Anda di halaman 1dari 11

MEDIA

LITBANG KESEHATAN

Terakreditasi B, SK No. 11 3/Akred-LlPl/P2MBll10l2007

Diterbitkan Oleh :
Departemen Kesehatan Rl
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Jalan Percetakan Negara 29
JAKARTA 10560
MEDIA PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN KESEHATAN

DAFTAR ISI

ARTIKEL
A. Review

.,Dengue IgG/IgM Antibodi Rapid Test" (IR-l13c) Sebagai Perangkat


Diagnostik Cepat Demam Berdarah Dengue
(Basundari Sri Utami, Sekar Tuti, Harli Novriani)

2. peningkatan Aspek Pengetahuan dan Perilaku Anak Sekolah Dasar/Madrasah


Ibtidaiyah Melaiui Komil Buski pada Tiga Desa Endemis Fasciolopsis buski di
Kabupaten Hulu Sungai Utara, Tahun 2003
(Anorital, Kasnodihardio, Rita M. Dewi, Sahat Ompusunggu)

3. Hubungan Perilaku Merokok, Aktivitas Fisik dan Polusi Udara Indoor dengan I6
Penyakit Asma Pada Usia > l5 Tahun
(Analisis Data Susenas 2004 & SKRT 2004)
(Dwi Hapsari 7., Puti Sari H., Supraptini)

Ujicoba Modul Penyuluhan Tentang Pencegahan Kecelakaan Rumah Tangga 25


Pada Penduduk Pra usia Lanjut dan usia Lanjut di Kabupaten Sleman

(Mulyono Notosiswoyo, Sudibyo Supardi)

B. Kajian

JJ
Stunting Atau Pendek:
Awal perubahan Patologis Atau Adaptasi Karena Perubahan Sosial Ekonomi
Yang Berkepanjangan?
(Herman Sudiman)

Pemeriksaan Laboratorium Untuk Mendiagnosis Penyakit Leptospirosrs


(I Made Setiawan)
ARTIKEL

HUBUNGAN PERILAKIJ MEROKOK, AK'IIVITAS FISIK


DAN POLUSI UDARA I]VDOOR
DENGAN PENYAKIT ASMA PADA TISIA 15 TAHUI\
(ANALTSTS DATA SUSET{AS 2004 & SKRT 2004\
Dwi Hapsari T.,x Puti Sari H.,* Supraptini*

Abstrak
Lingkungan dan perilaku ditenggttrai sebagai fuktor yang paling berperan dalam nrcnyebabkun
penyakt asma. Stttdi ini bertuiuan tuiuk mertgetahui huburtgan- /aktor-faktor lingkungun se[]ent
perilaku merokok, aktivitas jisik, letak rumah, polLrsi udarLt, luas lantai rumqh, termasik status ekonami
daerah tempat tinggal dan ienis kelanin dengan kejatlian penyakit asma. It,Ienggunakan subset data
yang merupakan hasil merge data Susenas 2004 dan SKRT 2004, studi ini menganalisis
faktor-faktor
risiko terhadap penyalat asma dengan menggunakan model logistic regression. Hasil analtsis
menunjukkan dari seluruh responden terpilih berusia I5 tahun ke atqs yang mentadi santpel ditemut
prevalensi asma sebesar 5 persen. Perilaku merokok don polusi udaru di-dalam rurnah merupakan
faktor yang dominan berpengaruh terhadap kejadian penyakit asma. Menggunakarr 95%o U, hasit
menury'ukkan bahwa responden yang mantan perokok berisiko 1,94 kati meniirita asma dibandingkan
yang tidak merokok' namun pola yang sama tidak ditemtkan pada mereka yang masth merokctk
atatt
perokok pasif Di samping itu, responden yang terpapar polu,si tli dalam ,riroi, seperti palu,si
akibat
penggunaan kayu sebagai bahan bakar untuk memasak dan penggunattn bahan kiinin tjahm
rtimah,
kemungkinan menderita asma I,44 kati tebih besar dartpali-'
1,ang tulak terpapar. Diperlukan
peningkatan pengetahuan melalui penyuluhan ientang bahotct nrcrokik ptula dalnm rumal
mttupttp
tempat-tempat umum pada anggotu rumdh runggcr usto z 15 tahtin, dan penguatan
kebilinan
pengendalian rokok, termasttk intervensi dqlam masalah indoor air pollution.

Kata kunci: perilaku merokok, ahivitas Jistk, polusi udara, asrna

Pendahuluan industrialisasi ataupun urbanrsasi nrenyebabkan


ada awal tahun 1999 untuk pembangunan terjadinya pencemaran lingkungan, salah satunya
I polusi udara, yang mengakibatkan
kesehatan di Indonesia telah dicanangkan penyakit
fr
.l visi baru yang berupa motto "lrrd<-rnesia saluran pernapasan.
Sehat (IS) 2010" IS 2010 yang kita trarapkan Nlenui"ur WHO (2000) sekitar satl rnilj,ar
adalah keadaan di mana bangsa Intlonesia hidrrp penduduk, terurama wanita dan anak-auak
sehat dalam lingkungan yang baik, berperilaku terp;inar pencemaratl udara di dalam ruangan
hidup sehat, dan Capat menjangkau mcmilih sena dengrn tingkat 100 kali letrih tinggi dari arnbang
menggunakan sarana pelayanan kesehatan secara batas yang telatr ditetapkan.l Beberapa penelitian
adil dan merata, sehingga bangsa lndonesia luga rnenunjukkan bahwa polusi udara dapat
memilikr derajat kesehatan yang optimal. meningkatkan insiden penyakrt saluran pernapas-
Lingkungan yang baik drtandai tlerrgan an. Di negara-negara berkembang, seperti
keadaan lingkungan fisik, biologi, sosial yang Indorresia, penyakit saluran pernapasan seperti
sehat, bebas dari faktor-faktor yang dapat asrna berhuburgan dengan polusi udara akibat
menyebabkan penyakit. Namun, akibat dari kcndaraarr bermotrtr.2 Serneniara Hu et ql.,
bertambahnya iumlah penduduk, transportasi dan rnelaporkan bahri'a kelembaban di dalam rumah

+ Peneliti di Puslitbang Ekologi dan Status Kcseharan Ba.:arr L it,cnnskes

l6
ierhubuugan dengatt penyakit -asma yang di- nomi dan luas lantai dalanr lunrali Klruslis ultutr.
Di sarnping iru,
Cragnosis oleh tenaga kesehatan.' variabel aslna, daerah tcfrlpat trrrggal dan
oerilaku tnerokok dikenal sebagai salah satu karakteristik respondeu dianrbrl da''j rlata SKRI
taktor risiko yang berhubungan dengan penyakit 2004, sedang variabel lainuva diambrl daii data
sistem pemapasan.o Pada anak, asap rokok di Susenas 2004.
lalarn rurnah merupakan faktor risiko terhadap Dalam kajiarr ini, reslrondei, dianggap
asnrat dan kor,rbinasi antara kelembaban di dalam metnpunyai penyakit asilla iika pada saat
rLrnrah dan keterpaparan dengan asap rokok dapat wawancara melaporkan perntrh ditliagrosrs uren-
nreningkatkan risiko tersebut." Pada orang
derita penl'akit asma oleh petrrgiis kcschatan ataLi
dervasa, asap rokok di dalam rumah juga pentah mengalami gejala bahrk darr sesak napas.
berhubrurgan _ dengan tneningkatnya risiko Sedang perilaku merokok drbagi mcnladi tidak
terhadap astna.' merokok, inantan, perokok aktif dau pasif.
Berdasarkan Sttsenas 200'1, sebesar 35'/o Klasifikasi perokok aktif dibuat dengan ureng-
penduduk usia ) 15 tahun adalah perokok. Dari gaburgkan variabel merokok tiap hari dengan
irunlah tersebut, 6496 biasa merokok di dalam jurnlah: l0 batang/hari Sedang klasitlkasi
ruurah ketika bersama dettgan anggota ruurah perokok pasif dibuat dengan r.nenggabungkan
tangga yang lairt.8 variabel tidak nrerokok dau urautan perokok
dengan adanya allggota dalam rumah tangga yang
Sedangkau uretturttt SKRT' 2004. prevalensi
penyakit aslna sebesar 4ozi, berdasarkan diagnosis
merokok. Aktivitas fisik ditcrrtukan dari jenis
kegiatan lisik yang dilakukan urdividu setiap hari
terlaga kesehatan, sedang menurut persepsl
dalarn satu rninggu terakhir yalg dikategorikan
peuderita sendiri berdasarkatt tanda dan gejala
dalam dua klasifikasi yaitu aktif dan tidak aktifl
ang rnereka rasakan, prevalensi tersebut lebih
Klasitikasi aktif jika responden melakukan
r
besar yaitu sekitar 6% dalam satu tahun terakhir.r0
aktivitas fisik baik berat, atau sedang atau ringan
Tidak ada data spesifik ureugeuai astlla
tiap hari dalam seminggu dalaur r,vaktu nrinimal
sebelumnya. Suseuas 200I menuniuk-lian terdapat
150 menit/hari. Jika aktivitas fisik tidak tiap harr
40% penduduk (setnua untur) yang melaporkan
dan tidak mencapai 150 urenit/hari rnaka dianggap
keluhan batuk sedangkan 1Yo meugeluhkan sesak
tidak aktif. Polusi udara indoor ditandai dengan
napas. Sedangkan SKRT 2001 melaporkan infeksi
penggunaau bahan bakar kayu untuk memasak
saluran napas kronik (J40-J99 berdasarkan ICD
l0) rurtuk selllua golongan nurur sebesar l0 dan penggunaan bahan kimia dalarn rumah
persen. Merladi menarik untuk dikaji rnengettai
tangga, misalnya pemutih pakaran, pengharurn
rtrangalr, deodorant spra)t i)lv:u racun serangga.
prevalensi penyakit aslna dan bagaimana
gambarau penduduk yang menderita penyakit Untuk status ekonorni dibagr ureniadi tinggi dan
rendah, di mana status ekonon.ri tinggi l aitu
tersebut dan kaitannya deugan faktor-faktor yang
rumalr tangga yang junlah pengeluaran rata-rata
meurpeuganrhin-va pada penduduk usia l-5 taltun
perbulan berada di quintile 4 dan 5, sedaug rendah
ke atas di Indonesia,
dibennrk dari gabuugan mrnah tangga yarg
jumlah rata-rata pengeluarannya berada pada
Bahan dan Cara quintile I sampai dengan 3.
Studi ini merupakan analisis lanlut terhadap Analisis data dilakukan dengan anahsis
data SI(RT 2004 yang sudah digabvrg (merge) urivariat untuk melihat gambaran distribusi
dengan Susenas 2004 yang membahas secara frekuensi dau besaruya proporsi masing-masing
spesifik prevalensi penyakit asma. variabel. Untuk mengetahui tingkat kemaknaan
dan hubungan antara variabel dependen dan
Variabel vang diteliti dan diduga memiliki
independen digunakan chi-se1ucu"e rest. Selarlut-
hubungan dengan penyakit asma yaitu daerah
nya analisis logistik regresi digunakan untuk
telnpat tinggal, jenis kelamin, perilaku urerokok,
rnengetahui variabel yang paling dorninan dalam
aktivitas fisik, polusi udara indoor, stahrs eko-
mempenganrhi penyakit asrna.

Itledia Litltang Kesehatan l/olune


'W'lil l,iomor ] Tahun 2008 t'7
Kerangka Konsep

Susenas 2004:
- Perilaku merokok
- Aktivitas fisik
- Luas lantairumah
- Polusi udara
- Status ekonomi

SKRT 2004..
- Daerah
- Jenis kelamin

Asma,
5.4o/o

Tdk asma,
94.6Yo

Gambar 1. Persentase Prevalensi Asma yang Pernah Diagnosis


Tenaga Kesehatano Susenas 2004 & SKRT 2004

Hasil dan Pembahasan pedesaan (55%) dan berjenis kelamin perempuan


(s3%).
Dari 6972 responden terpilih berusia > l5
tahun yang menjadi sampel studi ini setelah Jika dilihat kebiasaan merokok, seban,vak
ditimbang dengan variabel rata-rata v'eight. 33 persen responden tidak pernah merokok. -l
terdapat 5 persen responden yang pernah persen mantan perokok, 30 persen adalah perokok
didiagnosis menderita asma oleh petugas pasif atau tidak merokok namun terpapar asap
kesehatan dalam satu tahun terakhir (Gambar 1). rokok dari sekitarnya. Persentase terbanl'ak
Jumlah ini dinilai cukup besar, maka perlu untuk sebesar 34 persen hingga saat wawancara masih
diketahui faktor lingkungan apakah vans ber- merokok atau perokok aktif.
hubungan dan dapat mempengaruhi kejadian Dilihat dari aktivitas fisik yang dilakukan
penyakit asma.
dalam satu minggu diketahui bahwa sebagian
Selain prevalensi penyakit asma. perlu besar responden kurang melakukan aktivitas fisik
diketahui gambaran karakteristik responden vang (63%).
menjadi sampel. Tabel I menggambarkan kt'rndisr jika dilihat dari letak rumah
Sementara itu
masyarakat secara umum, sebagian besar tempat tinggal responden, sebanyak 97 persen
responden bertempat tinggal lebih banr ak di
memiliki runah yang bertempat tinggal di pinggtr perrgelnaran yang paling rendah, kuintil 2 adalah
jalan, 2 persen di pinggir sungai dan hanya I kumpulau nnnah tangga dengan rata-rata penge-
persen di pinggir hutan luarau rendah sedangkan kuintil 3 adalah kumpul-
au rulnah tangga dengan pengeluarau sedang.
Naulun, sebagian besar responden diketalrui
I(etiganya dirnasukkan dalarn kelornpok rumah
terpapar polusi dalam rnmah (indoor air tangga yang diasurnsikan memiliki sta[rs ekonomi
polltttion) sebesar 56 persen.
rendah dan mempakan proporsi terbanyak dengan
Mengenai status ekonomi, BPS telah rnem- persentase sebesar 6l
persen. Sebaliknya stattrs
bagi pengeluaran ntt.'ral' ,argga dalattl rata-rata ekonomi tinggi diwakili oleh rumah tangga
kemudian dikategor'" trr rneniadi 5 klasifikasi dengan i.ria-rata pengeluaran berada pada kuintil 4
yaitu kuintil I sampai dengatt 5. Dalanr studi ini' 5 dan 5 dengarl perseutase lebih rendah yaitu 39
klasifikasi tersebut dikelompokkan lagi menjadi 2 persen.
kelompok yaitu kelornpok pertama
adalah
Se,,agian besar responden (90%) nemiliki
I
menggabungkan kuintil sarnpai dengatt 3 dan
rumah derigan luas lantai sebesar 8 tneter persegi
kelompok 2 berisi kategori kiuntil 4 dan 5. Kuintil (n2) atau lebih. Hanya l0 persen rurtah tar.gga
I adalah kumpulan nttnah tangga dertgan rata-rata dengan lLias lantai di bawah 8 meter persegt.

Tabel l. Distdbusi Frel<uensi Karal<teristil< Respondeit


dan Fahtor Risiko, Susenas 2004 & SKRT 2004
Frek o/o

Daerah
Perdesaan 3862 55.4
Pelkotaan 31 l0 14.6

.Ienis Knlamin
l-aki-Laki 3293 47.2
i)erenr pttau 3680 i2.8
Roliok
tdk nrelokok 2291 32.9
ilt alltall 244 _1.5

'2083 ')o ()
perokok pasif
perokok aktif 2349 33.7

Aktivitas
aKtrV 2552 36.6
:idak aktiv 4420 63.4

L.etak lumah
'-'rnggir htrtan 71 Il
linggir sungai 106 15
prnggil jalan 6'790 97,4

Polusi Udara
lrlak 309r1 44,4
.,4 3 876 5 5.6

Status Ekonomi
qi -t15 2752 _r9.5

:'-'j'' 4221 605


Luas pelkapitl
'=Sm2 6292 90.2
9nr 680 9.ti

TO'f .\L 6972 100

..i:,t Litbans Kesehatan L/olutte XVIII Notrtot' I Tahtm 2008 19

42
250 t9s
,
200
190
150

ffi
r85
100

50 t80

0, r75
Iaki

Gambar 2. Persentase Pernah Didiagnosis Asma Menurut Daerah Tempat Tinggal dan
jenis kelamin, Susenas 2004 & SKRT 2004

f-E tr
r$
t'-EI 250

.,O 100

rHlH
': LJ tr t-$
150

100

L$ 50

0
tdk rokok rontan rokokpas if rokokaktif

Gambar 3. Persentase Pernah Didiagnosis Asma Menurut Status Perokok dan Aktivitas
Fisik, Susenas 2004 & SKRT 2004

150 .l(x)

200
..r00
150
200
I00
50 I00

0
@
<8 nr2

Gambar 4. Persentase Pernah Didiagnosis Asma Menurut Polusi Udara Indoor dan
Luas Lantai Rumah, Susenas 2004 & SKRT 2004

Berdasarkan status merokok, sebanyak 5 prevalensi penyakit asma juga lebih banyak
persen (n:109) responden yang tidak merokok ditemukan pada rumah dengan luas lantai >8 m2
didiagnosis menderita asma, 9 persen (n:21) yaitu 6 persen (n:345) daripada rumah dengan
mantan perokok didiagnosis penyakit asma, 6 luas lantai < 8 m2 yaitu 5 persen (n:31).
persen (n:l l9) penderita asma adalah juga
perokok pasif dan 5 persen (n:127) perokok aktif Berdasarkan rata-rata jumlah pengeluaran
adalah juga penderita asma. (Gambar 3)
rumah tangga yang dibagi menjadi 5 kuintil dan
kemudian dikelompokkan menjadi 2 kelompok,
Pada gambar 4 menunjukkan bahwa jika terdapat 6 persen (n:245) rumah tangga yang
dilihat dari keterpaparan terhadap pen_qgunaan masuk dalam kelompok kuintil l-3 yang
bahan bakar kayu dan bahan kimia dalam runtal.r menderita penyakit asma. Sedangkan untuk rumah
tangga (indoor air pollution), prevalensi penyakit tangga yang dikelompokkan dalam kuintil 4-5
asma lebih banyak ditemukan pada rurnrah tan_sga terdapat 5 persen (n:l3l) yang didiagnosis
yang dikategorikan berpolusi udara dalam rumah penyakit asma.(Gambar 5)
sebanyak 7 persen (n:209). Serrentara rru.
f50
200
r50
roo
50
o
Q4-Q5 Q1-Q3

:nrbar 5. Persentase Pernah Didiagnosis Asma Menurut Status Ekonomi,


Susenas 2004 & SKRT 2004

Dalam mencari hubungan antara prevalensi Persentase penyakit asma j.,ga banyak
- . ,kit asma dengan perilaku responden dan ditemukan pada responden yang berasal dari
-:*-r.rD fisik lingkungan sekitarnya, diperoleh kelompok tidak mampu (6%) dibandingkan
- 'r.rrrlr sebagai berikr,rt. Berdasarkan tabel I dengan rumah tangga mamPu (5%).
,. ,: dilihat bahwa di daerah perdesaan terdapat Persentase penderita asma tidak banyak
. - rbanyak kejadian penyakit asma (6%) berbeda anrara responden y-ang tinggal di rumah
- - -,:rdingkan dengan di perkotaan (4%). Hampir dengan luas lantai > 8 m' (6%)^ dibandingkan
-,.. ado beda persentase penderita asma antata dengan rumah berluas lantai < 8 m' (5%). Hal ini
--:J:lpuan (5,3%) dan laki-laki (5,5%).
sesungguhnya berlawanan dengan literatur yang
Menurut kebiasaan merokok, persentase menyatakan rumah yang luas berpotensi rendah
. - . :kit asma paling banyak ditemui di kalangan untuk terpapar penyakit asma, karena dengan
'- -:.nden yang merupakan mantan perokok (9%)' luasnya lantai rumah memudahkan sirkulasi udara
- ):'ntase penderita asma tidak banyak berbeda yang berperan penting dalam meringankan gejala-
- ,,:i.l r€Spoflden yang masih merokok (perokok gejala penyakit asma. Dalam kasus ini
. . r dan mereka yang perokok pasif (6% kemungkinan tidak adanya hubungan antara luas
-- :rnding 570). Persentase ini pun tidak berbeda lantai rumah dengan penyakit asma karena
,.,,langan mereka yang tidak merokok (5%). lingkungan di sekitar rumah tersebut memang
tidak rnemenuhi syarat dengan adanya pemicu
Lama aktivitas fisik minimal 150 menit per
penyakit asma lainnya, rnisalnya debu, jamur,
., . digunakan sebagai pembeda antara aktif dan
bulu dan kotoran binatang, tanaman, zat ktmia,
-:,i aktif. Seseorang dianggap aktif jika pestisida, kelembaban tinggi, udara dingin atau
'.-.:kr.rkan aktivitas fisik selama minimal 150
faktor keturunan
::rrt hari. Pada responden yang aktif, persentase
-i:.\akit asma lebih sedikit (5%) dibandingkan Untuk melihat hubungan antara variabel-
-,:.gan mereka yang tidak aktif (6%) walau variabel yang diteliti maka dilakukan uji
- -.:bedaan tersebut sedikit sekall. kemaknaan antar variabel yang dianalisis dengan
menggunakan chi-square test. Dengan faktor
Berdasarkan beberapa studi, terdapat risiko sebagai variabel independen (daerah tempat
-..-..ii.rl adanya hubungan antara indoor air tinggal, jenis kelamin, perilaku merokok. aktivitas
:rtion dengan penyakit asma. Dalam studi ini,
-..::r.rl.t tangga yang menggunakan kayu bakar fisik, polusi udara, status ekonomi dan luas lantai)
dan penyakit asma sebagai variabel dependen.
-::,rgai bahan untuk memasak atau rumah tangga
Hasil uji menunjukkan terdapat 5 r'ariabel utama
. .:::-J rlleflggunakan bahan kimia dalam rumah yang secara statistik bermakna artinva memiliki
. :rk kebutuhan sehari-hari dianggap berpotensi
hubungan dengan kejadian asl-l-la seperti
:'::rr ebabkan penyakit asma. Tabel I ditampilkan dalam tabel 3.
r :':rrrnjul(kan bahwa penyakit asma banyak
':.J:pat dalarn rumah yang terpapar polusi indoor Kelima variabel tersebut adalah variabel
- dibandingkan dengan yang tidak terpapar daerah, perilaku merokok. aktivitas fisik. pol'.rsi
udara dan status ekonomi. Errpat r ariabel vartg

WIII Nomor I Tahun 2008


ll
--:h.r/rs Kesehatan Volume
mernilikl p-value aktivitas lisik karena urempunyai p-value :0,25
peluang untuk dimasukkan dalam rnodel regresi dianggap sebagai coyuriate dan turut dirnasukkan
logistik (variabel daerah, perilaku merokok, polusi ke dalam model.
udara dan stanls ekonomi). Sedang variabel

Tabel 2. Prevalensi Pernah Didiagnosis Asma Umur > 15 Tahun Menurut Peril:rhu
Merokoh, Ahtivitas Fisih, Kondisi Rumah dan Faktor sosial Ekonomi
dan Demografi, Susenas 2004 & SKRT 2004
Variabel Status penyakit Total
Tidak asma Asma
Yo oh
Daerah
Perdesaan 3618 93,7 244 6,3 3862
Perkotaan 2978 95,8 132 4,2 3110
Jenis helamin
Laki-laki 3l1l 94,5 182 3293
Perempuan 3486 94,7 194 5? 3680
Perilahu merokoh
Tidak rnerokok 2188 95,3 109 1,7 2297
Mantan perokok 223 91,4 2l 8,6 244
Perokok pasif 1964 94,3 119 5,7 2083
Perokok aktif 2222 94,6 127 5,4 2349
Aktivitas fisilr
Aktif 2425 95,0 t27 5,0 2552
Tidak aktif 4t7l 94,4 249 5,6 4420
Indoor pollution
Tidak polusi 2962 95,6 136 4,4 3098
Polusi 3635 93,8 241 6) 3876
Status ehonomi
Mampu (q4-q5) 2621 95,2 131 4,8 2752
Tdk mampu (ql-q3) 3976 94,2 245 5,9 4221
Luas lantai
>8rnz 5947 94,5 345 55 6292
<8m2 649 95.4 31 4,6 680

Tabel 3. Hasil Analisis Bivariat antara Falitor Risiho deng;'.n prrnyakit Asma
Umur ) 15 tahun, Susenas ZO04 & SKRT 2004

Variabel pw:rld OR cl95,k


Daerah 0,00 0,66 0,53 - 0,82
Perilaku merokok 0,07
Mantan perokok 1.93 1,19 -3,12
Perokok pasif I.2l -
0.93 1,58
Perokok aktif r.t4 0,88 - 1,48
Aktivitas fisik 0.25 0.88 0,71 - l,0g
Polusi udara indoor 0.00 144 l,16 - I,7g
Status ekonomi 0.06 0,99 - 1,53
*rnerrggwraka:n c hi -s quare te s t

22
.\ledia Lttbang Kesehatan i/olwne XVII Nomor I Tahtm 200g
Tabel 4. Hasil uji multivariat antara fal<tor risil<o dengan penyahit asma umur 2 15 tahun , Susenas
2004 & SKRT 2004
Variabel PWald OR ct9s%
I'lerokok
Mantan perokok 0,66 0,01 1,94 I,l9-3,15
Perokok pasif 0,17 0,20 l,l9 0,91 - 1,55
Perokok aktif 0,16 0,25 l,r7 0,89 - 1,53
-rtiratas fisik 0,19 0,09 t,2r 0,97 - 1,52
. rlLrsi udara dalanr rtunah 0,39 0,00 1,47 l,l8 - 1,83
Kon stanto -3,3 5

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa seorang unhrk tidak merokok dalarn rumah melalui
:rautall perokok mempunyai kemungkinan urtuk terpapar asap rokok
penJuh,rhan agar risiko
::r:ngidap penyakit asma 2 kali (OR=1,94: CI menladi menrrult, dan pengendalian polusi udara
'-'"0 l.19 - 3.1-5) lebih besar daripada orang yang di dalarn rumah misalnya dengan pengalihan alat
..lak urerokok. Sedangkan orallg yang terpapar atau bahan bakar memasak dari kayu bakar ke
:..lusi udara dalam rr,unah cenderrurg 1,5 kali bahau l,ang lebih sedikit risiko pencemaran udara
)R=1.47; CI95% l,l8 - 1,83) mengrdap asma sepertr menggrurakan alat mernasak dengan bahan
::bandingkan dengan yang tidak terpapar polusi bakar gas atau kompor listrik.
-jara. Untuk perokok pasif dan perokok aktif
iemturgkinan menderita asma belum teruji secara
::rmakna. Hal yang sama juga teqladi pada orang Keterbatasan studi
'.
rng tidak melakukau aktivitas fisik kemungkrnan Studi ini merupakan analisis dari data yang
:::cnderita penyakit asma belnm terlihat pada sudah ada, sehiugga variabel yang digunakan
.:ralisis itri. terbatas pada data yang tersedia. Dengan
demikian hubungan sebab akibat tidak dapat
disirnpulkan dari studi ini.
Kesimpulan
Hasil studi ini menuujr*kau prevalensi
::nrakrt asma pada responden berusia > l5 tahun Daftar Pustaha
::resar 5,4 persen. Peuderita asula tersebut l. WHO, Press Release WHO/56: Danger in the
-::luulnya memiliki karakteristik tinggal di Air, Press Releases 2000, from:
::i-desaau, laki-laki, mantan perokok, tidak http //www. who. int/inf-pr-2000/enlpr2 000-
:

.:::lakukan aktivitas fisik, hidup dalam runah


-56.html (on-line).
:::rqan luas lantai > 8 rn', terpapar polusi udara
:-.anr mmah. dan ciari keluarga tidali marnpu. DPSEEA, Childhood Morraliry due to Acure
Respiratory Illness 2001, from:
Penlaku merokok dan polusi udara dalanr hff p//wrvw. northarnpton. ac. uk/ncr/who/indic
:

:-:riah urerupakan faktor risiko yang berpengaruh ators/clildmort. html (on-l ine).
:=:iradap kejadran penyakit asma. Seorang rnantau
::rokok berpeluang menderita asma 2 kali lebih Hu FB, Persky V, Flay BR & Richardson J,
::sar daripada yang tidak rnerokok, Responden fui epiderniological shrdy of asthrna
'.3:rg terpapar polusi udara dalam runalr prevalence and related factors among youug
::rueluang 1.5 kali menderita asrna drbandingkan adults. J Astluna 1997'.34:67-76,
- r :t:all r ang tidak te rpapar, World Health Organization, Health
A
and
Drperlukan penguatall dalam kebrlakan Environment in Sustainable Developulent:
::::iendalian rokok di tempat-tenlpat runum darr Five Years after the Earth Summit, Geueva:
::::nskatan peugetahuan anggota rumah tangga World Health Organization, lg97.

: ' :::j(utg
Keselntan I'olume Xl,lll Nontor I Tahun 2008 j-r
5. Elulich RI, Du-Toit D & Jordaan E, et al. Bada;i rieiietitian datt Pcngenibaitga^i
Risk factors for childhood astluna aud Keseliafan, Sirrlet K.crsel;atou i iasionai
wheezing. Importance of maternal aud {Sr';kesrras) 2ii[]4 : Susei;as 2004 .- Substarisi
household smoking. fun J Respir Crit Care Keselrirtarr Sutr,s l(esehata'r, iroia;rs;i21v
Med i996; 154:681-688. Kcseltatan, I)citlakti Ilidtrp Sehat .lan
K.csehatan Lurgkring,rtt, Jakarta: Badau
Lindfors A, Wickrnan M, Hedliir G,
L.iibangkcs. 2titi5
Pershagen G. Rietz H & Nordvall SL. Indoor
environrnental risk factors in young EaJ"u l)ur',elitrau cian Peiigenibangan
asthmatics: a case contiol study. tu"ch Dis Keseiraial, Srrr'rret Keseliatart llasiortal
Child 1995;73:408412. (S.ukesrus,1 20ti4; Sl(rtT 200+ - loluuie J:
Sudut Paridang N'lasyarakat rneugeuai Stan,s,
7. Leuenberger P, Schwartz J & Ackennaii-
Cakriparr, I(eralggapan dart Sist,-.rtt
Liebrich U, et al. Passive smokittg exposllre
in adults and clronic respiratory sytnptolns
Pelavurair Keslhatan, Jakarta: Badaii
Litbangkes, 200i,
(SAPALDIA Study). Am J Respir Clrit Care
Med I 994; 150.1222-1228.

24 \Ieiia Litltttt*. Kes;:haian i/ct!;ti.te il,'iil !,ramor I lelnn 2u-tt

Anda mungkin juga menyukai