Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN

PELAKSANAAN PELATIHAN DAN WORKSHOP


CSSD TINGKAT DASAR
MALANG, 4 - 7 APRIL 2019

Oleh :

NUNUN SUSANTI ASIHING PERTIWI, S.E.

RUMAH SAKIT GRIYA HUSADA


JL. MAYJEND PANJAITAN NO. 22 MADIUN
LAPORAN KEGIATAN PELAKSANAAN

PELATIHAN DAN WORKSHOP

CSSD TINGKAT DASAR

MALANG, 4 - 7 APRIL 2019


Nama kegiatan : Pelatihan dan workshop CSSD tingkat dasar
Tanggal Pelaksanaan : 04 -07 April 2019
Tempat : Hall The Balava Hotel – Jl Kolonel Sugiono No. 6 Malang
Penyelenggara : Himpunan Sterilisasi Sentral Indonesia ( HISSI ) Jawa Timur
Pembicara / Narasumber :- Ali Syamlan Apt., S.E, MARS ( Ketua HISSI Pusat )
- Dra. Sri Oenfinarni, Apt. ( Ketua HISSI Jatim )
- S.U. Ernawati, SKM, MM ( RSSA Malang )
- Lilies Prihaningsih S.Kep, Ns ( CSSD RSUD Sidoarjo )
- Dr. Dewi Santosaningsih, Mkes, PhD ( RSSA Malang )
- Suwardi S. Kep, Ns ( CSSD RS. Semen Gresik )
- Dyah Ayu C.M. farm., Apt. (CSSD RSUD dr.Soetomo Sby)
- Dr.Cecilia Widijati Imam,MMRS( RS.Panti Nirmala Malang)
- Ammar Widitaputra S. farm., Apt (CSSD dr. Soetomo Sby )
- Erwin Santosa S. kep, Ns ( CSSD RS Panti Nirmala Malang )
- Azwar Hamid, ST., M.KKK ( RSSA Malang )

MATERI PELATIHAN
1. Regulasi dan Standar Pelayanan CSSD
- Kebijakan sterilisasi sentral di rumah sakit.
- Alur Proses Sterilisasi : One way flow, mencegah kontaminasi, membedakan area
kotor dan area bersih, barrier fisik / dinding untuk memisahkan area fungsional ( area
kotor, area bersih dan area penyimpanan steril.)
- Penjaminan mutu yaitu semua langkah pemrosesan peralatan ( dekontamination
cycle adalah krusial ) dan kesalahan pada salah satu langkah siklus dekontaminasi
dapat mengakibatkan cacat/infeksi, membahayakan pasien, membahayakan petugas,
menaikkan biaya( biaya tinggi ).
- Mengacu pada peraturan Menteri Kesehatan No. 27 tahun 2017
Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
• Pembersihan Awal (pre-cleaning): Proses yang membuat benda mati
lebih aman untuk ditangani oleh petugas sebelum di bersihkan
(umpamanya menginaktivasi HBV, HBC, dan HIV) dan mengurangi,
tapi tidak menghilangkan, jumlah mikroorganisme yang
mengkontaminasi.
• Pembersihan: Proses yang secara fisik membuang semua kotoran,
darah, atau cairan tubuh lainnya dari permukaan benda mati ataupun
membuang sejumlah mikroorganisme untuk mengurangi risiko bagi
mereka yang menyentuh kulit atau menangani objek tersebut. Proses
ini adalah terdiri dari mencuci sepenuhnya dengan sabun atau
detergen dan air atau menggunakan enzim, membilas dengan air
bersih, dan mengeringkan.
• Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT): Proses menghilangkan semua
mikroorganisme, kecuali beberapa endospora bakterial dari
objek,dengan merebus, menguapkan atau memakai disinfektan
kimiawi.
• Sterilisasi: Proses menghilangkan semua mikroorganisme (bakteria,
virus, fungi dan parasit) termasuk endospora menggunakan uap
tekanan tinggi (otoklaf), panas kering (oven), sterilisasi kimiawi, atau
radiasi.
2. Bangunan, mesin dan SDM di CSSD
Ruang sterilisasi harus terpusat dan memiliki 3 akses terpisah yang tidak boleh
bersilangan, akses tersebut meliputi : akses barang kotor, akses barang bersih dan
akses distribusi barang steril. Letak ruang sterilisasi terpusat harus direncanakan
dengan mempertimbangkan keselamatan dan keamanan struktur bangunan. Ventilasi
di ruang sterilisasi harus tersaring dan terkontrol.
Mengenai fasilitas minimal yang ada di ruang sterilisasi antara lain :
1) Washtafel
2) Washer Desinfector
3) Autoclave
4) Cutting dan sealer
5) Rak Penyimpanan
6) Kontainer instrumen
7) Eyewash
8) Termohygrometer
Disamping fasilitas yang mendukung kinerja CSSD seperti drying, mesin RO atau
plasma.
Mengenai sumber daya manusia ( SDM ) yang ada di ruang sterilisasi haruslah staff
yang terlatih, kompeten, dan berkomitmen untuk “ melakukan apa yang benar di
setiap langkah”. Ini berarti memastikan bahwa pintasan tidak diambil dan bahwa
proses dan praktik di patuhi secara konsisten.”Tidak direkomendasikan bahwa staf
rumah tangga terlibat dalam pembersihan peralatan medis kecuali mereka telah
dilatih dan disertifikasi dan dipindahkan ke struktur kepegawaian SSD”
( WHO, 2016 ).
3. Mikrobiologi Dasar dan Pencegahan Baku di CSSD
Mikroorganisme adalah makhluk hidup dengan ukuran sangat kecil, hanya dapat
dilihat dengan mikroskop. Jenis mikroorganisme : virus, bakteri, jamur, parasit
Sterilisasi adalah suatu proses yang merusak semua jenis mikroorganisme
menggunakan steam under pressure ( autoclave ), dry heat ( pemanasan kering ), ETO
( Ethylene oxide ) gas, sterilisasi suhu rendah (hidrogen perokxide gas plasma) dan
liquid chemical.
Pemantauan proses sterilisasi dilakukan secara fisik ( suhu dan tekanan ), kimiawi (
penetrasi uap ), biologi dalam hal ini memakai indikator biologi dimana akan terlihat
apakah proses sterilisasi berfungsi baik sesuai yang diinginkan.
Pemantauan kualitas sterilisasi dilakukan dengan pemeriksaan mikrobiologi rutin
yang membuktikan bahwa semua mikroorganisme telah mengalami kerusakan /
tereliminasi. Atau dengan Konsep steril yaitu bebas mikroorganisme dari setiap item
yang telah dilakukan sterilisasi. SAL ( Sterilization Assurance Level ) yaitu peluang
adanya satu mikroorganisme ( bentuk spora ) yang bertahan hidup pada suatu material
setelah proses sterilisasi. 1spora bertahan hidup dari 1 juta spora =10 .Sal sangat
rendah berarti proses sterilisasi sangat efektif.
4. Material, Tipe Instrumen dan Tehnik pemeliharaan Instrumen
Instrumen adalah aset utama dan menunjukkan angka yang besar pada pembelanjaan
total rumah sakit. Pemeliharaan instrumen bermaksud untuk menjaga semua
instrumen yang dimiliki agar bisa berfungsi dengan baik pada saat digunakan dan
dapat berumur lebih lama.Instrumen bedah adalah instrumen yang tahan karat bukan
instrumen yang tidak bisa berkarat, dan penyebab korosif pada instrumen dipengaruhi
oleh faktor – faktor seperti pH air, bahan kimia yang dipakai dan cairan tubuh
manusia.
Prinsip dasar pemeliharaan instrumen adalah :
1) Segera bersihkan instrumen setelah digunakan
2) Untuk pencucian mekanis biarkan mendingin ke suhu ruangan untuk mencegah
resiko abrasi metal terkait fretting corrosion
3) Selalu lumasi instrumen sebelum uji fungsi, lumasi secara manual ke permukaan
sambungan saja
4) Ulangi buka tutup instrumen untuk memastikan pelumas menyebar ke seluruh
bagian sambungan.

5. Setting, pengemasan dan labelling di CSSD


Tujuan dari setting adalah memastikan bahwa semua alat telah lengkap, terakit
sempurna, tertata rapi dan tepat di baki/tray yang menjamin kemudahan penggunaan
oleh user.
Tujuan dari pengemasan adalah :
1) Menjamin mutu hasil sterilisasi
2) Aman dalam proses sterilisasi
3) Aman dalam penyimpanan steril
4) Aman dalam distribusi steril
5) Mudah digunakan / dibuka secara aseptik
Dijelaskan juga tentang prinsip dasar pengemasan, kriteria pemilihan pengemas
dan teknik pengemasan.
Sedangkan tujuan dari labeling adalah :
1) Memudahkan identifikasi barang
2) Menghindari tertukar instrumen
3) Memberikan informasi proses sterilisasi
4) Memudahkan recall instrumen
5) Memudahkan pemantauan ED
6) Memberikan informasi pengguna dan operator yang menangani
Dijelaskan juga isi label, cara labeling ( manual atau komputerisasi ) dan hal-
hal yang perlu diperhatikan dalam packing dan labeling.

6. Metode sterilisasi di CSSD


Proses sterilisasi harus dilakukan pada peralatan kritis ( peralatan yang menembus
sistem vaskuler atau mengenai jaringan steril ) dan apabila dimungkinkan pada
peralatan semi kritis. Penentuan metode sterilisasi sangat penting ( tidak merusak
instrumen, tetap fungsional, aman kepada pasien dan tetap mencapai kondisi steril.
Jenis bahan dan desain instrumen/alkes. Sebagian besar instrumen alkes di rumah
sakit terbuat dari bahan yang tahan panas, sehingga dapat disterilkan dengan panas
atau sterilisasi uap. Untuk instrumen yang tidak tahan panas disterilkan dengan
menggunakan bahan kimia atau sterilisasi suhu rendah. Tingkatan bioburden
( kebersihan ) sebelum proses sterilisasi juga menjadi pertimbangan dalam
menentukan metode sterilisasi yang dipilih.

7. Monitoring dan evaluasi proses sterilisasi di CSSD


Tujuan Quality Kontrol adalah untuk
1) Melindungi pasien dari : infeksi, reaksi toxic, reaksi alergi, reaksi pyrogenic.
2) Melindungi staff dari : Kontaminasi produk pembedahan atau prosedur yang
menempel pada instrument, tertusuk benda atau material tajam, cairan disinfeksi
ataupun B3, injuri/trauma, menurunkan stress.
Audit / monitoring perlu dilakukan karena ketidaktepatan penanganan di tempat
pengguna meningkatkan resiko paparan terhadap staff yang akan melakukan
reprocessing.
Lakukan audit meliputi :
1). Kepatuhan staff dalam penggunaan APD
2) Penghilangan kotoran di point of use
3) Penggunaan yang tepat wadah yang kuat, tertutup, tidak mudah robek atau tertusuk
di tempat pengguna
4) Disposable benda tajam dan sampah ( pisau, jarum ) dipisahkan di tempat
pengguna
5) Wadah untuk penanganan diberikan label ( biohazard )
6) Wadah untuk penampungan cairan tubuh (seperti suction ) harus terlindungi untuk
mencegah terjadinya tumpahan
7) Hindari perendaman memanjang dan penggunaan saline
8) Penggunaan enzym spray disarankan untuk instrument atau peralatan yang tidak
segera dilakukan penanganan di CSSD, jika tidak tersedia, handuk atau linen yang
dilembabkan dengan enzymatik
9) Gunakanlah larutan deterjent atau enzyme untuk pembersihan, tidak
direkomendasikan penggunaan disinfektan/antimicrobial pada proses pembersihan.

8. Kontribusi CSSD dalam Menunjang akreditasi Rumah sakit


INSTRUMEN SNARS ed.1
PERALATAN MEDIS DAN ALAT KESEHATAN HABIS PAKAI (STD PPI 7):
- RS melakukan asesmen risiko thd kegiatan penunjang yang harus mengikuti
prinsip PPI serta melaksanakan strategi menurunkan risiko infeksi, namun tidak
terbatas pada:
1) Sterilisasi alat
2) Pengelolaan linen/londri
3) Pengelolaan sampah
4) Penyediaan makanan
5) Kamar jenasah
STD 7 PPI
• Std 7.1 EP 2
– Ada bukti tentang daftar daftar risiko infeksi pada prosedur
dan proses sterilisasi
• Std. 7.2
– Regulasi Pelayanan sterilisasi termasuk desinfeksi
– Alur / denah ruang CSSD: alur dekontaminasi – precleaning
– cleaning – desinfeksi - sterilisasi
– Daftar inventaris alat di unit sterilisasi
– Rapat koordinasi pelayanan sterilisasi dan desinfeksi di luar
unit sterilisasi
– Bukti supervisi sterilisasi (form ceklis, bukti pelaksanaan
supervisi)

9. Proses pembersihan dan disinfeksi di CSSD

Pembersihan Mekanis
 Ultrasonik washer direkomendasikan untuk instrumen yang memiliki rongga,
celah, lumen dan area yang sulit untuk dibersihkan.
 Washer disinfector direkomendasikan untuk semua instrumen yang tahan
terhadap pembersihan mekanis untuk mendapatkan paparan pembersihan yang
baik dan mengurangi resiko paparan pada petugas CSSD.
 Konsistensi, standar yang lebih tinggi, tervalidasi, perlindungan petugas
10. Reprocessing re use single use device
Kriteria
a. High risk, dimana penggunaan alat tersebut memang merupakan alat yang harus
dipergunakan untuk pelayanan pasien
b. High cost, dimana harga alat sangat mahal dan perlu ada upaya menurunkan biaya
pelayanan pasien
c.High volume, dimana jumlah penggunaan alat tersebut sangat tinggi sehingga jumlah
stok yang ada tidak mencukupi jumlah tindakan yang diperlukan
d. Alat yang jarang atau atau baru dan sulit didapatkan.
Formulir harus selalu dilampirkan beserta alat single use yang di re-use. Berikut adalah
contoh formulir di RS dr. Soetomo Surabaya :

FORMULIR MONITORING DAN EVALUASI, REUSE ALAT SINGLE USE


INSTALASI STERILISASI DAN BINATU, EXT. 1810, 1817
NAMA ALAT :
TIPE : CARA REUSE :
NOMOR LOT : MAKSIMAL REUSE :

TGL REUSE KODE PASIEN KONDIS DOKTER/ PETUGA KET


KE WARNA I ALAT PERAWAT S CSSD

11. Penyimpanan dan Distribusi Produk CSSD


Tujuan penyimpanan :
 Menjaga sterilisasi alat &
bahan habis pakai yg sudah
disterilkan
 Memudahkan dlm pencarian
sehingga mempercepat
pelayanan
 Mencegah dari kontaminasi
 Mencegah dari kerusakan
 Mencegah dari kehilangan

Standar fasilitas untuk ruang penyimpanan :

 Suhu ruangan antara 18-22°C


(21-30°C)
 Kelembaban udara 35-75%
 Dinding & lantai dari bahan yghalus, kuat sehingga mudah dibersihkan atau
dgnmenggunakan cat epoxy & tidakbersudut sehingga lantai tidak ada tempat
penimbunan debu &sarang bakteri
 Jumlah koloni max 200 kol
 Jumlah partikel udara < 0,15 mg/m3
 Kebisingan max 60 Db.A
 Pencahayaan min 100 Lux
 Alat steril disimpan pd jarak
- 19-24 cm dari lantai
- min 43 cm dari langit-langit
- 5 cm dari dinding
 Petugas hrs terlatih, memahami konsep pencegahan & pengendalian infeksi
(mempunyai personal hygiene yg baik)
 Dekat mesin sterilisator
 Mesin punya 2 pintu
 Jauh dari lalu lintas utama
 Area paling ujung langsung berhubungan dgn ruang pendistribusian
 Akses terbatas

 Pendistribusian berdasarkan permintaan / peminjaman alat / BMHP dari unit pelayanan


dgn dilengkapi formulir
 Penyerahan alat steril di ruang distribusi melalui pass box
 Petugas CSSD & petugas unit pelayanan menandatangani formulir peminjaman alat /
permintaan BMHP (sebagai bukti)
 Petugas CSSD harus mencatat semua alat / BMHP yg didistribusikan pd buku laporan
kegiatan pelayanan CSSD.
 Ruang distribusi lokasinya harus berdekatan / menyatu dgn penyimpanan steril
 Petugas CSSD & unit pelayanan pd saat serah terima alat steril / BMHP bersama sama
memeriksa : Kesesuaian nama, kode dan jumlah alat pd label/etiket kemasan. Secara
visual pastikan label tercantum baik apabila sudah keluar dari area loket penerimaan steril
( menjadi tanggung jawab unit pelayanan yg pinjam alat tsb). Label/etiket yg ada pd
setiap kemasan tidak boleh dibuang.

12. Penetapan Shelf life dan kebijakan Recall di CSSD


Shelf life adalah waktu maksimum yang diberikan pada suatu produk steril yang masih
dianggap memenuhi syarat sterilitas.
Penandaan pada kemasan :
Selain mencantumkan informasi lain agar mampu telusur, maka dikemasan ditulis :
– Tanggal produksi
– Tanggal Kadaluarsa
Cara mempertahankan sterilitas :
1. Kualitas pengemas sebagai barrier
2. Kondisi dan iklim penyimpanan
3. Kondisi pengiriman
4. Kondisi penanganan
Recall : adalah proses penarikan kembali produk yang telah didistribusikan disebabkan
terjadinya/ditemukannya kesalahan selama pemrosesan.
(tidak terpenuhinya indikator mutu yang dipersyaratkan misalnya hasilBI positif)
Kebijakan Recall :
1. Kebijakan dan prosedur tertulis untuk recall produk yang sudah didistribusikan atau
disimpan harus dibuat bersama dengan komite PPI & Manajemen risiko
2. Kebijakan dan prosedur harus di dokumentasikan dan dokumen harus dipelihara
3. Penerapan prosedur recall harus diketahui dan dipahami semua unit atau departemen
yang terlibat

Prosedur Recall harus :


–Tertulis
–Kondisi atau keadaan yang menyebabkan recall
–Penetapan petugas yang bertanggung untuk menetapkan recall
–Penetapan petugas yang bertanggung jawab untuk melaporan tindakan recall

Laporan recall harus mencantumkan:


– Identifikasi keadaan yang menyebabkan recall
– Penetapan tindakan korektif untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama
– Menetapkan jumlah produk yang di recall dan persentase jumlah produk yang di recall
– Melakukan verifikasi untuk tindaklanjut produk yang di recall, apakah akan diolah
kembali atau dimusnahkan

Hasil kegiatan :

1. Fotocopy Materi
2. Flasdisk
3. Sertifikat ( terlampir)

Hal – hal yang akan ditingkatkan sehubungan dengan pelatihan ini bagi RS Griya Husada
Madiun :

1. Sterilisasi di rumah sakit griya husada belum menjadi sterilisasi sentral ( CSSD ) tetapi
masih merupakan Sub unit Sterilisasi dikarenakan masih banyak faktor-faktor yang
menjadikannya belum mampu tersentral ( seperti : ruang yang sempit, fasilitas dan SDM
yang terbatas dan belum cukup kompeten untuk menghafal dan menata peralatan medis ).
2. Untuk sarana bangunan di ruang sterilisasi di rumah sakit griya husada sudah memiliki 3
akses ruang yaitu ruang kotor, ruang bersih dan ruang steril. Namun untuk ruang
penyimpanan steril masih terlalu sempit dan suhu di ruang tersebut masih belum sesuai
standar ruang penyimpanan ( 21-30 C )
3. Untuk menjadikan sub unit sterilisasi menjadi sentral sterilisasi (CSSD ) di rumah sakit
griya husada masih banyak kekurangan fasilitas yang belum memadai seperti mesin
autoclave yang masih basah, tidak adanya washer desinfector, cutting, drying, mesin RO
dan plasma. Semua masih dikerjakan manual dan perlu ketrampilan khusus untuk
menyiasati alat yang masih sederhana sehingga masih dibutuhkan bantuan dari petugas
ruangan untuk menyiapkan dan mensetting peralatan medis yang akan disteril.
4. Untuk menjadikan sub unit sterilisasi menjadi sentral sterilisasi dibutuhkan beberapa
formulir – formulir yang berkaitan dengan keterangan mengenai isi dari baki / tray yang
berisi set peralatan medis yang disteril, sehingga formulir – formulir tersebut harus
disiapkan terlebih dahulu dan tentunya menambah biaya tersendiri.

Madiun, 15 April 2019


Peserta
Ka. Sub. Busana / Linen
RS. Griya Husada Madiun

Nunun Susanti Asihing P, SE.

Anda mungkin juga menyukai