I
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan tema “Manajemen Konflik Dalam Pengambilan
Keputusan”.
Rangkuman ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari materi yang diberikan pada kami, sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki rangkuman ini.
Penyusun
II
DAFTAR ISI
III
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konflik memiliki kesan negatif bagi siapa saja yang mendengarnya, termasuk
ketika menghadapinya di tempat kerja. Ketika bekerja sendiri, anda bisa saja
menghindari dari konflik dan bermain aman dalam megambil keputusan maupun
langkah kerja. Akan tetapi, saat berada dalam kelompok, di mana anda akan
berinteraksi dan perlu bekerja sama dengan berbagai tipe keribadian kemungkinan
konflik jelas akan terjadi serta takterelakkan.
Dalam sebuah pengerjaan hal menonjol dari konflik yang sering terjadi adalah
perbedaan pendapat dan sudut pandang seseorang, ketidak kepercayaan dan
kurangnya komunikasi, kepribadian setiap individu, serta kekuasaan atau tipu dalam
pekerjaan.
Apakah benar konflik hanya mendatangkan kerugian di tempat kerja,
khusunya dalam kerja tim? Apabila dapat dikelola dan dituntaskan dengan baik serta
bijaksana, konflik mampu memberikan manfaat baik bagi kinerja tim.
1.2 Rumus Masalah
1. Bagaimana seseorang pemimpin mengatasi suatu masalah yang terjadi?
2. Bagaimana sikap seseorang pemimpin dalam mengambil keputusan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sikap yang harus diambil oleh pemimpin dalam mengatasi
permasalahan.
2. Untuk mengetahui sikap pemimpin dalam mengambil keputusan.
1.4 Manfaat
1. Konflik dapat memacu kreativitas dan inovasi.
2. Memperbaiki hambatan dalam komunikasi antar anggota
3. Mendorong tim untuk berkolaborasi.
1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
TEORI DASAR
2.1 Pengertian Manajemen Konflik Menurut Para Ahli
1. Howard Ross (1933)
Menurut Ross, pengertian manajemen konflik merupakan langkah-
langkah yang diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka
mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak
mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan mungkin
atau tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat,
atau agresif.
Manajemen konflik dapat melibatkan bantuan diri sendiri, kerjasama
dalam memecahkan masalah (dengan atau tanpa bantuan pihak ketiga) atau
pengambilan keputusan oleh pihak ketiga.
Suatu pendekatan yang berorientasi pada proses manajemen konflik menunjuk
pada pola komunikasi termasuk perilaku para pelaku dan bagaimana mereka
mepengaruhi kepentingan dan penafsiran terhadap konflik.
2. Minnery (1980)
Minnery mengungkapkan arti dan pengertian manajemen konflik
merupakan proses, sama halnya dengan perencanaan yang merupakan proses.
Menurutnya, proses manajemen konflik perencanaan merupakan
bagian yang rasional dan bersifat iteratif, artinya bahwa pendekatan model
manajemen konflik perencanaan terus mengalami penyempurnaan sampai
mencapai model ideal.
3. Johnson dan Johnson (dalam Farida: 1996)
Menurut Johnson dan Johnson dalam Farida, seseorang yang terlibat
konflik maka untuk menghadapinya seringkali digunakan religiusitas dasar
manajemen konflik yakni withdrawing (menghindari), forcing (memaksa),
smoothing (melunak, compromising (kompromi), dan confronting
(konfrontasi).
4. Farida (1996)
Sementara itu, Farida berpendapat bahwa pengertian manajemen
konflik yang biasa digunakan seseorang adalah dominasi (domination),
menyerah (capitulation), menarik diri (withdrawal), negosiasi (negotiation),
intervensi pihak ketiga (third party intervention).
2
2.2 Fungsi Manajemen Konflik
Dilakukannya suatu manajemen konflik pasti tak lepas dari fungsi
yang menyertainya. Lalu bagaimana fungsi manajemen konflik untuk
menyelesaikan suatu konflik dalam sebuah organisasi atau suatu masalah?
1. Meningkatkan kinerja dan keaktifan karyawan.
Manajemen konflik ini dilakukan dengan mengeluarkan pendapat
menjadi sarana yang tepat bagi para karyawan atau seseorang. Karyawan atau
seseorang akan lebih aktif mengemukakan pendapat ketika terjadinya konflik.
Hal ini membuat pihak yang terlibat berdiskusi dan memikirkan solusi
yang tepat. Dengan demikian, akan meningkatkan produktivitas dan kinerja
karyawan atau seseorang.
