Anda di halaman 1dari 13

Nama : Abdul Majid

Nim : 201925001

Jurusan : TEKNIK KIMIA

Dosen : Pandit Hernowo, ST, M.Si

Ruangan / Tgl ujian : 303 / 25 Juli 2020

Mata kuliah : PENGANTAR INDUSTRI KIMIA

Jawaban UAS

1. a. FAME (Fatty Acid Methyl Ester)


Biodiesel dihasilkan dari proses transesterifikasi dengan bahan baku minyak nabati atau
lemak hewan yang direaksikan dengan senyawa alkohol seperti metanol. Bahan baku
tersebut mengandung rantai trigliserida yang dapat disederhanakan menjadi rantai
methyl esters monogliserida dengan bantuan katalis. Senyawa methyl esters tersebutlah
yang dikenal dengan biodiesel murni atau biasa disebut dengan Fatty Acid Methyl
Esters (FAME)

b. Green Diesel
Biodiesel yang dikenal sebagai bahan campuran biosolar di SPBU yang ada di
Pulau Jawa dan Bali adalah minyak diesel dari reaksi antara minyak dan metanol
dengan katalis tertentu dengan reaksi transesterifikasi. Transesterifikasi merupakan
reaksi pemindahan alkohol dari suatu ester oleh alkohol lain yang meliputi rangkaian
tiga reaksi reversibel yang berurutan. Pertama adalah konversi trigliserida menjadi
digliserida, diikuti dengan konversi digliserida menjadi monogliserida dan yang
terakhir monogliserida menjadi gliserin. Tiap tahap menghasilkan satu molekul ester.
Senyawa ester, pada tingkat (grade) tertentu inilah yang menjadi biodiesel.
Biodiesel dari proses ini dikenal dengan biodiesel generasi 1 (G1). Untuk
menyempurnakan kelemahan dari biodiesel G1 seperti kompatibilitas pada mesin dan
juga
emisi gas, maka perlu dikembangkan biodiesel generasi 2 (G2). Green diesel atau
biodiesel G2 adalah senyawa alkana hasil pengolahan minyak nabati dengan cara
hidrogenasi yang memiliki sifat-sifat mirip bahan bakar diesel, disebut green diesel
karena proses pengolahannya ramah lingkungan karena tidak dihasilkan limbah dan
emisi hasil pembakaran juga memberikan limbah yang kecil dibanding minyak diesel
yang lain

c. Green Gasoline
Proses pengolahan CPO dilakukan di fasilitas Residue Fluid Catalytic Cracking Unit
(RFCCU) yang berada di kilang Pertamina Plaju, berkapasitas 20 MBSD (Million Barel
Steam Per Day). Adapun CPO yang digunakan adalah jenis crude palm oil yang telah
diolah dan dibersihkan getah serta baunya atau dikenal dengan nama RBDPO (Refined
Bleached Deodorized Palm Oil). RBDPO tersebut kemudian dicampur dengan sumber
bahan bakar fosil di kilang dan diolah dengan proses kimia sehingga menghasilkan
bahan bakar bensin ramah lingkungan
Hasil implementasi co-processing tersebut telah menghasilkan Green Gasoline Octane
90 sebanyak 405 MB/Bulan atau setara 64.500 Kilo Liter/Bulan dan produksi Green
LPG sebanyak 11.000 ton per bulan

d. Green Avtur
Dalam merancang proses pengolahan minyak bumi (Crude oil) informasi mengenai
Analisis elemental yang menentukan kadar-kadar unsur karbon, hidrogen, belerang,
nitrogen, oksigen dan logam-logam sangat penting untuk memberi gambaran mengenai
karakter dan sifat minyak bumi yang dihadapi [8]. Minyak bumi digolongkan ringan
apabila massa jenisnya kecil dan berat apabila massa jenisnya besar. Minyak bumi juga
digolongkan manis apabila kandungan sulfurnya sedikit dan digolongkan asam apabila
kandunga sulfurnya tinggi. Minyak mentah ringan lebih
disukai daripada yang berat karena menghasilkan bensin lebih banyak, sedangkan
minyak mentah manis juga lebih disukai daripada yang asam karena ongkos
pengilangan minyak asam lebih besar (karena kadar sulfur yang tinggi) dan
minyak manis lebih ramah lingkungan. Setiap minyak mentah mempunyai karakteristik
molekulnya sendiri yang dapat dianalisis di laboratorium, Industri minyak bumi pada
umumnya mengklasifikasi minyak mentah berdasarkan
lokasi geografis dimana minyak tersebut diproduksi. Gravitasi API (sebuah ukuran
pada industri minyak mentah untuk mengklasifikasi minyak berdasarkan massa
jenisnya, dan kandungan sulfurnya).

2. a. FAME (Fatty Acid Methyl Ester)

Pada dasarnya proses ini memisahkan gliserin pada rantai trigliserida sehingga
menghasilkan methyl esters dan gliserol. Proses ini membutuhkan alkohol dan katalis
berupa senyawa basa kuat. Alkohol yang digunakan seperti methanol, etanol,
isopropanol, dan lain-lain. Namun, perlu diperhatikan kandungan air yang terdapat
pada alkohol yang digunakan karena akan mempengaruhi kualitas biodiesel yang
dihasilkan. Jika kandungan air pada alkohol tinggi maka kualitas biodiesel yang
dihasilkan akan rendah.
Selain alkohol, terdapat katalis yang digunakan pada proses transesterifikasi. Fungsi
dari katalis ini adalah meningkatkan daya larut saat reaksi berlangsung. Katalis yang
digunakan merupakan senyawa basa kuat seperti NaOH atau KOH atau Natrium
Metoksida. Katalis ini bersifat higroskopis sehingga kinerjanya akan terganggu jika
banyak air yang diserap. Setelah reaksi transesterifikasi, senyawa basa dinetralkan
dengan menambahkan senyawa asam dan akan menghasilkan senyawa garam ionic

b. Green Diesel
Reaksi pembuatan green diesel dengan hidrogenasi minyak nabati telah diteliti oleh
banyak peneliti, antara lain percobaan hidrogenasi minyak nabati menghasilkan
alkana, rantai gliserol dari trigliserida dihidrogenasi menghasilkan propane dan tidak
terbentuk gliserol, minyak setara minyak diesel yang dihasilkan bukan berupa
oksigenat seperti hasil transesterifikasi tapi berwarna jernih dan memiliki angka cetane
yang tinggi antara 85 sampai 99 dengan reaksi fase cair berupa:

Pembuatan green diesel selama ini digunakan reaktor batch, tekanan 20-30 atm dan
suhu
antara 200 – 300 0 C

c. Green Gasoline
melalui proses pengolahan bahan baku minyak nabati dengan minyak bumi secara
bersamaan menjadi green hydrocarbon (green-gasoline, green-diesel, atau bioavtur).
Green-fuel merupakan senyawa biohidrokarbon yang secara umum karakteristiknya
sama dengan senyawa hidrokarbon berbasis fosil sehingga dapat dicampurkan pada
tingkat persentase berapa saja tanpa perlu penyesuaian mesin kendaraan

d. Green Avtur
Asam dodekanoat (asam laurat) mengalami hidro-deoksigenesasi/dekarboksilasi dan
dekarboksilasi sabun – basa minyak lemak, maka akan dihasilkan undekana yang
merupakan rumus kimia dari avtar

3. Sifat kimia dan Fisik


a. FAME (Fatty Acid Methyl Ester)
Bahan bakar solar atau minyak solar adalah bahan bakar yang digunakan
untuk mesin diesel putaran tinggi di atas 1000 rpm. Bahan bakar solar disebut
juga High Speed Diesel (HSD) atau Automotif Diesel Oil (ADO). Pada motor
diesel penyalaannya adalah penyalaan kompresi, merupakan jenis mesin Internal
Combustion Engine. Berbeda dengan motor bensin dimana motor bensin
penyalaannya menggunakan busi motor, baik dua langkah maupun empat langkah.
Minyak solar adalah campuran kompleks hidrokarbon C15 – C20, yang mempunyai
trayek didih antara 260–315 oC. Mutu minyak solar yang baik adalah bahwa
minyak solar harus memenuhi batasan sifat – sifat yang tercantum pada spesifikasi
dalam segala cuaca. Secara umum minyak solar adalah mudah teratomisasi
menjadi butiran – butiran halus, sehingga dapat segera menyala dan terbakar
dengan sempurna sesuai dengan kondisi dalam ruang bakar mesin.
Beberapa batasan sifat–sifat minyak solar, baik sifat fisika maupun sifat kimia
yang harus dipenuhi di dalam penggunaannya adalah :
– Mesin mudah di starter dalam keadaan dingin
– Tidak menimbulkan ketukan
– Mempunyai kemampuan pengkabutan yang sempurna
– Mempunyai komposisi kimia yang tidak menyebabkan pembentukan
kerak (forming deposits)
– Tidak menimbulkan pencemaran udara
b. Green Diesel
Biodiesel yang dihasilkan kemudian dikarakterisasi dan kemudian dicampur
dengan minyak solar dengan perbandingan volume biodiesel 10%: minyak solar
90% (B10), biodiesel 20%:minyak solar 80% (B20) dan biodiesel 30% : minyak
solar 70% (B30) dengan minyak solar sebagai pembanding (B00). Aplikasi
dilakukan pada mesin diesel dan diuji emisi gas buangnya (SO2, NOX, CO, Total
partikel dan Opasitas). Karakterisasi sifat fisik kimia dari biodiesel sebagai berikut
: specific gravity 0,9068, kekentalan kinematik 28,26 mm2/s, titik nyala 50,5°C,
cluod point 18°C, Kadar air 0,8%vol, residu karbone 0,941% wt dan calorific value
9372,8 Cal/gr. Bahan bakar campuran antara biodiesel dan minyak solar (B30)
menyebabkan terjadinya penurunan emisi gas buang CO sebesar 96,88%, total
partikel sebesar 18,35% dan B20 menyebabkan penurunan emisi gas SO2 sebesar
100% dari minyak solar. Campuran antara biodiesel dan minyak solar (B30)
menyebabkan terjadinya kenaikan emisi gas NO2 sebesar 265,96% serta tidak
memberikan pengaruh apa-apa terhadap opasitas

c. Green Gasoline
Minyak mentah minas merupakan jenis minyak “berat sedang” karena mempunyai
nilai API 33,6 dan spesifik gravity 0,8568 dan juga tergolong minyak manis karena
memiliki kandungan sulfur yang rendah yaitu 0,112 % wt.
karakteristik umum dari minyak mentah duri dari nilai API 19,8 dan spesifik gravity
0,9352 merupakan jenis minyak “sangat berat” dan dari kandungan sulfurnya
sebesar 0,24 %wt tergolong minyak manis karena memiliki kandungan
sulfur rendah. Klasifikasi minyak bumi berdasarkan US Bureau of mines dilakukan
berdasarkan spesific gravity dari dua fraksi (key fractions). Dari distilasi minyak
mentah (crude oil) pada tekanan atmosferik, fraksi yang memiliki rentah titik didih
antara 250 dan 2750C ditampung sebagai fraksi kunci nomor 1. Distilasi dilanjutkan
pada tekanan 40 mmHg dan fraksi yang memiliki rentak titik didih antara 275 dan
3000C ditampung sebagai fraksi kunci nomor 2 [10]. Specific gravity dari kedua
fraksi selanjutnya diuji. Dari nilai spesific gravity (SG) dari kedua fraksi kunci
tersebut, minyak bumi dapat diklasifikasikan 9 kelas.

d. Green Avtar
Pada unit CDU (Crude Distillation Unit) Crude Oil yang diolah di unit ini
merupakan campuran antara Sumatera Light Crude (SLC) dan Duri Crude Oil
(DCO) yang bekerja pada temperature ± 3500C dengan tekanan 1 Atmosfir dan
crude panas dipompakan kedalam kolom destilasi dan hidrokarbon teringan dalam
crude oil, biasanya gas propane dan butane naik menuju puncak kolom dan keluar
dari puncak kolom. Gasoline yang sedikit berat dibanding gas propane dan butane
naik tetapi tidak sampai puncak kolom dan keluar menuju samping kolom

4. Tahapan proses pembuatan


a. FAME (Fatty Acid Methyl Ester)
Metil ester sulfonat (MES) dihasilkan melalui 3 tahapan proses yaitu reaksi
sulfonasi, reaksi metanolisis, dan netralisasi. Penelitian ini mempelari pengaruh
suhu reaksi, waktu reaksi, dan rasio mol MES terhadap metanol. Yield MES
tertinggi dicapai pada suhu 55°C. Yield MES menurun pada suhu reaksi 60°C
berkaitan dengan suhu operasi mendekati titik didih dari metanol. Yield MES
meningkat dengan kenaikan waktu reaksi pada berbagai rasio mol. Yield MES
meningkat dengan kenaikan rasio mol pada berbagai waktu reaksi. Hasil
perhitungan kinetika reaksi menunjukkan bahwa reaksi mengikuti kinetika reaksi
pseudo-orde pertama dengan konstanta laju reaksi yaitu 0,0054 min-1

b. Green Diesel
Proses transesterifikasi merupakan proses utama pembuatan biodiesel
karena disini merupakan kunci terbentuk methyl oleat yang disebut sebagai
biodiesel. Pada tahapan proses harus ditentukan pereaksi dan katalis yang
akan digunakan, untuk bahan baku CPO maka sebaiknya pereaksi yang
digunakan methanol dengan katalis NaOH atau KOH.
Minyak nabati merupakan campuran trigliserida dengan Asam Lemak Bebas
(ALB), komposisi minyak nabati tergantung pada tanaman penghasil
minyak tersebut. Kandungan ALB akan mempengaruhi proses produksi
biodiesel dan bahan bakar yang dihasilkan.
CPO merupakan bahan baku yang layak untuk pembuatan biodiesel karena
kadar ALB kurang dari 1 %, sehingga tidak memerlukan proses
pendahuluan untuk mengolah minyak nabati tersebut seperti proses
degumming dan refined. Namun bila kandungan ALB dan air terlalu tinggi,
mengakibatkan terjadinya penyabunan (saponifikasi) dan akan
menimbulkan masalah pada pemisahan gliserol sebagai produk sampingan
sehingga kedua proses tersebut diperlukan

c. Green Gasoline
katalis Ni-Mg/γ-Al2O3 dapat digunakan sebagai katalis dalam proses pembuatan
biofuel dari minyak kelapa sawit melalui proses hydrocracking. Pemilihan katalis
yang digunakan untuk proses hydrocracking variable suhu dan waktu berubah
berdasarkan produk biofuel yang memiliki nilai jual paling tinggi yaitu gasoline.
Pengaruh komposisi katalis terhadap yield biofuel menunjukkan bahwa komposisi
15 %wt Ni memberikan yield gasoline tertinggi yaitu sebesar 44,819%. Yield
terbaik gasoline sebesar 46,333% pada proses hydrocracking dihasilkan pada suhu
360 ᴼC dan waktu 120 menit. Yield terbaik kerosene sebesar 39,177% pada proses
hydrocracking dihasilkan pada suhu 300 ᴼC dan waktu 120 menit. Yield terbaik
solar sebesar 63,213% pada proses hydrocracking dihasilkan pada suhu 300 ᴼC dan
waktu 30 menit

d. Green Avtur
Dalam merancang proses pengolahan minyak bumi (Crude oil) informasi mengenai
Analisis elemental yangbmenentukan kadar-kadar unsur karbon, hidrogen,
belerang, nitrogen, oksigen dan logam-logam sangat penting untuk
memberi gambaran mengenai karakter dan sifat minyak bumi yang dihadapi
.Minyak bumi digolongkan ringan apabila massa jenisnya kecil dan berat apabila
massa jenisnya besar. Minyak bumi juga digolongkan manis apabila kandungan
sulfurnya sedikit dan digolongkan asam apabila kandunga sulfurnya tinggi. Minyak
mentah ringan lebih disukai daripada yang berat karena menghasilkan bensin lebih
banyak, sedangkan minyak mentah manis juga lebih disukai daripada yang asam
karena ongkos pengilangan minyak asam lebih besar (karena kadar sulfur yang
tinggi) dan minyak manis lebih ramah lingkungan [9]. Setiap minyak mentah
mempunyai karakteristik molekulnya sendiri yang dapat dianalisis di laboratorium,
Industri minyak bumi pada umumnya mengklasifikasi minyak mentah berdasarkan
lokasi geografis dimana minyak tersebut diproduksi. Gravitasi API (sebuah ukuran
pada industri minyak mentah untuk
mengklasifikasi minyak berdasarkan massa jenisnya, dan kandungan sulfurnya).
Minyak mentah minas merupakan jenis minyak “berat sedang” karena mempunyai
nilai API 33,6 dan spesifik gravity 0,8568 dan juga tergolong minyak manis karena
memiliki kandungan sulfur yang rendah yaitu 0,112 % wt. karakteristik umum dari
minyak mentah duri dari nilai API 19,8 dan spesifik gravity 0,9352 merupakan jenis
minyak “sangat berat” dan dari kandungan sulfurnya sebesar 0,24 %wt tergolong
minyak manis karena memiliki kandungan sulfur rendah.

5. Bahan baku dan bahan penunjang


a. FAME (Fatty Acid Methyl Ester)
Biodiesel dari minyak kelapa sawit, natrium bisulfit (NaHSO3), kalsium oksida
(CaO), metanol (CH3OH) 90%, natrium hidroksida (NaOH) dan aquadest. Semua
bahan digunakan tanpa dilakukan pemurnian terlebih dahulu

b. Green Diesel
Bahan baku utama untuk pembuatan biodiesel antara lain : minyak nabati, lemak
hewani, lemak bekas/lemak daur ulang. Semua bahan baku ini mengandung
trigliserida, asam lemak bebas (ALB) dan zat-pencemar dimana tergantung pada
pengolahan pendahuluan dari bahan baku tersebut. Sedangkan sebagai bahan baku
penunjang yaitu alkohol. Pada pembuatan biodiesel dibutuhkan katalis untuk proses
esterifikasi, katalis dibutuhkan karena alkohol larut dalam minyak. Kandungan
asam lemak bebas Minyak nabati lebih rendah dari pada lemak hewani, minyak
nabati biasanya selain mengandung ALB juga mengandung phospholipids,
phospholipids dapat dihilangkan pada proses degumming dan ALB dihilangkan
pada proses refining

