Macam-macam mabni
Contoh-contoh:
1. Berapa banyak kuda di lapangan?
2. Berapa banyak kamu membeli jam tangan mu?
3. Berapa lama lagi kamu bertemu?
4. Udara telah menjadi segar
5. Apakah udaranya segar?
6. Udara itu sungguh telah segar
7. Berdirilah dimana kamu berada
8. Berjalanlah kemana kamu mau
9. Kamu berdiri sekiranya udara sedang bagus
10. Kemarin itu sangat panas
11. Saya telah mengunjungi piramida kemarin
12. Saya telah pergi kemarin ke kastil
Kaidah:
29. hal-hal yng menyertai akhi-akhir kalimah yang
mabni itu ada 4, yaitu sukun, fathah, dhommah, dan
kasroh. Dan dinamakan macam-macam mabni.
30. kata-kata yang menyertai akhir kalimah yang mabni
berupa sukun, atau fathah, ataudhommah, atau kasroh,
dikatakan bahwasanya itu mabni atas sukun, atau
fathah, atau dhommah, atau kasroh.
Pembahasan:
Macam-macam mu’rob
Contoh-contoh:
1. Burung itu sedang terbang
2. Air itu halus
3. Kuda itu liar
4. Saya melihat burung itu sedang terbang
5. Saya meminum air yang halus
6. Kesatria telah mempermainkan kuda
7. Saya melihat kepada burung yang sedang
terbang
8. Ikan akan hidup di dalam air
9. Kesatria telah turun dari kuda
1. Ali menyalakan lampu
2. Tentara sedang merangkak (menyerbu)
3. Pohon-pohon sedang rimbun (tertutup oleh
dedaunan)
4. Ali tidak akan menyalakan lampu
5. Tentara tidak akan merangkak
6. Pohon-pohon tidak akan rimbun
7. Ali tidak menyalakan lampu
8. Tentara tidak merangkak
9. Pohon-pohon tidak rimbun
Kaidah:
31. hal-hal yang muncul di akhir kalimah yang mu’rob
itu ada 4, yaitu rofa’, nashob, jer, dan jazm. Dan
dinamakn macam-macam i’rob.
32. alamat (tanda-tanda) i’rob yang asli itu ada 4, yaitu
dhommah, fathah, kasroh, dan sukun. Dan tanda-tanda
yang lain yang menggantikan tanda asli akan di
sebutkan pada babnya sendiri.
33. rofa’ dan nashob keduanya masuk pada isim dan fi’il,
sedangkan jer itu khusus pada isim, sebagaimana jazm
khusus pada fi’il.
Pembahasan:
Kaidah:
35. fi’il amr dimabnikan atas sukun ketika shohih akhir
dan tidak sambung dengan sesuatu. Begitu juga ketika
sambung dengan nun niswan. Dan dimabnikan atas
fathah ketika sambung dengan nun taukid. Dan
dimabnikan atas membuang huruf ‘illat ketika berupa
fi’il mu’tal akhir. Dan dimabnikan atas membuang nun
ketika sambung dengan alif tatsniyyah atau wawu jama’
atau ya’ mukhothobah.
Pembahasan:
Kaidah:
36. fi’il mudhori’ dimabnikan atas fathah jika sambung
dengan nun taukid, dan dimabnikan atas sukun jika
sambung dengan nun niswah, dan dii’robi pada selain
hal tersebut diatas.
Pembahasan:
Kaidah:
37. ketika kalimah yang mabni jatuh pada tempat-
tempat kedudukan rofa’ atau nashob atau jer atau pun
jazm, maka akhirnya tidak berubah. Dan dikatakan
bahwasanya kalimah itu menduduki kedudukan rofa’
atau nashob atau jer atau jazm menurut kedudukannya
pada jumlah(kalimat).
Pembahasan:
Kaidah:
38. fi’il mudlori’ mu’tal akhir dirofa’kan dengan
dhommah yang di kira-kirakan atas alif, wawu, atau ya’.
Dan dinashobkan dengan fathah yang dikira-kirakan
atas alif, dan di tampakkan fathahnya atas wawu atau
ya’. Dan di jazmkan dengan membuang huruf akhir.
Pembahasan:
Kaidah:
39. isim maqshur adalah setiap isim yang mu’rob yang
akhirnya berupa alif lazimah
40. dikira-kirakan atas akhirnya isim maqshur berupa
harokat i’rob yang tiga.