3
Oleh sebab itu, perbedaan pendapat mengenai bagaimana manajemen
konflik pada sebuah konflik yang berlangsung merupakan tantangan
tersendiri, bagaimana seseorang dapat menghormati pendapat orang lain dan
tidak menjatuhkan satu sama lain. Artinya, manajemen konflik sangat berguna
untuk meningkatkan rasa toleransi semua pihak.
4
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Mengatasi Permasalah
Ada pandangan bahwa mengakui adanya permasalahan merupakan pertanda
kelemahan di dalam organisasi. Akibatnya banyak orang mengatasinya dengan cara
menyapunya ke bawah karpet. Dari atas karpet kelihatan bersih tetapi masalah itu
masih ngendon. Banyak upaya dilakukan sekadar berputar-putar sekitar masalah dan
bukan memecahkannya. Untuk sementara waktu itu boleh saja, tetapi hal ini seperti
memelihara api dalam sekam, dan setiap saat bisa menjadi tidak terkendali.
Untungnya pandangan seperti itu telah banyak berubah. Kini banyak
organisasi justru memberi penghargaan kepada karyawan yang mampu
mengidentifikasi adanya masalah, khususnya kepada mereka yang juga dapat
memberikan masukan bagaimana mengatasi masalah tersebut. Seberapa bagus
kemampuan Anda dalam pemecahan masalah, kita akan berkaca dari kasus berikut
ini.
Manakah yang lebih baik, hidup bersama dengan permasalahan yang sudah
bertahun-tahun dipelihara atau membiarkan diri Anda masuk pada pemecahan
masalah tapi memang ada risikonya? Memang hidup dengan permasalahan yang
sudah biasa dialami merupakan pilihan yang nyaman. Kita ngedumel, mengeluh dan
membiarkan dia tetap ada tanpa ada upaya mengatasinya. Memang bisa juga masalah
tersebut dianggap bukan lagi masalah dan akan menguap dengan sendirinya. Tetapi
yang sering terjadi masalah akan membesar.
Sebagai seorang pimpinan, entah supervisor, manajer atau CEO, Anda
diharapkan dapat memecahkan permasalahan yang disodorkan oleh bawahan ke
hadapan Anda. Bagaimana? Apakah memang harus Anda selesaikan sendiri? Dengan
menggunakan pemecahan masalah secara kelompok, maka Anda dapat menggunakan
pengetahuan kolektif dari karyawan untuk menuntaskan masalah. Anda akan
mendapatkan solusi yang lebih baik dan melibatkan kelompok daripada
menghadapinya sendirian. Adapun langkahnya sebagai berikut :
1. Mendefinisikan Masalah
Seringkali mendefinisikan permasalahan merupakan bagian yang
paling sulit. Setiap orang memiliki sudut pandang berbeda tentang ini.
“Masalahnya adalah kita tidak memiliki cukup anggaran untuk mengganti
komputer yang sudah ketinggalan zaman.” “Masalahnya adalah perangkat lunak
kita tidak lagi mampu mengatasi rumitnya pekerjaan.” “Masalahnya adalah tidak
ada di antara kita yang serius mempelajari perangkat lunak tersebut.”
Ketika suatu kelompok mendefinisikan permasalahan, adalah biasa
masing-masing menyatakan pandangannya. Semua itu merupakan masukan
5
untuk mendefinisikan masalah yang mendasar . Jika Anda tidak mau
mendengarkan pandangan pribadi itu sekarang, pendapat mereka akan muncul
pada waktunya pengambilan keputusan. Misalnya untuk apa membeli perangkat
lunak baru, kalau memang yang lama pun mereka tidak sungguh-sungguh
mempelajarinya.
Bagaimana Anda mendefinisikan permasalahan, akan menentukan
juga kualitas pemecahan masalah yang dilakukan. Pendefinisian masalah dengan
“mencari apa yang salah” misalnya staf yang ada tidak dapat melaksanakan
tugas, sering malah berujung pada menyalahkan orang dan tidak mencari
solusinya. “Staf akan dapat menyelesaian tugas apabila mereka bekerja lebih
keras,” atau “Jangan salahkan kami. Anda tidak pernah memberikan masukan
tepat pada waktunya.”
Pendefinisian permasalahan dengan penekanan “apa yang diperlukan”
dapat secara fatal membatasi pemikiran Anda. “Kami perlu lebih banyak staf,”
bukanlah definisi dari permasalahan tetapi sudah merupakan solusi dari
permasalahan yang belum didefinisikan. Hal itu juga hanya akan membatasi
Anda untuk berkutat soal nambah orang, padahal ada pilihan lain untuk
menyelesaikan tugas tanpa menambah staf.
Pilihan Anda akan semakin diperluas, kalau Anda mendefinisikan
permasalahan dalam konteks “hasil yang Anda inginkan.” Misalnya, yang Anda
inginkan adalah pekerjaan diselesaikan dengan mutu bagus dan dalam waktu
yang tepat. Karena itu deskripsikan pekerjaan yang akan Anda
selesaikan/lakukan. Dengan cara ini, Anda membuka pilihan lebih banyak untuk
mencapai hasil.
