontrak (RMK)
b. Laporan Pendahuluan
c. Laporan Laporan Bulanan dari resume kemajuan pekerjaan, tenaga
dan harian kerja
d. Berita Acara Kemajuan Pekerjaan untuk pembayaran angsuran
e. Surat Perintah Perubahan Pekerjaan dan Berita Acara Pemeriksaan
Pekerjaan Tambah/Kurang apabila ada.
f. Berita Acara Serah Terima I Pekerjaan.
g. Berita Acara Pernyataan Selesainya Pekerjaan.
h. Berita Acara Serah Terima II Pekerjaan
i. Berita Acara Pemeliharaan Pekerjaan Fisik.
j. Laporan rapat lapangan (site meeting).
k. Laporan akhir kegiatan manajemen konstruksi.

13. Peralatan, Tidak Ada


Material, Personil
dan Fasilitas dari
Pemberi Tugas

14. Peralatan dan a. Penyedia jasa harus menyediakan dan memelihara semua fasilitas
Material dari dan peralatan yang dipergunakan untuk kelancaran pelaksanaan
Penyedia Jasa pekerjaan.
Konsultansi b. Penyedia jasa memiliki kantor permanen dengan alamat yang jelas
dan dapat dijangkau dengan sarana transportasi roda-4 serta
sekurang kurangnya memiliki fasilitas listrik, telepon, fax dan
internet
c. Kantor Pelaksanaan Kegiatan yang bersumber dari sewa, Kantor
pelaksanaan kegiatan harus dapat dijangkau dengan sarana
transportasi roda-4 serta sekurang kurangnya memiliki fasilitas
listrik, telepon, fax dan internet.
d. Penyedia jasa memiliki peralatan yang bersumber dari sewa berupa:
1. 1 (satu) Unit Kenderaan Roda 4 dengan spesifikasi minimal
MPV dengan kapasitas >1000cc keluaran tahun >2015
2. 1 (satu) Unit Kenderaan Roda 2 dengan spesifikasi minimal
kapasitas >125cc keluaran tahun >2018
3. 2 (dua) unit Komputer Desktop, dengan spesifikasi minimal
CPU Core i5
4. 1 (satu) unit Printer dengan spesifikasi minimal mampu
mencetak dengan ukuran A3.

15. Lingkup a. Secara umum tanggung jawab Konsultan adalah menjaga agar
Kewenangan kegiatan pembangunan memiliki kinerja sebagai berikut :
Penyedia Jasa 1) Ketepatan waktu pembangunan sesuai dengan batasan waktu
yang telah ditetapkan
2) Ketepatan biaya pembangunan sesuai dengan batasan anggaran

7
yang telah ditetapkan.
3) Ketepatan kualitas dan kuantitas sesuai dengan standard yang
berlaku
4) Ketertiban administrasi kontrak dan pelaksanaan pembangunan
b. Penanggung jawab profesional manajemen konstruksi adalah tidak
hanya konsultan sebagai suatu Perusahaan tetapi juga bagi para
tenaga ahli yang terlibat

16. Jangka Waktu Jangka Waktu pelaksanaan kegiatan jasa Konsultansi Manajemen
Penyelesaian Konstruksi selama 8,0 (delapan koma nol) bulan, terhitung sejak SPMK
Pekerjaan sampai dengan Serah Terima Pertama.
17. Personil 1. 1 Orang Supervisor Engineer, pendikan minimal S1-Teknik Sipil,
memiliki SKA Ahli Manajemen Konstruksi Madya dengan
pengalaman minimal 4 tahun.
2. 1 Orang Inspection Engineer 1, pendikan minimal S1-Teknik Sipil,
memiliki SKA Ahli Teknik Bangunan Gedung Muda dengan
pengalaman minimal 3 tahun.
3. 1 Orang Inspection Engineer 2, pendikan minimal S1-Teknik Sipil,
memiliki SKA Ahli Geoteknik Muda dengan pengalaman minimal
3 tahun.
4. 1 Orang Inspection Engineer 3, pendikan minimal S1-Teknik
Arsitek, memiliki SKA Arsitek Muda dengan pengalaman minimal
2 tahun.
5. 1 Orang Quantity Engineer, pendikan minimal S1-Teknik Sipil,
memiliki SKA Ahli Teknik Bangunan Gedung Muda dengan
pengalaman minimal 2 tahun.
6. 1 Orang Health & Safety Engineer, pendikan minimal S1-Teknik
Sipil, memiliki SKA Ahli K3 Konstruksi Muda dengan pengalaman
minimal 3 tahun.
7. 2 Orang Inspector, Pendidikan minimal D3 Teknik Sipil
Pengalaman minimal 3 tahun.
8. 1 Orang Operator Cad, Pendidikan D3-Teknik Sipil pengalaman
minimal 3 tahun.
9. Operator Komputer, Pendidikan minimal D3.
18. Jadwal Tahapan Terdiri dari :
Pelaksanaan a. Pelaksanaan Konstruksi : 8,0 (Delapan koma Nol) bulan
Pekerjaan b. Tahap Pemeliharaan : 6,0 (Enam koma Nol) bulan

19. Laporan Laporan Pendahuluan memuat: rencana kerja pelaksanaan jasa


Pendahuluan manajemen konstruksi.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya: 20 (dua puluh) hari sejak
SPMK diterbitkan sebanyak 5 buku laporan (1 asli dan 4 copy).

21. Laporan Bulanan Laporan Bulanan memuat hasil sementara pelaksanaan kegiatan
konstruksi fisik yang dilaksanakan oleh pelaksana
konstruksi/pemborong, termasuk tindakan-tindakan koreksi dan evaluasi
yang diberikan dalam kaitan pelaksanaan jasa manajemen konstruksi.
Laporan harus disampaikan pada setiap bulan selama masa pelaksanaan
jasa, pada bulan awal bulan berikutnya, diterbitkan sebanyak 5 buku
laporan (1 asli dan 42 copy).

22. Laporan Akhir Laporan Akhir memuat :


1. Berita Acara Serah Terima I Pekerjaan yang diselesaikan oleh

8
pelaksana konstruksi dan Daftar Cacat Konstruksi.
2. Kumpulan dari Laporan, Berita Acara, Risalah Rapat, Gambar Kerja,
Ijin Kerja, Hasil Uji Teknis, Perubahan-perubahan pelaksanaan, dan
dokumen teknis lain yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas Jasa
Konsultansi Manajemen Konstruksi.
3. Ringkasan umum kegiatan manajemen konstruksi yang dilakukan
dan atau hal-hal yang perlu menjadi dilaporkan sehubungan dengan
pelaksanaan konstruksi fisik, khususnya yang berkaitan dengan
aspek operasional pemanfaatan bangunan.

Laporan bulanan harus diserahkan selambat lambatnya: 1 (satu) bulan


sejak berakhirnya masa kontrak, diterbitkan sebanyak 5 buku laporan (1
asli dan 4 copy) dan softcopy laporan dalam bentuk Hardisk.

Hal-Hal Lain

23. Produksi dalam Semua kegiatan jasa konsultansi berdasarkan KAK ini harus dilakukan
Negeri di dalam wilayah Negara Republik Indonesia kecuali ditetapkan lain
dalam angka 4 KAK dengan pertimbangan keterbatasan kompetensi
dalam negeri.

24. Persyaratan Jika kerjasama dengan penyedia jasa konsultansi lain diperlukan untuk
Kerjasama pelaksanaan kegiatan jasa konsultansi ini maka persyaratan berikut harus
dipatuhi: MENDAPATKAN PERSETUJUAN PPK.

25. Pedoman Pengumpulan data lapangan harus memenuhi persyaratan berikut:


Pengumpulan Data MENDAPATKAN PERSETUJUAN PPK.
Lapangan

26. Alih Pengetahuan Jika diperlukan, Penyedia Jasa Konsultansi berkewajiban untuk
menyelenggarakan pertemuan dan pembahasan dalam rangka alih
pengetahuan kepada personil satuan kerja Pejabat Pembuat Komitmen.

Banda Aceh, 20 Januari 2022


Kuasa Pengguna Anggaran Program
Penataan Bangunan Gedung
Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Aceh

Dina Feriana, ST, M.Eng.Sc


NIP. 19741214 200112 2 002

Anda mungkin juga menyukai