c. Green Gasoline
Bahan baku minyak kelapa sawit dianalisa menggunakan Gas Chromatography
Mass Spectrometry (GSMS) menunjukkan bahwa terdapat enam jenis kandungan
asam lemak yaitu asam laurat yang ditunjukkan pada retention time 2,666 menit
sebesar 0,262%, asam miristat pada retention time 3,484 menit sebesar 1,012%,
asam palmitat pada retention time 5,000 menit sebesar 38,201%, asam stearat pada
retention time 7,612 menit sebesar 3,637%, asam oleat pada retention time 8,182
menit sebesar 45,962%, dan asam linoleate pada retention time 9,088 menit sebesar
10,926%. Hasil tersebut sesuai dengan literatur yang menyebutkan ada enam
macam asam lemak yang banyak terkandung di dalam minyak kelapa sawit.
Komposisi masingmasing asam lemak tersebut yaitu asam laurat sebesar 0-1%,
asam miristat sebesar 1,1-2,5%, asam palmitat sebesar 40- 46%, asam stearat
sebesar 3,6-4,7%, asam oleat sebesar 30- 45%, dan asam linoleat sebesar 7-11%.

d. Green Avtur
Palm stearin yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Pusat Penelitian
Kelapa Sawit (PPKS) dan katalis ZSM-5 (NH4-ZSM-5) dengan rasio Si/Al 50
diperoleh dari Zeolyst International Inc.

6. Proses pembuatan
a. FAME (Fatty Acid Methyl Ester)
Pengaruh suhu reaksi terhadap yield MES dipelajari dengan melakukan reaksi pada
suhu 50°C, 55°C dan 60°C, waktu reaksi 120 menit dan rasio mol MES terhadap
methanol adalah 1:3. Gambar 2 menunjukkan pengaruh suhu reaksi terhadap yield
MES. Yield MES tertinggi sebesar 49,71% dicapai pada suhu reaksi 55°C. Hasil
tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan yield MES yang dicapai pada suhu 50°C
yaitu 45,91%. Yield MES tertinggi dicapai pada suhu 55°C mengindikasikan bahwa
kenaikan suhu reaksi menyebabkan energi kinetik reaktan lebih besar dibanding
energi aktivasi reaksi sehingga laju reaksi pada suhu tersebut lebih besar
dibandingkan laju reaksi pada suhu reaksi 50°C. Yield MES mengalami penurunan
pada suhu reaksi yang lebih tinggi yaitu sebesar 30,92% pada suhu reaksi 60°C.
Hasil tersebut berkaitan dengan suhu reaksi mendekati
titik didih metanol yaitu 64,7°C pada tekanan atmosferik. Sebagian metanol
menguap sehingga konsentrasi metanol didalam larutan menurun. Larutan dengan
konsentrasi yang lebih tinggi mengandung molekul lebih banyak dibandingkan
larutan encer. Semakin tinggi konsentrasi molekul reaktan maka frekuensi
terjadinya tumbukan antar molekul reaktan meningkat dan mempercepat laju
reaksinya. Pada konsentrasi metanol yang

b. Green Diesel
c. Green Gasoline
proses pembuatan green diesel menggunakan katalis. Katalis itu sendiri
mempercepat reaksi melalui pencarian jalur reaksi lain yang energi aktivasinya
lebih rendah sehingga reaksi dapat lebih cepat dan tepat. Salah satu katalis yang
digunakan adalah HyZSM5 pada publikasi Catalytic Cracking of Vegetable Oil for
Biogasoline Production : Optimization of Operating Parameters in a Fixed-Bed
Reactor. Katalis ini berpori hirarki, katalis ZSM5 ini akan aktif merengkahkan
minyak sawit menghasilkan green gasoline
Bahan baku yang digunakan pada penelitian adalah RBDPO (Refined Bleached
Deodorized Palm Oil= Minyak sawit yang sudah dimurnikan , dibleaching,
dihilangkan bau ). Bahan baku tersebut dimasukkan ke dalam sebuah reaktor
(tempat terjadinya reaksi) dan akan dikontakkan dengan katalis tersebut sehingga
menghasilkan green gasoline. Green gasoline yang dihasilkan memiliki RON 96

d. Green Avtur

Anda mungkin juga menyukai