6
3. Mengevaluasi Alternatif Solusi
Bahkan setelah Anda mendaftar semua alternatif solusi, langsung
melompat pada pemilihan solusi terbaik dianggap terlalu prematur. Orang akan
menentukan pilihan tergantung pada intuisinya dan paling buruk adalah menurut
prasangka buruknya (prejudices). Pada tahap ini Anda harus menentukan kriteria
untuk dapat membandingkan masing-masing alternatif solusi, misalnya :
biayanya tidak boleh melebihi 5 ribu dollar AS, harus dapat diselesaikan dalam
waktu enam minggu.
Tapi untuk menentukan kriteria sering kali juga memerlukan curah
pendapat lagi. Penyusunan urutan atau pemungutan suara terbanyak (voting)
biasanya dilakukan untuk menentukan kriteria yang paling penting.
Cara lain menentukan kriteria terbaik adalah dengan melihat plus dan
minus pada setiap kriteria. Lihat kelemahan atau nilai minus dari pilihan-pilihan
yang utama. Apakah nilai minusnya mampu menggerogoti manfaat/kelebihan
dari pilihan solusi tersebut? Kadang-kadang melalui cara ini akan muncul pilihan
kriteria yang terbaik.
5. Melakukan Tindakan
Banyak kelompok begitu berlarut-larut dalam mengambil keputusan.
Mereka lupa tujuan mengambil mengambil keputusan adalah untuk melakukan
tindakan. Untuk melihat apakah tindakan yang dilakukan berhasil, maka Anda
7
dapat mengacu pada kriteria yang telah ditetapkan pada langkah ketiga. Dalam
langkah ketiga salah satu kriterianya adalah dapat diselesaikan dalam waktu
enam minggu. Maka enam minggu adalah waktu yang harus dikejar untuk
melaksanakan tindakan. (Eko W).
8
3.2 Peran Kepemimpinan
Peran kepemimpinan diartikan sebagai seperangkat perilaku yang diharapkan
dilakukan oleh seseorang sesuai dengan kedudukannya sebagai pemimpin. Peran
pemimpin sangat besar dalam pengambilan keputusan dan mengambil tanggung
jawab terhadap hasilnya. Seseorang pemimpin dituntut untuk memiliki keterampilan
yaitu, keterampilan teknis meliputi ketrampilan dalam menerapkan pengetahuan dan
keahlian yang dimiliki, ketrampilan manusiawi meliputi kemampuan kerjasama,
memahami dan memotivasi orang lain dan ketrampilan konseptual barkaitan dengan
kemampuan pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan terjadi sebagai reaksi
terhadap masalah yang terjadi dalam organisasi. Keputusan harus dibuat oleh
pemimpin agar anggota dapat melaksanakan berbagai kegiatan dalam rangka
mewujudkan dan mengembalikan eksistensi organisasi.
Ada tiga peran utama seorang pemimpin yaitu:
1. Peran yang bersifat interpersonal.
Artinya seorang pemimpin harus tampil dalam berbagai upacara remi,
harus mampu memberi bimbingan dan harus mempertimbangkan hubungan
kerjasama dengan bawahan.
2. Peran yang bersifat informasional.
Merupakan informasi kepada bawahan dan menjadi juru bicara
organisasi. Artinya seorang pemimpin harus mengikuti dan memperoleh
informasi seluruh kegiatan, harus memberi.
3. Peran yang bersifat pengambilan keputusan.
Artinya seorang pemimpin harus berusaha memperbaiki dan
mengembangkan satuan kerja yang dipimpinnya, harus mampu mengatasi
segala hambatan yang dihadapi, mengatur segala sumber daya (manusia, biaya
dan lain-lain) dan berperan mewakili setiap hubungan kerja dengan satuan
kerja lainnya. Peran pemimpin dalam pengambilan keputusan biasanya
bersama-sama dengan bawahan melakukan pemilihan beberapa alternative
yang ada untuk menentukan tujuan yang ingin dicapai. Proses pengambilan
keputusan harus mempertimbangkan segala aspek dan sesuai kebutuhan.
Informasi yang cukup baik, maka keputusan yang dibuat terjamin tingkat
keakuratannya.
9
menganilisis masalah, mengembangkan alternatif, memutuskan solusi terbaik dan
melaksanakan keputusan kedalam tindakan efektif. Proses kepemimpinan di
dalamnya melekat wewenang dan tanggung jawab menyusun program kerja,
melaksanakan dan mengevaluasi dengan mengarahkan bawahannya dalam melakukan
program kerja. Pimpinan setiap organisasi harus mempermudah proses pengambilan
keputusan dan komunikasi keputusan terhadap semua anggota organisasi untuk
mendapat dukungan pelaksanaan keputusan.