Pembahasan:
Kaidah:
41. isim manqush adalah setiap isim yang mu’rob yang
akhirnya berupa ya’ lazimah yang huruf sebelumnya
dikasrohkan.
42. dikira-kirakan berupa dhommah dan kasroh atas
akhir isim manqush pada kedudukan rofa’ dan jer.
Adapun pada kedudukan nashob, maka tandanya
dengan fathah tampak atas huruf akhirnya.
Pembahasan:
Kaidah:
43. fi’il mudlori’ dinashobkan dengan ْ اَنmudlmaroh
jawaz setelah lam ta’lil.
Pembahasan:
Kaidah:
44. fi’il mudlori’ dinashobkan dengan ْ اَنmudlmaroh
wujub setelah lam juhud.
Pembahasan:
Kaidah:
45. fi’il mudlori’ dinashobkan dengan ْ اَنmudlmaroh
jawaz setelah “ “ اَ ْوyang mempunyai arti اِلَى
(hasil/tujuan) atau ( اِاَّلpengecualian).
Pembahasan:
Kaoidah:
47. fi’il mudlori’ dinashobkan dengan ْ اَنmudlmaroh
wujub setelah fa’ sababiyyah (yang menunjukkkan sebab
musabab) yang didahului dengan nafi (kata peniadaan)
atau tholab (kata perintah).
Pembahasan:
Kaidah:
48. fi’il mudlori’ dinashobkan dengan ْ اَنmudlmaroh
wujub setelah wawu ma’iyyah (yang menunjukkkan
penyertaan) yang didahului dengan nafi (kata
peniadaan) atau tholab (kata perintah).
Penjelasan:
Kaidah:
49. adat-adat yang menjazmkan satu fi’il mudlori’ yaitu:
لَ َّماdan اَل ْم ااْل َ ْم ِر. Yang pertama bermakna nafi (peniadaan)
seperti لَ ْم, tapi nafi dengan لَ ْمtidak terus menerus kepada
waktu berbicara. Dan yang kedua menjadikan fi’’’il
mudlori’ bermakna untuk perintah.
Penjelasan:
Kaidah:
51. adat-adat yang menjazmkan dua fi’il mudlori’ ada 12,
yaitu: اِ ْذ َما,( اِ ْنkeduanya adalah kalimah huruf), , َم ْه َما, َما,َم ْن
َك ْيفَ َما, َح ْيثُ َما, اَنَّى, َ اَ ْين, َاَيَّان, َمتَى, dan ي
ٌّ َ اseluanya adalah kalimah
isim.
Pembahasan:
Af’alul khomsah dan kedudukan i’robnya
Contoh-contoh:
Kaidah:
Penjelasan:
Kaidah:
Penjelasan:
Kaidah:
Penjelasan:
1) Kedudukan i’rob isim tastniyyah
Contoh-contoh:
Kaidah:
Penjelasan:
Kaidah:
Penjelasan:
Kaidah:
Penjelasan:
Mudlof dan mudlof ilaih
Contoh-contoh:
Kaidah:
Penjelasan:
Kaidah:
Penjelasan:
Kaidah:
Penjelasan:
Tanda-tanda ta’ ta’nist dalam isim
Contoh-contoh:
Kaidah:
Penjelasan:
Kaidah:
Penjelasan:
Isim ‘alam
Contoh-contoh:
Kaidah:
Penjelasan:
Isim ma’rifat dengan alif dan lam (AL)
Contoh-contoh:
Kaidah:
Penjelasan:
Dlomir
Contoh-contoh:
Kaidah:
Penjelasan:
1) Dlomir munfashil
Contoh-contoh:
Kaidah:
Penjelasan:
2) dhomir muttashil
Contoh-contoh:
Kaidah:
Penjelasan:
3) dhomir mustatir
Contoh-contoh:
Kaidah:
Penjelasan:
Isim maushul
Contoh-contoh:
Kaidah:
Penjelasan:
Isim isyaroh
Contoh-contoh:
Kaidah:
Penjelasan:
Naibul fa’il
Contoh-contoh:
Kaidah:
Penjelasan:
Kaidah:
Penjelasan:
Maf’ul muthlaq
Contoh-contoh:
Kaidah:
Penjelasan:
Maf’ul li ajlih
Contoh-contoh:
Kaidah:
Penjelasan:
Kaidah:
Penjelasan: