Anda di halaman 1dari 21

Nahwu wadhih juz 2

Pembagian fi’il pada shohih akhir dan mu’tal akhir


Contoh-contoh:
1. Pemburu telah bertemu hewan buruanya
2. Orang sakit telah memanggil dokter
3. Sorang yang berbuat buruk akan mendapatkan
balasannya

4. Seorang Lelaki telah memuliakan


5. Langit menjadi tenang
6. Musim dingin sudah dekat

7. Muhammad takut pada Tuhannya


8. Saya ingin Ridho kedua orang tua
9. Tukang bangunan membangun masjid

10. Tempat telah menjadi gelap


11. Lampu telah menyala
12. Anak laki-laki sedang mandi
Kaidah:
25. Fi’il mu’tal akhir adalah fi’il yang akhirnya alif, atau
wawu, atau ya’. Dan huruf-huruf ini disebut dengan
huruf ‘illat.
26. Fi’il shohih akhir adalah fi’il yang akhirnya bukan
berupa salah satu huruf ‘illat yang tiga.
Pembahasan:
Kata: ‫ دعا‬،‫ألقي‬، dan ‫ يلقي‬pada 3 contoh pertama semuanya
berupa fi’il, dan akhir setiap fi’ilnya berupa alif karena
pengucapannya dengan alif, dan yang dihitung di sini
adalah pengucapan bukan tulisan. Fi’il ini disebut
dengan fi’il mu’tal akhir.
Dan kata; ‫ تصفو‬،‫سرو‬، dan ‫ يدنو‬pada 3 contoh kedua
semuanya berupa fi’il dan akhir setiap fi’ilnya berupa
wawu, juga disebut dengan fi’il mu’tal akhir.
Dan kata: ‫ أبغي‬,‫خشي‬, dan ‫يبني‬pada 3 contoh ketiga
semuanya berupa fi’il dan akhir setiap fi’ilnya berupa
ya’, juga di sebut dengan fi’il mu’tal akhir.
Dan kata: ‫ إتقد‬،‫أظلم‬، dan ‫ يستحي‬pada 3 contoh terakhir
semuanya berupa fi’il dan akhir setiap fi’il itu bukan
berupa alif, wawu, atau pun ya’, maka di sebut dengan
fi’il shohih akhir.
Mabni dan mu’rob
Contoh-contoh:
1. Dimana rumahmu?
2. Dimana kamu pergi?
3. Kemana kamu berjalan?

4. Tukang daging telah menyembelih domba


5. Tukang daging itu telah menyembelih domba
6. Apakah tukang daging telah menyembelih
domba?

7. Dari tempat mana kamu datang?


8. Saya datang dari rumahku
9. Saya mengambil uang dari bapakku

10. Kapas itu andalan kekayaan di mesir


11. Petani telah menuai kapas
12. Pakaian-pakaian telah dibuat dari kapas

13. Mawar telah layu


14. Saya telah mencium mawar
15. Saya telah melihat mawar

16. Kebun akan berbuah


17. Kebun tidak akan berbuah
18. Kebun itu tidak berbuah
Kaidah:
27. Kalimah (kata) dibagi menjadi 2: ¹kata yang
akhirnya tetap atas bentuk satu dalam semua susunan
disebut juga mabni, dan ²kata yang akhirnya berubah
disebut mu’rob.
28. Huruf itu semuanya mabni, begitu juga fi’il-fi’il
madhi, dan fi’il-fi’il amr.
Pembahasan:

Macam-macam mabni
Contoh-contoh:
1. Berapa banyak kuda di lapangan?
2. Berapa banyak kamu membeli jam tangan mu?
3. Berapa lama lagi kamu bertemu?
4. Udara telah menjadi segar
5. Apakah udaranya segar?
6. Udara itu sungguh telah segar
7. Berdirilah dimana kamu berada
8. Berjalanlah kemana kamu mau
9. Kamu berdiri sekiranya udara sedang bagus
10. Kemarin itu sangat panas
11. Saya telah mengunjungi piramida kemarin
12. Saya telah pergi kemarin ke kastil
Kaidah:
29. hal-hal yng menyertai akhi-akhir kalimah yang
mabni itu ada 4, yaitu sukun, fathah, dhommah, dan
kasroh. Dan dinamakan macam-macam mabni.
30. kata-kata yang menyertai akhir kalimah yang mabni
berupa sukun, atau fathah, ataudhommah, atau kasroh,
dikatakan bahwasanya itu mabni atas sukun, atau
fathah, atau dhommah, atau kasroh.
Pembahasan:

Macam-macam mu’rob
Contoh-contoh:
1. Burung itu sedang terbang
2. Air itu halus
3. Kuda itu liar
4. Saya melihat burung itu sedang terbang
5. Saya meminum air yang halus
6. Kesatria telah mempermainkan kuda
7. Saya melihat kepada burung yang sedang
terbang
8. Ikan akan hidup di dalam air
9. Kesatria telah turun dari kuda
1. Ali menyalakan lampu
2. Tentara sedang merangkak (menyerbu)
3. Pohon-pohon sedang rimbun (tertutup oleh
dedaunan)
4. Ali tidak akan menyalakan lampu
5. Tentara tidak akan merangkak
6. Pohon-pohon tidak akan rimbun
7. Ali tidak menyalakan lampu
8. Tentara tidak merangkak
9. Pohon-pohon tidak rimbun
Kaidah:
31. hal-hal yang muncul di akhir kalimah yang mu’rob
itu ada 4, yaitu rofa’, nashob, jer, dan jazm. Dan
dinamakn macam-macam i’rob.
32. alamat (tanda-tanda) i’rob yang asli itu ada 4, yaitu
dhommah, fathah, kasroh, dan sukun. Dan tanda-tanda
yang lain yang menggantikan tanda asli akan di
sebutkan pada babnya sendiri.
33. rofa’ dan nashob keduanya masuk pada isim dan fi’il,
sedangkan jer itu khusus pada isim, sebagaimana jazm
khusus pada fi’il.
Pembahasan:

Tingkah mabni fi’il madhi


Contoh-contoh:
1. Dingin telah menjadi sangat
2. Debu telah berterbangan
3. Hujan telah turun
4. Anak-anak itu mereka telah bermain
5. para laki-laki itu mereka telah bepergian
6. Para pekerja itu mereka telas lelah
7. Saya telah membuka pintu
8. Saya telah menangkap bola
9. Saya telah mengambil penghargaan
10. Kamu telah jujur dalam perkataanmu
11. Kamu telah adil dalam keputusanmu
12. Kamu telah berbuat baik kepada manusia
13. Para perempuan itu telah belajar merajut
14. Para ibu itu telah memberi makan anak-anak
mereka
15. Para pemudi itu telah menata meja
16. Kita telah pergi ke ladang
17. Kita telah menghirup udara yang segar
18. Kita telah memetik bunga-bunga
Kaidah:
34. fi’il madhi di mabnikan atas fathah kecuali ketika
sambung dengan wawu jama’ maka dimabnikan atas
dhommah, atau ketika sambung dengan ta’ berharokat,
atau nun niswah, atau “‫ ”نا‬yang menunjukkan fa’il, maka
dimabnikan atas sukun.
Pembahasan:

Tingkah mabni fi’il amr


Cntoh-contoh:

Kaidah:
35. fi’il amr dimabnikan atas sukun ketika shohih akhir
dan tidak sambung dengan sesuatu. Begitu juga ketika
sambung dengan nun niswan. Dan dimabnikan atas
fathah ketika sambung dengan nun taukid. Dan
dimabnikan atas membuang huruf ‘illat ketika berupa
fi’il mu’tal akhir. Dan dimabnikan atas membuang nun
ketika sambung dengan alif tatsniyyah atau wawu jama’
atau ya’ mukhothobah.
Pembahasan:

Tingkah mabni fi’il mudhori’


Contoh-contoh:

Kaidah:
36. fi’il mudhori’ dimabnikan atas fathah jika sambung
dengan nun taukid, dan dimabnikan atas sukun jika
sambung dengan nun niswah, dan dii’robi pada selain
hal tersebut diatas.
Pembahasan:

I’rob mahally (yang menempati i’rob)


Contoh-contoh:

Kaidah:
37. ketika kalimah yang mabni jatuh pada tempat-
tempat kedudukan rofa’ atau nashob atau jer atau pun
jazm, maka akhirnya tidak berubah. Dan dikatakan
bahwasanya kalimah itu menduduki kedudukan rofa’
atau nashob atau jer atau jazm menurut kedudukannya
pada jumlah(kalimat).
Pembahasan:

Fi’il mudlori’ mu’tal akhir dan kedudukan i’robnya


Contoh-contoh

Kaidah:
38. fi’il mudlori’ mu’tal akhir dirofa’kan dengan
dhommah yang di kira-kirakan atas alif, wawu, atau ya’.
Dan dinashobkan dengan fathah yang dikira-kirakan
atas alif, dan di tampakkan fathahnya atas wawu atau
ya’. Dan di jazmkan dengan membuang huruf akhir.
Pembahasan:

Isim mu’tal akhir


1) isim maqshur dan kedudukan i’robnya
Contoh-contoh:

Kaidah:
39. isim maqshur adalah setiap isim yang mu’rob yang
akhirnya berupa alif lazimah
40. dikira-kirakan atas akhirnya isim maqshur berupa
harokat i’rob yang tiga.
Pembahasan:

2) isim manqush dan kedudukan i’robnya


Contoh-contoh:

Kaidah:
41. isim manqush adalah setiap isim yang mu’rob yang
akhirnya berupa ya’ lazimah yang huruf sebelumnya
dikasrohkan.
42. dikira-kirakan berupa dhommah dan kasroh atas
akhir isim manqush pada kedudukan rofa’ dan jer.
Adapun pada kedudukan nashob, maka tandanya
dengan fathah tampak atas huruf akhirnya.
Pembahasan:

Nashobnya fi’il mudlori’ dengan ْ‫ اَن‬mudhmaroh


1) setelah lam ta’lil
Contoh-contoh:

Kaidah:
43. fi’il mudlori’ dinashobkan dengan ْ‫ اَن‬mudlmaroh
jawaz setelah lam ta’lil.
Pembahasan:

2) setelah lam juhud


Contoh-contoh:

Kaidah:
44. fi’il mudlori’ dinashobkan dengan ْ‫ اَن‬mudlmaroh
wujub setelah lam juhud.
Pembahasan:

3) Setelah ‫اَ ْو‬


Contoh-contoh:

Kaidah:
45. fi’il mudlori’ dinashobkan dengan ْ‫ اَن‬mudlmaroh
jawaz setelah “ ‫ “ اَ ْو‬yang mempunyai arti ‫اِلَى‬
(hasil/tujuan) atau ‫( اِاَّل‬pengecualian).
Pembahasan:

4) setelah ‫َح َّتى‬


Contoh-contoh:
Kaidah:
46. fi’il mudlori’ dinashobkan dengan ْ‫اَن‬
Pembahasan:

5) setelah fa’ sababiyah


Contoh-contoh:

Kaoidah:
47. fi’il mudlori’ dinashobkan dengan ْ‫ اَن‬mudlmaroh
wujub setelah fa’ sababiyyah (yang menunjukkkan sebab
musabab) yang didahului dengan nafi (kata peniadaan)
atau tholab (kata perintah).
Pembahasan:

6) setelah wawu ma’iyyah


Contoh-contoh:

Kaidah:
48. fi’il mudlori’ dinashobkan dengan ْ‫ اَن‬mudlmaroh
wujub setelah wawu ma’iyyah (yang menunjukkkan
penyertaan) yang didahului dengan nafi (kata
peniadaan) atau tholab (kata perintah).
Penjelasan:

Beberapa kedudukan Jazmnya fi’il mudlori’


1) adat-adat yang menjazmkan satu fi’il mudlori’
Contoh-contoh:

Kaidah:
49. adat-adat yang menjazmkan satu fi’il mudlori’ yaitu:
‫ لَ َّما‬dan ‫اَل ْم ااْل َ ْم ِر‬. Yang pertama bermakna nafi (peniadaan)
seperti ‫لَ ْم‬, tapi nafi dengan ‫ لَ ْم‬tidak terus menerus kepada
waktu berbicara. Dan yang kedua menjadikan fi’’’il
mudlori’ bermakna untuk perintah.
Penjelasan:

2) adat-adat yang menjazmkan dua fi’il mudlori’


Contoh-contoh:

Kaidah:
51. adat-adat yang menjazmkan dua fi’il mudlori’ ada 12,
yaitu: ‫ اِ ْذ َما‬,‫( اِ ْن‬keduanya adalah kalimah huruf), ,‫ َم ْه َما‬,‫ َما‬,‫َم ْن‬
‫ َك ْيفَ َما‬,‫ َح ْيثُ َما‬,‫ اَنَّى‬, َ‫ اَ ْين‬, َ‫اَيَّان‬, ‫ َمتَى‬, dan ‫ي‬
ٌّ َ‫ ا‬seluanya adalah kalimah
isim.
Pembahasan:
Af’alul khomsah dan kedudukan i’robnya
Contoh-contoh:

Kaidah:

Penjelasan:

Pembagian isim menjadi mufrod, tastniyah, dan jama’


Contoh-contoh:

Kaidah:

Penjelasan:

Pembagian isim jam’


Contoh-contoh:

Kaidah:

Penjelasan:
1) Kedudukan i’rob isim tastniyyah
Contoh-contoh:

Kaidah:

Penjelasan:

2) kedudukan i’rob jama’ mudzakkar salim


Contoh-contoh:

Kaidah:

Penjelasan:

3) Kedudukan i’rob jama’ muannast salim


Contoh-contoh:

Kaidah:

Penjelasan:
Mudlof dan mudlof ilaih
Contoh-contoh:

Kaidah:

Penjelasan:

Asmaul khomsah dan kedudukan i’robnya


Contoh-contoh:

Kaidah:

Penjelasan:

Tanda-tanda ta’ ta’nist dalam fi’il


Contoh-contoh:

Kaidah:

Penjelasan:
Tanda-tanda ta’ ta’nist dalam isim
Contoh-contoh:

Kaidah:

Penjelasan:

Isim nakiroh dan isim ma’rifat


Contoh-contoh:

Kaidah:

Penjelasan:

Isim ‘alam
Contoh-contoh:

Kaidah:

Penjelasan:
Isim ma’rifat dengan alif dan lam (AL)
Contoh-contoh:

Kaidah:

Penjelasan:

Dlomir
Contoh-contoh:

Kaidah:

Penjelasan:

1) Dlomir munfashil
Contoh-contoh:

Kaidah:

Penjelasan:
2) dhomir muttashil
Contoh-contoh:

Kaidah:

Penjelasan:

3) dhomir mustatir
Contoh-contoh:

Kaidah:

Penjelasan:

Isim maushul
Contoh-contoh:

Kaidah:

Penjelasan:
Isim isyaroh
Contoh-contoh:

Kaidah:

Penjelasan:

Naibul fa’il
Contoh-contoh:

Kaidah:

Penjelasan:

Fi’il-fi’il yang menunjukkan makna terus menerus dan “


‫” َمادَا َم‬
Contoh-contoh:

Kaidah:

Penjelasan:
Maf’ul muthlaq
Contoh-contoh:

Kaidah:

Penjelasan:

Maf’ul li ajlih
Contoh-contoh:

Kaidah:

Penjelasan:

Dhorof zaman dan dhorof makaan


Contoh-contoh:

Kaidah:

Penjelasan:

Anda mungkin juga menyukai