Pemimpin diasosiasikan dengan pengembangan dan pengkomunikasian
sebuah visi. Mengkomunikasikan sesuatu yang ada dalam visi menyiratkan tentang
sifat kepemimpinan. Karena itu pemimpin diharapkan dapat mendorong dan
meningkatkan keterlibatan dan pemahaman staf. Keputusan efektif tercapai jika
sepenuhnya keputusan itu dapat dilaksanakan. Perhatian orang akan sepenuh hati
ke dalam suatu keputusan jika mereka terlibat secara langsung atau tidak langsung
dalam membuat keputusan. Suatu cara yang efektif untuk mencapai dukungan
dan komitmen dengan mengajak staf atau anggota organisasi dalam pemecahan
masalah-pada tahap penyusunan sasaran. Strategi kolaboratif pengambilan keputusan
mengilhami para staf atau dengan rasa pemberdayaan dan perasaan penting yang
memuaskan dorongan kebutuhan mereka. Dengan demikian pimpinan perlu
melibatkan semua staf atau anggota organisasi dalam mengambil keputusan agar
muncul rasa memiliki dan tanggung jawab dalam melaksanakan keputusan.
Pembuatan keputusan partisipatori akan dapat diharapkan menghasilkan lebih baik
keputusan, sebab sejumlah pemikiran orang dimanfaatkan untuk memecahkan
masalah. Bahkan bila orang dilibatkan dalam membuat keputusan, mereka lebih suka
untuk melaksanakan keputusan secara efektif dan peningkatan pengertian karena
keterlibatan langsung serta membantu kesatuan kelompok dalam organisasi.
Efektivitas keputusan bergantung kepada kualitas keputusan dan komitmen
keputusan. Kualitas keputusan mengacu kepada aspek teknis dalam keputusan.
Keputusan berkenaan dengan kualitas tinggi untuk pengembangan yang dalam hal ini
keputusan bersifat konsisten dengan tujuan organisasi yang dicapai dan dengan
informasi yang secara potensial dapat diperoleh. Sedangkan komitmen keputusan
mengacu kepada penerimaan keputusan oleh staf atau anggota organisasi. Partisipasi
dalam keputusan oleh staf atau anggota organisasi cenderung menghasilkan perasaan
komitmen dan rasa memiliki bersama. Partisipasi dalam keputusan dapat membangun
tim kerja, kekuatan komitmen terhadap sasaran organisasi, dan kontribusi kepada
pengembangan teknik partisipan dan keterampilan manajerial. Perilaku pemimpin
memiliki pengaruh atas kinerja dan kepuasan kerja anggota. Hal yang mendasar
ditekankan bahwa kinerja dan kepuasan anggota adalah hasil dari ragam gaya
kepemimpinan seorang pemimpin. Sikap positif orang terbangun terhadap objek yang
merupakan alat dalam kepuasan kebutuhan. Hal ini menjadi alasan perluanya
pengembangan hubungan pimpinan dengan bawahan. Ada hubungan timbal balik
10
perilaku pimpinan dengan perilaku bawahan. Perilaku bawahan berpengaruh terhadap
perilaku pimpinan dan perilaku pimpinan mempengaruhi perilaku bawahan.
Kepemimpinan seseorang dalam sebuah organisasi sangat besar perannya dalam
setiap pengambilan keputusan, sehingga membuat dan mengambil tanggung jawab
terhadap hasilnya adalah salah satu tugas pemimpin. Pengambilan Keputusan dalam
tinjauan perilaku mencerminkan karakter bagi seorang pemimpin. Oleh karena itu
baik tidaknya keputusan yang diambil bukan hanya dari konsekuensi yang
diambilnya melainkan melalui berbagai pertimbangan dalam prosesnya.
11
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pemimpin harus mampu mengambil keputusan dalam berbagai situasi, dengan
memilih alternatis terbaik diantara sejumlah alternative keputusan yang dihadapinya.
Alternatidf harus dipilih yang resiko negatif nya paling kecil agar tidak merugikan
organisasi. Pemimpin harus mampu menjelaskan alasan - alasan memilih salah satu
alternative keputusan dengan cara yang paling mudah dipahami agar mendapat
dukungan dalam pelaksanaannya. Pada dasarnya pengambilan keputusan adalah
merupakan tahap- tahap yang harus digunakan untuk membuat keputusan.
Pengambilan keputusan merupakan pusat dari kegiatan organisasi juga merupakan
kunci kepemimpinan atau inti dari kepemimpinan.
12
DAFTAR PUSTAKA
13