Bab 4 Kombis
Bab 4 Kombis
Komunikasi lintas budaya adalah komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis
baik komunikasi verbal maupun non verbal dengan memperhatikan faktor-faktor
budaya disuatu daerah, wilayah atau Negara. Perbedaan-perbedaan ekspektasi
budaya dapat menimbulkan resiko yang fatal, setidaknya akan menimbulkan
komunikasi yang tidak lancar, timbul perasaan tidak nyaman atau timbul
kesalahpahaman. Akibat dari kesalahpahaman-kesalahpahaman itu banyak kita
temui dalam berbagai kejadian yang mengandung etnosentrisme dewasa ini dalam
wujud konflik-konflik yang berujung pada kerusuhan atau pertentangan antar
etnis. Sebagai salah satu jalan keluar untuk meminimalisir kesalah pahaman-
kesalah pahaman akibat perbedaan budaya adalah dengan mengerti atau paling
30
tidak mengetahui bahasa dan perilaku budaya orang lain, mengetahui prinsip-
prinsip komunikasi lintas budaya dan mempraktekkannya dalam berkomunikasi
dengan orang lain.Dalam dunia bisnis, komunikasi lintas budaya menjadi elemen
yang sangat penting khususnya komunikasi lintas budaya sangat bayak digunakan
dalam berbagai aspek seperti melakukan kesepakatan bisnis dengan rekan bisnis
yang berbeda budaya. Maka dari itu perlu mempelajari komunikasi lintas budaya
agar menghindari kesalah pahaman dengan orang laindalam berkomunikasi
karena antar satu budaya dengan budaya lain itu berbeda (Humas Ikom, 2013).
1. Definisi Budaya
Menurut Lehman, Himstreet dan Baty budaya diartikan sebagai
sekumpulan pengalaman hidup yang ada dalam masyarakat mereka
sendiri.
Menurut Hofstede, budaya diartikan sebagai pemograman kolektif
atas pikiran yangmembedakan anggota-anggota suatu kategori orang
dari kategori lainnya.
31
Menurut Murphy dan Hildebrandt, budaya diartikan sebagai tipikal
karakteristik perilakudalam suatu kelompok. Pengertian tersebut juga
mengindikasikan bahwa komunikasi verbaldan nonverbal dalam suatu
kelompok juga merupakan tipikal dari kelompok tersebut
dancenderung unik atau berbeda dengan yang lainnya.
Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam definisi di atas, antara
lain bahwabudaya mencakup sekumpulan pangalaman hidup, pemrograman
kolektif, system sharing,dan tipikal karakteristik perilaku setiap individu yang ada
dalam suatu masyarakat, termasukdidalamnya tentang bagaimana sistem dinilai,
norma, simbol-simbol, dan kepercayaan ataukeyakinan mereka masing-masing
2. Komponen Budaya
Menurut Lehman, Himstreet dan Baty, setiap elemen terbangun oleh beberapa
komponen utamanya, yaitu nilai-nilai, norma-norma, simbol-simbol, bahasa, dan
pengetahuan.Menurut Mitchell, komponen budaya mencakup antara lain: bahasa,
kepercayaan, sopansantun, ada istiadat, seni, pendidikan, humor, dan organisasi
sosial.Menurut Cateora, budaya memiliki beberapa elemen, yaitu budaya material,
lembaga sosial,sistem kepercayaan, estetika, dan bahasa.
Tingkatan Budaya
Menurut Murphy dan Hildebrandt, dalam dunia praktis ada 3 tingkatan budaya.
1. Formal
Budaya pada tingkatan formal merupakan sebuah tradisi atau kebiasaan yang
dilakukan oleh suatu masyarakat yang turun menurun dari suatu generasi ke
generasiberikutnya dan hal itu bersifat formal/resmi.
32
2. Informal
Pada tingkatan ini budaya lebih banyak diteruskan oleh suatu masyarakat
darigenerasi ke generasi berikutnya melalui apa yang di dengar, dilihat, dipakai,
dandilakukan tanpa diketahui alasannya mengapa hal itu harus dilakukan.
3. Teknis
Pada tingkatan ini, buku-buku dan aturan-aturan merupakan hal yang
terpenting.Terdapat suatu penjelasan yang logis mengapa sesuatu harus dilakukan
dan yang laintidak boleh dilakukan.
Perbedaan budaya dapat dilihat dari nilai sosial, peran dan status, kebiasaan
pengambilankeputusan, sikap terhadap waktu, penggunaan ruang/jarak, konteks
budaya, bahasa tubuh,hukum, perilaku etis, dan perbedaan budaya perusahaan.
a. Nilai-Nilai Sosial
Di daerah pedesaan masih terdapat nilai-nilai kebersamaan yang tinggi meski
dalamhal ekonomi mereka tertinggal, namun di perkotaan nilai gotong royong
sudah mulaimemudar seiring dengan tingginya sikap individualistis.
c. Pengambilan Keputusan
Dinegara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Kanada, biasanya pengambilan
keputusan dilakukan dengan cepat, lain halnya di negara amerika latin dan jepang,
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajer puncak umumnya dilakukan
dengan lambat dan bertele-tele.
33
d. Konsep Waktu
Sebagian besar eksekutif dan penduduk negara maju menyadari bahwa waktu
sangatlah berharga. Lain halnya dengan para eksekutif dari Amerika Latin dan
Asiayang umum nya melihat waktu lebih fleksibel.
f. Konteks Budaya
Cara orang menyampaikan pesannya kepada orang lain sangat ditentukan konteks
budaya. Di dalam konteks budaya tinggi seperti Korea atau Taiwan, orang kurang
tergantung pada bahasa verbal, kebanyakan dari mereka tergantung pada
bahasanonverbal, lain halnya dengan Amerika Serikat dan Jerman, mereka sangat
tergantungpada komunikasi verbal dan cenderung langsung pada persoalan atau
disampaikansecara lebih eksplisit tanpa basa basi.
g. Bahasa Tubuh
Perbedaan bahasa tubuh sering kali menjadi sumber kesalahpahaman
berkomunikasilintas budaya.
h. Perilaku Sosial
Apa yang dianggap sopan di suatu negara bisa jadi dianggap kurang sopan di
negaralain.
i. Perilaku Etis
Perilaku yang etis dan tidak etis antar negara pun bisa berbeda.
34
4.6 Komunikasi dengan Orang Berbudaya Asing
Mempelajari apa yang dapat dilakukan oleh seseorang tentang budaya tertentu
merupakansuatu cara yang baik untuk menemukan bagaimana mengirim dan
menerima pesan-pesanlintas budaya secara efektif. Namun ada dua hal penting
yang perlu diingat, yaitu pertama,jangan terlalu yakin bahwa seseorang akan dapat
memahami budaya orang lain secara utuhatau sempurna. Kedua, jangan mudah
terbawa kepada pola generalisasi terhadap perilaku
seseorang dari budaya yang berbeda.
Berikut ini adalah beberapa petunjuk atau tips yang diperlukan seseorang ketika
berhubungan dengan orang lain yang memiliki budaya berbeda.
35
e. Empati. Sebelum menyampaikan suatu pesan, cobalah untuk membayangkan
perasaan orang lain bagaimana dan mengapa berkomunikasi.
f. Menahan sikap ambiguitas/mendua. Belajar untuk mengendalikan
kekecewaan pada situasi yang membingungkan.
g. Jangan melihat sesuatu yang superfisial. Jangan diganggu dengan sesuatu
seperti pakaian, penampilan, atau ketidaknyamanan lingkungan.
h. Sabar dan tekun. Ketika seseorang berkomunikasi dengan orang lain yang
memiliki budaya berbeda, jangan mudah menyerah.
i. Mengenal bias budaya Anda sendiri. Belajar untuk mengidentifikasi ketika
asumsi Anda berbeda dengan orang lain.
j. Fleksibel/luwes. Siap mengubah kebiasaan atau sikap Anda ketika
berkomunikasi dengan orang yang memiliki budaya berbeda.
k. Tekankan hal-hal yang biasa. Carilah kesamaan untuk menjalin suatu kerja
sama.
l. Mengirim pesan yang jelas. Membuat sinyal verbal dan nonverbal yang jelas
dan konsisten.
m. Tingkatkan kepekaan budaya Anda. Belajar tentang berbagai kebiasaan dan
praktik, sehingga seseorang perlu waspada terhadap potensi munculnya salah
komunikasi.
n. Bersifat individual. Berkomunikasi dengan setiap orang sebagai individu
bukanlah mewakili kelompok lain.
o. Belajar secara langsung. Investigasi setiap budaya, sehingga Anda tahu kapan
mengirim suatu pesan dengan cara langsung atau tidak langsung.
p. Memperlakukan tafsiran Anda sebagai hipotesis kerja. Saat Anda memahami
budaya asing, berhati-hatilah terhadap umpan balik yang dilakukan si
penerima pesan.
Orang yang berasal dari budaya yang berbeda sering kali mempunyai pendekatan
negosiasiyang berbeda pula. Tingkat toleransi untuk suatu ketidaksetujuan pun
bervariasi. Negosiatordari budaya yang berbeda mungkin menggunakan teknik
pemecahan masalah dan metodepengambilan keputusan yang berbeda.
36
Moran, Stahl & Boyer Internasional, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
pelatihan lintas budaya (cross-cultural training), membedakan budaya dalam dua
kelompok yaitu budaya permukaan (surface culture) seperti makanan, liburan,
gaya hidup, dan budaya tinggi (deep culture), yang terdiri atas sikap dan nilai-nilai
yang menjadi dasar budaya tersebut.
Orang yang berasal dari budaya yang berbeda sering kali mempunyai pendekatan
negosiasi yang juga berbeda. Tingkat toleransi untuk suatu ketidaksetujuan pun
bervariasi. Contohnya, negosiator dari Amerika Serikat cenderung relatif
impersonal dalam melakukan negosiasi. Mereka melihat tujuan mereka dalam
sudut pandang ekonomi dan biasanya mereka menganggap unsur kepercayaan
penting di antara mereka. Sebaliknya, para negosiator dari Cina dan Jepang lebih
suka pada suasana hubungan sosial. Jika ingin berhasil bernegosiasi, Anda
sebaiknya bersikap bersabar dan menguasai bagaimana hubungan personal
(pribadi) di Cina. Anda harus dapat menumbuhkan hubungan personal sebagai
dasar membangun kepercayaan dalam proses negosiasi.
4.7 Referensi
37
Latihan Soal
38